Implementasi E government di Indonesia

Makalah
Sistem Informasi Manajemen

“Implementasi E-government di Indonesia”

Dosen Pembimbing:
Sofyan Effendi, S.IP., M.Si

Disusun oleh:
Reza Firmansyah
07011281419086

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I
Pendahuluan
1.1

Latar belakang.

Pada abad ke-21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi
sangat pesat. Berbagai sistem informasi internet dan komunikasi digunakan pada
lingkungan pemerintah dan dikenal sebagai e – government. Dalam perkembangannya
saat ini e-government banyak digunakan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang
sudah memiliki SDM serta fasilitas yang memadai. Dalam pelaksanaanya e-goverment
membutuhan dana yang tidak sedikit dan membutuhkan tenaga ahli yang kompeten
dalam hal ini serta kesiapan dari masyarakat itu sendiri. Hasil dari penelitian di
beberapa negara berkembang menujukan bahwa permerintahan di negara tersebut
belum bahkan tidak sama sekali melaksanaan pemerintahan secara online, di
karenakan pemerintahan di negara tersebut masih bersifat tradisional dan belum ada
tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan e – goverment tersebut. Dalam
kesempatan ini penulis mengajak untuk belajar bagaimana cara pelaksanaan, tata cara
pengelolaan, serta kendala dalam penerapan e-goverment di indonesia.
Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa Inggris
electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online government
atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah penggunaan
teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi
warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. eGovernment dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik,
untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses
kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah

Government-to-Citizen

atau

Government-to-Customer

(G2C),

Government-to-

Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling
diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.
1.2

Rumusan masalah.
1. Bagaimana pelaksanaan e-goverment di instansi pemerintahan?
2. Bagaimana tata cara pengelolaan e-goverment?
3. Apa saja kendala dalam pengaplikasian e –goverment?
BAB II


Pembahasan
2.1

Pelaksanaan e-goverment.
Dalam pelaksanaanya e-goverment sudah mulai bekembang di indinesia khususnya
pada bidang pelayanan masyarakat yang bersifat terbuka dan transparan. E-Gov di
Indonesia mulai dilirik sejak tahun 2001 yaitu sejak munculnya Instruksi Presiden No.
6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan
Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan
teknologi telematika untuk mendukung good governance dan mempercepat proses
demokrasi. Namun dalam perjalanannya inisiatif pemerintah pusat ini tidak mendapat
dukungan serta respon dari segenap pemangku kepentingan pemerintah yaitu ditandai
dengan pemanfaatan teknologi informasi yang belum maksimal.
Berdasarkan data yang ada, pelaksanaan E-Government di Indonesia sebagian besar
barulah pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada tahap pemberian
informasi, dalam tahapan Layne & Lee baru masuk dalam Cataloguing. Data Maret
2002 menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah membuka situs mereka. Akan tetapi
24% dari situs tersebut gagal untuk mempertahankan kelangsungan waktu operasi
karena anggaran yang terbatas. Saat ini hanya 85 situs yang beroperasi dengan pilihan

yang lengkap. (Jakarta Post, 15 Januari 2003). Indikator lainnya adalah penestrasi
internet baru mencapai 1,9 juta penduduk atau 7,6 persen dari total populasi Indonesia
pada tahun 2001. Pada tahun 2002 dengan 667.000 jumlah pelanggan internet dan
4.500.000 pengguna komputer dan telepon, persentasi penggunaan internet di
Indonesia sangatlah rendah. (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia/APJII).
Pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri, Pemerintah
mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan E-Gov, melalui
Instruksi Presiden yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini berisi tentang Strategi
Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi dengan berbagai Panduan tentang egov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah; Panduan
Manajemen

Sistem

Dokumen

Elektronik

Pemerintah;


Pedoman

tentang

Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.
Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun
2004 yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov di pusat
dan daerah. Dalam Inpres ini, Presiden dengan tegas memerintahkan kepada seluruh

Menteri, Gubernur, Walikota dan Bupati untuk membangun E-government dengan
berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi & Informasi.
Di lihat dari pelaksanaan aplikasi e-gov setelah keluarnya Inpres ini maka dapat
dikatakan bahwa perkembangan pelaksanaan implementasi E-Gov masih jauh dari
harapan. Data dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2005
lalu Indonesia baru memiliki:
1. 564 domain go.id;
2. 295 website pemerintah pusat dan pemda;
3. 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;
4. 198 website pemda masih dikelola secara aktif.
Beberapa pemerintah daerah memperlihatkan kemajuan cukup berarti. Bahkan

Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-gov untuk proses pengadaan barang
dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam
pelaksanaan e-gov seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov
Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot
Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab. Kutai Kartanegara,
Pemkab Bantul, Pemkab Malang.
Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di bawah 8 juta
satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan warung Internet
(Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan bisnis. Telepon seluler
menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta ss. Meski kepadatan telepon
tetap di beberapa kota besar bisa mencapai 11%-25%, kepadatan telepon di beberapa
wilayah yang relatif tertinggal baru mencapai 0,2%. Jangkauan pelayanan
telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru mencapai 65% desa dari total sekitar
67.800 desa yang ada di seluruh tanah air. Jumlah telepon umum yang tersedia hingga
saat ini masih jauh dari target 3% dari total sambungan seperti ditargetkan dalam
penyusunan Program Pembangunan Jangka Panjang II dahulu.
Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004 berbagai data yang
dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memberikan jumlah
pelanggan Internet masih pada kisaran 1,9 juta, sementara pengguna baru berjumlah 9

juta orang. Rendahnya penetrasi Internet ini jelas bukan suatu kondisi yang baik untuk
mengurangi lebarnya kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati
pemerintah Indonesia dalam berbagai pertemuan Internasional untuk dikurangi.
Contoh Aplikasi e-government yang sudah diimplemntasikan di Indonesia oleh
dinas kependudukan dan pencatatan sipil yaitu :

1. Pelayanan KTP Online
Saat ini hampir semua pemerintahan daerah di Indonesia sudah
mempunyai website, dengan isi informasi umum seperti struktur organisasi,
visi dan misi, alamat pejabat-pejabat, informasi pariwisata, pendidikan dan
sebgaianya.

Pemrosesan Pembuatan KTP secara

online via Internet ini

dipandang perlu dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Diharapkan aplikasi ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi
waktu, mengatasi prosedur manual yang tidak praktis, dan sebagainya.
Pelayanan KTP Online adalah sebuah aplikasi untuk pembuatan Kartu

Tanda Penduduk secara online baik bagi yang akan membuat KTP baru
maupun yang akan melakukan perpanjangan. Dengan Aplikasi ini pemohon
KTP dapat melakukan peromohonanya secra langsung, dengan mengklik
menu yang tersedia pada website.
Aplikasi Pelayanan KTP online ini mempunyai beberapa tugas sebagai
berikut:
 Menyimpan biodata Penduduk
 Menyimpan data Kecamatan
 Menyimpan data permohonan
 Menyimpan data masa berlaku
2. Pelayanan Izin Gangguan(HO) Online

Aplikasi pelayanan masyarakat ini untuk pengurusan izin gangguan bagi
yang akan menjalankan sebuah usaha ataupun untuk perpanjangan bagi usaha
yang sudah memiliki izin usaha yang telah habis masa berlakunya. Pada
Aplikasi ini masyarakat yang akan memohon izin gangguan (HO) tinggal
memilih layanan yang diinginkan, izin gangguan untuk usaha baru atau
perepanjangan izin gangguan lama.
Dengan Aplikasi ini setiap pemohon dapata mengajukan permohonan dan
mengisi formulir permohonan kapanpun dan dimana pun, selagi masih

terhubung dengan internet. Dengan begitu, pemohon tidak perlu mewakilkan
ke orang lain untuk pengurusan izin ini.
2.2

Tata cara pengelolaan e-goverment
Dalam pengeloaanya e-goverment pertama-tama yang harus dilihat adalah
bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum penerapan e-government, karena
untuk menjalankan e-government diperlukan suatu sistem informasi yang baik, teratur
dan sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari kesemuanya itu
bisa didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik. Karena dengan
sistem informasi yang demikian akan memudahkan pemerintah dalam menjalankan
fungisnya ke masyarakat. Sedangkan untuk mewujudkan sistem informasi yang baik,
teratur dan sinergi antara lembaga pemerintahan, maka sistem informasi dari masingmasing lembaga pemerintahan harus memenuhi suatu standar sistem informasi,
dimana standar ini meliputi persyaratan minimal untuk faktor-faktor dari sistem
informasi tersebut.
Dalam pengertian sistem informasi secara umum, maka unsur-unsur yang
terkandung didalamnya adalah manusia,teknologi,prosedurdan organisasi. Untuk

memenuhi konsep sistem informasi yang baik maka dari masing-masing unsur tersebut
harus memiliki standar yang harus dipatuhi dan dijalankan, sehingga sistem informasi

dari satu lembagapemerintah ke lembaga pemerintah lainnya dapat terhubung, dan
informasi yang dihasilkan dari sistem informasi tersebut bisa dipergunakan untuk
keperluan pemerintah dalam menjalankan fungsinya baik kedalam maupun keluar.
Kemudian dalam konteks e-government, maka kita akan berbicara mengenai sistem
informasi yang berbasiskan komputer, karena untuk mewujudkan e government tidak
ada jalan lain bahwa yang harus dilakukan pertama-tama adalah mengotomatisasi
semua unsur yang terdapat dalam sistem informasi dan untuk memperlancar
otomatisasi tersebut maka dipergunakanlah teknologi ICT yang dapat mendukung
yaitu komputer.
2.3

Kendala dalam pengaplikasian e –goverment
Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan e-government adalah kurangnya
ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih belum tersedia di
berbagai tempat di Indonesia. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih
mahal. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan
telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah. Kendala lainnya adalah
masih banyaknya penyelenggara pelayanan publik baik di pusat maupun daerah yang
belum mengakomodir layanan publiknya dengan fasilitas internet. Terutama pada
institusi pusat dengan unit pelaksana teknisnya dan juga dengan institusi lain dengan

item pelayanan yang sama (G2G= government to Government). Dengan kata lain hal
ini belum terkoordinir dengan baik dan masih kuatnya kepentingan di masing-masing
sektor.
Sistem informasi yang berbasiskan komputer menggunakan komponen-komponen
berikut ini seperti data, prosedur, manusia, software dan hardware. Tetapi sebelum
menjalankan sistem informasi yang berbasiskan komputer, sebelumnya yang harus
dibenahi adalah sistem informasi yang bukan berbasiskan komputer, karena
otomatisasi tidak akan mempunyai pengaruh yang signifikan apabila sistem informasi
yang bukan berbasiskan komputernya belum bagus. Dengan demikian tidaklah heran
apabila negara yang dapat menjalankan e-government hanyalah negara-negara maju
(dalam konteks e-government seutuhnya, bukan semata-mata situs informasi dari
pemerintah). Karena untuk membereskan sistem informasi dalam satu lembaga
pemerintah saja

sudah sangat sulit apalagi harus tercapainya sinergi dari sistem

informai dari lembaga-lembaga pemerintahan, karena hal ini berkaitan erat dengan
faktor budaya, politik dan ekonomi suatu negara.
2.4

Data: Tampilan bentuk e-goverment

Dalam penerapan e-government di Indonesia banyak lembaga – lembaga yang
memakai e-goverrnment sebagai bentuk transparansi dari lembaga tersebut. Salah
satunya adalah MPR RI dimana MRP merupakan dan legislatif yang ada di Indonesia.
Tujuan dari di terapkanya e-government di MPR RI ini adalah agar masyarakat bisa
mengetahiu apa saja yang sedang berjalan di dalam MPR RI itu sendiri dan agar tidah
ada salah paham antara masyarakat dan MPR RI mengenai usulan – usulan ataupun
kebijakan yang di buat oleh lembaga tersebut.

BAB III
Penutup
3.1

Kesimpulan.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk
memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain
yang berkenaan dengan pemerintahan. Dalam pelaksanaanya e-goverment sudah

mulai bekembang di indonesia khususnya pada bidang pelayanan masyarakat yang
bersifat terbuka dan transparan. E-Gov di Indonesia muncul karena adanyaInstruksi
Presiden No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi,
Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus
menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance dan
mempercepat proses demokrasi.
Dalam pengeloaanya e-goverment pertama-tama yang harus dilihat adalah
bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum penerapan e-government, karena
untuk menjalankan e-government diperlukan suatu sistem informasi yang baik,
teratur dan sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari
kesemuanya itu bisa didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik.
Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan e-government adalah kurangnya
ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih belum tersedia di
berbagai tempat di Indonesia.




REFERENSI
Anggono, Bambang Dwi, Kesejajaran ABG E-government, 2007
Depkominfo, Peluang Indonesia Untuk Bangkit Melalui Implementasi E-Government,




Laguboti, Toba, 2005
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_elektronik
http://puzzleminds.com/penerapan-e-government-sebagai-media-transparansi-dan-





akuntabilitas-pemerintah/
http://www.mpr.go.id/
http://kpmptsp.metrokota.go.id/
http://www.e-ktp.com/