PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 3, Juli 2012
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP
MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)
DI BURSA EFEK INDONESIA
Salbiah dan Andika Jaka Asmara
Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara
Abstract: The purpose of this research is to find the effect of Economic Value Added
(EVA) towards Market Value Added (MVA) of companies that already did Initial
Public Offering (IPO) in Indonesia Stock Exchange.That research used secondary
data, with using the form of financial statements obtained from Indonesia Stock
Exchange site. Sample used 34 companies that already did IPO in the year 2007-2010
using puposive sampling method. Classical assumption was the first step to analize
data and the hypothesis with linear regression as the statistic method. Statistical
methods used is simple linear regression. The results of this research showed that the
Economic Value Added (EVA) impact Market Value Added (MVA) significantly and
the known Economic Value Added (EVA) is capable of influencing the Market Value
Added (MVA) of 46.6% and the rest are other factors that come from outside the
variables examined. So from this research it was concluded any increase and decrease
of EVA will affect the increase and decrease of MVA.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Economic Value Added
(EVA) berpengaruh terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
mengunakan data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan yang diperoleh dari situs
Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan adalah 34 perusahaan yang melakukan
IPO pada tahun 2007-2010 dalam pemilihan sampel dilakukan dengan puposive
sampling. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan
terhadap Market Value Added (MVA) dan diketahui Economic Value Added (EVA)
mampu mempengaruhi Market Value Added (MVA) sebesar 46,6% dan sisanya
faktor-faktor lain yang berasal dari luar variabel yang diteliti. Sehingga dari
penelitian ini disimpulkan setiap kenaikan dan penurunan EVA akan berpengaruh
terhadap kenaikan dan penurunan MVA.Kata kunci: economic value added (EVA), market value added (MVA)
PENDAHULUAN kepada pemilik perusahaan saja tetapi
Latar Belakang Masalah kepada seluruh stakeholders. sehingga
Persaingan bisnis yang terjadi saat muncul tujuan yang lebih relevan yaitu ini tidak dapat dihindari oleh perusahaan memaksimalkan nilai suatu perusahaan. manapun, sehingga diperlukan peran Penetapan tujuan yang benar sangat penting manajemen dalam hal meningkatkan dan dan berpengaruh terhadap pencapaian memperbaiki kinerja perusahaan di tujuan dan pengukuran kinerja, karena berbagai bidang. Hal ini dilakukan untuk kedua hal ini akan memberikan pengaruh mencapai tujuan perusahaan tersebut. dalam hal penetapan strategi yang tepat Tujuan perusahaan yang dahulunya dan memberikan imbalan atas prestasi. dianggap relevan yaitu untuk menghasilkan Pengukuran kinerja perusahaan laba yang sebesar-besarnya sudah dianggap pada umumnya diukur dengan rasio-rasio tidak relevan lagi di masa sekarang, karena keuangan yang merupakan teknik atau tanggung jawab perusahaan tidak hanya metode untuk menganalisis laporan
Salbiah, Andika Jaka Asmara: Pengaruh Economic Value Added (EVA) …
keuangan. Menurut Kartini (2008:355) kinerja dan prestasi dengan rasio-rasio keuangan tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena rasio keuangan yang dihasilkan sangat bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dan menurut Hendrata (2001:4) penggunaan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain: (1) Rasio keuangan tidak sesuai dengan perubahan tingkat harga. (2) Rasio keuangan sulit digunakan sebagai pembanding antara perusahaan sejenis, jika terdapat perbedaan metode akuntansi. (3) Rasio keuangan hanya mengambarkan keadaan sesaat, yaitu pada tanggal laporan keuangan dan periode pelaporan keuangan. Kelemahan utama rasio keuangan ini adalah mengabaikan unsur cost of capital atau biaya modal, sehingga sulit untuk menentukan dan mengukur nilai tambah yang tercipta dari perusahaan.
Dari kelemahan itu muncul konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Kedua konsep ini diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co (SSC), EVA dan MVA sudah digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan di Amerika seperti AT&T dan
Coca Cola Company
. EVA merupakan selisih dari Net Operating After Tax (NOPAT) dengan Cost of capital , Sedangkan MVA merupakan selisih dari nilai buku ekuitas(book value of equity) dengan nilai pasar ekuitas (market value of
equity
). EVA dan MVA digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan dasar nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan, EVA dianggap dapat mengukur kinerja masa lalu karena dalam menghitung EVA digunakan komponen-komponen yang berasal dari laporan keuangan yang berarti berdasarkan kinerja masa lalu sedangkan MVA dianggap dapat mengukur kinerja masa depan karena salah satu komponen MVA yaitu harga pasar dari saham yang lebih banyak ditentukan oleh kinerja masa depan.
EVA dan MVA yang positif menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan suatu nilai tambah bagi pemegang saham dan apabila EVA dan MVA negatif menandakan perusahan kurang berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham karena EVA menunjukan sisa laba setelah semua biaya modal (cost of capital) sedangkan MVA menunjukan selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity ) dengan nilai buku ekuitas (market value of equity).
Menurut Sartono (2001:105) ada hubungan antara MVA dan EVA, namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu perusahaan memiliki EVA negatif, maka mungkin saja MVA perusahaan akan bernilai negatif dan sebaliknya jika EVA positif maka belum tentu MVA perusahaan positif. Hal ini juga yang di jelaskan Hartini (2009) bahwa ada hubungan antara nilai EVA dan MVA, namun sifatnya tidak selalu searah.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Airlangga (2009) pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI dan Vitasari (2011) pada perusahaan perbankan di BEI menjelaskan bahwa EVA memiliki pengaruh positif terhadap MVA. Prakasa (2007) menjelaskan bahwa EVA tidak berkorelasi signifikan dengan MVA pada perusahaan manufaktur.
Dari beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan memiliki perbedaan pada kelompok perusahaan yang diteliti Disebabkan oleh hal itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan.
Pada penelitian ini akan berbeda dari pada penelitian terdahulu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini akan berfokus pada pengaruh EVA terhadap MVA pada perusahaan yang baru melakukan IPO serta pada penelitian ini perusahaan yang diteliti terdiri dari beberapa kelompok perusahaan yang berbeda, seperti dibidang pertanian, pertambangan, manufaktur, properti, perbankan dan lainnya. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu keunggulan EVA adalah dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain yang sejenis maupun kecenderungan tertentu (trend).
Penulis tertarik dengan pengaruh EVA terhadap MVA pasca IPO karena seperti yang diuraikan diatas EVA memiliki keunggulan yaitu tidak perlu membandingkan data dengan perusahaan lain yang sejenis maupun kecenderung tertentu (trend) sedangkan MVA memiliki
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 3, Juli 2012
b.
Initial Public Offering (IPO) Initial public offering
Catatan atas laporan keuangan, merupakan pengungkapan isi dari laporan keuangan serta dasar penyusunan laporan keuangan.
e.
Laporan arus kas, merupakan laporan yang memberikan informasi aliran kas masuk dan keluar selama periode tertentu.
d.
Laporan perubahan ekuitas, merupakan laporan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode tertentu.
c.
Laporan laba rugi, merupakan laporan yang menyajikan pendapatan, beban, rugi laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
Neraca, merupakan daftar yang mengambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu meliputi aktiva, kewajiban dan modal suatu perusahaan.
komponen utama harga pasar saham yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang ada dipasar modal serta harga saham dipengaruhi oleh trend tertentu dipasar modal dan pasca IPO sering terjadi fenomena-fenomena tertentu seperti fenomena underpricing, kinerja saham yang
Adapun komponen dari laporan keuangan menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009) adalah sebagai berikut : a.
Dari tujuan laporan keuangan yang diuraikan diatas dijelaskan bahwa laporan keuangan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan yang termasuk dalam laporan keuangan ini dijelaskan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan ( SAK) paragraf ke 9 ( Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Penggunaan laporan keuangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan itu sendiri.
Secara umum laporan keuangan memiliki tujuan untuk memberikan informasi keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercay akan kepada mereka”.
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan dalam satu periode tertentu suatu entitas. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan kepada stakeholders. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan
melakukan IPO di pasar modal Indonesia.Permasalahannya: Apakah Economic Value Added(EVA) Berpengaruh Terhadap Market Value Added(MVA) Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Effek Indonesia
Added ( MVA) pada perusahaan yang baru
perusahaan dan fenomena IPO merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diamati karena banyak motif perusahaan untuk melakukan IPO seperti, menambah nilai perusahaan, meningkatkan modal dan motif lainnya. Sehingga penulis ingin mengetahui apakah Economic Value Added (EVA) dapat mempengaruhi Market Value
underperformance, hot dan cold serta earning management yang dilakukan
(IPO) secara umum dapat didefinisikan penawaran saham perdana yang dilakukan sebuah perusahaan kepada investor umum melalui pasar modal dengan kata lain perusahaan mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka atau melakukan go public. Undang- undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Salbiah, Andika Jaka Asmara: Pengaruh Economic Value Added (EVA) …
accruals , yaitu kebijakan akuntansi yang
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
Penilaian kinerja juga memberikan manfaat bagi manajemen menurut Sucipto (2003:2) adalah sebagai berikut : 1.
Pada umumnya penilaian kinerja perusahaan adalah mengetahui dan mengevaluasi apa yang terjadi terhadap sumber daya perusahaan selama periode tertentu. Menurut Mulyadi (1997) tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997: 419) adalah penentuan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.
Penilaian Kinerja Keuangan
memberikan keleluasaan pada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel. Sehingga terjadi peningkatan laba (income increasing) menjelang penawaran (IPO), laba akan terlihat tinggi pada saat IPO dan akan menurun dan dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham.
Modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud sebagai efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.
Menurut Brealey, Marcus dan Myres (2007 : 414) IPO disebut dengan penawaran primer ketika saham baru dijual untuk mengalang kas tambahan untuk perusahaan dan IPO disebut penawaran sekunder ketika pendiri perusahaan dan pemodal menguangkan sebagian keuntungannya dengan menjual saham.
management,
Fenomena-fenomena yang telah diuraikan diatas merupakan fenomena yang terjadi dipasar modal. Ada satu fenomena yang sering terjadi pada saat perusahaan akan melakukan IPO yaitu earning
underperformance dalam jangka panjang.
Kinerja saham yang
c.
dalam 20 tahun terakhir, sedangkan kondisi cold dalam IPO terjadi dalam periode tertentu dimana rata- rata underpricing 25% terendah dalam 20 tahun terakhir.
underpricing sebesar 25% tertinggi
Siklus pasar yang Hot dan Cold, kondisi hot dalam IPO terjadi dalam periode tertentu jika rata-rata
b.
IPO tidak terlepas dari fenomena-fenomena yang terjadi. Menurut Arifin (2010:89) ada tiga fenomena yang terkait IPO yaitu : a. Underpricing pada kinerja saham jangka pendek, yaitu keadaaan dimana harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder.
Dalam pelaksanan
menurut Schipper (1989:92) earning management atau manajemen laba adalah suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. seperti manajemen melakukan manipulasi dengan menggunakan discretionary
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 3, Juli 2012 Economic Value Added (EVA)
4. Penerapan EVA yang praktis merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan pemodal.
MVA sendiri merupakan tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk meningkatkan modal yang telah diinvestasikan oleh investor maka semakin Besar MVA menunjukkan bahwa MVA semakin baik. Oleh sebab itu apabila MVA bersifat positif dapat disimpulkan suatu perusahaan telah berhasil meningkatkan modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila MVA bersifat negatif dapat diartikan perusahaan tersebut tidak berhasil meningkatkan modal yang telah diinvestasikan bahkan hal ini juga dapat menurunkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh investor.
of corporate performance that looks at how much a company’s stock has added to (or taken out of) investor’s pocketbooks over its life and compares it with the capital thore same investors put into the firm ”.
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Hal itu dapat dicapai dengan memaksimumkan nilai Market Value Added (MVA), secara sederhana MVA dapat diartikan sebagai selisih antara nilai pasar saham dengan jumlah ekuitas modal investor. Menurut Dierks, Paul A dan Patel (1997:53) MVA is “a cumulative measure
Market Value Added (MVA)
6. Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari mulut unit usaha yang mempunyai negative value added.
5. EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada karyawan.
3. Konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan memperhatikan harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.
Menurut Steward III (1991:118), yang memperkenalkan EVA secara umum di Amerika mendefinisikan EVA sebagai berikut:
2. EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep analisis rasio keuangan.
1. EVA memfokuskan penilaian terhadap nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai risiko investasi.
dianggap lebih baik daripada pengukuran pada umumnya, bisa terlihat dari kelebihan penerapannya diantara lain menurut Mirza & Imbuh (1999:93) EVA memiliki keunggulan sebagai berikut :
Economic Value Added (EVA)
)”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan alat ukur kinerja dalam bentuk jumlah uang dari selisih laba operasi setelah pajak dengan biaya modal (cost of capital) dalam satu periode tertentu.
Menurut Young & O’Byrne (2001:831) mendefinisikan “EVA Sebagai alat ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal” dan definisi EVA juga dikemukan oleh Anthony & Govindarajan (2002:249) EVA merupakan “jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit
EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits generated in the business. It’s measure to account properly for all of the ways in which corporate value may be added or lost. EVA will increase if operating can be made to grow without trying up any more capital, if new capital is diverted or liquidated from business activities that do not cover their cost of capital.
Menurut Young & O’Byrne (2001:27) MVA dapat meningkat “ jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar daripada biaya modal dan menurun jika modal yang diinvestasikan pada proyek yang memusnahkan nilai proyek atau proyek dengan NPV negatif.
Salbiah, Andika Jaka Asmara: Pengaruh Economic Value Added (EVA) … Hubungan EVA dan MVA
Economic Value Added (EVA)
digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja suatu perusahaan dalam satu periode. Pada dasarnya, EVA menjadi alat ukur yang sangat baik dalam mengukur kinerja perusahaan dimasa lalu dalam hal menciptakan nilai perusahaan. Yang mana kinerja masa lalu tersebut diharapkan akan berlanjut dimasa yang akan datang.
Hal yang relevan untuk menghubungkan kinerja masa lalu dengan harapan dimasa mendatang adalah dengan menghubungkan kinerja masa lalu yang diwakili oleh EVA dengan harga pasar saham. dalam teori yang ada menyatakan EVA dan imbal balik saham cenderung bergerak bersamaan. Hal ini mungkin terjadi karena EVA dapat memberikan pengaruh kepada investor untuk berinvestasi. Hal seperti ini yang diungkapkan oleh Makelainen (1998) yang menyatakan bahwa semakin tinggi ekspetasi EVA sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula market value dan konsekuensi akan menaikan pula harga saham dan Makelainen (1998) juga menyatakan bahwa imbal hasil saham merupakan cerminan dari ekspetasi terhadap EVA dimasa mendatang.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Pengaruh
Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added
(MVA) telah dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya antara lain Ramana (2003) meneliti pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) terhadap Market Value Added (MVA) dengan 500 perusahaan India sebagai sampel dan data yang digunakan adalah data tahun 1993-2003 menunjukan bahwa EVA dan NOPAT berpengaruh secara positif dengan MVA dan EVA yang memiliki korelasi tertinggi dibandingkan NOPAT.
Prakasa (2007) meneliti hubungan EVA dan MVA pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan mengunakan data tahun 2004-2005 dengan hasil penelitian yang menunjukan EVA tidak berkorelasi signifikan dengan MVA, hal ini disebabkan karena tidak adanya efisiensi pasar modal di
Indonesia. Airlangga (2009) meneliti pengaruh EVA dan Return On Asset (ROA) terhadap MVA pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengunakan data tahun 2006-2008 menunjukan bahwa EVA dan ROA memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap MVA dan secara parsial EVA dan ROA berpengaruh signifikan.
Hartini (2009) melakukan penelitian pada PT Bank Mandiri Tbk untuk mengetahui hubungan antara EVA dan MVA dalam menilai kinerja, pada penelitian ini mengunakan data tahun 2006- 2008. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara EVA dengan MVA, namun sifatnya tidak selalu searah. Vitasari (2011) meneliti pengaruh EVA terhadap MVA pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan mengunakan data tahun 2007-2009. Penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial EVA berpengaruh signifikan terhadap MVA.
Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2010:88) Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah didesikripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang teliti dan selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan dalam merumuskan hipotesis diperlukan kerangka konseptual dan berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu serta permasalahan yang telah dikemukan, maka digambarkan pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA), maka penulis menyusun kerangka konseptual sebagai berikut:
Economic Value Added (X) Variabel
Market Value Added (Y) Variabel dependen
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 3, Juli 2012 Economic Value Added
Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa dokumen-dokumen, catatan- catatan, laporan keuangan dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari internet dengan cara mengunduh data-data yang akan digunakan dengan mengakses dari situs
Metode Pengumpulan Data
time series .
Penelitian ini mengunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang bersangkutan tetapi berasal dari lembaga pengumpul data. Data sekunder yang digunakan adalah data keuangan tahunan dan data saham yang diperoleh dari dari situData yang digunakan dalam penelitian ini adalah pooling data, yaitu gabungan dari data cross section dan
Jenis Data
positif pada tahun IPO dan satu tahun pasca IPO..
and tax ), EBT (Earning Before Tax ) dan EAT (Earning After Tax)
3. Perusahaan tersebut mempunyai nilai EBIT (Earning before interest
2. Perusahaan tersebut mempunyai data penelitian pada tahun IPO dan satu tahun pasca IPO.
1. Perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2010 dan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun IPO dan satu tahun pasca IPO.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.
(EVA) merupakan alat ukur kinerja masa lalu suatu perusahaan yang berarti EVA dapat mengambarkan kondisi perusahaan. Dengan melihat EVA para investor dapat memprediksi kondisi kinerja masa yang akan datang atau mengharapkan suatu kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang hal ini dapat dilihat berupa respon terhadap harga saham di pasar yang merupakan komponen dari Market value
Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007- 2010 yaitu 22 perusahaan pada tahun 2007, 19 perusahaan pada tahun 2008, 13 perusahaan pada tahun 2009 dan 23 perusahaan pada tahun 2010 dengan total populasi 77 perusahaan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Desain Penelitian ini adalah desain penelitian asosiatif kausal. Desain penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan satu variabel dengan variabel lainnya atau satu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini akan diuji pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO).
berpengaruh signifikan terhadap Market
1 : Economic Value Added (EVA)
Menurut Sugiyono (2010:93) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H
Hipotesis Penelitian
umum EVA dapat memberikan pengaruh terhadap MVA.
Added (MVA). Sehingga pada kondisi
Variabel independen disebut juga variabel bebas dimana variabel ini dapat mempengaruhi variabel secara bebas atau mempengaruhi secara positif maupun negatif. Variabel independen pada
Salbiah, Andika Jaka Asmara: Pengaruh Economic Value Added (EVA) …
penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA.
Variabel Dependen
Variabel Dependen disebut juga variabel terikat yang berarti variabel ini dipengaruhi variabel independen. Dalam penelitian ini Market Value Added (MVA) yang menjadi variabel dependen.
Market Value Added
(MVA) merupakan dengan mencari selisih antara nilai pasar ekuitas dengan total ekuitas saham biasa. Atau dapat dihitung dengan rumus :
Uji heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan mengunakan uji glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen Gujarati dalam (Ghozali,2011:142) dengan persamaan regresi :
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskesdatisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot dengan dasar analisis.
MVA = (Saham yang Beredar × Harga Saham) – Total Ekuitas Saham Biasa Metode Analisis Data
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011:160) “bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jum lah sampel kecil.”
Uji Heterokedastisitas
Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan minimum yang kemudian menjadi sebuah informasi yang jelas dan dapat dipahami.
Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini, metode analisis yang dilakukan dengan analisis statistik dan mengunakan software SPSS versi 19 (Statistical Product and Services Solution). Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
| Ut| = + Xt + vt
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011:110) Uji Autokorelasi ini bertujuan “untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t- 1 (sebelumnya)”.
Autokorelasi dapat terjadi pada observasi yang menggunakan runtut waktu (time
series ) dimana penggangu dari data pada
periode sebelumnya akan berpengaruh terhadap data pada periode berikutnya. Model regresi yang baik harus terbebas dari adanya autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW test).
Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian Hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi liner sederhana. Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap satu variabel dependen. Hasil dari analisis regresi linear sederhana berupa koefisien untuk variable independen. Persamaan regresi linear sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = + X + e Keterangan : Y = Market Value Added = konstanta = koefisian regresi dari variabel independen X = Economic Value Added e = error
Uji Heterokedastistas bertujuan “untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas” (Ghozali, 2011:139).
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 3, Juli 2012 Koefisien Determinasi (R²)
1E12 Valid N (listwise)
N Mini mum Maxi mum Mean Std.
Deviat ion EVA 68 -
4.32 E9
2.32 E12 1.7280 E11 4.1051
4E11 MVA 68 -
7.44 E11
2.97 E13 4.8093 E12 6.5432
68 Sumber : Data diolah oleh penulis (2012)
Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskriptif dari sampel disajikan sebagai berikut:
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 68, yang dapat dilihat dari nilai N.
Economic Value Added (EVA)
EVA dalam penelitian itu dihitung dengan membandingkan Net Operating
After Tax (NOPAT) dengan Capital Charge
atau biaya modal yang dikeluarkan perusahaan .
Market Value Added (MVA)
MVA dalam penelitian itu dihitung dengan membandingkan antara nilai buku ekuitas saham biasa dengan nilai pasar saham biasa yang beredar.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive StatisticsAnalisis Hasil Penelitian Statistik Deskriptif
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2011:97). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan koefisien determinasi mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Menurut Ghozali (2011:98) “uji statsitik t pada dasarnya menunjukkan
Offering (IPO) pada tahun 2007-2010.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari situtahun 2007-2011. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan Initial Public
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian
diterima untuk = 5%.
1
0,05 maka Ho ditolak dan H
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan model persamaan regresi linear sederhana yang bertujuan mengetahui pengaruh variabel bebas atau variabel independen terhadap variabel terikat atau dependen. Analisis data dimulai dengan mengumpulkan data serta mengolah data mengunakan microsoft Excel 2007, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan mengunakan regresi linear sederhana. Pengujian asumsi klasik dan regresi linear sederhana dilakukan dengan software SPSS 19.
Jika t
1 ditolak untuk = 5%.
dan probitabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan H
tabel
< t
Dengan ketentuan sebagai berikut : Jika t hitung
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji: Ho : = 0, artinya EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap MVA H1 : ≠ 0, artinya EVA berpengaruh signifikan terhadap MVA.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan mengunakan metode purposive sampling dengan kriteria tertentu.berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, terdapat sejumlah 34 perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2007-2010 yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati selama 1 tahun setelah IPO.
hitung > t tabel dan probitabilitas >
Salbiah, Andika Jaka Asmara: Pengaruh Economic Value Added (EVA) … Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Hasil uji t pada menerangkan bahwa konstanta sebesar 12.44 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel independen (EVA=0) maka Market Value Added (EVA) sebesar 12,444 dan tabel 4.7 juga menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Market Value
54,4 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independent tersebut.
Value Added (EVA) sedangkan sisanya
bearti 46,6 % variabel Market Value Added (MVA) dapat dijelaskan oleh Economic
Value Added (MVA) sebesar 0,466 yang
Hasil pengolahan data mengunakan program SPSS sebelumnya menunjukkan nilai Adjust R Square terhadap Market
Pembahasan Hasil Penelitian
yang diperoleh dari Microsoft Excel, dengan rumus TINV(0.05,63) sebesar 1,99834 yang berarti t hitung > nilai tabel (7,475 > 1,99834) dan nilai = 0,644 menunjukan bahwa EVA memiliki hubungan positif terhadap MVA.
tabel
signifikansi pada tabel 4.7 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Perbandingan nilai t hitung dengan t tabel juga menunjukan bahwa EVA berpengaruh terhadap MVA dimana nilai t hitung sebesar 7,475 dan nilai
Added (MVA). Hal ini terlihat dari
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik yang terdiri dari histrogram dan Normal Probanility Plot. Hal menunjukkan bahwa distribusi residual yang tidak normal, hal ini ditunjukan oleh grafik histrogram yang terlalu menurun dengan (landai) ke arah kiri (skewness), sedangkan kearah kanan tidak demikian.
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Berikut adalah hasil perhitungan koefisien determinasi hipotesis.
Pengujian Hipotesis Penelitian Koefisien Determinasi (R²)
dengan mengunakan pengujianan DW ditunjukan pada tabel berikut:
Watson (DW). Hasil uji autokorelasi
Dalam uji autokorelasi ini kita dapat menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan-kesalahan penganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokeralasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin
Uji Autokorelasi
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan mengunakan uji glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln). Setelah dilakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln), jumlah sampel (N) berkurang akibat proses penormalan data, yaitu dari 68 menjadi 64 sampel. Berikut hasil uji normalitas setelah data di uji ulang. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
Data tidak terdistribusi normal disebabkan sampel yang digunakan terdiri dari beberapa kelompok perusahaan yang berbeda sehingga data mempunyai fluktasi data yang tidak stabil sehingga menimbulkan banyak angka yang bias.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh bahwa Economic Value Added (EVA)
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 3, Juli 2012
Berdasarkan uji asumsi klasik yang dilakukan menunjukan distribusi data yang normal begitu pula dengan uji asumsi klasik lainnya yaitu uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan penyimpangan dari uji asumsi klasik dan berdasarkan hasil analisis statistik dan uji t terhadap seluruh data, maka dapat disimpulkan bahwa H diterima. Hasil menunjukan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan terhadap
Bagi manajemen perusahaan 1.
Berdasarkan pada hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : a.
SARAN
3. Penelitian ini hanya mengunakan indikator EVA dan MVA saja sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan tanpa mengunakan indikator pembanding sehingga kondisi kinerja keuangan perusahaan tidak dapat diketahui dengan pasti.
2. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya menganalisis perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010 dengan jumlah populasi 77 perusahaan dan jumlah sampel 34 perusahaan dengan n observasi sebanyak 64.
Referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk menunjang proses penelitian, sehingga terdapat banyak kekurangan dalam mendukung teori dan latar belakang masalah.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbasan yang dimiliki antara lain sebagai berikut : 1.
Keterbatasan
(IPO) dan berdasarkan uji Koefisien determinasi (R²) diketahui bahwa EVA mampu mempengaruhi MVA sebesar 46,6 % sedangkan sisanya 54,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti. Hal ini berarti jika kinerja suatu perusahaan mengalami penurunan maupun peningkatan yang dicerminkan oleh Economic Value Added (EVA) akan berdampak pada nilai pasar perusahaan yang dicerminkan oleh MVA yang merupakan harapan atau ekseptasi dari investor terhadap kinerja masa yang akan datang suatu perusahaan.
Offering
perusahaan yang melakukan Initial Public
Market Value Added (MVA) pada
KESIMPULAN
berpengaruh secara signifikan terhadap
Perbedaan hasil penelitian ini dengan Prakasa (2007) hal ini disebabkan pada saat penelitian tersebut pasar modal yaitu BEI tidak memiliki efisiensi pasar modal dan perbedaan hasil penelitian dengan Hartini (2009) disebabkan pada penelitiannya Hartini hanya mengunakan sampel satu perusahaan.
berpengaruh signifikan atau berkorelasi terhadap Market Value Added (MVA) dan hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian Hartini (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara nilai EVA dan MVA, namun sifatnya tidak selalu searah.
Economic Value Added (EVA) tidak
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Prakarsa (2007) yang menyatakan bahwa
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Ramana (2003), Airlangga (2009) dan Vitasari (2011) yang menyatakan bahwa EVA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA