Pemilihan Umum di Indonesia Tahun 2014
Prismadit6rbitkanolehLembaga"".fu,,,ffisosial(LP3Es)
dan dimaksudkan sobagai eedia infomasi dan forum p+bahasan masalah pembangunan €konomi,
perkembangan sosial dan p€rubahan kultural di lndonesiaFan sekitamya. Berisi tulisan ilmiah populer
ringkasan hasil penelitan, suryei, hipolesis atau gagasan brisinal yang kritis dan s€gar. Redaksi mengundang para ahli, sarjana, praktisi dan p€muda lndonesia yang berbakat untuk berdiskusi dan menulis
secara bebas dan kreatif sambil berkomunikasi dsgan masyarakat luas. Tulisan dalam Prisma tidak
solalu segaris atau menceminkan pendapat LP3ES. Rodaksi dapat menyingkat dan memperbaiki tulisan yang dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya.
Dilarang mengutip, mgne4emahkan, dan memperbanyak, kecuali dengan izin tenulis dari Redaksi
O Hak cipta dilindungi Undang-undang.
Demnhrasi di Baatah
Cmgrt,eraman Oligarki
Vol. 33, No. 1,2014
rssN 0301-6269
TOPIK KITA
Daniel Dhakidae 2
Demokrasi, Harta, dan Negara
3
Melampaui Oligarki?: Bahasan Kritis Kekuasaan
Politik dan Kesenjangan Ekonomi di Indonesia
Iefrey A Wi.nters
11
Oligarki dan Demokrasi di Indonesia
R Hadiz dan
35
Ekonomi Politik Oligarki dan
Pengorganisasian Kembali Kekuasaan di Indonesia
Thomas B Pepinsky
57
Pluralisme dan Perseteruan Politik di Indonesia
Edward Aspinall
77
Agensi dan Kepentingan Massa dalam Masa
Tiansisi dan Konsolidasi Demokrasi di Indonesia
Michele Ford dan
Thomas B Pepi.nsky
Ved.i
Ri,chard Robison
ESAI
Daniel Dhakidae 98
Meratapi Keberhasilan, Sambil Merindukan
yangHarusHilang
':
'l
DIALOG
A Rahman
Tolleng 1O2
Oligark Hitam, Jokowi, dan Revolusi dari Atas
SURVEI
I*o Agustina 11O Pemilihan Umum di lndonesiaTahun
2014
v
BUKU
Wildan Sena Utama
126
The Middle Indonai.a dalam
Formasi Negara-Bangsa
135
PARA PENULIS
Diterbitkan atas kerja satna dengan
lumal lndonesia, Conell Modern
Indonaia Project
Gambar sampul
&
Vol. 33, No. 2, 2014: Birokrasi
ui.gnet: GM Suilarta
Vol. 33, No. 3, 2014: Peftanian aan @roindustri
Pendlri: lsmid Hadad, Nono Anwar Makarim . Pemlmpln Umum/Pemlmpln Redaksl: Daniel Dhakidae . Wakil Pemlmpln
Umum: Suhardi Suryadi . Direktur Bisnlr & Pengembangan: Samuel Nitisaputra . Dewan Redaksi: A Tony Prasetiantono,
Azyumardi Azra, Jaleswari Pramodhawardani, Kamala Chandrakirana, Sumit Mandal (Jerman), Taufik Abdullah, Vedi R Hadiz
(Australia) . Redak3i: Daniel Dhakidae, E Dwi Arya Wisesa, Harry Wibowo, Nezar Patria, Rahadi T Wiratama . Sekretaris
Redaksi: Andi Maharani . Produksl: Awan Dewangga. Xar*eting: Christiawan Budi S
Afamat: LP3ES, Jalan Pejaten Barat Raya l.lo 13, Jakarta'12510, lndonesia. Tlp./Faks.: (6221\71793635
Email: prisma@prismajurnal.com; prisfia.redaksi@gmail.com; Website: www.prismajurnal.com
Bank: MANDIRI, KCP RSKD, Jakarta. Nomor Rekening: ll7-000{00-046-5 a/n Prisma
SURVEI
G
Pemilihan llmum di Indonesia
Tahun20L4
t€
hl
SU
6l
b
Fi
p(
c
h
I
h
P
k
s
s
I
d
d
T
ndonesia adalah negara ketiga terbesar di
dunia yang dikategorikan sebagai negara
demokratis. Selama 32 tahun Indonesia
berada
di
bawah kekuasaan Orde Baru
Soeharto, namun berhasil melengserkan rezim
otoriter itu lewat reformasi politik tahun 199g.
Salah satu hasil reformasi adalah perubahan
sistem pemilihan umum lpemilu) dari terkendali
menjadi lebih bebas, jujur dan adil. pemilu era
Reformasi setidaknya telah diselenggarakan
empat kali, yakni pada 1999, 2004,2009, dan
2014. Sejak Pemilu 2004, Presiden tidak dipilih
Majelis Permusyawaratan Ralqyat (MpR), teta-
pi dipilih langsung oleh rakyat. pemilu dilaksanakan dua tahap, yakni memilih anggota parle
men (pemilihan legislatif;piled dan memilih
presiden dan wakil presiden (pemilihan presiden; pilpres). Pileg dilaksanakan lebih awal,
karena partai politik yang memenuhi persyaratan tertentu berhak mengajukan kandidat
presiden dan wakil presiden pada pilpres tiga
bulankemudian.
Artikel ini mernn-ahas pileg dan
2014 di Indonesia, termasuk naik-furu
suara partai serta koalisi partai politik
mengusung calon presiden dan wakil
Apakah terjadi perubahan suarayang
dalam Pileg 2014? Apa dampak perolehan
Pileg 2014 terhadap konstelasi kekuatan
politik di Indonesia pada Pilpres 2014?
seperti apa yang terbangun pada pilpres
Artikel ini mencoba-jawab persoalan itu
menganalisis tiga aspek secara terpisah,
proses dan hasil pileg; turun-naiknSa
partai pada Pileg 2014 serta wajah lama
baru anggota parlemen periode 201
dan; koalisi partai politik pada pllpres 2014
Proses dan Hasil P
Umum Legislatif 2O
Meski ada berbagai
secara umum pemilihan umum le
Indonesia pada
9
April 2014 berjalan aman
tertib. Merujuk data Komisi pemilihan U
:::iiriYE
LeoAgustino,
PemilihanUmumdilnilonqiaTahunilT4
(KP[D, sebanyak 186.569.233 jiwa terdaftar
sebagai pemilih dalam Pileg 2014.r Namun,
hanya L24.972.49L jiwa saja (67,99%) vang
suaranya dianggap sah, sedangkan suara
6l.5g6.742jiwa (33,01%) dianggap tidak sah,
bahkan Golput Angka partisipasi pemilih dalam
Prleg 2014 tampak menurun jika dibanding
pemilu-pemilu sebelumnya.' Ada beberapa
catatan penting terkaitproses Pileg 2014.
Pertama, mengemukanya masalah distribusi logistjk, mulai dari belum sampainya surat
zuara, kurang, hilang, tidak lengkap, rusak,
hingga surat suara tertukar dengan Tempat
Pemungutan Suara (lPS) lain. Keterlambatan
logistik mengakibatkan pileg tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan KPU,
seperti yang tedadi di 36 dishik di IGbupaten
Yahukimo, Provinsi Papua,3 Pelaksanaan pileg
di l(abupaten Yahukimo terlambat dan terhrnda karena, menurut Komisioner KPU Arief
Budiman, ".... cuacanya buruk, minimnya trans
: Temfo,12-18 Mei 2014, hal. 49.
: Angka partisipasi pemilih cenderung menuntn
dari pemilu ke pemilui. Pada Pemilu 1999'
I
persentase partisipasi ralryat sebesar 90 persen,
turun menjadi 80 persen pada Pemilu 2004, dan
70 persen pada Pemilu 2009. Pada Pileg 2014'
angka partisipasi rakyat sebesar 67,99 persen.
Menurut Pasal 45 Ayat (3) Undang-Undang No
12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
mor
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (kemudian diamandemen menjadi UU
Nomor 8 tahun 2012), "surat suara beserta perlengkapan pelaksanaan Pemilu hams sudah diteri-
ma PPS dan PPLN selambatlambatnya
10
(sepuluh) hari sebelum pemungutan suara." Pada
2004, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
Nomor 2 Tahun 2004. Pasal 45 Ayat (3) Perppu
tersebut menegaskan, "Surat suara beserta perlengkapan pelaksanaan Pemilu harus sudah diterima PPS dan PPLN selambat-lambatnya 1 (satu)
hari sebelum pemungutan stlara." Dengan demikian, KPU terhindar dari tindakan yang menyalahi undang-undang.
4 Lihat, www.bbcin/ljE8Kp7 (diakses 15 April
2014).
:: :i i*
1,.r
i:
I
:
111
portasi, dan curamnya medan, jadi (logistik)
baru terkirim kemarin (13 April 2013, penulis) ".4 Tidak serentaknya penyelenggaraan pileg
sesungguhnya bertentangan dengan Pasal 148
Ayat (1) IJU Nomor 8Tahun 2012 yang mengamanatkan: "Pemungutan suara Pemilu anggota
DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota diselenggarakan secara serentak."
Terkait dengan tertukar atau hilangnya
surat suara di beberapa daerah, KPU terpaksa
menggelar Pemungutan Suara Susulan (PSS) di
500 TPS.s Pemilu ulang itu hanya 0,09 persen
(500 dari 545 ribu TPS di seluruh Indonesia).
KPU menganggap hal tersebut masih dalam
batas kewajaran, karena kurang dari 1-2 persen.
Sebaliknya, sebagian kalangan menganggap itu
sebagai bukti ketidakseriusan KPU dalam mem-
persiapkan segalanya. Pada 15 April 2014'
Kepala Bagran Inventarisasi Sarana dan PrasaranaBiro Ingistik KPU Susila Hery Prabowo
mengoreksi jumlah TPS yang harus menye
lenggarakan PSS karena surat suara tertukar:
bukan 500, tetapi 770 TPS yang tersebar di 107
kabupaten/kota di 30 Provinsi.6
5 Uhat, pemilu.inilah .com/ read/ detail/2097102 /
pemilu-ulang-hanya-009-dari-seluruh-tps?utmsource=twitterfeed&uftn-medium=twitter (diakses 12 April 2014). Keterlarnbatan logistik dan
surat suara yang tertukar menyebabkan Pileg
2014 tidak bisa dilaksanakan serentak pada 9
April. KPU harus menyelenggarakan pemilu dan
pemungutan suara susulan di Kabupaten Sikka,
Flores Timur, Sumba Tlmur, Tlmor Tengah Uta-
ra (Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Jayawijaya (Papua), IGbupaten Maluku Tengah, dan
banyak lagi; lihat, www.bbcin/ljE8lQ7 15 April
2014; www.kom.ps/AFfidY (diakses 17 April
2014). Sementara itu, surat suara yang tertukar
banyak terjadi di sejumlah TPS, misalnya, di
Kota Tangerang (Banten), Kabupaten lGranganyar dan Sragen 0awa Tengah), Kota Makas
sar (Sulawesi Selatan), Kota Denpasar (Bali);
hhat, Komfas,10 April 2014.
6 Lihat, "770 TPS Harus Gelar Pemungutan Suara
Ulang", dalam http://nasional.kompas.com/
r ead/ 2014 / 04 / 15 / l1]-7 481/770'TPS.Harus.
Gelar.Pemungutan.Suara.Ulang
April 201a).
(diakses
L7
ttz
Prisma VoL 33, No. 1, 20 14
Kedua,lebih kurang 0,5 persen dari 1g6 juta
warga negara yang sudah memenuhi syarat
memilih belum terdaftar dalam daftar pemilih.
Ada juga yang sudah terdaftar, namun tidak
memperoleh kartu pemilih.T Bahkan, satu
pekan sebelum Pileg 2014 diselenggarakan,
masih ada pemilih yang belum terdaftar dalam
daftar pemilih tetap (DpT).t Hal
ini dinilai
banyak pihak sebagai cermin kerja KpU yang
kurang serius dalam proses pelaksanaan pemilu.
Hilangnya hak pilih para pemilih dapat dikatakan
merupakan sebuah benfuk pelanggaran hak
asasi manusia Q:IAM), khususnya dalam konteks penegakan kedaulatan rakyat. Jauh sebelum pelaksanaan pileg, dugaan hilangnya hak
pilih itu terungkap saat verifikasi DpT. Ada
perbedaan antara daftar yang dibuat KpU
dengan daftar pemilih di beberapa daerah.
Bahkan, DPT versi KPU tidak sama dengan data
di Kementerian Dalam Nege n-prognm Singte
Identity Nurnber (SIN) melalui Kartu Tanda
Penduduk Elektronik atau e-KTp. Tak pelak,
beberapa partai politik melancarkan protes
keras. Mereka menganggap selisih atau perbedaan jumlah pemilih itu akan dimanfaatkan
oleh partai "berkuasa" dengan memanipulasi
data perolehan suara, baik saat pileg maupun
pilpres.
Ketiga, sistem pemberian suara pada surat
suara yang menyulitkan para pemilih.s pemilih
harus sekaligus memilih empat orang calon,
yaitu calon anggota DP& DPRD tingkat provinsi, DPRD tingkat kabupaten/kota, dan ang-
gota Dewan Perwakilan Daerah (DpD). Ke
Ma
suttan pemilih kian bertambah karena mereh
harus "memerhatikan" sekian banyak nama
calon anggota legislatif (caleg) pada kertas su+
ra Pada Pileg 2014, sekitar 200.000 orang ter-
den
vins
atar
daftar sebagai caleg di semua tingkatan, sedang,
pen
kan yang diperebutkan 19.699 kursi (560_ kurd
DP& 132 kursi DPD, 2.112 kursi DpRD pru
vinsi, dan 16.895 kursi DpRD kabupaten/
kota).10 Pemilih pun cenderung tidak memilih
nama calon, tetapi lambang partai. Secara tidak
langsung hal itu merugikan si pemilih, karena
caleg ditentukan bukan berdasarkan mekanig
mefi.rst iast thelosl (FPTP), tetapi nomor unrt
calon. Merujuk Pemilu 2009, sebanyak 5g
persen pemilih tidak memilih nama calon
anggota parlemen yang seharusnya mereka
pilih, tetapi mencentang lambang partai. Hal ihl
pad
sua
uml
poli
pen
jaul
poli
met
pan
"pel
dan
dan
dilakukan karena terlalu rumitnya memadankan
olel
antara nama caleg dengan lambang partai.
Kejadian tersebut terulang pada pileg 2014.
Keempat, ketidaksinkronan penghitungan
calr
Mel
suara di tingkat KPU provinsi dengan kelompok
pemungutan suara di tingkat bawah. Berda
sarkan UU No. 8 tahun"'2012, Bab XI tentang
Penghitungan Suara bagi anggota DpR, DpD,
dan DPRD harus dilakukan secara manual mrr
lai dari tingkat Kelompok penyelenggara
Pemungutan Suara (I(PPS) /Kelompok penye
lenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
(KPPSLN), Panitia Pemungutan Suara (ppS),
Panitia Pemilihan Kecamatan (pplg, KpU I(ab*
paten/Kota, KPU Provinsi hingga KpUpusalrr
sua
sesi
ang
P]
hr
fa
fil
ye
rJ
re
te
re
kt
7 Wawancara dengan narasumber
dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bandung, 23 April
2014. Narasumber melakukan pemantauan di
Jawa Tengah dan Yogyakarta sebelum dan
selama pileg berlangsung serta menemukan
pelanggaran tersebut.
8 Lihat Kompas, 20 Maret2}l4.
e Pasal 154 UU No. 8 Tahun 2012
menandaskan,
"Pemberian suara untuk pemilu anggota DpR,
DPD, DPRD provinsi, dan DpRD kabupaten/
kota dilakukan dengan cara mencoblos satu kali
pada nomor atau tanda gambar partai politik
dan/atau nama calon pada surat suara."
10
Lihat, Ternpo,1420 Aprit Z0L4,hal. 40.
11KPPS dibentuk PPS
untuk melaksanakan
pemungutan suara di TpS. KppSLN dibentuk
Panitia Pemungutan Luar Negeri @pLN) untuk
melaksankaan pemungutan suara di TpS luar
negeri. PPS dibentuk KpU kabupaten/kota untuk melaksankaan pemilu di desa atau kelurahan, sedangkan PPK dibentuk oleh KpU
kabupaten/kota untuk melaksanakan pemilu di
kecamatan atau nama lain. Tata urutan penghitungan perolehan suara adalah sebagai beri
kut KPPS/KPPSLN membuat berita acara dan
sertifikat hasil penghitungan suara di tingkat
TPS dan dikirimkan ke ppS atau ppLN ppS dan
te
m
tu
m
Pr
tu
kt
12W
K(
23
ta
ya
lq
gt,
ko Agustino, Pemilihan
Masalah muncul ketika penghitungan suara
pada Formulir Cl di tingkat KPPS tidak sama
dengan penghitungan suara di tingkat I(PU Pro
vinsi. Dengan kata lain, ada penggelembungan
atau penggembosan suara di setiap tingkat
penghitungan suara-
Penggelembungan atau penggembosa4
suara pada saat proses penghitungan suara
umumnya berkait dengan jual-beli suara dan
politik uang yang melibatkan "oknum" panitia
pemilihan di setiap tingkatan. Jual-beli suara
jauh lebih sederhana ketimbang mekanisme
politik uang. Namun, politik uang senantiasa
menimbulkan keretakan di dalam internal
partai. Jual-beli suara biasanya dilakukan oleh
"pemilik suara kecil", 'pemilik suara sedang",
dan 'calon setengah jadi." Pemilik suara kecil
dan sedang "menjual" suara yang mereka peroleh kepada calon setengah jadi. Penambahan
suara itu tentunya mengubah perolehan suara
calon setengah jadi menjadi "calon iadi".l2
Mekanisme tersebut tidak hanya terjadi antar
sesama anggota partai saja, tetapi juga antara
anggota berbeda partai-calon anggota legisPPLN kemudian membuat sertifikat rekapitulasi
hasil penghitungan suara di tingkat desa/kelurahan dan luar negeri berdasarkan seluruh sertifikat hasil penghitungan suara di tingkat TPS
yang terdapat di wilayahnya dan menyerahkannya kepada PPK Berdasarkan seluruh sertifikat
rekapitulasi hasil penghitungan suara PPS yang
terdapat di wilayahnya, PPK membuat sertffikat
rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat
kecamatan dan menyerahkan ke KPU Kabupa-
tenlKota. Kemudian KPU Kabupaten/Kota
membuat sertffikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat kabupaten/kota dan
menyerahkan ke KPU Provinsi dan KPU' KPU
Provinsi membuat sertifikat rekapitulasi penghitungan suara di tingkat provinsi dan menyerahkan ke KPU.
12
Wawancara dengan seorang narasumber dari
Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Bandung,
23 April 2014. Narasumber melakukan pemantauan pemilu di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta sebelum dan selama pemilihan umum
legislatif berlangsung dan menemukan pelanggaran tersebut.
r': i.j
ii
V i:r j
Umum di Indonesia Tahun
H74
113
latif partai A "menjual" perolehan suaranya ke
calon anggota legislatif partai politik B .
"Kasus" NurulArifin dari Partai Golkar dan
Eva Kusuma Sundari dari PDI-P yang merasa
dicurangi oleh kawan separtai adalah ceffnin
karut-marut penghitungan suara bertingkat
itu.13 Sebagaimana dituturkan Nurul kepada
Temfo, "suara yang diperolehnya dialihkan ke
calon lain." Dia menuding kawan separtainya
"main mata" dengan petugas pemilihan. Safu
hal yang dapat disimpulkan, semua mekanisme
yang melibatkan panitia pemungutan suara di
semua tingkatan membuat Pemilu 2014 boleh
jadi bisa disebut "rezim kejahatan pemilu."
Meski terdapat berbagai kekurangan dalam proses dan penyelenggaraan Pileg 2014,
sebagian besar rakyat Indonesia menerimanya sebagai pemilu yang legitim. Bahkan,
beberapa lembaga survei mengumumkan hasil
hitung cepat (quick count\ mereka tidak lama
setelah proses penghitungan suara selesai.
kmbaga-lembaga survei tersebut adalah kmbaga Penelitian dan Pengembangan Kornpas
Qitbang Kom\as), Indikator Politik Indonesia,
Lingkaran Survei Indong.sia (ISD, Cenke for
Strategic and International Studies (CS$) &
Cyms Media, Radio Republik Indonesia (RRI),
Lembaga Survei Nasional (ISNI), dan Saiful
Mujani Research & Consulting (SRMC) yang
menyatakan bahwa Pileg 2014 tidak
menghasilkan pemenang mayoritas mutlak
(50% + 1).
Hasil hitung cepat lembaga-lembaga survei
berbeda satu dengan yang lain, namun PDI-P
memenangi Pileg 2014 seolah tak terbantahkan 0iha! Tabel 1).14 Hitung cepat ketujuh lembaga survei tersebut menunjukkan bahwa par'
tai berlambang banteng moncong putih itu
meraih kemenangan, meski tidak mutlak.
13
Lihat, TemPo
ra
Pada 9
Sll
Mei 2014, hal. 36.
April 2014 malam, Aburizal Bakrie
mengucapkan selamat kepada PDI-P dan
Megawati Soekarnoputri yang memenangi Pileg
2014. Artinya, kredibilitas lembaga survei sangat
dipercaya oleh Ketua Umum Partai Golkar itu.
L74
Prisma Vol. 33, No. 1, 2014
Tabel 1 Hitung Cepat Beberapa Iembaga Survei (dalam persen)
Ta
Pe
Sumben @EepSFatah (10 April 2014).
X
d
Kalaupun ada selisih (naik atau turun) dengan
hitungan resmi KPU, kesalahan tersebut tidak
lebih 2 persen dari angka hitung cepat mereka
(sambling error 2%). Dengan demikian, jika
merujuk hasil hitung cepat ketujuh lembaga
survei itu, urutan lima besar pemenang Pileg
2014 adalah sebagai berikul Parbai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan
Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia
Raya (Gerindra), Partai Demokrat (Demokrat
atau PD), dan Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB). Satu bulan kemudian (9 Mei 201.4),
KPU mengeluarkan Surat Edaran No. 411l
kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil
Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota (ihat, Tabel 2).
Hasil rekapitulasi perhitungan suara resmi
KPU tidak jauh berbeda dengan hasil hitung
cepat ketujuh lembaga survei di atas.
Dua partai politik peserta Pileg 2014 tidak
lolos ambang batas parlemen (parliament
thresholfi. Sebagaimana termaktub dalam ke
tentuan Pasal2008 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, "Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas
I
l
i
E
p
perolehan suara sekurang-kurangnya 3,5%
(tiga koma lima persen) dari jumlah suara sah
secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota." Kedua
partai yang perolehan suaranya di bawah 3,5
persen adalah Partai Bulan Bintang (PBB)
li
dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
,
(PKPD.Jika kedua partai hendak mengikuti
pemilu berikutnya pada 2019, sesuai dengan
Pasal 8 ayat2UU No.b/20\2, mereka harus
melalui persyaratan verifikasi faktual oleh
v
0
C
S
I
1
Izo Agustino, Pemilihan Umum di Ind'onesia Tahun X)74
Tabel
2
Hasil Rekapitulasi Resmi Komisi
PemilihanUmum (t(PtD
115
Demokrat pada Pemilu 2009 masing-masing
turun dibanding suara yang diperoleh pada pe
milu lima tahun sebelumnya. Golkar memperIVo
Pailai
Petutrlwt
Politik
Suara Resrni
Fersenfase
Kursi
oleh23,27 persen pada Pemilu 2004 dan Partai
Pailenren
Demokrat memperoleh 20,85 persen pada
Pemilu 2009.16 Pada Pileg 2014, persentase
suara partai pemenang pemilu hanya sebesar
18,95 persen.
Sebanyak 15 partai politiktelah dinyatakan
8.442.812
6,72
35
PKB
11.298.957
9,04
47
3
PKS
8.480.204
6,79
40
4
PDIP
23.ffi1.471
18,95
109
5
Golkar
18.432.312
14,75
91
6
Gerindra
14.7ffi.371
1
1,81
n
7
Demokrat
fl.7n.913
10,19
61
PAN
9.481.621
7,57
49
PPP
8.157.488
6,53
il
10
Hanura
6.579.498
5,26
16
11
PBB*
1.825.7fi
1,46
0
12
PKPI*
1.143.094
0,91
0
1
NasDem
2
I
I
* = Tidak lolos ambang batas 3,5 persen
Sumber: Diolah dari I(PU dan pelbagai sumber.
lolos verifikasi KPU dan berhak mengikuti
Pemilu 2014. D:ua belas partai politik adalah
peserta pemilu nasional dan tiga lainnya adalah
partai politik lokal. Jumlah partai politik peserta
Pemilu 20L4 merupakan yang terendah di era
Reformasi. Pada Pemilu 1999, jumlah pesertanya 48 partai. Pada Pemilu 2004 turun separuh
menjadi 24partat, dan kembali naik menjadi 38
partai plus 6 partai lokal pada Pemilu 2009. Ke
dua belas partai peserta Pemilu 2014 berdasarkan nomor urut adalah Partai Nasional De
mokrat (Partai NasDem), Partai Kebangkitan
Bangsa (PIG), Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Partai Demokrasi Indonesia Periuangan (PDI-
P), Partai Golongan Karya (Partai Golkar),
KPU, seperti halnya partai politik baru yang
dibentuk setelah tahun 2014.
Perolehan Suara dan Wajah
Anggota DPR
Hasil rekapitulasi resmi KPU sangat menarik untuk ditelaah. Politik Indonesia pasca-Orde
Bam tidak pernah berhasil memunculkan partai
politik dengan perolehan suara mayoritas mutlak. Sejak Pemilu 1999, tidak satu pun partai
yang memenangi pemilihan umum memperoleh suara lebih dari 50 persen. Bahkan, perolehan suara partai pemenang cenderung anjlok
setiap kali penyelenggaran pemilu. Pada Pemi-
lu 1999, misalnya, PDIP hanya memperoleh
33,73 persen suara.tu Sementara persentase
Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Partai Hati Nurani Ralryat ([Ianura), Partai Bulan
Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persa-
tuan Indonesia (PKPD. Partai NasDem adalah
satu-sahrnya partai politik yang baru terbentuk
menjelangPemilu 2014.
Hasil rekapitulasi resmi KPU menunjukkan perolehan suara setiap partai sebagai
berikut Parlai Nasdem6,72 persen, PKB 9,04
persen, PKS 6,79 persen, PDI-P 18,95 persen,
Golkar 14,75 persen, Gerindra 11,81 persen,
Partai Demokrat 10,19 persen, PAN 7,57
persen, PPP 6,53 persen, Hanura 5,26 persen,
PBB 1,46 persen, dan PKPI 0,91 persen (lihat,
Tabel 2). Ada beberapa hal menarik dari per-
suara Golkar pada Pemilu 2004 dan Partai
16
15
Leo Suryadinata, Elections and Politics in
Indonesia (Singapore: Institute of Southeast
Asian Studies,2002), hal. 103.
:t t.;
;:..
";
Y;-
,
Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff,
"Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih: Analisis
Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia", dalam
Poelitik 5 (10), 2009, h . s74, 575.
116
P*maVol.33,
No.
1,2014
sentase suara yang diperoleh masing-masing
partai.
Tabel
3
Perbandingan Perolehan Suara Partai
pada Pemilu 2009 dan 2014
p
Pertama, Partai Demokrat gagal memper-
tahankan suara yang diperoleh pada pemilu
sebelumnya. Pada Pemilu 2009, Partai Demo
krat meraup 20,81 persen suara, melonjak
13,36 persen dari 7,45 persen suarayang diperolehnya pada Pemilu 2004.17 Namun, pada Pileg2014, perolehan suara partai berlambang
tiga berlian itu anjlok lebih dari 10 persen menjadi 10,19 persen. Ada sejumlah fal:tor yang
menyebabkan perolehan suara Partai Demokrat
merosot drastis. Selain kasus rasuah yang me
nerpa beberapa kader Partai Demokrat, anjlok-
nya perolehan suara juga mengindikasikan
ketidakpuasan ralryat terhadap kineda kabinet
Susilo Bambang Yudhoyono. Sebaliknya, me
te
Ab
Paftai
Politik
Pedehan
SuanPemilu
Suam
n14
0
6,72
(+)6,72
(+)a,09
PKB
4,9s
9,04
3
PKS
7,89
6,79
4
PDIP
14,01
18,95
(+)4,94
k
5
Golkar
14,45
14,75
(+)0,30
pi
6
Gerindna
4,46
11,81
(+)7,3s
h
7
Demokrat
n,81
10,19
PAN
6,03
7,57
(+) 1,s4
PPP
5,33
6,53
(+)1,2
gi
nl
(+)1,49
br
Hanura
3,n
5,m
11
PBB
1,79
1,6
12
PKPI
0,9
0,91
lihan umum era Reformasi, PI(S memang selalu
bertahan di angka &7 persen. Pada Pemilu
2004, PKS memperoleh 7,34 persen. Lima
tahun kemudian 7,89 persen dan pada Pemilu
t?Agustino dan Yusoff, "Pemilihan Umum dan
Perilaku Pemilih...", haI. 575.
S(
2
10
Walaupun demikian, secara keseluruhan PKS
tampak stabil pada kisaran angka G7 persen
yang merupakan captiae aoters pafiai berlambang bulan sabit dan padi itu. Sepanjang pemi-
dr
pi
Nasdem
Gerindra dan PDI-P karena rakyat menganggap
mungkinan besar diakibatkan oleh kabar
"miring" akan sepak-terjang partai ifu, khususnya terkait dengan kasus impor daging sapi.
pl
1
keduanya mampu memberi solusi alternatif
dan PBB. Namun, persentase penurunan suara
kedua partai bernafaskan Islam tersebut tidak
lebih dari 1,5 persen. Sebagai contoh, PI(S pada
Pemilu 2009 memperoleh 7,89 persen suara,
sedangkan pada Pemilu 2014 turun 1,1 persen
menjadi 6,79 persen. Sementara PBB hanya
turun 0,33 persen dari 1,79 persen pada Pemilu
2009 menjadi 1,46 persen pada Pemilu 2014.
Penurunan suara PKS sebesar 1,1 persen ke.
(/')
m
ningkatnya perolehan suara partai oposisi
Penurunan perolehan suara bukan hanya
dialarni Partai Demokrat saja, tetapi juga PI(S
P
funhdwt
w
I
I
bagi perbaikan bangsa.
ni
y,
tc
ul
k'
S(
(+)0,01
Si
di
Sumben Diolah dari pelbagai sumber
m
m
2014 memperoleh 6,79"persen. Sementara itu,
AI
turunnya persentase suara PBB disebabkan
oleh tidak adanya pemilih setia dan simpatisan
partai berlambang bulan dan bintang selain
pemilih saat ini. Dengan keadaan seperti itu,
dan jika hendak mengikuti kontestasi Pemilu
2019, perolehan suara PBB setidaknyaberkisar
di angka 1-1,5 persen saja.
m
m
br
S(
k
s€
Ked,ua, banyak partai politik peserta Plleg
2014 memperoleh suara lebih tinggi dibanding
pemilu limatahun sebelumnya. Mereka adalah
Partai Gerindrayang naik 7,35 persen dari 4,4G
persen pada Pemilu 2009 menjadi 11,81 persen
pada Pileg 2014; PDIP naik 4,94 persen dari
14,01 persen menjadi 18,95 persen; PKB naik
4,09 persen dari 4,95 persen menjadi 9,04 persen; PAN naik 1,54 persen dari 6,03 persen
menjadi 7,57 persen; PPP naik 1,2 persen dari
5,33 persen menjadi 6,53 persen; Partai Hanura
naik 1,49 persen dai3,77 persen menjadi 5,26
persen; Partai Golkar naik 0,30 persen dari
14,45 persen menjadi 14,75 persen; dan PKPI
$linU$rl
d:
18
I*o Agastino, Pemilihan Umum di Indonesia Tahan Z)14
: ll7
naik 0,01 persen dari 0,fr} persen menjadi 0,91
persen 0ihat, Tabd 3). Kenaikan yans signinhn
terjadi pada Partai G€rindr4 PDI-P dan PIG.
Partai NasDem adalah sahF$tunya partai yang
slogan "Rindu Orde Baru'yang didengungkan
Partai Golkar selama masa kampanye tidak berbuah manis terhadap perolehan suara Golkar.
perolehan suaranya pada Pileg 2014 tidak bisa
diperbandingkan dengan suara yang diperoleh
pada Pemilu 2009, karena ia baru terbentuk
sebagai partai politikpada 2013.
kisaran angka
Meningkatnya perolehan suara Gerindra
yang sangat besar dapat dikatakan karena "faktor" Prabowo Subianto. Sebagian besar rakyat
lndonesia agaknya merindukan seorang pemimpin yang tegas dan mampu menciptakan stabilitas ekonomi dan politik.ls Rakyat kebanyakan
umumnya menghendaki turunnya harga bahan
kebutuhan pokoh kenaikan subsidi unhrk sebagian besar rakyat kecil termasuk petani dan
nelayan, penggelontoran dana subsidi bahan
bakar minyak (BBM), dan sebagainya. Oleh
sebab itu, sosok Prabowo yang identik dengan
sifat tegas (berlatar belakang milite0 dan kerap
dikaitkan dengan "keluarga Cendana" (pernah
menikah dengan salah seorang puki Soeharto)
menjadi daya tarik tersendiri basi para pemilih
awam-kelak muncul istilah "Prabowo efek."
Begitu pula Partai Golkar. Par|ai ini kerap
melontarkan slogan "bernada'' Orde Baru, namun Aburizal Bakrie sebagai pemimpin partai
berlambang pohon beringin itu tidak merepre
sentasikan kepemimpinan Orde Baru. Rakyat
kebanyakan justru mengenali Aburizal Bakrie
sebagai seorang penguvha yang selalu bermain
dalam logika homo economi.cus. Karena itu,
18
Dalam blalfonn Partai Gerindra tertuang "Enam
Program Aksi Transformasi Bangsa Partai
Gerindra (20L4.2019)" mencakup: (i) membangun ekonomi yang kuat berdaulat, adil dan
makmuc G) melaksanakan ekonomi kerakyatan;
Gi) membangun kedaulatan pangan dan energi
serta pengamanan sumber daya air; (iv) meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia
melalui program pendidikan, kesehatan, sosial
dan budaya serta olahraga, (v) membangun
intrastrukhrr dan menjaga kelestarian alam serta
lingkungan hidup, dan; (vi) membangun peme
rintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas dan
efektif.
L i.i f2.'.! 't" i
Perolehan suara Partai Golkar berhenti di
1,1-15
persen. Sementara ifu, sua-
rapemilihyang mengalircukup deras ke Partai
Gerindra membuat partai berlambang kepala
garuda ini menjadi partai papan atas yang patut
diperhifirngkan dalam Pilpres 2014.
Banyak lembaga survei memprediksi PDI-
P akan memperoleh suara cukup signifikan
dalam Pileg 2014, melampaui perolehan suara
Partai Demokrat yang ditimpa banyak masalah, terutama kasus korupsi wisma atlet di
Hambalang, Bogor. Susilo Bambang Yudho
yono sendiri juga tidak bisa dimajukan lagi
sebagai calon presiden dari Partai Demokrat
pada Pilpres 2014, karena terbentur persyaratan masa jabatan-dia telah menjabat pre
siden selama dua periode berhrrut-turut,200+
2009 dan 2009-2014. Perolehan suara Parbai
Demokrat pun turun cukup drastis. Menariknya, sebagian perolehan suara Partai Demokrat tampak mengalir deras ke partai-partai
"nasionalis" lainnya, seperti Partai Gerindra,
PDI-P, dan Partai NasDem.le
Di sisi lain, peningkatan perolehan suara
PI(B pada Pemilu 2014 tidak bisa sepenuhnya
diartikan sebagai pulihnya kepercayaan rakyat
terhadap partai yang pembenfukannya diprakarsai oleh Abdurrahmad Wahid (Gus Dur).
Ada faktor penarik lain di partai itu, yaitu
keberadaan mantan Ketua Mahkamah Kons
titusi Mahfud MD dan Rhoma lrama. Selain
digadang-gadang sebagai calon presiden dari
PKB pada masa kampanye Pileg 2014, kedua
re
Partai nasionalis yang dimaksud adalah partai
politik yang tidak memiliki hubungan
dengan
organisasi Islam, mempeduangkan tegaknya
negara dan pemerintahan bebas dari pengaruh
agama, dan menolak formalisasi syariah dalam
hukum negara. Tentang partai nasionalis, islamis
atau partai Islam-inHusif, dan sebagainya; lihat,
Luthf Assyaukanre, Islan. and the Secular State
in Indonesia (Singapore: Institute of Southeast
Asian Studies, 2009).
118 '
PrismaVol.3J,
No.
1,2014
tokoh yang memiliki pengaruh dan massa
cukup besar dan setia itu berhasil mendongkrak
perolehan suara PKB. Pada Pemilu 1ggg, pKB
memperoleh suara L2,66 persen dan berada di
peringkat ketiga setelah PDI-P dan Partai Golkar. Sementara pada Pemilu 2004 dan 2009,
suara PKB turun menjadi 10,57 persen dan 4,98
persen.'o Penyebab utama turunnya suara pKB
pada Pemilu 2009 adalah karena keterbelahan
partai ini menjadi kubu Muhaimin Iskandar dan
kubu ZannubaAriffah Chafsoh Rahman Wahid
(YennyWahid). Namun, setelah PKB mengga-
Megawati mendapat simpati dan dukungan
rakyat serta dijadikan simbol perlawanan terha
dap redm Orde Baru Soeharto. Pada 23 Juli
n
S
2001, Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi
,
Presiden Republik Indonesia.
Surya Paloh memang bukan "korban penindasan oleh penguasa", namun politik Indonesia
menjelang Pileg 2014 mirip keadaaan politik
sebelum Pemilu 2004. Ketika itu PDI-P tengah
a
E
o
k
c
"diadili" rakyat akibat kebijakan tidak populer
yang diambil Presiden Megawati. Pada 2014,
n
Siliran Partai Demokrat dikecam ralryat karena
E
P
tindakan rasuah sebagian kader-kadernya. Pero
,
lehan suara Partai Demokrat anjlok dari 20,81
5
Ketiga, Partai NasDem yang diprediksi
persen pada Pemilu 2009 menjadi 10,19 persen
pada Pemilu 2014 (ihat, Tabel3). Jika dicerma
p
banyak lembaga survei tidak akan mendapatkan
ti, sirkulasi perolehan suara Partai Demokrat
suara, ternyata meraih 6,72 persen. Kemunculan NasDem pada Pemilu 2014 mirip kehadiran Partai Demokratpada Pemilu 2004. Pera
lehan suara Partai Demokratpada Pemilu 2004
sebesar 7,45 persen, sedangkan PDI-P 18,53
P
sebagian besar mengalir ke Partai NasDem.
Partai NasDem dinilai sebagai partai nasionalis
baru sama seperti Partai Demokrat, dan diang-
L
dang-gadang Mahfud MD dan Rhoma Irama
sebagai calon presiden, perolehan suara partai
ini meningkat cukup signifikan.
persen-anjlok dari perolehan suara sebelumnya pada Pemilu 1999 sebesar 33,73 irersen. Pada Pemilu 2}}4,PartaiDemokrat nyaris
tidak diperhitungkan sama sekali. Namun,
dengan mengedepankan figur Susilo Bambang
Yudhoyono (SBD sebagai calon presiden,
Partai Demokrat mampu meraih suara cukup
besar-seperti dialami Partai NasDem pada
Pileg 2014.
Perolehan suara Partai Demokrat juga dito
pang oleh sosok Susilo Bambang Yudhoyono
(SBD yang menjadi "korban penindasan" se
telah dikucilkan dari kabinet oleh Presiden
Megawati Soekarnoputri. Peminggiran dari
kabinet justru membuat SBY mendapat simpati
luar biasa besar yang secara tidak langsung
mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat
menjadi 7,45 persen. Hal demikian mirip
dengan pengalaman Megawati yang terpinggir
dan "ditindas" semasa pemerintahan Soeharto.
20
Suryadinata, Elections and Politics..., hal. 103;
Agustino dan Yusoff, "Pemilihan Umum dan
Perilaku Pemilih...", hal
57
4, 5ZS.
gap partai yang tidak terkontaminasi virus
korupsi seperti halnya partai-partai lama."
Keempat, bila merujuk pada persyaratan
parliament threshold, hanya sepuluh partai
politik sajayang diperkenainkan aktif di Senayan
mewakili ralryat Indonesia hingga lima tahun
mendatang. Mereka adalah PDI-P, Partai
Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokra! PKB,
PAN, Partai NasDem, PKS, PPP, dan Partai
Hanura. Sementara PBB dan PKPI tidak lolos
ambang batas parlemen. Kenyataan demikian
menunjukkan bahwa sejakpemilu pertama era
Reformasi, masyarakat Indonesia masih terfragmentasi secara politik yang pada gilirannya
membawa dampak negatif terhadap konsolidasi
demokrasi di Indonesia. IGrena tidak ada ke
kuatan politik mayoritas mutlak di parlemen,
maka tidak satu pun partai 'berani" menjalankan
roda pemerintahan tanpa menjalin koalisi de
ngan partai lain.z
2lWawancara dengan beberapa pemilih pemula
(terutama mahasiswa) di Kota Bandung, 9, 10,
22
11, dan 14 April 2014.
l)hat, Kuskridho Ambardi, 'The Making of the
Indonesian Multiparty System: A Cartelized
fi,,iH'iil
tt
(r
S
P
N
N
P
P
R
p
S(
N
P
Si
119
Leo Agustino, Pemili.han Urnwm di Indonesia Tahan 2014
Kelima, hasil Plleg 2014 aganya mampu
mengubah wajah parlemen lndonesia secara
signifikan. Komposisi anggota DPR-RI periode
201+2079 cukup berimbang antarawajah lama
atau petahana (incumbenf) dan wajah baru."
Berdasarkan penghitungan perolehan kursi
oleh KPU, PDI Perjuangan mendapat jatah
kursi terbanyak, yaitu 109 kursi, diikuti Partai
Golkar (91), Partai Gerindra (73), Partai Demokrat (61), PAN (49), PKB (47), PKS (40),
PPP (39), Partai NasDem (35), serta Partai
Hanura (16). Dari 560 anggota DPR-RI periode
20I4.20L9, terdapat 323 orang wajah baru atau
57,7 persen dan 237 orang wajah I ama atzu 42,3
persen 0ihat, Tabel 4). Di antara wajah baru
terdapat nama seperti Nico Siahaan (artis) dari
PDIP, Yayuk Basuki (atlet) dan Dessy Ratnasari
(artis) dari PAN, Dave Laksono (anak Agung
l,aksono petinggi Golkar) dan Siti Hediati
Soeharto (pufri mantan Presiden Soeharto) dari
Partai Golkar, Kartika Yudisthi (artis) dan
. Nurhayati (istri Suharso Monoarfa
(mantan
Menteri Perumahan)) dari PPP, Prananda
Paloh (putra Surya Paloh pendiri NasDem) dari
Partai NasDem, Aryo Djojohadikusumo dan
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (keponakan
pendiri Partai Gerindra Prabowo Subianto
sekaligus putra Hashim Djojohadikusumo),
Moreno Soeprapto (pembalap nasional) dari
Partai Gerindra, Arief Suditomo (news anchor di
salah satu media) dari Partai Hanura, Iyeth
Parff System and Its Origin". Disertasi PhD,
Ohio State University, USA, 2008.
Wajah baru anggota parlemen juga terlihat di
'z3
aras lokal, baik provinsi maupun kabupaten/
kota. Misalnya, dari 55 kursi DPRD Provinsi
Kalimantan Selatan, 44 kursi (80%) diisi wajah
baru; dari 100 kursi DPRD Provinsi Jawa Barat,
72 kwsi (72%) diduduki pendatang baru; di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, dari 65 kursi
DPRD, 44 kursi (68%) dipegang wajah baru;
anggota DPRD lampung Selatan, 80 persen (40
orang) adalah wajah baru, dan anggota parlemen
daerah Sampang, 53 persen (24 orang) adalah
pendatang baru. Penulis mengolah semua data
dan informasi
(online).
itu dari pelbagai media daring
Tabel
4
Perbandingan "Wajah Lama" dan
'WajahBaru"diDPR
Partai
Politik
KursiParlemen
I
NasDem
35
2
PKB
3
No
Jumlah
Wqah
Lama
Wdah
fuu
0
35
47
18
n
PKS
4
m
10
4
PDIP
109
s
53
5
Golkar
91
a
49
6
Gerindra
n
12
61
7
Demokrat
61
33
n
8
PAN
49
o
PPP
10
Hanura
zt
39
2
n
16
4
12
19
S umb e r. http / /www.republika.co .id / b erita /
pemilu/wakil -ralry at / 14 / 05 / 15 / nlmLxz kualitas:
waj
ah-baru-dpr-diragukan.
Bustami (penyanyi) dan Krisna lvlukti (artis)
dari PKB, dan lain-lain.
Kehadiran wajah baru di parlemen agaknya
membangkitkan harapan..baru bahwa akan
terjadi perubahan konstruktif sebagaimana
yang mereka janjikan ketika berkampanye.
Yang pasti mereka belum terkontaminasi aksi
rasuah seperti sebagian anggota "lama" yang
telah menjadi terdakwa ataupun terpidana.
Beberapa wajah lama di DPR-RI periode 201,1
2019, antara lain, Tifatul Sembiring (l\4enteri
Komunikasi dan Informasi) dan Mohammad
Sohibul Imam (Wakil Ketua DPR-RI) dari PIG;
Edhie Baskoro Yudhoyono (Sekretaris JenderalPartai Demokrat, anak SBY), Jero Wacik
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral),
Evert Everest Mangindaan (Menteri Perhubungan), Melani kimena Suharli (Wakil Kehra
MPR-RI), dan Nurhayati Ali Assegaf (Ketua
Fraksi Demokrat) dari Partai Demokrat; Hat[a
Rajasa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), Z'tlldflt Hasan (Menteri Kehutanan),
dan Taufik Kurniawan Wakil Ketua DPR-RI)
dari PAN; Muhaimin Iskandar (Ketua Umum
PKB) dan Helmi Faisal Zaini (Menteri Pem-
I20 :
PrismaVot.33,No.
1,ilL4
bangunan Daerah Tertinggal) dari PKB;
Suryadarma Ali (mantan Ketua Umum PPP),
hana unhrk beranjak ke Senayan. Faltor lain tak
kalah penting adalah "hukuman sosial" kepada
l.ukman Hakim Saifuddin (Wakil Ketua MPRRD, dan Hazrul Anrar (Ketua Fraksi PPP) dari
PPP; Aburizal Bakrie (Ketua Umum Golkar)
dan Setya Novanto (Ketua Fraksi Golkar) dari
Partai Golkar, dan lain-lain. Sementara dari
parbai oposisi yang tetap bertahan di Senayan,
antara lain, Megawati Soekarnoputri (Ketua
Umum PDI-P), Puan Maharani (Ketua Fraksi
PDI-P) dan Pramono Anung Wibowo (Wakil
Ketua DPR-RI) dari PDI-P; Wiranto (Ketua
Umum Partai Hanura) dan Saifuddin Sudding
(Ketua Fraksi Hanura) dari Partai Hanura, dan
calon legislatif wajah lama karena perilaku
mereka yang tidak dapat diterima oleh ma-
p
syarakatpemilih.
p,
beberapa nama lainnya.
Di samping nama-nama "besar" di atas,
beberapa nama lain justru gagal kembali ke
Senayan. Di antaranyaialah Suswono (Menteri
Pertanian) dari PI(S; Marzuki Alie (Ketua DPRR[), Amir Syamsudin (Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia), Roy Suryo (Menteri Pemuda
dan Olahraga), NovaRiyantiYusuf (Wakil Kehra
Komisi D( DPR-RD, Soetan Bhatugana dari
Partai Demokrat; Priyo Budi Santoso (Wakil
Ketua DPR-RI), Nurul Arifin (artis dan aktivis),
Hajriyanto Y Thohari (Wakil Ketua MPR-RD
dari Partai Golkar; Atrmad Yani (Ketua Dewan
Pakar PPP) dari PPP; Eva Kusuma Sundari dari
PDI-P, dan beberapa nama besar lainnya. Kega-
galan mereka lebih disebabkan oleh pelbagai
hal, antara lain, politik uangyang'berjalan" sejak
masa kampanye, masa tenang, hingga penghitungan suara." Namun, politik uang bukan
satu-satunya faktor yang mengganjal para peta-
2a
Eva Kusuma Sundari, misalnya, mengatakan
bahwa upaya membangun komunitas yang
dlakukannya selama dua tahun sebelum Pileg
kandas akibat "serangan fajar" yang dilancarkan
para pesaingnya, baik separtai maupun partai
lain. "Semua dirontokkan pembagian uang oleh
pesaing yang sama sekali tidak pemah datang
ke daerah pemilihan," pungkasnya. Selain itu,
Eva menyatakan sistem proporsional terbuka
berdasarkan urutan suara terbanyak menjadi
penyebab utama maraknya politik uang pada
Pemilu 2014; lihat, Ternpo *LlMei 2014, hal. 36.
Terkait dengan wajah baru dan lama yang
hadir di Senayan, jumlah calon legislatif pe-
S
h
n
h,
dr
rempuan yang terpilih menjadi anggota DPR-RI
periode 2014-2019 sebanyak 97 orang atau
setara dengan 17,32 persen. Jumlah perempuan
anggota DPR periode 201+20L9 itu menurun
k,
kdtimbang periode 200912014 yang berjumlah
103 orang. Penurunan jumlah perempuan anggota DPR itu berbanding terbalik dengan tingkat pencalonan. Pada Pemilu 2009, tingkat
yi
P
S,
s(
a
la
p(
pencalonan hanya 33,6 persen, sedangkan pada
Pemilu 2014 mencapai 37 persen.'u Kemungkinan menurunnya bilangan perempuan di
m
parlemen disebabkan mekanismey'rst past the
post yang "mengharuskan" berada lebih dekat
A
dengan konstituen masing-masing. Selain itu,
g(
modal finansial amat sangat menenhrkan apakah
seorang perempuan politikus terpilih atau tidak
menjadi anggota legislatif, para pemilih semakin
p2
"pragmatis."
-
l
Koalisi Partai dan Pemilihan
Presiden I Juli 2OL4
Pasal8 Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden menyebutkan bahwa, "Calon
Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan
dalam 1 (sahr) pasangan oleh Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik." Sementara Pasal g
undang-undang yang snma mengamanatkan,
"Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik
atau Gabungan Parlai Politik peserta pemilu
yang memenuhi persyaratan perolehan kursi
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua
puluh lima persen) dari sirara sah nasional
dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden."
dr
al
te
m
SE
te
p(
sir
(r
br
l
dan dimaksudkan sobagai eedia infomasi dan forum p+bahasan masalah pembangunan €konomi,
perkembangan sosial dan p€rubahan kultural di lndonesiaFan sekitamya. Berisi tulisan ilmiah populer
ringkasan hasil penelitan, suryei, hipolesis atau gagasan brisinal yang kritis dan s€gar. Redaksi mengundang para ahli, sarjana, praktisi dan p€muda lndonesia yang berbakat untuk berdiskusi dan menulis
secara bebas dan kreatif sambil berkomunikasi dsgan masyarakat luas. Tulisan dalam Prisma tidak
solalu segaris atau menceminkan pendapat LP3ES. Rodaksi dapat menyingkat dan memperbaiki tulisan yang dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya.
Dilarang mengutip, mgne4emahkan, dan memperbanyak, kecuali dengan izin tenulis dari Redaksi
O Hak cipta dilindungi Undang-undang.
Demnhrasi di Baatah
Cmgrt,eraman Oligarki
Vol. 33, No. 1,2014
rssN 0301-6269
TOPIK KITA
Daniel Dhakidae 2
Demokrasi, Harta, dan Negara
3
Melampaui Oligarki?: Bahasan Kritis Kekuasaan
Politik dan Kesenjangan Ekonomi di Indonesia
Iefrey A Wi.nters
11
Oligarki dan Demokrasi di Indonesia
R Hadiz dan
35
Ekonomi Politik Oligarki dan
Pengorganisasian Kembali Kekuasaan di Indonesia
Thomas B Pepinsky
57
Pluralisme dan Perseteruan Politik di Indonesia
Edward Aspinall
77
Agensi dan Kepentingan Massa dalam Masa
Tiansisi dan Konsolidasi Demokrasi di Indonesia
Michele Ford dan
Thomas B Pepi.nsky
Ved.i
Ri,chard Robison
ESAI
Daniel Dhakidae 98
Meratapi Keberhasilan, Sambil Merindukan
yangHarusHilang
':
'l
DIALOG
A Rahman
Tolleng 1O2
Oligark Hitam, Jokowi, dan Revolusi dari Atas
SURVEI
I*o Agustina 11O Pemilihan Umum di lndonesiaTahun
2014
v
BUKU
Wildan Sena Utama
126
The Middle Indonai.a dalam
Formasi Negara-Bangsa
135
PARA PENULIS
Diterbitkan atas kerja satna dengan
lumal lndonesia, Conell Modern
Indonaia Project
Gambar sampul
&
Vol. 33, No. 2, 2014: Birokrasi
ui.gnet: GM Suilarta
Vol. 33, No. 3, 2014: Peftanian aan @roindustri
Pendlri: lsmid Hadad, Nono Anwar Makarim . Pemlmpln Umum/Pemlmpln Redaksl: Daniel Dhakidae . Wakil Pemlmpln
Umum: Suhardi Suryadi . Direktur Bisnlr & Pengembangan: Samuel Nitisaputra . Dewan Redaksi: A Tony Prasetiantono,
Azyumardi Azra, Jaleswari Pramodhawardani, Kamala Chandrakirana, Sumit Mandal (Jerman), Taufik Abdullah, Vedi R Hadiz
(Australia) . Redak3i: Daniel Dhakidae, E Dwi Arya Wisesa, Harry Wibowo, Nezar Patria, Rahadi T Wiratama . Sekretaris
Redaksi: Andi Maharani . Produksl: Awan Dewangga. Xar*eting: Christiawan Budi S
Afamat: LP3ES, Jalan Pejaten Barat Raya l.lo 13, Jakarta'12510, lndonesia. Tlp./Faks.: (6221\71793635
Email: prisma@prismajurnal.com; prisfia.redaksi@gmail.com; Website: www.prismajurnal.com
Bank: MANDIRI, KCP RSKD, Jakarta. Nomor Rekening: ll7-000{00-046-5 a/n Prisma
SURVEI
G
Pemilihan llmum di Indonesia
Tahun20L4
t€
hl
SU
6l
b
Fi
p(
c
h
I
h
P
k
s
s
I
d
d
T
ndonesia adalah negara ketiga terbesar di
dunia yang dikategorikan sebagai negara
demokratis. Selama 32 tahun Indonesia
berada
di
bawah kekuasaan Orde Baru
Soeharto, namun berhasil melengserkan rezim
otoriter itu lewat reformasi politik tahun 199g.
Salah satu hasil reformasi adalah perubahan
sistem pemilihan umum lpemilu) dari terkendali
menjadi lebih bebas, jujur dan adil. pemilu era
Reformasi setidaknya telah diselenggarakan
empat kali, yakni pada 1999, 2004,2009, dan
2014. Sejak Pemilu 2004, Presiden tidak dipilih
Majelis Permusyawaratan Ralqyat (MpR), teta-
pi dipilih langsung oleh rakyat. pemilu dilaksanakan dua tahap, yakni memilih anggota parle
men (pemilihan legislatif;piled dan memilih
presiden dan wakil presiden (pemilihan presiden; pilpres). Pileg dilaksanakan lebih awal,
karena partai politik yang memenuhi persyaratan tertentu berhak mengajukan kandidat
presiden dan wakil presiden pada pilpres tiga
bulankemudian.
Artikel ini mernn-ahas pileg dan
2014 di Indonesia, termasuk naik-furu
suara partai serta koalisi partai politik
mengusung calon presiden dan wakil
Apakah terjadi perubahan suarayang
dalam Pileg 2014? Apa dampak perolehan
Pileg 2014 terhadap konstelasi kekuatan
politik di Indonesia pada Pilpres 2014?
seperti apa yang terbangun pada pilpres
Artikel ini mencoba-jawab persoalan itu
menganalisis tiga aspek secara terpisah,
proses dan hasil pileg; turun-naiknSa
partai pada Pileg 2014 serta wajah lama
baru anggota parlemen periode 201
dan; koalisi partai politik pada pllpres 2014
Proses dan Hasil P
Umum Legislatif 2O
Meski ada berbagai
secara umum pemilihan umum le
Indonesia pada
9
April 2014 berjalan aman
tertib. Merujuk data Komisi pemilihan U
:::iiriYE
LeoAgustino,
PemilihanUmumdilnilonqiaTahunilT4
(KP[D, sebanyak 186.569.233 jiwa terdaftar
sebagai pemilih dalam Pileg 2014.r Namun,
hanya L24.972.49L jiwa saja (67,99%) vang
suaranya dianggap sah, sedangkan suara
6l.5g6.742jiwa (33,01%) dianggap tidak sah,
bahkan Golput Angka partisipasi pemilih dalam
Prleg 2014 tampak menurun jika dibanding
pemilu-pemilu sebelumnya.' Ada beberapa
catatan penting terkaitproses Pileg 2014.
Pertama, mengemukanya masalah distribusi logistjk, mulai dari belum sampainya surat
zuara, kurang, hilang, tidak lengkap, rusak,
hingga surat suara tertukar dengan Tempat
Pemungutan Suara (lPS) lain. Keterlambatan
logistik mengakibatkan pileg tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan KPU,
seperti yang tedadi di 36 dishik di IGbupaten
Yahukimo, Provinsi Papua,3 Pelaksanaan pileg
di l(abupaten Yahukimo terlambat dan terhrnda karena, menurut Komisioner KPU Arief
Budiman, ".... cuacanya buruk, minimnya trans
: Temfo,12-18 Mei 2014, hal. 49.
: Angka partisipasi pemilih cenderung menuntn
dari pemilu ke pemilui. Pada Pemilu 1999'
I
persentase partisipasi ralryat sebesar 90 persen,
turun menjadi 80 persen pada Pemilu 2004, dan
70 persen pada Pemilu 2009. Pada Pileg 2014'
angka partisipasi rakyat sebesar 67,99 persen.
Menurut Pasal 45 Ayat (3) Undang-Undang No
12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
mor
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (kemudian diamandemen menjadi UU
Nomor 8 tahun 2012), "surat suara beserta perlengkapan pelaksanaan Pemilu hams sudah diteri-
ma PPS dan PPLN selambatlambatnya
10
(sepuluh) hari sebelum pemungutan suara." Pada
2004, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
Nomor 2 Tahun 2004. Pasal 45 Ayat (3) Perppu
tersebut menegaskan, "Surat suara beserta perlengkapan pelaksanaan Pemilu harus sudah diterima PPS dan PPLN selambat-lambatnya 1 (satu)
hari sebelum pemungutan stlara." Dengan demikian, KPU terhindar dari tindakan yang menyalahi undang-undang.
4 Lihat, www.bbcin/ljE8Kp7 (diakses 15 April
2014).
:: :i i*
1,.r
i:
I
:
111
portasi, dan curamnya medan, jadi (logistik)
baru terkirim kemarin (13 April 2013, penulis) ".4 Tidak serentaknya penyelenggaraan pileg
sesungguhnya bertentangan dengan Pasal 148
Ayat (1) IJU Nomor 8Tahun 2012 yang mengamanatkan: "Pemungutan suara Pemilu anggota
DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota diselenggarakan secara serentak."
Terkait dengan tertukar atau hilangnya
surat suara di beberapa daerah, KPU terpaksa
menggelar Pemungutan Suara Susulan (PSS) di
500 TPS.s Pemilu ulang itu hanya 0,09 persen
(500 dari 545 ribu TPS di seluruh Indonesia).
KPU menganggap hal tersebut masih dalam
batas kewajaran, karena kurang dari 1-2 persen.
Sebaliknya, sebagian kalangan menganggap itu
sebagai bukti ketidakseriusan KPU dalam mem-
persiapkan segalanya. Pada 15 April 2014'
Kepala Bagran Inventarisasi Sarana dan PrasaranaBiro Ingistik KPU Susila Hery Prabowo
mengoreksi jumlah TPS yang harus menye
lenggarakan PSS karena surat suara tertukar:
bukan 500, tetapi 770 TPS yang tersebar di 107
kabupaten/kota di 30 Provinsi.6
5 Uhat, pemilu.inilah .com/ read/ detail/2097102 /
pemilu-ulang-hanya-009-dari-seluruh-tps?utmsource=twitterfeed&uftn-medium=twitter (diakses 12 April 2014). Keterlarnbatan logistik dan
surat suara yang tertukar menyebabkan Pileg
2014 tidak bisa dilaksanakan serentak pada 9
April. KPU harus menyelenggarakan pemilu dan
pemungutan suara susulan di Kabupaten Sikka,
Flores Timur, Sumba Tlmur, Tlmor Tengah Uta-
ra (Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Jayawijaya (Papua), IGbupaten Maluku Tengah, dan
banyak lagi; lihat, www.bbcin/ljE8lQ7 15 April
2014; www.kom.ps/AFfidY (diakses 17 April
2014). Sementara itu, surat suara yang tertukar
banyak terjadi di sejumlah TPS, misalnya, di
Kota Tangerang (Banten), Kabupaten lGranganyar dan Sragen 0awa Tengah), Kota Makas
sar (Sulawesi Selatan), Kota Denpasar (Bali);
hhat, Komfas,10 April 2014.
6 Lihat, "770 TPS Harus Gelar Pemungutan Suara
Ulang", dalam http://nasional.kompas.com/
r ead/ 2014 / 04 / 15 / l1]-7 481/770'TPS.Harus.
Gelar.Pemungutan.Suara.Ulang
April 201a).
(diakses
L7
ttz
Prisma VoL 33, No. 1, 20 14
Kedua,lebih kurang 0,5 persen dari 1g6 juta
warga negara yang sudah memenuhi syarat
memilih belum terdaftar dalam daftar pemilih.
Ada juga yang sudah terdaftar, namun tidak
memperoleh kartu pemilih.T Bahkan, satu
pekan sebelum Pileg 2014 diselenggarakan,
masih ada pemilih yang belum terdaftar dalam
daftar pemilih tetap (DpT).t Hal
ini dinilai
banyak pihak sebagai cermin kerja KpU yang
kurang serius dalam proses pelaksanaan pemilu.
Hilangnya hak pilih para pemilih dapat dikatakan
merupakan sebuah benfuk pelanggaran hak
asasi manusia Q:IAM), khususnya dalam konteks penegakan kedaulatan rakyat. Jauh sebelum pelaksanaan pileg, dugaan hilangnya hak
pilih itu terungkap saat verifikasi DpT. Ada
perbedaan antara daftar yang dibuat KpU
dengan daftar pemilih di beberapa daerah.
Bahkan, DPT versi KPU tidak sama dengan data
di Kementerian Dalam Nege n-prognm Singte
Identity Nurnber (SIN) melalui Kartu Tanda
Penduduk Elektronik atau e-KTp. Tak pelak,
beberapa partai politik melancarkan protes
keras. Mereka menganggap selisih atau perbedaan jumlah pemilih itu akan dimanfaatkan
oleh partai "berkuasa" dengan memanipulasi
data perolehan suara, baik saat pileg maupun
pilpres.
Ketiga, sistem pemberian suara pada surat
suara yang menyulitkan para pemilih.s pemilih
harus sekaligus memilih empat orang calon,
yaitu calon anggota DP& DPRD tingkat provinsi, DPRD tingkat kabupaten/kota, dan ang-
gota Dewan Perwakilan Daerah (DpD). Ke
Ma
suttan pemilih kian bertambah karena mereh
harus "memerhatikan" sekian banyak nama
calon anggota legislatif (caleg) pada kertas su+
ra Pada Pileg 2014, sekitar 200.000 orang ter-
den
vins
atar
daftar sebagai caleg di semua tingkatan, sedang,
pen
kan yang diperebutkan 19.699 kursi (560_ kurd
DP& 132 kursi DPD, 2.112 kursi DpRD pru
vinsi, dan 16.895 kursi DpRD kabupaten/
kota).10 Pemilih pun cenderung tidak memilih
nama calon, tetapi lambang partai. Secara tidak
langsung hal itu merugikan si pemilih, karena
caleg ditentukan bukan berdasarkan mekanig
mefi.rst iast thelosl (FPTP), tetapi nomor unrt
calon. Merujuk Pemilu 2009, sebanyak 5g
persen pemilih tidak memilih nama calon
anggota parlemen yang seharusnya mereka
pilih, tetapi mencentang lambang partai. Hal ihl
pad
sua
uml
poli
pen
jaul
poli
met
pan
"pel
dan
dan
dilakukan karena terlalu rumitnya memadankan
olel
antara nama caleg dengan lambang partai.
Kejadian tersebut terulang pada pileg 2014.
Keempat, ketidaksinkronan penghitungan
calr
Mel
suara di tingkat KPU provinsi dengan kelompok
pemungutan suara di tingkat bawah. Berda
sarkan UU No. 8 tahun"'2012, Bab XI tentang
Penghitungan Suara bagi anggota DpR, DpD,
dan DPRD harus dilakukan secara manual mrr
lai dari tingkat Kelompok penyelenggara
Pemungutan Suara (I(PPS) /Kelompok penye
lenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
(KPPSLN), Panitia Pemungutan Suara (ppS),
Panitia Pemilihan Kecamatan (pplg, KpU I(ab*
paten/Kota, KPU Provinsi hingga KpUpusalrr
sua
sesi
ang
P]
hr
fa
fil
ye
rJ
re
te
re
kt
7 Wawancara dengan narasumber
dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bandung, 23 April
2014. Narasumber melakukan pemantauan di
Jawa Tengah dan Yogyakarta sebelum dan
selama pileg berlangsung serta menemukan
pelanggaran tersebut.
8 Lihat Kompas, 20 Maret2}l4.
e Pasal 154 UU No. 8 Tahun 2012
menandaskan,
"Pemberian suara untuk pemilu anggota DpR,
DPD, DPRD provinsi, dan DpRD kabupaten/
kota dilakukan dengan cara mencoblos satu kali
pada nomor atau tanda gambar partai politik
dan/atau nama calon pada surat suara."
10
Lihat, Ternpo,1420 Aprit Z0L4,hal. 40.
11KPPS dibentuk PPS
untuk melaksanakan
pemungutan suara di TpS. KppSLN dibentuk
Panitia Pemungutan Luar Negeri @pLN) untuk
melaksankaan pemungutan suara di TpS luar
negeri. PPS dibentuk KpU kabupaten/kota untuk melaksankaan pemilu di desa atau kelurahan, sedangkan PPK dibentuk oleh KpU
kabupaten/kota untuk melaksanakan pemilu di
kecamatan atau nama lain. Tata urutan penghitungan perolehan suara adalah sebagai beri
kut KPPS/KPPSLN membuat berita acara dan
sertifikat hasil penghitungan suara di tingkat
TPS dan dikirimkan ke ppS atau ppLN ppS dan
te
m
tu
m
Pr
tu
kt
12W
K(
23
ta
ya
lq
gt,
ko Agustino, Pemilihan
Masalah muncul ketika penghitungan suara
pada Formulir Cl di tingkat KPPS tidak sama
dengan penghitungan suara di tingkat I(PU Pro
vinsi. Dengan kata lain, ada penggelembungan
atau penggembosan suara di setiap tingkat
penghitungan suara-
Penggelembungan atau penggembosa4
suara pada saat proses penghitungan suara
umumnya berkait dengan jual-beli suara dan
politik uang yang melibatkan "oknum" panitia
pemilihan di setiap tingkatan. Jual-beli suara
jauh lebih sederhana ketimbang mekanisme
politik uang. Namun, politik uang senantiasa
menimbulkan keretakan di dalam internal
partai. Jual-beli suara biasanya dilakukan oleh
"pemilik suara kecil", 'pemilik suara sedang",
dan 'calon setengah jadi." Pemilik suara kecil
dan sedang "menjual" suara yang mereka peroleh kepada calon setengah jadi. Penambahan
suara itu tentunya mengubah perolehan suara
calon setengah jadi menjadi "calon iadi".l2
Mekanisme tersebut tidak hanya terjadi antar
sesama anggota partai saja, tetapi juga antara
anggota berbeda partai-calon anggota legisPPLN kemudian membuat sertifikat rekapitulasi
hasil penghitungan suara di tingkat desa/kelurahan dan luar negeri berdasarkan seluruh sertifikat hasil penghitungan suara di tingkat TPS
yang terdapat di wilayahnya dan menyerahkannya kepada PPK Berdasarkan seluruh sertifikat
rekapitulasi hasil penghitungan suara PPS yang
terdapat di wilayahnya, PPK membuat sertffikat
rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat
kecamatan dan menyerahkan ke KPU Kabupa-
tenlKota. Kemudian KPU Kabupaten/Kota
membuat sertffikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat kabupaten/kota dan
menyerahkan ke KPU Provinsi dan KPU' KPU
Provinsi membuat sertifikat rekapitulasi penghitungan suara di tingkat provinsi dan menyerahkan ke KPU.
12
Wawancara dengan seorang narasumber dari
Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Bandung,
23 April 2014. Narasumber melakukan pemantauan pemilu di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta sebelum dan selama pemilihan umum
legislatif berlangsung dan menemukan pelanggaran tersebut.
r': i.j
ii
V i:r j
Umum di Indonesia Tahun
H74
113
latif partai A "menjual" perolehan suaranya ke
calon anggota legislatif partai politik B .
"Kasus" NurulArifin dari Partai Golkar dan
Eva Kusuma Sundari dari PDI-P yang merasa
dicurangi oleh kawan separtai adalah ceffnin
karut-marut penghitungan suara bertingkat
itu.13 Sebagaimana dituturkan Nurul kepada
Temfo, "suara yang diperolehnya dialihkan ke
calon lain." Dia menuding kawan separtainya
"main mata" dengan petugas pemilihan. Safu
hal yang dapat disimpulkan, semua mekanisme
yang melibatkan panitia pemungutan suara di
semua tingkatan membuat Pemilu 2014 boleh
jadi bisa disebut "rezim kejahatan pemilu."
Meski terdapat berbagai kekurangan dalam proses dan penyelenggaraan Pileg 2014,
sebagian besar rakyat Indonesia menerimanya sebagai pemilu yang legitim. Bahkan,
beberapa lembaga survei mengumumkan hasil
hitung cepat (quick count\ mereka tidak lama
setelah proses penghitungan suara selesai.
kmbaga-lembaga survei tersebut adalah kmbaga Penelitian dan Pengembangan Kornpas
Qitbang Kom\as), Indikator Politik Indonesia,
Lingkaran Survei Indong.sia (ISD, Cenke for
Strategic and International Studies (CS$) &
Cyms Media, Radio Republik Indonesia (RRI),
Lembaga Survei Nasional (ISNI), dan Saiful
Mujani Research & Consulting (SRMC) yang
menyatakan bahwa Pileg 2014 tidak
menghasilkan pemenang mayoritas mutlak
(50% + 1).
Hasil hitung cepat lembaga-lembaga survei
berbeda satu dengan yang lain, namun PDI-P
memenangi Pileg 2014 seolah tak terbantahkan 0iha! Tabel 1).14 Hitung cepat ketujuh lembaga survei tersebut menunjukkan bahwa par'
tai berlambang banteng moncong putih itu
meraih kemenangan, meski tidak mutlak.
13
Lihat, TemPo
ra
Pada 9
Sll
Mei 2014, hal. 36.
April 2014 malam, Aburizal Bakrie
mengucapkan selamat kepada PDI-P dan
Megawati Soekarnoputri yang memenangi Pileg
2014. Artinya, kredibilitas lembaga survei sangat
dipercaya oleh Ketua Umum Partai Golkar itu.
L74
Prisma Vol. 33, No. 1, 2014
Tabel 1 Hitung Cepat Beberapa Iembaga Survei (dalam persen)
Ta
Pe
Sumben @EepSFatah (10 April 2014).
X
d
Kalaupun ada selisih (naik atau turun) dengan
hitungan resmi KPU, kesalahan tersebut tidak
lebih 2 persen dari angka hitung cepat mereka
(sambling error 2%). Dengan demikian, jika
merujuk hasil hitung cepat ketujuh lembaga
survei itu, urutan lima besar pemenang Pileg
2014 adalah sebagai berikul Parbai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan
Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia
Raya (Gerindra), Partai Demokrat (Demokrat
atau PD), dan Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB). Satu bulan kemudian (9 Mei 201.4),
KPU mengeluarkan Surat Edaran No. 411l
kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil
Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota (ihat, Tabel 2).
Hasil rekapitulasi perhitungan suara resmi
KPU tidak jauh berbeda dengan hasil hitung
cepat ketujuh lembaga survei di atas.
Dua partai politik peserta Pileg 2014 tidak
lolos ambang batas parlemen (parliament
thresholfi. Sebagaimana termaktub dalam ke
tentuan Pasal2008 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, "Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas
I
l
i
E
p
perolehan suara sekurang-kurangnya 3,5%
(tiga koma lima persen) dari jumlah suara sah
secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota." Kedua
partai yang perolehan suaranya di bawah 3,5
persen adalah Partai Bulan Bintang (PBB)
li
dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
,
(PKPD.Jika kedua partai hendak mengikuti
pemilu berikutnya pada 2019, sesuai dengan
Pasal 8 ayat2UU No.b/20\2, mereka harus
melalui persyaratan verifikasi faktual oleh
v
0
C
S
I
1
Izo Agustino, Pemilihan Umum di Ind'onesia Tahun X)74
Tabel
2
Hasil Rekapitulasi Resmi Komisi
PemilihanUmum (t(PtD
115
Demokrat pada Pemilu 2009 masing-masing
turun dibanding suara yang diperoleh pada pe
milu lima tahun sebelumnya. Golkar memperIVo
Pailai
Petutrlwt
Politik
Suara Resrni
Fersenfase
Kursi
oleh23,27 persen pada Pemilu 2004 dan Partai
Pailenren
Demokrat memperoleh 20,85 persen pada
Pemilu 2009.16 Pada Pileg 2014, persentase
suara partai pemenang pemilu hanya sebesar
18,95 persen.
Sebanyak 15 partai politiktelah dinyatakan
8.442.812
6,72
35
PKB
11.298.957
9,04
47
3
PKS
8.480.204
6,79
40
4
PDIP
23.ffi1.471
18,95
109
5
Golkar
18.432.312
14,75
91
6
Gerindra
14.7ffi.371
1
1,81
n
7
Demokrat
fl.7n.913
10,19
61
PAN
9.481.621
7,57
49
PPP
8.157.488
6,53
il
10
Hanura
6.579.498
5,26
16
11
PBB*
1.825.7fi
1,46
0
12
PKPI*
1.143.094
0,91
0
1
NasDem
2
I
I
* = Tidak lolos ambang batas 3,5 persen
Sumber: Diolah dari I(PU dan pelbagai sumber.
lolos verifikasi KPU dan berhak mengikuti
Pemilu 2014. D:ua belas partai politik adalah
peserta pemilu nasional dan tiga lainnya adalah
partai politik lokal. Jumlah partai politik peserta
Pemilu 20L4 merupakan yang terendah di era
Reformasi. Pada Pemilu 1999, jumlah pesertanya 48 partai. Pada Pemilu 2004 turun separuh
menjadi 24partat, dan kembali naik menjadi 38
partai plus 6 partai lokal pada Pemilu 2009. Ke
dua belas partai peserta Pemilu 2014 berdasarkan nomor urut adalah Partai Nasional De
mokrat (Partai NasDem), Partai Kebangkitan
Bangsa (PIG), Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Partai Demokrasi Indonesia Periuangan (PDI-
P), Partai Golongan Karya (Partai Golkar),
KPU, seperti halnya partai politik baru yang
dibentuk setelah tahun 2014.
Perolehan Suara dan Wajah
Anggota DPR
Hasil rekapitulasi resmi KPU sangat menarik untuk ditelaah. Politik Indonesia pasca-Orde
Bam tidak pernah berhasil memunculkan partai
politik dengan perolehan suara mayoritas mutlak. Sejak Pemilu 1999, tidak satu pun partai
yang memenangi pemilihan umum memperoleh suara lebih dari 50 persen. Bahkan, perolehan suara partai pemenang cenderung anjlok
setiap kali penyelenggaran pemilu. Pada Pemi-
lu 1999, misalnya, PDIP hanya memperoleh
33,73 persen suara.tu Sementara persentase
Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Partai Hati Nurani Ralryat ([Ianura), Partai Bulan
Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persa-
tuan Indonesia (PKPD. Partai NasDem adalah
satu-sahrnya partai politik yang baru terbentuk
menjelangPemilu 2014.
Hasil rekapitulasi resmi KPU menunjukkan perolehan suara setiap partai sebagai
berikut Parlai Nasdem6,72 persen, PKB 9,04
persen, PKS 6,79 persen, PDI-P 18,95 persen,
Golkar 14,75 persen, Gerindra 11,81 persen,
Partai Demokrat 10,19 persen, PAN 7,57
persen, PPP 6,53 persen, Hanura 5,26 persen,
PBB 1,46 persen, dan PKPI 0,91 persen (lihat,
Tabel 2). Ada beberapa hal menarik dari per-
suara Golkar pada Pemilu 2004 dan Partai
16
15
Leo Suryadinata, Elections and Politics in
Indonesia (Singapore: Institute of Southeast
Asian Studies,2002), hal. 103.
:t t.;
;:..
";
Y;-
,
Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff,
"Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih: Analisis
Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia", dalam
Poelitik 5 (10), 2009, h . s74, 575.
116
P*maVol.33,
No.
1,2014
sentase suara yang diperoleh masing-masing
partai.
Tabel
3
Perbandingan Perolehan Suara Partai
pada Pemilu 2009 dan 2014
p
Pertama, Partai Demokrat gagal memper-
tahankan suara yang diperoleh pada pemilu
sebelumnya. Pada Pemilu 2009, Partai Demo
krat meraup 20,81 persen suara, melonjak
13,36 persen dari 7,45 persen suarayang diperolehnya pada Pemilu 2004.17 Namun, pada Pileg2014, perolehan suara partai berlambang
tiga berlian itu anjlok lebih dari 10 persen menjadi 10,19 persen. Ada sejumlah fal:tor yang
menyebabkan perolehan suara Partai Demokrat
merosot drastis. Selain kasus rasuah yang me
nerpa beberapa kader Partai Demokrat, anjlok-
nya perolehan suara juga mengindikasikan
ketidakpuasan ralryat terhadap kineda kabinet
Susilo Bambang Yudhoyono. Sebaliknya, me
te
Ab
Paftai
Politik
Pedehan
SuanPemilu
Suam
n14
0
6,72
(+)6,72
(+)a,09
PKB
4,9s
9,04
3
PKS
7,89
6,79
4
PDIP
14,01
18,95
(+)4,94
k
5
Golkar
14,45
14,75
(+)0,30
pi
6
Gerindna
4,46
11,81
(+)7,3s
h
7
Demokrat
n,81
10,19
PAN
6,03
7,57
(+) 1,s4
PPP
5,33
6,53
(+)1,2
gi
nl
(+)1,49
br
Hanura
3,n
5,m
11
PBB
1,79
1,6
12
PKPI
0,9
0,91
lihan umum era Reformasi, PI(S memang selalu
bertahan di angka &7 persen. Pada Pemilu
2004, PKS memperoleh 7,34 persen. Lima
tahun kemudian 7,89 persen dan pada Pemilu
t?Agustino dan Yusoff, "Pemilihan Umum dan
Perilaku Pemilih...", haI. 575.
S(
2
10
Walaupun demikian, secara keseluruhan PKS
tampak stabil pada kisaran angka G7 persen
yang merupakan captiae aoters pafiai berlambang bulan sabit dan padi itu. Sepanjang pemi-
dr
pi
Nasdem
Gerindra dan PDI-P karena rakyat menganggap
mungkinan besar diakibatkan oleh kabar
"miring" akan sepak-terjang partai ifu, khususnya terkait dengan kasus impor daging sapi.
pl
1
keduanya mampu memberi solusi alternatif
dan PBB. Namun, persentase penurunan suara
kedua partai bernafaskan Islam tersebut tidak
lebih dari 1,5 persen. Sebagai contoh, PI(S pada
Pemilu 2009 memperoleh 7,89 persen suara,
sedangkan pada Pemilu 2014 turun 1,1 persen
menjadi 6,79 persen. Sementara PBB hanya
turun 0,33 persen dari 1,79 persen pada Pemilu
2009 menjadi 1,46 persen pada Pemilu 2014.
Penurunan suara PKS sebesar 1,1 persen ke.
(/')
m
ningkatnya perolehan suara partai oposisi
Penurunan perolehan suara bukan hanya
dialarni Partai Demokrat saja, tetapi juga PI(S
P
funhdwt
w
I
I
bagi perbaikan bangsa.
ni
y,
tc
ul
k'
S(
(+)0,01
Si
di
Sumben Diolah dari pelbagai sumber
m
m
2014 memperoleh 6,79"persen. Sementara itu,
AI
turunnya persentase suara PBB disebabkan
oleh tidak adanya pemilih setia dan simpatisan
partai berlambang bulan dan bintang selain
pemilih saat ini. Dengan keadaan seperti itu,
dan jika hendak mengikuti kontestasi Pemilu
2019, perolehan suara PBB setidaknyaberkisar
di angka 1-1,5 persen saja.
m
m
br
S(
k
s€
Ked,ua, banyak partai politik peserta Plleg
2014 memperoleh suara lebih tinggi dibanding
pemilu limatahun sebelumnya. Mereka adalah
Partai Gerindrayang naik 7,35 persen dari 4,4G
persen pada Pemilu 2009 menjadi 11,81 persen
pada Pileg 2014; PDIP naik 4,94 persen dari
14,01 persen menjadi 18,95 persen; PKB naik
4,09 persen dari 4,95 persen menjadi 9,04 persen; PAN naik 1,54 persen dari 6,03 persen
menjadi 7,57 persen; PPP naik 1,2 persen dari
5,33 persen menjadi 6,53 persen; Partai Hanura
naik 1,49 persen dai3,77 persen menjadi 5,26
persen; Partai Golkar naik 0,30 persen dari
14,45 persen menjadi 14,75 persen; dan PKPI
$linU$rl
d:
18
I*o Agastino, Pemilihan Umum di Indonesia Tahan Z)14
: ll7
naik 0,01 persen dari 0,fr} persen menjadi 0,91
persen 0ihat, Tabd 3). Kenaikan yans signinhn
terjadi pada Partai G€rindr4 PDI-P dan PIG.
Partai NasDem adalah sahF$tunya partai yang
slogan "Rindu Orde Baru'yang didengungkan
Partai Golkar selama masa kampanye tidak berbuah manis terhadap perolehan suara Golkar.
perolehan suaranya pada Pileg 2014 tidak bisa
diperbandingkan dengan suara yang diperoleh
pada Pemilu 2009, karena ia baru terbentuk
sebagai partai politikpada 2013.
kisaran angka
Meningkatnya perolehan suara Gerindra
yang sangat besar dapat dikatakan karena "faktor" Prabowo Subianto. Sebagian besar rakyat
lndonesia agaknya merindukan seorang pemimpin yang tegas dan mampu menciptakan stabilitas ekonomi dan politik.ls Rakyat kebanyakan
umumnya menghendaki turunnya harga bahan
kebutuhan pokoh kenaikan subsidi unhrk sebagian besar rakyat kecil termasuk petani dan
nelayan, penggelontoran dana subsidi bahan
bakar minyak (BBM), dan sebagainya. Oleh
sebab itu, sosok Prabowo yang identik dengan
sifat tegas (berlatar belakang milite0 dan kerap
dikaitkan dengan "keluarga Cendana" (pernah
menikah dengan salah seorang puki Soeharto)
menjadi daya tarik tersendiri basi para pemilih
awam-kelak muncul istilah "Prabowo efek."
Begitu pula Partai Golkar. Par|ai ini kerap
melontarkan slogan "bernada'' Orde Baru, namun Aburizal Bakrie sebagai pemimpin partai
berlambang pohon beringin itu tidak merepre
sentasikan kepemimpinan Orde Baru. Rakyat
kebanyakan justru mengenali Aburizal Bakrie
sebagai seorang penguvha yang selalu bermain
dalam logika homo economi.cus. Karena itu,
18
Dalam blalfonn Partai Gerindra tertuang "Enam
Program Aksi Transformasi Bangsa Partai
Gerindra (20L4.2019)" mencakup: (i) membangun ekonomi yang kuat berdaulat, adil dan
makmuc G) melaksanakan ekonomi kerakyatan;
Gi) membangun kedaulatan pangan dan energi
serta pengamanan sumber daya air; (iv) meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia
melalui program pendidikan, kesehatan, sosial
dan budaya serta olahraga, (v) membangun
intrastrukhrr dan menjaga kelestarian alam serta
lingkungan hidup, dan; (vi) membangun peme
rintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas dan
efektif.
L i.i f2.'.! 't" i
Perolehan suara Partai Golkar berhenti di
1,1-15
persen. Sementara ifu, sua-
rapemilihyang mengalircukup deras ke Partai
Gerindra membuat partai berlambang kepala
garuda ini menjadi partai papan atas yang patut
diperhifirngkan dalam Pilpres 2014.
Banyak lembaga survei memprediksi PDI-
P akan memperoleh suara cukup signifikan
dalam Pileg 2014, melampaui perolehan suara
Partai Demokrat yang ditimpa banyak masalah, terutama kasus korupsi wisma atlet di
Hambalang, Bogor. Susilo Bambang Yudho
yono sendiri juga tidak bisa dimajukan lagi
sebagai calon presiden dari Partai Demokrat
pada Pilpres 2014, karena terbentur persyaratan masa jabatan-dia telah menjabat pre
siden selama dua periode berhrrut-turut,200+
2009 dan 2009-2014. Perolehan suara Parbai
Demokrat pun turun cukup drastis. Menariknya, sebagian perolehan suara Partai Demokrat tampak mengalir deras ke partai-partai
"nasionalis" lainnya, seperti Partai Gerindra,
PDI-P, dan Partai NasDem.le
Di sisi lain, peningkatan perolehan suara
PI(B pada Pemilu 2014 tidak bisa sepenuhnya
diartikan sebagai pulihnya kepercayaan rakyat
terhadap partai yang pembenfukannya diprakarsai oleh Abdurrahmad Wahid (Gus Dur).
Ada faktor penarik lain di partai itu, yaitu
keberadaan mantan Ketua Mahkamah Kons
titusi Mahfud MD dan Rhoma lrama. Selain
digadang-gadang sebagai calon presiden dari
PKB pada masa kampanye Pileg 2014, kedua
re
Partai nasionalis yang dimaksud adalah partai
politik yang tidak memiliki hubungan
dengan
organisasi Islam, mempeduangkan tegaknya
negara dan pemerintahan bebas dari pengaruh
agama, dan menolak formalisasi syariah dalam
hukum negara. Tentang partai nasionalis, islamis
atau partai Islam-inHusif, dan sebagainya; lihat,
Luthf Assyaukanre, Islan. and the Secular State
in Indonesia (Singapore: Institute of Southeast
Asian Studies, 2009).
118 '
PrismaVol.3J,
No.
1,2014
tokoh yang memiliki pengaruh dan massa
cukup besar dan setia itu berhasil mendongkrak
perolehan suara PKB. Pada Pemilu 1ggg, pKB
memperoleh suara L2,66 persen dan berada di
peringkat ketiga setelah PDI-P dan Partai Golkar. Sementara pada Pemilu 2004 dan 2009,
suara PKB turun menjadi 10,57 persen dan 4,98
persen.'o Penyebab utama turunnya suara pKB
pada Pemilu 2009 adalah karena keterbelahan
partai ini menjadi kubu Muhaimin Iskandar dan
kubu ZannubaAriffah Chafsoh Rahman Wahid
(YennyWahid). Namun, setelah PKB mengga-
Megawati mendapat simpati dan dukungan
rakyat serta dijadikan simbol perlawanan terha
dap redm Orde Baru Soeharto. Pada 23 Juli
n
S
2001, Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi
,
Presiden Republik Indonesia.
Surya Paloh memang bukan "korban penindasan oleh penguasa", namun politik Indonesia
menjelang Pileg 2014 mirip keadaaan politik
sebelum Pemilu 2004. Ketika itu PDI-P tengah
a
E
o
k
c
"diadili" rakyat akibat kebijakan tidak populer
yang diambil Presiden Megawati. Pada 2014,
n
Siliran Partai Demokrat dikecam ralryat karena
E
P
tindakan rasuah sebagian kader-kadernya. Pero
,
lehan suara Partai Demokrat anjlok dari 20,81
5
Ketiga, Partai NasDem yang diprediksi
persen pada Pemilu 2009 menjadi 10,19 persen
pada Pemilu 2014 (ihat, Tabel3). Jika dicerma
p
banyak lembaga survei tidak akan mendapatkan
ti, sirkulasi perolehan suara Partai Demokrat
suara, ternyata meraih 6,72 persen. Kemunculan NasDem pada Pemilu 2014 mirip kehadiran Partai Demokratpada Pemilu 2004. Pera
lehan suara Partai Demokratpada Pemilu 2004
sebesar 7,45 persen, sedangkan PDI-P 18,53
P
sebagian besar mengalir ke Partai NasDem.
Partai NasDem dinilai sebagai partai nasionalis
baru sama seperti Partai Demokrat, dan diang-
L
dang-gadang Mahfud MD dan Rhoma Irama
sebagai calon presiden, perolehan suara partai
ini meningkat cukup signifikan.
persen-anjlok dari perolehan suara sebelumnya pada Pemilu 1999 sebesar 33,73 irersen. Pada Pemilu 2}}4,PartaiDemokrat nyaris
tidak diperhitungkan sama sekali. Namun,
dengan mengedepankan figur Susilo Bambang
Yudhoyono (SBD sebagai calon presiden,
Partai Demokrat mampu meraih suara cukup
besar-seperti dialami Partai NasDem pada
Pileg 2014.
Perolehan suara Partai Demokrat juga dito
pang oleh sosok Susilo Bambang Yudhoyono
(SBD yang menjadi "korban penindasan" se
telah dikucilkan dari kabinet oleh Presiden
Megawati Soekarnoputri. Peminggiran dari
kabinet justru membuat SBY mendapat simpati
luar biasa besar yang secara tidak langsung
mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat
menjadi 7,45 persen. Hal demikian mirip
dengan pengalaman Megawati yang terpinggir
dan "ditindas" semasa pemerintahan Soeharto.
20
Suryadinata, Elections and Politics..., hal. 103;
Agustino dan Yusoff, "Pemilihan Umum dan
Perilaku Pemilih...", hal
57
4, 5ZS.
gap partai yang tidak terkontaminasi virus
korupsi seperti halnya partai-partai lama."
Keempat, bila merujuk pada persyaratan
parliament threshold, hanya sepuluh partai
politik sajayang diperkenainkan aktif di Senayan
mewakili ralryat Indonesia hingga lima tahun
mendatang. Mereka adalah PDI-P, Partai
Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokra! PKB,
PAN, Partai NasDem, PKS, PPP, dan Partai
Hanura. Sementara PBB dan PKPI tidak lolos
ambang batas parlemen. Kenyataan demikian
menunjukkan bahwa sejakpemilu pertama era
Reformasi, masyarakat Indonesia masih terfragmentasi secara politik yang pada gilirannya
membawa dampak negatif terhadap konsolidasi
demokrasi di Indonesia. IGrena tidak ada ke
kuatan politik mayoritas mutlak di parlemen,
maka tidak satu pun partai 'berani" menjalankan
roda pemerintahan tanpa menjalin koalisi de
ngan partai lain.z
2lWawancara dengan beberapa pemilih pemula
(terutama mahasiswa) di Kota Bandung, 9, 10,
22
11, dan 14 April 2014.
l)hat, Kuskridho Ambardi, 'The Making of the
Indonesian Multiparty System: A Cartelized
fi,,iH'iil
tt
(r
S
P
N
N
P
P
R
p
S(
N
P
Si
119
Leo Agustino, Pemili.han Urnwm di Indonesia Tahan 2014
Kelima, hasil Plleg 2014 aganya mampu
mengubah wajah parlemen lndonesia secara
signifikan. Komposisi anggota DPR-RI periode
201+2079 cukup berimbang antarawajah lama
atau petahana (incumbenf) dan wajah baru."
Berdasarkan penghitungan perolehan kursi
oleh KPU, PDI Perjuangan mendapat jatah
kursi terbanyak, yaitu 109 kursi, diikuti Partai
Golkar (91), Partai Gerindra (73), Partai Demokrat (61), PAN (49), PKB (47), PKS (40),
PPP (39), Partai NasDem (35), serta Partai
Hanura (16). Dari 560 anggota DPR-RI periode
20I4.20L9, terdapat 323 orang wajah baru atau
57,7 persen dan 237 orang wajah I ama atzu 42,3
persen 0ihat, Tabel 4). Di antara wajah baru
terdapat nama seperti Nico Siahaan (artis) dari
PDIP, Yayuk Basuki (atlet) dan Dessy Ratnasari
(artis) dari PAN, Dave Laksono (anak Agung
l,aksono petinggi Golkar) dan Siti Hediati
Soeharto (pufri mantan Presiden Soeharto) dari
Partai Golkar, Kartika Yudisthi (artis) dan
. Nurhayati (istri Suharso Monoarfa
(mantan
Menteri Perumahan)) dari PPP, Prananda
Paloh (putra Surya Paloh pendiri NasDem) dari
Partai NasDem, Aryo Djojohadikusumo dan
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (keponakan
pendiri Partai Gerindra Prabowo Subianto
sekaligus putra Hashim Djojohadikusumo),
Moreno Soeprapto (pembalap nasional) dari
Partai Gerindra, Arief Suditomo (news anchor di
salah satu media) dari Partai Hanura, Iyeth
Parff System and Its Origin". Disertasi PhD,
Ohio State University, USA, 2008.
Wajah baru anggota parlemen juga terlihat di
'z3
aras lokal, baik provinsi maupun kabupaten/
kota. Misalnya, dari 55 kursi DPRD Provinsi
Kalimantan Selatan, 44 kursi (80%) diisi wajah
baru; dari 100 kursi DPRD Provinsi Jawa Barat,
72 kwsi (72%) diduduki pendatang baru; di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, dari 65 kursi
DPRD, 44 kursi (68%) dipegang wajah baru;
anggota DPRD lampung Selatan, 80 persen (40
orang) adalah wajah baru, dan anggota parlemen
daerah Sampang, 53 persen (24 orang) adalah
pendatang baru. Penulis mengolah semua data
dan informasi
(online).
itu dari pelbagai media daring
Tabel
4
Perbandingan "Wajah Lama" dan
'WajahBaru"diDPR
Partai
Politik
KursiParlemen
I
NasDem
35
2
PKB
3
No
Jumlah
Wqah
Lama
Wdah
fuu
0
35
47
18
n
PKS
4
m
10
4
PDIP
109
s
53
5
Golkar
91
a
49
6
Gerindra
n
12
61
7
Demokrat
61
33
n
8
PAN
49
o
PPP
10
Hanura
zt
39
2
n
16
4
12
19
S umb e r. http / /www.republika.co .id / b erita /
pemilu/wakil -ralry at / 14 / 05 / 15 / nlmLxz kualitas:
waj
ah-baru-dpr-diragukan.
Bustami (penyanyi) dan Krisna lvlukti (artis)
dari PKB, dan lain-lain.
Kehadiran wajah baru di parlemen agaknya
membangkitkan harapan..baru bahwa akan
terjadi perubahan konstruktif sebagaimana
yang mereka janjikan ketika berkampanye.
Yang pasti mereka belum terkontaminasi aksi
rasuah seperti sebagian anggota "lama" yang
telah menjadi terdakwa ataupun terpidana.
Beberapa wajah lama di DPR-RI periode 201,1
2019, antara lain, Tifatul Sembiring (l\4enteri
Komunikasi dan Informasi) dan Mohammad
Sohibul Imam (Wakil Ketua DPR-RI) dari PIG;
Edhie Baskoro Yudhoyono (Sekretaris JenderalPartai Demokrat, anak SBY), Jero Wacik
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral),
Evert Everest Mangindaan (Menteri Perhubungan), Melani kimena Suharli (Wakil Kehra
MPR-RI), dan Nurhayati Ali Assegaf (Ketua
Fraksi Demokrat) dari Partai Demokrat; Hat[a
Rajasa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), Z'tlldflt Hasan (Menteri Kehutanan),
dan Taufik Kurniawan Wakil Ketua DPR-RI)
dari PAN; Muhaimin Iskandar (Ketua Umum
PKB) dan Helmi Faisal Zaini (Menteri Pem-
I20 :
PrismaVot.33,No.
1,ilL4
bangunan Daerah Tertinggal) dari PKB;
Suryadarma Ali (mantan Ketua Umum PPP),
hana unhrk beranjak ke Senayan. Faltor lain tak
kalah penting adalah "hukuman sosial" kepada
l.ukman Hakim Saifuddin (Wakil Ketua MPRRD, dan Hazrul Anrar (Ketua Fraksi PPP) dari
PPP; Aburizal Bakrie (Ketua Umum Golkar)
dan Setya Novanto (Ketua Fraksi Golkar) dari
Partai Golkar, dan lain-lain. Sementara dari
parbai oposisi yang tetap bertahan di Senayan,
antara lain, Megawati Soekarnoputri (Ketua
Umum PDI-P), Puan Maharani (Ketua Fraksi
PDI-P) dan Pramono Anung Wibowo (Wakil
Ketua DPR-RI) dari PDI-P; Wiranto (Ketua
Umum Partai Hanura) dan Saifuddin Sudding
(Ketua Fraksi Hanura) dari Partai Hanura, dan
calon legislatif wajah lama karena perilaku
mereka yang tidak dapat diterima oleh ma-
p
syarakatpemilih.
p,
beberapa nama lainnya.
Di samping nama-nama "besar" di atas,
beberapa nama lain justru gagal kembali ke
Senayan. Di antaranyaialah Suswono (Menteri
Pertanian) dari PI(S; Marzuki Alie (Ketua DPRR[), Amir Syamsudin (Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia), Roy Suryo (Menteri Pemuda
dan Olahraga), NovaRiyantiYusuf (Wakil Kehra
Komisi D( DPR-RD, Soetan Bhatugana dari
Partai Demokrat; Priyo Budi Santoso (Wakil
Ketua DPR-RI), Nurul Arifin (artis dan aktivis),
Hajriyanto Y Thohari (Wakil Ketua MPR-RD
dari Partai Golkar; Atrmad Yani (Ketua Dewan
Pakar PPP) dari PPP; Eva Kusuma Sundari dari
PDI-P, dan beberapa nama besar lainnya. Kega-
galan mereka lebih disebabkan oleh pelbagai
hal, antara lain, politik uangyang'berjalan" sejak
masa kampanye, masa tenang, hingga penghitungan suara." Namun, politik uang bukan
satu-satunya faktor yang mengganjal para peta-
2a
Eva Kusuma Sundari, misalnya, mengatakan
bahwa upaya membangun komunitas yang
dlakukannya selama dua tahun sebelum Pileg
kandas akibat "serangan fajar" yang dilancarkan
para pesaingnya, baik separtai maupun partai
lain. "Semua dirontokkan pembagian uang oleh
pesaing yang sama sekali tidak pemah datang
ke daerah pemilihan," pungkasnya. Selain itu,
Eva menyatakan sistem proporsional terbuka
berdasarkan urutan suara terbanyak menjadi
penyebab utama maraknya politik uang pada
Pemilu 2014; lihat, Ternpo *LlMei 2014, hal. 36.
Terkait dengan wajah baru dan lama yang
hadir di Senayan, jumlah calon legislatif pe-
S
h
n
h,
dr
rempuan yang terpilih menjadi anggota DPR-RI
periode 2014-2019 sebanyak 97 orang atau
setara dengan 17,32 persen. Jumlah perempuan
anggota DPR periode 201+20L9 itu menurun
k,
kdtimbang periode 200912014 yang berjumlah
103 orang. Penurunan jumlah perempuan anggota DPR itu berbanding terbalik dengan tingkat pencalonan. Pada Pemilu 2009, tingkat
yi
P
S,
s(
a
la
p(
pencalonan hanya 33,6 persen, sedangkan pada
Pemilu 2014 mencapai 37 persen.'u Kemungkinan menurunnya bilangan perempuan di
m
parlemen disebabkan mekanismey'rst past the
post yang "mengharuskan" berada lebih dekat
A
dengan konstituen masing-masing. Selain itu,
g(
modal finansial amat sangat menenhrkan apakah
seorang perempuan politikus terpilih atau tidak
menjadi anggota legislatif, para pemilih semakin
p2
"pragmatis."
-
l
Koalisi Partai dan Pemilihan
Presiden I Juli 2OL4
Pasal8 Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden menyebutkan bahwa, "Calon
Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan
dalam 1 (sahr) pasangan oleh Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik." Sementara Pasal g
undang-undang yang snma mengamanatkan,
"Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik
atau Gabungan Parlai Politik peserta pemilu
yang memenuhi persyaratan perolehan kursi
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua
puluh lima persen) dari sirara sah nasional
dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden."
dr
al
te
m
SE
te
p(
sir
(r
br
l