Ergonomi pada jendela di ruang kelas
ALAT BANTU MEUBEL JENDELA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ergonomi
Oleh kelompok dengan anggota :
Yashifa Sahara Achinza
1603152241
Widane Rostieka Martary
1603152265
Nita Maulina Limbong
1603152247
Azimi Faqqihuddin Arsyad
1603154079
Kelas DI-39-01
PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR
FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
2016
Ergonomi
1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula
dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi
tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi
dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya
(Nurmianto, 2004).
Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas,
maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan
fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan
tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan
juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk
peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan
boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan
mencelakakan.
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga
kerja. Tujuan utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003),
yaitu :
1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.
2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
4. Memaksimalkan bentuk kerja
Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain :
a. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).
Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja
(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja
(workholders),
sistem
pengendali
(controls),
alat
peraga
(displays),
jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela (windows) dan lain – lain.
b. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain – lain.
c. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.
Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan
ngilu 1ada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat
peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja
(handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan
instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses
transfer informasi dan lain – lain.
2. Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos, antropos berarti
manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran – ukuran tubuh
manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya)
maupun
dinamis
(disesuaikan
dengan
pekerjaan)
(Wignjosoebroto,
2003).
Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan
karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa
segmen tubuh manusia. Ukuran – ukuran tubuh manusia sangat bervariasi,
bergantung pada umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke
masa. Pengukuran dimensi – dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang
terpenting dari antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan
desain berbagai peralatan, mesin, proses dan tempat kerja (Harrianto, 2008).
Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu : Pada sikap
berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, tinggi
pangkal jari tangan, tinggi ujung – ujung jari. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi
posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal paha, jarak bokong – lutut, jarak bokong –
lekuk lutut, tinggi lutut, lebar bahu, lebar pinggul (Harrianto, 2008).
Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata – rata ( )
dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah
suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang
ukurannya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil).
Misalnya 95th persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau
berada di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5th persentil akan menunjukkan 5%
populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu (Wignjosoebroto, 2003).
Alat antropometer dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh. Selain
itu, pengukuran tubuh dapat dilakukan dengan metode ukur tukang jahit menurut
Suma’mur (antropometry by Suma’mur’s tailor method) (Suma’mur, 1989).
a. Sikap Kerja
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas (Tarwaka, 2004).
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
1. Sikap kerja duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit energi
daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada
kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga
dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah
punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan
meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring.
Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang
atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan
cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan
tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004).
Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan
dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan
sedikit mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar
yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta
bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap setinggi
atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua
tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari
duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan
siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).
Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang direkomendasikan oleh
Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al. (1982, 1984) (kanan). (Sumber : Pheasant, S,
1986)
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya kelelahan pada kaki.
b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah.
c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Namun,
kegiatan
bekerja
sambil
duduk
juga
dapat
menimbulkan
kerugian/masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara
lain :
a. Melembeknya otot – otot perut.
b. Melengkungnya punggung.
c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem
pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.
2. Sikap kerja berdiri.
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan
posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan
ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan
sikap kerja duduk (Rizki, 2007).
Pemecahan masalah
Penciptaan ulang mebel dapat menjadi solusi dari masalah tersebut, dengan
menambahkan fitur dengan fungsi untuk mempermudah pekerjaan saat menggunakan jendela, yaitu
menambahkan tuas untuk membuka, menutup, dan
mengunci tingkat terbukanya daun jendela.
Bingkai dasar jendela tetap menggunakan
bahan aluminium seperti aslinya, yang di dalamnya
terdapat rel atau rantai untuk menyesuaikan daun
jendela dengan prinsip gesekan seperti pada ban
sepeda terhadap permukaan tanah, namun dapat
mengunci bagian permukaan yang kasar.
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ergonomi
Oleh kelompok dengan anggota :
Yashifa Sahara Achinza
1603152241
Widane Rostieka Martary
1603152265
Nita Maulina Limbong
1603152247
Azimi Faqqihuddin Arsyad
1603154079
Kelas DI-39-01
PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR
FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
2016
Ergonomi
1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula
dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi
tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi
dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya
(Nurmianto, 2004).
Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas,
maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan
fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan
tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan
juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk
peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan
boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan
mencelakakan.
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga
kerja. Tujuan utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003),
yaitu :
1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.
2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
4. Memaksimalkan bentuk kerja
Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain :
a. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).
Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja
(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja
(workholders),
sistem
pengendali
(controls),
alat
peraga
(displays),
jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela (windows) dan lain – lain.
b. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain – lain.
c. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.
Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan
ngilu 1ada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat
peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja
(handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan
instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses
transfer informasi dan lain – lain.
2. Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos, antropos berarti
manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran – ukuran tubuh
manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya)
maupun
dinamis
(disesuaikan
dengan
pekerjaan)
(Wignjosoebroto,
2003).
Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan
karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa
segmen tubuh manusia. Ukuran – ukuran tubuh manusia sangat bervariasi,
bergantung pada umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke
masa. Pengukuran dimensi – dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang
terpenting dari antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan
desain berbagai peralatan, mesin, proses dan tempat kerja (Harrianto, 2008).
Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu : Pada sikap
berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, tinggi
pangkal jari tangan, tinggi ujung – ujung jari. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi
posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal paha, jarak bokong – lutut, jarak bokong –
lekuk lutut, tinggi lutut, lebar bahu, lebar pinggul (Harrianto, 2008).
Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata – rata ( )
dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah
suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang
ukurannya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil).
Misalnya 95th persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau
berada di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5th persentil akan menunjukkan 5%
populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu (Wignjosoebroto, 2003).
Alat antropometer dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh. Selain
itu, pengukuran tubuh dapat dilakukan dengan metode ukur tukang jahit menurut
Suma’mur (antropometry by Suma’mur’s tailor method) (Suma’mur, 1989).
a. Sikap Kerja
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas (Tarwaka, 2004).
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
1. Sikap kerja duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit energi
daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada
kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga
dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah
punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan
meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring.
Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang
atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan
cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan
tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004).
Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan
dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan
sedikit mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar
yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta
bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap setinggi
atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua
tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari
duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan
siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).
Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang direkomendasikan oleh
Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al. (1982, 1984) (kanan). (Sumber : Pheasant, S,
1986)
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya kelelahan pada kaki.
b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah.
c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Namun,
kegiatan
bekerja
sambil
duduk
juga
dapat
menimbulkan
kerugian/masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara
lain :
a. Melembeknya otot – otot perut.
b. Melengkungnya punggung.
c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem
pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.
2. Sikap kerja berdiri.
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan
posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan
ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan
sikap kerja duduk (Rizki, 2007).
Pemecahan masalah
Penciptaan ulang mebel dapat menjadi solusi dari masalah tersebut, dengan
menambahkan fitur dengan fungsi untuk mempermudah pekerjaan saat menggunakan jendela, yaitu
menambahkan tuas untuk membuka, menutup, dan
mengunci tingkat terbukanya daun jendela.
Bingkai dasar jendela tetap menggunakan
bahan aluminium seperti aslinya, yang di dalamnya
terdapat rel atau rantai untuk menyesuaikan daun
jendela dengan prinsip gesekan seperti pada ban
sepeda terhadap permukaan tanah, namun dapat
mengunci bagian permukaan yang kasar.