Pameran 100 Tahun De Weefkunst Peringata

Kata Pengantar

Sebagai jendela budaya wastra atau tekstil tradisional di ibukota negara, Museum Tekstil Jakarta memandu para pecinta wastra khususnya generasi muda untuk mengenali tidak hanya perkembangan wastra dari masa ke masa, akan tetapi juga mengenali siapa saja orang-orang yang berkiprah dalam perkembangan wastra Indonesia.

J.E. Jasper dan Mas Pirngadie adalah sosok yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah perkembangan wastra Indonesia. Buku De Weefkunst (Seni Tenun) yang ditulis oleh kedua tokoh berbeda kebangsaan yang diterbitkan pada tahun 1912, menjadi bukti kecintaan dan kebanggaan mereka pada In- donesia. Buku tersebut hingga saat ini menjadi salah satu acuan dalam dunia wastra karena sarat akan informasi yang menggambarkan betapa kayanya Indonesia akan tenun pada masa itu dan secara detail mengupas perihal te- nunan di berbagai daerah di Indonesia baik dalam hal teknik, bahan, maupun ragam hiasnya.

Semoga hadirnya pameran ini cukup menggetarkan sanubari masyarakat untuk makin bangga sebagai bangsa Indonesia yang dianugerahi berlimpah

Terima kasih kami ucapkan kepada perorangan maupun lembaga kekayaan wastra, bangga memiliki putra bangsa dengan bakat seni yang berikut ini, atas bantuan dan dukungan bagi penyusunan katalog

tinggi seperti Mas Pirngadie, serta memberikan apresiasi kepada bangsa serta terselenggaranya pameran ini:

lain yang cukup besar perhatiannya terhadap perkembangan wastra Indonesia sebagaimana kiprah J.E. Jasper pada masanya.

Antiquariaat A.F. van der Stuer, Haarlem (Theo Hopman) KITLV, Leiden

Terima kasih yang dalam disampaikan kepada sahabat Museum Tekstil National Museum of Ethnology, Leiden (Francine Brinkgreve)

Jakarta, Sandra Niessen sebagai penggagas terselenggaranya pameran

Singapore Airlines

peringatan seabad penerbitan buku monumental seni kriya di Nusantara De (Anggota keluarga almarhum J.E. Jasper)

Weefkunst, MJA Nashir dan Pang Warman yang gigih mempersiapkan pa-

meran, juga Nicolette Moeliono serta semua pihak yang membantu dengan

Esther dan Niek de Vlam-Jasper

Peter James Jasper

segenap hati terwujudnya pameran ini.

John Hees

Selamat berapresiasi.

(Anggota keluarga almarhum Mas Pirngadie)

Salam Museum Tekstil, Lestari Wastra Bangsaku.

Ibu Minarsih

Jakarta, Oktober 2012

Arif Dirhamzah

Kepala Museum Tekstil,

Leo Haks

Indra Riawan

bahwa mutu seni kriya pribumi sedang merosot. Minat Jasper ornament bidang gaya Timur tak ada duanya di negeri terhadap kerajinan didukung dan dibiarkan mejadi tema utama

ini. Dalam hal ini dia yang tertinggi, yang paling baik di karirnya. Ia mendirikan pasar pameran di seluruh Jawa untuk

negerinya...)

merangsang produksi dan meningkatkan mutu kerajinan di Selama seabad lalu, materi yang disajikan dalam De Weefkunst seluruh Nusantara, dan untuk merangsang penjualan di dalam

menjadi semakin bernilai. Kini buku itu menjadi patokan untuk dan di luar negeri. Selain puluhan artikel, ia menulis lima buku

mengevaluasi perubahan dalam seni tenun. Sewaktu Jasper menu- mengenai kerajinan dengan judul umum, De Inlandsche Kun- stnijverheid di Nederlandsch Indie (Kriya Pribumi di Hindia ..

lis dan Pirngadie menggambar, Hindia Belanda sedang menga- lami perubahan penuh gejolak. Buku mereka sekarang harus

Belanda). De Weefkunst adalah Jilid II dari seri itu. dilihat sebagai sebuah peluang, jika bukan suatu keharusan bagi Mas Pirngadie (1865-1936), seorang seniman Jawa, adalah

para sarjana tekstil. Untungnya Museum Tekstil telah menang- rekanan-penulis seri buku ini. Kini dia dikenal sebagai salah

gapi keharusan ini. Dengan pameran untuk menandai ulang tahun satu seniman terkemuka dalam apa yang disebut gerakan Mooi

ke-seratus dari penerbitan buku, mereka mengumumkan awal Indie (Hindia yang cantik). Dia berpamer dengan lukisan cat ..

dari program penelitian lanjutan. Ini adalah waktu untuk melaku- minyak dan cat air, gambar dan etsa baik di Hindia Belanda

kan peninjauan kembali. Apa yang telah terjadi dengan seni maupun di Eropa. Atas beberapa karyanya ia dianugerahi

tenun di Nusantara sejak pengamatan Jasper dan Pirngadie ini? hadiah dan penghargaan. Karya-karyanya dibeli oleh orang-

Pada tahun-tahun mendatang, para peneliti akan mengikuti jejak orang terkemuka di Hindia-Belanda. Tetapi dapat dikatakan

perjalanan Jasper dan Pirngadie dan membandingkan temuan bahwa ia 'ditemukan' oleh Jasper. Pada awal karirnya, antara

mereka dengan temuan para pendahulu mereka.

1904 dan 1913, Jasper memilih Pirngadie untuk menemaninya Pameran ini kecil tapi menandai sebuah awal yang penting. dalam perjalanan melintasi seluruh Nusantara. Tugas mereka Pameran ini memperkenalkan dua penulis cemerlang bersama adalah mengumpulkan informasi tentang desain dan teknik dengan produk upaya kolaboratif terbaik mereka, dan itu adalah tradisi kerajinan pribumi. Ratusan ilustrasi yang digambar oleh langkah pertama dari perjalanan panjang. Kami adalah generasi Mas Pirngadie untuk buku itu menunjukkan perhatian yang baru. Kami memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan peker- cermat bagi proses produksi kerajinan dan ketelitiannya dalam jaan yang dimulai dengan ketekunan tak kenal lelah seabad yang memperhatikan detail. Setelah perjalanan itu Jasper penuh lalu atas dasar cinta dan penghargaan terhadap suatu tradisi kriya pujian bagi teman perjalanannya dan membuatnya sebagai co-

yang paling luar biasa di dunia.

author; De kunst in het weergeven van Oostersche vlak-

ornamenten wordt Mas Pirngadi door geen enkelen Sandra Niessen landgenoot verbeterd. Daarin is hij de hoogste, de beste van zijn land...

(Keterampilan Mas Pirngadi dalam menggambar

Johan Ernst Jasper Renungan oleh Sandra Niessen

ada tanggal 18 Mei 1942 pensiunan Gubernur Yogyakarta, J.E. Jasper diperintahkan untuk mendaftar ke kamp interniran Jepang di Bandung yang disebut kamp "Bintang Laut". Dua hari kemudian, ketika diizinkan kembali sebentar ke rumah, dia mendapati kenyataan bahwa tentara Jepang telah menyita isi lemari bukunya. Segera

dia duduk di meja, di luar kepala mengetik daftar semua judul buku yang pernah memenuhi lemarinya, seluruhnya 7 halaman. Keesokan hari ia kembali ke kamp dan tidak pernah pulang lagi. Dia meninggal di kamp interniran Cimahi setelah empat tahun penuh penyakit dan penderitaan (12 Maret 1945) pada usia 70 tahun.

70 tahun sudah kejadian itu. Waktu yang berlalu setelah Jasper me- ninggal telah sama panjangnya dengan masa hidupnya. Hindia Belanda menjadi Republik Indonesia. Bahasa Belanda tidak laku lagi. Tulisan- tulisan Jasper yang diterbitkan semua dalam bahasa Belanda. Dia dan karyanya telah terlupakan di negara yang merupakan rumah bagi dirinya dan leluhurnya dari pihak ibunya. Namun, karya luar biasa, berjudul De Weefkunst yang diterbitkan tahun 1912, dengan berlalu- nya waktu menjadi semakin penting. Dalam memperkenalkan kembali publikasi yang luar biasa ini juga perlu memperkenalkan kembali penulisnya. Siapakah Johan Ernst Jasper?

Perancah kehidupan Jasper dapat ditelusuri melalui arsip. Jasper adalah anak seorang fotografer Belanda yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1859 yang kemudian bertemu dan menikah dengan Mimi Stam. John Jasper, begitu nama panggilannya, lahir di Surabaya, satu dari sembilan anak.

Seluruh hidupnya berumah di Jawa, sebagian besar dari waktunya di Seluruh hidupnya berumah di Jawa, sebagian besar dari waktunya di

Meskipun persaingan ketat, Jasper diterima sebagai pegawai peme- juga banyak mengupayakan promosi kerajinan melalui pameran pasar rintahan dalam negeri kolonial (BB atau Binnenlandsch Bestuur)

tahunan. Setelah menyelesaikan tugas urusan kerajinan, Jasper kembali ketika ia berusia 21 tahun. Karirnya naik dengan cepat, mulai sebagai

menapak jalur administrasi pemerintahan dan terus mengadakan Adspirant Controleur dalam waktu tiga tahun menjadi Controleur

pameran pasar di setiap tempat baru di mana ia ditempatkan. Dia telah dua tahun kemudian Asisten Resident di Tuban, lalu di Pasuruan dan

mengembangkan keahlian khusus yang unik.

akhirnya Resident di Yogyakarta pada tahun 1922. Puncak karirnya tercapai ketika ia diangkat sebagai Gouverneur Yogyakarta pada tahun

Kehidupan pribadi Jasper juga sukses. Ia menikahi Alida Christina 1928. Saat itu umurnya 54 tahun. Dia memegang jabatan ini selama dua

Appel, putri keluarga wirausahawan, ketika ia berusia 24. Mereka tahun dan kemudian atas permintaan sendiri dipensiunkan dini.

dikaruniai dua putra dan seorang putri, semuanya menikah dan dikaru- niai anak. Menjelang akhir hidupnya, ia banyak menderita kehilangan.

Jasper bukan orang yang suka berpangku tangan dan tak bisa diam. Perang Dunia II adalah bencana bagi keluarganya, namun kematiannya Setelah pensiun, ia menjadi editor di koran De Java Bode, sebuah surat

sendiri di kamp interniran Jepang di Cimahi berarti bahwa ia terhin- kabar terkemuka di Hindia Belanda. Itulah dunia yang sudah ia kenal

dar dari banyak berita buruk.

akrab karena selama hidupnya ia telah banyak menulis untuk surat kabar dan media lainnya. Dia juga mencurahkan banyak waktu untuk

Suatu akhir yang menyedihkan bagi orang yang naik dari bawah atas organisasi Freemason. Pada tahun 1940, ia mencapai posisi tertinggi

usaha sendiri dan mencapai sukses yang lumayan. Ia sempat menerima yang mungkin ia capai di Jawa ( Gedeputeerd Grootmeester). Dia

gelar kehormatan dari raja Belanda dan raja Belgia dan sempat bergaul menerbitkan banyak tulisan mengenai organisasi ini dan praksisnya

di kalangan atas dan kalangan cendekiawan di negerinya sendiri. Sem- adalah bagian penting dari hidupnya.

pat pula ia mengunjungi banyak tempat di Eropa dan di Nusantara, ia Karirnya mulai mengikuti jalur yang tak lazim sejak awal, pada tahun

1905 ia menerima tugas dari Departemen Urusan Koloni untuk peneli- tian penuh-waktu mengenai pendidikan pribumi dan kemudian keraji- nan pribumi. Dia ditempatkan di Departemen Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid (Pendidikan, Agama dan Kebudayaan). Dia pun mener- ima stipendium tambahan, biaya perjalanannya ditanggung, begitu pula ongkos untuk urusan kiriman pos dan ia dijamin akan mendapatkan kerjasama dari para pejabat pemerintah daerah di seluruh Nusantara. Ia minta izin dan dibolehkan untuk tetap di Surabaya, tak perlu pindah ke Batavia. Pada tahun 1910, ia diberikan cuti setahun untuk pergi ke Eropa. Pada akhir cuti itu Het Vlechtwerk (Seni anyaman) dan De Weefkunst (Seni tenun) telah terbit. (Cuti Jasper akhirnya menjadi dua tahun, ketika ia diberi tugas tambahan mengembangkan zijn

theoretische en practische Kennis op het gebied der kunstnijverheid J.E. Jasper di kantornya di Bandung.

(foto atas budi baik John Hees)

(pengetahuannya tentang teori dan praktek di bidang seni kriya) dan dia mengadakan perjalanan kemana-mana di seluruh Eropa untuk misi ini.) Jelas ia telah menyelesaikan penelitian bagi kedua buku itu pada tahun 1910. Dalam waktu dua tahun setelah kembali ke daerah tropika, ia dan rekannya, Mas Pirngadie, menyelesaikan penelitian mereka.

J.E. Jasper bersama isteri di rumah mereka di Bandung sesudah pensiun. (foto atas budi baik John Hees) J.E. Jasper bersama isteri di rumah mereka di Bandung sesudah pensiun. (foto atas budi baik John Hees)

.... Tulisan Jasper bersifat lugas dan langsung ke sasaran. Dia tidak mem-

beberkan refleksi pribadi atau anekdot, buku-bukunya tidak diberikan kata pengantar untuk penjelasan dan pendahuluan yang mengantar pembaca ke belakang layar. Saya menjadi bertanya-tanya seperti apa pribadi J.E. Jasper itu.

Di Negeri Belanda, saya mencari keluarganya yang dipulangkan setelah Perang Dunia II. Pada akhirnya saya berhasil menemukan empat orang cucu. Mereka bersikap ramah dan hangat terhadap saya, tetapi mereka tidak mampu berbagi cerita. Pada waktu perang mereka masih kecil (atau belum lahir) sehingga kesempatan untuk kenal ka- kek mereka tidak ada. Seluruh harta benda mereka hilang dan hancur atau ditinggalkan ketika mereka pindah ke Belanda. Milik kakek satu-satunya yang dapat ditunjukkan cucunya, Esther de Vlam-Jasper, kepada saya adalah berkas tipis tujuh halaman yang diketik kakeknya malam sebelum ia diinternir. Judulnya adalah Opgave van Werken uit mijn particuliere Bibliotheek (Daftar Buku Perpustakaan Pribadi Saya). Selain bagian yang diketik ada tambahan berupa catatan tulisan tangan Jasper menyebut beberapa barang bukan buku yang juga disita. Di bawahnya ada tanda tangan 'J.E. Jasper'.

Esther mengatakan bahwa ia heran karena kakeknya menghabis- kan malam dalam waktu yang lama untuk menyusun daftar buku sebelum ditahan. Kata-katanya membuat saya merenungkan tindakan Jasper itu. Pejabat Belanda di Hindia Belanda tidak bersembunyi dari Jepang. Mereka begitu yakin bahwa mereka mutlak diperlukan untuk men- jalankan negara dan nasib yang mereka hadapi, untung saja, tidak dapat mereka bayangkan. Daftar Jasper ini merupakan pernyataan kepada administrasi negara; yang ia lakukan adalah yang ia duga yang terbaik untuk mendapatkan kembali perpustakaan- nya nanti pada suatu hari. Namun upaya itu tak berhasil dan buku-bukunya tidak pernah kembali. Yang paling disesalkan adalah bahwa naskah jilid

ke-enam dari seri buku seni kriya, satu jilid yang tidak pernah diter- bitkan, juga tersimpan di lemari buku itu. Karena saya tahu seberapa banyak dan beratnya pekerjaan menulis itu, saya tidak heran seperti Esther mengenai cara Jasper menghabiskan malam terakhirnya sebagai orang yang merdeka. Jasper telah menerbitkan lebih dari 100 karangan. Mungkin pekerjaan menulis telah menghabiskan bagian terbesar dari hidupnya. Dengan hilangnya perpustakaannya ia kehilangan suatu hal yang menjadi fokus eksistensinya. Dan naskah ke-enam tentang kriya bukanlah satu-satu-nya naskah yang menunggu penerbitan yang dirampas hari itu.

Saya berharap bisa sedikit mengenal pribadi Jasper dengan memeriksa daftar bukunya. Daftarnya sangat cermat dibagi dalam empat kategori:

1. Bahasa, sastra dan riwayat perjalanan, 2. Ethnologi dan seni kriya,

3. Agama dan Freemason, 4. Lain-lain. Saya berasumsi bahwa lemari bukunya juga tersusun sesuai thema, bahwa Jasper sendiri adalah orang yang disiplin dan rapi seperti daftar yang disusunnya.

Nomor 43 dalam daftar adalah Een groot boek met uitknipsels van door mij geschreven Indische novellen en verhalen, gepubliceerd in kranten (jeugdwerk). (Buku yang besar berisi guntingan roman dan cerita Hindia tulisan saya yang dipublikasikan di koran (kerjaan masa muda). Selain kontribusi sastra untuk terbitan berkala di Hindia Be- landa Jasper antara usia 30 dan 36 tahun mempublika- sikan lima buku (roman dan cerita pendek; nomor

42 a-e di daftarnya). Ia beraspirasi di bidang sastra dan sangat mengagumi Louis Couperus

(yang karyanya, semua dijilid mewah, bernomor 34 - 41 di daftarnya). manapun juga. Jelas dari perpustakan pribadinya bahwa ia seorang pecinta buku. Dengan teliti ia catat dalam daftarnya buku mana yang

Seperti diketahui kemudian Jasper bukan pengarang yang besar atau dijilid indah, dan ternyata itu banyak. Mengenai bukunya sendiri ia istimewa dan pada umur 40 tahun ia sudah tak lagi mempublikasikan

sebut, "Kelima jilid ini, pinggir halaman bersepuh emas, dibuat khusus karya sastra. Karya besarnya mengenai seni kriya juga sudah rampung

oleh tuan Mouton untuk saya dan diberikan sebagai hadiah". Dia tak ketika itu.

mungkin bersikap amatiran dalam kajiannya mengenai seni kriya. Minat "Jasper muda" pada musik, teater, seni sastra dan seni rupa ketika

Dalam tulisan sastranya kita menemukan empatinya bagi penduduk kesenian itu mulai dikenal di Hindia Belanda, mengungkapkan segi

pribumi. Ia berani menulis dari perspektif orang Jawa: ia dibesarkan karakternya yang kemudian juga tampak dalam karya besarnya buku-

bersama penduduk setempat, nenek moyang ibunya kemungkinan be- nya tentang seni kriya yang 5 jilid itu. Yang paling tampak langsung

sar keturunan orang Timor / Portugis, ia fasih dalam bahasa lokal. Ia adalah penekanannya pada mutu. Pada tahun awal karirnya ia mendiri-

juga berakar kuat dalam dunia administrasi Belanda dan tidak menga- kan klub debat di Surabaya bersama seorang wartawan D.M.G Koch.

lami diskriminasi yang dialami oleh mereka yang berdarah campuran. Klub ini dengan cepat menjadi bagian dari Surabaya Kunstkring

Saya dengan yakin berasumsi bahwa kemampuannya untuk menjem- (Lingkaran Seni Surabaya) yang dibentuk untuk merangsang perkem-

batani dan menghargai kedua dunia itu ikut memberikan kualitas bangan kesenian di Hindia Belanda. Jasper bersifat ambisius dan ia

tinggi kepada karyanya. Publikasinya tentang kerajinan memenuhi penuh energi. Penanya tajam ketika ia mencerca seni amatiran dan dia

persyaratan analitis dari rezim kolonial sambil menunjukkan kedekat- mencaci maki karena Belanda memandang rendah pada upaya-upaya

an dengan penduduk pribumi yang menjadi kunci bagi ketepatan dan artistik dari koloni. Karya besar lima jilid yang lengkap dan rinci

tentang kerajinan meunjukkan bahwa penulisnya tidak kerja setengah- setengah. Bukunya dibuat seindah mungkin tak kalah dengan buku tentang kerajinan meunjukkan bahwa penulisnya tidak kerja setengah- setengah. Bukunya dibuat seindah mungkin tak kalah dengan buku

Jasper pun mendaftar semua kamera, lensa, proyektor dan bahan film mencolok dua tenun ikat Sumba yang tergantung di dinding. Jasper miliknya dengan tulisan tangan pada akhir dokumen. Esther de Vlam

berpendapat bahwa ikat Sumba adalah yang paling spektakuler di menegaskan bahwa semua foto untuk buku-bukunya dibuat oleh Jasper

Nusantara. Kita boleh menduga bahwa karya kerajinan pribumi di sendiri. Ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa J.E. Jasper

dinding ini mencerminkan selera pribadinya dan dibeli sewaktu salah bangga atas kamera dan ketrampilanya sendiri dalam membuat foto.

satu perjalanannya mungkin di salah satu pameran pasar.

Nomor 7 pada daftar tulisan tangan ini adalah alat potret ukuran 18 x

24 dengan lensa- anastigmat Goerz (ini yang dipakai untuk membuat Berita terakhir mengenai Jasper yang dapat diketahui berasal dari foto-foto yang direproduksi dalam buku lima jilid saya tentang seni

anaknya yang bersamanya di kamp interniran Jepang. Kesehatannya kriya) dobel casis 6, seluruhnya dalam tas kulit dengan tali sandang.

tidak baik, tetapi semangatnya tetap kuat dan positif, ia berusaha bersi- Jika diundang menjadi pembicara, Jasper umumnya menunjukkan

kap baik terhadap orang-orang yang senasib dengannya dan membantu gambar. Ia juga memiliki kamera stereoskopik dan Cine-kodak tahun

mereka sebisa-bisanya.

1928 untuk membuat film 16 mm. Dua ribu meter film turut diambil pada hari yang naas itu sebelum ia dipenjarakan di kamp.

Keterangan: Fotografi sudah dikenal J.E. Jasper dari masa kecilnya. Esther de Vlam-Jasper menaruh bunga di makam J.E. Jasper and putranya, keduanya me-

ninggal di kamp interniran Jepang. (foto atas budi baik Esther de Vlam-Jasper)

Ayahnya, Johannes Bernardus Jasper, adalah seorang fotografer profe- sional terkenal dan terpandang di Surabaya.

Keterangan: cucu Jasper, Esther, dapat menunjukkan beberapa foto yang diambil sekitar waktu putrinya Erna menikah. Foto itu menun- jukkan lingkungan formal dan mewah seorang Gubernur dan meng-

Ruang makan di rumah Gubernur Jasper di Yogyakarta. Berlatarbelakang dua kain Sumba.

Regent van Modjokerto Menurut Jasper tenun Sumba Foto oleh J.B. Jasper, ayah J.E. Jasper.

terhebat di Nusantara. (Koleksi Hans van der Kamp, Den Haag)

(foto atas budi baik Esther de Vlam-Jasper)

1906-1909 Riwayat Singkat Johan Ernst Jasper menjadi organisator "pameran dan pasar

tahunan" di Surabaya

1874 lahir di Surabaya

1908 Het leven van Ardja en Lasmi (Kehidupan Ardja dan Lasmi) koleksi cerita pendek diterbitkan

1888-1892 sekolah (HBS) di Surabaya

1910-1912 cuti panjang dua tahun di Eropa. Tempat

1892 masuk gymnasium Koning Willem III di Jl. Salem-

tinggal tetapnya di kota Den Haag. Ia banyak memberi-

ba, Batavia. Ia mempelajari berbagai bahasa daerah Indonesia,

kan ceramah di Negeri Belanda

geografi dan etnografi sebagai persiapan masuk Pemerintah Dalam Negeri

1910 berkunjung ke Pameran Dunia di Brussel. Dua koleksi ceritera pendek diterbitkan: De diepe stromin-

1895 umur 21 masuk menjadi pegawai Pemerintah Dalam

gen dan Van deugden en dwalingen

Negeri Hindia Belanda (BB/ Binnenlandsch Bestuur) di Karesidenan Surabaya

1911 menerima gelar ksatria di Belgia: ' Ridder in de Orde van de Kroon'. Menerima tugas untuk mempelaja-

1898 menikah dengan Alida Christina Appel di Bondo-

ri peranan seni kriya di Eropa. Berkunjung ke Kopen-

woso, Surabaya

hagen, Stokholm, Kristiania, Roma, Torino, Venesia,

1898 naik pangkat menjadi Adspirant Controleur BB

Wina, Budapest, Berlin, Dresden, Leipzig, Dusseldorf, Hagen, Elberfeld, Barmen, Krefeld, Kln, Paris, Brusel,

1900 anak pertama, Bernard Nicolaas Jasper, lahir 20 Mei.

London dan berbagai tempat di Negeri Belanda.

Jasper menerbitkan artikel pertama tentang seni kriya

1912 jilid pertama .. De Inlandsche Kunstnijverheid in

1902 naik pangkat menjadi Controleur di Jombang

Nederlandsch Indie diterbitkan yaitu Vlechtwerk (Seni Anyaman) dan De Weefkunst (Seni Tenun). Kembali

1903 anak perempuan, Erna Petronella, lahir 9 Juni di

ke Hindia-Belanda dan ditempatkan di Madura sebagai

Jombang

controleur. Pada tanggal 15 Desember ayahnya mening- 1904 Van Java's Wegen koleksi tiga ceritera pendek gal.

diterbitkan

1913 pindah ke Buitenzorg (Bogor)

1905 anak laki-laki, Rudolf Alexander, lahir 25 Oktober.

1914 ikut berperan dalam organisasi Pameran Kolonial

Mendapat tugas meneliti keadaan pendidikan pribumi.

di Semarang.

Laporannya selesai setahun kemudian

1915 naik pangkat menjadi Asistent-Resident di

1906 mendapat tugas meneliti aspek-aspek teknis dan artis-

Tuban/Rembang, Java

tik seni kriya di Nusantara; ini menjadi landasan bagi karya besarnya yang 5 jilid: De Inlandsche Kunstnijverheid In

1916 jilid 3 De Inlandsche Kunstnijverheid in Neder-

Nederlands Indie (Seni Kriya Pribumi di Hindia-Belanda) ..

landsch Indie De Batikkunst (Seni Batik) terbit.

(Jilid ke-6 disiapkan juga tetapi tidak pernah diterbitkan).

Sebuah roman berjudul Stille Invloeden terbit.

menjadi Asistent-Resident di Pasuruan dan

Ketua Dewan Kota

1940 cucu perempuannya, Tilly meningal karena

1920 mendapat penghargaan khusus dari Gubernemen atas

leukemia.

jasanya meneliti gerakan pemberontakan Samin dan saran yang diberikannya sehubungan dengan itu.

1942 menjadi tawanan dalam kamp Jepang.

1921 cuti sepuluh bulan di Negeri Belanda

1944 putranya Bernard meninggal dalam kamp tawa- nan Jepang di Palembang.

1922 naik pangkat menjadi Resident di Pekalongan

1945 J.E. Jasper meninggal dunia di kamp tawanan Je-

1925 mendapat gelar ksatria dari Raja Belanda ( Ridder in

pang, Cimahi. Putranya Rudolf Alexander tetap hidup.

de Orde van de Nederlandse Leeuw)

1977 istri J.E. Jasper meninggal di kota Haarlem,

1926 dipromosikan menjadi Resident di Yogyakarta

Negeri Belanda

1927-1928 dua kali menangani organisasi pameran Jaar- markt (pasar tahunan) di Yogjakarta. Jilid 4 De Inlandsche Kunstnijverheid in Nederlandsch Indie terbit: De Goud- en .. Zilversmeedkunst (Seni Emas dan Perak)

1928 naik pangkat menjadi Gubernur Yogyakarta. Putrinya Erna menikah dengan Robbert Hees pada bulan Januari. Pada tanggal 15 Oktober, cucunya John Theophile Hees lahir.

1929 cuti sembilan bulan di Eropa. Kunjungan ke Spanyol dan tulisan tentang perjalanannya dimuat di Koran De Java Bode

1930 pada tanggal 30 April diberhentikan dari jabatannya dengan hormat atas permintaan sendiri. Jilid 5 De Inlandsche Kunstnijverheid in Nederlandsch Indie: .. De bewerking van niet-edele metalen (kriya logam - pengerjaan kuningan dan pamor) diterbitkan.

1930-1932 menjadi editor kepala De Java Bode menggan- tikan Wm C. van Meurs

1931 putrinya Erna meninggal karena tbc pada tanggal 15 Maret

1936 sahabat lama dan rekannya dalam menulis buku tentang kriya, Mas Pirngadie, meninggal dunia.

Mas Pirngadie

Jejak-Jejak yang Berkelana dari Masa Silam ke Masa Kini Oleh MJA Nashir

Angin membelai pucuk cemara tubuh menggigil alam memanggil kembali pada purnama kembara kesekian kalinya.

Biar beku ini malam mengejar ratusan tahun silam melewati sunyi penuh khayalan

menapaki jejak-jejak impian mencarimu berkelebat lari masuk ke lobang matahari lenyap tanpa biografi.

Begitukah pengembara, bukan untuk mencatat dirinya tapi maknai peristiwa-peristiwa gerak ruang waktu alam semesta.

Pada gubuk tua yang sunyi di bawah pohon-pohon jati kita kan saling bercengkrama bukan untuk saling tukar kartu nama.

(Kembara, MJA Nashir 2 Agustus 2012) (Kembara, MJA Nashir 2 Agustus 2012)

sistem administrasi informasi persil tanah, mengurus kepentingan-

nyak dikenal. Namun melewati De Inlandsche

kepentingan atas tanah; yaitu hak, batasan dan tanggung jawab dalam

Kunstnijverheid in Nederlands Indie -- 5 jilid ..

bentuk uraian geometrik atau peta sebagai dasar pengelolaan hak atas

buku tentang segala seni kerajinan tangan Nu-

tanah, nilai tanah, dan pemanfaatan tanah. Dengan demikian Pirngadie

santara -- membuktikan bahwa dialah ahli gambar

mulai terlibat pekerjaan membuat peta-peta tanah. Maka ia pun mulai

etnografis terhebat yang dimiliki negeri ini.

berkenalan dengan pinsil gambar. Pekerjaan di kadaster secara lang-

sung membekali dirinya akan kemampuan pada hal-hal yang sifatnya Nusantara (1904-1913) bersama J.E. Jasper, seorang ambtenaar peme-

Hasil berkelananya mengelilingi segenap pelosok

detil, rumit, bahkan matematis karena tuntutan ketepatan. Kelak itu rintahan Hindia Belanda yang juga adalah penulis kumpulan buku ini,

semua menjadi kekuatan bagi karya-karya gambarnya. Begitu juga mengisyaratkan sebuah kenyataan: ia telah melakukan pekerjaan yang

menurut H. van Meurs dalam tulisannya tentang Mas Pirngadie, "A luar biasa dan menjadi karya besar bagi negeri yang dicintainya ini.

Javanese Artist Painter" di majalah Sluyters' Monthly :

Mas Pirngadie lahir Desember 1878 di desa Pakirangan Purbalingga Ketika Pirngadie berusia 12 tahun dia telah mulai bekerja di Jawa Tengah, yang menjadi salah satu lukisan cat minyaknya tentang

kantor kadaster, dan saat mendesain peta di sini dia mengalami pemandangan berbukit dengan hamparan padi menguning dialiri anak

pertama kalinya pegang cat dan kuas.

sungai yang deras berbatu-batu. Darah seni mengalir dari ayahnya Mas Mertojoedo, seorang petani biasa yang juga adalah seorang ahli ukir

Seandainya dia mengambil pekerjaan lainnya selain ini maka serta pandai emas dan perak. Namun beliau tak sempat secara lansung

bakatnya sebagai pelukis mungkin tak kan pernah mempu- mengajarkan seni kerajinan tangan itu pada puteranya ini. Beliau

nyai latar belakang. Maka inilah sisi penting dari pekerjaan meninggal dunia ketika Pirngadie masih berusia lima tahun. Sejak itu

kadasternya; meskipun secara alamiah bukanlah sesuatu yang Pirngadie kecil memulai takdirnya sebagai 'pengembara'. Berpindah-

penting bahwa sebagai dasar pertama dia banyak belajar tentang pindah dari satu orang ke orang lainnya, dari satu tempat ke tempat

menggambar dan melukis secara mekanis.

lainnya. Tentu saja dengan pekerjaan yang selalu menekankan ketepatan Sejak ayahnya meninggal ia diasuh oleh adik dari ibunya, Haji Mo-

matematis ini tiada ruang bagi inspirasi artistik.

chammad Tahir. Paman ini seorang santri ta'at yang berprofesi sebagai Sebagai pegawai kadaster ia ditugaskan di Cicalengka Jawa Barat ke- penghulu di desa Pakirangan. Pirngadi pun didiknya ilmu agama dan

mudian pindah tugas ke Pasuruan Jawa Timur. Bertahun-tahun sebagai mengaji agar kelak bisa menggantikannya. Namun dalam usianya yang

pegawai Kadaster ia selalu berhubungan dengan gambar menggambar tujuh tahun, setelah tamat belajar mengaji, Pirngadie diambil oleh

peta-peta tanah. Menjadi rutinitas sehari-hari baginya. Bisa saja hal ini sepupunya (putra kakak ayahnya), Mas Joedodimedjo, untuk dibawa

menjadi sesuatu yang membosankan sehingga untuk dirinya sendiri ia ke Bukateja. Di daerah inilah Mas Joedodimedjo mulai mendidik

perlu suatu imbangan di kala senggang. Apalagi rasa akan seni dalam Pirngadie dengan harapan agar Pirngadie bisa masuk ke dunia peker-

jiwanya semakin mengembang. Maka waktu-waktu senggang ia man- jaan seperti dirinya, pegawai kadaster. Oleh kakak sepupu ini Pirnga-

faatkan perangkat penggambar petanya untuk meniru-niru gambar dan die di sekolahkan di sekolah district. Ketika kakak sepupunya pindah

membesar-besarkan potret teman-temannya.

tugas ke beberapa kota lain Pirngadie pun turut serta. Dari Bukateja pindah ke Magelang, lalu ke Sukabumi dan selanjutnya ke Bandung.

Sekitar tahun 1900 Mas Pirngadie bertemu dengan Freiherr Otto Di Bandung Pirngadie masuk Externenschool dan sore hari belajar

Carl von Juncker Bigatto. Pelukis berkebangsaan Jerman ini mem- bahasa Belanda pada H. Falk.

berinya beberapa petunjuk tentang seni menggambar dengan cat. Membuat Pirngadie mulai menggambar alam dengan cat air. Sejak

Pada 1889, di usia 12 tahun Pirngadie diterima magang pada jabatan itu dalam melukis ia makin merasakan nikmat dan makin menyadari kadaster. Inilah tahun di mana Mas Pirngadie memulai profesinya

bakat. Kemauan mengembangkan bakat juga makin kuat. Meskipun di dunia kadaster atau pertanahan. Pekerjaan yang berurusan dengan

untuk ke arah itu harus ia jalani secara perlahan. Apalagi alat meng- untuk ke arah itu harus ia jalani secara perlahan. Apalagi alat meng-

sendiri sebuah album hasil gambar muridnya ini. Hatinya gembira kis. Ini terbukti dari keberaniannya di Agustus 1901, ia mengirimkan

bukan main ketika membalik-balikkan album itu. Pirngadie meng- lukisan-lukisan cat airnya ke pameran.

gambar sesuatu yang ternyata lain dari yang ia ajarkan. Melewati kecakapakannya menggambar, Mas Pirngadie justeru menggali kem-

Tentang gambar-gambar cat airnya yang dipamerkan itu koran berba- bali kekuatan tradisi seni nenek moyangnya sendiri, yaitu seni batik. hasa Belanda menulisnya demikian :

Dalam album itu gambar-gambar Mas Pirngadie adalah patron/motif- Lain dari pada itoe dipertontonkan djoega beberapa aquarel

motif batik. Hal ini membuat Von Juncker Bigatto berkeinginan kuat bangsa boemipoetera Pirngadie, eleve-mantri pada kadaster

untuk memberitahukan kepada J.E. Jasper, seorang pegawai pemerin- di Pasoeroean, jang tiada pernah mendapat pimpinan, tetapi

tahan Hindia Belanda di Jombang Jawa Timur yang juga adalah ahli semata-mata menoeroet desakan hatinja sendiri memboeat gam-

tentang seni anak negeri. J.E. Jasper ini pun sangat senang melihat bar tjat air alam. Misalnja pemandangan pada danau Gratie itoe

album batik yang indah karya Mas Pirngadie. Ia berjanji akan berusaha mengandoeng perasaan jang amat loear biasa. Alangkah baiknja,

menjualkannya dengan harga yang baik. Dalam waktu sebulan janjinya apabila pemoeda Djawa jang pasti besar ketjakapannja oentoek

itupun berhasil ditepati.

seni schilderen ini, mendapat pimpinan goeroe-goeroe jang Dalam sebuah artikel J.E. Jasper menulis tentang album ini demikian : baik. Siapa tahoe ia kelak akan menjamai, djika tidak melebihi

Raden Saleh. (Terjemahan Sutan Takdir Alisjahbana). Jarang saya melihat reproduksi motif-motif Batik Jawa asli yang lebih baik dari yang ada di album Mas Pirngadie.

Perjalanan hidup seseorang seringkali mempunyai misterinya sen- diri. Seringkali mengandung keajaiban dan hal yang tak terduga yang

Warna soga tua itu, seperti yang dipakai di Yogya oleh pemba- tak bisa direncana sebelumnya, hanya baru bisa dicerna sesudahnya.

tik, yang tercipta dari ramuan-ramuan berbahan alami memakai Demikianlah ketika merunut kembali jejak Mas Pirngadie sampai pada tahap perjalanan hidupnya ini. Keasyikan Mas Pirngadie dalam menggambar dan melukis di tiap waktu senggang akhirnya 'tercium' juga oleh Von Juncker Bigatto. Peristiwa ini berbuntut takdir amat penting bagi kehidupan Mas Pirngadie sebagai ahli gambar, yaitu tak- dir yang membawanya pada pertemuan dengan J.E. Jasper yang kelak hari membawanya mengembara keliling Nusantara.

Karya-karya etsa Mas Pirngadie ( Sluyters’ Monthly 3, 1922) Karya-karya etsa Mas Pirngadie ( Sluyters’ Monthly 3, 1922)

sabarannya hebat dan mengagumkan. (Jasper 1909).

annya bisa terlihat dari gambar-gambar Mas Pirngadie. (Jasper 1909).

Sutan Takdir Alisjahbana (S.T.A.), pujangga besar Indonesia, adalah salah seorang yang diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa Peng-

Tak lama sesudah pertemuan pertama dengan J.E. Jasper, Mas Pirnga- gerak Hidup ini untuk berjumpa langsung dan bercengkrama dengan die akhirnya ditugaskan untuk membantu J.E. Jasper yang diperintah-

Mas Pirnggadie di masa tuanya. Hasil pencengkramaan intens itu men- kan Pemerintah Hindia Belanda untuk mengumpulkan keterangan se-

jadi tulisan panjang dan bersambung sampai tiga kali dalam tahun-ta- lengkap-lengkapnya tentang seni kerajinan tangan di seluruh kepulauan

hun yang berbeda sebagai artikel di majalah Poedjangga Baroe tentang Nusantara ini. Maka dari tahun 1904-1913 kedua orang ini mengelilingi

tokoh kita Mas Pirngadie ini. Catatan-catatan S.T.A. ini sangatlah Nusantara. Beredar dari satu pedalaman ke pedalaman lain di seluruh

penting. Melewati tulisan-tulisan S.T.A. inilah yang mampu menjadi pelosok negeri ini. Hal ini membuat Mas Pirngadie tidak hanya mengenal segala seni kerajinan tangan yang ada di Pulau Jawa saja namun juga seni kerajinan tangan di semua daerah luar Pulau Jawa; dari seni anyaman, seni tenun, seni batik, seni logam dan lain-lainnya yang semuanya itu ia dokumentasikan secara sempurna dan detil melewati kemampuan menggambar dengan tangannya. Hal ini bisa dirasakan langsung dengan menikmati lembar demi lembar dari kelima jilid buku, De Inlandsche Kunstnijverheid in Nederlands Indie, buah manis .. perjalanan pengembaraannya bersama J.E Jasper itu. Sampai-sampai Jasper yang memang ahlinya seni anak negeri menyatakan secara jujur tentang keajaiban Mas Pirngadie, partner sinerginya ini:

Tak ada yang bisa menggambarkan perhiasan motif timur lebih

baik dari Mas Pirngadie. Dia yang terbaik di ne- gerinya. Kalau ada masalah-masalah yang terjadi pada warna atau gambar karena pemakaian proses

Gambar-gambar Mas Pirngadie menjadi ilustrasi

Mas Pirngadie ( Sluyters’ Monthly 3, 1922)

di banyak terbitan

'jembatan' komprehensif dalam menggapai serta mengenal lebih dekat Demikian petikan dari salah satu catatan S.T.A. tentang Mas Pirnga- sosok dan kiprah Mas Pirngadie.

die ini. Dari ketiga artikel S.T.A. di Majalah Poedjangga Baroe (S.T.A. 1934, 1935, 1936) sangat terasa kuat pergumulan S.T.A.

Dalam salah satu artikelnya tentang Mas Pirngadie di majalah Poe- dengan Mas Pirngadie. Sebagai budayawan, S.T.A. tampil memberi- djangga Baroe tersebut S.T.A. menulis demikian:

kan kesaksian lengkap serta jujur atas sosok dan kiprah Mas Pirnga- Dalam waktoe itoelah perasaannja terhadap gambaran ornament

die, 'seorang dari pada mereka jang soenji sepi berdjoeang itoe, tiada dapat toemboeh sesempoerna-sempoernanja. Di berbagai daerah

diminati dan tiada dikenali orang' ini. Tentu sebuah langkah hebat itoe boekan sadja ia mendapat kesempatan mengenali sebaik-

dan berani untuk menimbang kembali peran Mas Pirngadie dalam baiknja tjara anak negeri menghiasi barang perhiasan dan barang

ranah kebudayaan negeri. Selain riwayat hidup Mas Pirngadie, S.T.A. keperloean mereka setiap hari, iapoen mendapat kesempatan

mengungkapkan kekuatan, keindahan dan kedalaman karya-karya Mas sepenoeh-penoehnja memakai pinsilnja oentoek meloekiskan

Pirngadie, ahli gambar yang tetap hidup sederhana dan rendah hati. sekaliannja itoe di atas kertas. Dan siapa jang membalik-

Catatan-catatan S.T.A. itu adalah hasil wawancara langsung dengan balikkan kelima djilid boekoe De Inlandsche Kunstnijverheid

Mas Pirngadie serta riset terhadap tulisan-tulisan koran atau majalah- in Nederlands Indie jang tebal-tebal hasil perdjalanan itoe

majalah berbahasa Belanda yang terbit di negeri ini maupun di luar dan mengamat-amati dengan seksama gembaran jang beratoes

negeri yang mengupas karya-karya Mas Pirngadie. Dituliskan pula boeah itoe, tiada boleh tiada akan kagoem melihat ketjintaan,

oleh S.T.A. bahwa tak ada satu pun media terbitan bumi putera yang kesabaran, ketetapan hati, ketelitian dan tadjamnja penglihatan

pernah memberitakan atau mengulas tentang Mas Pirngadie ini. jang berseri-seri di seloeroeh gambaran itoe. Sesoenggoehnja

Jika pun ada, kata S.T.A., itu hanyalah kopian dari terbitan-terbitan dengan boekoe De Inlandsche Kunstnijverheid in Nederlands

berbahasa Belanda. Rasanya kenyataan ini memedihkan. Mengisyarat- Indie jang tiada ternilai harganja itoe telah terteralah oentoek .. kan keberadaan Mas Pirngadie seperti sudah lama dalam posisi yang

selama-lamanja nama Mas Pirngadie sebagai ahli gambar jang 'tak diperhitungkan' di kalangan para bumi putera sendiri. Meskipun pajah ditjahari tandingannja pada zaman permoelaan kebangoen-

kenyataannya, Mas Pirngadie telah menghasilkan ratusan karya lukis an bangsa Indonesia sekarang ini. (S.T.A. 1934)

yang berbobot. Belum lagi dalam posisinya atas hasil karya luar biasa berupa lima jilid buku De Inlandsche Kunstnijverheid in Nederlands Indie. ..

Daftar lukisan Mas Pirngadie dalam pamer- an seni tahunan gambar dan lukisan para seniman koloni Hindia Belanda 1919. Saat itu, Mas Pirngadie tinggal di Buitenzorg. (koleksi on-line Tropenmuseum, Amsterdam)

Alam dengan sawah dan gunung oleh Mas Pirngadie, k.l. 1918. 42,7 x 65,8 x 4,5cm (foto atas budi baik Tropenmuseum, Amsterdam)

Lalu bagaimana jejak-jejak Mas Pirngadie di masa kini? Sutan Takdir Alisyahbana sudah pernah menuliskannya secara panjang lebar lewat artikel-artikelnya di Poedjangga Baroe? Jangan-jangan

Menapaki jejak-jejak Mas Pirngadie untuk menggapai sosok dan memang kita sudah kesulitan untuk bisa mendapatkan tulisan-tulisan kiprahnya secara utuh memang bukanlah sesuatu yang mudah. Rasanya

S.T.A. atau majalah-majalah Poedjangga Baroe itu, seperti halnya nama Mas Pirngadie hanya bisa dijumpai secara fragmentaris saja.

yang saya alami ketika mencoba mencari di Perpustakaan Nasional di Memang, ia terasa lebih dikenal bagi kalangan dunia antropologi

Jakarta. Nomor-nomor majalah itu sudah tidak ada lagi. Tidak terar- atau etnografi. Itu pun pasti para ahli tertentu saja yang mau bertekun

sipkan dengan baik. Untungnya saya bisa mendapatinya kembali dari pada litaratur-litaratur budaya sehingga hanya mereka itu yang bisa

arsip di Belanda melewati ke-baikan hati antropolog Sandra Niessen. menjumpai kumpulan karya buku De Inlandsche Kunstnijverheid in

Nederlands Indie ini. Sementara di kalangan praktisi atau pecinta seni .. Sesuai info dari tulisan S.T.A. dan dari beberapa sumber informasi kerajinan tangan Nusantara itu pun lebih terfragmentaris lagi; yang

lainnya menjadi petunjuk penting bagi saya di suatu hari untuk lari ke tertarik di bidang seni anyaman membaca buku De Inlandsche Kunst-

Museum Nasional dengan harapan bisa mendapatkan jejak-jejak Mas

nijverheid in Nederlands Indie yang jilid I yaitu seni anyaman; yang Pirngadie. Oleh karena gedung ini -- yang di zaman Hindia Belanda tertarik dunia tenun mengenal namanya dari buku jilid II nya tentang

dikenal sebagai Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en seni tenun; begitu juga yang tertarik batik, seni keris dan logam, mem-

Wetenschappen -- adalah tempat terakhir Mas Pirngadie bekerja. Dan baca dari jilid-jilid lainnya sesuai masing-masing subyek itu.

ketika saya sampai di museum ini tak banyak yang bisa saya dapati tentang Mas Pirngadie. Jejak-jejaknya seperti diterbangkan oleh angin

Dunia lukisan Indonesia -- marilah kita sebut saja sejarah seni lukis zaman, meskipun memang tidak semuanya. Selalu saya bayangkan Indonesia -- sebenarnya mengenal namanya. Meski rada samar-samar.

bagaimana ia telah menyusun daftar-daftar informasi tentang benda- Oleh karena dunia/sejarah lukis Indonesia rasanya terlalu sibuk

benda di museum ini yang masing-masing pada kartu kertas itu ia gam- dengan persoalan-persoalan genre, aliran-aliran, periodisasi-periodisasi karya, ' mooi indie' dan 'bukan mooi indie', 'yang ini' dan 'yang itu' dan .. ..

bari juga dengan tangannya. Juga saya bayangkan berhari-hari lamanya selama beberapa tahun Mas Pirngadie melukis 78 orang dari semua

sebagainya yang semua itu seringkali berkaitan pada 'politisasi seni'. etnis yang ada di Nusantara ini yang ia gambar dari potret-potret yang Terasa sekali saat ini bila kita mencari nama Mas Pirngadie di antara

semula hitam putih menjadi lukisan berwarna lengkap dengan pakaian tumpukan nama-nama pelukis besar Indonesia, proporsi namanya hanya

adatnya masing-masing dengan detil-detil perhiasan asesorisnya dan kecil saja di tengah himpitan para pelukis besar Indonesia lainnya yang

78 orang itu mengelilingi peta besar negeri ini yang juga digambar biografi dan karyanya bisa dituliskan dengan panjang lebar itu. Untuk

dengan tangan oleh Mas Pirngadie ini. Lukisan-lukisan 78 kepala melihat bukti ini kita bisa saja secara 'iseng-iseng' lewat internet di

Google, ketik nama 'Mas Pirngadie' atau sekalian tambahi kata ban- tuan 'pelukis' di depan atau di belakang namanya. Maka pasti yang mucul kebanyakan bukan yang hendak kita cari. Yang kita dapati kebanyakan justeru riwayat para pelukis lainnya yang beberapa di antaranya memang pernah berguru pada Mas Pirngadie ini. Terasa kita kesulitan mendapati informasi, biografi dan karya-karya lukis Mas Pirngadie. Padahal bukankah di tanah air ini dan untuk tanah air ini seorang

Lobby Museum Nasional Jakarta dimana potret etnis Mas Pirngadie ditunjukkan (foto MJA Nashir) Lobby Museum Nasional Jakarta dimana potret etnis Mas Pirngadie ditunjukkan (foto MJA Nashir)

Riwayat Singkat Mas Pirngadie

ini. Ketika saya kembali ke Museum Nasional untuk bisa menyak- sikan satu set lukisan tersebut, memang saya masih bisa mendapati gambar 78 suku bangsa negeri ini dalam satu ruang tersendiri. Yaitu

1878 lahir di desa Pakiringan, Purbalingga, Jawa berupa foto-foto yang merepro lukisan-lukisan Mas Pirngadie. Di Tengah

lain hari saya mendapati kabar bahwa lukisan-lukisan aslinya sedang 1883 ayahnya, Mas Mertojoedo, meninggal dunia. dirawat, direnovasi oleh museum ini. Dari foto-foto yang merepro

Mas Pirngadie (5 tahun) selanjutnya diasuh oleh Haji satu set lukisan Mas Pirngadie, setidaknya masih bisa membuat saya

Mochamad Tahir, Penghulu Desa Pakiringan, saudara merasakan jejak-jejak ketelatenannya yang luar biasa. Meskipun

kandung ibunya

kebanyakan pengunjung yang masuk ruang ini tak kan pernah tahu 1885-1889 atas inisiatif anak dari kakak laki-laki siapa sesungguhnya yang menciptakan lukisan-lukisan aslinya. Tak ada

ayahya, Mas Joedodimedjo, ia dikirim ke sekolah di tertera nama Mas Pirngadie secuil pun di ruang ini.

Bukateja, dan kemudian pindah ikut dengan kakak sepupu ini ke Magelang dan Sukabumi. Di Sukabumi ia

Akhirnya saya keluar dari ruangan ini dengan perasaan sunyi. Sesunyi masuk Froelschool (Taman Kanak-kanak) Mejuffouw Mas Pirngadie yang khusyuk bertahun-tahun mengerjakan segala

H. Brox. Setahun kemudian, ia ikut kakak sepupupu itu macam pekerjaan di masa silam. Mengabdikan diri sepenuhnya pada

pindah ke Bandung masuk Externenschool dan belajar museum ini. Bekerja tiap hari dari pagi sampai sore hari sampai yang

bahasa Belanda dengan H. Falk.

benar-benar terakhir dari hidupnya di Sabtu 4 April 1936. Pada hari 1889 mulai bekerja di Kadaster dan mulai mengenal itu, tiada seperti biasanya Mas Pirngadie meninggalkan pekerjaan,

pensil pada usia 12

pulang ke rumah karena sakit. Tiada lama kemudian beliaupun mening- galkan dunia, menuju Sang Pencipta.

~1900-1903 bekerja di Kadaster di Cicalengka dan Pasuruan. Bertemu dengan pelukis Jerman, Otto

Mas Pirngadie, aman dan sentosa toean dapat merebahkan Freiherr von Carl Jucker Bigatto, yang memberinya badan toean jang letih di pangkoean boemi : pekerdjaan toean

nasihat dan saran tentang cara melukis. Dia menunjuk- telah selesai. Dan nama toean tiada akan terloepa lagi ! (S.T.A.

kan portofolionya berisi pola-pola batik kepada Bigatto 1936).

yang pada gilirannya, dengan kebanggaan seorang guru, menunjukkannya kepada J.E. Jasper, seorang pegawai

Semoga demikianlah anak-anak bangsa negeri ini tiada melupakan lagi negeri di Jombang yang dikenal akan minatnya yang Mas Pirngadie, tokoh besar negeri ini.

besar pada seni pribumi 1901 mengirimkan gambar untuk ikut suatu pameran

dan disebut-sebut sebagai setara dengan Raden Saleh 1904-1913 bekerja sebagai asisten J.E. Jasper dalam

mendokumentasikan seni kriya Indonesia. Dia bepergian mendokumentasikan seni kriya Indonesia. Dia bepergian

1917-1923 bekerja di Departemen Pertanian di

gambar dan lukisan berbagai ornamen dan teknik produksi

Buitenzorg (Bogor). Berkenalan dengan Pastor Ster-

kerajinan.

neberg yang mengajarinya membuat etsa; sesudahnya ia

1905 menerima ijazah untuk desain yang ia ajukan untuk

menghasilkan ratusan etsa.

Pameran dan Pasar Raya tahunan di Surabaya.

1919 mendapat hadiah pertama dan kedua untuk desain

1907 menerima penghargaan untuk keunggulan dalam

sampul buku (buku yang mana tidak diketahui)

gambar dan cat air

1920 mengirim gambar untuk Pameran dan Pasar Raya

1908-1914 mendapat pelajaran melukis dari F.J. van Ros-

di Bandung.

sum Du Chattel yang tinggal di Indonesia antara tahun 1908

1921 pameran lukisan minyak, cat air, dan etsa di

dan 1914, dan kemudian pada tahun 1916.

Buitenzorg

1909 memamerkan 27 gambar di toko Tontonnan, Gem-

1924-1928 kembali bekerja di Kadaster

blongan, Surabaya. Inilah awalnya ia sering mengirimkan gambarnya untuk pameran.

1928-1933 bekerja di museum untuk Bataviaasch Genootschap (Perhimpunan Batavia) sampai pensiun

1910-1912 Jasper pergi cuti ke Eropa dan mengatur sebelumnya agar pada waktu yang bersamaan Pirngadie dapat

~1930 membuat ilustrasi buat buku Le Roux mengenai

bekerja pada direktur sekolah kerajinan di Surabaya --untuk

Papua Nieuw Guinea. Le Roux bekerja antara 1925 dan

melakukan pekerjaan yang secara khusus berhubungan

1929 di Bataviaasch Genootschap (sekarang Museum

dengan penelitian mengenai seni kriya di Hindia-Belanda

Nasional) dan sehingga satu tahun bersamaan waktu

dari segi teknik dan artistik dengan ketentuan bahwa selama

dengan Mas Pirngadie. Ekspedisi Stirling ke Nieuw

penugasan ia tetap terdaftar sebagai staf.

Guinea, yang dipimpin Le Roux, diadakan pada tahun 1926.

1912 menerima dua medali untuk lukisan cat air dan cat minyak yang dipamerkan di Surabaya; mengirimkan 28

1931 mengikutkan karya di Pameran Kolonial, Paris

gambar dan lukisan cat air untuk pameran di galeri J. Saritja,

~1935 membuat ilustrasi untuk atlas benda prasejarah

Den Haag, Belanda

besar yang direncanakan oleh Van der Hoop termasuk

1913 mengikutsertakan 59 karya seni untuk pameran kedua

gambar nekara dan senjata upacara. Buku ini tidak pernah

di galeri J. Saritja, Den Haag, untuk itu ia menerima medali

diterbitkan, tetapi beberapa ilustrasi kemudian diguna-

yang hilang dalam perjalanan ke Indonesia

kan dalam buku A.J. Bernet Kemper Ancient Indonesia Art (1959).

1914 mendapat hadiah pertama dalam kategori lukisan cat air di Pameran Kolonial di Semarang.

1936 Sabtu 4 April Mas Pirngadie meninggal dunia di Batavia

1915-1917 bekerja di Kadaster Pakiringan

De Weefkunst

“De gepubliceerde reeks kan gezien worden als een onovertroffen naslagwerk...”

“Seri buku yang diterbitkan ini dapat dianggap sebagai karya rujukan tak tertandingi ...”

(Terwen 2009)

Detail Publikasi

e Weefkunst adalah bagian kedua dari rangkaian 5 jilid yang berjudul De Inlandsche Kunstnijverhe-

id van Nederlandsch Indie (Seni Kriya Pribumi di Hindia Belanda). Buku ini diterbitkan pada tahun 1912, bersama-sama dengan buku pertama Het Vlechtwerk (Seni Anyaman), terdiri dari 373 halaman, 325 ilustrasi termasuk gambar pen-

sil dan cat air (32) oleh Mas Pirngadie dan foto-foto oleh J.E. Jasper. Jilid ketiga, De Batikkkunst (Seni Batik) diterbitkan pada tahun 1916, Jilid keempat, De Goud en Zilversmeedkunst (Seni Emas dan Perak) pada tahun 1928 dan jilid kelima, De Bewerking van Niet-edele Me- talen (Kriya Logam -- Pengerjaan Kuningan dan Pamor) pada tahun 1930. Jilid keenam tentang bambu dan ukiran kayu, tembikar dan kulit selesai ditulis dan siap untuk dicetak, tetapi tidak diterbitkan.

Seri ini dibuat mewah, setiap buku berukuran 24 x 32 cm, dengan hiasan timbul warna emas atas sampul merah. Penerbitnya adalah NV Boek-en Kunstdrukkerij Mouton & Co di Den Haag. Pada masa Jasper, pemerintah menjual buku ini dengan harga dua puluh gulden satu jilid. Menurut catatan Jasper ketika buku-buku itu tidak dicetak lagi pedagang buku, Martinus Nijhoff di Belanda, menjualnya dengan harga 150 gulden, harga barang antik. Sekarang ini satu set lengkap bisa laku dengan harga lima sampai sepuluh ribu euro.

Sebuah edisi faksimil dari jilid satu, Het Vlechtwerk, diterbitkan

peneliti dan pencinta seni kriya Indonesia.

oleh Waringin di Monnickendam pada bulan Juni 1998. Niat ambisius penerbit ini untuk mereproduksi seluruh seri gagal karena pemilik perusaan meninggal dunia.

Latar Belakang

Pada tahun 2009 Sidestone Press dengan tujuan yang sama ingin menerbitkan jilid lima De Bewerking van Niet-edele Metalen

Pada tanggal 10 Desember 1906, Departemen Koloni menugaskan con- (Pengerjaan Kuningan dan Pamor), dengan versi foto-offset yang

troleur J.E. Jasper untuk melakukan techniesch-artistiek onderzoek sedikit lebih kompak, tapi karena keadaan keuangan sedang tidak

naar de Inlandsche kunstnijverheid (penelitian masalah teknis dan menguntungkan, buku ke lima dicetak ulang dan setelah itu proyek

artistik seni kriya pribumi). Hasilnya adalah karya besar Jasper dan dihentikan.

Pirngadie yang lima jilid itu. Tugas ini diberikan pada suatu periode yang luar biasa dalam sejarah kolonial yang sekarang dikenal sebagai

Buku empat dan buku lima sekarang tersedia on-line melalui Sidestone periode Politik Etis, dan merupakan hasil lobi berkepanjangan oleh Press di Leiden.

spesialis kerajinan agar seni dan seni kerajinan pribumi dikaji dengan