PERSPEKTIF PENERAPAN E-TILANG DENGAN MENGGUNAKAN REKAMAN CCTV (CLOSSED CIRCUIT TELEVISION) (Studi Kasus di Wilayah Bandar Lampung)

  PERSPEKTIF PENERAPAN E-TILANG DENGAN MENGGUNAKAN REKAMAN CCTV (CLOSSED CIRCUIT TELEVISION) (Studi Kasus di Wilayah Bandar Lampung) (Jurnal) Oleh Yudi Muhammad Irsan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PERSPEKTIF PENERAPAN E-TILANG DENGAN MENGGUNAKAN

REKAMAN CCTV (CLOSED CIRCUIT TELEVISION)

Oleh

  

Yudi Muhammad Irsan, Gunawan Jatmiko, Budi Rizki Husin

Email:

  E-tilang adalah digitalisasi proses tilang dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi. Penerapan E-tilang merupakan sebuah pilihan yang efektif yang mencapai sasaran dalam pelaksanaan tilang kepada pelanggar peraturan lalu lintas walaupun belum dapat dikatakan bahwa E- tilang ini efektif karena belum semua masyarakat di wilayah Bandar Lampung sadar teknologi. Permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah penerapan E-tilang dengan menggunakan rekaman CCTV dalam penyelesaian perkara tindak pidana pelanggaran lalu-lintas, Apakah faktor penghambat dalam penerapan sistem E-tilang di wilayah Bandar Lampung. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Data studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data kualitatif. Narasumber pada penelitian ini terdiri dari Kasubag Dirlantas Polda Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa Penerapan E-tilang di Indonesia belum dapat dikatakan efektif karena masih dalam tahap uji coba dan dari uji coba tersebut akan diadakan evaluasi untuk perbaikan pelayanan E-tilang selanjutnya. Faktor penghambat dari sistem E-tilang yaitu karena masih banyaknya masyarakat yang belum paham tentang cara pembayaran E-tilang dan sistem E-tilang yang belum dipahami secara baik sehingga perlunya sosialisasi yang lebih gencar dan merata kepada masyarakat. Faktor wilayah dan cuaca juga menjadi faktor kelemahan alur pelaksanaan E- tilang karena aksesibilitas jaringan aplikasi dimana sistem aplikasi menggunakan jaringan dualband 3G/4G, jika ketersediaan sinyal sedang buruk maka layanan pun akan terganggu, untuk itu diperlukannya jaringan yang stabil untuk memproses penilangan.

  Kata kunci: E-tilang, Lalu lintas, CCTV

  

ABSTRACT

E-TILANG APPLICATION PERSPECTIVE USING CLOSED CIRCUIT

TELEVISION RECORDINGS

  

E-tilang is digitizing the process of tilang by utilizing technology, it is expected

that the whole ticketing process will be more efficient and effective as well as

assisting the police in administrative management. The implementation of E-

tilang is an effective choice that achieves the goal in carrying out the ticketing to

traffic violators even though it cannot be said that E-tilang is effective because

not all people in Bandar Lampung are aware of technology. The problem in this

thesis is how is the application of E-tilang using CCTV recordings in the

settlement of cases of traffic violations, what are the inhibiting factors in the

implementation of the E-ticketing system in the Bandar Lampung area. The

problem approach used is normative juridical and empirical juridical. Literature

study data and field studies. Qualitative data analysis. The resource person in this

study consisted of the Head of the Lampung Regional Police Dirlantas and the

Faculty of Law's Criminal Law Lecturer at Lampung University. The results of

the research and discussion show that the implementation of E-ticketing in

Indonesia cannot be said to be effective because it is still in the testing phase and

from the trial there will be an evaluation for the improvement of the next E-ticket

service. The inhibiting factor of the E-tilang system is that there are still many

people who do not understand about the E-tilang payment method and the E-

tilang system which is not well understood so the need for more intensive and

equitable socialization to the public. Regional and weather factors are also a

weakness in the implementation of E-ticketing because of the accessibility of the

application network where the application system uses a dualband 3G / 4G

network, if the availability of the signal is bad then the service will be interrupted,

therefore a stable network is needed to process the numbering.

  Keywords: E-tilang, traffic, CCTV

I. PENDAHULUAN

  Perkembangan kriminalitas atau tindak pidana dalam masyarakat yang sedang mengalami modernisasi meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan frekuensi kejahatan, kualitas kejahatan, dan kemungkinan timbulnya jenis-jenis kejahatan atau tindak pidana baru. Menyikapi keadaan ini, harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya, salah satunya dengan menggunakan teknologi informasi ini seperti rekaman kamera CCTV. Rekaman CCTV adalah suatu media yang dapat digunakan untuk memuat rekaman setiap informasi yang dapat dilihat, dan didengar dengan bantuan sarana rekaman CCTV. Rekaman

  CCTV dijadikan sebagai alat bukti

  yang sistemnya menggunakan kamera video untuk menampilkan dan merekam gambar pada waktu dan tempat tertentu dimana perangkat ini terpasang yang berarti menggunakan sinyal yang bersifat tertutup, tidak seperti televisi biasa yang menggunakan broadcast

  signal .

  sebagai alat bukti dalam proses penyidikan, diatur dalam Undang- Undang Nomor. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 20/PUU-XIV/2016 tanggal 7 September 2016. CCTV masuk dalam pengertian informasi elektronik dan dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 1 dan 4 Undang-Undang ITE 1 Herman Dwi Surjono, Pengembangan

  Pendidikan TI di Era Global , Pendidikan Teknik Informatika FT UNY, Yogyakarta,

  merupakan alat bukti yang sah dalam hukum acara yang berlaku, sehingga dalam hukum acara pidana dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam proses penyidikan, penuntutan dan persidangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta Pasal 44 Undang-Undang ITE.

  Rekaman CCTV juga dipergunakan untuk memantau situasi yang berada di jalan seperti terjadinya kemacetan, kecelakaan, pembegalan, dan pungli.

  1. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi dikota besar, terutama yang tidak mempunyai yang memadai dan tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

  2 Kemacetan semakin

  meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat.

1 CCTV telah banyak digunakan

  3 2.

  Kecelakaan dapat diartikan sebagai setiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakan properti ataupun kejadian yang tidak

  2 https://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan 3 Ofyar, Z Tamin. .Perencanaan dan Permodelan Transportasi . Bandung,

4 Berdasarkan

  diinginkan lainnya.

  Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas Jalan adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam hal ini terbagi menjadi 3 yaitu : a.

  Korban meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

  b.

  Korban luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

  c.

  Korban luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari 30 hari.

  5 4 Nayaka Bhaswata. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keselamatan Transportasi Bus Kuning UI Pada Mahasiswa Sarjana Regular Angkatan Tahun 2005 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (Skripsi) . Depok : FKM UI. 2009 5 Pemerintah RepubikI Indonesia, (1993), 3.

  Perampasan atau yang sering dikenal dengan sebutan pembegalan adalah kejahatan dilakukan dijalan dengan merampas atau pencurian kendaraan bermotor dan dapat merugikan mental serta nyawa korban. Pembegalan sering terjadi di wilayah yang rawan, gelap dan korban itu sendirian di motor atau banyak pelaku pembegalan beraksi ketika malam menjelang subuh tiba. Kasus ini pun cukup mencuri perhatian, umumnya para pelaku begal adalah remaja, usia mereka berkisar belasan tahun hingga dua puluhan. Anak-anak yang seharusnya lebih banyak berada di lingkungan sekolah dan ekstra kurikuler, namun ternyata mereka menghabiskan waktunya dengan aksi-aksi kriminalnya.

  Banyak cara pelaku agar dapat melumpuhkan korban demi melancarkan aksinya dan biasanya pelaku begal melakukan aksinya tidak sendirian melainkan dengan rekannya. Para pelaku begal melakukan aksinya dengan berbagai modus misalnya ditengah jalan yang sepi pelaku berpura-pura motornya mogok, kemudian pelaku meminta tolong kepada korban, setelah membantu maka pelaku beraksi dengan mencelakai korban dibawah ancaman dan motor korban pun berhasil dibawa kabur oleh pelaku. Kondisi ini jelas membawa masalah baru, yang terakhir ini bisa tidak terjadi jika ada hukuman tegas, jelas, dan transparan bagi para pembegal yang tertangkap. Dari berbagai opini yang disampaikan

  tentang Perasarana dan Lalu Lintas Jalan, masyarakat, mereka ingin para pelaku dijerat hukum yang tegas, sama dengan kasus-kasus lainnya seperti perampokan, dan memberikan informasi secara transparan sehingga diharapkan bisa menjadi efek jera bagi yang lainnya. Aksi begal yang sering terjadi telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, dan masyarakat tidak menginginkan hal tersebut. Oleh karena itu, proses hukum bagi para pelaku pembegalan harus ditegakan.

  4. Pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut. Pungli dapat dijerat dengan Pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun. Tindakan pungli diatur dalam Pasal 423 KUHP yaitu: "Pegawai negeri yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa orang lain untuk menyerahkan sesuatu, melakukan suatu pembayaran, melakukan pemotongan terhadap suatu pembayaran atau melakukan suatu pekerjaan untuk pribadi sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun". Kepolisian mengeluarkan tindakan baru dalam penegakkan tertib lalu lintas bernama E-tilang (tilang elektronik). E-tilang adalah digitalisasi proses tilang, dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi. Bukan rahasia umum bila praktik suap-menyuap saat operasi lalu lintas kerap terjadi.

  Itulah alasan yang mendasari kepolisian Republik Indonesia menerapkan sistem E-tilang, sistem yang di percaya dapat mengurangi praktik pungli (pungutan liar) dan suap. Proses tilang ini dibantu dengan pemasangan kamera CCTV

  (Closed Circuit Television) di setiap

  lampu merah untuk memantau keadaan jalan. Sistem transportasi merupakan hal yang krusial dalam menentukan keefektifan suatu kota. Banyak sekali kasus pelanggaran lalu lintas di jalan raya yang dilakukan oleh pemakai jalan yang cenderung mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat. Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan, dan lain

  • lain. Dengan proses pelayanan lebih cepat dari tilang konvensional, E- tilang merupakan proses tilang dengan memanfaatkan teknologi yang diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif. Penggunaan alat bukti rekaman CCTV dalam proses E-tilang ini masih belum menyeluruh di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Perspektif Penerapan E-tilang menggunakan Rekaman CCTV (Studi Kasus Di Wilayah Bandar Lampung). Berdasarkan latar belakang yang

  penulis kemukakan tersebut di atas, maka terdapat dua rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut, yaitu: a.

  Bagaimanakah penerapan E- tilang dengan menggunakan rekaman CCTV dalam penyelesaian perkara tindak pidana pelanggaran lalu-lintas ? b. Apakah faktor penghambat dalam penerapan sistem E-tilang di wilayah Bandar lampung ?

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber dan jenis data yang akan dipergunakan dalam skripsi ini menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Berkaitan dengan permasalahan penelitian, maka data lapangan akan diperoleh dari para narasumber. Narasumber adalah seseorang yang memberikan pendapat atas objek yang diteliti.

  terdiri dari Kasubag Dirlantas Polda Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus lalu disimpulkan secara umum dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.

  Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010,

  II. PEMBAHSAN A. Pelaksanaan Sistem E-tilang Dengan Menggunakan CCTV Dalam Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Lalu Lintas

  Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Masyarakat perlu suatu peraturan dalam berlalu lintas yang dapat digunakan untuk menjadi pedoman dalam berlalu lintas, sehingga pelanggaran lalu lintas tidak terjadi. Tilang adalah denda yang dikenakan oleh polisi kepada pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Tilang termasuk tindak pidana ringan, meski terlihat denda atau hukuman kurungan pengganti denda ringan, bukan berarti pelanggaran itu bisa ditolerir. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta peraturan terkait lainnya. Ada tiga fungsi tilang yaitu : 1.

6 Narasumber pada penelitian ini

  Sebagai surat panggilan ke pengadilan negeri

  2. Sebagai pengantar untuk membayar denda ke Bank / Panitera 3. Sebagai tanda penyitaan atas barang bukti yang disita baik berupa SIM, STNK, atau Kendaraan bermotor.

6 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad,

  Kepolisian mengeluarkan penerapan baru dalam penegakan lalu lintas yaitu E-tilang. E-tilang adalah digitalitas proses tilang, dengan memanfaatkan teknologi diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif. Proses E-tilang ini dibantu dengan pemasangan kamera CCTV di setiap lampu merah bertujuan agar dapat memantau keadaaan di jalan, sehingga pelanggar yang tidak mematuhi rambu lalu lintas dapat terekam nomer plat kendaraannya.

  Menurut Brigadir Polisi Ade Putra

  7

  penggunaan E-tilang dengan menggunakan rekaman video CCTV untuk wilayah Bandar lampung belum berjalan, pilot projek sekarang masih berada di wilayah jawa barat (polda jabar). Baru beberapa titik untuk CCTV tersebut masih dalam uji coba tapi untuk E-tilang sudah sekitar 33 polda di seluruh Indonesia sudah menerapkannya. Di wilayah Bandar Lampung E-tilang telah berlangsung dari tanggal 9 Maret 2017. Denda E-tilang masih menggunakan denda maksimal sesuai dengan undang-undang, maka dari itu butuh denda kesepakatan agar denda yang diterapkan tidak membebani pelanggar, sesuai dengan asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Denda yang ditetapkan di setiap wilayah berbeda-beda, hal itu dilihat dari kondisi ekonomi masyarakat perwilayah. Denda kesepakatan yang telah di sepakati oleh 4 instansi yang terkait Polri 7 Hasil wawancara dengan ade putra,

  brigadier polisi pada DIREKTUR LALU LINTAS POLDA LAMPUNG KASUBDITBINGAKKUM. Rabu 20 maret

  sendiri sebagai pelaksana, Pengadilan Negeri, Kejaksaan, dan bekerja sama dengan bank BRI, untuk sekarang bank yang dituju baru bank BRI.

  Pelaksanaan proses tilang masih sekitar 50/50 untuk E-tilang dan manual. E-tilang menggunakan slip biru dan menggunakan aplikasi tilang yang hanya dimiliki polisi, tidak semua masyarakat ingin menggunakan E-tilang mereka masih meminta slip merah untuk tilang biasa, proses tilang dengan menawarkan kepada pelanggar apakah ingin menggunakan E-tilang atau tidak, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang proses E-tilang dan kurangnya sosialisasi terkait E-tilang kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak memiliki infromasi yang cukup tentang E-tilang.

  Pembayaran E-tilang bisa langsung dilakukan dengan membayar denda tilang melalui ATM bank BRI sebagai bank yang ditunjuk untuk perantara pembayaran E-tilang, sedangkan polres yang belum ada denda kesepakatan masih menggunakan denda maksimal sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Prosedur penilangan menggunakan E-tilang dengan denda maksimal apabila belum adanya denda kesepakatan sebagai berikut: 1.

  Polisi akan memasukkan data si pelanggar pada aplikasi E-tilang sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Setelah pengisian data ini selesai, pemberitahuan nomor pembayaran tilang akan keluar dan bisa dipergunakan.

  2. Pengendara akan mendapatkan

  pemberitahuan nomor pembayaran tilang dari petugas yang melakukan pendataan.

  3. Pengendara bisa melakukan

  8. Beberapa saat kemudian,

  2. Pengendara akan mendapatkan pemberitahuan nomor pembayaran tilang dari petugas yang melakukan pendataan.

  1. Polisi akan memasukkan data si pelanggar pada aplikasi E-tilang sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Setelah pengisian data ini selesai, pemberitahuan nomor pembayaran tilang akan keluar dan bisa dipergunakan.

  Sedangkan dengan adanya denda kesepakatan proses pembayaran lebih mudah dan tidak perlu mengikuti sidang karena denda yang dikenakan sudah disepakati oleh Pengadilan Negeri maupun Kejaksaan. Berikut cara pembayaran E-tilang dengan adanya denda yang sudah disepakati:

  sisa dana denda tilang bisa diambil oleh pelanggar secara langsung atau menggunakan layanan transfer bank.

  9. Setelah pemberitahuan tersebut,

  pelanggar akan menerima pemberitahuan melalui SMS terkait dengan keputusan pengadilan mengenai tilang yang bersangkutan, temasuk informasi mengenai sisa denda titipan tilang yang masih ada pada pihak bank.

  tersebut akan dieksekusi oleh petugas kejaksaan yang bertugas di sana.

  pembayaran denda tilang sesuai dengan pemberitahuan yang telah didapatkannya dari petugas di lapangan. Proses pembayaran denda tilang ini bisa dilakukan melalui teller bank ataupun mesin ATM. Pelanggar akan dianjurkan untuk membayar denda tilang dengan nominal terbesar, agar proses selanjutnya bisa berjalan dengan baik tapi sisa pembayaran ini kelak akan dikembalikkan kepada pelanggar.

  7. Selanjutnya, keputusan tilang

  akan memutuskan nominal denda yang harus dibayarkan oleh pelanggar.

  6. Di dalam persidangan, hakim

  pembayaran denda tilang dan pengambilan barang bukti di lokasi, pelanggar bisa saja memilih untuk tidak mengikuti sendiri sidang pelanggaran atau diwakilkan oleh pihak kepolisian. Hal ini akan menguntungkan, sebab pelanggar bisa melakukan rutinitasnya sebagaimana biasanya tanpa perlu menghadiri sidang tilang tersebut.

  5. Jika telah melakukan

  denda tilang melalui layanan bank, pelanggar bisa segera mengambil barang bukti yang disita oleh petugas tersebut. Hal ini harus dilakukan dengan cara menunjukkan bukti pembayaran yang telah dilakukan oleh pelanggar.

  4. Setelah melakukan pembayaran

  3. Pengendara bisa melakukan pembayaran denda tilang sesuai dengan pemberitahuan yang telah didapatkannya dari petugas di lapangan. Proses pembayaran denda tilang ini bisa dilakukan melalui teller bank ataupun mesin ATM. Sesuai denda yang disepakati 4. Setelah melakukan pembayaran denda tilang melalui layanan bank, pelanggar bisa segera mengambil barang bukti yang disita oleh petugas tersebut. Hal ini harus dilakukan dengan cara menunjukkan bukti pembayaran yang telah dilakukan oleh pelanggar. Menurut hasil wawancara dengan Zaylani jurusita pengganti staf pidana bagian tilang Pengadilan Negeri Tanjung Karang sebelum E- tilang berlaku para pelanggar hadir untuk persidangan yang telah ditentukan hai dan tanggal yang tertera pada kertas tilang, sedangkan setelah E-tilang berlaku pelanggar cukup membayar denda pada bank yang ditunjuk melalui sms pada nomor handphone pelanggar yang dberikan saat melakukan pelanggaran oleh petugas dan apabila telah disetor ke bank yang dituju maka SIM atau STNK dapat diambil kembali pada petugas yang menilang serta apabila belum setor ke bank barang bukti berupa SIM atau STNK dapat diambil pada hari dan tanggal yang di tentukan untuk persidangan, hakim dapat menjatuhkan putusan verstek untuk semua denda tilang. Dampak dari adanya sistem E-tilang yaitu pelanggar tidak dapat melakukan bantahan atas pelangaran yang dilakukan, karena semua putusan di verstek oleh hakim.

  pelanggaran lalu lintas di wilayah Bandar lampung ini sehingga tidak memungkinkannya masyarakat mengikuti persidangan sehingga melakukan persidangan cepat sesuai dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2016 bahwa penyelenggaraan peradilan 8 Hasil wawancara dengan Zaylani jurusita

  pengganti staf pidana bagian tilang

  dilaksanakan dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan untuk membuka akses yang luas bagi masyarakat dalam memperoleh keadilan. Perma ini mengubah mekanisme sidang tilang sebelumnya yang lama dan sulit menjadi lebih mudah, cepat, dan sederhana.

  Menurut analisa penulis bahwa proses penerapan E-tilang dengan menggunakan rekaman CCTV di wilayah Bandar Lampung kedepannya CCTV ini akan diberlakuakan menyeluruh di kota- kota besar seluruh Indonesia, langkah awal CCTV akan di pasang di kota besar dikarenakan padatnya kendaraan yang berada di kota sehingga marak terjadi pelanggaran lalu lintas. CCTV akan merekam plat kendaraan yang melanggar rambu lalu lintas dan akan diproses secara onlie, karena kedepannya semua data masyarakat terekam secara online mulai dari SIM, dan KTP, plat kendaraan yang kedepannya berisi biodata pemilik kendaraan sehingga kendaraan yang melanggar peraturan lalu lintas yang terekam oleh CCTV tidak membayar denda tilang maka kendaraan tersebut tidak bisa membayar pajak kendaraan, walaupun yang melanggar rambu lalu lintas tersebut bukan sang pemilik kendaraan tetap yang akan rugi adalah pemilik kendaraan tersebut, maka dari itu siapapun yang melanggar peraturan lalu lintas diharapkan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Karena sistem E-tilang ini menggunakan jaringan internet maka di perlukannya jaringan yang stabil untuk mengoprasikan aplikasi E-tilang tersebut.

8 Karena banyaknya berkas kasus

B. Faktor Penghambat Dalam Penerapan Sistem E-tilang Dengan Menggunakan Rekaman CCTV Di Wilayah Bandar Lampung

  Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena sebagian besar kecelakaan lalu lintas disebabkan karena faktor manusia pengguna jalan yang tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Peningkatan pelanggaran lalu lintas menjadi tantangan baru bagi pihak kepolisian untuk mampu menerapkan sangsi yang mendidik namun tetap memiliki efek jera. Salah satu cara untuk menekan pelanggaran adalah dengan melakukan sanksi administratif (tilang) yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Namun yang terjadi selama ini sistem tilang sering disimpangkan oleh oknum sipil dan oknum anggota polisi untuk saling berkompromi agar kepentingan masing-masing bisa tercapai tanpa mengikuti prosedur yang berlaku, sehingga setiap tindakan pelanggaran yang dilakukan masyarakat hanya dicatat dalam surat tilang dan terinfentarisir di divisi administrasi tilang kemudian dilakukan sanksi, dan hanya sampai pada tingkat pencatatan akhir, sehingga ketika terjadi pengulangan pelanggaran oleh orang yang sama tidak ada peningkatan sanksi yang berarti. Seharusnya sistem tilang yang dilakukan harus bisa dikelola dengan baik sehingga dalam setiap pelaksanaannya membuahkan efek jera bagi masyarakat pelanggar lalu lintas.

  Sistem E-tilang akan menggantikan sistem tilang manual yang menggunakan blanko/surat tilang, dimana pengendara yang melanggar akan dicatat melalui aplikasi yang dimiliki personel kepolisian. Dengan adanya E-tilang tersebut, memudahkan masyarakat untuk membayar denda melalui bank. Namun, tidak semua masyarakat dapat mengikuti prosedur-prosedur E-tilang yang diberikan oleh kepolisian, terutama untuk masyarakat awam yang kurang mengerti tentang teknologi. Sistem E-tilang yang diberlakukan memberikan perhatian bagi masyarakat. Dengan sistem E-tilang tersebut memberikan dampak yang baik bagi masyarakat yang kenal dengan teknologi. Namun, bagi masyarakat yang kurang kenal dengan teknologi kesulitan dalam mengikuti perkembangan teknologi ini. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat ialah dalam penggunaan sistem E-tilang yang belum dipahami secara baik dan meluas. E-tilang merupakan upaya yang ditujukan kepada masyarakat agar masyarakat taat pada peraturan lalu lintas sehingga tercipta budaya tertib berlalu lintas.

  9 .

  Menurut Brigadir polisi Ade Putra faktor penghambat dari sistem E- tilang di wilayah Bandar lampung yaitu banyaknya masyarakat yang belum paham tentang cara pembayaran E-tilang dan sistem E- tilang yang belum dipahami secara baik. Faktor wilayah dan cuaca juga menjadi faktor kelemahan alur pelaksanaan E-tilang karena aksesibilitas jaringan aplikasi dimana sistem aplikasi menggunakan jaringan dualband

  3G/4G, jika ketersediaan sinyal sedang buruk maka layanan pun akan terganggu, untuk itu diperlukannya jaringan 9 Perma No. 12 Tahun 2016 tentang Tata

  Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu yang stabil untuk memproses penilangan. Faktor-faktor pengambat penegakkan dalam penerapan sistem E-tilang dengan menggunakan rekaman

  CCTV yang penulis temukan

  berdasarkan hasil kajian dari refrensi dan penelitian berdasarkan wawancara di lapangan yang menggunakan teori soejono soekanto, yaitu teori faktor penghambat penegakkan hukum yaitu: 1.

  Faktor Hukum: Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

  Penegak Hukum: Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang sudah seharusnya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu guna menampung aspirasi masyarakat. Penegak hukum harus peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya dengan dilandasi suatu kesadaran bahwa persoalan tersebut ada hubungannya dengan penegakan hukum itu sendiri.

  3. Faktor Sarana: Tidak mungkin penegakan hukum akan berjalan dengan lancar tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu yang ikut mendukung dalam pelaksanaanya. Maka dengan menggunakan rekaman CCTV kita dapat melihat pengendara yang melanggar lalu lintas sehingga langsug dapat diproses dan membantu memantau keadaan yang berada di jalan.

  4. Faktor Masyarakat: Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat itu sendiri. Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

  5. Faktor Kebudayaan:

  Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang dianggap baik seharusnya diikuti dan apa yang dianggap buruk seharusnya dihindari.

2. Faktor

  E-tilang memiliki kelebihan pelayanannya lebih cepat dari pada tilang konvensional. Kelebihannya adalah sistem ini sangat praktis dan cepat, sesuai dengan asas peradilan yang sederhana, cepat dan bebiaya ringan. Penerapan sistem E-tilang itu untuk memfasilitasi kecepatan dan kemudahan, keterbukaan pelaksanaan proses tilang atau sebagai pengganti proses tilang di tempat. Khususnya di kepolisian yang merupakan salah satu program Kapolri untuk menuju polisi yang profesional, modern dan dapat dipercaya. Program aplikasi E-tilang dianggap mampu menjawab atas apa yang menjadi pemberitaan di media elektronik maupun media sosial tentang perilaku menyimpang oknum anggota Polri dalam melakukan aksi pungutan liar terhadap para pelanggar lalu lintas.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

  Penerapan E-tilang merupakan sebuah pilihan yang efektif yang mencapai sasaran dalam pelaksanaan tilang kepada pelanggar peraturan lalu lintas walaupun belum dapat dikatakan bahwa E-tilang ini efektif karena penerapan E-tilang di Indonesia masih dalam tahap uji coba dan dari uji coba tersebut akan diadakan evaluasi untuk perbaikan pelayanan E-tilang selanjutnya. Proses tilang ini dibantu dengan memasang kamera CCTV di setiap lampu merah untuk memantau keadaan di jalan, para pengendara yang melintas di area yang telah terpasang CCTV ini jika terindikasi melakukan pelanggaran maka secara otomatis CCTV akan menangkap gambar pelanggar lengkap dengan plat nomor kendaraan yang digunakan saat melakukan pelanggaran sehingga mudah untuk dilacak.

  Sesuai dengan UU ITE, rekaman

  CCTV

  merupakan alat bukti yang sah, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti. Pelanggar yang melakukan pelanggaran lalu lintas akan dicatat oleh petugas melalui aplikasi yang sudah tersedia pada smartphonenya. Sistem aplikasi yang dinamakan sistem aplikasi E-tilang ini lalu mengeluarkan pasal pelanggaran dan denda maksimal yang harus dibayarkan oleh pelanggar. Setelah angka keluar, si pengendara dapat langsung membayar melalui

III. PENUTUP A. Simpulan

  teller, ATM BRI, ATM

  Bersama, ataupun SMS/Internet Banking. Tapi dengan adanya denda kesepakatan yang di sepakati oleh Polri, Pengadilan Negeri, Kejaksaan dan Bank BRI di wilayah Bandar lampung, maka pelanggar hanya membayar tilang sesuai denda yang sudah disepakati. Setelah pembayaran selesai dilakukan, pengendara dapat menunjukkan bukti bayar kepada polisi lalu mengambil kembali SIM atau STNK yang disita oleh petugas.

  2. Faktor penghambat dari sistem E-tilang karena masih banyaknya masyarakat yang belum paham tentang cara pembayaran E-tilang dan sistem E-tilang yang belum dipahami secara baik sehingga perlunya sosialisasi yang lebih gencar dan merata kepada masyarakat.

  Faktor wilayah dan cuaca juga menjadi faktor kelemahan alur pelaksanaan E-tilang karena aksesibilitas jaringan aplikasi dimana sistem aplikasi menggunakan jaringan dualband

  3G/4G, jika ketersediaan sinyal sedang buruk maka layanan pun Ofyar, Z Tamin. 2000. Perencanaan akan terganggu, untuk itu .

  dan Permodelan Transportasi

  diperlukannya jaringan yang Bandung, Indonesia: Penerbit stabil untuk memproses

  ITB. penilangan.

  Surjono, Herman Dwi. 1996.

  Pengembangan Pendidikan TI di B.

   Saran Era Global . Yogyakarta.

  Saran dalam penelitian ini adalah Pendidikan Teknik Informatika sebagai berikut: FT UNY

1. Aksesibilitas jaringan aplikasi.

  Sistem aplikasi menggunakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun jaringan dualband

  3G/4G 2008 tentang Informasi dan dimana jika ketersediaan sinyal Transaksi Elektronik. sedang buruk akibat cuaca maka layanan pun akan terganggu. Undang-Undang Nomor 8 Tahun Sehingga petugas tetap harus 1981 tentang Hukum Acara menyediakan layanan manual Pidana (KUHAP) untuk mengantisipasi system

  error . Kitab Undang-Undang Hukum 2. yang kurang. Pidana (KUHP).

  Sosialisasi Minimnya sosialisasi mengenai E-tilang membuat masyarakat Peraturan Pemerintah Nomor 43 belum sepenuhnya mengerti Tahun 1993 tentang Perasarana dengan bagaimana proses dan dan Lalu Lintas Jalan, Jakarta. cara pembayaran dari system E- tilang. Perlunya sosialisasi agar Perma No. 12 Tahun 2016 tentang masyarakat tahu mekanisme E- Tata Cara Penyelesaian Perkara tilang yang benar dan dapat Pelanggaran Lalu Lintas merasakan manfaatnya.

  Sumber lain DAFTAR PUSTAKA

  https://id.wikipedia.org/wiki/Kemace Bhaswata, Nayaka. 2009. Gambaran tan.

  Tingkat Pengetahuan Keselamatan Transportasi Bus Kuning UI Pada Mahasiswa Sarjana Regular Angkatan Tahun 2005 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (Skripsi) . Depok : FKM UI.

  Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad.

  2010. Dualisme Penelitian

  Hukum Normatif dan Empiris , Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dokumen yang terkait

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN. (Studi Putusan Nomor 57/ PID.SUS/ 2015/ PN.Sdn)

1 1 14

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH APARATUR SIPIL NEGARA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Bandar Lampung)

0 1 13

PELAKSANAAN PENYITAAN ASET TERPIDANA KORUPSI SEBAGAI UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA (Studi Di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung)

0 0 13

KEKUATAN PEMBUKTIAN SAKSI MAHKOTA DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DENGAN PENYERTAAN (Studi Putusan Nomor 717/Pid.B/2015/PN.Tjk)

0 0 15

PERAN POLISI MILITER ANGKATAN LAUT DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT (Studi di Denpom Lanal Lampung)

0 0 13

PERANAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK DALAM MENGUNGKAP SUATU PERISTIWA YANG DIDUGA SEBAGAI TINDAK PIDANA (Studi di Puslabfor Bareskrim Mabes Polri)

0 1 14

UPAYA SISTEM KEAMAANAN LINGKUNGAN (SISKAMLING) DALAM PENCEGAHANPENCURIAN SEPEDA MOTOR (Studi di Wilayah Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

0 0 15

ANALISIS PERAN BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN SENJATA API YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA POLRI (Studi di Kepolisian Daerah Lampung)

0 0 13

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI SERTA PENCEGAHAN PERBUATAN MAKSIAT (Studi Kasus di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan)

0 0 13

ANALISIS KRIMINOLOGIS TENTANG ANAK PELAKU PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG MENGGUNAKAN SENJATA TAJAM (Studi Kasus Di Wilayah Polres Lampung Timur)

0 0 14