PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN PENGUTAMAAN EK

PEREKONOMIAN INDONESIA
PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN PENGUTAMAAN
EKSPOR GUNA MENOPANG PEMULIHAN DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI

Oleh:
Suci Shintiya 1262201275 (Reguler)
Akuntansi IV.A

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas karunia dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan
makalah pada bidang Perekonomian Indonesia ini, khususnya
materi Pengembangan Industri dan Pengutamaan Ekspor Guna
Menopang Pemulihan dan Pembangunan Ekonomi. Makalah ini
disusun

menggunakan

pendekatan


pembelajaran

berdasarkan

materi kuliah.
Makalah ini disusun melalui beberapa tahapan proses, yaitu
mulai dari penyiapan materi makalah dan penyususunan makalah.
Harapannya, makalah yang telah disusun ini merupakan bahan dan
sumber nilai yang berbobot untuk membekali kami sesuai dengan
materi yang diberikan oleh dosen pembimbing. Namun demikian,
perubahan dinamika didunia bisnis begitu cepat terjadi, maka
makalah ini masih akan selalu dimintakan masukan untuk bahan
perbaikan

atau

direvisi

agar


selalu

relevan

dengan

kondisi

lapangan.
Saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melakukan
peningkatan kualitas makalah.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, 27 Februari 2014
Penulis

DAFTAR ISI


Kata Pengantar……………………………………………………............

i

Daftar isi………………………………………………………………...…...

ii

Bab I Pendahuluan
1.1.
1.2.
1.3.

Latar belakang masalah………………..………………………...
Rumusan masalah…………………………………………………
Tujuan penulisan…………………………………………………..

iii
iv
iv


Bab II Teori dan pembahasan
2.1.

Konsep Singkat Industrialisasi …..…………………………….

1

2.2.

Penggalakkan Ekspor ……………………………………………

2

2.3.

Syarat vital: Infrastruktur……………………………………….

7


2.4.

Hutan Lestari Sebagai Penyedia Bahan Baku Industri…..

11

Bab III Kesimpulan dan saran…………………………………………..

17

Daftar pustaka………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era persaingan global, kita harus
meningkatkan daya saing nasional.Untuk mempertahankan dan
meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan
Perekonomian Indonesia yang dan memulihkan Pembangunan
ekonomi, diperlukan suatu arah kebijakan pembangunan nasional

dengan paradigma baru.Permasalahann industri di Indonesia
merupakan salah satu permasalahan yang harus segera di pulihkan.
Bagaimana tidak industri-industri di Negara ini masih sangat jauh
tertinggal dari Negara-negara lain. Ini bisa dilihat dari kurang
mampunya industri dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan
hidup masyarakat.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut
system perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian
internasional sangat penting dalam perekonomian dan
pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi mensyaratkan
bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu
ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya
pertumbuhanekonomi (Abdul,2002).
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak
tahun 1983.Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam
memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi
industrialisasi dari penekanan pada industry substitusi impor ke
industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting dalam
waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya


perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa
hambatan (Faisal,2002)
1.2.

Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan Industri di Indonesia?
b. Bagaimana cara memulihkan perekonomian dan
pembangunan ekonomi?

1.3.

Tujuan
a. Mengetahui perkembangan Industri di Indonesia
b. Mengetahui cara memulihkan perekonomian dan
pembangunan ekonomi

BAB II

Pengembangan Industri dan Pengutamaan
Ekspor Guna Menopang Pemulihan dan

Pembangunan Ekonomi
2.1. Konsep Singkat Industrialisasi.
Industrialisasiadalah suatu proses
perubahan sosialekonomiyang merubah sistem
pencaharianmasyarakat agrarismenjadi masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatukeadaan dimana
masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan
yangsemakin beragam(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang
semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian
dariproses modernisasi dimana perubahan sosial dan
perkembangan ekonomi erat hubungannyadengan inovasiteknologi.
Industrialisasi dalam arti luas bisa kita pahami sebagai suatu
proses yang tidak terelakkan menuju masyarakat yang industrial
untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki suatu
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik dari waktu ke waktu. Jadi industrialisasi bukan sekedar
membangun wujud fisik semata, melainkan juga membentuk
masyarakat untuk siap menghadapi realitas baru serta
mengembangkan seperangkat infrastruktur yang menopang
kehidupan industrial.


2.2. Penggalakkan Ekspor

Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak
tahun 1983.Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam
memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi
industrialisasi dari penekanan pada industry substitusi impor ke
industry promosi ekspor.Ekspor memiliki peran yng penting dalam
waktu ke waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya
perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa
hambatan.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau
konsumen luar negeri membeli barang domestic, menjadi sesuatu
yang sangat lazim.Persaingan sangan tajam antar berbagai
produk.Selain harga, kualitasatau mutu barang menjadi factor
penentu daya saing suatu produk.
Ketika krisis terus berkecamuk, sehingga menimbulkan
guncangan-guncangan sosial atau politik yang tidak henti-hentinya,
perekonomian Indonesia masih dikaruniai keberuntungan jika
ditinjau dari pertumbahan ekonomi triwulan kedua tahun 2000
terhadap triwulan yang sama tahun sebelumnya yang bisa tumbuh

sebesar 4,1%. Salah satu penyelamat krisis ekonomi yang
berlangsung adalah kinerja ekspor ditengah lesunya permintaan
domestik swasta karena penurunan pengeluaran investasi,
konsumsi masyarakat karena turunnya daya beli, dan pengeluaran
pemerintah karena harus mengalokasikan dana yang sangat besar
untuk subsidi BBM serta membayar cicilan utang dan bunganya.
1.

Pengutamaan ekspor
Depresiasi rupiah yang begitu tinggi seharusnya bisa

meningkatkan daya saing produk-produk ekspor Indonesia dengan
cukup signifikan. Apalagi kalau diingat bahwa rupiah mengalami
depresiasi yang paling besar dibandingkan dengan mata uang
Negara-negara tetangga.Peluang ekspor pun seharusnya semakin

terbuka luas sejalan dengan mulai membaiknya pertumbuhan
ekonomi dunia, dan semakin terkendalinya inflasi. Namun demikian,
depresiasi yang sangat tajam tidak serta merta meningkatkan
ekspor, sebagai akibat sisi supply ternyata juga mengalami

gangguan karena ketergantungan yang tinggi terhadap impor
barang modal dan bahan baku. Apalagi krisis ini berdampak pada
penurunan capital stock sector swasta, sehingga dikhawatirkan
akan berdampak pada penurunan produksi karena keterbatasan
barang modal dan tidak adanya pengeluaran investasi selama
krisis. Sebetulnya peluang peningkatan produksi terbuka lebar
seiring dengan membaiknya perekonomian regional dan global.
2.

Daya saing komoditi ekspor
Pola keunggulan komparatif pun mulai menunjukkan

kecenderungan kearah yang sesuai dengan proporsi factor produksi
Indonesia, yang ditandai oleh relatif melimpahnya sumber daya
alam dan tenaga kerja. Akibatnya, secara alamiah komoditi
unggulan ekspor Indonesia pasca kebijakan berorientasi keluar
( promosi ekspor) adalah barang-barang yang padat tenaga kerja
dan padat sumber daya alam. Indonesia meraihdaya saing industry
manufaktur padat sumber daya alam sejak tahun 1983.Hal ini
ditandai Revealed Comparative Adventage (RCA) yang melewati
angka 1.RCA adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu
komoditas tersebut dalam perdagangan dunia. Nilai indeks yang
lebih dari satu

menunjukkan pangsa pasar komoditas yang diekspor di dalam total
ekspor suatu Negara lebih besar daripada pangsa rata-rata dari
komoditas yang bersangkutan dalam ekspor semua Negara.

Sedangkan komoditi industry manufaktur padat karya mencapai
daya saing pada tahun 1990.Produk industry manufaktur diluar
kelompok industry diatas belum memiliki daya saing ekspor.

3.

Potensi Peningkatan ekspor produk industri: Kasus TPT(Tekstil

dan Produk Tekstil)
Perdagangan dunia cenderung meningkat setiap tahunnya.
Diperkirakan proporsi kenaikan terbesar akan terjadi pada
perdagangan produk garmen, tekstil, hasil pertanian, perikanan dan
kehutanan dan produk makanan dan minuman. Ini merupakan
peluang ekspor, terutama bagi para produsen industry tekstil dan
produk tekstil(TPT) dunia. Namun, persaingan semakin ketat karena
munculnya pesaing-pesaing baru. Sementara itu, sebagai akibat
peningkatan upah buruh dan factor produksi lain menuntut para
produsen TPT Indonesia melakukan strategi baru dalam
menghadapi perubahan lingkungan domestic dan internasional agar
dapat memanfaatkan peluang pasar yang cukup besar.
Peran industry TPT dapat dilihat dengan menggunakan indicator
seberapa besar dampak lanjutan dari perkembangan industry
tersebut.Salah satu indicator yang dapat digunakan adalah
multiplier atau angka pengganda. Multiplier adalah angka yang
menunjukkan dampak perubahan satu unit permintaan akhir
terhadap output(output multiplier), pendapatan (income multiplier)
dan nilai tambah ( value added multiplier). Semakin tinggi angka
multiplier tersebut, maka semakin besar pula kontribusi suatu
industry dalam menciptakan output, pendapatan, ataupun value
added.
Bahan baku dalam industry tekstil sebenarnya mempengaruhi
sedikit saja keunggulan komparatif. Karena, bahan baku terutama
bahan baku sintesis dapat diperoleh di pasar internasional dan

diperdagangkan secara bebas. Demikian pula dengan mesin jahit
atau mesin lainnya, dapat diperoleh dengan mudah di pasar
internasional. Keunggulan komparatif dalam produk padat karya
seperti pakaian jadi ditentukan oleh dua hal yaitu: pertama
kenaikan upah buruh dan kedua kemampuan produsen untuk
memenuhi selera konsumen yang terus berubah dan semakin
menuntut desain produk yang lebih baik. Oleh karena itu perlu
menggeser produk-produk unggulan yang selama ini mengandalkan
pada produk-produk yang berbasis produksi massal menjadi produkproduk yang memiliki diferensiasi produk yang tinggi.Artinya,
bergeser ke produk-produk yang memiliki kualitas lebih tinggi.Hal
ini untuk mengantisipasi perubahan selera konsumen, terutama
konsumen-konsumen Negara maju seperti AS. Pada produk jenis ini,
keunggulan komparatif lebih ditentukan oleh factor nonharga
seperti kualitas (desain dan warna) yang lebih baik, quick supply,
dan quick respons terhadap perubahan selera pasar.
Perubahan ini merupakan proses alamiah yang terjadi disetiap
Negara. Hal ini didorong oleh semakin tingginya upah, sewa tanah,
atau peningkatan harga factor produksi lainnya. Disisi lain
peningkatan harga factor produksi ini biasanya diimbangi oleh

peningkatan produktivitas dan peningkatan kualitas factor produksi.
Sehingga, komoditas unggulan yang sudah tidak bisa diandalkan
lagi di pasar ekspor secara alamiah akan menurun peranannya dan
tergeser oleh produk-produk baru yang lebih tinggi tingkatannya.
Peranan industry TPT dalam perekonomian masih sangat
strategis dan berdampak luas terhadap perekonomian
nasional.Sekalipun demikian, tantangan kin meningkat
sebagaimana ditandai oleh peningkatan upah buruh dan munculnya

pesaing-pesaing baru sehingga daya saing produk TPT mengalami
penurunan.Namun peluang terbuka luas untuk merebut pasar
ekspor.
Ada beberapa alternative strategi yang dapat
dilakukan.Pertama, mengantisipasi kenaikan upah buruh yang
cenderung meningkat dan mempertahankan tingkat produksi, dapat
dilakukan dengan mekanisasi yang lebih intensif.Kedua,
meningkatkan kualitas produk TPT yang lebih berbasiskan pada
produk pada tingkat diferensiasi yang tinggi.Ketiga, sudah
waktunya melakukan investasi untuk meremajakan mesin-mesin
yang selama krisis ekonomi tidak dapat dilakukan dan
mengupayakan lagi investasi untuk menambah kapasitas mesinmesin, untuk mengantisipasinya pertumbuhan ekonomi dunia yang
membaik yang berarti peningkatan permintaan dunia.
Keluhan yang dikemukakan kalangan pengusaha tekstil adalah
masalah keamanan dan ketidakpastian politik, sehingga
menyebabkan para pembeli cenderung melakukan deal jangka
pendek, bahkan tidak sedikit yang mengalihkan pembeliannya ke

Negara-negara berkembang lainnya.Kalau memang demikian
adanya, para pembeli hawatir terhadap kepastian pasokan dari
Indonesia.
2.3. Syarat vital: Infrastruktur
A. Arti penting Infrastruktur
Infrastruktur merupakan instrument untuk memperlancar
berputarnya roda perekonomian sehingga ia bisa mempercepat
akselerasi pembangunan. Semakin tersedianya infrastruktur, akan

merangsang pembangunan di suatu daerah. Sebaliknya,
pembangunan yang berjalan cepat akan menuntut tersedianya
infrastruktur agar pembangunan tidak tersendat. Infrastruktur
berguna untuk memudahkan mobilitas faktor produksi, terutama
penduduk; memperlancar mobilitas barang/jasa; dan tentunya
memperlancar perdagangan antar daerah. Yang termasuk kategori
infrastruktur adalah jalan raya, rel kereta api, pelabuhan laut
Bandar udara alat pengangkutan dan telekomunikasi. Selain itu ada
infrastruktur lain yaitu listrik, instalasi pipa air, dan pipa gas.
Keunikan dari infrastruktur adalah sifat eksternalitas positif yang
tinggi. Eksternalitas adalah aktivitas yang dilakukan oleh satu pihak
berdampak pada pihak lain sehingga mengakibatkan kerugian
(peningkatan biaya)atau keuntungan (penurunan biaya) pada pihak
lain tersebut. Jika akibatnya merugikan disebut sebagai
eksternalitas negative dan jika menguntungkan disebut
eksternalitas positif.Karena sifat eksternalitas positif yang tinggi,
infrastruktur

dapat mendorong atau merangsang tumbuhnya sektor lain.
Pengukuran manfaat pembangunan infrastruktur pun tidak cukup
menggunakan indikator private benefit saja, tetapi harus dilihat dari
sosial benefit dari pengadaan suatu proyek infrastruktur.

B. Keterbatasan infrastruktur di Indonesia dan konsekuensinya

Kita menyadari harus berbenah diri untuk meningkatkan daya
saing perekonomian kita.Pengalaman di Negara-negara lain
menunjukkan bisnis infrastruktur sudah cukup menggiurkan dengan
menegakkan mekanisme pasar yang sehat. Resepnya, kebijakan
makroekonomi, khususnya fiscal dan moneter, turut
menunjang.Untuk itu seluruh jajaran birokrasi harus kompak
dengan dijalin visi dan misi serta tujuan dan strategi pencapaian
yang jernih dan konsisten. Hanya dengan begitu kebijakankebijakan pemerintah dan implementasinya menjadi petunjuk yang
jelas dan transparan bagi arah keterlibatan sector swasta dalam
bisnis infrastruktur yang memang menggiurkan ini. Tidak Cuma
disektor kelistrikan, telekomunikasi, dan jalan bebas hambatan
tetapi juga disektor air minum, bandara, pelabuhan, terminal,
kereta api dan sebagainya. Hasilnya pemerintah terbantu dari segi
anggaran yang kian ketat, swasta memperoleh laba yang memadai,
dan masyarakat tidak dihimpit oleh tariff yang mencekik tanpa
pilihan.Perekonomian semakit gesit dan daya saing nasional
semakin terangakat, sehingga Indonesia mampu mengais peluang
sebanyak banyaknya dari globalisasi, tidak lagi Cuma berada di
tepian dinamika perubahan.
Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi

mempunyaihubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan
satu sama lain. Perbaikan infrastruktur pada umumnya akan dapat
meningkatkan mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos
pengirian barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan
perbaikan dalam kualitas dari jasa-jasa pengangkutan tersebut.

Secara lebih rinci, peranan penyediaan infrastrukturterhadap
pembanguna ekonomi adalah: Perma: mempercepat dan
menyediakan barang-barang yang dibutuhkan. Tersedianya
infrastruktur akan memungkinkan tersedianya barang-barang
kebutuhan masyarakat dan biaya yang lebih murah. Kedua,
Infrastruktur yang baik dapat memperlancar transprotasi yang pada
gilirannya merangsang adanya stabilisasi dan mengurangi
disparitas harga antardaerah(penyamaan harga). Dengan adanya
kemudahan transportasi, maka barang-barang dapat dialirkan
ketempat-tempat yang kekurangan (defisit) akan suatu barang
sehingga akan tercapai kestabilan harga. Ketiga, infrastruktur yang
memperlancar transportsi berfungsi meningkatkan nilai tambah
barang dan jasa.Banyak daerah yang letaknya jauh dari pasar dan
ongkos yang mahal. Tersedianya transportasi yang baik dan murah
memungkinkan hasil produksi daerah tersebut dapat diangkut dan
dijual ke pasar, atau dengan kata lain dapat menjangkau konsumen.
Keempat, infrastruktur yang memperlancar transportasi turut
mempengaruhi terbentuknya harga yang efisien. Transportasi yang
baik dan murah akan menurunkan biaya transaksi. Pola yang sama
terjadi pada variabel sambungan telepon per 1000 penduduk
dengan pendapatan per kapita per provinsi. Kelima, infrastruktur
yang memperlancar transportasi dapat menimbulkan spesialisasi
antar
daerah. Transportasi murah dengan mudah akan mendorong
pembagian kerja dan spesialisasi secara geografis antar daerah.
Namun demikian, ada dua kendala utama dalam pengadaan
infrastruktur:
1. Kemungkinan terjadinya kendala pasar (market failure)

2. Menyangkut aspek pembiayaan, yaitu memerlukan dana
investasi sangat besar dan merupakan investasi jangka
panjang. Beberapa jenis infrastruktur bisa mengalami
kegagalan pasar seperti jalan raya. Barang seperti ini di
kategorikan sebagai public goods.
C. Beban Pengadaan infrastruktur
Public goods harus disediakan atau diproduksi oleh pemerintah
dengan memanfaatkan pajak yang ditarik dari masyarakat dan
dialokasikan sabagai anggaran pembangunan di APBN.Sebetulnya
ada dua sifat barang/jasa yang mengakibatkan suatu barang/jasa
yang mengakibatkan suatu barang/jasa dikategorikan public goods
atau private goods.
Dua sifat itu adalah: rivalry-non rivalrybdan excludable- non
excludable. Rivalry adalah jika suatu barang/jasa tidak dapat
dinikmati secara bersamaan oleh dua orang atau lebih. Sebaliknya,
nonrivalry adalah jika suatu barang/jasa bisa dinikamati oleh dua
orang atau lebih tanpa mengganggu satu sama lain. Sedangkan
excludable adalah jika penikmat suatu barang/jasa bisa dibatasi,
sebaliknya nonexcludable adalah jika penikmat suatu barang/jasa
tidak dapat dibatasi atau dihalang-halangi.
Barang/jasa yang memiliki sifat rivalry atau excludable
merupakan private goods sedangkan barang/jasa yang memiliki
sifat non rivalry dan nonexcludableadalah public goods.Dan
barang/jasa yang berada diantara keduanya adalah barang quasi
public goods, jalan tol misalnya.Hal sangat penting dalam
penerimaan infrastruktur oleh swasta adalah agar pasar suatu
barang/jasa tetap bersaing. Sebagian besar pasar barang-barang
yang termasuk kategori infrastruktur adalah monopoli alamiah,
seperti: jalan tol, jasa kereta api, listrik, air minum, dan telepon.
Proses tender pengadaan proyek-proyek infrastruktur ini sangat
menentukan harga akhir yang harus dibayar oleh konsumen. Tender

harus kompetitif sehingga pemenang yang muncul betul-betul
perusahaan yang paling efisien.
2.4. Hutan Lestari Sebagai Penyedia Bahan Baku Industri
Pemanfaatan hutan selalu berhadapan dengan dua kepentingan
yang saling berhadapan satu sama lain. Di satu sisi hutan
dipandang sebagai sumber daya ekonomi yang bisa dieksploitasi
untuk menghasilkan nilai tambah, devisa, dan menciptakan
lapangan kerja. Namun disisi lain, pemanfaatan hutan dihadapkan
pada kepentingan hutan dengan fungsinya sebagai
keanekaragaman hayati, sebagai penjaga keanekaragaman
ekosistem, dan sebagai paru-paru bumi yang sudah sesak dengan
polusi dan pencemaran.
Hutan dengan segala fungsinya tersebut memang menjadi hal
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebab, ini berkaitan dengan
kehidupan umat manusia saat in maupun umat manusia yang hidup
di masa yang akan datang. Namun demikian, pandangan seperti ini
bukan berarti hutan tidak bisa di eksploitasi sama sekali. Hutan
dapat dieksploitasi sampai batas ambang daya dukungnya sehingga
hutan tetap lestari dan terjaga ekosistemnya.
Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sumber daya kehutanan ini
diperlakukan kebijakan penanganan yang sangat hati-hati sebab
jika tidak, akan merusak hutan itu sendiri. Lebih dari itu, kerusakan
hutan akan berdampak lanjutan yang harus ditanggung masyarakat
seperti berkurangna kesuburan tanah, banjir, atau tanah longsor
yang nyata sekali dirasakan masyarakat Indonesia yang bermukim
disekitar hutan yang dirusak.
1. Hutan sebagai sumber daya ekonomi
Nilai ekonomi yang dihasilkan dari masing-masing tipe
pemanfaatan sumber daya alam (hasil hutan kayu, non kayu,
tambang, perikanan, pertanian, pariwisata, dll) serta nilai
ekonomi dari jasa lingkungan yang disediakan oleh kawasan

hutan , hendaknya tidak dilihat sebagai nilai-nilai yang terpisah
satu sama lain, karena setiap kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam (kegiatan ekonomi lain) tidak berdiri sendiri,
melainkan saling berinteraksi dan saling memberikan dampak
satu sama lain.banyak manfaat ekonomi yang akan diperoleh
bila kita melestarikan hutan. Selain dari dalam hutan itu sendiri
di wilayah sekitar huta dan di daerah hilirnya manfaat ekonomi
akan banyak diperoleh.
2. Kebijakan Hutan Lestari melalui Penguatan masyarakat
madani
Pada dasarnya terdapat duaa mainstream dalm pemanfaatan
sumber daya hutan, yaitu: pertama, dengan emngandalkan
mekanisme pasar dimana perusahaan pengelola lahan diberi
hak untuk mengelola hutan dalam jangka waktu lama, yang
menjamin pengusaha hutan menanam kembali dan
memelihara hutan karena adanya kepastian pengusaha
tersebut akan menikmati hasil kerja di masa yang akan
datang. Dengan kata lain, ada rasa memilki terhadap hutan
oleh pengusaha tersebut.Mekanisme ganti rugi bagi
masyarakat yang terkena dampak negative dilakukan secara
langsung dengan meminta kompensasi kepada perusahaan.
Pada akhirnya perusahaan akan mengurangi produksinya
karena peningkatan biaya tersebut. Melalui mekanisme ini,
ada system control yang bekerja secara otomatis dalam
menginternalisasi biaya lingkungan yang ditanggung oleh
masyarakat.
Namun, ada beberapa kelemahan dalam mekanisme ini,
yaitu: pertama, jika pasar output produk-produk hutan
tersebut merupakan pasar monopoli, maka perusahaan
memiliki kemampuan mminternalisasi biaya lingkungan yang
semakin besar. Akhirnya kemungkinan terjadi kerusakan

lingkungan juga semakin besar.Kedua, mekanisme
kompensasi untuk masyarakat yang merasa dirugikan tidak
terlepas dari kekuatan tawar menawar antara dua kelompok
kepentingan tersebut.Selain itu mekanisme ini juga
memerlukan system hukum yang adil.Kekuatan tawar
menawar antara pengusaha dengan masyarakat yang
dirugikan pada akhirnya di Negara yang system hukumnya
belim baik ditentukan kekuatan lobbying kepada penguasa
baik sipil maupun militer.
Beberapa kasus komflik antara masyarakat dengan
pengusaha
di sector kehutanan selalu dimenangkan oleh pengusaha.
Dalam taraf yang paling primitive, pengusaha banyak yang
berkolaborasi dengan aparat militer dengan menggunakan
kekerasan untuk menakut nakuti dan pada akhirny
menjinakkan tuntutan masyarakat atau jika kasus sudah
masuk pengadilan penguapan kepenegak hukum menjadi
modus operandi mereka.
Namun demikian, mekanisme pertama diatas yang
sepenuhnya mengandalkan mekanisme pasar jarang
diterapkan.Pemerintah selalu melakukan intervensi untuk
mengatasi kegagalan pasar, yakni berupa kerugian yang
ditanggung masyarakat dampak negative perusakan hutan
tersebut.Mekanisme intervensi pemerintah ini merupakan
mekanisme kedua.Pemerintah dapat melakukan internalisasi
biaya lingkungan akibat kerusakan hutan dengan memungut
pungutan-pungutan sebagai kompensasi.
3. Pemeliharaan lingkungan adalah tindakan ekonomis
Pembangunan pada dasarnya adalah perbaikan kesejahteraan
masyarakat terus-menerus, sepanjang waktu, ditandai
pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan ini hanya

akan berkelanjutan jika sumber-sumber pertumbuhan terjaga
sepanjang waktu. Salah satu yang terpenting adalh sumber
daya alam selain sumber daya manusia.Oleh karena itu,
sangat penting menjaga kelestarian sumber daya alam bagi
kemaslahatan generasi sekarang maupun generasi yang akan
datang. Sejak awal pembangunan, bangsa Indonesia
bertumpu
pada pemanfaatan sumber daya alam secara intensif. Namun,
agenda pelestarian sumber daya alam, termasuk pelestarian
lngkungan, belum menjadi titik perhatian yang serius dalam
masalah pembangunan.
Permasalahan pemanfaatan sumber daya alam selalu tidak
lepas dari keadilan/pemerataan antar generasi-generasi
sekarang dibandingkan dengan generasi yang akan datang
selain keadilan/pemerataan intragenerasi antar kelompok
masyarakat di suatu waktu tertentu. Sumber daya alam pada
dasarnya adalah warisan dari generasi sebelumnya yang bisa
dimanfaatkan oleh generasi sekarang, tetapi bukan untuk
dihabiskan karena didalamnya adalah hak generasi
selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali agar sumber daya
alam dikelola secara berkesinambungan dalam proses jangka
panjang agar dapat mewariskannya kepada generasi yang
akan datang. Masalah sumber daya alam dan lingkungan
merupakan masalah yang harus ditempatkan sebagai
masalah jangka panjang. Pemanfaatan sumber daya alam
yang hanya dilihat sebagai kepentingan jangka pendek
niscaya hanya akan merugikan generasi sekarang, apalagi
generasi yang akan datang. Eksploitasi sumber daya alam
yang diluar ambang batas, sungguh nyata akan sangat
berpengaruh dimasa yang akan datang. Walaupun dimasa

sekarang, dampaknya akan dirasakan generasi yang akan
datang. Pemanfaatan sumber daya alam yang dapat
diperbarui hendaknya tetap menjaga agar capital stock
sumber daya alam tersebut terjaga dan selalu berada dalam
titik optimum.
Kebijakan pemanfaatan sumber daya alam harus memiliki visi
makro untuk menciptakan jenis-jenis keanekaragaman hayati
yang sustainable. Selain itu, pemanfaatan SDA juga harus
memiliki rasa keadilan intragenerasi(antar kelompok
masyarakat saat ini dan keadilan antar generasi

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi
mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan
satu sama lain. Perbaikan infrastruktur akan dapat meningkatkan
mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman

barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan perbaikan
dalam kualitas dari jasa-jasa pengangkutan tersebut.
2. Infrastruktur berguna untuk memudahkan mobilitas faktor
produksi, terutama penduduk; memperlancar mobilitas barang/jasa;
dan tentunya memperlancar perdagangan antar daerah.
3. Pemanfaatan sumber daya kehutanan diperlakukan kebijakan
penanganan yang sangat hati-hati sebab jika tidak, akan merusak
hutan itu sendiri.
3.2. SARAN
1. Meningkatkan infrastruktur di Indonesia agar memperlancar
berputarnya roda perekonomian sehingga bisa mempercepat
pembangunan di Indonesia.
2. Pemerintah harus bisa meningkatkan daya saing produk-produk
ekspor Indonesia dengan Negara-negara lain, mengingat Indonesia
yang begitu kaya akan sumber daya alamnya.
3. Masyarakat harus bekerjasama dalam meningkatkan tingkat
ekspor di Indonesia, serta menjaga hutan yang merupakan
penyedia bahan baku dalam industri.

DAFTAR PUSTAKA
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Alreadyshare.wordpress.com