KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PENGETAHUA. pdf

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
(PENGETAHUAN DASAR DALAM PROSES
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
SENI RUPA DAN DESAIN)
Popon Sjarif Arifin
dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2 No.5 September 2002

Abstrak

Tulisan ini berusaha memberikan gambaran tentang
kurikulum yang berdasarkan kompetensi. Kompetensi ini
berkaitan dengan ulcuran/ standar yang harus dipenuhi
dalam menjalankan suatu profesi, termasuk didalamnya
profesi mengajar, yang dituangkan dalam kurikulum dan
sesuai dengan acuan yang berlaku dalam sistem
pendidikan.Dengan demikian kompetensi ini juga
harus dipahami oleh dosen sebagai pelaksana harian
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kata Kunci: pendidikan, kompetensi, kurikulum,


I. Pendahuluan

masyarakat
merasakan
bahwa salah satu sebab
ketidakberesan/kesembrawutan
masyarakat karena sumber
daya manusia yang tidak
tepat
mengerjakan
pekerjaannya,
yang
biasanya dipakai istilah
"kualitas sumber daya
manusia
yang
tidak
memadai". Dalam hal ini


Pendidikan
memberikan
konstribusi yang tidak
kecil terhadap kemajuan
suatu
bangsa,
namun
demikian
seringkali
diabaikan, baru terasa
apabila timbul berbagai
hal yang dirasakan tidak
sesuai dengan keinginan
masyarakat.
Seperti
halnya pada masa kini
1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002

tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
pendidikan
bertanggung jawab untuk
membantu
menyediakan
sumber daya manusia yang
handal.
Salah satu usaha yang
dapat dilaksanakan yaitu
dengan mendidik individu
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat
dengan perkataan lain
bahwa pendidikan harus

disesuaikan
dengan
kebutuhan
masyarakat
untuk
menunjang
tersedianya individu yang
kompeten
dalam
mengerjakan
pekerjaan
tertentu,
yang
dapat
dituangkan ke dalam salah
satu komponen pendidikan
yaitu kurikulum. Namun ini
tidak
mudah
karena

menyangkut
semua
komponen
pendidikan,
terutama dosen. Dosenlah
yang paling mengetahui
mata
kuliah
yang
diberikannya.

II. Dasar Pemikiran

tujuan yang ingin kita
capai, yaitu sumber daya
manusia
yang
handal,
dirasakan kurikulum yang
ada

sudah
tidak
menunjang, maka dicoba
untuk
mengembangkannya. Ada
beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam hal ini,
yaitu
salah
satu
diantaranya
adanya
kesediaan untuk berubah.
Perubahan
ini
terjadi
karena adanya ketidak
cocokan antara kenyataan
dan
harapan,

keadaan
inilah yang mendorong
individu untuk berubah.
Namun
biasanya
perubahan
ini
akan
mendapat
kendala
apabila tidak diatasi akan
memungkinkan
untuk
tidak adanya perubahan.
Dalam hal ini STISI sudah
memahami
harus
ada
perubahan
dalam

kurikulum
karena
dirasakan sudah kurang
sesuai dengan tuntutan
masyarakat.

Proses
perubahan
ini
dapat dilaksanakan dalam
Untuk
sampai
pada
beberapa tahapan yang
2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
sangat
beragam

tergantung dari institusi
itu sendiri, namun pada
intinya proses itu berpijak
pada
masa
kini
berdasarkan masa lalu dan
melihat kemasa yang akan
datang. Harapan sumber
daya manusia pada masa
yang akan datang adalah
yang berkualitas sesuai
dengan bidangnyi:i Untuk
mengetahui
apakah
indivitar
berkualitas
untuk
satu
pekerjaan

memerlukan suatu standar
yang dapat dipenuhi oleh
individu tersebut, serta
memperlihatkan satu hasil
yang sesuai dengan apa
yang institusi harapkan.
Dalam
menentukan
standar tersebut tidak
dapat
dilepaskan
dari
tujuan yang ingin dicapai
dan uraian pekerjaan yang
hams dikerjakan yang
akan
dicapai
melalui
pendidikan
tertentu.

Dengan perkataan lain
bahwa
individu
diharapkan
kompeten
dalam
mengerjakan
pekerjaannya. Kompetensi
ini adalah salah satu topik

yang
sedang
populer
dibicarakan dalam dunia
sumber daya manusia
untuk
menunjang
terselenggaranya
suatu
institusi/organisasi
sesuai
dengan
tujuan
yang
berdasarkan
kebutuhan masyarakat.

III. Kompetensi
a. Latar belakang
Pada awal permulaan abad
keduapuluh
banyak
perusahaan
yang
berperhatian
tentang
kompetensi yang dimiliki
oleh
pekerjanya.
Tiap
pekerja
dituntut
untuk
mempunyai
sejumlah
keterampilan,
seperti:
akuntan
memahami
bagaimana
mengadministrasikan laba
rugi;
tukang
membuat
mebel
membuat
bermacammacam
furniture; sepeda dirakit
dengan
tangan;
dan
keterampilan lain dan tiap
kahlian.
Bisnis
mensyaratkan

tertentu
individu

3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
mempunyai
kompetensi
yang spesifik. Untuk hal
tertentu ada kompetensi
yang mudah didapat dan
ada pula kompetensi yang
kompleks. Kompetensi ini
didapat
melalui
pendidikan
yang
sederhana ataupun melalui
pendidikan
tertentu
dengan
memerlukan
waktu belajar yang relatif
lebih panjang serta latihan
yang
memadai.
Untuk
waktu
belajar/latihan
yang panjang dapat terdiri
dan
beberapa tahapan
yang
mungkin
mempunyai
tujuan
yang
berbeda
untuk
tiap
tahapannya dalam
mendidik
tenaga
yang kompeten.

kerja

Sesudah perang dunia II
banyak pekerja yang tidak
memiliki kompetensi yang
memadai
untuk
mengerjakan
sejumlah
tugas yang dibebankan
sehingga
memerlukan
latihan tertentu. Dalam hal
ini
perusahaan
mengadakan latihan yang
sesuai dengan persyaratan

pekerjaannya. Pada waktu
ini kualitas tidak menjadi
acuan
perusahaati,
namun yang dipentingkan
adalah
Mass
Quantities
(Cooper, 2000: 4) dimana
yang diperlukan adalah
latihan
tertentu
untuk
menghasilkan
hasil
tertentu.
Inilah
titik
terendah dari apa yang
dikatakan
kompetensi
dalam dunia kerja. Setelah
terpenuhinya
tenaga
pekerja
dengan
keterampilan
tertentu,
maka
kemudian
perusahaan merasa perlu
untuk
meningkatkan
kualitas
produksinya,
sehingga kemudian menciptakan
kualitas
berdasarkan
ukuran/
persyaratan
yang
ditentukan sesuai dengan
kompetensi pekerjanya.
Bagian terakhir dari abad
duapuluh
kemudian
perusahaan yakin, bahwa
kualitas itu akan didapat
apabila
tiap
pekerja
kompetan
dalam
menjalankan tugasnya.

4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
b. Pengertian Kompetensi
Pada
umumnya
dalam
perkembangan
ilmu
pengetahuan
tentang
suatu hal selalu sampai
pada
pengertian
yang
belum jelas yang dapat
membingungkan.
Salah
satu
usaha
untuk
mengatasinya antara lain
dengan menjelaskan apa
yang dimaksud dengan
pengertian tersebut.
Apabila kita sampai pada
pengertian
kompetensi
maka ada dua macam
defmisi
yang
mendasarinya,
seperti
dikemukakan oleh Cooper
(2000: 12) dalam bukunya:
"Competent: Qualified to
perform to standards the
processes
of
a
job.
Competence: The condition
or
state
of
being
competent".

Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa yang
dimaksud
dengan
kompetensi adalah bahwa
individu itu telah sampai
pada keadaan competence
dan
kualitas
dalam
memenuhi suatu proses

yang
sesuai
dengan
standar
pekerjaan
competent (kompeten).
Lebih jauh dikemukakan
bahwa
pekerjaan
itu
dikatakan
competent
apabila dia bekerja sesuai
dengan
tugas,
yang
berarti
menyelesaikan
dalam
waktu
tertentu,
dengan
tidak
ada
kesalahan,
dan
sesuai
dengan harapan pengguna
(customer). Apabila terlihat
hasilnya
dengan
baik
sesuai dengan standar
maka is dapat dikatakan
competence dalam proses
tersebut.
Uraian
di
atas
dimaksudkan
untuk
menjelaskan
pengertian
kompeten dan kompetensi.
Untuk memahami lebih
lanjut, maka penting juga
memahami apa yang tidak
termasuk
dalam
competence.

Selanjutnya
bahwa:

dijelaskan

Competence is not:

1. Performance
5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
2. Process input

berkualitas ataupun
dikerjakan asalasalan
sehingga
hanya
sampai pada taraf
performance
saja.
Sedangkan
competence menuntut
tidak hanya sudah
dikerjakan tapi juga
betul dan seseuai
dengan standar.

3. Process output
4. A t r a i t
5. Capability or ability
6. A motivational
attitude
Dengan uraian:
1.

Competence
performance

is

not

Pengertian
yang
salah, yang sering
terjadi yaitu dicampur
adukannya
kompetensi
dengan
performance.
Kompetensi
adalah
sudah
terjadinya
pelaksanaan
competence,
berkualitas
untuk
performance.
Kaitannya competence
dengan performance,
yaitu
performance
adalah ditunjukkanya
hasil
kerja
yang
berarti sudah terjadi
proses tertentu, tapi
belum tentu betul
ataupun tidak selesai
mengerjakannya dan
tidak dapat dikatakan

2.

Competence is
process input

not

Pada
umumnya
konsep standar yang
dipakai
dalam
pengembangan
kualitas
adalah
proses SIPOC sebagai
singkatan
dari
Suppliers of Input to a
Process
generating
Output to Customers.
Input
didefinisikan
sesuai dengan 'TQM'
yang klasik disebut
four M's: manpower,
materials,
methods,
and
machinery.
Seinuanya ini adalah
hal yang berkaitan
dengan
proses
pelaksanaan,
tidak
ada kaitannya dengan

6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
kualifikasi
individu
mengerjakan
satu
pekerjaan. Walaupun
manpower
dipakai
bukan untuk melihat
hasil kerjanya namun
untuk
menghitung
berapa orang yang
dibutuhkan
untuk
mengerjakan
satu
pekerjaan
tersebut,
namun manpower ini
harus mereka yang
kompeten
dibidangnya.
Materials,
methods
dan
machinery
adalah bagian dari
proses.
3.

Competence is
process output

sendiri
bukan
kompetensi. Hasil dari
satu proses adalah
salah
satu
dari
ukuran keberhasilan.
Contohnya:
making
sales quota bukan
kompetensi.
Itu
adalah output dari
proses penjualan. A
zero-defect production
run bukan kompetensi
tapi itu adalah hasil
dari proses perakitan
(manufacturing).
Namun tidak dapat
dipungkiri
sering
terjadi
kesalah
fahaman karena hasil
itu berhubungan erat
dengan
kompetensi,
mereka
yang
kompeten
dalam
pekerjaannya
diharapkan bekerja
dengan betul dan
hasilnya
memenuhi
standar.

not

Hal
yang
membingungkan juga
yang
menyebabkan
pengertian yang salah
ialah
apabila
kompetensi dikaitkan
dengan
hasil
yang
diperoleh.
Output
adalah
hasil
dari
satu proses, sebagai
hasil/produk
dari
pekerja
yang
kompeten. Hasil itu

4.

Competence is not a
trait
Trait
karakteristik
personality
membedakan

adala
dalam
sifat

7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
individu. Dalam dunia
kerja ada beberapa
karakteristik
yang
biasanya pelanpelan
masuk secara tidak
disadari dalam daftar
kompetensi,
yaitu:
confidence,
loyalty,
honesty,
innovation,
valuing
people,
influence,
result
orientation,
problem
orientation, openess,
change
orientation,
commitment,
team
orientation,
and
flexibility. Personaliti
dibentuk sejak awal
dab beberapa peneliti
percaya bahwa elemen
personaliti merupakan
faktor generik dan
susah berubah. Jadi
personaliti ini yang
dibawa individu ke
pekerjaannya.
Personaliti ini dapat
dipakai dasar dalam
mencari minat yang
sesuai
dari
suatu
pekerjaan, tapi tidak
dapat
dimasukkan
dalam
model
kompetensi. Jadi tidak
ada kaitannya dengan

kompetensi.
5. Competence
is
capability or ablity

not

Kedua kata ini dapat
membingungkan kalau
sampai pada proyek
yang berkaitan dengan
Yang
kompetensi.
dimaksud
dengan
capability
kapasitas
individu di dunia kerja,
yang
berkonotasi
dengan potensi untuk
suatu
performance
pada waktu yang akan
datang.
Umpanya:
perusahaan mengambil
lulusan
Si,
bukan
untuk mengetahui apa
yang
akan
mereka
ketahui ataupun apa
yang dapat mereka
kerjakan,
tapi
kemampuan dasar mala yang sesuai dengan
lulusan
Si.
Namun
demikian perusahaan
masih
berasumsi
bahwa
lulusan
S1
mampu belajar dalam
lingkungan
yang
kompetitif,
belajar
sendiri, bekerja dengan
yang lain dalam satu

8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
tim,
mencari
dan
mempergunakan
sejumlah
informasi,
dan berprestasi dalam
ukuran
yang
telah
digariskan
perusahaan.
Ability
juga berkaitan erat
dengan
kompetensi
terutama
dalam
performance
karena
ability
merupakan
refleksi
dari
bakat.
Namun balk capability
ataupun ability tidak
dapat
menjamin
performance individu.
Yang
harus
diperhatikan kalau kita
bicara
tentang
kompetensi
adalah
capability dan ability
mana yang menunjang
seseorang
untuk
bekerja
dalam
mencapai
kualitas
tertentu.
6. Competence is not a
motivational attitude
Apabila kita berbicara
tentang kompetensi
tidak
termasuk
elemen
motivasi.
Alasannya
seperti

halnya yang telah
diuraikan
dalam
uraian trait, selain itu
sikap motivasi adalah
integral
dengan
personaliti individu.
Termasuk
di
dalamnya motivation,
aggression,
selfcondidence,
assertion,
ambition,
dedication,
decisiveness,
commitment. Attitude
dapat timbul dalam
pembicaraan
mengenai kompetensi
berkaitan
dengan
bagaimana pimpinan
membawa
anak
buahnya
untuk
kompeten
serta
berpengaruh
dalam
evaluasi
masalah
yang
berkaitan
dengan
pekerja,
karena menyangkut
mau
mengerjakan
atau
dapat
mengerjakan. Yang
mau belum tentu
dapat
mengerjakan
sedangkan yang dapat
mengerjakan
belum
tentu
mau

9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
mengerjakan.
Sedangkan dapat dan
mau ini berkaitan
dengan
kualifikasi
individu
dalam
mengerjakan
pekerjaannya
serta
motivasi
untuk
mengerjakannya.
c. Kompetensi dan Quality
Movement (Cooper, 2000: 5)
Quality movement dimulai
pada tahun 1950 yang
dimulai di Jepang. Juga
pada tahun in Deming
(Cooper, 2000: 5) dari
Amerika
mulai
mengajarkan
kualitai
kontrol
yang
modern
pada perusahaan Jepang.
Deming
menjelaskan
bahwa kualitas adalah
tujuan
utama
dari
perusahaan.
Proses
kualitas
apabila
dipadukan
dengan
pengembangan
yang
berkesinambungan akan
meningkatkan
efesiensi
dan
memangkas
pembiayaan,
yang
kemudian
pendekatan
Deming ini disebut Total
Quality Management (TQM)

Ada beberapa prinsip TQM
ini yang berkaitan erat
dengan kompetensi:
1. Pekerja yang paling
bawah adalah biasanya
lebih
faham
dari
supervisor
tentang
pekerjaannya
dan
kebutuhan pelanggan.
Dengan
demikian
penentuan persyaratan
pekerjaan
dan
apa
yang ingin dicapai dari
pendidikan seyogiyanya
dimulai dari mereka
yang
langsung
berhubungan
dengan
pemakai jasa.
2. Individu yang paling
tepat yang biasanya
memuaskan pelanggan
adalah dengan siapa
mereka itu pertama kali
berhubungan. Apabila
mereka
dituntut
untuk bertemu dengan
manajeman
mereka
biasanya
sudah
terlanjur marah.
Dengan demikian bahwa
kompetensi ini berkaitan
dengan kualitas yang ingin
dicapai. Oleh sebab itu
apabila
menginginkan

10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
kualitas
yang
baik
sebaiknya
memilih
pegawai yang kompeten
dalam bidangnya.
Kemudian konsep TQM ini
diterapkan pula dalam
pendidikan, sehubungan
Quality
in
dengan
Teaching
and
Learning
(Ashcroft, 1989: 55).
d. Hubungan Kompetensi
dengan
Peraturan
Pemerintah
Berhubungan
institusi
pendidikan adalah salah
satu komponen dalam
sistem pendidikan, maka
Peraturan
Pemerintah
tidak
dapat
diabaikan
dengan alasan bahwa tujua
pendidikan
telah
digariskan
dan
pelaksanaannya
diatur
dalam
beberapa
peraturan. Di antaranya
SK
Menteri
No.
232/U/2000
tentang
Pedoman.
Penyusunan
Kurikulum
Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar
Mahasisw;
SK
Menteri No, 045/U/2002
tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi.

Dan kedua SK dapat
dipahami
bagaimana
menyusun
kurikulum
berdasarkan
kompetensi
yang
sesuai
dengan
Tujuan
Pendidikan
Institusi dan
Menteri
menganjurkan
kalangan
Pendidikan
Tinggi untuk melaksanakan
penetapan kompetensi ini
bersama
masyarakat
profesi
dan
pengguna
lulusan.
Yang perlu diperhatikan
berdasarkan kedua SK ini,
adalah:
kompetensi,
1. Pengertian
seperti yang diuraikan
dalam Pasal 1 (Diknas,
Yang
2000:
1).
dimaksud
dengan
kompetensi
adalah
seperangkat
tindakan
cerdas, penuh tanggung
jawab
yang
dimiliki
seseorang
sebagai
syarat untuk dianggap
mampu
oleh
masyarakat
dalam
melaksanakan
tugastugas
di
bidang
pekerjaan
tertentu.
Selanjutnya
diuraikan

11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
dalam
Pasal
2
kompetensi hasil didik
terdiri atas: kompotensi
utama,
kompetensi
pendukung
dan
kompetensi lain yang
bersifat khusus dan
terkait
dengan
kompetensi utama, dan
ciri khas kompetensi
utama lulusan sebagai
pembeda
antara
program studi satu dan
lainnya.
Adapun
perbandingannya antara
kompetensi utama dan
pendukung
serta
kompetensi
lainny
berkisar antara 40-80%
: 20-40% : 0-30%.
2. Kurikulum
Inti
dan
Kurikulum Institusional
Dari kedua aspek ini
yang berkaitan langsung
dengan komp
yang
diharapkan
dipunyai
oleh peserta didik yang
berdasarkan kurikulum
inti, yaitu: "... bentuk
penciri
ilmu
pengetahuan
dan
keterampilan berkarya"
(Diknas,
2000:
7).
Selain
itu
dari

kurikulum institusional
"...
tambahan
dan
kelompok ilmu dalam
kurikulum inti disusun
dengan memperhatikan
keadaan dan kebutuhan
lingkungan serta ciri
khas perguruan tinggi
yang bersangkutan.
Lebih jauh diuraikan bahwa
kedua kurikulum ini hares
mencakup beberapa hal
yang dikelompokkan ke
dalam:
Matakuliah
a. Kelompok
Pengembangan
Kepribadian
(MPK)
adalah kelornpok bahan
kajian dan pelajaran
untuk mengembangkan
manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi
pekerti
luhur,
berkepribadian mantap,
dan
mandiri
serta
mempunyai
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan
dan
kebangsaan.

b. Kelompok
Matakuliah
Keilmuan
dan
Keterampilan
(MKK)
adalah. kelompok bahan

12 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
kajian dan pelajaran
yang ditujukan terutama
untuk memberi landasan
ilmu dan keterampilan
tertentu.

memahami
kaidah
berkehidupan
bermasyarakat sesuai
dengan pilihan keahlian
berkarya.

c. Kelompok
Matakuliah
Keahlian Berkarya (MKB)
adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran yang
bertujuan menghasilkan
tenaga
ahli
dengan
kekaryaan
berdasarkan
dasar
ilmu
dan
keterampilan
yang
dikuasai.

Dari uraian di atas maka
bahwa
yang
berkaitan
dengan kompetensi adalah
MKK dan MKB.

d. Kelompok
Matakuliah
Perilaku Berkarya (MPB)
adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran yang
bertujuan
untuk
membentuk sikap dan
perilaku
seseorang
dalam
berkarya
menurut
tingkat
keahlian
berdasarkan
dasar
ilmu
dan
keterampilan
yang
dikuasai.
e. Kelompok Matakuliah
Kehidupan
Bermasyarakat (MBB)
adalah
kelompok
bahan kajian dan p e I
aj aran yang diperlukan
seseorang untuk dapat

3. Beban
Studi
serta
perbandingan
Kurikulum Inti dan
Kurikulum
Institusional
Kurikulum inti program
Sarjana berkisar antara
40-80% dari jumlah SKS
dari beban studi sekurangkurangnya 144 (seratus
empat puluh empat) SKS
dan sebanyak-banyaknya
160 (seratus enam puluh)
SKS.
Dalam
hal
ini
dapat
diartikan
bahwa
kurikulum
institusional
dapat
ditentukan
oleh
institusi
itu
sendiri
berdasarkan
tujuan
institusinya
masingmasing.

Dari uraian di atas dapat
13 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
disimpulkan
bahwa
institusi pendidikan dapat
menentukan ciri khasnya
masingmasing
yang
berdasarkan
kompetensi
yang
ditentukan
oleh
pemakai (user).

IV.Pengembangan
Kurikulum

Di atas telah disinggung
bahwa pengembangan ini
menyangkut
suatu
perubahan.
Kurikulum
berbasis kompetensi ini
ditawarkan
karena
dianggpa kurikulum yang
telah ada tidak lagi sesuai
dengan
keinginan
masyarakat.
Keinginan
masyarakat mana dan
kompetensi
bagaimana
yang
diinginkannya,
institusi pendidikan tidak
dapat
memutuskan
sendiri. Oleh sebab itu, kita
perlu mengikut sertakan
pemakai (user). Pemakai
dapat
menjelaskan
kompetensi mana yang
diinginkannya,
yang
memenuhi standar sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai perusahaannya.

Dari pemakai diharapkan
saran dan pengalamannya
yang
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan
institusi pendidikan dalam
menentapkan kompetensi
mana yang akan menjadi
tujuan
pendidikan
institusinya.
Di samping itu dalam
pengembangan kurikulum
ini pendekatan mana yang
akan
dipakai.
Banyak
pendekatan yang dapat
dipakai,
di
antaranya
pendekatan sistem. Dalam
pendekatan
ini
semua
unsur/aspek
dalam
institusi akan dilibatkan
karena
keberhasilan
ataupun ketidakberhasilan
itu adalah tanggungjawab
bersama.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1. menerapkan
tujuan
yang ingin dicapai dan
perkembangan
ini
sesuai dengan visi, misi
dan tujuan institusi.
2. mempelajari peraturan
yang
harus
ditaati
dalam
perencanaan

14 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
kurikulum.
3. dalam
kurun
waktu
berapa lama perubahan
ini
sudah
harus
dilaksanakan.
4. semua
langkah
perubahan seyogiyanya
disosialisasikan kepada
seluruh
dosen
dan
tenaga penunjang.
Adapun
langkah-langkah
yang dapat dilaksanakan
dalam
perubahan
ini,
meliputi:

1. membuat
keputusan
bahwa
akan
mengembangkan
kurikulum yang sudah
ada.
2. menentukan
pendekatan mana yang
akan dipakau.
3. menetapkan tim yang
akan
mengerjakan,
menetapkan
tujuan
yang ingin dicapai dari
tim
tersebut
dan
bagaimana
prosedur

pelaksanannya.
4. menelaah
perkembangan
kurikulum yang sudah
ada
serta
dasar
penyusunannya.
5. membuat rancangan
yang ideal.
6. mengadakan
penyesuaian
dengan
keadaan yang nyata.

V. Penutup
Bahan ini diharapkan
dapat memberikan urun
saran
dalam
perkembangan
kurikulum berdasarkan
kompetensi.
*) Disampaikan pada
acara
Semiloka
"Evaluasi
dan
Pengembangan
Kurikulum
Seni
Rupa dan Desain
STISI,
24
Juli
2002.

15 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002
Daftar Bacaan

Ashcroft, K. 1995. The Lecturer's Guide to Quality and
Standards in Colleges and Universities. London: The
Falmer Press
Conrad, C.F, and Haworth, J.G. 1995.
Revisioning Curriculum in Higher Education. Needham
Height, Massachusets, Simon & Schuster Custom
Publishing.
Cooper, K.C. 2000. Effective Competency
Modeling & Reporting. New York: American Management
Association.
Diamond, R.M. 1989. Designing and Improving Courses
and Curricula in Higher Education. A Sytematic
Approuch. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Kementrian Pendidikan Nasional (Diknas). 2000. SK
Menteri No. 232/U/2000, tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi.
Kementrian Pendidikan Nasional (Diknas) 2002. SK
Menteri No. 045/U/2002, tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi.

16 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002