Perbaikan Nilai UH1 Semester 2 Makalah t

Perbaikan Nilai UH1 Semester 2
‘Makalah tentang Keanekaragaman Hayati”

Nama : Ronaldo Reformato
Kelas : X6

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Keanekaragaman Hayati“. Dalam penulisan makalah ini kami pun mendapat banyak
ilmu yang berguna, bagi diri sendiri dan pembaca untuk kedepannya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
tentangKeanekaragaman Hayati, selain itu juga dengan adanya makalah ini diharapkan bagi
pembaca agar dapat mengembangkannya lagi. Makalah yang kami buat ini, kami ambil dari
beberapa sumber. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut ambil alih
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan khususnya
pada diri saya sendiri serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua.
Penulis menyadari makalah yang kami buat ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kami mohon untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini
Palangka Raya, Februari 2013

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang
mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala
organisasi biologisnya,
yaitu
mencakup
gen,
spesies tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme sertaekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini
merupakan bagiannya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif
konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep Keanekaragaman Hayati ?
2. Keanekaragaman Flora di Indonesia ?
3. Keanekaragaman Fauna di Indonesia ?
4. Tipe-Tipe Ekosistem ?
5. Apa saja Manfaat dan nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati ?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui konsep Keanekaragaman Hayati.
2. Agar dapat mengetahui Keanekaragaman Flora di Indonesia.
3. Agar dapat mengetahui Keanekaragaman Fauna di Indonesia.
4. gar dapat mengetahui Tipe-tipe Ekosistem.
5. Agar dapat mengetahui Manfaat dan nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati
D. Manfaat
Dengan penulisan makalah ini, kita dapat mengetahui lebih banyak tentang
Keaneragaman Hayati.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran,
warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi

keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme)
penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau
keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran,
bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif
konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti
makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama
faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu
individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip
dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan,
mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai
tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
B. Keaneragaman Flora Di Indonesia
Semua Kehidupan di bumi tergantung dari tumbuhan. Manusia makan banyak jenis-jenis
tumbuhan, sebagian besar hewan yang ada di bumi ini juga makan tumbuhan, baik langsung
maupun tidak langsung. Tumbuhan sendiri dapat membuat makanannya sendiri, yaitu melalui

proses fotosintesis (memasak di daun). Dengan menggunakan udara dan tenaga sinar matahari
tumbuhan menghasilkan gula yang kemudian disimpannya dalam berbagai tempat, seperti di
daun, batang , akar, buah, dll.
Kawasan Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan
tanaman yang mempunyai potensi flora cukup variatif, terdirii dari tumbuhan tinggi dan
tumbuhan rendah. Untuk tumbuhan tinggi didominasi oleh jenis pinus sedangkan untuk
tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam
(arboretum). Hutan Tanaman mulai dikembangkan tahun 1950-an namun karena tumbuh pada
lahan berbatu diametemya relatif kecil dan pada tahun 1963 ditanam jenis tumbuhan kayu asing
berasal dari luar daerah dan luar negeri dilahan seluas 30 Ha yang terletak di sekitar Plaza dan
Gua Jepang.
Hutan di kawasan ini merupakan vegetasi campuran yang terdiri dari 40 famili, 112
species diantaranya berasal dari luar negeri seperti sosis (kegelia aethiopica) dari afrika, Mahoni
Uganda (khaya anthoteca) dari Afrika barat, Pinus Meksiko (pinus montecumae) berasal dari
meksiko, cengal pasir (hopea odorata) dari Burma, Cedar Hondura (cedrela maxicum m roem)
dari Afrika Tengah dan lain sebagainya, sedangkan yang berasal dari dalam negeri diantaranya :
Pinus (pinus merkusi jung), Bayur sulawesi (pterospermum celebicum) dari Sulawesi, Kayu
manis (cinnamonum burmanii) dari daerah Jawa Barat, Damar (agathis damara) dari Maluku,
Cemara Sumatera (casuarina sumatrana) dari Sumatra, dan lain-lain.


C. Keanekaragaman Fauna Di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna yang kaya. Taksiran jumlah jenis fauna
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Hewan menyusui ada 300 jenis,
2. Burung ada 7500 jenis,
3. Reptil ada 2500 jenis,
4. Amfibi ada 1000 jenis,
5. Ikan ada 8500 jenis,
6. Keong ada 20.000 jenis,
7. Serangga ada 250.000 jenis.
Indonesia memiliki 420 jenis burung yang tersebar di 24 lokasi. Beberapa pulau di
Indonesia memiliki jenis hewan endemik, terutama di Palau Sulawesi, Papua dan di Kepulauan
Mentawai.
Pola persebaran fauna di Indonesia di warnai oleh pola kelompok kawasan oriental di
sebelah barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah timur. Kelompak fauna di bagian
tengah bersifat peralihan dan beberapa diantaranya bersifat endemik. Tipe-tipe persebaran fauna
di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Tipe Asia
Fauna tipe Asia terdiri atas beberapa jenis mamalia, burung, ikan, dan reptil. Di beberapa
daerah, fauna ini sudah punah dan di beberapa daerah lain sudah sangat langka. Berikut ini

beberapa fauna langka tersebut:
1) Gajah
Gajah (Elephas maximus) terdapat di seluruh Sumatra menghuni hutan hujan dataran
rendah.
2) Badak
Di Indonesia terdapat dua jenis badak, yaitu badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan
badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Badak jawa lebih besar dibanding badak sumatra.
Badak jawa bisa mencapai berat 2 ton, sedangkan badak sumatra hanya 1 ton. Badak sumatra
merupakan badak terkecil yang masih hidup. Perbedaan lainnya adalah badak jawa bercula satu,
sedangkan badak sumatra mempunyai tonjolan kecil selain cula sehingga terkesan bercula dua.
3) Tapir
Tapir (Tapirus indicus) merupakan fauna yang menakjubkan. Fauna ini diduga berasal
dari hutan tropis Amerika Selatan. Mengapa fauna ini sampai di Indonesia? belum diketahui
penyebabnya. Saat ini tapir hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra. Melihat dari
persebarannya, mungkin tapir juga pernah hidup di Jawa dan Kalimantan tetapi kini sudah
punah.
4) Banteng
Di Sumatra, banteng telah mengalami kepunahan. Saat ini, banteng liar hanya terdapat di
Jawa dan kecil sekali jumlahnya di Kalimantan.
5) Kerbau Liar

Saat ini, ada sekitar empat juta lebih kerbau yang diternakkan. Namun, populasi kerbau
liar (Bubalus bubalis) di dunia diperkirakan tinggal 100 ekor saja. Penyebab semakin
berkurangnya populasi kerbau liar adalah nilai ekonomis yang ada pada fauna ini.
6) Harimau Sumatra
Pada mulanya ada tiga jenis harimau di Indonesia, yaitu harimau bali, harimau jawa, dan
harimau sumatra. Kini tinggal harimau sumatra saja yang masih hidup.

7) Macan Tutul
Macan tutul (Panthera pardus). Saat ini, macan tutul hanya terdapat di Jawa menghuni
kawasan perlindungan dan sedikit sekali yang secara liar hidup di hutan. Fauna ini terancam
punah karena perburuan dan banyaknya penggunaan racun untuk umpan babi hutan yang
merupakan makanan macan tutul.
8) Beruang Madu
Hewan ini terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Di Jawa, hewan ini telah punah. Beruang
madu (Helarctos malayanus) merupakan beruang terkecil di antara keluarga beruang. Hewan ini
lamban dalam bergerak, berat, jarak pandang pendek, matel bulu mengkilap, dan memiliki cakar
yang besar.
9) Orang Utan
Orang utan (Pongo pyomaeus) merupakan jenis primata yang hidup di hutan pegunungan
Sumatra dan Kalimantan. Fauna ini merupakan fauna endemik Indonesia yang hidup dengan

makan buah-buahan hutan.
10) Bekantan
Bekantan (Nasalis larvatus). Keberadaan fauna ini perlu dijaga karena fauna ini jenis
primata endemi yang hanya terdapat di Kalimantan.
11) Siamang
Jenis primata yang paling atraktif adalah siamang (Hylobates klossi). Mereka dapat
melakukan lompatan-lompatan berbahaya di atas pohon-pohon yang sangat tinggi. Siamang
dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Namun, keberadaannya juga terancam
karena kerusakan habitat mereka.
12) Elang Jawa
Garuda Pancasila. Sebetulnya lambang itu adalah gambaran dari elang jawa (Spizaetus
bartelsi). Burung ini dipilih sebagai lambang negara karena mirip dengan mitologi Garuda,
dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu.
13)
Curik Bali
Curik bali (Leucopasar rothschildi) adalah burung endemi di Bali, menghuni hutan
musim ujung barat Laut Bali.
14) Merak
Merak (Pavo muticus) berkerabat dekat dengan ayam hutan. Meskipun bersayap lebar,
fauna ini tidak bisa terbang jauh seperti burung. Merak hanya bisa terbang dari cabang ke cabang

pohon lain yang berdekatan. Di Indonesia, merak hanya terdapat di Jawa. Konon, binatang ini
dibawa pedagang dari India. Merak menyukai hutan terbuka dan daerah perkebunan. Populasi
terbesar di Jawa terdapat di tiga taman nasional, yaitu di Ujung Kulon, Alas Purwo, dan Baluran.
15) Rangkong
Beberapa spesies burung rangkong terdapat di wilayah barat. Sebagian lagi terdapat di
wilayah Wallacea. Beberapa yang terdapat di wilayah barat adalah rangkong badak (Buceros
rhinoceros), rangkong jambul (Aceros corrugatus), rangkong papan (Buceros bicornis), rangkong
perut putih (Anthracoceros albirostris), dan rangkong emas (Aceros undulatus). Burung
rangkong biasanya menempati pohon-pohon besar seperti beringin di hutan Sumatra dan
Kalimantan.
16) Pesut Mahakam
Fauna ini termasuk mamalia yang hidup di air tawar. Sesuai namanya, habitatnya di
Sungai Mahakam, Kalimantan. Di beberapa negara Asia juga terdapat jenis fauna ini misalnya di

Sungai Gangga, India dan di Sungai Irawadi, Myanmar. Karena bentuknya yang mirip lumbalumba (dolphin), ikan ini sering disebut freshdolphin atau lumba-lumba air tawar.
17) Siluk
Siluk atau arwana (Scleropages formosus) merupakan salah satu jenis ikan purba. Habitat
ikan siluk adalah sungai dan danau. Akhir-akhir ini, siluk yang semula hidup secara liar telah
beralih ke akuarium. Siluk telah menjadi lambang yang menunjukkan status sosial seseorang.
b. Tipe Australia

Tidak seperti fauna tipe Asia yang beberapa di antaranya berukuran besar, fauna tipe
Australia tidak terlalu besar. Ciri yang paling khas di kawasan ini adalah mamalia berkantong. Di
antara mamalia berkantong tersebut, beberapa jenis telah punah, yaitu beberapa jenis walabi dan
bandikut. Berikut ini beberapa fauna tipe Australia:
1) Kanguru Pohon
Ada lima jenis kanguru pohon yang hidup di hutan-hutan Papua. Lima jenis kanguru
pohon tersebut adalah kanguru pohon wakera (Dendrologus inustus), kanguru pohon mbasio
(Dendrologus mbasio), kanguru pohon nemena (Dendrologus ursinus), kanguru pohon ndomea
(Dendrologus dorianus), dan kanguru pohon hias (Dendrologus goodfellowi). Seperti kanguru di
Australia, kanguru pohon adalah jenis mamalia berkantong. Bedanya, kanguru australia hidup di
daratan, kanguru pohon hidup di atas pohon.
2) Kuskus
Kuskus merupakan keluarga possum yaitu hewan berkantong khas Australia. Beberapa di
antaranya telah menyeberang melewati Garis Weber dan berdiam di Sulawesi. Papua merupakan
tempat yang sesuai untuk kehidupan kuskus.
3) Cenderawasih
Beberapa nama Latin burung ini adalah paradisaea yang berarti surga. Cenderawasih
yang ada di Indonesia meliputi 30 jenis. Dari jumlah itu, 28 jenis hidup di hutan-hutan Papua dan
dua jenis menyebar di Kepulauan Maluku. Beberapa cenderawasih yang terkenal adalah
cenderawasih merah (Paradisaea rubra), cenderawasih biru (Paradisaea rodolphi), cenderawasih

kecil (Paradisaea minor), cenderawasih ragiana (Paradisaea ragginana), cenderawasih raja
(Cicinnurus regius), cenderawasih magnificent (Cicinnurus magnificus), cenderawasih botak
(Cicinnurus respublica), cenderawasih dua belas kawat (Seleucidis melanoleuca), dan
cenderawasih superba (Pophorina superba).
4) Kasuari
Kasuari termasuk jenis burung raksasa. Tinggi burung ini bisa mencapai 100–180
sentimeter dan beratnya bisa 60 kg.
5) Nokdiak Nata Fem (Landak Papua)
Nokdiak dalam bahasa Yunani berarti lidah yang besar. Fauna ini sungguh aneh karena
meskipun termasuk keluarga mamalia, tetapi perkembangbiakannya dengan bertelur.
6) Walabi
Beberapa jenis walabi telah punah dari Bumi Papua akibat perburuan liar karena
dagingnya sangat digemari. Dari sekian jenis walabi, yang tersisa kini hanya jenis walabi saham
(Macropus agile) yang mendiami rawa terbuka di Papua. Untuk mencegah kepunahan, walabi
kini dilindungi di daerah perlindungan Taman Nasional Wasur. Sekilas bentuk walabi ini mirip
dengan kanguru. Keduanya merupakan fauna tipeAustralia.
c. Tipe Peralihan

1)

2)
3)

4)
5)
6)

Fauna tipe peralihan menempati wilayah Wallacea yang meliputi Sulawesi, Kepulauan
Nusa Tenggara, dan beberapa pulau kecil di perairan laut dalam. Dari segi jenis dan jumlah,
boleh jadi fauna tipe ini tidak sebanyak fauna tipe Asia maupun Australia.
Namun, beberapa fauna tipe Asia dan Australia terdapat di kawasan ini. Di kawasan ini
pula terdapat fauna yang tidak terdapat di kawasan lain di dunia. Beberapa fauna tipe peralihan
kini terancam kepunahan karena habitatnya rusak dan banyak diburu untuk diperdagangkan.
Beberapa yang terancam kepunahan sebagai berikut:
Anoa
Anoa adalah jenis kerbau tetapi kerdil. Binatang ini sangat pemalu sehingga jarang
terlihat. Anoa dibedakan menjadi dua, yaitu anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis) dan
anoa gunung (Bubalus quarlesi). Fauna ini adalah jenis endemi di Sulawesi.
Babi Rusa
Babi rusa (Babyrousa babyrussa) berbeda dengan babi hutan tipe Asia dan babi mana pun
di dunia.
Krabuku
Binatang ini sangat aneh karena sangat kecil. Berat badannya hanya 120 gram sehingga
menjadikannya primata terkecil di dunia. Krabuku (Tarsius spectrum) lebih mirip kuskus
daripada kera. Namun, ia lebih berkerabat dengan kera tipe Asia daripada kuskus tipe Australia.
Rangkong Sulawesi
Rangkong sulawesi (Aceros cassidix) dan (Penelopidus exarhatus) hanya terdapat di
Sulawesi.
Maleo
Maleo (Macrocephalon maleo) adalah fauna yang sangat aneh dalam perkembangbiakan.
Komodo
Komodo (Varanus komodensis) merupakan binatang purba yang masih hidup. Fauna ini
telah lama mengagumkan para ilmuwan karena hanya terdapat di Pulau Komodo dan pulaupulau kecil didekatnya.

D. Tipe-Tipe Ekosistem
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem
buatan, yaitu:
a. Akuatik (air)
1) Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
2) Ekosistem Air Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CImencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
3) Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. [5] Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari
memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi
4) Ekosistem Pantai
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.

5) Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air.
6) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat
tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik
lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.
7) Ekosistem Laut Dalam
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
8) Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang
hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
b. Terestrial (darat)
1) Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah
hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu
dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.
2) Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun,
tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
3) Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciriciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak
teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.
4) Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri
ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu
antarasiang dan malam sangat besar.
5) Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya
adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu
rapat.
6) Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciricirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
7) Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
8) Karst (batu gamping/gua)
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst
di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur
untukpertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan poripori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.

c.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

E.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
3.
4.

5.

Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak
dijumpai di ekosistem lain.
Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh
ekosistem buatan adalah:
Bendungan,
Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus,
Agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
Sawah irigasi,
Perkebunan sawit,
Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa,
Ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.
Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif
seperti polusi dan panas.
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi
sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu
bergantung pada bumi.
Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati
Manfaat-manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati, ialah
sebagai berikut:
Kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:
Sandang (ulat sutra, bulu domba, kapas).
Pangan (serealia/biji - bijian, umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya).
Papan (meranti, jati, sengon, pohon sawo, dan sebagainya).
Udara bersih (pepohonan).
Kebutuhan Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya:
Transportasi (kuda, onta, sapi).
Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan
sebagainya).
Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya
dapat ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan,
dikatakan memiliki nilai ekonomi.
Bagi suatu negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena
keindahan atau kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari kayu jati,
lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya. Keanekaragaman hayati tersebut memiliki nilai
budaya.
Keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para ahli, karena sebagai sumber ilmu atau
tujuan lain (misalnya :pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian alternatif
bahan pangan dan energi dan sebagainya). jadi keanekaragaman hayati memiliki nilai
pendidikan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alam Indonesia sangat kaya akan keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut
dikenal dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman
makhluk hidup yang menunjukakan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosisitem di suatu
daerah. Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar.
Faktor genetik relatif konstan / stabil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme.
Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip).
Tidak ada makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, terpisah dan terasing dari makhluk
hidup lain. Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan dan
tempat hidup yang nyaman untuk hidup. Dengan demikian terjadi hubungan saling
ketergantungan antar makhluk hidup dan juga antar makhluk hidup dengan lingkungannya.
Hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk
membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup
(biotik), dan komponen tidak hidup (abiotik). Kedua komponen ini sangat mempengaruhi
distribusi persebaran organisme pada tempat yang berbeda-beda.
B. SARAN
Diharapkan bagi pembaca agar dapat melestarikan keanekaragaman hayati agar tidak
punah.