DANA PENSIUN Perbedaan Dana Pensiun Konv

DANA PENSIUN
(Perbedaan Dana Pensiun Konvensional dan Syariah)
Dosen Pengampu:
Shulhah Nurullaily, S.H.I., M.E.I.

Disusun oleh:

Lailatul Hanifah

(14810021)

Mufti Baihaqi

(14810046)

Nurul Isnaini

(14810071)

Ahmad Rifa’i


(14810109)

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar belakang
Indonesia kini tengah berada pada fase booming produk-produk keuangan

syariah. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia dan perekonomian
terbesar di Asia Tenggara, potensi pengembangan keuangan syariah di Indonesia
masih sangat terbuka lebar. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan
dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Jaminan tersebut
dimungkinkan dapat menyelesaikan masalah-masalah karyawan yang timbul

seiring risiko didalam dunia pekerjaan. Risiko-risiko tersebut antara lain, risiko
kehilangan pekerjaan, usia yang kurang produktif (lanjut usia), kecelakaan yang
mengakibatkan kecacatan fisik atau bahkan meninggal dunia.
Sehingga untuk mengatasi permasalahan yang kemungkinan terjadi maka
diciptakan sebuah usaha pencegahan seperti penyelenggaraan program pensiun
yang dikelola sendiri oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah
sebagai pemberi kerja yang telah dikenal selama ini. Penyelenggaraan program
pensiun bagi kesejahteraan karyawan dimaksudkan sebagai bentuk timbal balik
(feedback) pemberi kerja kepada karyawan apabila sewaktu-waktu karyawan
tersebut berhenti bekerja akibat ketidak mampu bekerja atau mungkin meninggal
dunia.1

B.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan diatas, rumusan masalah yang

akan kami sampaikan yaitu:
a) Bagaimana latar belakang adanya dana pensiun?
b) Apa saja fungsi dan macam-macam dana pensiun?

c) Bagaimana sistem pembayaran dana pensiun?
d) Bagaimana manajemen pengelolaan dana pensiun?
e) Apa yang dimaksud dana pensiun syariah?

1

http://www.kompasiana.com/rifqy-tazkiyyaturrohmah/dana-pensiun-syariah-sejahtera-di-haritua_558d5d99b77a618713722949

1

f) Apakah peran organisasi dana pensiun?

C.

Tujuan makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan diatas, tujuan makalah

yang kami harapkan yaitu:
a) Mengetahui latar belakang adanya dana pensiun.
b) Mengetahui fungsi dan macam-macam dana pensiun.

c) Memahami sistem pembayaran dana pensiun.
d) Memahami manajemen pengelolaan dana pensiun.
e) Memahami dana pensiun syariah.
f) Mengetahui peran organisasi dana pensiun.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Latar belakang adanya dana pensiun
Diera tahun 70-an sampai 80-an, masyarakat Indonesia berlomba-lomba

mencari pekerjaan sebagai pegawai negeri dengan tujuan agar mereka memperoleh
pensiun di masa tuanya. Pensiun merupakan dambaan memperoleh penghasilan
setelah berakhirnya masa kerja seseorang dan masa itu masyarakat masih berpikir
bahwa pada usia menjelang pensiun adalah masa yang sudah tidak produktif lagi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pilihan utama mereka terjun ke dunia

kerja adalah pegawai negeri, karena sebagai pegawai negeri pada saat itu
memberikan kepastian adanya pensiun. Jika pada era 70-an sampai 80-an belum
banyak perusahaan yang menyediakan dana pensiun bagi karyawannya, maka diera
tahun 90-an menjadi sebaliknya. Apalagi setelah keluarnya suatu Undang-undang
yang mengaturnya yaitu UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Hampir
seluruh perusahaan dewasa ini telah menyelenggarakan dana pensiun bagi
karyawannya, banyak alternatif pilihan untuk memperoleh pensiun dari lembaga
lainnya. 2
Dana Pensiun adalah merupakan upaya untuk mempertahankan kesejahteraan
pada saat orang tersebut sudah tidak bekerja lagi (pensiun). Dengan demikian, pada
masa seseorang masih produktif (masih bekerja), ia mendapat ketenangan karena
adanya jaminan kesinambungan pendapatan pada saat seorang karyawan sudah
pensiun. Bagi perusahaaan karyawannya bekerja secara tenang akan diuntungkan
karena kondisi tersebut dapat meningkatkan loyalitas dan produktifitas
karyawannya.3
Di AS, dana pensiun dapat dikelola oleh perusahaan tempat pegawai
bersangkutan bekerja atau dikelola oleh suatu badan hukum yang terpisah. ERISA
(Employee Retirement Income Security Act of 1974) adalah aturan yang digunakan
untuk usaha dana pensiun di Amerika Serikat. Pada Undang-undang ini mengatur
serta mendefinisikan tugas “amanah” (Fiduciary Duties) dan persyaratan serta

2

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 289
Ling Suprihatin, SKRIPSI: Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Terhadap Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK Muamalat), (Jakarta: UIN Syarif Hdayatullah, 2010), Hal. 2

3

3

ketentuan tentang dana pensiun, sedangkan di Indonesia diatur oleh Undangundang No.11 tahun 1992 tentang dana pensiun.4
Maka dari pengertiannya suatu perusahaan dana pensiun itu secara umum
dapat dikatakan merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan dari
suatu perusahaan dan memberikan pendapatan kepada peserta pensiun sesuai
perjanjian. Artinya Dana Pensiun dikelola oleh suatu lembaga dan memungut dana
dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan, kemudian membayarkan kembali
dana tersebut dalam bentuk pensiun dapat diberikan pada saat karyawan tersebut
sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sehingga memperoleh hak
untuk mendapatkan dana pensiun. Dan pengertian pensiun itu sendiri adalah hak
seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah

memasuki usia atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang sudah
ditetapkan.5
Adanya dana pensiun tidak hanya menguntungkan karyawan saja, perusahaan
(pemberi kerja) juga diuntungkan yaitu memelihara legalitas karyawan sehingga
mengurangi tingkat turnover karyawan, meningkatkan semangat produktivitas
karyawan dan meningkatkan kompetensi pasar tenaga kerja. Jadi, pemberian dana
pensiun menguntungkan kedua belah pihak yaitu karyawan dan pemberi kerja.6

B.

Fungsi dan Macam-macam Dana Pensiun
Pada program pensiun mempunyai tiga fungsi, yaitu; fungsi asuransi, fungsi

tabungan dan fungsi pensiun. Program pensiun memiliki fungsi asuransi, karena
memberikan jaminan kepada peserta untuk mengatasi resiko kehilangan
pendapatan yang disebabkan oleh kematian atau usia pensiun. Program pensiun
memiliki tabungan, karena selama masa kerja karyawan harus membayar iuran
(seperti premi). Program pensiun memiliki fungsi pensiun, karena manfaat yang

4


Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, 2005), edisi kedua, Cet 2, hal 168.
5
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 295
6
Ling Suprihatin, SKRIPSI: Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Terhadap Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK Muamalat), (Jakarta: UIN Syarif Hdayatullah, 2010), hal. 4

4

akan diterima oleh peserta dapat dilakukan secara berkala selama hidup. 7 Yaitu
sebagai berikut:
a. Fungsi Asuransi
Penyelenggaraan

program

pensiun


mengandung

azas

kebersamaan

sebagaimana dengan program asuransi. Sebagai contoh, seorang peserta program
pensiun mengalami cacat atau meninggal karena kecelakaan yang menyebabkannya
kehilangan pendapatan. Sebelum memasuki usia pensiun, kepada peserta tersebut
akan diberikan manfaat sebesar yang dijanjikan atas beban dana pensiun.

b. Fungsi Tabungan
Karena dana pensiun bertugas mengumpulkan dan mengembangkan dana,
maka dana tersebut merupakan akumulasi dari iuran peserta (pemberi kerja,
karyawan, pemberi kerja bersama karyawan, pekerja mandiri), kemudian iuran itu
akan diperlakukan seperti tabungan. Selanjutnya dana yang terkumpul akan
dikembangkan yang nantinya digunakan untuk membayar manfaat pensiun peserta.
Besarnya manfaat pensiun peserta tergantung pada:
1) Akumulasi dana yang telah disetor
2) Jangka waktu pesertaan

3) Hasil pengembangan dana yang terkumpul
Sebagai contoh, seorang peserta (karyawan atau pekerja mandiri) ingin
mengakhiri kepesertaanya. Kepada peserta tersebut, diberikan sejumlah dana yang
besarnya sama dengan iuran yang telah disetorkan kepada dana pensiun. Hal ini
bertujuan untuk menjaga likuiditas dana pensiun dalam jangka panjang.

c. Fungsi Pensiun
Fungsi ini telah rujukan dari azas pokok penyelenggaraan program pensiun,
yaitu azas penundaan manfaat pensiun. Artinya peserta akan diberi jaminan
kelangsungan pendapatan dalam bentuk pembayaran secara berkala seumur hidup
setelah pensiun.
Ada empat (4) cara pembayaran manfaat pensiun, yaitu:

Imam Sudjono, DPLK BMI (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), ”FINANCIAL Institution Pension
Fund”, (Jakarta: Gramedia, 1999), hal 35
7

5

1) Pensiun Normal, artinya pembayaran hak pensiun setelah mencapai usia

pensiun normal perjanjian.
2) Pensiun dipercepat, artinya pembayaran hak pensiun minimal 10 tahun
sebelum mencapai usia pensiun normal.
3) Pensiun ditunda, artinya pembayaran hak pensiun yang ditunda apabila
berhenti bekerja minimal tiga (3) tahun masa kepesertaan dan belum
mencapai usia pensiun dipercepat.
4) Pensiun Cacat, artinya pembayaran hak pensiun bagi yang menderita cacat
total (tetap) akibat kecelakaan kerja.8
Dan menurut UU No.11 tahun 1992, jenis atau macam-macam dana pensiun
dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Dana pensiun pemberi kerja adalah lembaga penghimpun dana pensiun
yang dibentuk pihak pemberi kerja, dalam hal ini perusahaan untuk para pekerjanya
sendiri dan peserta program ini tidak bisa menjadi peserta DPPK lagi.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah badan hukum yang dibentuk
oleh Bank dan Perusahaan Asuransi Jiwa (PAJ) yang menyelenggarakan program
pensiun iuran pasti bagi pesertanya.
Mengenai perbedaan antara Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dengan
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Perbedaan DPPK dan DPLK

1.
2.
3.
4.
5.
6.

DPPK
(Dana Pensiun Pemberi Kerja)
Diselenggarakan oleh pemberi kerja.
Menjalankan program pensiun manfaat pasti.
Manfaat pensiun sudah ditentukan besarnya.
Pengelolaan dana sepenuhnya kuasa DPPK.
Manajemennya terpisah dari pemberi kerja.
Seluruh resiko investasi tanggung jawab
pemberi kerja.

1.
2.
3.

4.
5.

DPLK
(Dana Pensiun Lembaga Keuangan)
Diselenggarakan oleh bank atau perusahaan
asuransi.
Menjalankan program iuran pasti.
Besarnya manfaat pensiun tergantung dari masa
kepesertaan, besarnya iuran dan pertumbuhan
investasi.
Pilihan
investasi
ditentukan
peserta
dan
perkembangannya dilaporkan secara transparan.
Dapat terus diikuti walaupun telah pindah ke
perusahaan lain.

Imam Sudjono, DPLK BMI (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), “Financial Institution Pension Fund”,
(Jakarta: Gramedia, 1999), hal 37
8

6

C.

Sistem Pembayaran Dana Pensiun
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No 343/KMK.017/1998 pembayaran

pension dilakukan dengan 2 rumus yang tersedia yaitu rumus bulanan atau rumus
sekaligus.
1. Program Pensiun manfaat Pasti (PPMP)
Pembayaran manfaat pensiun bagi dana pensiun pemberi kerja yang
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) menurut Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998 tanggal 13 Juli 1998 dapat
dilakukan dengan memilih dua formula yang tersedia, yaitu Rumus Bulanan atau
Rumus Sekaligus. Namun demikian, sesuai Dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 343/KMK.017/1998 sebagaimana disebutkan di atas, pembayaran manfaat
pensiun oleh Dana Pensiun dapat pula dilaksanakan:
a. Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan perbulan oleh dana pensiun yang
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti yang menggunakan
Rumus Bulanan kurang dari Rp 300.000 nilai sekarang dari manfaat pensiun
tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
b. Dalam hal jumlah pensiun yang menjadi hakpeserta pada program pensiun
manfaat pasti yang menggunakan Rumus Sekaligus lebih kecil dari pada Rp
36.000.000, manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.

Rumus Bulanan
Besarnya manfaat pensiun untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus bulanan adalah merupakan hasil perkalian
dari:
MP = FPe x MK x PDP
Dimana:
MP

= Manfaat pensiun

FPe

= Faktor Penghargaan dalam persentase (%)

MK

= Masa kerja

PDP

= Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan

terakhir.

7

Dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan Rumus Bulanan,
besarnya faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan
manfaat pensiun per bulan tidak boleh melebihi 80% (delapan puluh per seratus)
dari penghasilan dasar pensiun.

Rumus Sekaligus
Besarnya manfaat untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) yang dihitung
dengan menggunakan rumus sekaligus adalah merupakan hasil perkalian dari:
MP = FPd x MK x PDP
Dimana:
MP = Manfaat pensiun
FPd = Faktor Penghasilan dalam desimal
MK = Masa kerja
PDP =

Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata

penghasilan dasar pensiun selama bebrapa bulan terkhir (average final earning).
Selanjutnya, dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan
Rumus Sekaligus, besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh
melebihi 2,5%, dan total manfaat pensiun tidak boleh melebihi 80 x (delapan puluh
kali) penghasilan dasar pensiun. Sedangkan pembayaran manfaat pensiun dari
program pensiun iuran pasti yang jumlah akumulasi iuran dan hasil
pengembangannya lebih kecil daripada Rp 36.000.000 dapat dibayarkan sekaligus.

Iuran Peserta
Program Pensiun Manfaat Pasti. Iuran peserta dalam 1 (satu) tahun untuk program
pensiun manfaat pasti yang menggunakan rumus bulanan maksimal 3 (tiga) kali
faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam presentase kali
Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Sedangkan iuran peserta dalam satu tahun
yang menggunakan Rumus Sekaligus maksimal 3% kali faktor penghargaan per
tahun masa kerja yang dinyatakan dalam desimal kali Penghasilan Dasar Pensiun
pertahun.

8

Iuran Peserta dalam Rumus Bulanan
IP =3 x FPe x PDP
Dimana:
IP

= Iuran pensiun

FPe

= Faktor Penghargaan per tahun dalam persentase (%)

PDP

= Penghasilan Dasar Pensiun per tahun

Iuran Peserta Dengan Rumus Sekaligus
IP =3 x FPd x PDP
Dimana
IP = iuran pensiun
FPd = Faktor Penghargaan per tahun dalam desimal
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun per tahun

Program Pensiun Iuran Pasti.
Jumlah iuran per tahun yang dibutuhkan atas nama masing-masing peserta dalam
Program Pensiun Iuran Pasti sebanyak-banyaknya 20% dari Penghasilan Dasar
Pensiun pertahun. Dalam hal peserta turut membayar iuran, iuran sebanyakbanyaknya 60% dari iuran pemberi kerja.
Untuk memperoleh iuran bagi peserta dana pensiun berdasarkan keuntungan
wajib ditetapkan rumus besarnya iuran kerja dengan menyatakan sejumlah
presentase tertentu dari keuntungan pemberi kerja dalam satu tahun, sebelum
dikurangi pajak penghasilan yanag akan dibayarkan sebagai iuran pemberi kerja.
Apabila pemberi kerja tidak memperoleh keuntungan, maka pemberi kerja wajib
membayar iuran dalam jumlah sekurang-kurangnya 1% dari Penghasilan Dasar
Pensiun Peserta dalam satu tahun.
Dengan

dikeluarkannya

Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

343/KMK.017/1998, maka ketentuan pembatasan Penghasilan Dasar Pensiun
maksimum dalam perhitungan iuran atau manfaat pensiun, yaitu maksimal Rp60
juta pertahun (Rp 5 juta perbulan) tidak lagi diberlakukan.9

9

Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) Hlm. 307

9

D.

Manajemen Pengelolaan Dana Pensiun
Pendanaan program pensiun, baik dalam rangka memenuhi ketentuan

mauppun un tuk tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan menyebabkan
terjadinya akumulasi kekayaan yang nantinya digunakan untuk membayar manfaat
pensiun dan dana edministrasi. Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana
pensiun akan mengurangi biaya biaya langsung program pensiun manfaat pasti dan
meningkatkan manfaat pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti.
Dana pensiun biasanya mengembangkan kebijakan investasi secara tertulis dalam
pengelolaan kekayaannya. Akan tetapi, tidak semua program pensiun memiliki
kebijakan investasi formal.

Pada prinsipnya, dana pensiun dapat melakukan

investasi dalam berbagai bentuk.
Dana pensiun di Indonesia masih belum diperkenankan melakukan investasi
dlamm surat surat berhasrga yang diterbitkan pihak luar negeri. Investasi dana
pensiun secara umum diarahkan pada deposito berjangka di bank, deposito on call
di bank, sertifikan deposito, obligasi yang tercataat di bursa efek, tanah, bangunan,
reksa dana, SBI, surat berharga yang diterbitkan pemerintah dan lain lain. Dana
Pensiun dilarang menempatkan investasi, kecuali pada jenis investasi sebagai
berikut:
a. tabungan pada Bank;
b. deposito on call pada Bank;
c. deposito berjangka pada Bank;
d. sertifikat deposito pada Bank;
e. surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia;
f. Surat Berharga Negara;
g. saham yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia;
h. obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia;
i. Reksa Dana yang terdiri dari:


Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana pendapatan tetap, Reksa Dana
campuran, dan Reksa Dana saham;



Reksa Dana terproteksi, Reksa Dana dengan penjaminan dan Reksa Dana
indeks;

10



Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas;



Reksa Dana yang saham atau unit penyertaannya diperdagangkan di
Bursa Efek di Indonesia;

j. MTN;
k. efek beragun aset;
l. dana investasi real estat berbentuk kontrak investasi kolektif;
m. kontrak opsi dan kontrak berjangka efek yang diperdagangkan di Bursa Efek di
Indonesia;
n. REPO ...
o. penyertaan langsung baik di Indonesia maupun di luar negeri;
p. tanah di Indonesia; dan/atau
q. bangunan di Indonesia.10
Kekayaan yang dikategorikan sebagai bukan investasi, termasuk:
Kas, giro dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Piutang yang diperkenankan UU Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya
Perangkat komputer
Biaya dibayar dimuka
Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1992, pengelolaan dana pensiun harus
dilakukan pengurus berdasarkan arahan investasi yang digariskan oleh pendiri dana
pensiun dan ketentuan tentang investasi yang ditetapka oleh Menteri Keuangan.
Arahan investasi tersebut sekurang-kurangnya harus mencantumkan hal-hal
sebagai berikut:
a) Sasaran hasil investasi setiap tahun dalam bentuk kuantitatif yang harus
dicapai oleh pengurus
b) Batas maksimum proporsi kekayaan dana pensiun yang dapat ditempatkan
pada satu pihak
c) Objek investasi yang dilarang untuk penempatan kekayaan dana pensiun
d) Ketentuan likuiditas minimum portofolio investasi dana pensiun
e) Sistem pengawasan dan pelaporan pengelolahan investasi
f) Ketentuan mengenai penggunaan tenaga ahli, penasihat, lembaga keuangan
dan jasa lain yang dipergunakan dalam pengelolaan investasi.
10

Salinan Peraturan OJK NO. 3/POJK.05/2015 Tentang Investasi Dana Pensiun

11

g) Sanksi yang akan diterapkan dana pensiun kepada pengurus atas pelanggaran
ketentuan mengenai investasi yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dana
Pensiun dan peraturan pelaksanaannya.
Selanjutnya atas dasar arahan investasi tersebut di atas, pengurus dalam
mengelola investasi kekayaan dana pensiun wajib menyusun rencana investasi
tahunan yang mencerminkan penerapan prinsip-prinsip penyebaran risiko dan
keputusan investasi yang objektif. Rencana investasi tersebut harus memperoleh
persetujuan Dewan Pengawas Dana Pensiun dan sekurang-kurangnya memuat:
a. Rencana komposisi jenis investasi
b. Perkiraan tingkat hasil investasiuntuk masing-masing jenis investasi
c. Pertimbangan yang mendasari rencana komposisi jenis investasi
Perkembangan portofolio investasi kekayaan dana pensiun harus diumumkan
kepada peserta sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali dan menyampaikan
laporan perkembangan portofolio dan hasil investasi kepada Pendiri, Dewan
Pengawas dan Pengurus Dana Pensiun. Pengelolaan Kekayaan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan hanya dapat menawarkan portofolio yang tergolong investasi
dalam dana pensiun sebagaimana disebutkan di atas.

Ketentuan Investasi Dana Pensiun
Dana Pensiun dalam mengelola kekayaan dana pensiun harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
a. Investasi dalam bentuk SPBU hanya dapat ditempatkan pada SPBU yang
diterbitkan oleh badan hukum yang bukan pendiri dan mitra pendiri dari Dana
Pensiun termasuk afiliasinya-afiliasinya.
b. Penyertaan langsung pada saham dan surat pengakuan utang yang berjangka
waktu lebih dari satu tahun tidak boleh melebihi 15% dari jumlah investasi.
c. Investasi pada tanah dan bangunan tidak boleh melebihi 15% dari jumlah
investasi.
d. Investasi pada kekayaan yang dikategorikan sebagai investasi sebagaimana
dijelaskan di atas pada satu pihak (perseorangan, perusahaan, usaha bersama,
asosiasi, atau kelompok usaha) tidak boleh melebihi 10% dari jumlah
investasi dana pensiun.

12

Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, kebijakan investasi harus
memenuhi prinsip prinsip syariah menurut Fatwa DSN MUI. Kebijakan investasi
dan pa pensiun syariah di samping terpenuhinya prinsip syariah, minimal mencakup
komponen sebagai berikut:11
 Tingkat keuntungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan memaksimalkan keuntungan dengan memperhatikan keamana dana
dan kebiutuhan likuiditas.
 Risiko yang diterima, yaitu penentuan jumlah resiko yang mungkin
dihadapi dalam kegiiatan investai.
 Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih kecil.

E.

Dana Pensiun Syariah
Dana pensiun syariah menurut ketetapan Otoritas Jasa Keuangan adalah

badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai
dana pensiun yang diselenggarakan sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan
lembaga pensiun syariah yang berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Syariah (DPLK Syariah) diantaranya adalah Bank Muamalat, Manulife (Principal
Indonesia), Allianz, BNI, dan PT Asuransi Takaful Keluarga. Dan investasi hanya
boleh dilakukan pada instrumen–instrumen yang dibenarkan menurut DSN-MUI.
Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah (DPLK Syariah) memiliki ketentuan
sebagai berikut:
1.

Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah hanya dapat menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti Syariah.

2.

Bank syariah dan perusahaan ta’min jiwa syariah dapat bertindak sebagai
pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

3.

Untuk dapat mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, bank atau
perusahaanta’min jiwa, wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada
pejabat yang berwenang, dengan melampirkan peraturan Dana Pensiun.

11

Andri Sumitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), Hlm. 298-299

13

4.

Setiap perubahan atas peraturan Dana Pensiun Syariah wajib mendapatkan
pengesahan dari pejabat yang berwenang.

5.

Kepesertaan dalam Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah terbuka bagi
perorangan baik karyawan maupun pekerja mandiri.’

6.

Peserta berhak atas iurannya, termasuk di dalamnya iuran pemberi kerja atas
nama peserta, apabila ada, ditambah dengan hasil pengembangannya,
terhitung sejak tanggal kepesertaannya yang dibukukan atas nama peserta
pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah.

7.

Dalam hal peserta meninggal dunia, maka hak peserta menjadi hak ahli
warisnya.

8.

Pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai
pengurus dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dan bertanggung
jawab atas pengelolaan investasi syariah dari Dana Pensiun Lembaga
Keuangan Syariah dengan memenuhi ketentuan tentang investasi syariah
yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

9.

Dalam hal bank Syariah atau perusahaan ta’min jiwa Syariah pendiri Dana
Pensiun Lembaga Keuangan Syariah bubar, Dana Pensiun Lembaga
Keuangan Syariah bubar, dan pejabat yang berwenang menunjuk likuidator
untuk melakukan penyelesaian.

10. Likuidator bank Syariah atau perusahaan ta’min jiwa pendiri Dana Pensiun
Lembaga Keuangan Syariah yang bubar dapat ditunjuk sebagai likuidator
Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah.
11. Kekayaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah harus dikecualikan dari
setiap tuntutan hukum atas kekayaan bank atau perusahaan ta’min jiwa
syariah pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah.

Perkembangan Dana Pensiun Syariah dan Faktor yang Mempengaruhinya
Sampai saat ini, perkembangan dana pensiun syariah di Indonesia masih
lamban, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.

Tidak berhubungan langsung dengan masyarakat.

2.

Keterbatasan regulasi, “…Jika perbankan, asuransi, obligasi dan reksadana
syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-

14

MUI, berbeda halnya dengan dana pensiun syariah. “Belum ada satupun
peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka
operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana
pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus,”
3.

Keterbatasan instrument investasi, Hambatan lain juga tertuang dalam UU
No.11/1992 tentang Dana Pensiun. Selama ini Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK) syariah mengeluhkan tentang produk investasi terikat
(mudharabah muqayyadah/ restricted investemnet) yang berpotensi besar,
tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah.

4.

Belum jelasnya tata kelola dana pensiun syariah serta kurangnya sosialisasi.

5.

Edukasi tentang tentang pentingnya dana pensiun syariah

F.

ASOSIASI DPLK
Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan Indonesia (Asosiasi DPLK)

pertama kali berdiri pada tahun 1997 sebagai organisasi nirlaba dengan tujuan
meningkatkan peran aktif industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di
Indonesia, baik kepada masyarakat, para anggotanya, maupun pemerintah, juga
untuk memperjuangkan kepentingan bersama dan mengusahakan kemajuan para
anggotanya. Asosiasi DPLK saat ini terdiri dari 22 anggota, 6 dari perbankan dan
16 dari asuransi jiwa yang merupakan perusahaan penyelenggara DPLK di
Indonesia. Kepengurusan Asosiasi DPLK terdiri dari Dewan Pengurus, yang dipilih
dalam rapat umum anggota untuk periode 3 tahun kepengurusan. Selain dewan
pengurus, juga terbentuk dewan penasihat dan pelindung. Asosiasi DPLK berupaya
optimal untuk menjalankan visi dan misinya dalam membangun industri dana
pension pada saat ini dan dimasa yang akan datang.

Visi dan Misi Asosiasi DPLK
Visi
Mengoptimalkan peran Asosiasi DPLK dalam mengembangkan industri
dana pensiun khususnya DPLK dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sejahtera.

15

Misi
a. Memperjuangkan kepentingan industri DPLK demi kemajuan bersama.
b. Berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan, memperjuangkan aspirasi
serta berbagai informasi bagi para anggotanya sehubungan dengan
pengelolaan DPLK
c. Mewujudkan pengelolaan dana yang akuntabel sesuai dengan pedoman
“Good Pension Fund Governance”
d. Meningkatkan keberadaan dan peran serta DPLK dalam membantu
pemerintah untuk meningkatkan kemajuan Lembaga Keuangan non-Bank.

16

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa, program pensiun syariah saat ini masih

dilakukan secara terbatas oleh DPLK di beberapa bank dan asuransi syariah, selain
itu juga pada umumnya produk DPLK syariah hanya memiliki beberapa produk,
yaitu asuransi dan tabungan, sedangkan yang bersifat investasi belum mendapat
regulasi dari DSN-MUI.

B.

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. 2001. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Rianto, Nur. Lembaga Keuangan Syariah. 2012. Bandung: CV Pustaka Setia
Subagyo. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. 2005. Yogyakarta: Bagian
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Sudjono, Imam. DPLK BMI (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), “Financial
Institution Pension Fund”. 1999. Jakarta: Gramedia
Sumitra, Andri Sumitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. 2009. Jakarta:
Kencana
Suprihatin, Ling. SKRIPSI: Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Terhadap
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK Muamalat). 2010. Jakarta: UIN
Syarif Hdayatullah
Salinan Peraturan OJK NO. 3/POJK.05/2015 Tentang Investasi Dana Pensiun

Internet
http://www.kompasiana.com/rifqy-tazkiyyaturrohmah/dana-pensiun-syariahsejahtera-di-hari-tua_558d5d99b77a618713722949

18