BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Pulpa - Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri Pulpa Nyeri adalah suatu fenomena fisiologik dan psikologik yang kompleks.

  Komponen fisiologi dari persepsi nyeri dan reaksi nyeri terdiri atas komponen kognitif, emosional, dan faktor simbolik. Keadaan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan status emosional pasien. Nyeri pulpa cenderung bersifat menyebar dan dialihkan. Jika nyeri meningkat intensitasnya maka nyeri bisa menyebar ke telinga,

  1 tulang temporal, pipi, atau gigi lainnya.

2.1.1 Penyebab Nyeri Pulpa

  Nyeri sering dialami pasien baik sebelum, selama, maupun setelah perawatan saluran akar. Nyeri pulpa yang dikarenakan inflamasi pulpa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya iritan mikroba dan iritan mekanik.

2.1.1.1 Iritan mikroba

  Mikroorganisme yang terdapat pada karies merupakan sumber utama iritasi pada jaringan pulpa. Akan tetapi, pajanan langsung dari mikroorganisme bukan merupakan prasyarat inflamasi pulpa. Mikroorganisme di dalam jaringan karies akan

  1 memproduksi toksin yang berpenetrasi ke pulpa melalui tubulus dentin.

  Mikroorganisme memproduksi toksin yang berpenetrasi ke pulpa. Pada infeksi primer, bakteri anaerob gram negatif yang ditemukan pada saluran akar menunjukkan adanya lipopolisakarida (LPS) pada dinding sel yang menyebabkan destruksi periapikal dan nekrosis pulpa. Adanya inflamasi, destruksi tulang, dan nyeri merupakan efek yang dihasilkan oleh lipopolisakarida. Lipopolisakarida dan peptidoglikan menyebabkan sitokin untuk menghasilkan infeksi secara lokal. Lipopolisakarida dapat menstimulasi limfosit B dan memulai respon imun melalui dan prostaglandin disebabkan oleh lipopolisakarida. Pada infeksi sekunder, bakteri anaerob gram positif, mempunyai perbedaan pada dinding selnya. Peptidoglikan dan

  lipoteichoic acid (LTA) menyebabkan dinding sel menjadi kaku. Produksi limfokin,

  seperti osteoclast-activating factor dan produksi prostaglandin merupakan hasil dari aksi peptidoglikan. Keduanya meningkatkan patogenitas dan gejala infeksi penyakit dari jaringan periapikal. Secara imunologi, peptidoglikan mengaktifkan limfosit B. LTA meningkatkan proses destruksi dengan menginduksi resopsi tulang. Secara

  19 imunologi, LTA dapat mengaktifkan complement cascade.

  Bakteri dapat masuk ke dalam pulpa melalui tubuli dentin yang terbuka dari karies maupun dari terbukanya pulpa karena trauma, adanya kebocoran pada restorasi, atau perluasan infeksi dari gingiva. Mikroorganisme berperan penting dalam penyakit pulpa. Ada tidaknya iritasi bakteri sebagai penentu dalam keadaan

  

2

pulpa setelah pulpa terbuka secara mekanis.

2.1.1.2 Iritan mekanik Selain bakteri, kekuatan mekanis dapat mempengaruhi jaringan pulpa.

  jaringan pulpa dapat mengalami iritan secara mekanik. Preparasi kavitas yang dalam dan pembuangan struktur gigi tanpa pendingin merupakan iritan mekanik dan suhu akan mempengaruhi terhadap jaringan pulpa. Makin dekat ke pulpa, jumlah tubulus dentin per unit permukaan dan diameternya semakin meningkat. Akibatnya permeabilitas dentin akan lebih besar pada daerah dekat pulpa. Sehingga apabila

  1 dentin banyak dibuang maka akan lebih besar potensi terjadinya iritasi pulpa.

  Pembuangan struktur gigi tanpa pendingin dapat menimbulkan banyak iritasi dibanding dengan penggunaan pendingin (water coolant). Reaksi dan perubahan vaskuler yang terjadi pada pembuluh darah akibat iatrogenik menyebabkan adanya

  1,2

  peningkatan permeabilitas dan dilatasi pembuluh darah. Aktivasi saraf sensory di pulpa dapat mempengaruhi peningkatan aliran darah dan permeabilitas vaskular. Tekanan yang berlebihan dari pemakaian alat orthodontik yang melewati batas toleransi dari ligamen periodontal, menyebabkan pembuluh darah pulpa mengalami

  2 nutrisi untuk sel pulpa. Sel ini akan atrofi dan mati.

2.1.1.3 Iritan Khemis

  Penggunaan bahan kimia dalam dunia kedokteran gigi dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada pulpa. Iritan kimia pada pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan seperti zat yang terdapat pada material tambahan sementara dan permanen. Zat antibakteri seperti fenol dan eugenol yang diupayakan untuk mensterilkan dentin setelah preparasi kavitas mempunyai efek samping sitoksisitasnya dapat

  1 menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya.

2.1.2 Persarafan Intradental

  Saraf sensori pada pulpa gigi terdiri dari serabut

  Aδ dan serabut C. Serabut Aδ merupakan serabut bermielin sedangkan serabut C merupakan serabut tidak bermielin. Serabut saraf Aδ mempunyai kecepatan konduksi 2-30 m/s. Serabut saraf ini mempunyai diameter 1- 5 μm. Serabut ini merupakan serabut saraf aferen primer

yang bermielin. Serabut saraf C mempunyai kecepatan konduksi 0,5-2 m/s. Serabut

saraf C mempunyai diameter 0,3-

  1 μm. Serabut saraf ini merupakan serabut saraf

  20

aferen primer yang tidak bermielin. Kedua serabut saraf tersebut yang memberikan

  2,21,22

informasi adanya nyeri. Sebagian besar saraf sensorik mempunyai nociseptor

berujung bebas yang ketika menerima stimulasi fisiologis yang melebihi batas ambang dapat menghasilkan persepsi nyeri yang sulit bagi pasien melokalisasinya.

  Namun setelah peradangan me nyebar pada ligament periodontal, saraf Aβ ikut serta sebagai reseptor. Hal ini menyebabkan lokalisasi nyeri lebih mudah diprediksi dengan

  22,23

rangsangan mekanik seperti perkusi. Serabut saraf A menghasilkan sensasi yang

δ

  tajam sedangkan serabut saraf C menghasilkan sensasi nyeri yang tumpul. Signal nyeri tajam dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh serabut tipe

  Aδ, sedangkan nyeri tumpul dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh

serabut tipe C. Setelah memasuki medula spinalis, rasa nyeri berakhir pada neuron di

  23,24 kornus dorsalis. (Gambar 1)

  24 Gambar 1. Neurofisiologi pulpa

  Dua komponen penting dalam inflamasi pulpa adalah mikrosirkulasi dan saraf sensorik. Hasil penelitian hitopatologis yang dilakukan Fearhead, Dahl dan Myor, Holland menunjukkan bahwa saraf sensorik gigi terdiri dari serabut-serabut saraf tipe

  A- δ (bermielin) dan serabut-serabut saraf tipe-C (tidak bermielin). Ujung saraf intradental yang merupakan ujung saraf bebas terletak pada daerah batas dentin (inner dentin) dan pulpa, sehingga dengan lokasi ujung saraf serta adanya cairan tubulus dentin menyebabkan ujung saraf intradental sangat ideal menerima rangsang

  25 eksternal dan diteruskan ke susunan saraf pusat.

  Aktivasi saraf sensory di pulpa dapat mempengaruhi peningkatan aliran darah dan permeabilitas vaskular. Eksitasi serabut saraf Aδ tidak berpengaruh dengan aliran darah, sedangkan aktivasi serabut saraf C mempengaruhi peningkatan aliran darah. Inflamasi neurogenik dimediasi dari neuropeptid yang dilepaskan dari saraf sensoris,

  2

  seperti substansi P dan CGRP. Peptid ini bersifat vasoaktif yakni dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler. Mediator inflamasi menurunkan batas saraf sensoris. Peningkatan aliran darah menyebabkan eksitasi pulpa dari kedua serabut

  2

  membangkitkan neurosekresi CGRP. Neuropeptida ini menyebabkan vasodilatasi dan

  2 peningkatan permeabilitas pembuluh darah, maka terjadi inflamasi neurogenik.

  Mediator kimia bersifat endogen yang mempunyai kaitan dengan rasa sakit karena inflamasi diantaranya histamin, bradikinin, 5 - hydroxytryptamine, dan

  20,26

  prostaglandin. Mediator ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensori pada nyeri yang diakibatkan oleh mediator lain. Mediator neurogenik terlibat dalam respon pulpa terhadap iritan dan seperti komponen-komponen imun, ini dapat mencetus keadaan patologi dan juga respon penyembuhan.

2.1.3 Mekanisme Nyeri

  Proses nyeri merupakan pengalaman subjektif yang merupakan kejadian akibat elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari nosiseptor oleh stimulus noxious pada jaringan yang kemudian akan mengakibatkan perubahan stimulasi nosiseptor. Signal saraf dihantarkan oleh potensial aksi yang merupakan perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar secara cepat di sepanjang membrane serabut saraf. Proses ini dinamakan aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju neuron saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Ketika diberi distimulus, nyeri lambat kronik dijalarkan ke medula spinalis oleh serabut C. Sedangkan rasa nyeri yang tajam dijalarkan serabut

  Aδ. Sewaktu memasuki medulla spinalis dari radiks

spinalis dorsalis, serabut rasa nyeri berakhir pada neuron di kornus dorsalis . Tahap ini

  menimbulkan persepsi nyeri yang dimodulasi oleh signal yang mempengaruhi proses tersebut. Proses terakhir adalah persepsi dimana pesan tersebut menuju otak dan

  23 menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan.

2.2 Pulpitis Reversibel Simptomatik

  Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi. Jaringan pulpa terletak dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses radang, sulit ditentukan peradangan dari jaringan pulpa terhadap iritasi. Rasa sakit karena peningkatan

  26

  tekanan intrapulpa. Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka. Gejalannya apabila diaplikasi stimulus dingin dan panas dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam. Rasa sakit ini timbul karena adanya

  1 peningkatan tekanan intrapulpa.

2.3 Bahan Pereda Nyeri

  Beberapa bahan alami telah digunakan dalam mengatasi inflamasi pulpa akibat pulpitis reversibel. Dalam penelitian Trimurni (1998), kemuning digunakan sebagai bahan coba dan menunjukkan bahwa terjadi penurunan sel radang pada

  31

  inflamasi pulpa yang diinduksi secara mekanis. Dalam penelitian Aldo Sabir (2005), propolis digunakan sebagai bahan coba dalam mengatasi inflamasi pulpa. Hasil penelitian tersebut menyatakan respon inflamasi pada pulpa tikus dari propolis

  27

  lebih baik dibanding eugenol sebagai kontrol. Selain itu, watermelon frost merupakan bahan alami yang telah digunakan dalam penelitian Dennis dan Trimurni Abidin (2009) dalam mengatasi inflamasi pulpa. Hasil penelitian tersebut menyatakan

  28

  eugenol dan watermelon frost memiliki efek dalam penurunan PGE . Bahan alami

  2

  lain seperti buah lerak juga digunakan penelitian Fitrah Utari (2010) dalam mengatasi nyeri pulpa dan diuji stimulasi pulpa pada gigi kelinci dengan frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA. Hasil penelitian tersebut ekstrak lerak 2,5% mempunyai

  29

  efek analgesik paling baik dibanding 5% dan 7,5%. Dalam penelitian Dennis (2015), watermelon frost juga memiliki efek dalam menurunkan substansi P (SP) yang merupakan mediator inflamasi neurogenik dan meningkatkan fosfatase alkali (ALP) pada pulpa yang mengalami pulpitis reversibel dibanding dengan kelompok

  30

  yang tidak diberi bahan coba. Beberapa bahan pereda nyeri yang digunakan dalam dunia kedokteran gigi diantaranya eugenol dan glukosteroid.

  Pereda nyeri yang biasanya digunakan pada saluran akar adalah eugenol. Eugenol telah banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi. Eugenol adalah derivat fenol yang bersifat sebagai antibakteri. Sifat antibakteria ini dapat menekan

  1

  pertumbuhan bakteri sehingga mengurangi inflamasi. Akan tetapi, eugenol dapat

  1,5

  bersifat sitotoksin berupa alergenitas dan dapat menyebabkan iritasi . Eugenol juga dapat menyebabkan terjadinya nekrosis sementum, tulang, dan peradangan

  6

  periapikal. Eugenol juga mempunyai efek antiinflamasi yaitu menghambat

  5

  siklooksigenase yang mensintesis enzim prostaglandin. Efek analgesik dari eugenol

  • dengan memblok ion kanal dan saraf aferen. Selain itu, eugenol juga memblok Na

  2+ +

  dan K . Eugenol juga dapat menghambat Ca yang mengeluarkan neurotransmiter

  7

  yang akan menghambat PGE 2 .

2.3.2 Glukosteroid

  Steroid yang sering digunakan adalah glukosteroid. Glukosteroid dapat mengurangi rasa sakit dan inflamasi pulpa. Walaupun banyak kekurangan glukosteroid, namun pemakaian glukosteroid dipercaya dapat menghambat dan mngurangi rasa nyeri. Steroid telah menunjukkan bahwa material ini dapat menurunkan nyeri pasca perawatan walaupun dengan hasil campuran. Steroid akan mengubah respon inflamasi dan vaskuler yang cukup menurunkan tingkatan nyeri. Namun steroid tidak dapat menurunkan nyeri parah. Dalam aplikasi endodontik, kerja obat ini tidak banyak hanya mempengaruhi nyeri yang derajatnya ringan.

  1 Glukosteroid memiliki kelemahan yang mempunyai efek imunosupresan.

2.4. Jahe Merah (Zingiber officinale roscoe)

  32 Menurut taksonominya, Zingiber officinale diklasifikasikan dalam :

   Kingdom : Plantae  Divisi : Spermatopyta

   Kelas : Monocotyledonae  Bangsa

    Marga : Zingiber

   Spesies : Zingiber officinale Ciri umum tanaman jahe adalah tumbuh berumpun. Batang semu, tidak bercabang, berbentuk bulat, tegak, tersusun dari lembaran pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan pangkal batang kemerahan, tinggi dapat mencapai 1 meter. Bunga majemuk terdiri atas kumpulan bunga yang berbentuk kerucut kecil, warna kelopak

  32 putih kekuningan.

  Jahe merah memiliki nama latin Zingiber officinale roscoe. Jahe merah merupakan tanaman dengan rimpang kuat dan menjalar. Jahe merah berbatang semu dan berwarna hijau kemerahan. Jahe merah mempunyai timpang kecil berlapis-lapis

  33 dengan aroma yang tajam, berwarna jingga muda sampai merah.

  Jahe memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat yang mampu memperkuat khasiat obat yang dicampurkannya. Minyak atsiri yang terkandung pada jahe merah sekitar 2,58-2,72%, termasuk volatile oil atau minyak yang mudah menguap. Minyak atsiri merupakan komponen yang memberikan bau atau aroma yang khas. Sementara itu, oleoresin termasuk non-volatile oil atau minyak yang tidak

  33 mudah menguap.

  Berdasarkan beberapa penelitian, unsur-unsur yang terkandung dalam jahe merah, yaitu n-nonyl aldehyde, d-champene, d-beta phellandrene, methylheptenone, cineol, d-borneol, geraniol, linalool, acetates, caprylate, citral, chavicol, dan

  33 zingiberene. Jahe merah biasanya digunakan sebagai campuran bahan obat.

  Jahe mempunyai efek antibakteria. Kandungan gingerol dan shogaol menunjukkan efektivitas antibakteria dan antifungal yang baik. Menurut penelitian, rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif diantaranya

  

Porphyromonas gingivalis, Porphyromonas endodontalis, dan Prevotella

  yang dapat menyebabkan penyakit periodontal. Kandungan [10]-

  intermediate 34 gingerol dan [12]-gingerol dapat menghambat beberapa bakteri di rongga mulut. farmakologi dan seperti efek antioksidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik,

  32

  1

  dan kardiotonik. Salah satu penyebab nyeri pulpa adalah adanya inflamasi. Jahe merah mempunyai komponen aktif yaitu gingerol dan shogaol yang berfungsi

  32

  menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator radang. Jahe

  35

  merah juga mempunyai kandungan saponin, tanin, dan alkaloid. Gingerol dan

  

44

  shogaol merupakan turunan dari alkaloid. Kandungan gingerol dan shagaol dapat

  32,36

  menghambat produksi PGE

  2 . Kandungan flavonoid juga dapat ditemukan pada

  jahe merah, yang dapat menghambat sintesis eikosanoid yang akan menyebabkan penurunan kandungan asam arakidonat yang lebih lanjut akan mengakibatkan pelepasan sejumlah mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, dan

  12 tromboksan.

2.5 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) sebagai Hewan Coba

  Hewan coba memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya dan biomedis khususnya. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) mempunyai berbagai jenis yang sering digunakan sebagai hewan coba diantaranya kelinci New Zealand, Lops, Dutch, dan California. Kelinci telah banyak digunakan pada penelitian biomedis. Penggunaan kelinci diperluas karena kemudahan dalam menanganinnya

  37 dan harganya yang relatif murah.

  Seekor kelinci yang normal mempunyai intuisi, aktif, ingin tahu, memiliki bulu yang lebat dan kondisi tubuh yang baik (Gambar 2). Ketika kelinci dilakukan percobaan yang menyebabkan nyeri, kelinci akan menunjukkan perubahan jalan, penarikan diri dan perlindungan dari cedera, postur yang canggung, menjilat,

  37

  menggosok atau menggaruk areanya, atau bahkan penurunan nafsu makan. Dalam penelitian ini, tingkah laku kelinci yang mudah untuk diamati berupa menjilat (licking) melalui metode stimulasi elektrik pada gigi. Metode stimulasi elektrik pada gigi ini diamati selama 1 jam dengan interval waktu 10 menit untuk mengevaluasi

  15 durasi maksimum bahan coba. Gambar 2. Kelinci (Oryctolagus cuniculus ) Gigi kelinci (Oryctolagus cuniculus ) memiliki densitas tulang yang mirip

  25

  dengan gigi manusia. Rumus gigi kelinci adalah 2 x (I2/2 C0/0 P3/2 M3/3). Kelinci memiliki 6 gigi insisivus. Terdapat 4 gigi insisivus maksila, 2 pada sisi labial yang memiliki groove vertikal pada garis tengahnya, dan 2 gigi rudimeter pada sisi palatalnya. Kelinci tidak mempunyai gigi kaninus baik di rahang atas maupun rahang bawah. Terdapat 6 gigi premolar pada rahang atas dan 4 gigi pada rahang bawah. Terdapat pula 6 gigi molar rahang atas dan 6 gigi pada rahang bawah. Diastema yang besar diantara gigi insisivus dengan gigi premolar. Gigi premolar memiliki bentuk

  38

  yang mirip dengan gigi molar, keduanya sering disebut gigi pipi. Gigi insisivus kelinci memiliki bentuk mahkota yang panjang, dan selalu erupsi terus menerus. Akar

  39 dari gigi insisivus kelinci termasuk apeks terbuka. Injuri Proses inflamasi neurogenik

  Pembebasan Mediator Kandungan Jahe Merah Alkaloid

  Meningkatan Meningkatnya Meningkatnya aliran darah di permeabilitas tekanan pulpa pembuluh intrapulpa

  Gingerol darah Shogaol

  Flavonoid Saponin

  Tanin Nyeri Pulpa

  Efek Analgesik ini, yang dihasilkan seperti Calsitonin Gene Related Peptide (CGRP) dan substansi P

  1

  yang menghasilkan persepsi nyeri. Pulpa terkurung oleh dentin yang kaku dan low-

  

compliance environment dan menyebabkan peningkatan tekanan jaringan dan

  mediator inflamasi penyebab nyeri. Pelepasan mediator nyeri ini menyebabkan nyeri langsung dengan menurunkan ambang rangsang sensorik. Mediator ini juga mengakibatkan nyeri tidak langsung dengan meningkatnya vasodilator anteriol dan permeabilitas venul sehingga terjadinya penumpukan cairan inflamasi dan

  1

  meningkatnya tekanan intrapulpa. Untuk mengatasi rasa nyeri tersebut, diperlukannya bahan pereda nyeri. Jahe merah mempunyai efek antiinflamasi. Kandungan dari jahe merah diantaranya gingerol dan shogaol. Senyawa tersebut memberi aktivitas farmakologi seperti antioksidan dan antibakteria. Jahe merah juga

  35

  mempunyai kandungan saponin, tanin, dan alkaloid. Komponen gingerol dan

  

44

  shogaol merupakan turunan dari alkaloid. Komponen aktif gingerol mempunyai

  32 efek menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi.

  Kandungan gingerol dan shogaol mempunyai efek dalam menghambat produksi

  36 PGE 2 . Kandungan flavonoid juga dapat ditemukan pada jahe merah, yang dapat

  menghambat sintesis eikosanoid. Penghambatan ini akan menyebabkan penurunan kandungan asam arakidonat yang lebih lanjut akan mengakibatkan pelepasan

  12 sejumlah mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan.

Dokumen yang terkait

2.1.2 Penilaian Status Gizi - Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

0 1 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

1 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Bidan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Apendisitis - Perbandingan Keakuratan Antara C – Reaktif Protein Dan Hitung Leukosit Dalam Mendiagnosis Radang Apendiks Akut Pada Anak Di Rumah Sakit Pendidikan FK USU

1 4 13

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.1.1 Komposisi - Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

0 0 25

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

0 0 8

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Kayu Manis Terhadap Jumlah Candida albicans

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Dengan Panjang Jari Tangan Kanan Pada Suku Batak Toba

0 0 21

Judul Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale roscoe ) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 23