IPM Kota Jayapura Thn 2014

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1

Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM …………… 17 Tabel 3.1

Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun 2011-2013 …………………… 32

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1

Data Indeks Pembangunan Manusia di Papua ………....…… 8 Gambar 2.2

Model Penggunaan Alat Hubung Input dan Output …..…..…. 10 Gambar 2.3

Pendekatan dari ”Atas ke Bawah ” ……………………….….…. 11 Gambar 2.4

Pendekatan dari ”Bawah Ke Atas” ..……………….………..….. 12 Gambar 2.5

Pendekatan Kombinasi Top Down dan Bottom up Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura ...................................

13 Gambar 3.1

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura Tahun 2009-2013................................................................................

20 Gambar 3.2

Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2013 ......................................................

22 Gambar 3.3

Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota Jayapura Tahun 2013 ................................................................................

23 Gambar 3.4

Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura Tahun 2009-2013 ..................................................................................

24 Gambar 3.5

Angka Melek Huruf Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2013 ......................................................

25 Gambar 3.6

Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun 2009-2013 ..................................................................................

26 Gambar 3.7

Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2013 .................................................................

27 Gambar 3.8

Pencapaian Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun 2013 ...................................................................................

Gambar 3.9 Perkembangan PPP Kota Jayapura Tahun 2009-2013.. ........... 29 Gambar 3.10 Pencapaian PPP Kota Jayapura Tahun 2013 ...........................

30 Gambar 4.1

Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun 2013 ....................... 35 Gambar 4.2

Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2013 ............. 36 Gambar 4.3

Angka Melek Huruf Penduduk Kota Jayapura Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 .....................................................

39 Gambar 4.4

Sebaran Penduduk Kota Jayapura Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ..................................

41 Gambar 4.5

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Jayapura Tahun 2013 42 Gambar 4.6

Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kota Jayapura Tahun 2013 ................................................................................

43 Gambar 4.7

Sebaran Lapangan Usaha Pada Penduduk yang Bekerja di Kota Jayapura Tahun 2012 dan 2013 .......................................

43 Gambar 4.8

Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Kota Jayapura Tahun 45 2013 ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana, namun seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang berorientasi pada hal- hal yang bersifat materi.

Paradigma pembangunan manusia mengandung 4 (empat) komponen utama :

a. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpatisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan manusia.

b. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan. Sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang yang sama.

c. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua sumber daya harus dapat diperbaharui.

d. Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dalam proses aktifitasnya.

Penyertaan konsep pembangunan manusia dalam kebijakan-kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mencegah perusakan lingkungan. Namun, perbedaannya adalah bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua tujuan tersebut diatas diletakkan dalam kerangka untuk memperluas pilihan- pilihan bagi manusia.

Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan ke dalam perumusan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Human Development Report (HDR) global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia yaitu berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun komponen- komponen dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi ; Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge) dan Standar Hidup (decent living). Untuk

gambaran tentang pembangunan manusia di Kota Jayapura, maka disusunlah publikasi “Indeks

memperoleh

Pembangunan Manusia (IPM) dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura tahun 2014 ”, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan di Kota Jayapura.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota Jayapura. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumberdaya manusia di Kota Jayapura, termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan manusia.

Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi :

a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kota Jayapura.

b. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan manusia di Kota Jayapura.

c. Diperolehnya gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan manusia (IPM) dan indikator-indikator sosial lainnya di Kota Jayapura.

d. Terumuskannya implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai masalah yang merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan pembangunan manusia.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :  Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang

meliputi ; lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup (decent living).

 Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait dengan IPM, meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi.  Pengukuran besaran angka IPM Kota Jayapura.  Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura.

 Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan besaran angka IPM yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan manusia di Kota Jayapura.

1.3.2. Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian mencakup wilayah di Kota Jayapura.

1.4. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN (TERMINOLOGI)

 Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lama hidup, pendidikan dan standar hidup.  Indeks Harapan Hidup, salah satu dari komponen IPM. Nilai ini berkisar antara 0 – 100.  Indeks Pendidikan, Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah.  Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli (PPP) yang disesuaikan dengan rumus atkinson.  Angka Harapan Hidup (e o ), perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada pola mortalitas menurut umur.  Angka Melek Huruf, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.

 Partisipasi Sekolah, proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, dan 16-18) yang masih duduk di bangku sekolah)

 Rata-rata Lama Sekolah(RLS), menggambarkan lamanya penddidikan yang ditempuh, dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan.  Partisipasi Angkatan Kerja, menggambarkan persentase penduduk yang membutuhkan pekerjaan (aktif secara ekonomis) atau memberi gambaran seberapa besar keterlibatan penduduk dalam ekonomi produktif.

 Kontribusi Sektor perekonomian dalam Penyerapan Tenaga Kerja, adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui andil setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja.

BAB II DATA DAN METODOLOGI

Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan keputusan, kualitas keputusan sangat tergantung kepada informasi yang mendasarinya. Oleh karena itu perencana pembangunan harus memberikan perhatian yang memadai terhadap masalah pengumpulan dan penyajian informasi untuk keperluan perencanaan. Walaupun demikian perlu diingat bahwa pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.

2.1. BASIS DATA PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1.1. Sumber Data

Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang berguna bagi perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau informasi yang memberikan gambaran keadaan sebenarnya (represent reality). Oleh karena itu perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data serta kualitas data yang dikumpulkan. Perencana pembangunan manusia juga harus dapat memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan melalui sensus dan survey maupun yang diperoleh dari instansi-instansi terkait terutama yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, perumahan dan sanitasi, dan pengeluaran rumah tangga.

Informasi yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan manusia dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencana harus menyadari bahwa kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring dan evaluasi yang lebih baik.

2.1.2. Data Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Sehingga untuk penyusunan IPM diperlukan data derajat kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat (gambar 2.1).

Dalam pe nyusunan publikasi “Indikator Pembangunan Manusia dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura Tahun 2014 ” digunakan tiga jenis data diatas diperoleh dari kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tahun oleh BPS.

Survei tersebut merupakan kegiatan pengumpulan data yang mencakup berbagai aspek sosial dan ekonomi yang cukup kompleks. Susenas mengumpulkan berbagai informasi seperti kependudukan, kesehatan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga, dan perumahan serta lingkungan.

2.2. PENDEKATAN IPM SEBAGAI PENUNJANG PEMBANGUNAN MANUSIA

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). UNDP sejak tahun 1990 menggunakan IPM untuk mengukur laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia.

2.2.1. Pendekatan Pemanfaatan IPM dalam Pembangunan Manusia

Model sebagaimana pada gambar 2.2 dibawah menggambarkan mekanisme hubungan antara input-proses-output (IPO), dalam hal ini adalah kebijakan daerah berupa penetapan komposisi alokasi anggaran daerah per sektor / program dalam RAPBD. Sedangkan output dalam model ini diwujudkan dalam tiga parameter IPM.

Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan sebagai alat perencanaan (planning tools ) tetapi merupakan “outcome” atau hasil dari suatu proses perencanaan. Sekalipun IPM bukanlah sebagai alat perencanaan, namun dapat dimanfaatkan untuk menjadi arahan bagaimana anggaran pembangunan daerah seyogyanya dialokasikan agar mampu Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan sebagai alat perencanaan (planning tools ) tetapi merupakan “outcome” atau hasil dari suatu proses perencanaan. Sekalipun IPM bukanlah sebagai alat perencanaan, namun dapat dimanfaatkan untuk menjadi arahan bagaimana anggaran pembangunan daerah seyogyanya dialokasikan agar mampu

Untuk menghubungkan antara faktor input (RAPBD) di satu sisi dan faktor output (tiga parameter IPM), dalam proses perencanaannya untuk model ini memerlukan sebuah alat dalam bentuk worksheet (lembar kerja) yang dengan mudah digunakan melalui pemanfaatan komputer dan perangkat lunaknya dalam bentuk program aplikasi.

Gambar 2.2 Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output

Implementasi model diatas dalam perencanaan pembangunan manusia, dapat diaplikasikan melalui tiga alternatif metode, yaitu :

1. Top down approach Pendekatan ini (lihat gambar 2.3), bertitik tolak dari target peningkatan IPM yang ditetapkan masing-masing daerah. Berangkat dari target tersebut kemudian disusunlah rancangan alokasi sektor-sektor APBD dengan menggunakan alat/instrument perencanaan dalam bentuk „worksheet” yang mudah digunakan dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan worksheet ini rencana komposisi alokasi setiap sektor pembangunan dalam proses penyusunannya dapat diubah-ubah hingga angka IPM yang ditargetkan secara perhitungan dapat dicapai.

Gambar 2.3

Pendekatan dari “Atas ke Bawah” (Top down approach)

2. Bottom up approach

Pendekatan ini (gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan yang pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah dengan Pendekatan ini (gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan yang pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah dengan

Gambar 2.4 Pendekatan dari “Bawah ke Atas” (Bottom-up approach)

3. Hybrid approach

Pendekatan ini (gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi IPM yang ditargetkan dan sisi komposisi anggaran per sektor daerah yang dialokasikan. Keseimbangan antara dua sisi tersebut merupakan perencanaan yang realistis.

Gambar 2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up (Hybrid approach)

Dalam proses pengembangan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah, masih terbuka adanya berbagai masukan penyempurnaan. Upaya pemantapan model ini akan diteruskan melalui tahapan-tahapan rencana pengembangan, yang di pusat dilaksanakan Ditjen Bangda bekerjasama dengan BPS dan UNDP, sedangkan di daerah dikoordinasikan oleh BP3D.

2.2.2. Konsep Perhitungan IPM

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index (HDI). IPM merupakan Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index (HDI). IPM merupakan

1. Usia Hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

2. Pengetahuan

Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua diakui kurang sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data Instansional . Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis yang kemudian membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus. Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

3. Standar Hidup Layak

Selain usia hidup dan pengetahuan, unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional, UNDP memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak.

Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai

Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus:

Dimana E(I,j)

: Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-I P(9,j)

: Harga komoditi j Q(I,j)

: Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-I Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan

untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana :

D = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit Z

= Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan garis kemiskinan)

2.2.3. Tahapan Perhitungan IPM

Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut :  Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing

komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan= X2 dan Standar Hidup Layak = X3)

Indeks (Xi) = (Xi – Xmin)/(Xmaks – Xmin)

Dimana : Xi : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3 Xmin : Nilai minimum Xi

Xmaks : Nilai Maksimum Xi

Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM

NILAI

NILAI

INDIKATOR CATATAN

MAKSIMUM

MINIMUM

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf

0 Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata Lama Sekolah

15 0 Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita

300.000 (1996) UNDP menggunakan GDP per

Yang disesuaikan 360.000 (1999) kapita riil yang disesuaikan Sumber: Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenasn, UNDP)

 Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan rumus:

Indeks Pembangunan Manusia

= 1/3 ∑ Xi

= 1/3 ((X(1) + X(2) + X(3))

dimana :

X(1) : Indeks Angka Harapan Hidup X(2)

: 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama Sekolah) X(3)

: Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan

 Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.

r = { (IPM t+n – IPM t )/(IPM ideal – IPM t ) x 100 } 1/n

Dimana: IPMt : IPM pada tahun t IPM t+n

: IPM pada tahun t+n IPM ideal : 100

2.2.4. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut :  Tinggi

: IPM lebih dari 80,0

 Menengah Atas

: IPM antara 66,0 – 79,9

 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9  Rendah

: IPM kurang dari 50,0

BAB III INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA

3.1 SITUASI INDIKATOR-INDIKATOR UTAMA IPM KOTA JAYAPURA

3.1.1 Angka Harapan Hidup (e0)

Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka Harapan Hidup. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah.

Gambar 3.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura Tahun 2009 - 2013

Angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura pada tahun 2013 adalah sebesar 68,77 tahun. Artinya, secara rata-rata penduduk Kota Jayapura diharapkan dapat hidup hingga usia 68 tahun 9 bulan. Diagram garis pada gambar

3.1 menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013, angka harapan hidup Kota Jayapura tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2012. Adanya Peningkatan angka harapan hidup lima tahun terakhir menggambarkan bahwa kualitas fisik penduduk Kota Jayapura dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Angka harapan hidup erat kaitannya dengan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan sehingga peningkatan angka harapan hidup merupakan indikasi yang positif bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura dari tahun ke tahun memberikan dampak yang positif bagi penduduk Kota Jayapura.

Untuk lebih memacu upaya pemerintah Kota Jayapura dalam meningkatkan angka harapan hidup penduduknya, perlu diamati kedudukan Kota Jayapura dibanding dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua dalam hal pencapaian angka harapan hidup. Pada gambar 3.2 terlihat bahwa angka harapan hidup penduduk Kabupaten Mimika sebesar 70,88 tahun lebih besar 2,11 tahun dari angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura tidak lebih baik daripada Kabupaten Mimika.

Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa pemerintah Kota Jayapura perlu mengadakan kajian bersama atau studi banding ke Kabupaten/Kota lainnya yang telah berhasil mencapai angka harapan hidup yang lebih tinggi di banding Kota Jayapura. Upaya tersebut bertujuan agar penduduk Kota Jayapura dapat lebih mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat.

Gambar 3.2 Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua 2013

Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura terhadap standar global menurut UNDP, dapat dilihat pada gambar 3.3. UNDP mematok Standar global untuk angka harapan hidup penduduk adalah 85 tahun. Artinya, UNDP memasang target kualitas fisik penduduk sehingga rata-rata dapat bertahan hidup sampai usia 85 tahun. Dengan Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura terhadap standar global menurut UNDP, dapat dilihat pada gambar 3.3. UNDP mematok Standar global untuk angka harapan hidup penduduk adalah 85 tahun. Artinya, UNDP memasang target kualitas fisik penduduk sehingga rata-rata dapat bertahan hidup sampai usia 85 tahun. Dengan

Jika dilihat perkembangan indeks pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global dari tahun 2009 hingga tahun 2013, rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen per tahun. Hal ini berarti terjadi peningkatan kinerja yang positif bagi pemerintah daerah khususnya di bidang kesehatan. Sehingga, untuk dapat lebih cepat mencapai sumber daya manusia yang berkualitas dari segi kesehatan dirasa perlu adanya pemerataan pembangunan manusia di bidang kesehatan. Misalnya, dengan meningkatan kualitas/kuantitas fasilitas kesehatan di daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya masih kurang memadai seperti di Distrik Muara Tami dan kampung-kampung yang jarak jangkauan terhadap fasilitas kesehatannya masih terbilang jauh.

Gambar 3.3 Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota

Jayapura Tahun 2013

85 Max

68,77 Pencapaian

Min

Namun, jika dibandingkan dengan indikator lain, pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global UNDP dari tahun ke tahun merupakan pencapaian yang paling lambat.

3.1.2 Angka Melek Huruf

Unsur utama IPM lainnya adalah indikator pendidikan yang terdiri dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf dalam unsur IPM menunjukkan kemampuan membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun keatas. Kemampuan ini dikaji karena kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Gambar 3.4 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura

Tahun 2009 - 2013

Gambar 3.5 Angka Melek Huruf Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di

Propinsi Papua Tahun 2013

M Capaian angka melek huruf di Kota Jayapura cukup tinggi, pada tahun

2013. Angka melek huruf Kota Jayapura adalah sebesar 99,86 persen atau hanya 0,14 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. Tingginya angka melek huruf di Kota Jayapura adalah output dari keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan.

Dari gambar 3.4 terlihat adanya peningkatan angka melek huruf dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan sebanyak 0,77 persen dari tahun 2009 hingga tahun 2013, dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,15 persen per tahun.

Angka melek huruf di Kota Jayapura menduduki posisi pertama diantara Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Dalam hal ini pemerintah Kota Jayapura cukup menjaga kesinambungan keberhasilan program pengentasan buta aksara dengan memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus sehingga Angka melek huruf di Kota Jayapura menduduki posisi pertama diantara Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Dalam hal ini pemerintah Kota Jayapura cukup menjaga kesinambungan keberhasilan program pengentasan buta aksara dengan memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus sehingga

3.1.3 Rata-Rata Lama Sekolah

Unsur kedua indikator pendidikan dalam penghitungan IPM adalah rata- rata lama sekolah. Unsur ini digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk suatu daerah.

Gambar 3.6 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun 2009 - 2013

Pada tahun 2013 angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura sebesar 11,07 tahun. Angka rata-rata lama sekolah sebesar 11,07 diartikan bahwa rata- rata penduduk di Kota Jayapura telah mengenyam pendidikan hingga kelas 2

SMU/Sederajat. Angka ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah Kota Jayapura telah berhasil menuntaskan program wajib belajar 9 Tahun.

Sama kondisinya dengan capaian angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura menduduki peringkat pertama diantara Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Papua. Berdasarkan informasi pada gambar

3.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya terdapat 4 Kabupaten/Kota yang telah berhasil dalam program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kabupaten/Kota yang dimaksud antara lain Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Biak Numfor.

Gambar 3.7 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2013

y J e ng a limo nc o g n Ja e a p PA

e rope

up

du

kN

Ke

mo

TY

ia

nc

ra

a nt I J

B Pu

B ng

L mo ta

e mb

e ra Ko

g u nu

mb a

Pe

Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka rata-rata lama sekolah terhadap standar global yang telah ditetapkan oleh UNDP dapat dilihat pada gambar 3.8

Standar global yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun atau setara dengan tingkat diploma 3 pada jenjang perguruan tinggi. Pada tahun 2013, pencapaian angka rata-rata lama sekolah Kota Jayapura terhadap standar global UNDP adalah sebesar 73,8 persen atau naik 0,1 persen dibanding tahun 2012. Selama 5 tahun terakhir, rata-rata peningkatan indeks pencapaian rata-rata lama sekolah sebesar 0,28 persen per tahun. Tingginya indikator pendidikan di Kota Jayapura dapat dipertahankan jika pemerintah tetap serius dalam menangani program pembangunan di sektor pendidikan, dan pembangunan di sektor penunjangnya yaitu sektor kesehatan dan ekonomi.

3.1.4 Pengeluaran Riil Yang disesuaikan

Unsur ketiga dalam IPM adalah indikator standar hidup layak yang diwakili oleh Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli masyarakat. Pada tahun 2013 daya beli penduduk Kota Jayapura untuk dapat memenuhi standar hidup yang layak adalah sebesar Rp 650.990,- . Kemampuan daya beli masyarakat Kota Jayapura mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai perkembangan PPP 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.9.

Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup layak, maka dibuatlah indeks dimana cara penghitungannya telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Hasil perhitungan indeks daya beli pada tahun 2013 adalah Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup layak, maka dibuatlah indeks dimana cara penghitungannya telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Hasil perhitungan indeks daya beli pada tahun 2013 adalah

Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu apakah dari segi jumlah persediaan barang/jasa yang lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan oleh para pengguna barang/jasa tersebut, dari segi rendahnya tingkat kemampuan penduduk untuk memproduksi barang/jasa yang dibutuhkannya, dari Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu apakah dari segi jumlah persediaan barang/jasa yang lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan oleh para pengguna barang/jasa tersebut, dari segi rendahnya tingkat kemampuan penduduk untuk memproduksi barang/jasa yang dibutuhkannya, dari

3.2 INDEKS KOMPOSIT : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA JAYAPURA

Setelah dihitung indeks dari ketiga unsur utama pembentuk IPM dan digabungkan dengan rumus tertentu akan diperoleh angka IPM. Perkembangan angka IPM, memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah.

Dari agregat ketiga indikator tunggal penyusun IPM Kota Jayapura yang telah dibahas sebelumnya diperoleh angka IPM Kota Jayapura pada tahun 2013 sebesar 77,12. IPM tahun 2013 terdiri dari indeks kesehatan (e 0 ) yaitu sebesar 72,95; indeks pendidikan (gabungan angka melek huruf dan rata-rata pendidikan) sebesar 91,17 dan indeks decent living(PPP) sebesar 67,25. Dari ketiga indeks yang menyusun IPM terlihat bahwa indeks pendidikan adalah indeks yang paling menonjol, hal ini berarti untuk menaikkan angka IPM Kota Jayapura, pemerintah Kota Jayapura sebaiknya lebih memprioritaskan terhadap program kesehatan dan program di bidang ekonomi.

Pencapaian angka IPM pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 yaitu sebesar 76,64 bertambah 0,48 point. Peningkatan tersebut Pencapaian angka IPM pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 yaitu sebesar 76,64 bertambah 0,48 point. Peningkatan tersebut

Tabel 3.1 Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun 2010-2012

Komponen IPM

1. Angka Harapan Hidup (Tahun)

68,77 68,77 2. Melek Huruf (%)

99,84 99,86 3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

4. Pengeluaran Riil yang Disesuaikan 641.780

Dengan capaian IPM 77.12, maka Kota Jayapura menurut Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa(PBB) berkategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas yaitu capaian IPM di antara 66 – 79.9.

3.3 REDUKSI SHORTFALL

Reduksi shortfall digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu. Reduksi shortfall per tahun (annual reduction in shortfall) menunjukkan perbandingan antara pencapaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100).

Selama periode 2012-2013, reduksi shortfall menunjukkan angka 2,08. Hal ini berarti bahwa pembangunan manusia pada tahun 2013 telah memperpendek jarak tempuh IPM tahun lalu menuju IPM Ideal sebanyak 2,08 persen.

BAB IV ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA

4.1 Indikator Kependudukan

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

4.1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi BPS Kota Jayapura sebanyak 272.544 jiwa, yang terdiri dari 143.848 laki-laki dan 128.696 perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak 64.209 rumah tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 65.231 jiwa. Kelompok usia 20-29 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah, sehingga wajar sebagai ibukota propinsi, Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Jayapura yaitu sebesar 44,93 yang artinya, secara rata- Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi BPS Kota Jayapura sebanyak 272.544 jiwa, yang terdiri dari 143.848 laki-laki dan 128.696 perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak 64.209 rumah tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 65.231 jiwa. Kelompok usia 20-29 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah, sehingga wajar sebagai ibukota propinsi, Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Jayapura yaitu sebesar 44,93 yang artinya, secara rata-

Gambar 4.1 Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun 2013 65+

60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14

Gambaran distribusi penduduk pada setiap distrik di Kota Jayapura dapat dilihat pada gambar 4.2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Distrik Abepura (77.570 jiwa) kemudian diikuti Distrik Jayapura Selatan (71.178 jiwa). Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Distrik Muara Tami (11.869 jiwa).

Gambar 4.2 Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2013

MUARA TAMI

ABEPURA

HERAM

JAYAPURA SELATAN

JAYAPURA UTARA

4.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang terjadi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan persentase. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata besarnya perubahan jumla penduduk yang terjadi setiap tahunnya yang dinyatakan dengan persentase.

Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: Pn

: Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po

: Jumlah penduduk pada tahun dasar n

: Jumlah tahun antara tahun dasar dan tahun ke-n r

: Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

Laju pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,58 persen dibandingkan dengan tahun 2012 . Artinya, dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2012, penduduk Kota Jayapura bertambah sebanyak 1,58 persen.

4.1.3 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah Penduduk Laki-laki

Sex Ratio =

X 100

Jumlah Penduduk Perempuan

Rasio jenis kelamin Kota Jayapura tahun 2013 yaitu 111,77 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 112 penduduk laki-laki atau pada setiap 10 perempuan terdapat 11 orang laki-laki.

4.1.4 Rata-rata Anggota Rumah Tangga

Rata-rata anggota rumah tangga merupakan suatu indikator untuk menunjukkan rata-rata muatan suatu rumah tangga. Angka ini dapat digunakan sebagai acuan apakah keluarga di suatu daerah masih merupakan keluarga besar atau sudah merupakan keluarga kecil. Angka rata-rata anggota rumah tangga ini diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dengan banyaknya rumah tangga. Rumus yang digunakan adalah:

Banyaknya Penduduk

Rata-rata ART = Banyaknya Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2013 sebanyak 64.209 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 4,24 jiwa. Artinya, secara rata-rata terdapat 4 sampai dengan 5 anggota rumah tangga pada setiap rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2013.

4.2. INDIKATOR PENDIDIKAN

4.2.1 Angka Melek Huruf

Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bertambahnya angka melek huruf. Angka melek huruf merupakan bagian dari indikator kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis. Kemampuan baca tulis merupakan pengetahuan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai hidup sejahtera.

Bahasan pada sub bab ini merupakan materi yang memperkuat analisis indikator angka melek huruf. Dihubungkan pula dengan tujuan MDG‟s, maka dalam sub bab ini akan membahas angka melek huruf pada penduduk berusia sepuluh 10-44 tahun.

Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk penduduk berusia 15-24 tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya program pendidikan. Pemerintah mematok angka pencapaian sebesar 95 persen untuk angka melek huruf. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa Angka melek huruf sudah lebih dari 95 persen pada semua kelompok usia. Bahkan, semua penduduk pada kelompok umur 20-24 tahun telah memiliki kemampuan baca dan tulis. Namun, pada kelompok umur 15-19 tahun masih terdapat sekitar 0,7 persen penduduk yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Jika Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk penduduk berusia 15-24 tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya program pendidikan. Pemerintah mematok angka pencapaian sebesar 95 persen untuk angka melek huruf. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa Angka melek huruf sudah lebih dari 95 persen pada semua kelompok usia. Bahkan, semua penduduk pada kelompok umur 20-24 tahun telah memiliki kemampuan baca dan tulis. Namun, pada kelompok umur 15-19 tahun masih terdapat sekitar 0,7 persen penduduk yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Jika

Dapat disimpulkan bahwa target pemerintah untuk angka melek huruf di Kota jayapura telah tercapai mengingat target yang dipatok pemerintah adalah 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan dirasa cukup berhasil. Namun, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dengan harapan dapat tercapainya kualitas sumber daya manusia yang optimal di Kota Jayapura.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktifitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktifitas seseorang dalam bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masih berhubungan dengan hasil rata-rata lama sekolah, indikator yang menunjukkan adanya peningkatan rata-rata lama sekolah adalah persentase penduduk yang berijazah SMU ke atas. Persentase pemilikan ijazah tertinggi minimal SMU/sederajat pada tahun 2013 adalah 59,21 persen. Gambaran mengenai distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada gambar 4.4.

4.3. INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

4.3.1. Angkatan Kerja

Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Setiap upaya pembangunan kemudian selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Setiap upaya pembangunan kemudian selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk yang sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 65,6 persen dari penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja Kota Jayapura cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga kerja yang besar pula agar angka pengangguran dapat lebih ditekan. Jika dianalisa menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan dengan TPAK perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi kuantitas, Kota Jayapura memiliki potensi angkatan kerja laki-laki yang cukup banyak, sehingga diperlukan adanya peningkatan kualitas agar mampu lebih produktif dalam mengisi pasar-pasar tenaga kerja.

4.3.2. Penduduk Bekerja Bila dibedakan menurut golongan umur, penduduk yang bekerja pada umumnya berumur 25-54 tahun yang merupakan usia prima (prime age) yaitu sejumlah 76,2 persen dari penduduk bekerja.

Persentase pekerja ditinjau menurut lapangan pekerjaan seperti dilihat pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sektor penduduk bekerja di Kota Jayapura bertumpu pada kesempatan kerja di sektor jasa, perdagangan, angkutan dengan nilai proporsi lebih dari 60 persen. Pada tahun 2013, penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan sebanyak 26,4 persen. Sementara itu, sebanyak 24,8 persen penduduk bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Mengingat Kota Jayapura sebagai ibukota Propinsi Papua juga sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi, sektor-sektor tersebut memberikan peluang terbesar diantara sektor-sektor yang ada untuk menyerap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan.

4.5. INDIKATOR KONSUMSI

4.5.1 Pengeluaran Penduduk menurut Jenis Komoditi

Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk konsumsi makanan masih relatif besar (mendekati 50%) dari total pengeluaran per kapita. Sebaliknya pada negara maju pengeluaran per kapita yang bersifat sekunder seperti aneka barang dan jasa yang mencakup pengeluaran untuk perawatan kesehatan, rekreasi, olah raga, pendidikan dan lain-lain, adalah merupakan bagian terbesar dari pengeluaran per kapita.

Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2013 pada gambar 4.8, rata- rata proporsi pengeluaran nonmakanan rumah tangga di Kota Jayapura selama 1 Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2013 pada gambar 4.8, rata- rata proporsi pengeluaran nonmakanan rumah tangga di Kota Jayapura selama 1

Jika ditilik lebih lanjut pada nilai pengeluaran perkapita per bulan, rata- rata pengeluaran perkapita perbulan untuk komoditi makanan adalah Rp432.786,00 dan untuk komoditi nonmakanan adalah Rp315.498,00. Sehingga, jika ditotal secara rata-rata pengeluaran penduduk Kota Jayapura pada tahun 2013 adalah Rp748.284,00. Hal ini berarti secara rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kota Jayapura ini masih di atas garis kemiskinan mengingat garis kemiskinan Kota Jayapura adalah Rp700.719,00 (Tahun 2013).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Indeks Pembangunan Manusia

 IPM Kota Jayapura Tahun 2013 sebesar 77,12 atau naik 0,48 point jika dibandingkan capaian IPM tahun 2012

2. Indikator Kependudukan

 Tahun 2013 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 1,58 persen dibandingkan tahun 2012.

 Jumlah penduduk Kota Jayapura Tahun 2013 adalah sejumlah 272.544 jiwa, yang terdiri dari 143.848 jiwa penduduk laki-laki dan 128.696 jiwa penduduk perempuan.

 Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2013 adalah 64.209 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 4 orang.

 Berdasarkan hasil penghitungan Dependency Ratio, secara rata-rata 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang penduduk usia tidak

produktif.

3. Indikator Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Kota Jayapura secara umum dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari :

 Target angka buta huruf pada penduduk berusia 15- 24 tahun ≥ 95 % dapat dicapai. Bahkan semua penduduk pada golongan umur 20-24 tahun dapat membaca dan menulis.

 Tingkat pendidikan penduduk 15 tahun ke atas pada umumnya telah menyelesaikan jenjang pendidikan SMP atau jenjang di atasnya yaitu sebanyak 80,21 persen. Hal ini sejalan dengan gambaran rata-rata lama sekolah penduduk Kota Jayapura sebesar 11,07 tahun yang berarti penduduk Kota Jayapura pada umumnya telah menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun atau jenjang SMP.

4. Indikator Ketenagakerjaan

 Kota Jayapura memiliki potensi angkatan kerja laki-laki lebih banyak dari pada angkatan kerja perempuan.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Kewenangan LPPOM MUI dalam penentuan sertifikasi halal pasca berlakunya uu no.33 tahun 2014

4 90 0

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6