Ekonomi pembangunan pertanian dalam pembangunan

Ekonomi pembangunan pertanian:
Transformasi Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan
Pendahuluan
`Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang baik adalah jika negara tersebut
mampu menyeimbangkan, menyelaraskan, serta mengoptimalkan semua sektor-sektor penting
dan strategis yang mereka miliki sehingga sektor-sektor tersebut dapat memberikan hasil yang
berguna untuk tatanan perekonomian nasional negara yang bersangkutan. Sudah banyak negara
yang mampu memajukan perekonomian mereka dengan mengoptimalkan dan menyelaraskan
semua sektor yang mereka miliki seperti negara-negara di Eropa. Tetapi banyak pula negaranegara yang belum bisa memajukan perekonomiannya karena negara tersebut belum bisa
menyelaraskan dan mengoptimalkan sektor-sektor yang mereka miliki.
Setiap negara memiliki sumber daya yang berbeda satu sama lain sehingga sektor-sektor
yang dianggap strategis sudah barang tentu akan berbeda satu sama lain. Untuk negara yang
mempunyai lahan cukup luas dan mempunyai letak geografis serta iklim yang menguntungkan
maka sektor pertanian akan merupakan sektor yang sangat strategis bagi negara tersebut.
Salah satu cara untuk membangun perekonomian nasional suatu negara adalah dengan
cara membangun sektor pertanian dan daerah pedesaan itu dengan baik. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sektor pertanian dan pedesaan dapat membantu meningkatkan perekonomian
nasional.Secara tradisional, peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya
dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Menurut histori di negara-negara barat,
pembangunan ekonomi identik dengan transformasi struktural yang cepat terhadap
perekonomian yakni dari perekonomian yang bertumpu pada kegiatan pertanian menjadi industri

modern dan pelayanan masyarakat yang lebih kompleks. Maka peran utama pertanian hanya
dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah demi
berkembangnya sektor industri yang dinobatkan sebagai sektor unggulan dinamis dalam strategi
pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Menurut model pembangunan Lewis (dua sektor)
bahwa pembangunan yang menitikberatkan pada pengembangan sektor industri secara cepat,
dimana sektor pertanian hanya dipandang sebagai pelengkap atau penunjang yaitu sebagai
sumber tenaga kerja dan bahan pangan yang murah.

Para ekonom mulai menyadari bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan sektor
pertanian pada khususnya ternyata tidak hanya bersifat positif tetapi jauh lebih penting dari
sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Salah satu cara
untuk membangun perekonomian nasional suatu negara adalah dengan cara membangun sektor
pertanian dan daerah pedesaan itu dengan baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian
dan pedesaan dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional. Hal ini sudah dibuktikan
oleh negara-negara maju seperti USA, Inggris, Kanada, Jepang dll. Negara-negara tersebut
membuktikan bahwa pembangunan sektor pertanian dan pedesaan mereka dapat membantu
perekonomian nasional mereka dengan memberikan kontibusi bagi perekonomian selain sektor
industri yang sudah menjadi sektor andalan dalam perekonomian mereka. Berbagai kontribusi
yang bisa diberikan meliputi (1) Peningkatan Lapangan Pekerjaan sehingga secara otomatis akan
menurunkan tingkat angka pengangguran (2) Untuk menekan tingginya tingkat urbanisasi di

negara itu , dan (3) Sebagai penyeimbang dalam pertumbuhan sektor industri.
Suatu hal yang sangatlah tepat jika ingin memperbaiki tatanan ekonomi yang ada di
negara-negara yang memiliki daerah pertanian yang luas adalah dengan membangun daerah
tersebut yang nantinya pasti akan ikut berperan serta dalam memperbaiki struktur tatanan
ekonomi di negara yang bersangkutan.
Pembahasan
I. Pengertian Transformasi
Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai
pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh
unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal
sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan. Laseau
1980 yang dikutip oleh Sembiring 2006 memberikan kategori Transformasi sebagai berikut:
1. Transformasi bersifat Tipologikal (geometri) bentuk geometri yang berubah dengan
komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama.
2.

Transformasi bersifat gramatikal hiyasan (ornamental) dilakukan denganmenggeser,
memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan, melipat dll.

3. Transformasi bersifat refersal (kebalikan) pembalikan citra pada figur objek yang akan

ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra sebaliknya.

4. Transformasi bersifat distortion (merancukan) kebebasan perancang dalam beraktifitas.
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar.itb.ac.id/wdp/ diakses
pada tanggal 11 November 2013).menguraikanfactor-faktor yang menyebabkan terjadinya
transformasi yaitu sebagai berikut:
1. Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin
memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
2. Perubahan gaya hidup (Life Style) perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh
kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia
dan lingkuangannya.
3. Pengaruh teknologi baru timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat
dipakai secara teknis (belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti
mode.
Bermula dari kedatangan etnis Jawa atas program pemerintah (transmigrasi) di desa Koli
dapat memberikan peluang besar bagi masyarakat setempat untuk mengenal sitem mata
pencaharian, sikap hidup etnis Jawa dan kebudayan Jawa lebih terlihat adalah etos kerja etnis
Jawa begitu pula sebaliknya.Melihat kenyataan seperti ini tentu perubahan merupakan sebuah
kepastian antara kedua etnis. Dalam hal transformasi etos kerja tentu akan dipengaruhi oleh
faktor lain eksternal dan internal.

II. Proses Transformasi
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar.itb.ac.id/wdp/
diakses pada tanggal 11 November 2013) menguraikan proses transformasi yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit
2. Tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses itu akan berakhir
tergantung dari faktor yang mempengaruhinya
3.

Komprehensif dan berkesinambungan
Perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang

ada dalam masyarakat. Proses transformasi mengandung dimensi waktu dan perubahan sosial
budaya masyarakat yang menempati yang muncul melalui proses yang panjang yang selalu
terkait dengan aktifitas-aktifitas yang terjadi pada saat itu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
trasformasi tidak dapat diduga kapan dimulai dan kapan akan berakhir begitu juga pada

transformasi etos kerja yang nota benenya dikaji pada ruang yang satu dan pada waktu yang
panjang. Pada pengertian transmigrasi jelas bahwa transmigran memiliki kebebasan pilihan
untuk menentukan pilihan dengan lingkungan barunya.


Dilihat bagan diatas dapat dijelaskan bahwa transformasi adalah suatu perubahan dari
satu kondisi (bentuk awal) ke kondisi yang lain (bentuk akhir) dan dapat terjadi secara terus
menerus atau berulangkali yang dipengaruhi oleh dimensi waktu yang dapat terjadi secara cepat
atau lambat, tidak berhubungan dengan perubahan fisik tetapi juga menyangkut perubahan sosial
budaya ekonomi.

politik masyarakat karena tidak dapat lepas dari proses perubahan baik

lingkungan (fisik) maupun manusia (non fisik).
III. Transformasi Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan
Arti Penting Kemajuan Sektor Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan
Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan
ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni:
1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional,
dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani
kecil.
2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi
pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan.

3.


Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya, yaitu
nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang
oleh masyarakat pertanian.

Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integratif, pertumbuhan
industri tidak akan berjalan dengan lancar dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri
tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam
perekonomian bersangkutan. Pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan
memperparah masalah-masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, serta pengangguran.
IV. Sektor Pertanian
Pertanian merupakan suatu proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak, serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya alam yaitu sumber daya
tumbuhan dan sumber daya hewan. Pemanfaatan kedua sumber daya ini sebaiknya dilakukan
secara baik dan efisien, sehingga nantinya sektor pertanian dapat menghasilkan output yang
berkualitas baik dan jumlah dari output tersebut bisa untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam
negeri. Namun demikian, sampai saat ini masih juga ditemukan kasus-kasus yang sangat
merugikan bagi perkembangan sektor pertanian yaitu kasus seperti penangkapan ikan dengan
menggunakan pukat harimau dan bahan peledak yang nantinya dapat merusak ekosistem di dasar
laut, perburuan hewan di hutan dan penebangan hutan secara ilegal serta munculnya proyekproyek perumahan yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengambil luas lahan

sawah dan hutan yang ada.
Sebenarnya salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia adalah sektor
pertanian yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses
produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia.
Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena dengan memakai bahan dasar langsung
dari alam dapat menghasilkan bahan organik yang bermanfaat bagi manusia baik langsung
maupun tidak langsung.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu :
1. Selalu melibatkan barang dalam volume besar
2. Proses produksi yang memiliki resiko yang relatif tinggi

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam
proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga dan hidroponika)
telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih
menggunakan bentuk dan cara pertanian yang lama.
Dalam rangka meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling miskin, upaya yang
dilakukan harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk yang bersangkutan. Karena
pada umumnya mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, maka kunci
pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan sektor pertanian secara sungguh-sungguh.

Revolusi hijau sangat berperan dalam meningkatkan jumlah kawasan garapan dan menaikkan
output. Sayangnya , manfaat yang dihsilkan tidak selalu menyebar ke wilayah lain atau
mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Organisasi Pangan Dunia (FAO), berulang kali telah memperingatkan akan adanya
bencana kekurangan pangan yang gawat. FAO baru-baru ini juga memperkirakan bahwa karena
penyediaan pangan yang jauh dari memadai itu, lebih dari 270 juta diantara 750 juta jiwa total
penduduk afrika menderita kekurangan gizi. Penyebab utama memburuknya kinerja pertanian di
negara-negara dunia ketiga terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan
prioritas pembangunan oleh pemerintah itu sendiri. Diperparah lagi dengan gagalnya
pelaksanaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama disebabkan oleh
kesalahan dalam memlih strategi industrialisasi subtitusi impor dan penetapan nilai kurs yang
telalu tenggi.
V. Arti Penting Kemajuan Sektor Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan
Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan
ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni 1.Percepatan
pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga
yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktifitas para petani kecil; 2. Peningkatan
permintaan domestic terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan
perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan serta 3. Diversifikasi
kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya.


Tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integrative, pertumbuhan industry tidak akan
berjalan dengan lancar dan pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah
masalah masalah kemiskinan ketimpangan pendapatan serta pengangguran.
VI. Pertumbuhan Sektor Pertanian : Masa Lalu dan Tantangan Masa Kini
Organisasi Pangan Sedunia yang bernaung PBB berulang kali telah memperingatkan
akan adanya bencana kekurangan pangan yang gawat. Penyebab utama dari semakin
memburuknya kinerja pertanian di negara negara dunia ketiga adalah terabaikannya sector yang
sangat penting ini dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintah negara negara
berkembang itu sendiri.
Langkah pertama yang harus ditempuh dalam rangka lebih memahami hal hal yang
dibutuhkan guna menyukseskan pembangunan pertanian dan pedesaan adalah upaya pemahaman
secara komperhensif atas hakikat atau sifat dasar system pertanian di berbagai wilayah negara
negara dunia ketiga yang sangat beragam itu, khususnya mengenai aspek aspek ekonomi yang
tergantung dalam proses transisi dari pola pertanian subsisten menjadi pola pertanian komersial.
VII. Struktur Sistem Agraria di Negara Berkembang
Jika diperhatikan bahwa kondisi pertanian yang ada sekarang ini pada sebagian besar
negara miskin, akan segera disadari bahwa betapa banyak tugas-tugas yang harus dilaksanakan
sesegera mungkin. Perbandingan sekilas antara produktivitas pertanian di negara maju dengan
negara berkembang akan memperjelas gambaran suram tersebut. Sebenarnya, sistem atau pola

pertanian yang ada di dunia ini dapat dibagi menjadi 2 pola yang berbeda yaitu :
1. Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi tinggi, dengan
kapasitas produksi dan rasio output per tenaga kerja yang juga tinggi, sehingga jumlah
petani yang sedikit dapat menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk.
2.

Pola pertanian yang tidak atau kurang berkembang yang terjadi di negara-negara
berkembang. Tingkat produktivitasnya begitu rendah sehingga hasil yang diperoleh
acapkali tidak dapat memenuhi kebutuhan para petaninya sendiri. Jangankan untuk
mencukupi kebutuhan pangan penduduk daerah perkotaan, untuk keperluan sehari-hari
para petani itu saja, hasil-hasil pertanian yang ada tidak mencukupi.

Di sejumlah negara-negara yang berkembang, pertaniannya bersifat subsisten. Jangankan untuk
mencukupi kebutuhan pangan daerah perkotaan untuk keperluan sehari-hari para petani itu saja
tidak memadai. Sedangkan di negara-negara maju pertumbuhan output pertanian yang mantap
telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-18. Laju pertumbuhan tersebut dipacu oleh
perkembangan teknologi dan pengetahuan biologi, yang mampu menghasilkan tingkat
produktivitas tenaga kerja dan lahan yang lebih tinggi lagi.
Gambaran produksi pertanian tersebut berbeda sekali dengan yang dialami oleh negara-negara
dunia ketiga. Di negara-negara miskin, metode produksi pertanian dari waktu ke waktu tidak

mengalami perubahan berarti. Sampai sekarang, para petani di negara-negara berkembang masih
banyak yang menggunakan metode produksi yang sudah dipraktekkan sejak ratusan yang
lampau. Dengan teknologi pertanian dan penggunaan masukan (input) tradisional diluar tenaga
kerja manusia yang sama, kita mengetahui dari prinsip perolehan hasil yang semakin berkurang
(diminishing returns) bahwa jika semakin banyak orang yang mengerjakan sebidang lahan maka
tingkat produktivitas marjinal akan semakin menurun sebagai hasil akhirnya standar hidup petani
pedesaan di negara-negara dunia ketiga terus memburuk.
Sehingga antara negara maju dan negara berkembang muncul suatu kesenjangan yang
disebut sebagai kesenjangan produktivitas. Pada tahun 2000 kesenjangan produktivitas ini
meningkat menjadi lebih dari 50 banding 1, dimana negara-negara yang berpendapatan rendah
(produktivitasnya rendah) nilai tambah per pekerja sektor pertanian adalah 346 dolar sedangkan
di negara maju seperti Inggris, Swedia, Jepang masing-masing adalah 34.730 dolar, 34.285 dolar,
dan 30.620 dolar. Dari hal ini dapat dilihat dan dibuktikan bahwa tingkat kesenjangan
produktifitas antara negara maju dengan negara berkembang cukup tinggi dan hal ini merupakan
sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan
·

VIII. Tiga Sistem Pertanian
Langkah pertama untuk memahami apa yang dibutuhkan untuk memajukan pertumbuhan
dan mendorong pembangunan di pedesaan adalah memahami permasalahan dari sistem agraria
di beragam negara berkembang dan aspek ekonomi yang mendasari pergeseran pola dari
pertanian subsisten, yakni hasil pertanian hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, ke
pertanian komersial. Pada tahun 2008, ahli ekonomi pertanian dari Bank Dunia bernama Alain de
Janvry beserta rekannya membuat Laporan Pembangunan Dunia yang salah satu bagiannya

menyatakan bahwa disamping majunya sistem agraria di negara berkembang, terdapat tiga
situasi berbeda di balik hal tersebut.
Pertama, pertanian masih menjadi faktor utama yang berkontribusi untuk pertumbuhan
ekonomi di negara agraris.Hal ini ditunjukkan dengan besarnya pengaruh sektor pertanian pada
Pendapatan Domestik Bruto (PDB).Bank Dunia memperkirakan bahwa pertanian memberi
kontribusi sebesar 32% pada pertumbuhan PDB secara rata-rata pada negara-negara agraris,
dimana sekitar 417 juta penduduk tinggal.Lebih dari dua per tiga penduduk tinggal di desa,
seperti misalnya penduduk sub-gurun Sahara, Afrika, Laos, dan Senegal.
Kedua, kebanyakan penduduk pedesaan di dunia — sekitar 2,2 milyar — tinggal
di negara yang tengah bertransformasi, dengan indikator persentase penduduk miskin di
pedesaan sangat tinggi (sekitar 80%) namun sektor pertanian hanya memberi peran kecil pada
pertumbuhan PDB (sekitar 7%). Hal ini terjadi pada negara-negara di Asia Tenggara, Afrika
Utara, dan Timur Tengah, serta Guatemala. Ketiga, negara perkotaan, dimana migrasi desakota telah mencapai titik dimana penduduk yang miskin dapat ditemui di kota, dan sektor
pertanian menyumbang kontribusi yang lebih kecil terhadap pertumbuhan output. Hal ini terjadi
di negara Amerika Latin dan Karibia, serta di Eropa Timur dan Asia Tengah dengan jumlah
penduduk pedesaan sekitar 225 juta jiwa.
Di samping itu, perbedaan wilayah di dalam suatu negara juga memainkan peran yang
tidak kalah penting.Seperti misalnya di India terdapat wilayah yang memiliki latar yang berbeda,
misalnya Punjab yang modern dan Bihar yang masih semi-feodal. Ataupun di Indonesia,
misalnya wilayah Jawa yang sangat modern dengan pertanian yang kuat dan Kalimantan yang
masih belum begitu maju.
·

IX. Pertanian ala petani di Amerika Latin, Asia, dan Afrika
Di kebanyakan negara berkembang, faktor sejarah memainkan peran penting pada
kepemilikan lahan untuk petani kecil maupun besar.Hal ini berlaku di Amerika Latin dan
beberapa negara di Asia.Di wilayah tersebut terdapat ketimpangan kepemilikan lahan yang
sangat jelas terlihat. Di Afrika, faktor sejarah dan ketersediaan tanah yang belum terpakai
menghasikan pola dan struktur pertanian yang berbeda. Walaupun petani harus berjuang untuk
mempertahankan hidupnya serta tingkah laku petani yang jatuh miskin di Asia dan Amerika
Latin, sistem agraria di negara tersebut tetap berbeda satu sama lain.

A. Pola Pertanian di Amerika Latin: Kemajuan dan Tantangan terhadap Kemiskinan
Di Amerika Latin, seperti di Asia dan Afrika, struktur agraria tidak hanya bagian dari
sistem produksi tetapi juga dasar dari ekonomi, sosial, dan organisasi politik di kehidupan
pedesaan secara keseluruhan. Struktur agraria telah ada di Amerika Latin sejak masa kolonial
dan masih berkembang pada beberapa wilayah dengan adanya sistem dualisme pertanian yang
disebut denganlatifundiominifundio.Latifundios adalah kepemilikan lahan pertanian dengan area
yang besar, dan dapat menyediakan lapangan kerja untuk lebih dari 12 orang, walaupun beberapa
unit usaha dapat menampung karyawan sampai ribuan tenaga kerja.Minifundios adalah unit
usaha pertanian terkecil yang hanya dapat menampung satu keluarga (2 orang pekerja), dengan
pola pendapatan, akses pasar, dan tingkat teknologi serta jumlah modal tertentu yang berbeda
menurut masing-masing negara atau wilayah.
Wilayah dengan kondisi lahan pertanian yang buruk, dengan jumlah kaum minoritas yang
tinggi, cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi.Kesenjangan ekstrim di wilayah
pedesaan ini juga terjadi.Hal ini disebabkan oleh sulitnya akses kredit bagi kaum miskin dan
kekuasaan kaum elit yang sangat kuat sehingga fasilitas negara dapat dikuasai hanya untuk
mereka saja. Terlebih, urbanisasi kaum terdidik masih tinggi, sehingga penduduk di desa yang
masih ada hanyalah mereka yang berusia tua, berkelamin wanita, dan kaum pribumi saja.
Faktor-faktor inilah yang masih menjadi masalah di negara berpendapatan menengah di Amerika
Latin dan membutuhkan penanganan dari masyarakat dan pemerintah setempat.
B. Fragmentasi dan Subdivisi Lahan Petani di Asia
Masalah pokok bidang pertanian di Asia adalah banyaknya orang yang bekerja pada
lahan yang sangat sempit.Selama abad 20 berjalan, kondisi pedesaan di kawasan Asia semakin
memburuk. Prof. Gunnar Myrdal mengidentifikasikan tiga elemen yang saling berkaitan dan
membentuk pola kepemilikan lahan tradisional, yang dibagi menjadi :
1. Penindasan yang dilakukan bangsa Eropa.
2. Pengenalan transaksi ekonomi yang serba menggunakan uang secara besar-besaran
serta meningkatnya kekuatan pemilik uang yang bertindak sebagai rentenir.
3. Laju pertumbuhan penduduk Asia yang sangat cepat.
· C. Pertanian Subsisten dan Perluasan Perladangan di Afrika
Seperti halnya di Asia dan Amerika Latin pola pertanian subsistem pada sebidang lahan
yang sempit merupakan cara hidup sehari-hari dari sebagian besar keluarga petani di Afrika.

Akan tetapi, struktur dan organisasi sistem perekonomian sangatlah berbeda.Sebagian besar
petani di daerah tropis Afrika masih mengarahkan hasil pertaniannya untuk kehidupan subsisten,
kecuali di daerah perkebunan bekas jajahan. Karena input variabel yang utama dalam pertanian
Afrika adalah keluarga dan tenaga kerja pedesaan, maka sistem pertanian di Afrika didominasi
oleh tiga karakteristik utama :
1. Masih sangat pentingnya pola pertanian subsisten bagi masyarakat pedesaan.
2.

Eksistensi atau ketersediaan sebidang lahan yang luasnya melebihi dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang masih memungkinkan berlangsungnya
pola pertanian berpindah serta membuat tanah bukan merupakan suatu instrumen
kekuatan ekonomi dan politik bagi pemiliknya.

3. Adanya hak bagi setiap keluarga guna memanfaatkan lahan dan air di dalam dan
sekitar wialyah kampung halamannya, dan sama sekali tidak boleh dijamah oleh
keluarga-keluarga lain meskipun mereka berasal dari satu suku.
Pertanian subsisten merupakan budaya tradisional Afrika danmemiliki produktivitas yang
rendah, hal ini merupakan hasil dari kombinasi faktor sejarah yang mencegah pertumbuhan
output:
1. Walaupun ada banyak lahan potensial yang belum terjamah, hanya wilayah yang
kecil dan tertentu saja yang dapat dikelola oeh keluarga petani dengan hanya
memakai alat-alat tradisional. Penggunaan hewan sebagai alat bantu pertanian juga
tidak memungkinkan karena gangguan dari faktor alam,seperti cuaca kering dan
penyakit menular, maupun faktor manusia yang belum dapat mengelola hewan
tersebut.
2. Dengan area kelola pertanian yang kecil dan memakai alat tradisional, area ini
cenderung diolah secara intensif. Akibatnya, terjadi diminishing return terhadap
bertambahnya tenaga kerja. Kesuburan tanah juga akan habis seiring dengan
penggunaan lahan tersebut. Disini, petani di Afrika hanya memakai kotoran hewan
untuk mengembalikan kesuburan tanah mereka untuk kemudian lahan tersebut
ditanami kembali.
3. Tenaga kerja adalah input yang langka pada saat musim sibuk masa tanam, dan
panen. Di saat bersamaan, kebanyakan tenaga kerja ini tidak memiliki skill memadai.
Karena di Afrika hujan jarang terjadi, permintaan akan tenaga kerja pada saat musim

hujan akan tumbuh sangat tinggi melebihi semua penawaran tenaga kerja yang
tersedia.
X. Peran Penting Kaum Wanita
Masalah utama yang terjadi pada saat ini, terutama di Asia dan Afrika, adalah peran
wanita dalam sektor pertanian. Dalam beberapa kasus, kaum wanita melakukan sekitar 70 persen
tugas pertanian, dan dalam satu kasus bahkan hampir mencapai 80 persen dari keseluruhan
pekerjaan. Pada umumnya, yang dikerjakan adalah pekerjaan-pekerjaan kasar dengan
menggunakan peralatan yang serba sederhana atau bahkan pimitif dan memerlukan banyak
waktu, sekedar untuk mencukupi keperluan subsisten keluarganya, seperti misalnya mencabuti
rumput liar, menanam bibit, dan memanen hasil panen untuk dikonsumsi secepatnya.Sementara
kaum pria atau para suami mencoba mencari pekerjaan sambilan di perkebunan atau di kotakota.Selama ini kaum wanita telah memberikan kontribusi yang besar dan penting dalam
ekonomi pertanian, khususnya dalam sektor tanaman pangan yang cepat menghasilkan uang.
Di berbagai kawasan di negara-negara berkembang jerih payah kaum wanita selama
berjam-jam setiap harinya dalam menghasilkan produk tanaman komersial tetap saja tidak
mendapatkan imbalan atau upah.Sementara sumber penghasilan dari produksi pertanian
komersial meningkat, kontrol kaum wanita terhadap sumber-sumber ekonomi itu justru
menurun.Hal ini dikarenakan sebagian besar sumber daya rumah tangga, seperti tanah dan inputinput lainnya dialihkan dari budidaya tanaman pekarangan ke produksi pertanian komersial itu.
Program-program

pengembangan

yang

dijalankan

pemerintahan

negara-negara

berkembang selama ini hanya terfokus pada kaum pria saja, sehingga ketimpangan akses ke
berbagai sumber daya ekonomi antara kaum pria dan wanita semakin lama semakin besar.Karena
itu, kontribusi wanita bagi pendapatan keluarga dengan sendirinya merosot. Program-program
yang disponsori pemerintah belum memberikan perhatian yang memadai kepada kaum wanita.
Di banyak negara berkembang, seorang wanita hanya dapat melakukan suatu kontrak atau
transaksi ekonomi jika disertai oleh tanda tangan sang suami. Sedikit sekali kaum wanita yang
terlibat dalam program-program pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.Berbagai macam kendala kultural dan sosial masih menghalangi integrasi kaum
wanita ke dalam program-program pengembangan pertanian di banyak negara-negara
berkembang.Secara umum, keterlibatan kaum wanita dalam berbagai macam proyek

pembangunan dan program-program peningkatan kesejahteraan masih sangat terbatas; jadi tidak
mengherankan jika proyek atau program itu sendiri banyak yang gagal mencapai
sasarannya.Yang tidak kalah pentingnya bahwa segala macam usaha kaum wanita masih
dianggap tidak perlu diberi imbalan atau upah, padahal tetes keringat kaum pria mendapat
imbalan.
Pentingnya peranan dan fungsi ekonomi kaum wanita tersebut dibuktikan oleh
keberhasilan yang sangat mengesankan dari program-program pembangunan yang melibatkan
partisipasi mereka secara penuh. Sehubungan dengan begitu pentingnya peranan kaum wanita
dalam peningkatan kemakmuran masyarakat pertanian, maka setiap program atau proyek
pembangunan haruslah melibatkan mereka agar kaum wanita juga memperoleh manfaat dan
kesempatan yang sama besarnya dengan yang diterima oleh kaum pria.
XI. Mikroekonomi Perilaku Petani dan Pembangunan Agrikultur
A. Transisi Penghidupan Sendiri Petani menjadi Petani Komersial Terspesialisasi
Terdapat tiga tahapan umum dalam evolusi produksi agrikultur.Tahap pertama merupakan
murni, produktifitas-rendah, kebanyakan petani yang menghidupi dirinya sendiri (subsistence),
hal ini masih lazim dilakukan di Afrika.Tahap kedua disebut beragam atau agrikultur keluarga
campuran (mixed family agriculture) dimana sebagian kecil hasil produksi digunakan sebagai
konsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual untuk kepada sektor komersil.Tahap ketiga
merepresentasikan petani modern, yang secara eksklusif terlibat dalam produktifitas-tinggi
spesialisasi agrikultur dalam pasar komersial.
B.

Pertanian Subsisten: Keengganan Risiko, Ketidapastian, dan Kelangsungan Hidup
Pada pertanian subsisten klasik, kebanyakan output diproduksi untuk keperluan konsumsi

keluarga.Output dan produktifitas yang dihasilkan rendah, serta menggunakan alat pertanian
sederhana.Modal yang digunakan untuk investasi minimal; tanah dan tenaga kerja merupakan
faktor pokok produksi.Tenaga kerja setengah menganggur hampir sebagian besar tahun dan
hanya bekerja ketika musim panen.
Teori tradisional dua faktor neoklasik memberikan beberapa pengertian yang mendalam
terhadap ekonomi subsisten agrikultur, dimana tanah berjumlah tetap, tenaga kerja merupakan
satu-satunya variabel input, dan memaksimalkan keuntungan. Namun sayang teori ini tidak
menjelaskan mengapa petani kecil sering kali menentang inovasi teknologi yang dapat

membantu dalam pertanian maupun perkenalan bibit-bibit baru. Menurut teori, pada umumnya
orang akan cenderung menggunakan metode produksi yang eningkatkan output dengan cost yang
diberikan atau meminimumkan cost dengan output tingkat tertentu, namun teori ini berdasarkan
asumsi dimana petani memiliki “pemahaman sempurna”. Oleh karena itu teori ini gagal
diterapkan kepada lingkungan agrikultur subsisten. Terlebih lagi jika akses untuk mendapatkan
informasi tidak sempurna, biaya yang harus dibayarkan untuk mendapatkan informasi akan
semakin mahal.
Agrikultur subsisten kemudian dapat dikatakan usaha yang memiliki risiko tinggi dan
ketidakpastian. Di daerah dimana pertanian sangat kecil dan panen sangat bergantung kepada
curah hujan, rata-rata output akan rendah, dan pada tahung yang buruk, para petani akan
terancam bahaya kelaparan. Pada keadaan tersebut, petani akan lebih memikirkan kelangsungan
hidupnya dibandingkan keuntungan yang didapatkan. Dengan demikian petani akan enggan
untuk meninggalkan teknologi tradisional yang mereka gunakan dan mengganti dengan yang
baru karena walaupun keuntungan yang didapatkan mungkin akan tinggi, tetapi risiko yang
dipertatuhkan akan lebih tinggi pula.
C.

Ekonomi Bagi Hasil dan Faktor Pasar yang Saling Terkait
Bagi hasil terjadi ketika petani menggunakan tanah milik orang lain (landowner) sebagai

ganti dari sebagian hasil output makanan. Bagian pemilik tanah dapat bervariasi tergantung
ketersediaan tenaga kerja lokal dan input lainnya. Alfred Marshall mengobservasi bahwa sistem
bagi hasil akan menimbulkan inefisiensi karena ketika petani hanya dibayarkan sebagian dari
hasil marjinalnya, secara rasional usaha yang dilakukan akan semakin menurun. Pandangan ini
kemudian

ditantang

oleh

Steven

Cheung

dengan

teorinya

yang

disebutmonitoring

approach dimana menurut Steven Cheung, pemilik tanah yang profit-maximizing akan
mengeluarkan

kontrak

yang

mengharuskan

usaha

yang

memadai

serta

penetapan

pembagian output. Jika pekerjaan pemilik tanah tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan,
maka ia akan digantikan dengan pemilik lain yang mau bekerja keras.
Screening hypothesis merupakan pandangan dimana orang dengan kemampuan lebih
tinggi akan cenderung lebih memilih perjanjian sewa murni, karena dengan demikian petani
yang memiliki kemampuan tinggi (high-ability farmer) akan mendapat nilai penuh dari produk
marjinalnya. Namun Radwan Ali Shaban mengidentifikasikan petani yang memanen dari
lahannya sendiri dengan petani yang menggunakan sistem kontrak bagi hasil. Dia menemukan

bahwa petani dengan kontrak bagi hasil akan menggunakan sedikit input dan akan
menghasilkanoutput lebih sedikit dibandingkan dengan yang menggunakan lahan sendiri.
Pendekatan terakhir menyarankan bahwa bagi hasil secara relatif efektif. Jika pemilik
tanah (landlord) membayar penyewa tanah (tenant) secara adil, dan akan efisien apabila
penyewa tanah memberikan usaha terbaiknya. Faktor pasar yang saling terkait merupakan
keadaan

dimana

fungsi

penawaran

saling

bergantung,

biasanya

disebabkan

karena

berbagai input yang berbeda disediakan oleh supplier yang sama.
D. Transisi kearah Pertanian Campuran (Diversified Farming)
Pertanian campuran menggambarkan secara logis tahap transisi dari pertanian subsisten
kearah pertanian dengan spesialisasi produksi karena pada petani kecil, ketergantungan eksklusif
terhadap suatu tanaman tertentu dapat lebih berbahaya dibandingkan subsisten murni, karena
resiko fluktuasi harga juga dimasukkan kedalam ketidakpastian alam.Pada tahap ini, hasil panen
pokok tidak lagi mendominasi outputpertanian. Sukses atau tidaknya usaha tersebut, tidak hanya
bergantung dari kemampuan serta ketrampilan petani dalam meningkatkan produktifitasnya
namun juga diukur dari sosial, komersial, dan kondisi institusional.
XII.Pembangunan

Daerah

Pedesaan,

Kebijakan-kebijakan

Pendukungnya,

Serta

Keterpaduan Antara Tujuan Pendukung
Di daerah pedesaan pada sebagian besar negara berkembang umumnya mempunyai luas
lahan yang sempit, modal relatif kecil, sedangkan jumlah tenaga kerja yang ada melimpah.
Dalam kondisi tersebut yang merupakan masalah mengapa pembangunan di pedesaan tidak
sesuai dengan harapan, dimana tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan di
negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di pedesaan melalui
peningkatan pendapatan, total produksi atau output, dan produktifitas petani kecil sehingga
diperlukan syarat-syarat bagi terlaksananya pembangunan daerah pedesaan. Syarat-syarat
terlaksananya suatu pembangunan daerah pedesaan antara lain melalui kebijakan Land Reform.
Struktur usaha tani dan pola kepemilikan lahan harus disesuaikan dengan tujuan utama yang
berisikan ganda, yaitu peningkatan produksi bahan pangan, serta pemerataan segala manfaat atau
keuntungan-keuntungan kemajuan pertanian pada sisi lain.
Pembagian sektor pertanian dan pedesaan hanya akan berhasil membawa manfaat jika
ada usaha bersama antara pemerintah dengan semua petani, bukan hanya dengan petani besar

saja. Program Land Reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan lahan dan
pembebasan penggunaan lahan yang terlalu luas oleh para tuan tanah kemudian membagikannya
kepada para petani kecil yang lahannya terlalu sempit. Pelaksanaannya melalui beberapa cara
yaitu :
1. Mengalihkan kepemilikan lahan kepada para penyewa
2.

Penggarap / petani bagi hasil yang secara langsung mengerjakan lahan yang
dimaksud

3. Mengalihkan lahan perkebunan besar pada petani kecil
4. Pembentukan koperasi pedesaan
5. Dekrit pemerintah yang menyatakan bahwa semua lahan pertanian adalah milik
pemerintah dan bagi para petani yang ingin memberdayakan lahan tersebut sebaiknya
diberikan berbagai akses dan kemudahan untuk menggarap lahan tersebut.
`Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir
secara nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah yang secara sengaja
diciptakan untuk memberikan rangsangan atau insentif, kesempatan atau peluang ekonomi, dan
berbagai kemudahan yang diperlukan untuk mendapatkan segenap input utama guna
memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat output dan produktifitas mereka.
Berbagai kebijakan yang sebaiknya diberikan pemerintah demi terlaksananya proses
pembangunan daerah pedesaan antara lain adalah :
a.

Adanya anggaran dari pemerintah pusat bagi pembangunan infrastruktur daerah
pedesaan sehingga arus transportasi dan pengangkutan dari desa ke kota atau sebaliknya
akan lancar. Diharapkan dengan infrastruktur yang memadai maka masyarakat akan
semakin lancar untuk melakukan proses perdagangan sehingga hal ini juga akan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.

b.

Pendirian Koperasi Unit Desa (KUD).
Dengan adanya KUD maka masyarakat di pedesaan akan merasa sangat terbantu karena
masyarakat bisa menjualkan hasil-hasil pertanian kesana disamping itu di KUD
masyarakat pedesaan juga bisa membeli pupuk dan berbagai kebutuhan pertanian disana
dengan harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan jika mereka harus membeli di
tempat lain.

c. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam.

Keberadaan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) dipandang sebagai salah satu hal yang
perlu ada di dalam daerah pedesaan, sehingga apabila masyarakat pedesaan
membutuhkan dana atau biaya baik untuk menambah modal lahan pertanian mereka
ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat pedesaan tidak perlu
meminjam uang melalui lintah darat atau usaha perkreditan swasta lainnya yang nantinya
akan bisa menjadi boomerang bagi masyarakat pedesaan itu sendiri karena jumlah bunga
yang diberikan sangat tinggi. Maka dengan adanya koperasi simpan pinjam ini
masyarakat dapat merasa terbantu dalam memperoleh pinjaman dana baik untuk
menambah modal ataupun untuk memenuhi biaya kebutuhan yang sifatnya mendesak.
Tentunya koperasi simpan pinjam yang didirikan di pedesaan sebaiknya tidak bersifat
profit motif melainkan lebih bersifat persaudaraan dan kekeluargaan dengan menerapkan
pemberian pinjaman dengan bunga yang lunak, dan akan lebih baik lagi apabila koperasi
simpan pinjam ini dikelola oleh masyarakat desa itu sendiri sehingga rasa persaudaraan
dan kekeluargaan di dalamnya akan lebih terasa.
d.

Pemberian Pelatihan Bagi Masyarakat Pedesaan Secara Konsisten
Maksud dari pemberian pelatihan ini adalah untuk menambah wawasan dan keterampilan

masyarakat pedesaan terhadap bidang usaha yang mereka jalani yaitu bidang pertanian dan
perdagangan. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan masyarakat pedesaan akan perdagangan dan pertanian sehingga muncullah berbagai
output dalam bidang pertanian yang kualitasnya bertambah baik dari tahun ke tahun. Selain itu
dengan adanya pelatihan perdagangan maka hal ini diharapkan akan menambah pengetahuan
mereka akan perdagangan. Maka dengan adanya pemberian pelatihan bagi masyarakat pedesaan
ini akan sangat membantu menambah pengetahuan masyarakat pedesaan akan bidang usaha yang
mereka jalankan.
Keberhasilan pembangunan pedesaan, selain sangat bergantung pada kemajuan petani
kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting lainnya meliputi :
1. Upaya untuk meningkatkan pendapatan riil pedesaan, baik di sektor pertanian maupun
non pertanian.
2. Penanggulangan masalah ketimpangan distribusi pendapatan di daerah pedesaan serta
ketidakseimbangan pendapatan dan kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan dengan
perkotaan.

3. Pengembangan kapasitas sektor / daerah pedesaan itu sendiri dalam rangka menopang
dan memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut dari waktu ke waktu.
XIII. Solusi Yang Harus Dilakukan Oleh Negara Berkembang Untuk Menciptakan
Daerah Pertanian dan Pedesaan Sebagai Salah Satu Sektor Yang Bisa Diandalkan
Dari bebagai masalah dan akibat yang ditimbulkan maka perlu dilakukan suatu tindakan
untuk menyelamatkan tata perekonomian negara-negara tersebut. Cara yang harus dilakukan
oleh pemerintah negara-negara tersebut adalah dengan memberikan perhatian bagi sektor
pertanian yang bisa dijadikan sektor andalan bagi negara tersebut dan para penduduk juga sudah
harus mulai mengelola lahan ini sebaik mungkin, sehingga diharapkan ada suatu ikatan yang
baik antara pemerintah dan penduduk negara yang bersangkutan dimana pemerintah memberikan
akses dan kemudahan dalam pengelolaan lahan pertanian baik itu akses pasar maupun
kemudahan dalam berbagai bentuk seperti dalam penyediaan faktor produksi dan pendanaan
untuk pengelolaan lahan pertanian dan penduduk negara yang bersangkutan juga ikut mengelola
lahan pertaniannya dengan baik, serius dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Pembangunan sektor pertanian dan daerah pedesaan kini diyakini sebagai intisari pembangunan
nasional secara keseluruhan oleh banyak pihak. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah
pedesaan yang integratif pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar, dan kalaupun
bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut menciptakan berbagai ketimpangan internal yang
sangat parah bagi perekonomian negara yang bersangkutan.
Apabila tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan di negara-negara
berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di pedesaan melalui peningkatan
pendapatan, total produksi (output), dan produktivitas petani kecil, maka pertama-tama
pemerintahan negara-negara berkembang tersebut harus mengidentifikasi sumber-sumber pokok
kemajuan pertanian dan kondisi-kondisi dasar yang sekiranya akan mepengaruhi keberhasilan
pencapaian tujuan utama. Sehingga untuk menuju pertanian dan pedesaan yang andal perlu
dipahami apa saja yang menjadi sumber kemajuan, syarat-syarat untuk maju, dan kebijakan
pendukung apa yang diperlukan.
Sumber-sumber Kemajuan Pertanian Berskala Kecil
a. Kemajuan teknologi dan inovasi.
b. Kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat.

c. Kelembagaan sosial yang menunjang.
Syarat Umum bagi Kemajuan Pedesaan
a.

Modernisasi struktur usaha tani dalam rangka memenuhi bahan pangan yang
terus meningkat.

b.

Penciptaan sistem penunjang yang efektif.

c.

Perubahan kondisi sosial pedesaan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat
pedesaan.

Strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan
paling tidak membutuhkan tiga unsur yaitu :
a.

Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi,
institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan
produktivitas para petani kecil.

b.

Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari
strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan
ketenagakerjaan

c.

Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya,
yaitu non pertanian yang secara langsung dan tidak langsung akan menujang dan
ditunjang oleh masyarakat pertanian.

Ada tiga dalil pokok yang merupakan syarat-syarat terpenting yang harus segera dipenuhi
atau dilaksanakan dalam rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor-sektor
pertanian dan pembangunan daerah-daerah pedesaan yang berorientasikan pada kepentingan
rakyat banyak.
Dalil 1: Struktur usaha tani dan pola kepemilikan lahan harus disesuaikan dengan tujuan
utama yang bersisi ganda, yaitu peningkatan produksi bahan pangan, serta pemerataan segala
manfaat atau keuntungan-keuntungan kemajuan pertanian pada sisi yang lain. Pembangunan
sektor pertanian dan pedesaan hanya akan berhasil membawa manfaat atau keuntungan bagi
orang banyak apabila ada usaha bersama antara pihak pemerintah dan semua petani (bukan
hanya petani-petani besar saja). Langkah yang harus dilakukan adalah pemberian dan perbaikan
hak kepemilikan atau penggunaan lahan kepada masing-masing petani.
Oleh karena itu program land reform harus dijalankan demi menciptakan kondisi awal
bagi terselenggaranya pembangunan pertanian yang mantap di berbagai negara-negara

berkembang. Program land reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan lahan
dan/atau pembatasan penggunaan lahan yang terlalu luas oleh tuan-tuan tanah, serta
membagikannya kepada petani kecil yang lahannya terlalu sempit atau tidak memiliki lahan
sama sekali.
Semua land reform pada dasarnya dimaksudkan untuk melaksanakan suatu fungsi sentral:
mengalihkan hak kepemilikan atau pemanfaatan lahan secara langsung atau tidak langsung pada
orang-orang yang nantiny benar-benar menggarap lahan tersebut.
Kebijakan-kebijakan Pendukung
Dalil 2: semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat
direalisir secara nyata tanpa didukung oleh serangakaian kebijakan pemerintah yang secara
sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan atau intensif, kesempatan atau peluangpeluang ekonomi dan berbagai kemudahan yang diperlukan untuk mendapatkan segenap input
utama guna memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat output dan produktivitas
mereka.
Dalil 3: keberhasilan pembangunan pedesaan, selain sangat tergantung pada kemajuankemajuan petani kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting lainnya yang meliputi: (1) upayaupaya untuk meningkatkan pendapatan riil pedesaan, baik di sektor pertanian maupun
nonpertanian, melalui penciptaan lapangan kerja, industrialisasi di pedesaan, pembenahan
pendidikan, kesehatan dan gizi penduduk, serta penyediaan berbagai bidang pelayanan sosial dan
kesejahteraan lainnya. (2) penanggulangan masalah ketimpangan distribusi pendapatan di daerah
pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan
dengan perkotaan. (3) pengembangan kapasitas sektor atau daerah pedesaan itu sendiri dalam
rangka menopang dan memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut dari waktu ke waktu.
Daftar Pustaka
Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, Economic Development, 11th Edition, Ch 9.
Anonim, http://otobiazza.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tentang-transformasi-pertanian.html