KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT | Nikmatuniayah | Jurnal Akuntansi 1 PB

KINERJA DAN ETIKA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

Nikmatuniayah
Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof. Sudarto SH Tembalang Semarang
Surel: nikmatuniayah@rocketmail.com

http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6030
Abstrak: Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Penelitian ini bertujuan
membuktikan adanya pengaruh prinsip etika profesi terhadap kepercayaan masyarakat melalui pelayanan prima aparat kelurahan. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat diciptakan oleh pelayanan
prima yang diberikan aparat kelurahan karena telah menerapkan prinsip
etika profesi yaitu tanggung jawab dan integritas moral. Namun demikian,
hasil lain menunjukkan bahwa kepercayaan mayarakat bukan diciptakan
melalui pelayan prima yang diberikan oleh aparat kelurahan, melainkan
oleh kemandirian aparat kelurahan dan legalisasi UU Desa.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
Volume 6

Nomor 3
Halaman 341-511
Malang, Desember 2015
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879

Tanggal Masuk:
22 Juni 2015
Tanggal Revisi:
11 Desember 2015
Tanggal Diterima:
18 Desember 2015

Abstract: Performance and Ethics of Public Sector Services in Effort
to Improve Public Conidence. This study aims to prove the effect of professional ethics principles in public conidence through excellent service village oficials. The data analysis was performed using multiple regression.
The result shows that the public conidence is created by the excellence
service provided by village oficials because it has applied the professional
ethics principles which consist in responsibility and moral integrity. However, the other result shows that the public conidence is not created by
the excellent of service (justice and autonomous) village oficials, but by the
independence of village oficials and village law legalization.

Kata kunci: Etika profesi, Pelayanan prima, Kepercayaan masyarakat

Tujuan pemerintah daerah adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pelayanan publik yang memuaskan
di lingkungannya. Semenjak reformasi dicanangkan, pemerintah daerah telah banyak
mengalami perubahan termasuk kelurahan.
Dengan banyaknya program rakyat yang ditawarkan seperti BPJS, Kartu Sakti, Kartu
Pintar, Kartu Sehat, atau Bedah Rumah,
aparat kelurahan mesti mendekatkan diri
pada rakyat melalui pelayanan publik yang
memuaskan. Pelayanan publik aparat kelurahan yang memuaskan adalah bagian dari
kinerja pemerintah daerah. Namun pada
kenyataayaannya rakyat masih mengalami
ketidakpuasan dalam pelayanan pulik. Seperti yang diungkapkan Sardjito (2000:139),
bahwa ”beberapa kali terjadi pernyataan
ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala
daerah dalam melakukan manajemen pela-

yanan publik maupun penggunaan anggaran belanja daerah”. Kritik lain mengatakan

bahwa organisasi sektor publik adalah organisasi yang tidak produktif, tidak eisien,
selalu merugi, berkualitas rendah, miskin
inovasi, dan kreativitas. Kritik ini muncul
sebagai dampak dari kekecewaan masyarakat terhadap layanan publik yang tidak
memuaskan dan berbelit-belit (Handajani
2010). Data kemendagri menyebutkan selama 2004-2013 tercatat 309 kepala daerah,
baik gubernur, bupati, maupun walikota
terjerat korupsi. Di lembaga legislatif sepanjang 2004-2012 ada 349 kasus melibatkan
anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota
(Padmodiningrat 2014). Setelah UU tentang
Desa diberlakukan pada 2014, pencegahan
korupsi ditujukan sampai pada lini kelurahan/Desa. Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme

373

374

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

(KP2KKN) per 21 Juli 2013 melonjak tajam

dibanding tahun lalu, yakni 143 kasus yang
melibatkan 194 orang. Selama semester
I/2013, Pengadilan Tinggi Tipikor Jateng
menangani 52 kasus korupsi dengan 52 terdakwa. Tahun 2012, kasus korupsi tertinggi
di Kota Semarang dengan 20 kasus (Padmodiningrat 2013). Sementara kabupaten/kota
dengan nilai kerugian tertinggi terjadi di
Kota Semarang dengan Rp71.795.244.820.
Kebutuhan rakyat sekarang ini bukan
lagi sekedar terpenuhinya hak-hak mereka
untuk mendapatkan penghidupan yang layak, baik dari aspek ekonomi, kesehatan,
pendidikan, melainkan pelayanan publik
yang memadai. Menurut Budiati (2013),
nyatanya kinerja pemerintahan yang bersih
(clean government) hingga kini belum dapat
diwujudkan. Budaya organisasi dan tata kelola pemerintah yang baik (good governance)
berjalan lamban, serta pelayanan prima
(excellence of service) masih belum optimal.
Semestinya di era reformasi ini aparat pemerintah sebagai pelayan publik (public servant)
semakin dekat dengan masyarakat yang
notabene membutuhkan pelayanan cepat,

sekaligus mampu memahami dan mengabsorsi aspirasi dan kepentingan masyarakat
lokal yang dilayaninya (Rustiana et al. 2010).
Berangkat dari perubahan paradigma
penyelenggaraan pemerintah dan indikasi
pelayanan umum yang mendekat ke rakyat, diharapkan pemerintah desa (pemerintah di tingkat kelurahan sebagai ujung
tombak pelayanan pemerintah kepada
masyarakat), menerapkan pelayanan prima (excellent service). Penerapan pelayanan prima ini mengadopsi dari kebutuhan
masyarakat dan kemampuan pemerintahan, sehingga akan menciptakan keadilan (equity) yang ideal dalam pengelolaan
pela yanan yang akhirnya akan berdampak pada kepercayaan (trust) masyarakat.
Beberapa aspek yang dapat mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah
pada pelayanan umum, diantaranya memperhatikan kepentingan umum, adanya
keterbukaan dan profesionalisme.
Fakrulloh (2003) menyatakan bahwa
salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan publik di Indonesia adalah masalah
moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia
pelayanan publik. Semestinya dalam literatur pelayanan publik dan administrasi
publik, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan

publik dan keberhasilan organisasi pelayanan publik. Berdasarkan konsep etika

dan relasinya dengan pelayanan publik,
etika merupakan suatu praktek administrasi publik dan atau pemberian pelayanan publik (delivery system) yang didasarkan atas serangkaian tuntunan perilaku
(rules of conduct) atau kode etik yang
mengatur hal-hal yang “baik” yang harus
dilakukan atau sebaliknya yang “tidak
baik” agar dihindarkan. Arbainah (2006)
telah meneliti tingkat kepuasan masyarakat
terhadap kualitas layanan aparat kelurahan Tembalang. Penelitian menunjukkan,
bahwa aparat kelurahan Tembalang telah
memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakatnya, namun masih ada sebagian
dimensi yang masuk dalam kategori kurang
memuaskan. Berdasarkan aspek keandalan,
masyarakat kurang puas (score 2,78), ditunjukkan dalam aspek ketepatan waktu aparat
datang ke kantor. Arbainah (2006) menambahkan, bahwa pada dimensi kemudahan,
aparat dinilai kurang memberikan perhatian
secara individu atas kepentingan masyarakat.
Berikutnya penelitian Pusat Studi Pengembangan Kawasan (Amiruddin 2002), menyebutkan bahwa kondisi pelayanan publik
belum memuaskan warga. Selanjutnya Rustiana et.al. (2010) meneliti penerapan prinsip
etika profesi terhadap pelayanan prima pada

aparat kelurahan Gunungpati Semarang.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh temuan,
bahwa masyarakat kelurahan se-kecamatan
Gunungpati belum puas dengan pelayanan
yang diberikan aparat kelurahan. Masyarakat
menilai aparat kelurahan belum bertanggung
jawab penuh dengan pekerjaannya, sehingga
pelayanannya belum prima.
Demikian pentingnya pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, sehingga sering dijadikan indikator keberhasilan suatu rejim pemerintahan.
Demikian juga dengan program reformasi
nasional, tidak akan ada artinya manakala
pelayanan publik ternyata masih buruk dimana kesadaran akan pemahaman etika
profesi dalam diri pegawai sebagai abdi masyarakat masih rendah. Apa lagi dalam rangka mewujudkan good governance dimana
akuntabilitas penyelenggaraan menjadi salah
satu prinsip yang harus dikedepankan dalam
penyelenggaraan pemerintah untuk meraih
kepercayaan masyarakat. Pelayanan publik yang akuntabel adalah pelayanan prima
sektor publik menjadi keharusan yang tidak
bisa ditunda-tunda dan tentunya diawali dari


Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam...

perlu di bangkitkannya kembali kesadaran
dalam pemahaman etika profesi. Mendasarkan pada latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis etika
profesi aparat kelurahan atas pelayanan
publik dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan adanya pengaruh penerapan prinsip etika profesi terhadap pelayanan prima
pada Aparat Kelurahan Kecamatan Banyumanik Semarang. Kedua, untuk menguji dan
membuktikan adanya pengaruh prinsip etika
profesi terhadap kepercayaan masyarakat,
baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pelayanan prima aparat kelurahan.
Prinsip etika profesi tersebut diukur dengan
menggunakan indikator: dimensi tanggung
jawab, keadilan, otonomi, dan integritas moral. Bagaimana pengaruh prinsip etika profesi terhadap kepercayaan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan akan
diulas dalam pembahasan berikutnya.
METODE
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di
kelurahan se-kecamatan Banyumanik Semarang. Kecamatan Banyumanik memiliki
11 kelurahan, yaitu Pudak payung, Gedawang, Jabungan, Padangsari, Banyumanik, Srondol wetan, Pedalangan, Sumur

boto, Srondol kulon, Tinjomoyo, dan Ngesrep. Target populasinya adalah masyarakat
yang pernah mendapatkan pelayanan aparat
kelurahan. Sedangkan sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono
2002:70). Teknik Sampling yang digunakan

375

adalah kuota sampling yaitu menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciriciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan.
Jumlah sampel yang ditentukan 165 responden, dengan distribusi 15 responden kali 11
kelurahan di kecamatan Banyumanik.
Data penelitian dikumpulkan dengan
metode survey dan contact person dengan
menggunakan kuesioner. Metode ini merupakan metode data primer berdasarkan komunikasi antara peneliti dengan responden,
dimana pertanyaan peneliti dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner
(indriantoro dan Supomo 1999). Kuesioner
tersebut diserahkan langsung/melalui kurir
pencacah ke responden terpilih, ditambah

dengan wawancara secara mendalam (depth
interview) data pelengkap. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner selama bulan Juni – Juli tahun 2014. Kriteria yang digunakan, yaitu: (1) penduduk yang menetap
minimal 1 tahun, (2) penduduk yang pernah
mendapatkan pelayanan aparat kelurahan.
Variabel prinsip etika profesi yang digunakan sebagai tolak ukur dalam penelitian
ini dikembangkan dalam teori Keraf (1998)
antara lain: (1) Dimensi tanggung jawab, (2)
Dimensi keadilan, (3) Dimensi otonomi, dan
(4) Dimensi integritas moral. Kemudian Variabel Pelayanan Prima meliputi dimensi sebagai
berikut: (1) Kesederhanaan, (2) Kejelasan dan
kepastian, (3) Keamanan, (4) Keterbukaan,
(5) Eisien, (6) Ekonomis, (7) Keadilan yang
merata, dan (8) Ketepatan waktu. Sedangkan Variabel Kepercayaan Masyarakat diteliti
dengan tolak ukur meliputi: (1) Kredibilitas,
(2) Kepedulian, dan (3) Dapat diandalkan.
Pengukuran kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan poin skala likert dimana skala
likert ini digunakan untuk mengukur sikap,

Gambar 1. Kerangka Penelitian


376

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Segenap
pertanyaan variabel yang dimaksud diadaptasi dari Survai Diagnosis Organisasional
(Mas’ud 2004).
Penelitian ini pertama menguji pengaruh etika profesi terhadap pelayanan prima
pada aparat kelurahan Kecamatan Banyumanik Semarang. Pembuktian terhadap
prinsip tanggung jawab, keadilan, otonomi,
integritas moral
menunjukkan pengaruh
secara signiikan terhadap pelayanan prima
pada aparat Kelurahan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Kedua, membuktikan secara empiris apakah prinsip tanggung jawab
keadilan, otonomi, integritas moral berpengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat serta tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan di kecamatan
Banyumanik Semarang.
Pengujian validitas konstruk dilakukan
dengan menggunakan analisis korelasi pearson. Apabila semua pertanyaan terhadap
total butir pertanyaan menunjukkan hasil
signiikan, maka masing-masing pertanyaan
tersebut valid. Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung alpha
cronbach untuk menguji kelayakan terhadap
konsisten seluruh skala yang digunakan.
Suatu instrumen dikatakan reliable apabila memiliki cronbach alpha lebih dari 0,60
(Ghozali 2006). Semua perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS.
Penelitian menggunakan metode regresi
linier berganda baik secara parsial maupun
simultan dengan model sebagai berikut (Ghozali 2006):
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4, dimana
Y = Pelayanan Prima, X1= Prinsip tanggung
jawab, X2 = Prinsip keadilan, X3 = Prinsip
otonomi, dan X4= Prinsip Integritas Moral.
Berikutnya untuk mengetahui pengaruh
langsung atau tidak langsung variabel independen terhadap variabel kepercayaan (Z),
dilakukan analisis jalur (path analysis). Sebelum dilakukan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan analisis regresi antara Prin-

sip Tanggung jawab (X1), Prinsip Keadilan
(X2), Prinsip Otonomi (X3), Prinsip Integrasi
Moral (X4) dan Pelayanan Prima (Y) terhadap
Kepercayaan Masyarakat (Z), dengan model
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + bzXz + b3X3 + baXa +
byzY, dimana Z = Kepercayaan Masyarakat,
Y = Pelayanan Prima, X1 = Prinsip Tanggungjawab, X2 = Prinsip Keadilan, X3 = Prinsip
Otonomi, X4 = Prinsip Integrasi Moral. Final
uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (prinsip tanggung jawab,
prinsip keadilan, prinsip otonomi, prinsip integrasi moral secara parsial terhadap
variabel terikat (pelayanan prima). Kriteria
pengujian apabila t hitung < t table maka
H0 diterima dan Ha ditolak. Apabila t hitung
> t table maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Taraf signiikansi = 0,05 derajad kebebasan
(df)= n-k-1. Analisis Jalur (Path Analysis)
digunakan untuk membuktikan pengaruh
variabel independen (xi) terhadap kepercayaan masyarakat (Z). Pengaruh langsung (xi)
terhadap z adalah b1Xbyz. Total pengaruh
(xi) terhadap z : bxiz + (bi X byz).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 165 kuesioner yang dikirim, sejumlah 160 eksemplar berhasil diisi dengan
lengkap dan dapat diolah, sehingga tingkat
pengembalian kuesioner pada sebesar
96,97%. Pengiriman kuesioner dilakukan
pada bulan Juni dan ditunggu pengumpulannya bulan Juli 2014. Kuesioner tersebut
disampaikan secara langsung oleh peneliti
dan dibantu mahasiswa pencacah yang
langsung menemui responden secara personal. Pengembalian kuesioner dapat mencapai skor maksimal karena peneliti menggunakan strategi dengan mendistribusikan
kuesioner pada mahasiswa yang tinggal di
kelurahan setempat yang merupakan tokoh
kunci pengumpul sampel.
Gambaran umum responden dapat
ditinjau dari jenis kelamin, usia, lama penduduk, dan status perkawinan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

Pria

70

43,7

Wanita

90

56,3

Jumlah

160

100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam...

377

Tabel 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia Responden

Jumlah

Persentase

< 21 tahun

7

4,37

21-30 tahun

38

23,75

31-40 tahun

40

25,00

41-50 tahun

49

30,63

51-60 tahun

23

14,38

> 60 tahun

3

1,87

160

100,0

Total
Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Tabel 1 menggambarkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini
berjenis kelamin wanita sebanyak 90 orang
(56,3%), dan yang berjenis kelamin pria
sebesar 70 orang (43,7%). Hal ini mengindikasikan, bahwa penduduk yang aktif dalam
pergerakan kegiatan kelurahan, khususnya
kumpulan PKK adalah ibu-ibu atau wanita
usia dewasa. Para ibulah yang memiliki waktu luang, dan para ibu (wanita) yang memiliki apresiasi pergerakan kegiatan sosial di
kelurahan.
Tabel 2 menggambarkan dari 160 responden yang dikelompokkan menurut umur.
Sebagian besar responden masuk pada
golongan umur antara 41-50 tahun, yaitu sebanyak 49 orang (30,63%), sedangkan yang
paling sedikit berumur lebih dari 60 tahun
sebanyak 3 orang (1,87%). Hal ini menandakan, bahwa responden sebagian besar pada
usia dewasa (sekitar 31-50 tahun). Pada usia
tersebut, dapat diasumsikan bahwa responden sudah pernah berhubungan dengan

aparat kelurahan kecamatan Banyumanik,
minimal dalam urusan pembuatan KTP atau
urusan surat perkawinan.
Data deskripsi Tabel 3 menunjukkan
dari 160 responden yang dikelompokkan
berdasarkan pekerjaan, paling banyak berasal dari pegawai swasta sebesar 50 orang
(31,26%). Berikutnya yang paling banyak
adalah ibu rumah tangga 35 (21,8%), dilanjutkan wiraswasta sebesar 31 (19,37%). Dari
tabel daftar pekerjaan tersebut dapat diketahui bahwa responden yang sudah bekerja
(74,37%) menandakan mereka lebih banyak
berhubungan dengan aparat keluarahan terkait dengan pekerjaannya.
Tabel 4 menggambarkan, bahwa sebagian besar responden bermukim lebih dari 5
tahun sebesar 117 orang (73,12%) dan umur
4-5 tahun sebesar 22 orang (13,75). Hal ini
mengindikasikan, bahwa responden benarbenar penduduk asli dan sudah bermukim
lebih dari 5 tahun. Dengan lamanya penduduk bermukim lebih dari 5 tahun, berarti

Tabel 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan

Jumlah

Presentase

Buruh

9

5,62

Dokter

3

1,87

Ibu Rt

35

21,88

Pns

23

14,38

Polri

3

1,87

Pelajar/ Mahasiswa

6

3,75

Swasta

50

31,26

Wiraswasta

31

19,37

160

100,0

Jumlah
Sumber : Data primer yang diolah 2014

378

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

Tabel 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Penduduk
Lama penduduk

Jumlah

Persentase

0-1 tahun

4

2,5

2-3 tahun

17

10,63

4-5 tahun

22

13,75

> 5 tahun

117

73,12

Jumlah

160

100,0

Sumber : Data primer yang diolah 2014
penduduk tersebut lebih banyak mengenal
dan berhubungan dengan aparat kelurahan
setempat.
Tabel 5 menggambarkan, bahwa sebagian besar responden dalam penelitian
ini berstatus kawin sebanyak 129 orang
(80,62%), dan yang belum kawin atau tidak
kawin sebesar 31 orang (19,38%). Artinya
responden yang terpilih adalah seorang yang
sudah berusia dewasa dan sudah kawin.
Status perkawinan menunjukkan, bahwa
responden berada dalam tahap kedewasaan
dan kematangan dalam berhubungan sosial di lingkungan kelurahan. Selain itu juga
banyaknya responden yang telah kawin
mengisyaratkan, bahwa penduduk telah
banyak berinteraksi dengan aparat kelurahan sehubungan dengan urusan surat
nikah, surat pindah, hingga akta kelahiran
anak. Berdasarkan uji validitas, semua item
yang menyusun masing-masing variabel
mempunyai nilai signiikansi lebih kecil dari
0,05 (5%), maka semua item pada masingmasing variabel dinyatakan valid. Selanjutnya semua item dapat digunakan untuk
penelitian. Berdasarkan hasil uji reliabilitas
semua variabel mempunyai alpha cronbach
dengan kisaran 0,639 sampai dengan 0,894.
Nilai alpha cronbach yang menyusun semua
variabel lebih besar dari 0,6 maka semua
variabel pada penelitian ini dinyatakan reliabel. Jadi semua variabel dapat digunakan
untuk penelitian.
Hasil analisis regresi model I. Uji regresi linier multipel bertujuan untuk men-

getahui pengaruh variabel tanggung jawab,
keadilan, otonomi dan integritas terhadap
pelayanan prima secara simultan dan secara
parsial. Uji regresi linier berganda meliputi
uji koeisien determinasi, uji F dan uji t.
Besarnya nilai Adjusted R Squared sebesar
0,097, yang berarti variasi pelayanan prima
dapat dijelaskan oleh ke empat variabel bebasnya sebesar 9,7%, sedangkan sisanya
(100% - 9,7% = 90,3%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar penelitian. Hasil uji
Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 4,965 lebih besar dari F table
(nilai F table dengan df1=4 dan df2= 144 yaitu 2,4345) dengan tingkat signiikansi 0,001.
Probabilitas signiikansi jauh lebih kecil dari
0,05, maka model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi pelayanan prima.
Berdasarkan Tabel 6, hasil uji statistik regresi linier multipel didapatkan suatu
persamaan regresi sebagai berikut: Y1 =
0,205X1 + 0,135X2 – 0,129X3 + 0,171X4.
Keterangan : X1 = Tanggung jawab, X2 = Keadilan , X3 = Otonomi, X4 = Integritas moral,
dan Y1 = Pelayanan prima. Persamaan hasil
analisis regresi dapat dijelaskan: Koeisien
regresi variabel tanggung jawab (X1) sebesar
0,205, artinya apabila variabel bebas lain
dianggap tetap, dan peningkatan tanggung
jawab sebesar 1 satuan, maka pelayanan prima akan bertambah sebesar 0,205 poin. Nilai t-hitung variabel tanggung jawab sebesar
2,305 > ± 1,9766 (t table) dan p value = 0,023
< 0,05 maka ada pengaruh positif dan signiikan tanggung jawab terhadap pelayanan

Tabel 5. Deskripsi Responden Berdasarkan Perkawinan
Status

Jumlah

Persentase

Kawin

129

80,62

Tidak kawin

31

19,38

Jumlah

160

100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam...

379

Tabel 6. Uji t Coeficientsa
Model

Unstandardized Coeficients

t

Sig

2,589

,011

,205

2,305

,023

,286

,135

1,324

,188

-,331

,245

-,129

-1,348

,180

,437

,240

,171

1,821

,071

B

Std Error

12,518

4,836

Tanggung_jawab

,626

,271

Keadilan

,378

Otonomi

(Constant)

Integritas_moral

Standardized
Coeficients
Beta

a. Dependent Variable: Pelayanan_prima
prima. Hipotesis pertama yang menyatakan
diduga prinsip tanggung jawab berpengaruh
secara signiikan terhadap pelayanan prima
pada aparat kelurahan Banyumanik, dapat
diterima yaitu dengan ditunjukkan t-hitung
> t-table dan signiikan < 0,05. Makna dari
temuan ini adalah masyarakat kelurahan se
kecamatan Banyumanik puas dengan pelayanan yang diberikan aparat kelurahan. Masyarakat menilai aparat kelurahan bertanggung jawab penuh dengan pekerjaannya,
sehingga pelayanan yang diberikan prima.
Koeisien regresi variabel keadilan (X2)
sebesar 0,135, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, maka peningkatan
keadilan sebesar 1 satuan akan diikuti peningkatan pelayanan prima sebesar 0,135
poin. Nilai t hitung variabel keadilan sebesar 1,324 < ± 1,9766 (t table) dan p value
= 0,188 > 0,05 berarti tidak ada pengaruh
prinsip keadilan terhadap pelayanan prima.
Hipotesis kedua yang menyatakan prinsip
keadilan berpengaruh secara sikniikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan se-kecamatan Banyumanik, terbukti
tidak dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-hitung < t-table. Makna dari
temuan ini adalah masyarakat kelurahan
di kecamatan Banyumanik menilai aparat
kelurahan kurang berlaku adil dalam memberikan pelayanan, sehingga berdampak
pada pelayanan yang diberikan dari sudut
pandang keadilan kurang prima. Hal ini
dikuatkan dengan wawancara dengan masyarakat Jabungan yang mengeluhkan, bahwa pendistribusian kartu jaminan kesehatan
atau bantuan sembako yang dirasa kurang
adil. Pendistribusian tidak memperhatikan
masyarakat golongan miskin atau bukan,
melainkan orang–orang yang dekat dengan
aparat yang memperolehnya. Sementara
warga yang betul-betul miskin namun tidak
dekat atau tidak memiliki pertalian keluarga
diabaikan.

Koeisien regresi variabel otonomi (X3)
sebesar -0,129, artinya apabila variabel
bebas lain dianggap tetap, maka peningkatan otonomi sebesar 1 satuan akan diikuti
penurunan pelayanan prima sebesar 0,129
poin. Nilai t hitung variabel otonomi sebesar
-1,348 < ± 1,9766 (t table) dan p value = 0,180
> 0,05 berarti tidak ada pengaruh otonomi
terhadap pelayanan prima. Selanjutnya hipotesis ketiga yang menyatakan prinsip otonomi berpengaruh secara sikniikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan
se-kecamatan Banyumanik, terbukti tidak
dapat diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-hitung < t-table. Makna dari temuan ini
adalah masyarakat kelurahan di kecamatan
Banyumanik menilai aparat kelurahan tidak
otonom dalam memberikan pelayanan, sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan dari sudut pandang otonomi kurang
prima. Artinya aparat kelurahan belum
sepenuhnya mandiri dalam pengambilan
keputusan, melainkan tergantung dengan
pimpinan kelurahan. Budaya patriaki masih
kuat dan kental mempengaruhi masyarakat,
artinya aparat masih tergantung dengan kepala kelurahan, dimana kepala kelurahan
sendiri pun mendapat tekanan dari atasan.
Koeisien regresi variabel integritas
moral (X3) sebesar 0,171, artinya apabila
variabel bebas lain dianggap tetap, maka
peningkatan integritas moral sebesar 1 satuan akan diikuti peningkatan pelayanan prima sebesar 0,171 poin. Nilai t hitung variabel integritas moral sebesar 1,821 < ± 1,9766
(t table) dan p value = 0,071 > 0,05 berarti
integritas moral berpengaruh signiikan 10%
terhadap pelayanan prima. Hipotesis ke
empat yang menyatakan prinsip integritas
moral berpengaruh secara sikniikan terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan
se kecamatan Banyumanik, terbukti dapat
diterima, yaitu dengan ditunjukkannya t-

380

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

hitung > t-table dan signiikan < 0,05. Ini
artinya masyarakat kelurahan di kecamatan
Banyumanik menilai aparat kelurahan jujur
dalam menjalankan tugas, sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan menjadi
prima.
Selanjutnya uji regresi model II bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab, keadilan, otonomi, integritas
dan pelayanan prima terhadap kepercayaan
masyarakat. Uji regresi linier berganda meliputi uji R, uji F, dan uji t. Besarnya nilai Adjusted R Squared sebesar 0,509, berarti variasi kepercayaan masyarakat dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya sebesar 50,9%,
sedangkan sisanya (100% - 50,9% = 49,1%)
dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
penelitian. Berdasarkan hasil Uji Anova atau
F test menghasilkan nilai F hitung sebesar
31,705 lebih besar dari F table (nilai F table
dengan df1=5 dan df2= 143 yaitu 2,2775)
dengan tingkat signiikansi 0,000. Probabilitas signiikansi jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi kepercayaan masyarakat. Uji t
bertujuan untuk melihat pengaruh secara
parsial tanggung jawab, keadilan, otonomi,
integritas dan pelayanan prima terhadap kepercayaan masyarakat, hasil selengkapnya
lihat Tabel 7.
Berdasarkan tabel 7 yaitu uji t diperoleh koeisien regresi yang akan disusun
suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y2
= -0,020X1 + 0,146X2 -0,108X3 + 0,059X4 +
0,675Y1. Keterangan: X1 = Tanggung jawab,
X2 = Keadilan, X3 = Otonomi, X4 = Integritas moral, Y1 = Pelayanan prima, dan Y2 =
Kepercayaan masyarakat. Persamaan hasil
analisis regresi dapat dijelaskan: Koeisien
regresi variabel tanggung jawab (X1) sebesar

-0,020, artinya apabila variabel bebas lain
dianggap tetap, dan peningkatan tanggung
jawab sebesar 1 satuan, akan diikuti penurunan kepercayaan masyarakat sebesar
0,020 poin. Nilai t hitung variabel tanggung
jawab sebesar -0,300 < ± 1,9767 (t table
dengan df = 143) dan p value = 0,764 > 0,05
maka tidak ada pengaruh tanggung jawab
terhadap kepercayaan masyarakat.
Koeisien regresi variabel keadilan (X2)
sebesar 0,146, artinya apabila variabel bebas lain dianggap tetap, dan peningkatan
keadilan sebesar 1 satuan, akan diikuti peningkatan kepercayaan masyarakat sebesar
0,146 poin. Nilai t hitung variabel keadilan
sebesar 1,935 < ± 1,9767 (t table dengan df
= 143) dan p value = 0,055 > 0,05 maka ada
pengaruh positif pada tingkat signiikansi
10% variabel keadilan terhadap kepercayaan
masyarakat. Sedangkan koeisien regresi
variabel otonomi (X3) sebesar -0,108, artinya
apabila variabel bebas lain dianggap tetap,
dan peningkatan otonomi sebesar 1 satuan,
akan diikuti penurunan kepercayaan masyarakat sebesar 0,108 poin. Nilai t hitung
variabel otonomi sebesar -1,520 < ± 1,9767 (t
table dengan df = 143) dan p value = 0,131 >
0,05 maka tidak ada pengaruh otonomi terhadap kepercayaan masyarakat.
Koeisien regresi variabel integritas
moral (X4) sebesar 0,059, artinya apabila
variabel bebas lain dianggap tetap, dan peningkatan integritas moral sebesar 1 satuan,
akan diikuti peningkatan kepercayaan masyarakat sebesar 0,059 poin. Nilai t hitung
variabel tanggung jawab sebesar 0,849 < ±
1,9767 (t table dengan df = 143) dan p value
= 0,397 > 0,05 maka tidak ada pengaruh
integritas moral terhadap kepercayaan masyarakat. Koeisien regresi variabel pelay-

Tabel 7. Uji t Coeficientsa

Model

Unstandardized Coeficients

Standardized
Coeficients

t

Sig

B

Std Error

Beta

(Constant)

3,934

3,742

-,020

1,051

,295

Tanggung Jawab

-0,63

,209

,146

-,300

,764

Keadilan
Otonomi

,421
-,284

,217
,187

-,108
,059

1,935
-1,520

,055
,131

,156
,693

,184
,063

-,108
,675

,849
10,995

,397
,000

Integritas moral
Pelayanan prima

Dependent Variable: kepercayaan_masyarakat

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam...

381

Gambar 2. Model penelitian
anan prima (Y1) sebesar 0,675, artinya
apabila variabel bebas lain dianggap tetap,
dan peningkatan pelayanan prima sebesar
1 satuan, akan diikuti peningkatan kepercayaan masyarakat sebesar 0,675 poin. Nilai
t hitung variabel pelayanan prima sebesar
10,995 > ± 1,9767 (t table dengan df = 143)
dan p value = 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh positif dan signiikan pelayanan prima
terhadap kepercayaan masyarakat.
Analisis jalur bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel intervening. Variabel bebas terbukti berpengaruh terhadap variabel
terikat melalui variabel intervening apabila
koeisien pengaruh tidak langsung lebih besar daripada koeisien pengaruh langsung.
Perhitungan pengaruh langsung dan tidak
langsung diketahui dari koeisien standar
dari hasil analisis regresi model I dan model
II, Selengkapnya nilai koeisien standar tercantum pada gambar 2.
Tabel 8 di atas menunjukkan pengaruh langsung tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat sebesar -0,020 lebih
kecil dari pada pengaruh tidak langsung
sebesar 0,138. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab berpengaruh terhadap
kepercayaan masyarakat melalui pelayanan
prima, atau dengan kata lain pelayanan
prima terbukti sebagai variabel intervening
antara tanggung jawab dengan kepercayaan
masyarakat. Pengaruh langsung keadilan
terhadap kepercayaan masyarakat sebesar 0,146 lebih besar dari pada pengaruh
tidak langsung sebesar 0,091. Jadi dapat

disimpulkan bahwa keadilan berpengaruh
terhadap kepercayaan masyarakat tidak
melalui pelayanan prima, atau dengan kata
lain pelayanan prima tidak terbukti sebagai
variabel intervening antara keadilan dengan
kepercayaan masyarakat.
Pengaruh langsung otonomi terhadap
kepercayaan masyarakat sebesar -0,108 lebih besar daripada pengaruh tidak langsung
sebesar 0,087. Jadi dapat disimpulkan bahwa otonomi berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat tidak melalui pelayanan
prima, atau dengan kata lain pelayanan
prima tidak terbukti sebagai variabel intervening antara otonomi dengan kepercayaan
masyarakat. Lainnya pengaruh langsung
integritas moral terhadap kepercayaan masyarakat sebesar 0,059 lebih kecil daripada
pengaruh tidak langsung sebesar 0,115.
Jadi dapat disimpulkan bahwa integritas
moral berpengaruh terhadap kepercayaan
masyarakat melalui pelayanan prima, atau
dengan kata lain pelayanan prima terbukti
sebagai variabel intervening antara integritas moral dengan kepercayaan masyarakat.
Hipotesis pertama yang menyatakan
diduga prinsip tanggung jawab berpengaruh
secara signiikan terhadap pelayanan prima
pada aparat kelurahan Banyumanik, dapat
diterima yaitu dengan ditunjukkan t-hitung
> t-table dan sikniikan < 0,05. Makna dari
temuan ini adalah masyarakat kelurahan
se-kecamatan Banyumanik puas dengan
pelayanan yang diberikan aparat kelurahan. Masyarakat menilai aparat kelurahan
bertanggung jawab penuh dengan pekerjaannya, sehingga pelayanan yang diberikan
prima.

382

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

Tabel 8. Koeisien Analisis Jalur
Variabel Hubungan

Pengaruh
langsung

Pelayanan prima -> kepercayaan masyarakat

0,675

Tanggung jawab -> pelayanan prima

0,205

Tanggung jawab -> Kepercayaan masyarakat

-0,020

Keadilan -> pelayanan prima

0,135

Keadilan -> Kepercayaan masyarakat

0,146

Otonomi -> pelayanan prima

-0,129

Otonomi -> Kepercayaan masyarakat

-0,108

Integritas moral -> pelayanan prima

0,171

Integritas moral -> Kepercayaan masyarakat

0,059

Pengaruh tak
langsung

0,138
0,091
-0,087
0,115

Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Hipotesis kedua yang menyatakan
prinsip keadilan berpengaruh secara sikniikan terhadap pelayanan prima pada aparat
kelurahan se kecamatan Banyumanik, terbukti tidak dapat diterima, yaitu dengan
ditunjukkannya t-hitung < t-table. Makna
dari temuan ini adalah masyarakat kelurahan di kecamatan Banyumanik menilai
aparat kelurahan kurang berlaku adil dalam
memberikan pelayanan, sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan dari
sudut pandang keadilan kurang prima. Hal
ini dikuatkan dengan wawancara dengan
masyarakat Jabungan yang mengeluhkan,
bahwa pendistribusian kartu jaminan kesehatan atau bantuan sembako yang dirasa
kurang adil. Pendistribusian tidak memperhatikan masyarakat golongan miskin atau
bukan, melainkan orang yang dekat dengan
aparat yang memperolehnya. Sementara
warga yang sebetulnya miskin namun tidak
dekat atau tidak memiliki pertalian keluarga
diabaikan.
Selanjutnya hipotesis ketiga yang menyatakan prinsip otonomi berpengaruh secara sikniikan terhadap pelayanan prima
pada aparat kelurahan se kecamatan Banyumanik, terbukti tidak dapat diterima, yaitu
dengan ditunjukkannya t-hitung < t-table.
Makna dari temuan ini adalah masyarakat
kelurahan di kecamatan Banyumanik menilai aparat kelurahan tidak otonom dalam
memberikan pelayanan, sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan dari
sudut pandang otonomi kurang prima. Artinya aparat kelurahan belum sepenuhnya
mandiri dalam pengambilan keputusan,
melainkan tergantung dengan pimpinan ke-

lurahan. Budaya patriaki masih kuat dan
kental mempengaruhi masyarakat, artinya
aparat masih tergantung dengan kepala kelurahan, dimana kepala kelurahan sendiri
pun mendapat tekanan dari atasan.
Hipotesis ke empat yang menyatakan
prinsip integritas moral berpengaruh secara
sikniikan terhadap pelayanan prima pada
aparat kelurahan se kecamatan Banyumanik, terbukti dapat diterima, yaitu dengan
ditunjukkannya t-hitung > t-table dan signiikan < 0,05. Ini artinya masyarakat kelurahan di kecamatan Banyumanik menilai
aparat kelurahan jujur dalam menjalankan
tugas, sehingga berdampak pada pelayanan
yang diberikan menjadi prima.
Uji hipotesis juga telah dilakukan untuk
hipotesis ke lima, ke enam, ke tujuh, dan ke
delapan. Hipotesis ke lima yang menyatakan
Prinsip tanggungjawab berpengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat serta tidak langsung melalui pelayanan prima
aparat Kelurahan di Kecamatan Banyumanik
Semarang, terbukti dapat diterima. Temuan
ini bermakna, bahwa masyarakat kelurahan kecamatan Banyumanik bertanggung
jawab dalam menjalankan tugasnya sehingga
pelayanan yang diberikan prima, yang pada
akhirnya kepercayaan masyarakat dapat
terwujud.
Hasil uji untuk hipotesis ke enam, ke
tujuh, dan ke delapan menunjukkan bahwa
ketiga hipotesis dapat diterima. Hipotesis
ke enam yang menyatakan Prinsip keadilan
berpengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat serta tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan di
Kecamatan Banyumanik Semarang, terbukti

Nikmatuniayah, Kinerja dan Etika Pelayanan Sektor Publik dalam...

dapat diterima. Hal ini berarti semakin baik
penerapan prinsip keadilan, maka semakin
baik pula pelayanan prima aparat kelurahan
se kecamatan Banyumanik Semarang. Penerapan prinsip keadilan dengan memperlakukan secara adil dalam memberikan pelayanan
pada masyarakat daripada kepentingan pribadi/golongan akan menciptakan kepercayaan masyarakat kepada aparat kelurahan.
Hipotesis ketujuh yang menyatakan
Prinsip otonomi berpengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat serta tidak
langsung melalui pelayanan prima aparat
kelurahan di kecamatan Banyumanik
Semarang, juga terbuti dapat diterima. Ha
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik
penerapan otonomi maka semakin baik pula
pelayanan prima yang diberikan oleh aparat
kelurahan sehingga berdampak timbulnya
kepercayaan masyarakat kecamatan Banyumanik terhadap aparat kelurahan. Artinya,
aparat kelurahan tidak semena-mena kepada masyarakat yang membutuhkan, tidak
menyalahgunakan profesinya bahkan selalu
berusaha meningkatkan kepercayaan masyarakat kecamatan Banyumanik terhadap
aparat kelurahan.
Hipotesis ke delapan yang menyatakan
prinsip integritas moral berpengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat
serta tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan di kecamatan Banyumanik Semarang, dapat diterima. Hal ini
menunjukkan semakin baik penerapan prinsip integritas moral maka semakin baik pula
pelayanan prima yang diberikan aparat kelurahan dalam sehingga berdampak timbulnya
kepercayaan masyarakat kecamatan Banyumanik keada aparat kelurahan. Temuan ini
mengisyaratkan bahwa aparat kelurahan
dalam menjalankan tugasnya berlaku jujur,
amanah sesuai dengan SOP pelayanan publik sehingga berdampak kepada pelayanan
prima yang diberikan, yang pada akhirnya
daat menciptakan kepercayaan masyarakat.
Tetapi untuk hipotesis 6 pelayanan
prima tidak terbukti sebagai variabel intervening antara keadilan dengan kepercayaan
masyarakat. Sedang untuk hipotesis 7 pelayanan prima tidak terbukti sebagai variabel
intervening antara otonomi dengan kepercayaan masyarakat. Temuan ini menunjukkan,
bahwa kepercayaan masyarakat kecamatan
Banyumanik terhadap aparat kelurahan bukan disebabkan karena pelayanan prima,
melainkan sebab-sebab lain. Sebab-sebab
lain diduga karena kemandirian aparat kelu-

383

rahan dan legalisasi UU Desa yang mengatur
pengelolaan anggaran desa secara mandiri.
Dengan adanya legalisasi ini masyarakat
memiliki kenyamanan legal terhadap aparat
kelurahan. Berdasarkan pembahasan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip etika profesi belum diterapkan sepenuhnya oleh kelurahan se-kecamatan Banyumanik, sehingga pelayanan yang diberikan
belum prima. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rustiana et al (2010) dan membuktikan
pernyataan Budiati, Lilin (2013), “hingga kini
belum dapat diwujudkan kinerja pemerintahan yang bersih (clean government), budaya
organsiasi dan tata kelola pemerintah yang
baik (good governance) berjalan lamban, dan
pelayanan prima (excellence of service) masih
belum optimal”. Akuntabilitasi dan pengukuran kinerja telah diteliti lebih lanjut oleh
Handajani, Lilik (2010) & Sajiarto (2000).
SIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya dapat diambil simpulan sebagai
berikut. Pertama hasil menunjukkan ada
pengaruh penerapan prinsip etika profesi
(tanggung jawab dan integritas moral) terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan
kecamatan Banyumanik Semarang. Hal ini
mengisyaratkan bahwa aparat kelurahan
se-kecamatan Banyumanik Semarang telah
menerapkan prinsip etika profesi (tanggung jawab dan integritas moral), sehingga
pelayanan yang diberikan menjadi prima.
Temuan ini mengiringi pada simpulan bahwa ada pengaruh penerapan etika profesi
(tanggung jawab dan integritas moral) terhadap kepercayaan masyarakat, baik langsung
maupun tidak langsung melalui pelayanan
prima aparat kelurahan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat tercipta oleh
pelayanan yang diberikan aparat kelurahan
dinilai sudah prima, karena telah diterapkannya prinsip etika profesi: tanggung jawab dan
integritas moral.
Sebaliknya tidak ada pengaruh prinsip
etika profesi (keadilan dan otonom) terhadap pelayanan prima pada aparat kelurahan
kecamatan Banyumanik Semarang. Hal ini
mengisyaratkan bahwa aparat kelurahan sekecamatan Banyumanik Semarang belum
menerapkan prinsip etika profesi (keadilan dan otonom) sehingga pelayanan yang
diberikan menjadi kurang prima. Temuan
ini mengiringi pada simpulan bahwa ada
pengaruh penerapan etika profesi (keadilan

384

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 373-384

dan otonom)
terhadap kepercayaan masyarakat, tetapi tidak langsung melalui pelayanan prima aparat kelurahan di Kecamatan
Banyumanik Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat bukan
disebabkan oleh pelayanan prima aparat
kelurahan, melainkan diduga karena sebabsebab lain: kemandirian aparat kelurahan
dan legalisasi UU desa. Undang-undang No.
22/1999 tentang pemerintahan daerah yang
pada dasarnya berupaya memberdayakan
komunitas daerah.
Penggunaan hanya aparat kelurahan
se-kecamatan Banyumanik mungkin kurang
akurat untuk memprediksikan pelayanan
prima aparat kelurahan di Semarang. Untuk penelitian mendatang sampel dapat
diperluas dengan kecamatan lain di Kota
Semarang, sehingga dapat menggambarkan
pelayanan prima di Semarang lebih tepat.
Responden yang menjawab kuesioner bukan
pada keadaan sebenarnya dapat menyebabkan respon bias. Instrumen lain dapat
dikembangkan lagi dengan penambahan
sumber-sumber lain, semisal locus of control, komitmen, atau budaya kerja.
DAFTAR RUJUKAN
Adhiani, B. 2013. Pengukuran Kepuasan
Pelanggan terhadap Layanan Bidang
Akademik tahun 2013 Politeknik Negeri Semarang. Laporan Penelitian DIPA
tidak dipublikasikan. Politeknik Negeri
Semarang.
Arbainah, S. 2006."Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kualitas Layanan
Aparat Kelurahan Tembalang". JABPI.
Juli Vol. 14, No 2, Juli, Hlm 1-7.
Amiruddin, J. 2002. "Pelayanan Publik: Antara Harapan Warga dan Performance
Kinerja Pemerintah di Beberapa Kota di
Indonesia". PSPK. Februari. Edisi Februari. hlm 114-123.
Budiati, L. 2013. Pemimpin Berkarakter dan
Bermartabat. Suara Merdeka. Selasa,
12 Februari, Hlm 6.
Doney, P.M dan J.P, Cannon. 1997. "An
Examination of the Nature of Trust in
Buyer–Seller Relationships", Journal of
Marketing, Vol. 61, No 2, Hlm 35-51.
Fakhrulloh, Z. A. 2003. "Etika Pelayanan
Publik DPRD dan Akses Kontrol Publik terhadap Keuangan DPRD dalam
Mewujudkan Good Governance". Legality. Vol. 10, No. 2, Hlm 141-150.
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modelling- Metode Alternatif dengan Partial

Least Square (PLS). Badan Penerbit
Yogyakarta. Yogyakarta.
Handajani, L. 2010. Menggagas "Akuntansi
Publik Terintegrasi pada Organisasi sektor publik- . Jurnal Akuntansi
Multiparagigma,Vol. 1, No. 1 April, Hlm
121-140.
Mar’arti, S.F. 2006. "Pengaruh Etika Kerja
Islam terhadap Sikap pada Perubahan
Organisasional sebagai Variabel Mediasi". Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Mas’ud, F. 2004. Survei Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi. Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
Semarang.
Morgan dan Hunt. 1994. "The CommitmentTrust Theory of Relationship Marketing", Journal of Marketing, Vol 58, Juli,
Hlm 20-38.
Morgan dan Hunt. 2012. Analisis Evaluasi
Etis, Intensi Etis, dan Orientasi Etis
berdasarkan Gender dan Disiplin Ilmu:
Potensi Rekrutmen Staf Profesional
Kantor Akuntan Publik. Penelitian DIPA
Polines 2012. Tidak dipublikasikan. Politeknik Negeri Semarang.
Indriantoro, N. dan Supomo, B.1999. Metode
Penelitian Bisnis. Edisi pertama. BPFE.
Yogyakarta
Padmodiningrat, S. 2013. Korupsi dan Kemiskinan di Jateng. Suara Merdeka,
Selasa 24 September 2013.
Padmodiningrat, S. 2014. Embrio Korupsi
Masuk Desa. Suara Merdeka, Kamis 2
Januari 2014.
Rustiana, A, et. al. 2010. "Pengaruh Penerapan Prinsip Etika profesi terhadap
Pelayanan Prima dalam Menciptakan
Kepercayaan Masyarakat pada Aparat
Kelurahan di Kecamatan Gunungpati
Semarang". Dinamika Manajemen, Vol
2, No. 1, Hlm 1-11.
Sadjiarto, A. 2000. "Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintah". Jurnal
Akuntansi & Keuangan, Vol. 2, hlm
138-150.
Keraf, S.T. 1988. Etika Bisnis. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
Penerbit CV ALFABETA. Bandung
Sutopo dan A. Suryanto. 2003. Pelayanan
Prima. Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia. Jakarta.