Budaya menonton bioskop di Indonesia

Komunikasi Lintas Badaya
Budaya Anak Muda Menonton Bioskop di Indonesia
1. Latar Blakang
Trand menonton film di bioskop menjadi trand dikalangan remaja Indonesia, banyak
muda mudi di Indonesia menggap menonton bioskop merupakan bagian dari dunia
muda mereka. Harga yang tidak murah tidak menjadi masalah bagi penggemar film
ini. perasan bangga saat dapat menonton film pertama dibandibgkan orang lain
merupakan kepuasan tersendri bagi mereka, oleh sebab itu pemilik bioskop
memanfaatkan kesempatan ini dengan membuat The Premire dimana tidak hanya
kenyamaan kelas satu yang di tawarkan melainkan juga dapat menonton film yang
ditayangkan perdana sebelum masuk ke bioskop lainya.
Bioskop tidak lagi menjadi tempat dimana orang menonton film saja, melainkan juga
sudah mengarah pada di mana status sosial anda berada. Pada awalnya pengelolah
bioskop terkenal 21 Cineplex hanya membuka bioskop 21 yang banyak tersebar di
provinsi- provinsi Indonesia yang harga tiketnya bervarisai tergantung pada film dan
dan lokasi serta target yang dituju. Tetapi dengan berdirinya XXI, 21 berubah menjadi
bioskop kelas dua yang hanya memutar film- film dalam negri dan film – film yang
tidak di putar di XXI lagi. Namun ini ternjadi hanya pada daerah- daerah yang belum
memiliki cinema XXI. Pada kelas ke tiga yang di kususkan bagi kelas atas dengan
segala fasilitas mewahnya, seperti loby khusus, selimut, tempat duduk yang lebih
nyaman dll, yaitu The Premiere dengan harga tiket yang jauh lebih mahal dibanding

yang lainnya.
Perbedaan mendasar dari ketiga jenis bioskop tersebut tentu perbedaan harga dan
fasilitas yang di dapat. Di kota- kota besar sudah bnyak cinema 21 diganti dengan
cinema XXI yang tentu saja harganya menjadi lebih mahal dibanding cinema 21,
meskipun demikian anomali anak muda pada trend menonton film di bioskop tidak
dapat di patahkan hanya dengan kenaikan harga, mereka tetap mau menonton meski
harus merogoh kocek lebih dalam demi menonotn sebuah film di bioskop, mereka
seolah – olah menutup mata pada kenaikan yang terjadi, mereka hanya menerima dan
tetep menonton di bioskop dan juga rela antri panjang demi mendapat tiket film yang
sedang bomming yang tentu saja tidak murah.
2. Rumusan masalah

Mengapa anak muda masih suka menonton di bioskop meskipun harganya termasuk
mahal?
3. Analisa
Bioskop sendiri berasal dari kata bioscoop dari bahasa Yunani βιος, bios yang artinya
hidup dan σκοπος, skopein yang berarti melihat, jadi secara harafia diterjemahkan
sebgai melihat sesuatu yang hidup atau yang seolah – olah hidup. Di indonesia
istilah ini masuk pada pada wal abad ke 20 dan pada perkembangannya istilah
bioskop ini digunakan sebagai tempat untuk menonton film.

Pertunjukan film pertama kali yang ada di indonesia (saat itu Hindia Belanda)

diadakan oleh perusahaan Netherlandsche Bioscope Maatschappij pada tanggal 5
Desember 1900 di daerah Tanah Abang milik Tuan Scharwz. Pada saat itu film yang
ditampilkan tidak terlalu bagus dan masih bisu, selain itu harga tiketnya hanya dapat
di jangkau oleh kalanggan menengah keatas, sehingga hanya sedikit yang mau
menonton di bioskop saat itu, faktor lain adalah pada saat itu pertunjukan Komedi
Stamboel yang lebih merakyat dan lebih menghibur dibanding film bergerak yang
bisu.
Keadaan bioskop sekarang sudah jauh berebeda dengan apa terjadi pada awal
masuknya, kecanggihan teknologi yang semakan canggih membuat masyarkat mulai
meninggalkan pertutunjukan kebudayaan yang membosankan dan jauh dari kata
moderen dan mulai munculah budaya baru yaitu budaya menonton bioskop, terutama
produksi- produksi film barat Amerika yang sudah merajarela dan lebih maju sejak
abad 19, sehinggah tidaklah menghernakan bila sampai sekarang film-film Amerika
selalu menjadi tontonan favorit dan selalu di tunggu kehadirannya.
Dalam wawancara yang saya lakukan terhadap beberapa teman yang memang
merupakan movie mania, mereka lebih memilih untuk menonton film barat Amerika
dibanding dengan film dalam negri, kebanyakan mereka beralasan bahwa film barat
memiliki efect yang lebih canggih yang tampak nyata dibandingkan film- film buatan

negara lainya, selain itu film barat memiliki alur cerita yang lebih menarik dibanding
film dalam negri, tetapi bukan berarti film dalam negri tidak ditonton sama sekali,
beberapa movie mania masih mau menonoton film dalam negri karena masih ada
beberapa karya anak negri yang layak untuk di tonton dan dapat menembus dunia
internasional.
Tetapi tetap saja antrian pembelian tiket lebih membludak untuk film- film luarnegri,
kita ambil saja contoh dari artikel surya online( lampiran) yang memberitakan antrian
tiket untuk film seri twillight : breaking down part 2 yang antriannya sampai di luar

bioskop. Film breaking down ini memang memiliki cerita yang sungguh fantastis dan
romantis, selain alur cerita yang menarik dan kreatif efek yang dihasilkan juga sangat
memikat terutama pada adengan terakhir saat peperangan kedua klan antara keluarga
culen dan vultori, dan pula pemain- pemain yang memiliki paras rupawan menabah
nilai tamabah pada film barat.
Sebenarnya menonton tidak harus dilakukan di bioskop, saat ini sudah bayak dvd
bajakan yang lebih murah dan kulitasnya tidak megecewakan, meskipun ilegal tidak
di pungkiri lagi banyak masyarakat berbagai kalangan meminati dvd bajakan ini,
tetapi masih banyak anak muda memilih untuk menonton di bioskop, berdasar hasil
wawancara pula tebukti masih banyak anak muda yang mau menonton di bioskop
dengan alasan menonton di bioskop lebih seru dibanding dengan dvd, karena efek

suara yang dihasilkan lebih terasa, selain alasan itu pertemanan berpengaruh dalam
budaya menonton bioskop ini, kebanyakan mereka ikut menonton bioskop karena
diajak teman, terbukti seluruh narasumber menjawab mereka sering menonton dengan
teman mereka, orang yang pada awalnya tidak suka menonton di bioskop karena
dianggap mahal tetap saja mau menonton bioskop karena di ajak oeh temanntemanya, selain pertemanan kebanyakan dari anak muda menjadikan bioskop tempat
untuk pendekatan dengan “gebetan” dan juga tempat berpacaran, bagi pasangan yang
baik masih dalam taraf pendekatan ataupun sudah berpacran akan lebih merasa dekat
di dalam bioskop karena memang suasana biosokop yang remang – remang
menimbulkan romantisme yang akan mendekatkan hati mereka dan pada akhirnya
menimbulkan kenyamanan tersendiri. Selain alasan tersebut ada pula yang
menyebutkan bahwa menonton di bioskop merupakan hoby dan hiburan yang
menghilangkan stres, kabanyakan yang menjawab ini adalah para pekerja yang
memang seharian mereka berada di rutinitas yang melelahkan, menonton merupakan
kesempatan mereka untuk merileks kan diri dan mendapatkan hiburan di sela- sela
kesibukan mereka.
Selain itu dalam artikel yang dilansir oleh Surya online menyebutkan bahwa
sebenarnya tidak hanya studio XXI tetapi juga di studio 21, disini kita dapat melihat
bahwa harga bukan masalah bagi movie mania ini, seperti yang kita tau bahwa harga
studio XXI lebih mahal dibanding dengan studio 21, seperti hasil wawancara mereka
tidak keberatan bila harga menonton dinaikan dengan alasan mau tidak mau mereka

akan tetap menonton film yang bagus, dan bila fasilitasnya juga ditambah.
Bertambahnya fasilitas tentu saja sangat bepengaru pada seberapa loyal penonton mau

mengeluarkan uang mereka, kesempatan ini pula yang dimanfatkan oleh pengelolah
bioskop utuk membedakan mangsa pasar mereka dan membuat startifikasi dalam
mahal menonoton bioskop ini. Berikut stratifikasi yang di buat oleh 21cineplex (harga
rata-rata di Surabaya):
 Cinema 21 : di studio 21 ini memutar film – film dalam negri dan film – film
yang sudah di tidak di putar di XXI, studio ini termasuk di kelas paling bawah
dalam stratifikasi ini, karena memang dikususkan bagi kalangan bawah yang
ingin menonton dengan harga murah
 Cinema XXI : studio ini diperuntukan bagi kalangan menegah kebawah
dimana fasilitasnya adalah karpet masuk yang lebih tebal serta lebih nyaman
selain itu kursi dalam bioskop lebih empuk dan lebih luas dibanding dengan
studio 21 harganya di surabaya pada weekend mencapai 50 rb dan 30rbu pada
hari biasa.
 The premire : ini lah tingkat atas dari stratifikasi ini, the premire memang di
tujukan untuk kalangan atas yang memang penuh dengan kemewahan dan
fasilitas no 1, mulai dari loket lobby tersendiri, tiket yang di bungkus amplop
khusus yang mewah, kursi yang sangat nyaman beserta selimut khusus dan

lembut. Dengan fasilitas no satu ini pengunjung harus membayar sebesar 50rb
pada hari biasa dan 100 – 150 pada weekend.
Teori Modernisasi
“adalah ingin memodernisasikan negara berkembang agar negara-negara
berkembang meniru negara maju dalam segala aspek, terutama tentu saja
dalam mode of proction kapitalisnya.”
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4210/Politik_beras.

Dalam teori ini kita kita dapat menghubungkan bagai mana dunia perfilman di Indonesia
banyak kuasai oleh kaum kapitalis ini, dilihat saja dari awal sejarah masuknya budaya
menonton bioskop di Indonesia, pengaruh negara barat terutama Amerika sangat
berpengaruh. Memang tidak bisa di pungkiri lagi dalam pembuatan film Amerika lebih maju
dibanding dengan negara lain , tetapai melalui kesempatan ini pula Amerika sering
melakukan propagandanya, begitu pula dengan budaya meonoton film ini, muncul akibat dari
propaganda Amerika yang sangat baik. Sebaik apapun dan secanggih apapun film yang di
buat oleh Amerika tentu akan sia- sia bila tidak ada penonton yang mau melihatnya, oleh
sebab itu Amerika sengaja membentuk budaya menonton dengan salah satunya adalah

melalui film – film yang mereka buat. Kita abil contoh dalam salah satu adegan film
Twillight new moon yang merupakn film seri box office yang sangat terkenal,

memperlihatkan adegan dimana Bella yang sedang patah hati karena di tinggal oleh Edward
diajak menonton bersama oleh Jacob dan teman smanya (gambar 1), adegan ini merupakan
propaganda di mana menggambarkan sosok Bella anak sma yang termasuk populer di
smanya menonton bersama dengan teman dekatnya, memiliki latensi yaitu menonton
merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh anak muda, bila tidak menonton maka masa
muda mu akan kurang klengkap atau tidak sempurna dan tidak dinggap sebagai anak muda
yang moderen dan gaul, hal ini di tegaskan pula dengan gamabar backround di blakang Bella
dan teman- temanya dimana yang menonton bioskop tidak ada yang berwajah tua diatas 30
tahunan. Tidak hanya film ini saja yang membuat adegan menonton bioskop merupakan
kegiatan anak muda moderen, asih banyak film yang menggunakan adegan ini, dengan
banyaknya adegan seperti ini dalam film – film tentu akan menimbulkan paradigma
menonton bioskop merupakan bagian dari masa muda dan dilakukan oleh semua anak muda
yang berjiwa moderen dan gaul dan pada akhirnya menonton menjadi kegiatan yang tidak
bisa lepas dari lifestyle anak muda dan rela mengeluarkan brapapun demi memenuhi lifestyle
tersebut.

Lampiran wawancara:
Dalam mencari kesimpulan mengenai ,menonton bioskop saya mewawancarai beberapa
teman yang memang saya tau bahwa mereka suka dan tidak suka menonton bioskop.
Biodata :

Billy. K. K ; 19 th ; mahasiswa
Clara. C ;19 th;mahasiswa
Lidia. W. G ;19th ; mahasiswa
Kathlen Anggelita ; 17 th ; pelajar
David. S :20 th ; mahasiswa

Elestio novada :20 th ; mahasiswa
Retno liem ; 19th ; mahasiswa
Senia. T ;19 th ; mahasiswa
Purwo Adi N ; 24th ; bekerja
Sandy setiawan ; 24th ; bekerja
Hasil wawancara
1. Dalam sebulan berapa kali anda menonton bioskop dan biasa menonton bersama
siapa?
Billy : 2- 3 kali, teman , kelurga
Clara : 1kali, pacar, kelurga, teman
Lidia : 2kali , teman
Kathlen : menonton hanya bila ada film yang bagus, kelurga , teman.
David : tidak suka menonton di bioskop setahun mungkin hanya 2 kali, teman, pacar
Tio : 2 kali, teman

Retno : 1 kali, teman
Senia : 1kali, gebetan
Purwo : 2 kali teman , keluarag, gebetan, pacar
Sandy : 2- 3 kali, teman, pacar
2. Alasan kenapa anda lebih suka/ tidak suka menonton di bioskop?
Billy :karena dapat melihat film lebih cepat daripada menumggu dvd atau muncul di
tv selain itu efek suara di bioskop lebih seru.
Clara : merupakan rutinitas bila tidak menonton minilmal seklai merasa ada yang
kurang.
Lidia : karena film – filmnya menarik.
Kathlen : karena malas menonton bila tidak ada film yang menarik.
David : menonton bisokop mahal lebih hemat dvd, bila menontonpun karena diajak
teman ramai- ramai nonton.
Tio : karena memang hobi menonton.
Retno : karena bosan di kos.
Senia :lebih seru menonton di bioskop daripada dvd.
Purwo : untuk menghilangkan stres.
Sandy : karena untuk hiburan.
3. Anda suka menonton film apa (barat, indo, mandarin ), mengapa?
Billy : barat.karena efeknya lebih canggih

Clara : barat, indo.klo barat karena efeknya menarik , klo indo ada beberapa film
yang menarik untuk dilihat pula.
Lidia : barat, karena lebih bermutu dalam hal efek
Kathlen : barat, karena ceritanya lebih menarik dan artis- artisnya actingnya lebih
bagus.
David : barat. Karena film barat lebih canggih dalam pembutan efek- efek

Tio : barat, karena efeknya lebih halus
Retno : barat, karena efeknya bagus
Senia : barat, karena efeknya bagus dan jlan ceritanya menarik.
Purwo : barat, karena actionnya lebih bagus dan efeknya lebih tampak nyata
Sandy : barat, karena filmnya lebih bagus
4. Apakah anda keberatan bila tarif bioskop naik dan masihkah anda menonton di
bioskop bila terjadi kenaikan tarif menonton bisokop?
Billy : tidak keberatan asal fasilitas dan kualitas ditingkatkan pula, masih tetap
menonton
Clara : tidak asal fasilitas dan kualitas ditingkatkan pula, masih tetap menonton
Lidia : tidak, karena saya mengerti bahwa membeli film memang mahal
kathlen : tidak, karena jarang menonton, bila filmnya bagus maka akan tetep
menonton.

David : keberatan, tetapi bila terpaksa karena teman mengajak maka akan tetep
menonton
Tio : tidak setuju, karena memberatkan kantong mahasiswa, mau tidak mau tetap
menonton karena filmnya bagus
Retno : tidak setuju karena memberatkan anak kos, tidak mau menonton lagi karena
mahal
Senia : tidak setuju karena menguras dompet, tetap menonton tetapi mengambil hari
biasa
Purwo : keberatan karena tidak ad penambahan fasilitas, tetap menonton karena itu
menrupka hiburan saya
Sandy : setuju asal naiknya tidak ekstrim.
Artikel:

SURYA Online, SURABAYA - Liburan panjang di pekan ini ternyata juga membuat gedung
bioskop dipenuhi penonton. Bahkan hingga antri di depan loket pembelian tiket. Seperti yang
tampak di studio XXI, Tunjungan Plaza I, Sabtu (17/11/2012) sekitar jam 14.00 WIB.

Antrian penonton tampak di depan loket pembelian tiket hingga meluber keluar studio.
Hampir seluruhnya antri membeli tiket film Box Office Twilight: Breaking Dawn Part 2.
Film yang mengisahkan kisah romantisme pasangan antara manusia dengan drakula itu
berlanjut, dengan ikut menjadi drakula. Meski horor, tapi romantisme kedua bintang yang
tetap

tampil

menawan,

membuat

film

ini

memang

laris

manis.

Meta Indrisari, salah satu yang sedang antri tiket, mengaku nekat antri meski untuk antrian
panjang. "Saya mau nonton yang nanti malam, jam 19.00 WIB. Jadi tidak apa-apa, antri
sekarang,"

kata

Meta,

yang

antri

bersama

suami

dan

anaknya.

Pemutaran film ini di bioskop-bioskop pun sudah ditunggu banyak orang. Meta sendiri
mengaku sudah sebulan sebelumnya menanti pemutaran film ini. "Sudah sejak sebulan lalu
berencana

nonton

film

ini.

Jadi

sudah

tidak

sabar

lagi,"

ungkapnya.

Antrian hingga diluar studio sebenarnya tidak hanya berlangsung Sabtu kemarin. Tapi juga
sudah sejak Jumat (16/11/2012). Menurut Brigiv Aditya, Media Relations TP, film Twilight
ini tidak hanya diputar di studio XXI. "Tapi juga di studio 21. Sudah mulai sejak Jumat," kata
Brigiv.
Antrian penonton film ini juga tampak di Studio 21 atau XXI di mal lainnya. Seperti di
CITO, Royal, Grand City, CWS, dan Sutos.
http://surabaya.tribunnews.com/2012/11/17/penonton-film-twilight-antri-tiket-sampai-diluargedung

gambar 1:

Sumber :
http://filmindonesia.or.id/article/sejarah-dan-produksi-ruang-bioskop
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20296687-S1855-Armelia%20Citra%20Ardiyanti.pdf
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4210/Politik_beras.
http://www.21cineplex.com/21profile