Perjuangan Palestina Merdeka Intifada Ro

28-29

REPUBLIKA

SENIN, 11 AGUSTUS 2014

Reuters Photo

Perjuangan Palestina Merdeka:
Intifada, Roket, dan Surat Suara

Israel menjadikan warga Gaza sebagai kelinci percobaan senjata
barunya.

pemerintahan bersama. Pemerintahan transisi itu mempersiapkan penyelenggaraan pemilu presiden dan pemilu
legislatif pada 2012.
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengecam
kesepakatan itu, dan menyebutnya sebagai “ledakan kematian
bagi perdamaian, dan hadiah besar bagi terror”.

1 NOVEMBER 2006


I

srael kembali menggelar Operasi Awan Musim Gugur
(Operation Autumn Cloud). Pada operasi ini, Israel menembak
sebuah rumah di Beit Lahiya, membunuh 19 warga sipil, dan
melukai puluhan lainnya. Serangan ini mendapat reaksi keras
dari banyak kalangan. Israel dan Palestina kemudian sepakat
melakukan gencatan senjata, dan Israel menarik pasukannya
dari Jalur Gaza.

7 FEBRUARI 2012

H

8 FEBRUARI 2007

B

ila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga

awal tahun depan, Palestina akan menggelar
pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu
ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah
dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu. Namun, baru saja Fatah
dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer
yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir
dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya.
Berikut lika-liku perjuangan Palestina --satu-satunya
anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka-untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir:

1987-1991

P

ecah Intifada Pertama, yang dipicu pembantaian tentara
Israel atas rakyat Palestina di kamp pengungsi Jabaliya,
pada 9 Desember. Intifada adalah kebangkitan rakyat
sipil Palestina (juga pembangkangan kepada pemerintah
pendudukan Israel) melawan penjajah Israel. Peristiwa
pembantaian pengungsi di Jabaliya, dan berbagai peristiwa

lainnya, kemudian menghasilkan bentrok yang meluas di Tepi
Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Intifada pertama
berlangsung hingga 1991.

1987

H

ampir bersamaan dengan pecahnya Intifada pertama,
Hamas didirikan oleh Syekh Ahmad Yasin, Abdul Aziz
Ratissi, dan Mahmud Zahar. Hamas yang berafiliasi
dengan Ikhwanul Muslimin, bermarkas di Gaza.

1992

S
P

ayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Alqassam berdiri. Namanya dari tokoh nasionalis Palestina berpengaruh, yaitu Sheikh Izzuddin Alqassam.


20 JANUARI 1996

emilu untuk pertama kalinya digelar di wilayah
pendudukan Palestina, khususnya di Tepi Barat,
Yerusalem Timur, dan Jaluar Gaza. Pemilu ini untuk
memilih presiden Otoritas Palestina dan anggota parlemen.
Yasser Arafat, ketua PLO yang dicalonkan sebagai presiden
oleh Fatah, keluar sebagai pemenang pilpres dengan meraih
88,2 persen suara. Arafat mengalahkan kandidat presiden
dari kalangan independen, Samiha Khalil, yang hanya meraih
11,5 persen suara.
Dalam pemilu legislatif, Fatah meraih 55 dari 88 kursi,
atau 62,5 persen. Kursi selebihnya diraih oleh calon-calon
independen yang mewakili komunitas.
Pemilu pertama ini merupakan salah satu hasil yang
dicapai lewat kesepakatan Oslo III. Sistem pemilu yang
diterapkan saat itu, berdasarkan UU Pemilu 1995, adalah Block
Vote dan Open List. Wilayah Palestina saat itu dibagi dalam
16 distrik pemilihan, 11 di Tepi Barat, dan lima di Jalur Gaza.
Sebanyak 1.028.280 orang terdaftar sebagai pemilih, dan

736.825 orang (71,66 persen) menggunakan hak pilihnya.
Sebanyak 519 pemantau pemilu internasional dan 2000
pemantau lokal menilai pemilu pertama ini berlangsung
dengan bebas dan demokratis.

Summit pada 8 Februari 2005, di mana Presiden Palestina
Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Ariel Sharon sepakat
mengakhiri kekerasan.

9 MEI-15 AGUSTUS 2005

I

srael menarik tentaranya dari Jalur Gaza dan mengevakuasi warga Israel yang tinggal di Gaza. Ada 21 pemukiman Israel di Gaza. Selain itu, Israel juga mengevakuasi warga Israel dari empat pemukiman di Tepi Barat.
Penarikan tentara dan pengosongan pemukiman ini diambil menyusul penerapan kebijakan Perdana Menteri Ariel
Sharon yang terkenal dengan sebutan Disengagement Plan
atau Tokhnit HaHitnatkut dalam bahasa Ibrani, yang disetujui
oleh parlemen Israel (Knesset) pada Februari 2005, dengan
59 anggota mendukung, 40 menentang, dan 5 abstain. Selain
dikosongkan, sebagian pemukiman itu kemudian dihancurkan

oleh Israel.

9 AGUSTUS 2005

P

residen Mahmud Abbas mengumumkan pemilu legislatif akan digelar Januari 2006. Semula, pemilu legislatif
direncanakan digelar pada 17 Juli. Abbas menyatakan
pemilu legislatif akan tetap digelar, meskipun kondisi Gaza
saat itu belum benar-benar kondusif, bahkan Israel pun telah
memutuskan untuk mencegah warga Palestina di Yerusalem
Timur untuk ikut pemilu.

Lewat sistem parallel tersebut, caleg yang dipilih langsung
berjumlah 66, sedangkan yang ditentukan lewat daftar partai
juga 66. Dengan penerapan sistem parallel ini, lebih memungkinkan kalangan minoritas seperti kalangan Kristen dan
perempuan untuk terpilih. Bahkan, akomodasi terhadap
minoritas itu lebih besar lagi, sebab dari 66 caleg yang
ditentukan lewat daftar partai, sebanyak enam di antaranya
dipatok khusus untuk caleg Kristen yang ditentukan secara

proporsional berdasarkan wilayah.
Jumlah daerah pemilihannya tetap 16, yaitu Yerusalem,
Tubas, Tulkarm, Qalqiya, Salfit, Nablus, Jericho, Ramallah,
Jenin, Bethlehem, Hebron, Gaza Utara, Gaza City, Deir alBalah, Khan Yunis, dan Rafah. Enam kursi gratis untuk
kalangan Kristen itu antara lain dari Yerusalem (dua kursi),
Ramallah (1), Bethlehem (2), dan Gaza City (1).

30 JANUARI 2006

M

elihat Hamas menang, empat pihak (quartet) yaitu
Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan PBB,
menyatakan bahwa bantuan kepada otoritas Palestina
hanya akan dilanjutkan jika Hamas meninggalkan cara-cara
kekerasan, mengakui Israel, dan menerima kesepakatankesepakatan Israel- Palestina sebelumnya. Jika tidak, semua
bantuan internasional kepada Palestina akan dibekukan.

S


audi Arabia mensponsori rekonsiliasi Hamas-Fatah.
Negosiasi yang berlangsung di Makkah, menghasilkan
kesepakatan yang ditandatangani oleh Mahmad Abbad
dari Fatah, dan Khalid Meshal dari Hamas. Pemerintahan baru
Palestina diserukan untuk melaksanakan sejumlah agenda
pembangunan yang telah disepakati oleh parlemen.

AP Photo

17 MARET 2007

P

enolakan quartet (AS, Rusia, UE, dan PBB) untuk
mengakui pemerintahan Hamas yang menolak mengakui
eksistensi Israel, disusul dengan sanksi ekonomi,
penahanan para menteri dan anggota legislatif dari Hamas, serta
pertikaian internal Hamas-Fatah, membuat pemerintahan
Hamas limbung. Pemerintahan itu berakhir 17 Maret 2007.
Parlemen Palestina kemudian menyepakati membentuk

Pemerintahan Persatuan Nasional, yang didukung mayoritas
anggota parlemen (83 setuju, 3 menolak). Saat persetujuan
tersebut diambil, sebanyak 41 atau hampir sepertiga dari 132
anggota parlemen Palestina sedang ditahan Israel.
Kabinet baru pun dibentuk dengan mengakomodasi faksifaksi lainnya. Hampir semua partai yang ikut pemilu legislatif,
terutama yang mendapatkan kursi legislatif, diikutkan dalam
kabinet baru. Kabinet baru ini beranggotakan 25 orang, dipimpin
Ismail Haniya sebagai perdana menteri, dan Azzam al Ahmad
dari Fatah sebagai wakil perdana menteri. Dari 25 anggota
kabinet itu, dari Hamas 12 orang, Fatah (6), Jalan Ketiga (1),

Maret 2012

Israel menggelar operasi militer yang dinamai Operasi Returning
Echo.

OKTOBER 2012

I


srael kembali mengerahkan mesin perangnya pada Operasi
Pillar of Defence. Dalam operasi ini, 158 waga Palestina
terbunuh, di antaranya 30 anak dan 13 perempuan. Israel
juga membunuh Ahmad Jabari, kepala sayap militer Hamas.
Sementara, satu tentara Israel dan empat warga sipil Israel
tewas oleh serangan roket Hamas. Tak seperti operasi
sebelumnya, kali ini negara-negara barat seperti AS, Inggris,
Kanada, dan Jerman, malah mendukung Israel untuk
mempertahankan diri dari serangan roket. Sementara negaranegara seperti Mesir, Turki, Iran, hingga Korea Utara, mengecam
Israel.

25 JANUARI 2006

P

emilu legislatif akhirnya digelar. Tak seperti pilpres,
Hamas ikut serta dalam pemilu legislatif. Pemilu diikuti
oleh 12 partai/organisasi, dan sejumlah calon
independen. Hasilnya, Hamas berhasil memenangkan pemilu,
mengalahkan Fatah. Inilah untuk pertama kalinya dalam

empat dekade, PLO kehilangan dominasi atas politik Palestina.
Kalahnya Fatah diduga berkaitan dengan kasus korupsi yang
menimpa rezim Fatah.
Dalam pemilu, Hamas meraih 440.409 suara (29,1 persen)
yang dikonversi menjadi 74 kursi. Jumlah 74 kursi itu mencapai
56 persen dari 132 kursi DPR, alias berhasil mencapai
mayoritas kursi parlemen, sehingga memiliki hak membentuk
pemerintahan. Perolehan suara Fatah sebenarnya tak terlalu

29 NOVEMBER 2012

M

ajelis Umum PBB sepakat memberikan status negara
pengamat non-anggota kepada Palestina. Status ini
antara lain diperjuangkan oleh Indonesia. Pemberian
status bagi Palestina itu ditempuh melalui voting, dengan hasil
138 negara mendukung, sembilan negara menentang, dan 41
negara abstain. Sembilan negara yang menentang adalah Israel,
AS, Kanada, Cheska, Panama, dan negara-negara mikro seperti
Marshal Island, Mikronesia, Nauru, Palau. Mahmud Abbas
mengibaratkan pemberian status tersebut sebagai akta kelahiran
bagi negara Palestina.

BBC

23 APRIL 2014

S

etelah berbagai kesepakatan rekonsiliasi Fatah-Hamas
berjalan lambat, sebuah pertemuan kembali digelar untuk
mengakselerasinya. Pertemuan kali ini digelar di Gaza
City, antara Presiden Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Ismail
Haniyah, serta tokoh-tokoh lain seperti Mustafa Barghouti dari
Inisiatif Nasional Palestina.
Pertemuan ini langsung menegaskan bahwa pemerintahan
bersama akan dibentuk lima pekan setelah pertemuan, atau
sekitar Mei. Selanjutnya, pemerintahan baru itu akan diisi oleh
para teknokrat, dan akan mempersiapkan pemilu presiden dan
pemilu legislatif dalam enam bulan.

2 JUNI 2014

28 SEPTEMBER 2000

P

P

ecah Intifada Kedua. Peristiwa ini dipicu provokasi Ariel
Sharon mengunjungi kawasan Haram al-Sharif, tempat
di mana Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah Batu (Dome
of Rock) berdiri. Ariel Sharon yang sedang dalam proses
mencalonkan diri menjadi perdana menteri Israel,
mendeklarasikan bahwa Baitul Maqdis akan berada di bawah
kendali Israel untuk selama-lamanya.
Pernyataan itu kontan memicu protes massif. Kawasan
Haram al-Sharif, adalah tempat suci ketiga umat Islam setelah
Makkah dan Madinah, yang dikelola oleh Yayasan Wakaf
pemerintah Yordania dan Palestina. Tembok Barat (Tembok
Ratapan) kompleks Haram al Sharif, juga merupakan tempat
suci orang Yahudi.
Pada Intifada Kedua ini ribuan orang Palestina, Israel,
maupun warga asing. Sementara, enam bulan setelah melakukan provokasi, Ariel Sharon terpilih menjadi perdana menteri.

AP Photo

electionintifada.net

FEBRUARI 2006

H

amas menawarkan gencatan senjata selama 10 tahun
kepada Israel dengan syarat Israel menarik diri sepenuhnya dari wilayahpendudukan di Tepi Barat, Jalur
Gaza, dan Yerusalem Timur, serta mengakui hak-hak warga
Palestina lainnya, termasuk hak bagi warga Palestina untuk
kembali ke Tanah Airnya.
Pemimpin Hamas kemudian mengirim surat kepada Presiden George W Bush. Surat itu antara lain menyatakan bahwa
Hamas akan menerima perbatasan 1967 termasuk gencatan
senjata. Tapi, pemerintahan Bush tidak membalas surat itu.

18 MEI 2004

I

srael melancarkan Operasi Pelangi untuk menghancurkan terowongan-terowongan yang dibangun di Rafah, yang
menghubungkan Gaza dengan Mesir, karena khawatir
menjadi tempat penyelundupan senjata. Operasi yang digelar
hingga 23 Mei ini menewaskan 13 tentara Israel dan sejumlah
pejuang Palestina.

29 MARET 2006

P

srael kembali melancarkan Operasi Hari Penyesalan (Day
of Penitence) di kawasan utara Gaza, khususnya Beit Hanoun, Beit Lahiya, dan Kamp Pengungsi Jabaliya. Operasi
ini menewaskan lebih dari seratus warga Palestina. Lima
warga Israel juga menjadi korban serangan roket.

emerintahan Hamas terbentuk, dipimpin Perdana
Menteri Ismail Haniya. Dari 25 anggota kabinet, 21
orang berafiliasi dengan Hamas, ditambah empat orang
dari kalangan independen.
Setelah terbentuknya pemerintahan Hamas, pertikaian
internal Hamas-Fatah justru mencuat. Situasi itu semakin
diperburuk oleh peringatan intelijen Israel kepada Mahmud
Abbas, bahwa Hamas berencana membunuhnya di kantornya,
karena Abbas dianggap sebagai penghalang bagi Hamas untuk
mengontrol otoritas Palestina secara penuh.

11 NOVEMBER 2004

9 JUNI 2006

30 SEPTEMBER 2004

I

Reuters Photo

S

P

residen Palestina Yasser Arafat, wafat di usia 75 tahun.
Yasser Arafat yang juga pemimpin PLO dan Partai Fatah meninggal dunia saat bara Intifada Kedua masih
membara. Posisi Arafat sebagai presiden digantikan oleh
Rawhi Fattuh, ketua parlemen. Sedangkan, posisi Arafat
sebagai pemimpin PLO digantikan oleh Mahmud Abbas yang
sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri.

aat Israel melakukan operasi artileri, sebuah bus di Jalur Gaza meledak, dan membunuh delapan warga sipil Palestina. Pihak Palestina menuding Israel bertanggung jawab atas kejadian itu, namun pemerintah Israel menampik. Sehari berikutnya, Hamas menyatakan menarik diri
secara formal dari gencatan senjata yang telah berlangsung
16 bulan, dan mulai menembakkan roket ke Israel.

9 JANUARI 2005

25 JUNI 2006

D

igelar pemilu presiden. Dalam pilpres ini, Fatah mengusung Mahmud Abbas sebagai kandidat. Selain Mahmud Abbas, masih ada enam kandidat lain yang mengikuti pilpres, yang berasal dari Front Populer untuk Pembebasan
Palestina, Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina,
Partai Rakyat Palestina, dan kalangan independen. Namun,
hasil pemilu pemilu memenangkan Mahmud Abbas dengan
501.448 suara (62,52 persen). Sedangkan, pesaing terdekatnya,
yaitu Mustafa Barghouti yang diusung Front Populer untuk
Pembebasan Palestina, meraih 156.227 suara (19,48 persen).
Pilpres ini tidak diikuti oleh calon presiden dari Hamas.
Hamas memboikot pilpres karena tidak setuju dengan
kebijakan Mahmud Abbas yang cenderung lunak terhadap
Israel, padahal sejumlah pemimpin Palestina ditangkap Israel.
Mahmud Abbas, misalnya, sejak 14 Desember 2004
menyerukan rakyat Palestina untuk mengakhiri Intifada Kedua,
dan beralih ke perlawanan dengan cara-cara damai. Mahmud
Abbas resmi menjadi presiden pada 15 Januari dengan masa
jabatan empat tahun, yang berakhir pada 15 Januari 2009.

8 FEBRUARI 2005

Intifada Kedua berakhir, setelah digelar Sharm el-Sheikh

amas-Fatah kembali melakukan pertemuan di Doha,
Qatar, yang disponsori Emir Qatar, Sheikh Hamad bin
Khalifa Al Thani, yang berkeinginan mengakhiri konflik
Fatah-Hamas. Banyak pihak yang menggambarkan kesepakatan
yang dicapai Mahmud Abbas dan Khalid Meshal dalam pertemuan
Doha, ini, merupakan langkah lanjutan dari pertemuan Kairo.
Dalam pernyataannya sebulan setelah pertemuan Doha,
Abbas mengatakan Fatah dan Hamas telah berhasil menyepakati
platform politik bersama, termasuk dalam masalah perdamaian
dengan Israel. Abbas menyatakan Fatah dan Hamas sepakat
untuk cooling down, baik di Gaza maupun Tepi Barat. Sedangkan
dalam soal menghadapi Israel, Abbas mengatakan Fatah dan
Hamas sepakat untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan,
meneguhkan negara Palestina dengan perbatasan 1967, dan
melanjutkan pembicaraan damai dengan Israel jika negara zionis
tersebut menghentikan pembangunan pemukiman dan
menerima syarat-syarat lainnya.
Uni Eropa mendukung rekonsiliasi Palestina dan pemilu
sebagai sebagai langkah penting yang memungkinkan
perdamaian Israel-Palestina.Tapi, Perdana Menteri Israel
Benyamin Netanyahu mengecam kesepakatan tersebut, dan
menyebut mustahil mencapai perdamaian dengan pemerintahan
yang di dalamnya termasuk Hamas.
Namun, kesepakatan Fatah-Hamas tersebut kembali tak
banyak kemajuan, termasuk rencana menggelar pemilu yang
kembali tidak jelas.

terpaut jauh, yaitu 410.409 suara (28,1 persen). Tapi, setelah
dikonversi menjadi kursi, Fatah hanya berhak mengklaim 45
kursi (34 persen). Kursi lainnya diraih oleh Martir Abu Ali
Mustafa (3 kursi), Alternatif (2), Jalan Ketiga (2), Kemerdekaan
Palestina (2), dan calon independen (4).
Jumlah pemilih terdaftar dalam pemilu legislatif adalah
1.341.671, sedangkan yang menggunakan hak pilihnya adalah
1.020.737 atau 76,07 persen. Angka partisipasi pemilih (voters
turn out) dalam Pemilu 2006 tersebut lebih tinggi dibanding
Pemilu 1996 yang hanya 71,66 persen.
Pada Pemilu 2006, terjadi beberapa perubahan dibanding
Pemilu 1996. Pertama, jumlah kursi parlemen yang semula
88, dinaikkan menjadi 132. Kedua, sistem pemilunya berubah.
Pada Pemilu 1996 menggunakan sistem Block Vote dengan
distrik berwakil banyak, sedangkan pada Pemilu 2006 menggunakan sistem parallel yang menggabungkan sistem proporsional tertutup dengan sistem first past the post (di Indonesia biasa disebut sistem distrik). Setiap pemilih mendapatkan dua surat suara. Satu surat suara untuk memilih partai
saja, di mana kandidat terpilih ditentukan oleh daftar partai,
sedangkan satu surat suara untuk langsung memilih kandidat.

D

ua tentara Israel terbunuh, dan seorang lainnya, Gilad
Shalit, diculik dalam penyerbuan yang dilakukan oleh
Brigade al-Qassam, Komite Perlawanan Populer, dan
Tentara Islam.

28 JUNI 2006

I

srael melancarkan Operasi Hujan Musim Panas (Operation
Summer Rains), untuk menyelamatkan prajuritnya yang
diculik. Dalam operasi itu, puluhan warga Palestina tewas.
Israel juga menahan 64 pejabat Hamas. Di antaranya delapan
menteri di Kabinet Otoritas Palestina, dan 20 anggota parlemen. Penahanan 20 anggota parlemen, membuat Hamas
kehilangan dominasinya di DPR.
Terhitung sejak September 2005 hingga Juni 2006 saat
operasi militer itu dilakukan, Israel menembakkan 9.000 artileri. Sementara itu, sejak September 2000 hingga Desember
2006, Hamas menembakkan 1.300 roket al-Qassam.

JULI 2006

P

ada korban-korban terluka akibat serangan Israel didapati ada kegajilan, seperti mengalami kerusakan organ bagian dalam. Diduga pada operasi militernya

Inisiatif Nasional Palestina (1), Partai Rakyat Palestina (1), Front
Demokratik untuk Pembebasan Palestina (1), dan kalangan
independen (3).
Selain itu, dalam pemerintahan persatuan tersebut, semua
menteri disumpah oleh Mahmud Abbas sebagai ketua Otoritas
Palestina, sementara pada saat bersamaan acara seremonialnya
digelar di Gaza dan Ramallah.
Banyak negara menyambut pemerintahan baru tersebut,
tetapi Israel tetap menolaknya.

10-15 JUNI 2007

K

endati sudah terbentuk Pemerintahan Persatuan
Nasional, pertikaian antara Hamas dan Fatah tetap terjadi.
Klimaksnya adalah saat kedua faksi bertempur di Gaza
pada 10-15 Juni. Palang Merah Internasional menyebut lebih
dari seratus orang tewas akibat peristiwa yang kemudian dikenal
sebagai Pertempuran Gaza ini. Peristiwa ini pun tak pelak
membuat Pemerintahan Persatuan Nasional menjadi bubar, dan
kemudian membagi wilayah Palestina menjadi dua entitas: Tepi
Barat diperintah Otoritas Palestina, sedangkan Jalur Gaza
diperintah Hamas.
Penguasaan Gaza oleh Hamas itu, kemudian diiringi oleh
langkah Israel dan Mesir untuk memperketat pintu perbatasan
mereka dengan Gaza. Blokade atas Gaza juga dilakukan Israel
dari arah laut. Israel berdalih blockade tersebut diperlukan untuk
membatasi serangan roket dari Gaza, sebab blockade tersebut
akan mencegah para pejuang Palestina di Gaza mendapatkan
bahan-bahan untuk membuat roket. Akibat blockade itu, Gaza
kemudian menjadi bak penjara terbesar. Alhasil, untuk memasok
berbagai kebutuhan di Gaza, kemudian dilakukan dengan
menggali terowongan-terowongan.

14 JUNI 2007

M
S

ahmud Abbas membubarkan Pemerintahan Persatuan
Nasional, dan menyatakan negara dalam keadaan
darurat.

16 JUNI 2007

embari memblokade Gaza untuk menekan pemerintah
Hamas, pemerintahan Palestina yang semula sudah
bersatu pun dibelah. Konsul Jenderal AS, Jacob Wales,
menyatakan pada 16 Juli bahwa AS merencanakan untuk mengangkat sanksi bagi Palestina untuk mendukung pemerintahan
yang dipimpin Mahmud Abbas. Israel juga menyatakan akan
mentransfer ratusan juta dolar AS uang dari pajak warga
Palestina kepada pemerintahan Fatah yang dipimpin Abbas.
Sementara, untuk pemerintahan di Gaza, tetap diberlakukan
sanksi bahkan diblokade.

JANUARI 2008

P

BB menyampaikan hasil studinya bahwa blockade Israel
atas Gaza yang dihuni 1,5 juta orang telah melampaui
batas, sebab penduduknya menjadi sangat kesulitan
pangan dan berbagai kebutuhan lainnya. Banyak dari warga Gaza
kemudian yang menyeberang ke Mesir untuk mencari makanan
dan kebutuhan lainnya.

29 FEBRUARI 2008

I

srael kembali melancarkan operasi militer, yang dinamai
Operasi Musim Dingin yang Panas (Operation Hot Winter).
Sebanyak 112 warga Palestina yang kebanyakan warga sipil
kembali dibunuh. Para pejuang Hamas juga membunuh tiga
tentara Israel.
Operasi militer Israel ini kembali mendapat reaksi keras.
Demonstrasi digelar di banyak negara untuk mengutuknya. AS,
sang induk semang, memperingatkan Israel bahwa pembunuhan
warga sipil melanggar hukum internasional. Mahmud Abbas
menyebut tindakan Israel membunuh warga sipil seperti
perempuan dan anak-anaknya, lebih buruk ketimbang Holocaust.
Saudi Arabia pun menyebut tindakan Israel sebagai kejahatan
perang seperti yang dilakukan Nazi.

3 MARET 2008

Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza.

23 MARET 2008

P

residen Yaman, Ali Abdullah Saleh, mensponsori
pertemuan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah.
Pertemuan yang berlangsung di Istana Presiden di Sanaa,
itu, dihadiri oleh Deputi Kepala Politbiro Hamas, Musa Abu
Marzuk, dengan pemimpin Fatah, Azzam al Ahmad. Kedua belah
pihak sepakat rujuk dan kembali menyatukan Tepi Barat dengan
Jalur Gaza, meski langkah riilnya tersendat.

19 JUNI 2008

M
B

esir mensponsori gencatan senjata antara Hamas dan
Israel. Gencatan senjata disepakati selama enam bulan,
yang berakhir 19 Desember.

27 DESEMBER 2008

aru saja gencatan senjata berakhir, Israel kembali
melakukan operasi militer brutal, yang dinamai Operasi
Cast Lead. Kali ini, korbannya semakin banyak, karena
hampir 1.500 warga Palestina terbunuh. Israel juga
membombardir masjid, sekolah, dan rumah sakit. Pembantaian
ini berakhir pada 18 Januari 2009, dan tiga hari kemudian Israel
menarik pasukannya. Tiga belas tentara Israel tewas dalam
operasi ini.

26 MARET 2010

Dua tentara Israel dan dua pejuang Hamas tewas dalam
bentrok di perbatasan selatan Gaza dengan Israel.

4 MEI 2011

P

ertemuan Fatah-Hamas yang disponsori oleh Mesir,
berhasil mencapai kesepakatan untuk mengakhiri empat
tahun pemisahan wilayah. Rekonsiliasi itu tertuang dalam
Kesepakatan Mesir (Cairo Agreement) yang ditandatangani oleh
Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Kepala Biro Politik
Hamas, Khalid Meshal. Abbas saat itu mengatakan lembaran
hitam perpecahan selama empat tahun harus ditutup, dan
berjanji akan segera mengunjungi Hamas di Jalur Gaza.
Sementara, Khalid Meshal mengatakan pihaknya siap membayar
apapun harga untuk persatuan bangsa Palestina.
Kedua belah pihak sepakat untuk kembali membentuk

emerintahan Bersatu Palestina akhirnya berhasil
dibentuk. Kabinet baru itu beranggotakan 18 orang,
dipimpin oleh Perdana Menteri Rami Hamdallah. Dan,
seperti yang disepakati dalam pertemuan Gaza, kabinet baru ini
didominasi kalangan teknokrat-independen. Hanya ada satu
orang yang berafiliasi kepada Fatah dalam kabinet itu, yaitu Rami
Hamdallah, yang juga perdana menteri incumbent dalam
pemerintahan Mahmud Abbas. Tapi, banyak yang menilai Rami
Hamdallah adalah orang independen. Sementara, tak satu orang
pun menteri dari Hamas.
Pemerintahan baru ini pun mendapat sambutan dari dunia
internasional. Uni Eropa, PBB, AS, Cina, Rusia, India, dan Turki
menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintahan baru ini.
Meski demikian, Israel tetap mencibir pemerintahan baru itu.
Benyamin Netanyahu menyatakan tidak mengakui pemerintahan
bersatu itu karena Hamas merupakan organisasi teroris.

12 JUNI 2014

T

iga remaja Israel diculik di Tepi Barat. Ketiganya adalah
Naftali Fraenkel, Gilad Shaer, and Eyal Yifrah. Israel
menuduh Hamas sebagai pelakunya, meski tanpa bukti.
Hamas pun telah menegaskan bahwa pihaknya bukan pelaku
penculikan.
Dengan dalih mencari ketiga remaja itu, Israel kemudian
menggelar Operasi Brother Keeper di Tepi Barat, dengan target
infrastruktur dan personel Hamas. Operasi itu menewaskan 10
warga Palestina, dan ratusan orang lainnya ditahan, termasuk
pemimpin Hamas di Tepi Barat. Kebanyakan orang yang ditahan
Israel itu, adalah orang-orang yang dulu dibebaskan oleh Israel
dalam pertukaran tahanan Palestina dengan tentara Israel yang
diculik Hamas, Gilad Shalit.

30 JUNI 2014

J

asad ketiga remaja tersebut ditemukan di dekat Hebron.
Ketiganya tewas karena ditembak. Reporter BBC, Jon
Donnison, mengaku diberitahu oleh juru bicara Israel polisi
Israel, Micky Rosenfeld, bahwa pelaku penculikan itu adalah sel
tunggal yang berafiliasi dengan Hamas, namun tidak beroperasi
di bawah komando Hamas. Tapi, ini hanya klaim Israel. Sehari
setelah mayat ketiga remaja Israel itu dikuburkan, seorang
remaja Palestina juga diculik dan dibunuh.
Beberapa hari berikutnya, tensi kembali memanas, dan roket
pun bicara. Israel melancarkan serangan udara.

8 JULI 2014

I

srael melancarkan Operasi Perlindungan Tepi (Operation
Protective Edge) yang membombardir Jalur Gaza secara
brutal. Israel melancarkan operasi itu dengan dalih menghancurkan peluncur roket dan terowongan-terowongan Hamas.
Operasi yang semula difokuskan pada serangan udara itu,
kemudian dilanjutkan dengan serangan darat Israel pada 17 Juli.
Operasi menewaskan sekitar 1.800 nyawa yang kebanyakan
adalah warga sipil, wanita, dan anak-anak. Sedangkan, dari pihak
Israel puluhan serdadu tewas saat berhadapan dengan para
pejuang Hamas.

3 AGUSTUS 2014

Israel mulai menarik pasukannya setelah puas menghancurkan
Gaza dan membunuh penduduknya.

5 AGUSTUS 2014

Diberlakukan gencatan senjata 72 jam, dan Israel menarik
seluruh pasukannya dari Jalur Gaza.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber /harun husein