PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN id. docx

PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebelum pembahasan perihal paradigma penelitian pendidikan, perlu
ditegaskan bagaimana posisi masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data
dalam konteks pemilihan paradigma penelitian pendidikan. Masalah, tujuan
penelitian, dan karakteristik data merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan sebelum memilih paradigma penelitian tertentu. Dengan demikian,
paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan
pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan
dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti
mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan
apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan
sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih.
Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang
akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti,
jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih
alat potong atau pisau bedah tertentu.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian pendidikan?
2.
3.
4.
5.
6.

Sebutkan 7 karekteristik penelitian pendidikan?
Sebutkan langkah-langkah penelitian?
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian?
Apa prinsip –prinsip pemilihan paradigma penelitian?
Apa kegunaan (manfaat) penelitian?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian
pendidikan?
2. Untuk mengetahui 7 karekteristik penelitan pendidikan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian
5. Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip pemilihan paradigma penelitian?

6. Untuk mengetahui apa kegunaan (manfaat) penelitian?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penelitian dan paradigma penelitian pendidikan
Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode
ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, eksperimental atau
noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode penelitian adakalanya juga
disebut “metodologi penelitian” (sebenarnya kurang tepat tetapi banyak
digunakan), dalam makna yang lebih luas bias berarti “desain” atau rancangan
penelitian.
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan,
mengembangkan dan menguji teori. McMilan dan Schumacher Mengutip
pendapat Walberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui
penelitian, yaitu (1) mengindetifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi

empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan
mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksanaan.

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan
pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan
dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti
mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan
apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan
sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih.
Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang
akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti,
jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih
alat potong atau pisau bedah tertentu.
Dalam referensi penelitian, istilah yang digunakan itu menyebut
paradigma beragam, ada yang menggunakan paradigma, tipe, atau desain. Belum
lagi dikacaukan dengan metodologi dan metode. Paradigma (paradigm) bersifat
perspektif atau berisi pandangan-pandangan penelitian sejalan dengan paradigma
yang dipilih.

2.2 Karakteristik Penelitian Pendidikan
Dapat dikemukakan beberapa karateristik dari penelitian, khususnya
pendidikan yaitu :
1. Objektivitas
Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan
subjektivitas. Dalam prosedurnya,
penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang
memungkinkan dibuat
interprestasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
menunjukkan kualitas data yang

Objektivitas juga

dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan
subjektivitas.
2. Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), secara teknis
instrument pengumpulan
datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain
penelitian, pengambilan

dampel dan teknik anasisnya tepat.
3. Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi , dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan di
ulang dengan cara yang
sama atau berbeda. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan
kepada ilmu atau studi lain.
4. Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar
fenomena dan
menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari
suatu penelitian adalah
mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat.
5. Empiris
Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam
penelitian empiris kesimpulan
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunkan
metode penelitian yang
sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan.
6. Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan

proses berpikir,
menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif atau deduktif.
7. Kesimpulan Kondisional
Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolute. Penelitian perilaku,
dan juga ilmu kealaman, tidak
menghasilkan kepastian, sekalipun kepastian relative.
2.3 Langkah –langkah Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa langkah.
Langkah ini bukan suatu yang sekuensial atau langkah-langkah yang harus diikuti
secara kaku. Proses penelitian adalah sesuatu kegiatan interaktif antara penelitian
dengan logika, masalah, desain dan interprestasi. Adapun langkah-langkah
penelitian yaitu
1. Mengidentifikasi masalah
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalahmasalah penting (esensial),
hangat (actual), dan mendesak (krusail) yang dihadapi saat ini, dan yang
paling banyak arti atau
kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti.
2. Merumuskan dan membatasi masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan factor-faktor,

atau variable-variabel yang
terkait dengan focus masalah.
3. Melakukan studi keperpustakaan
Studi keperpustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang
mendasari penelitian,
baik teori yang berkenanan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun
metodologi.
4. Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian
Rumusan hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan
pengolahan data statistic inferensial.
5. Menentukan desain dan metode penelitian
Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian,
dengan menggunakan
pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data
tertentu serta
alasan-alasan mengapa menggunakan metode tersebut.
6. Menyusun instrument dan mengumpulkan data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan keakuratan
data yang diperoleh,

segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan
perhatian.
7. Menganalisis data dan menyajikan hasil
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh
dalam mengolah atau
menganalisis data.

8. Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.
Interprestasi dibuat dengan melihat makna hubungan anatara temuan yang
satu dengan yang lainnya,
antara temukan dengan konteks tau hal-hal yang melatarbelakanginya,
dengan teori yang
mendukungnnya ataupun dengan kemungkinan penerapannya.
Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpresrasi
temuan penelitian.
Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihakpihak terkait dalam
memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
2.4 Jenis – Jenis penelitian
 Berdasarkan Pendekatan :
1. Penelitian Kuantitatif

Paradigma penelitian kualitatif adalah paradigma penelitian yang berisi
pandangan-pandangan atau keyakinan bahwa fokus penelitian adalah kualitas
(hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut di antaranya adalah fenomenologi
dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah kerja lapangan, etnografis,
grounded, tujuannya adalah pemahaman, deskripsi, temuan, dan pemunculan
hipotesis, desain yang digunakan bersifat lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis,
latar penelitiannya alamiah, sumber data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak,
pengumpulan data dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama,
modus analisis induktif, dan temuannya komprehensif dan holistik serta
mementingkan transferabilitas (Alwasilah, 2002).
Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan penelitian kuantitatif yang
didasarkan pada postpositivisme. Penelitian kuantitatif mencakup penelitian
survai, deskriptif causal comparative, retrospektif (ex-post facto), preexperimental,

quasi-experimental,

true

experimental,


korelasional,

dan

eksperimen kompleks dengan banyak variabel dan perlakuan (seperti desain
faktorial dan desain pengukuran berulang).
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk

menguji

hipotesis

merupakan

penelitian

yang


menggunakan

paradigma

kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),
positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan
berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan antaraspek, datanya bersifat
numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan untuk menguji teori.
Ciri Paradigma penelitian kuantitatif :
a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.
b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian
c.
d.
e.
f.
g.

dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
Bebas nilai dan tidak bias.
Pendekatan deduktif.
Pengujian teori dan analisis kuantitatif.

2. Penelitian Kualitatif
Paradigma penelitian kuantitatif adalah paradigma penelitian yang mempunyai
keyakinan bahwa fokus penelitian merujuk kepada kuantitas (berapa banyak)
dengan menggunakan landasan filsafat positivisme dan empirisme. Kegiatan
penelitian ini di antaranya dilakukan melalui eksperimen dengan menggunakan
analisis statistik. Tujuan penelitian diarahkan kepada deskripsi, prediksi, kontrol,
dan pebuktian hipotesis. Desain ditentukan lebih awal dan cenderung terstruktur
”sempurna” dengan menggunakan sampel besar, acak, dan representatif.
Pengumpulan data menggunakan tes, skala angka, survei, kuesener, dan hasilnya
dianalisis menggunakan statistik untuk memperoleh temuan yang persis untuk
melakukan generalisasi.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan
apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif,
multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan
teori.
Ciri paradigma penelitian kualitatif :
a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan
sosial berdasarkan kondisi realitas.

c.
d.
e.
f.
g.

Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak.
Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
Tidak bebas nilai dan bias.
Pendekatan induktif.
Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.

 Berdasarkan Fungsi :
1. Penelitian Dasar
Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research atau pure research
dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini
tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu
permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang
sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali
yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau
hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan
tentang fenomena yang diamati. (wibisono, 2002: 4-5).
Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan teori yaitu:


Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada
keadaan tertentu.



Penelitian induktif,yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan
fakta.

Penelitian dasar

lebih

diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan,

memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial.

dan

Hasil penelitian dasar

mungkin belum dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat
berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk
menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar,

hukum-hukum ilmiah,

serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).
Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta
berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan
masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat
mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar
dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh penelitian dasar yang terkait erat

dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia.
Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan berbeda dengan penelitian dasar, penelitian terapan
dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang khusus atau
untuk membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus.
Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam
mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis.
Penelitian terapan dibedakan atas:


Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas
yang lebih baik.



Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera
digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.

Penelitian terapan atau applied research dilakukan berkenaan dengan
kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata.
Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah
tertentu. Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga
hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara
individu atau kelompok maupun untuk keperluan industri atau politikdan
bukan untuk wawasan keilmuan
penelitian terapan adalah

semata

satu jenis

(Sukardi, 2003). Dengan kata lain

penelitian yang hasilnya dapat

secara

langsung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui
hubungan empiris dan analisis dalam bidang-bidang tertentu.

Implikasi dari

penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi
berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan

dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara
berpikir dan persepsi para praktisi.
Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis
dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya
bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi. Penelitian terapan mendorong
penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan
metodologi untuk kepentingan praktis.
Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan
menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah
tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi
meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir
ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu
penelitian kebijakan

(Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan

berawal

dari

permasalahan praktik dengan maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil
penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan.
3. Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan
namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan
tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan
manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu
unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang
kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta
membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005).
Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau
membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang
menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya
mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan
rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi,

yang

merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan
evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin
mengetahui apakah implementasi program

yang

telah

direncanakan sudah

berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil sesuai dengan harapan.
Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya.
Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau
pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data
dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan
didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak,
relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut,
penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam pelaksanaan
program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan

atas

keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan
penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu
program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif
dalam bidang pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan,
pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.
Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya
standar, tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk
mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan
dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata dengan
kriteria (kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan
evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan
keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006):
1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku
2.

bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang
program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa

komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam
3.

menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu
adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi

keberhasilan program.
4. Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap indikator
yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan dan kelemahan
program.
5. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci
untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, perlu ada
identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan
sampai pada indikator dan program yang dievaluasi.
6. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan
akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi
kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam
melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan
program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.
 Berdasarkan Tujuan
1. Penelitian Deskriftif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada
saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti
bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.
Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah
tertentu dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya
masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya
harus dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung

variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif
peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara
2.

variabel.
Menentukan jenis informasi yang diperlukan.

Dalam hal ini peneliti perlu

menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau
masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif.
Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk
3.

bilangan/angka seperti.
Menentukan prosedur pengumpulan data.

Ada dua unsur penelitian yang

diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau
sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada
sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner,
sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif.
Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai langkah-langkah guru mengajar,
alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara
lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkahlangkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan penelitian
harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti
4.

terhadap instrumen dan sumber data.
Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang
telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel
tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut

5.

perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas,
peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut
dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara
keseluruhan.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara
fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas
tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali

informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan
gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah
proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal
atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan
seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat
kontradiktif mengenai subjek penelitian.
2.

Penelitian Prediktif
Tipe lain dari penelitian pengetahuan adalah yang mencakup ramalan
(prediksi), yaitu kecakapan meramalkan fenomena (gejala) yang akan terjadi pada
waktu tertentu dengan menggunakan informasi dari waktu sebelumnya. Banyak
studi-studi ramalan telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan untuk
mengembangkan

pengetahuan

mengenai

faktor-faktor

yang

meramalkan

keberhasilan para siswa di sekolah dan dunia kerja.
Tujuan lain dari penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi para siswa
yang mungkin tidak akan berhasil pada urutan berikutnya sehingga dengan
demikian program pencegahan dapat dilembagakan. Sebagai contoh, dengan
mengumpulkan berbagai informasi yang berbeda mengenai para siswa di kelas
enam, dan mengamatinya sampai mereka lulus dari sekolah menengah atau drop
out, para peneliti dapat menentukan informasi mana yang memberikan prediksi
paling baik. Pengetahuan prediksi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
para siswa kelas enam yang memiliki risiko drop out.
3. Penelitian Improftif
Penelitian inproftif (improvetive reasearch) ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan
suatu program.
Secara

umum,

studi

penelitian

improftif

ini

direncanakan

untuk

mengembangkan pengetahuan mengenai intervensi-intervensi yang mengontrol
fenomena-fenomena penting. Sebagai contoh, seorang ahli fisiologi menempatkan
suatu elektroda yang ditanamkan pada otak seekor tikus untuk mengetahui apakah
intervensi (campur tangan) tersebut mempengaruhi aktivitas otak tikus. Apabila

penempatan elektroda pada otak tikus tersebut (intervensi X) mempengaruhi
aktivitas otak utama tikus (gejala Y), kita mengatakan bahwa penempatan
electroda tersebut “mengontrol” aktivitas otak. Karena umumnya intervensi dalam
penelitian pendidikan bertujuan untuk meningkatkkan nilai outcome seperti
pengetahuan para siswa, kita mengatakan bahwa penelitian ini diorientasikan
pada peningkatan (daripada pengontrolan).
Banyak studi penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi
intervensi atau faktor-faktor yang ditranformasikan sebagai intervensi untuk
meningkatkan pencapaian/prestasi akademik para siswa. Herbert Walberg dan
kawan-kawannya telah mensistesis hampir 3.000 studi semacam ini untuk
mengidentifikasi potensi intervensi yang dapat meningkatkan performan para
siswa dengan melakukan bermacam-macam pengukuran terhadap prestasi
akademik. Sintesis Walberg mengenai penelitian ini menunjukkan bahwa para
peneliti pendidikan telah menemukan beberapa intervensi yang efektif untuk
meningkatkan prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk menemukan intervensi-intervensi lain yang membuat
pendidikan lebih efektif melalui setting pendidikan yang berbeda dan untuk tipetipe siswa yang berbeda pula.
4. Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (penjelasan) merupakan yang paling penting dari
seluruh penelitian lainnya. Dengan arti tipe pengetahuan ini mencakup tiga
pengetahuan

lainnya. Jika para peneliti dapat menjelaskan satu perangkat

fenomena, artinya mereka dapat mendeskripsikan, meramalkan, dan mengontrol
fenomena dengan tingkat kepastian dan akurasi yang tinggi. Penelitian eksplanasi
memberikan teori-teori mengenai gejala-gejala yang akan diselidiki. Banyak teoriteori penting yang telah dikembangkan oleh para peneliti pendidikan. Sebagai
contoh adalah teori produktivitas pendidikan yang telah dikembangkan oleh
Herbert Walberg. Teori tersebut, memiliki persamaan dengan teori yang
dikembangkan oleh Benyamin Bloom, John carroll, Robert Glaser, dan lainnya
yang berusaha menjelaskan mengapa beberapa siswa belajar lebih banyak dari
siswa lainnya dan bagaimana belajar dapat ditambah. Ilmu pengetahuan teoritis

merupakan sesuatu yang penting kerena akan memberikan “formula” yang lebih
ringkas untuk meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang menyangkut
individu-individu yang berbeda , setting, dan kejadian pada waktu yang berbeda.
Herberg Walberg (dalam Walter R. Berg) memberikan summary bahwa
penelitian pendidikan menghasilkan empat jenis pengetahuan penting yaitu:
deskripsi mengenai fenomena pendidikan; prediksi mengenai fenomena
pendidikan; informasi mengenai pengaruh-pengaruh dari peningkatan-yang
berorientasi intervensi; dan teori-teori. Dalam merefleksikan kerja mereka, para
peneliti pendidikan memelihara pengembangan ilmu pengetahuan baru mengenai
bagaimana merencanakan dan melaksanakan penelitian.
2.5 Prinsip-prinsip pemilihan paradigma penelitian.
Prinsip umum pemilihan paradigma penelitian adalah pilihlah paradigma
penelitian sesuai dengan kebutuhan, yakni sesuaikan dengan tujuan penelitian
yang akan dicapai, masalah yang akan dipecahkan, dan karakteristik data yang
akan dikumpulkan. Paradigma yang dipilih diabdikan kepada pencapaian tujuan
penelitian, pemecahan masalah, dan karakteristik data yang akan dikumpulkan.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan
apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif,
multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan
teori. Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian bertujuan
menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan antaraspek,
datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan untuk menguji
teori. Paradigma penelitian kualitatif-kuantitatif dipilih bila penelitian itu
membutuhkan cara-cara kualitatif dan kuantitatif sekaligus untuk menjelaskan
fenomena dan tujuan penelitian.
2.6 Kegunaan (Manfaat) Penelitian
Manfaat atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek

penelitian. Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya
untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta
seseorang untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Contoh Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga
pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di
kelas.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
3. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan
pengetahuan

dan

mengembangkan

wawasan,

meningkatkan

kemampuan

menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran
inovatif.
4. Bagi Guru atau Calon Peneliti
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian
tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi
pembelajaran.
5. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan
menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini
sudah efektif dan efisien.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penelitian merupakan

upaya

untuk

mengembangkan

pengetahuan,

mengembangkan dan menguji teori sedangkan Paradigma penelitian merupakan
kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap
fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :Objektivitas,
Ketepatan, Verifikasi, Penjelasan Ringkas, Empiris, Penalaran Logis, Kesimpulan
Kondisional.
Adapun langkah-langkah penelitian yaitu Mengidentifikasi masalah,
Merumuskan dan membatasi masalah, Melakukan studi keperpustakaan,
Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian, Menentukan desain dan metode
penelitian, Menyusun instrument dan mengumpulkan data, Menganalisis data dan
menyajikan hasil, Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan
Rekomendasi.
Jenis – Jenis penelitian Berdasarkan Pendekatan yaitu Penelitian Kuantitatif,
Penelitian Kualitatif.

Berdasarkan Fungsi yaitu Penelitian Dasar, Penelitian

Terapan, Penelitian Evaluatif. Berdasarkan Tujuan yaitu Penelitian Deskriftif,
Penelitian Prediktif, Penelitian Improftif, Penelitian Eksplanatif
3.2 SARAN
Saran bagi pembaca agar lebih memahami tentang paradigma penelitian
pendidikan sehingga mampu menjadi calon pendidik yang mampu mencerdaskan
siswa/siswinya dalam menjelaskan teori mengenai paradigma penelitian
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://puterimarissa2.blogspot.com/2013/02/paradigma-penelitianpendidikan. html
http://suyonoum08.wordpress.com/2009/01/28/paradigma-penelitian-pendidikan/
http://wayanweb.wordpress.com/ptk/pendahuluan/kegunaan-hasilpenelitian/
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sumber : http://desiiramayana.blogspot.co.id/2013/10/paradigma-penelitianpendidikan.html

Pengertian Masalah, Variabel & Paradigma Penelitian.

Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan)
dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat
mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya,
pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi
kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian
cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja
dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas,
pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis
penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan
dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung
di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam ranah ilmu sosial, Masalah sosial yang didefinisikan Robert K Merton
sebagai ”ketidaksesuaian yang signifikan dan tidak diinginkan” antara standar
kebersamaan dan kondisi nyata. Atau dengan kata lain,”Sebuah situasi tak terduga
yang tidak sejalan dengan tata nilai yang dianut sekelompuk orang yang
menyetujui bahwa perlu adanya tindakan untuk mengatasi situasi”.
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Tentunya
banyak pengertian lain, tapi sepertinya pengertian itu sudah cukup. Merupakan
suatu konsep yang bervariasi atau konsep yang memiliki nilai ganda atau suatu
faktor yang jika diukur akan menghasilkan nilai yang bervariasi. Variabel juga
dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang
lain.
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta criteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian[1]. Secara umum, paradigma
penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing
paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan,
sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan
dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya (1) jika
ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek
detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang
sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan
untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian

secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan (2) jika
penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek
penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika
penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk
satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil
penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat
menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan
kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi
tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulankeunggulan.
Cara Menemukan Masalah
Setelah peneliti menentukan bidang penelitian (problem area) yang diminatinya,
kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau
problem generation). Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting
dalam penelitian. Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan, maka
penelitian tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan permasalahan juga
dinyatakkan oleh ungkapan: “Berhasilnya perumusan permasalahan
merupakan setengah dari pekerjaan penelitian”.
Penemuan permasalahan juga merupakan tes bagi suatu bidang ilmu; seperti
diungkapkan oleh Mario Bunge [2]. dengan pernyataan: “Kriteria terbaik
untuk menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak adalah
dengan memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih mampu menghasilkan
permasalahan . . . . Tidak satupun permasalahan akan tercetus dari bidang ilmu
yang sudah mati”. Permasalahan yang ditemukan, selanjutnya perlu
dirumuskan ke dalam suatu pernyataan (problem statement). Dengan demikian,
pembahasan isi bab ini akan dibagi menjadi dua bagian: (1) penemuan
permasalahan, dan (2) perumusan permasalahan.
Penemuan Permasalahan
Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung oleh survai ke
perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang
akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti,
dalam hal ini, bahwa publikasi berbentuk buku bukanlah informasi yang
terbaru karena penerbitan buku merupakan proses yang memakan waktu
cukup lama, sehingga buku yang terbit—misalnya hari ini—ditulis sekitar satu
atau dua tahun yang lalu. Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya
dipublikasikan sebagai artikel dalam majalah ilmiah; sehingga suatu (usulan)
penelitian sebaiknya banyak mengandung bahasan tentang artikel- artikel
(terbaru) dari majala h-majalah (jurnal) ilmiah bidang yang diteliti.

Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di atas, didukung oleh
survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti.
Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang
permasalahan” dalam usulan penelitian. Permasalahan dapat diidentifikasikan
sebagai kesenjangan antara fakta dengan harapan, antara tren perkembangan
dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Seperti yang
diungkapkan Sutrisno Hadi sebagai berikut:
“mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan,
ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan
semacamnya”.[3]
Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari
bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut menemukan
permasalahan secara “naluriah”; tidak dapat menjelaskan bagaimana
cara menemukannya. Cara- cara menemukan permasalahan ini, telah
diamati oleh Buckley dkk. (1976) yang menjelaskan bahwa penemuan
permasalahan dapat dilakukan secara “formal’ maupun ‘informal’. Cara formal
melibatkkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu, sedangkan cara
informal bersifat subjektif dan tidak “rutin”. Dengan demikian, cara formal lebih
baik kualitasnya dibanding cara informal. Rincia n cara- cara yang diusulkan
Buckley dkk. dalam kelompol formal dan informal terlihat pada gambar di bawah
ini.
PENEMUAN PERMASALAHAN

Formal
Rekomendasi suatu riset
Informal
Konjektur Fenomenologi
Konsensus Pengalaman

Pernyataan Permasalahan
Gambar Perm– 1: Beberapa cara penemuan permasalahan

(Sumber: Buckley dkk.(1976: 5)[4]
Bukley dkk., (1976:16-27) menjelaskan cara- cara penemuan permasalahan—
baik formal maupun informal—sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah
permasalahan ditemukan, kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi
terhadap permasalahan tersebut— sebelum dilakukan perumusan permasalahan.
[5]
Cara-cara Formal Penemuan Permasalahan
Cara- cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka
menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif- alternatif berikut
ini:
1)
Rekomendasi suatu riset.
Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan
saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian
lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan.
Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.
2)
Analogi
adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan
dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini,
dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal
yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini,
misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer dapat
diterapkan pada proses perancangan arsitektural” (seperti diketahui perencanaan
perusahaan dan perencanaan arsitektural mempunyai kesamaan dalam hal sifat
pembuatan keputusannya yang Judgmental).
3)
Renovasi.
Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi
dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada korelasi yang
signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam
perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat
direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan
bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan
rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”.
Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat
pendidikan yang berbeda.
4)
Dialektik,
dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, peneliti
dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan
atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.

5)
Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan
membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.
6)
Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinankemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit,
kompleks.
7)
Dekomposisi
merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke dalam
komponen-komponennya.
8)
Agregasi
merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat
mengambil hasil- hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa
penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang
lebih rumit, kompleks.
Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan
Cara- cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan
dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1)
Konjektur
(naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur. (naluriah),
tanpa dasar- dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar- dasar atau latar belakang
permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah.
Perlu
dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap
lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19)[6], merupakan alat
yang berguna dalam proses penemuan permasalahan.
2)
Fenomenologi.
Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena
(kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian
komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan
permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer
dalam proses perancangan arsitektural.
3)
Konsensus
juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat
konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi kualitas
lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal ini
merupakan konsensus nasional).
4)
Pengalaman.
Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi permasalahan.
Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk

menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan
mendorong studi perumusan sebab- sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien,
misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan
klien yang lebih baik.
Perumusan Permasalahan
Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat “latar belakang
permasalahan” secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri (atau disusul) oleh
rumusan (pernyataan) permasalahan. Pernyataan permasalahan sebenarnya
merupakan kesimpulan dari uraian “latar belakang” tersebut. Castetter dan
Heisler [7], menerangkan bahwa pernyataan permasalahan merupakan
ungkapan yang jelas tentang hal- hal yang akan dilakukan peneliti. Cara
terbaik unutk mengungkapkan pernyataan tersebut adalah dengan pernyataan yang
sederhana dan langsung, tidak berbelit-belit. Pernyataan permasalahan dari suatu
penelitian merupakan “jantung” penelitian dan berfungsi sebagai pengarah bagi
semua upaya dalam kegiatan penelitian tersebut. Pernyataan permasalahan yang
jelas (tajam) akan sanggup memberi arah (gambaran) tentang macam data
yang diperlukan, cara pengolahannya yang cocok, dan memberi batas
lingkup tertentu pada temuan yang dihasilkan.
Contoh ungkapan permasalahan yang jelas, tajam, diberikan oleh Sumiarto (1985)
yang meneliti dalam bidang perumahan pedesaan. Permasalahan yang
dikemukakannya, sebagai berikut:
“Kesimpulan yang dapat ditarik sebagai permasalahan P3D [Perintisan
Pemugaran Perumahan Desa] yang dapat memberikan arah pada studi yang akan
dilakukan adalah mempertanyakan keberhasilan dari tujuan P3D.
Secara lebih spesifik dapat dikemukakan beberapa (sub) permasalahan
sebagai berikut:
(a). Apakah setelah menerima bantuan P3D, kondisi mereka akan menjadi
lebih baik, dalam arti adanya peningkatan dalam cara bermukim yang lebih
baik serta lebih sehat?
(b). Apakah bantuan yang diberikan oleh P3D telah memberikan hasil sesuai
seperti yang diharapkan, yaitu penerima bantuan telah memberikan respon
yang positif yang berupa tenaga, material, bahkan finansial, sehingga lebih
dari apa yang diberikan oleh P3D.
(c). Lebih jauh lagi, apakah P3D telah mampu membangkitkan efek berlipat ganda
(multiplier effect), sehingga masyarakat yang tidak meneriman bantuan P3D
terangsang secara swadata menyelenggarakan sendiri peningkatan kondisi
rumah dan lingkungannya?”[8]

Bentuk Rumusan Permasalahan
Contoh pernyataan permasalahan di atas mengambil bentuk satu pernyataan
disusul oleh beberapa pertanyaan. Castette dan Heisler [9] menjelaskan bahwa
secara keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:
(1)

bentuk satu pertanyaan (question);

(2)

bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang
spesifik;

(3)

bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan
(question).

(4)

bentuk hipotesis; dan

(5)

bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.

Bentuk Hipotesis nampaknya jarang dipakai lagi pula, biasanya perletakan
hipotesis dalam laporan atau usulan penelitian tidak me nempati posisi yang biasa
ditempati oleh pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk pertanyaan
seringkali dapat diujudkan (diubah) pula sebagai bentuk pernyataan. Dengan
demikian, secara umum, hanya ada dua bentuk pernyataan permasalahan:
1.)

Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan, Misal :

(a)

Pertanyaan:

ü
“Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah
perumahan KPR?”
ü
“Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing- masing faktor
pada persepsi penghuni terhadap desain rumah sub –inti?”
(b)

Pernyataan (biasanya diungkapkan sebagai “maksud”)

ü
“Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh tingkat
penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR.”
ü
“Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja
dan seberapa besar pengaruh masing- masing faktor pad persepsi terhadap desain
rumah sub –inti.”
2.)
Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan umum disusul oleh beberapa
pertanyaan atau pernyataa

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

METODELOGI PENELITIAN : 13 kesalahan dalam menyusun proposal penelitian skripsi/tugas akhir.

2 51 1

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59