Sukses Itu Bijak dalam Bergaul

.iLRrr,
'{iA

t

SUKSES ITU BIJAK DALAM BERGAT]L
Dr. Suwartono, M.Hum.
U

niversitas Muhammadiyah Purwokerto
suwa rtono2006@ya hoo. co. id

PE\D\HL-LTIAN
Jika ditanya. "Apa sukses itu?" barangkali hingga kini masih banyak orallg

"::l.lar.'ab sukses itu cerdas (hampir bisa dipastikan yan,q dimaksudkan adalah
-=:ias otaknr,'a). Atau. sukses itu milik orang berbakat (talented). Sayangnya, jika
:.;ernrati" di rnasa kini keberhasilan di dalam rnenapaki hidup tidak cukup hanya

l-rl{a11 bermodalkan kecerdasan otak atau cerdas secara intelektual


yan_q

:e.narkas di dalam otak saja. melainkan bera-9am kecerdasan (multi-intelligence)
.,.rut Illenunjang sukses seseorang. Salah satu kecakapan atau kecerdasan vang
,.

at,b, diperhitunekan adalah kecerdasan sosial.

Kecerdasan sosial ber-talian dengan posisi manusia yang sejatinya adalah

:lakhluk sosial, selain makhluk individu. Selain berurusan dengan diri sendiri,
;:lanusia juga membutuhkan interaksi dan kornunikasi dengan sesamanva. Dalam

ilubutigan autarinsan sebagai manusia organisasional

inilah

dibutuhkan

kecerdasan sosial. Orang yang memiliki kecerdasan sosial biasanya orang yang


biiak dalam membaca isi hati, suasana hati, dan keinginan orang lain. Ia dapat
dengan rnudah menyesuaikan
bererlpati kepada orang lain.

diri,

rnengambil hati, dan juga peduli serta

^ir)
(1.
4/

Dengan semakin ketatnya persaingan hidup dan kornpleksnya aspek-aspek
kehidupan, kecerdasan seba-qaimana digambarkan di atas dirasa semakin penting.

Lihat saja besarnya jumlah penduduk negeri ini. persaingan untuk mendapatkan
kursi dalam pendidikan dan bursa tena-qa kelja pun ticlak luput dari pengaruh
membengkaknya populasi penduduk. Belum la-ei persaingan bebas


di

daiam

kancah antarbangsa.

Di

dalam konteks pendidikan, kabar gembira datang dari pemberlakuan

Kurikuium 2013. Salah satu hal vang patut disyukuri aclalah perhatian yang lebih
besar terhadap aspek afektif, yang mencakup beberapa jenis kecerdasan, termasuk

di dalarnnya kecerdasan sosial. Ar-tinya, kurikulurn 1,ang sekarang ini diasumsikan
akan mampu menlperbesar peluang peraihan sukses rnasa depan anak bangsa.
Pasalnya, dalam kenyataan. banvak orang yang bukan termasuk intelektual.
berpendidikan ting-ei. atau berotak cemerlang rlamun sukses dengan kecerdasan

sosial yang ada padanya. contohnya,


Bill

Gates, pendiri, pemilik dan bos

Microsoft, yang sempat menyandang preclikat sebagai orang terkaya di dunia. Ia
kuliah hanya sampai tingkat dua. Namun, kepiawaiannva dalarn soal membangun
kerja sama dengan orang lain dinilai telah mengantarkannya kepada mega sukses.

Di sekitar kita sendiri, kisah inspiratif meraih sukses besar

deng

an

cara serupa

rnisalnya dialami oleh orang seperti Sudono Salim (Liem Sioe Liong) atau yang
lebih dikenal den-qan Om Liem. Orang yang pernah meu,andan-e predikat sebagai
orang terkaya se-Indonesia ini hanya tamat sekolah dasar. Banyak oran_q menilai
kr-rnci suksesnl'6 terletak pada kehebatan nrembangun


jaringan dan mengkarl,akan

orang Hebatnya lagi" rneskipun hanya tamatan sekolah dasar, ia
mengkaryakan sarj ana hingga doktor.

banyak

Contoh kisah sukses serupa yang tidak seekstrern itu tidak terhitung
iitrltlahnya. Sebagaimana disin,egung sebelumnya, makalah ini berpesan bahwa
kecerdasan sosial merupakan faktor penting, bukan satu-satunya. pada bagian
selanjutnya akan dibahas lebih mendalam. 1) hakikat kecerdasan sosial dimaksud.

l)

ilusterasinya dalam kehidupan sehari-hari, khususnva di daiam dunia kerja; 3)

implikasinya dalam kor\teks belajar untuk menyiapkan rnasa depan. dan sekelumit
pengalaman diri penulis terkait soal kecerdasan sosial ini


PEMBAHASAN
Diakui atau tidak, manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Ia terlahir di
tengah-tengah kerumunan masyarakat. N{anusia

tidak bisa hidup

sendiri.

Dibutuhkan kemampuan berpikir dan bertindak untuk menialankan perannya
sebagai makhluk sosial

di dalam rnenjalin

hubungan dengan lingkungan atau

kelompok masyarakat. Dengan kata lain. manusia harus brlak dan cakap dalam
merigolah rasa dalam ber_eaul dengan sesamanya.

Literatur menunjukkan bahwa kemampuan untuk arif dan cakap dalam
mengolah rasa dalam bergaul dengan sesama mengacu kepada apa yang disebut

dengan kecerdasan sosial. Beragarn pengertian diberikan oleh para ahli dan pakar

berkaitan dengan kecerdasan sosial

ini. Ada yang rlenyamakannya

dengan

sosialisasi, seperli Ambron (198i), yaitu sosialisasi itu sebagai proses belajar yang

memtrirnbing seseorang ke arah perkemban_qan kepribadian sosial sehingga dapat
menjadi anggota masyarakat yang bertanggun-s jawab dan eflektif.

Could (1994) menjelaskan kecerdasan sosial merupakan suatu kemampuan

untuk memahami dan mengelola (manage) hubungan nranusia. Kecerdasan ini
adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiu,a sebagai perangkat internal diri

\ alrq memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik


kenvataan apa adanya

ini

Dengan bahasa .vang sederhana,

di daiam

kosakata

bahasa Jawa ada kata nyralenl (memahami atau mengefti orang lain). Contoh,

jika

kita merasakan sakit ketika dicubit, maka jangan mencubit orang lain. Ini berar-ti
nrenyangkut soal nilai-nilai juga. Benar. kecerdasan sosial erat kaitann.va dengan
soal kearit-an (wisdom), dan nilai-nilai (values).

Untuk memperjelas hakikat kecerdasan sosial. berikut


dicontohkan

sejumlah butir yang merupakan penjabaran dari variabel kecerdasan sosial.

i.

Sesibuk apapun saya, ketika ada tetangga yang meminta tolong saya
segera datang menolongnya.

Saya akan menunda acara yang telah lama saya rencatrakan karena ada
teman saya yang mengalami kecelakaan dan membutuhkan bantuan saya.
1

J,

Sa-va mengalah kepada

orang yang lebih tr,ra uutuk duduk

di dalam


kendaraan umum.
A
T,

Saya mau mengambil sebagian tabungan saya r-rrttuk menolong teman Yang

memerlukan dukungan dana pada saat itu.

).

Sa-va senang

mengikuti organisasi atatl kegiatan sosial Yang membarltu

orang-orang yang terkena beucana alam.

Saya berusaha menjauhkan

diri


supaya tidak

ikut dalam

kepanitiaan

sosialisasi dengan alasan pekerjaan 1'ang cukup sibuk.
7.

Ketika ada masalah dalam keiompok masyarakat atau kerja, saya lebih
senang

8

iika diselesaikan dengan bermusyawatah

Tidak mau ikut campur dengan Llrusan orallg lain yanu tidak ada sangkut
pautnya dengan saya.

9

Lebih baik rlenghindar ketika ada permasalahan dengan orang lain dan
pura-pura tidak tahu apa-apa.

I

0.

Saya bersosialisasi baik dengan orang lain supaya rnendapat sanjungan
atau pujian dari mereka.

11 Ketika memberi atau menyurnbangkan sesuatu untuk kegiatan amal, saya
mau orang lain juga mengetahuinya.

12 Ketika dalam lingkungan saya ada pendatang baru. saya langsung
mengunjun-qinya.
13. Keinginan

untuk mengenal satu sama lain berasal dari dalam diri sendiri,

bukan karena paksaan
14.

Ada rasa acuh tak acuh dari dalam diri ketika melihat seseorang di
lingkungan kita terkena musibah

15

Saya berusaha untuk

memiliki hubungan yang baik dengan yang lain

16. Saya menjalin hubungan yang baik dengan orang lain supaya ketika saya

membutuhkan bantuan, mereka juga datang untuk menolong saya
Lebih jauh, barangkali ditanyakan ada atau tidaknva kaitan antara kearit'an

dan nilai-nilai dengan kecerdasan spiritual. Jawabnya ada. Tidak mudah meng-

kavling beragam kecerdasan. Orang yang terketuk hatinva untuk terlibat dalam
usaha menggalang dana bantuan bencana alam adalah orang yang bersikap cerdas

secara sosial yang tersentuh nilai-niiai kemanusiaan Orang yang bersikap

demikian boleh jadi

jrgu

teraktivasi nilai-nilai keagamaan, sebab agama

mengajarkan kepada pemeluknya untuk peduli sesama.

Jika sekarang ini maju pesat social metliu dan sistem ieiaring sosial, maka
apakah pengguna yang

aktif dapat secara serta merta dikatakan cerdas secara

sosial? Barangkali bisa dipertirtrbangkan Dikhabarkan bahrva

di beberapa negara

't,esar seper-ti Jerman, Perancis, Ing-eris
dan Amerika social media seperti
Facebook data dan informasinya dimanfaatkan sebagai bahan seleksi pelamar

keqa (media.kompasiana com). Namun demikian. masih terlah-r dini untuk
.iisimpulkan bahr.va pengguna aktif social media dan jejaring sosial memiliki
kecerdasan

di atas rata-rata dibandingkan yang tidak. Perlu kajian lebih

jauh,

sebab bagaitnauapun juga interaksi dan kornunikasi melalui social media dan
sistem jejaring sosial merupakan interaksi dan komunikasi dalam dunia maya.

Jika seseorang aktif dan berteman dengan hingga rubian orang dalam facebook,
tetapi ia selalu soliter, apakah dapat dikategorikan bijakiarifl Data bisa saja palsu.

infbrmasi bisa saja semu. Lihat saja bagaimana foto-tbto yang diunggah, ticiak
jararrg hanyalah sel/ie belaka.

Di dalam kehidupan nyata sehari-hari, kecerdasan sosial sangat menunjan*e
keberhasilan seseorang dalam menapaki kehidupan. Jika seseorans menutup diri,

maka ia akan terkucil dari kelompok atau lingkungan masyarakatnya. Setyawan
(200;1. 78

-

89) tidak secara eksplisit

men-e_eunakan

istilah kecerdasan sosial,

meiainkan kecerdasan ernosional dan spiritual, dalam rnembahas empat sifat

terkait erat dengan kecerdasan sosial yang harus dijauhi manusia

jika

ingin

hidupnya sarat dengan kebermaknaan Empat perkara tersebut secara hirarkis

benurut-turut. 1) tidak peduli atau cuek; 2) penuh curi-ga; 3) apatis, dan 4)
bermusuhan.

Tidak peduli atau cuek bisa membuat hidup seseorang senqsara

secara

emosional dan spiritual. Oran-q yang memiliki sitat ini tidak peduli dengan apa
yang terjadi pada lingkungannya. Dalam lingkungan kerja, dicontohkan seorang

manajer di sebuah kantor sangat

-eila

kerja (workaholic)" Begitu gilanya ia lupa

akan lingkungannya. hingga baw'ahannya menjadi korban karena tuntutan kerja
dengan standar dirinya sendiri. Tentu, akan banyak orang _vang tidak simpatik
kepadanya dan ia akan diiauhi. Seorang bos yang terburu-buru mene-qur seorang

bawahan Yang menguap ketika rapat yang dipimpinnya tengah berlangsune
sempat membuat bawahannya dipermalukan. Kejadian itr-r mestinya juga telah
rnembuat diri bos nterasa rnalu sendiri. Pasalnva. baw.ahan tersebut memberikan
penielasan bahwa nralam sebelumnya ia harus menunggui anaknya di ruang ICU

rumah sakit, sehingga ia dalam kondisi kurang tidur. Namun, justru karena ia
merasa rapat itu penting ia rnemaksakan diri untuk tetap hadir.

Sifat apatis sebagai sifat tidak cerdas secara sosial (socially uninteliigent)
mengancanl peluang sukses seseorang. Dicontohkan seorang kaw'an

di

)'ang terlunda kesempatan naik pangkat dan karirny'a gara-_qara
menjauhkan

diri dari lingkungannya. Ia

sangat jarang berada

kantor

semakin

di kantor, sulit

dihubungi" bahkan ketika sekali bertemu pimpinan dan disarnpaikan kepadanya

tiba kesempatan bagi dirinya uutuk rnengikuti proses kenaikan pangkat, alih-alih

menindaklanjuti informasi tersebut"

ia tidak menunjukkan

respon positip.

Hilanglah kesempatan. Meman-e, terkesan bahwa kawan tersebut kecewa dengan

sikap sebagian ternan yang tidak/kurang senang karena kau,an tersebut tidak
simpatik. Namun, mestinya kar.van tersebui menyikapinya dengan b4ak, tidak
perlu melancarkan "dendam" sehingga tidak merugikan dirinya sendiri.

Memiliki sikap bermusuhan merupakan puncak dari sifat tidak
secara sosial. Hampir
bermusuhan (hostile).

di

Di

cerdas

setiap tempat terdapat orang yang memiliki sifat

sudut-sudut kota besar, kerap diberitakan mudahnya

Apa vang akan mahasis*'a lakukan jika tengah menanyakan kekeliruan

nilai pada KHS, namun hams berhadapan dengan
mahasiswa yang

karyar.van sewot? Jika

tidak cerdas secara sosial barangkali balas sewot,

maka

sebaliknva mahasis*'a yan*e cerdas secara sosial rnunekin tidak terlalu reaktif,
rnenyadari bahwa pada lain waktu ia masih akan berhLrbungan clan membutuhkan
layanan.

Kegiatan-kegiatan yang ditarvarkan di dalam kampus selain perkuliahan

bisa dipilih yang sekiranya paling sesuai. Disadari atau tidak kegiatan sepefti
kepramukaan, broadcasting, vocal group, jurnalistik dan advokasi banyak
membantu mahasiswa kelak setelah terjun di tengah-ten,uah masyarakat dan dunia
ker.ja asal ditekuni dengan sungguh-sungguh.

Di luar kampus, sesuai porsinya, mahasiswa perlu mulai men_eenal
bagairtrana tnasvarakat bergaul. Cepat atau lambat ntahasiswa juga akan terjun di
,'r,jfi',:ii.'i;:;;::,.,

masyarakat, tidak ada

..!ffi;r;ai@u1r,ptx, di rumah, ia juga perlu

mulai mengasah keca

raket

di luar kampuSdengan.baik. Hal ini

dapat dilakukan, mi

,L1,.

,

*giatanigotong royong di

lingkun_qan kos mem

dan kepemudaan di
u,aktu adalah isu

n

membagi

se

bahwa menghargai waktu sangatlah penting sebagaimana terdapat pacla bagian

aw'al sejumlah surat

di

dalam

Al

Qur'an (Al-Lail, Al-Fajr, Al-Dhuha.

dan

terutama Al-Ashr)

Tidak kuran-e warga yang merasa kehilan*ean sosok yang dulu pernah
trnggal kos di situ dan masih terus menjalin hubungan hingga suclah berkeluarga.

Bahkan terjalinnya silaturrahim, membuat orang-orang yang demikian ini
mendapatkan rizki yan-e tidak disangka-sangka. Bandin-qkan dengan nrahasiswa

yang hanva hadir di kelas, mungkin aktif terlibat mungkin juga tidak, tidak ada

kuliah pulang ke tempat kos, banyak teman namun tidak cukup nlenalrtang.
menghabiskan waktu untuk omong kosong, mungkin akan menyelesaikan
studinya. Namun demikian, dapat dipastikan akan sulit bersaing.

Pada bagiart akhir makalah

ini

akan diriianfaatkan oleh penr-rlis untuk

berbagi cerita lumayan sukses yang menurutnl,a acla kaitannya dengan bahasan

makalah

ini, yaitu kecerdasan sosial. peftama, penulis punya kegemaran

"berburu" orang asin-e semasa duduk di bangku kuliah (Sur.vafiono. 200g) Hal
yan-e belakangail diketahuinya sebagai

'straiegi' belajar bahasa kedua/asing ini

dirasakan telah menjadikannya lancar berbahasa

Inggris Bukan hanya itu,

sebagian kenalan dan orang asing sendiri memberikan sanjungan perihal kualitas

1atal bahasa Inggris penulis. Kenapa kolega tidari ada yan-q memberikan
sanjungan dalam hal ini?

Selepas kuliah S1 penulis masili terus menjalin hubungan baik den-uan

sebagian mantan dosennya

di kota Solo.

Suatu hari penuiis mendapatkan

informasi prospek berkarir di kota lain yang berjarak sekitar 6 jarn perjalan darat
pada malam

hari

(Purwoker-to). Berawal dari silaturahmi vang terjalin dengan

baik, maka Alloh telah membuka jalan lurus kepada tercapainva cita-cita penulis
sebagai seorang dosen, yaitu Dosen Tetap, bukan lagi tetap dosen.

Hal lain yang terbilang sukses cukup lumayan berkat

kecerclasap sosial

adalah kemampuan rnenjalin komunikasi yang baik clengan kenalan di
mancanegara hingga mendapatkan kesempatan menghadiri forum semacanl

konfbrensi di hampir 9 ne-9ara. Bahkan untuk clenl yanq digelar bulan April ini di

Osaka. Jepang, penuiis sempat melewati saat-saat sulit yang membutuhkan
kesabaran ekstra dalam mengkomunikasikan kesalahpahaman dengan pihak
penyelenggaru dr Jepang. Kesabaral. vang merupakan mutiara kehidupan, sangat
menunjan-e keberhasilan penulis dalam meraih tiket ke Osaka.

KESIMPIILAN
Cerdas secara sosial berar-ti bijak dalam rnen-geiola diri. membawa diri
dalam pergauian. Kecerdasan sosial merupakan kearit'an dalam bergaul dengan
sekarang, kecerdasan sosial

ini

sangat

diperhitungkan guna menunjang kesuksesan dalam hidup. Kecerdasan

ini

dirasa

lingkungan atau orang lain.

Di jaman

semakin penting seiring dengan persaingan global dalam berbagai aspek
kehidupan.

REFERENST

Brinkman, R. dan I(irschner, R. Dettling vith Di.//ic:trlt i)eogtla ledisi terjemahan
oleh Rudiianto). Jakarla: Penerbit PT Bhuana llmu Populer.
Scevonovonic" Andre. "Status Facebook Menentukan Kecerdasan Sosial Kita",
Kontpitsiona: Opiti {24 Juni 2011) Diakses pada l8l02l2}l4 dari
http',//media.kompasiana.com/new-media/201 i106,'24lstatr-rs-fbcebookrn enenf r lrcn-kecerr{.2 qq n -qn ci c I -L-if , - I 73 R? 7 hf ff I
r

Setyawan, P. T.2004. Daun Berserokclt: Sebuah Renuttgcn Hctti. Jakarta: Gema
Insani.
Suwartono. 2008. Sukses Belcjar Bohcrsct A.sing. Semarang. Penerbit C\i. Mimbar
Media Utama.
Watson, C. E. 2002. Wol Smurt Peogtlc l)o v:hen l)rmb
Jakar-ta. Penerbit PT Gramedia Pustaka LTtama

'fhing,s

Halryten

at Work.

Wongso, Andrie. 2005. l5 Wi,sdonr and Sircce.s.r.' ('lu:.;icctl lvlolit,tttiott
Jakar-ta. Penerbit PT Elex N.{edia Komputindo.

S'1r;r'le.i'