ANALISIS KAPASITAS SALURAN DRAINASE PADA SALURAN PRIMER MEDOKANSEMAMPIR SURABAYA | sipil | GeSTRAM: Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil 1 PB

GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018

e-ISSN : 2615-7195

ANALISIS KAPASITAS SALURAN DRAINASE PADA
SALURAN PRIMER MEDOKAN-SEMAMPIR SURABAYA
Wiyono1), Evy Harmani2)
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Dr. Soetomo
Jl. Semolowaru 84 Surabaya, 60118
Email: wiyono@gmail.com
2)
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Dr. Soetomo
Jl. Semolowaru 84 Surabaya, 60118
Email: evy_harmani@unitomo.ac.id
1)

Abstract
The high population growth of Surabaya City resulted in a lot of land being used as residence or residential location for the
community resulting in land use change. Rice fields have been transformed into settlements that resulted in the land for water
absorption decreases and the coefficient of drainage becomes larger. Medokan area Semampir is an area affected by the

change. Based on these problems, a drainage capacity analysis study was conducted at Medokan-Semampir Surabaya. In this
analysis study is intended to determine whether the drainage channel Medokan-Semampir Surabaya can still accommodate
the flow of rain water that occurs after the change of land use resulting drain coefficient increasingly enlarged. Using rainfall
periods 1.2, 2, 5 and 10 yearly and by reviewing each flow segment to determine the coefficient of flow, the results obtained
in rain with a 1.2 year repeat period in segment 3, segment 8, segment 9 and segment 10 have overflow . And with 2, 5 and
10 year rains returning to segment 3, segment 4, segment 8, segment 9 and segment 10 are overflowing. The overflow
channel can be widened or deepen the channel to increase channel capacity and the channel can function as it should
Keywords: flow, drainage, coefficient, segment

Abstrak
Pertumbuhan penduduk Kota Surabaya yang tinggi mengakibatkan banyak lahan dijadikan tempat tinggal atau lokasi
pemukiman bagi masyarakat sehingga terjadi perubahan tata guna lahan. Lahan persawahan telah berubah menjadi
pemukiman sehingga mengakibatkan lahan untuk resapan air semakin mengecil dan koefisien pengaliran semakin membesar.
Daerah Medokan Semampir adalah satu kawasan yang terkena dampak dari perubahan tersebut. Berdasarkan permasalahan
tersebut, maka dilakukanlah studi analisis kapasitas saluran drainase di Medokan-Semampir Surabaya. Pada studi analisis ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah saluran drainase Medokan-Semampir Surabaya masih bisa menampung debit air
hujan yang terjadi setelah terjadi perubahan tata guna lahan yang berakibat koefisien pengaliran semakin membesar. Dengan
menggunakan periode ulang hujan 1.2, 2, 5 dan 10 tahunan dan dengan cara meninjau disetiap segmen aliran untuk
mengetahui koefisien pengalirannya maka didapatkan hasil pada hujan dengan periode ulang 1,2 tahun pada segmen 3,
segmen 8, segmen 9 dan segmen 10 mengalami luapan. Dan dengan hujan periode ulang 2, 5 dan 10 tahun pada segmen 3,

segmen 4, segmen 8, segmen 9 dan segmen 10 mengalami luapan. Saluran yang mengalami luapan tersebut bisa dilakukan
pelebaran saluran atau memperdalam saluran agar kapasitas saluran bertambah dan saluran bisa berfungsi sebagai mana
mestinya
Kata Kunci: debit, drainase, koefisien aliran, segmen

PENDAHULUAN
Kota Surabaya sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia. dengan
perkembangan penduduk yang semakin meningkat setiap
tahunnya, pasti memerlukan banyak lahan untuk dijadikan
tempat tinggal atau lokasi pemukiman bagi masyarakat,
yang mana hal ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan tata guna lahan yang harusnya persawahan
berubah
menjadi
lahan
pemukiman,
sehingga
mengakibatkan lahan untuk resapan air akan semakin
mengecil, dan sebaliknya koefisien pengaliran semakin

membesar. Apabila limpasan air tersebut tertahan dan
tidak dapat mengalir dengan lancar, maka dapat
menimbulkan genangan di daerah tersebut.
Kota Surabaya sudah memiliki sistem drainase yang
cukup baik, sistem drainase di Surabaya terbagi dalam 5
(lima) Rayon yaitu, Rayon Genteng, Rayon Gubeng,
Rayon Jambangan, Rayon Wiyung dan Rayon Tandes,
Masing-masing Rayon memiliki Sub-Sub Pematusan
sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.
5.

Rayon Genteng meliputi: Sub PA Darmokali,

Ciliwung, PA Dinoyo, PA Keputeran, Gubeng Kayon
Grahadi, PA Kenari Embong Malang, PA Flores,
Peneleh, Kali Mas, Pelabuhan Barat, Pelabuhan
Timur dan Greges
Rayon Gubeng meliputi: Pegirian, Tambakwedi,
Jeblokan Hulu, Jeblokan Hilir, Kali Kedinding,
Lebak Indah, Kenjeran, Pantai Kenjeran, Kali
Kepiting, Kalidami, Kali Bokor Hulu, Kali Bokor
Hilir, Daratan Pantai Timur, Oloran Utara Kalidami
dan Oloran Selatan Kalidami.
Rayon Jambangan meliputi: Kali Mir Hulu, Kali Mir
Hilir, PDAM Ngagel, Kali Sumo, MedokanSemampir, Tambak Keputih, Kali Wonorejo, Kali
Rungkut, Kali Kebonagung, Kali Perbatasan dan
Dataran Pantai Selatan.
Rayon Wiyung meliputi: Kali Kedurus dan Karang
Pilang.
Rayon Tandes meliputi: Gunung Sari dan Dataran
Rendah Barat.

21


GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
Seiring dengan berubahnya tata guna lahan Kota
Surabaya dari persawahan menjadi pemukiman, maka
perlu dilakukan studi analisis terkait saluran drainase
apakah saluran drainase di Kota Surabaya masih mampu
untuk menampung debit air yang ada pada saat ini.
Penelitian ini dibatasi pada kawasan Medokan Semampir
Surabaya yang saat ini merupakan kawasan yang berubah
dari lahan persawahan menjadi kawasan pemukiman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
kapasitas saluran drainase di Medokan-Semampir sebagai
Sub Pematusan Rayon Jambangan Kota Surabaya masih
bisa menampung debit yang ada pada saat ini atau tidak.
Penelitian ini diharapkan bisa menentukan langkah
selanjutnya supaya saluran dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi adalah diperlukan untuk mengetahui
karakteristik hidrologi daerah pengaliran di saluran
drainase Medokan-Semampir, analisis hidrologi digunakan
untuk menentukan debit rencana atau debit hidrologi pada
daerah pengaliran di saluran drainase Medokan-Semampir.
Pengolahan Data Hujan
Ada beberapa metode pengolahan data hujan, antara
lain:
a. Metode Arithmatic Mean
b. Metode Poligon Thiessen
c. Metode Isohyet
Namun pada studi literature kali ini hanya
menggunakan satu metode saja, yaitu “Metode Arithmatic
Mean”. Karena medote ini sangat cocok untuk digunakan
pada kawasan dengan topografi rata atau datar, dengan
stasiun penakar hujan tersebar merata/hampir merata, dan
harga individual curah hujan tidak terlalu jauh dari harga
rata-ratanya, dengan luasan wilayah kurang dari 500 km2.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
…………………….(1)

Dimana:
R = Tinggi hujan rata-rata (mm)
Rt = Hujan Harian maksimum (mm)
N = Jumlah data
Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi hujan adalah kemungkinan terjadi
atau dilampauinya suatu tinggi hujan tertentu dalam masa
tertentu pula, yang juga disebut sebagai masa ulang atau
periode ulang (return periode). Hujan dengan tinggi
tertentu disamai atau dilampaui 5 kali dalam pengamatan
data dalam 50 tahun, ini berarti tinggi hujan tersebut ratarata mempunyai frekuwensi atau periode ulang sekali

22

e-ISSN : 2615-7195

dalam 10 tahun. Bukan berarti setiap 10 tahun sekali
(interval 10 tahun) akan terjadi tinggi hujan yang sama
atau dilampaui, tetapi dalam 50 tahun terjadi 5 kali
peristiwa disamai atau dilampaui, frekuensi hujan ini dapat

berupa harga-harga tinggi hujan maksimum atau tinggi
hujan minimum.
Tinggi hujan maksimum dan minimum ini dapat
didekati dengan analisa statistik dari data pengamatan
yang terkumpul, untuk memperoleh probabilitas yang
dipakai maka harus melakukan analisa frekuensi dan
probabilitas, yang mana analisa frekuensi distribusi harus
memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan, dalam
bidang ilmu hidrologi ada empat jenis analisa frekuensi
distribusi yang digunakan yaitu:
1. Distribusi Normal,
2. Distribusi Log Normal,
3. Distribusi Log Person III, dan
4. Distribusi Gumbel.
Untuk persyaratan penentuan analisa disribusi adalah
sebagai berikut:
1. Distribusi Normal dengan Syarat, Cs = 0, Ck = 3 atau
Cs = 0, Ck = 3
2. Distribusi Log Normal dengan syarat, Cs = 3, Cv = 0,6
atau Cs > 0, Ck > 3

3. Distribusi Log Person III dengan Syarat Cs < 0, Cv =
0,3 atau Cs antara 0 s/d 0,9
4. Distribusi Gumbel denga syarat Cs < 1,1396, Ck <
5,4002 atau Cs= 1,139, Ck = 5,402
Uji Kecocokan
Diperlukan penguji parameter untuk menguji
kecocokan (the goodness of fittest) distribusi frekuensi
sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili
distribusi frekuensi tersebut. Pengujian para meter yang
sering dipakai adalah Chi-Kuadrat & Smirnov
Kolmogorov.
1. Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan
apakah persamaan distribusi yang telah dipilih dapat
mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter
X2, yang dapat dihitung dengan rumus berikut.
………………………………….(2)
Dimana:

Xℎ 2 = Parameter Chi-Kuadrat terhitung
G
= Jumlah sub kelompok
Oi = Jumalah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i
Parameter Xℎ 2 merupakan variabel acak. Peluang
untuk mencapai nilai Xℎ 2 sama atau lebih besar dari nilai
Chi-Kuadrat sebenarnya (X2) dapat dilihat dari tabel 1.

GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
Tabel 1. Nilai kritis untuk uji Chi-Kuadrat

e-ISSN : 2615-7195

tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan
tentukan besarnya peluang dari masing-masing data
tersebut

X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
X3= P(X3), dan seterusnya
b. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil
penggambaran data (persamaan distribusinya)
X1 = P’ (X1)
X2 = P’ (X2)
X3 = P’ (X3), dan seterusnya
c. Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih
terbesarnya antar peluang pengamatan dengan peluang
teoritis.
D = maksimum (P(Xn) - P’ (Xn)
Kesimpulan Analisa Frekuensi
Kesimpulan analisa frekuensi yang diperoleh dari uji
kecocokan Distribusi digunakan untuk menentukan
distribusi yang dipakai.

Sumber : Aplikasi statistik untuk analisa data, 2003
Prosedur uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau
sebaliknya)
b. Kelompokkan data menjadi G sub-grup yang masingmasing beranggotakan minimal 4 data pengamatan.
c. Jumlahkan data pengematan sebesar Oi tiap-tiap subgrup,
d. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang
digunakan sebesar Ei
e. Tentukan derajad kebebasan dk= G-R-1 (nilai R=2
untuk distribusi normal dan binomial)
Interprestasi hasil uji adalah sebagai berikut:
a. Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan
distribusi yang digunakan dapat diterima.
b. Apabila peluang kurang dari 1%, maka persamaan
distribusi yang digunakan maka tidak dapat diterima.
c. Apabila peluang berada diantara 1 – 5%, maka tidak
mungkin mengambil keputusan, misal perlu data
tambahan.

Run-off Coeficient (koefisien pengaliran /C)
Koefisien pengaliran adalah perbandingan besarnya
aliran permukaan (bagian hujan yang membentuk
limpasan) dengan hujan total. Hujan yang jatuh diatas
permukaan tanah, sebelum melimpas atau mengalir diatas
permukaan tanah akan mengalami hal-hal sebagai berikut.
a. Intersepsi
Air hujan membasahi segala sesuatu yang ada diatas
permukaan tanah, seperti tanaman-tanaman, bangunanbangunan.
b. Infiltrasi
Merembesnya air dari permukaan tanah kedalam tanah
yang lamanya sangat tergantung dari jenis dan kondisi
tanah.
c. Retensi
Air hujan mengisi celah-celah dan retakan-retakan
serta cekungan yang ada diatas tanah.
Peristiwa intersepsi, infiltrasi dan retensi merupakan
suatu peristiwa “kehilangan air” ditambah dengan
evopotranpirasi atau penguapan-penguapan. Limpasan
permukaan sama dengan hujan total – kehilangan air → Q
= Q1 – Q2
Koefisien pengaliran tidak bervariasi dengan lamanya
hujan, tetapi dipengaruhi oleh jenis tanah, kemiringan
permukaan tanah, tata guna tanah dan intensitas hujan.
Beberapa contoh koefisien pengliran:

2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut
juga uji kecocokan non parametik. Karena pengujiannya

23

GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
Time Of Concentration (tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh
air yang melimpah diatas permukaan tanah dari titik
terjauh pada suatu daerah pengaliran sampai ketitik kontrol
yang ditentukan dibagian hilir
tc = to + tf ………………………………..…………….(3)
Dimana:
to = overland flow time (inlete time), adalah waktu yang
diperelukan oleh air untuk mengalir diatas permukaan
tanah, dari titik terjauh pada suatu daerah pengaliran
(catchment area ) sampai ke sistem saluran yang
ditinjau
tf = channel floe time, adalah waktu yang diperlukan oleh
air untuk mengalir disepanjang saluran sampai ketitik
kontrol di bagian hilir yang ditinjau.
Overland Flow Time (to)
Intlet time atau overland flow time dipengaruhi oleh
intensitas hujan, jarak aliran, kemiringan tanah dan
kapasitas infiltrasi.
………(4)

e-ISSN : 2615-7195

banyak dirumuskan yang pada umumnya tergantung dari
parameter kondisi setempat.
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-bada dan
disebabkan oleh waktu curah hujan dan frekuensi
kejadiaanya. Beberapa rumus intensitas hujan yang
berhubungan dengan hal ini disusun sebagai rumus-rumus
empiris.
Debit Maksimum Rencana
Tujuan perhitungan dalam perencanaan suatu bangunan
air seperti saluran pematusan, gorong-gorong bangunan
siphon, normalisasi sungai, bendung-bendung di sungai,
saluran pengelak dalam pembuatan waduk, dan lain
sebagainya diperlukan suatu rencana debit untuk dapat
mendimensi bangunan tersebut. Debit ini biasanya
merupakan debit maksimum dari suatu banjir rencana
didalam daerah aliran. Dengan tidak memperhatikan
besarnya rambatan banjir dalam suatu titik pengamatan,
maka tulisan ini hanya di tekankan pada cara menghitung
debit maksimum yang bisa terjadi akibat suatu hujan pada
daerah aliran. Dan pada penelitian kali ini menggunakan
metode rational.
Tabel 2. Koefisien Limpasan untuk Metode Rasiona
l

……....(5)
Dimana:
Lo = Jarak titik terjauh lahan terhadap sistem saluran yang
ditinjau.
Io = Kemiringan rata-rata permukaan tanah kearah saluran
yang ditinjau.
n = Koefisien kekasaran permukaan tanah menurut Kerby
(misal: tanah licin, n = 0,02. Tanah berumput, n =
0,040, dst)
Channel Flow Time (tf)
Channel flow time dipengaruhi oleh kecepatan aliran
dalam saluran, kemiringan dasar saluran dan panjang
saluran.
……………………………..…………..(6)
Dimana:
L = Panjang saluran (m).
V = Kecepatan aliran pada saluran (m/det)
Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran buatan yang
mempunyai dimensi tertentu, dihitung berdasarkan
kekasaran bahan saluran, dan kemiringan dasar salurannya
(rumus manning). Sedangkan untuk saluran alam (sungai),
dimana kondisi, bentuk penampang dan dimensinya yang
tidak beraturan, perhitungan kecepatan aliran rata-rata
ditentukan secara empiris berdasarkan kemiringan ratarata
dasar saluran alam atau sungai tersebut.
Intensitas Hujan
Hujan dengan intensitas besar umumnya terjadi dalam
waktu yang pendek.Hubungan intensitas dan waktu hujan

24

Sumber: McGuen, 1989
Analisis Hidrolika
Aliran dalam saluran terbuka yang mempunyai
prmukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free
surface flow) atau aliran saluran terbuka (open channel
flow).

GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
Aliran tetap (steady flow)
Aliran yang parameter-parameter aliranya tidak
berubah terhadap waktu.Parameter aliran berupa kecepatan
aliran, tekanan, temperatur, dan lain-lain
…………………………………………….(7)
Dengan anggapan kecepatan terhadap waktu sama
dengan nol, yaitu tidak memiliki percepatan, maka di
semua aliran pada saluran dianggap memiliki aliran yang
tetap atau sama. Untuk perhitungan kecepatan aliran
menggunakan rumus Strickler.
…………………………………(8)
Dimana:
R = jari-jari hidrolis (m)
v = kecepatan aliran (m/dt)
k = koefisien kekasaran
I = kemiringan dasar saluran (rencana)
Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase
Untuk saluran dengan bentuk penampang trapesium
maka rumus yang dipergunakan adalah:
 Luas (penampang basah saluran) A = (b + m.y).y
 Keliling P = b + 2y √m2 + 1
 Jari-jari R = A/P
 Lebar atas muka air a = b + 2 m.y
Dimana:
b = lebar dasar saluran (m)
y = tinggi muka air (m)
m = miring tinggi saluran
Dalam perhitungan debit aliran rumus umum yang dipakai:
Q = AxV ………………………………………….….(9)
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/det)
A = Luas basah penampang saluran (m2)
V = kecepatan aliran m/det

e-ISSN : 2615-7195

Dimana:
N = koefisien kekasaran dinding & dan dasar saluran
menurut Manning
k,c = koefisien kekasaran dinding & dasar saluran
Strickler, Chezy
R = jari-jari hidrolis = A/P (m)
A = Luas basah penampang saluran (m2)
P = keliling basah penampang saluran (m)
I
= kemiringan dasar saluran
Kecepatan aliran rata-rata (V) untuk perencanaan
saluran drainase, harus memenuhi batas-batas nilai
tertentu, yakni diantara batas kecepatan aliran maksimum
dan minimum, disesuaikan dengan bahan saluran (nilai c,
n, atau k) dan angkutan sedimennya bila kecepatan aliran
dibawah batas kecepatan minimum, maka pada saluran
akan terjadi pengendapan dan pendangkalan oleh sedimen,
tumbuhnya tanaman-tanaman pengganggu (rumput liar) di
dasar saluran, sehingga mengganggu fungsi saluran.
Sebaliknya bila kecepatan aliran diatas batas maksimum,
akan terjadi erosi (penggerusan) pada dinding dan dasar
saluran, terutama bila saluran direncanakan tidak tahan
erosi (tanpa perkuatan dinding saluran).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Hidrologi
Pengolahan Data Hujan
Ada 3 Stasiun hujan yang berpengaruh dalam
perhitungan hidrologi pada saluran drainase MedokanSemampir Surabaya, yaitu stasiun hujan Wonokromo,
stasiun hujan Wonorejo, dan stasiun hujan Keputih seperti
pada gambar 1. Dari stasiun hujan tersebut diperoleh data
hujan dari tahun 1990-2016, sedangkan untuk stasiun
hujan Wonokromo hanya diperoleh data hujan dari tahun
2000-2016, karena dibangun pada tahun 1999 dan baru
beroperasi pada tahun 2000. Selanjutnya untuk
perhitungan data hujan dilakukan dengan cara mengetahui
daerah pengaruh terhadap stasiun penakar hujan terlebih
dahulu dengan menggunakan cara sebagaimana pada
metode Thiessen polygon.

Untuk kecepatan aliran rata-rata secara teoritis
kecepatan aliran pada saluran dapat ditetapkan sebagai
berikut:
1. Rumus Manning:
……………………………..(10)
2.

Rumus Strickler
………………………………..(11)

3.

Rumus Chezy
……………………………..…(12)
……………………………..…(13)

Gambar 1. Peta Stasiun Penakar Hujan Kota Surabaya
Sumber: PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya,
2017

25

GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018

e-ISSN : 2615-7195

Tabel 3 Data Curah Hujan Maksimum Tahun 2000
Area 1

Gambar 2. Peta pembagian daerah pengaruh terhadap
stasiun penakar hujan
Sumber: PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya,
2017
Penjelasan untuk gambar 2 diatas adalah sebagai berikut:
 Untuk daerah dengan arsiran warna hijau dipengaruhi
oleh tiga stasiun penakar hujan yaitu, stasiun penakar
hujan Wonokromo, stasiun penakarhujan Wonorejo
dan stasiun penakar hujan Keputih yang selanjutnya
daerah tersebut disebut sebagai Area 1. Untuk area 1
terdapat saluran nomor 2 dan nomor 9.
 Untuk daerah dengan arsiran warna biru dipengaruhi
oleh dua stasiun penakar hujan yaitu, stasiun penakar
hujan Wonorejo dan stasiun penakar hujan Keputih
yang selanjutnya daerah tersebut disebut sebagai Area
2. Untuk area 2 terdapat saluran nomor 2.
 Untuk daerah dengan arsiran warna kuning dipengaruhi
oleh dua stasiun penakar hujan yaitu, stasiun penakar
hujan Wonokromo dan stasiun penakar hujan
Wonorejo yang selanjutnya daerah tersebut disebut
sebagai Area 3. Untuk area 3 terdapat saluran nomor 4
dan nomor 5.
 Untuk daerah dengan arsiran warna merah muda
dipengaruhi oleh satu stasiun penakar hujan yaitu
stasiun penakar hujan Wonorejo, yang selanjutnya
daerah tersebut disebut sebagai Area 4. Untuk area 4
terdapat saluran nomor 3, nomor 6, nomor 7, nomor 8
dan nomor 9\
Perhitungan Data Hujan
Pada area 1 dipengaruhi oleh tiga stasiun penakar
hujan yaitu, stasiun penakar hujan Wonokromo, stasiun
penakar hujan Wonorejo dan stasiun penakar hujan
Keputih yang didalamnya terdapat saluran nomor 2 dan
nomor 9.
Dari data hujan yang sudah di dapatkan selanjutnya
mencari curah hujan maksimum, untuk area 1karena
dipengaruhi oleh tiga stasiun, maka curah hujan
maksimum didapatkan dari penjumlahan curah hujan
yang terjadi diketiga statisun pada waktu yang bersamaan
(tanggal, bulan dan tahun yang sama), pada tabel 3.
adalah contoh perhitungan curah hujan maksimum pada
area 1 dengan menggunakan data pada tahun 2000

26

Sumber: Hasil pengolahan data, 2017
Pada area 1 ditahun 2000 hujan maksimum yang
terjadi adalah 220 mm jatuh pada tanggal 18-Desember2000. Untuk perhitungan curah hujan maksimum pada
tahun-tahun selanjutnya menggunakan cara yang sama.
Untuk curah hujan maksimum selengkapnya pada area 1
akan ditampilkan pada tabel 4
Tabel 4. Curah Hujan Maksimum Area 1 yang
Dipengaruhi Stasiun Hujan Wonokromo, Wonorejo, dan
Keputih

Sumber: Hasil pengolahan data, 2017
Hujan Rata-rata Daerah Aliran Area 1
Data hujan yang tercatat di setiap stasiun penakar
hujan adalah tinggi hujan disekitar stasiun tersebut atau
disebut sebagai Point Rainfall. Karena stasiun penakar
hujan tersebar didaerah aliran maka akan banyak data
tinggi hujan yang diperoleh yang besarnya tidak sama.

GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil)
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
Daerah Saluran drainase Medokan-Semampir (Sistem
Peatusan Rayon Jambangan) dapat dikatagorikan daerah
datar dengan luas