146427228 jtptiain gdl ayurachmaw 5882 1 073511053
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP
CO-OP DENGAN PEMANFAATAN LKS DAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N BRANGSONG KENDAL PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh:
AYU RACHMAWATI NIM. 073511053 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Ayu Rachmawati
NIM
: 073511053
Jurusan / Program Studi
: Tadris Matematika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 13 Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Ayu Rachmawati NIM. 073511053
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 28 November 2011
Kepada Yth.Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu ’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul
: Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co- op Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Aat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Segiempat
Nama
: Ayu Rachmawati
: Tadris Matematika
Program Studi
: Tadris Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Hj. Minhayati Saleh, S.Si.,
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 28 November 2011
Kepada Yth.Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu ’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul
: Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co- op Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Aat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Segiempat
Nama
: Ayu Rachmawati
: Tadris Matematika
Program Studi
: Tadris Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Fahrurrozi, M.Ag
NIP. 19770816 200501 1 003
ABSTRAK
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada Materi Pokok Segi Empat Tahun Ajaran 2010/2011
Penulis : Ayu Rachmawati NIM
Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang inovatif, yang dapat meningkatkan pemahaman konsep, meningkatkan keaktifan peserta ddik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat tahun ajaran 2010/2011.
Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs N Brangsong Semester genap tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 8 kelas. Terpilih kelas VII-C sebagai kelas Eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga dan kelas VII-E sebagai kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional. Jadi banyaknya sampel seluruhnya adalah 82, peserta didik diperoleh dengan cara cluster random sampling cara sampel acak kelompok.
Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi dari nilai ulangan matematika (data awal) pada materi pokok sebelum segiempat digunakan untuk uji keseimbangan. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar matematika pada materi pokok segiempat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian hipotesis menggunakan uji t.
Dari perhitungan hasil penelitian, uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar diperoleh t hitung = 2,203 t ta bel = 1 , 66 , menunjukkan rata-rata hasil belajar peserta
didik eksperimen lebih dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga lebih efektif dari pada peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Asma Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur kehadirah-Nya yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dan tidak lupa shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya dengan harapan semoga kita memperoleh syafaatnya di dunia ini maupun di hari kiamat nanti.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna menyelesaikan skripsi ini. Namun tanpa mendapat bantuan dari berbagai pihak penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang memberikan pengarahan, bimbingan, saran dalam rangka penyusunan skripsi ini. Antuk itu, penulis sampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik.
2. Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran ditengah-tengah kesibukannya, beliau selalu memberikan bimbingan sampai penulisan skripsi ini selesai.
3. Fahrurrozi, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran ditengah-tengah kesibukannya, beliau selalu memberikan bimbingan sampai penulisan skripsi ini selesai
4. Drs. H. Moch. Ali Chasan, M.Si, selaku kepala MTs Negeri Brangsong yang telah memberikan izin penelitian dan Pujo Winarno, S.Pd selaku guru pamong Matematika kelas VII-C dan VII-E yang telah membantu
5. Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc, selaku dosen wali yang memotivasi dan memberi arahan selama kuliah.
6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
7. Ayahanda Agus Tono (Alm) dan Ibunda Retno Wisanti tercinta yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil dengan ketulusan dan keikhlasan doanya sehingga skripsi ini dapat selesai, semoga Allah senantiasa memberikan panjang umur disertai kesehatan untuk selalu beribadah kepada Robb dan dapat menyertai putra-putrinya menjadi seperti apa yang beliau harapkan.
8. Kakak-kakakku tercinta (Burhan, Ridha, Juwita dan Doni) beserta adik- adikku (Laiila, Lifta, Zikri dan Annur) mereka selalu memberikan do’a serta motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.
9. Sahabat-sahabatku tercinta (Ana, Indah, Tika, Din, Ali, Rom, Putri, Aziz, Qowim, Ika, dan sahabat-sahabatku yang lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu) terima kasih untuk pengertiannya, khususnya buat Tika, Ali, Malika dan Indah yang telah banyak membantu dengan do’a, support, maupun materi sehingga skripsi ini dapat selesai.
10. Teman-teman dan sahabat Tadris Matematika Angkatan 2007, khususnya kelas Paket B, yang telah menjadi motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam penulisan skripsi ini.
Kepada mereka semua hanya bisa memberikan untaian terima kasih, semoga atas bantuan yang diberikan kepada penulis dalam wujud apapun demi kelancaran penulisan skripsi ini akan menjadi amal baik serta mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dan semoga skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Segiempat ” ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membaca.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan pendapat yang konstruktif demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya penulis.
Semarang, 13 Desember 2011 Penulis,
Ayu Rachmawati
NIM. 073511053
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari pendidikan dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Secara umum, banyak peserta didik menganggap mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Kenyataan yang paling bisa dilihat adalah kurang memuaskannya hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika. Hasil yang kurang memuaskan tersebut bukanlah mutlak kesalahan peserta didik dalam mengikuti, menangkap, dan memahami mata pelajaran matematika, akan tetapi lingkungan dan sistem pembelajaran sekarang ini juga ikut andil dalam penurunan kualitas tersebut.
Matematika mempunyai karakteristik yaitu konsep-konsep atau materi yang bersifat abstrak yang tersusun secara deduktif. Kesalahan tentang konsep akan mengakibatkan ketidakmampuan peserta didik untuk mempelajari konsep selanjutnya. Segiempat merupakan salah satu materi yang diajarkan pada kelas VII. Segiempat ini, bagi peserta didik kelas VII merupakan materi yang abstrak. Di dalamnya berisi konsep-konsep yang saling berkaitan. Oleh karena konsep-konsepnya saling berkaitan, maka peserta didik harus benar-benar memahaminya untuk bisa melanjutkan ke materi berikutnya.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti. Sebagaimana dengan kurikulum yang selalu diperbaharui selama ini, pada periode ini pemerintah menetapkan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum KTSP ini merupakan kurikulum yang memberikan Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti. Sebagaimana dengan kurikulum yang selalu diperbaharui selama ini, pada periode ini pemerintah menetapkan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum KTSP ini merupakan kurikulum yang memberikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs N Brangsong, sampai saat ini pembelajarannya masih bersifat konvensional, dimana peserta didik dalam pembelajarannya masih sangat tergantung pada guru. Dalam hal ini, guru harus inovatif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta mengembangkan daya nalar dan ktreatifitas peserta didik. Menurut informasi dari salah satu guru matematika kelas VII MTs N Brangsong observasi awal dari rata-rata hasil ulangan harian dan mid semester masih di bawah ketuntasan belajar yaitu 60. Dalam proses pembelajarannya jika guru sedang menerangkan banyak peserta didik yang mengantuk dan tidak bersemangat, begitu juga jika peserta didik diberi soal latihan. Peserta didik disuruh mencoba untuk mengerjakan di papan tulis tetapi tidak banyak dari mereka yang mau mencoba sehingga sering kali gurunya sendiri yang mengerjakan dan menerangkan pada mereka.
Dalam proses pembelajaran sebaiknya selalu mengikutsertakan peserta didik, kegiatan pembelajaran bukanlah hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa peserta didik belajar aktif untuk mencapai perubahan tingkah laku. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti ingin memberikan alternatif pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar peserta didik dengan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op merupakan model Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op merupakan model
Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih Mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125). 1
Dengan berpedoman pada makna Al- Qur’an tersebut ada dua pendekatan yang dipakai untuk menyeru orang lain agar taat dan patuh terhadap perintah Allah , yakni (1) hikmah, dan (2) mau’izah (nasihat).
Sedangkan teknik yang dipakai adalah salah satunya dengan melakukan diskusi secara tertib dan baik.
Dengan berbantuan LKS dan alat peraga ini dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan konsep yang akan dipelajarinya. LKS merupakan salah satu jenis bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan alat peraga digunakan guru dalam pembelajaran untuk memperjelas materi.
Dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN
PEMANFAATAN
PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N BRANGSONG KENDAL PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT TAHUN AJARAN 2010/2011 ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh guru pada mata pelajaran matematika kelas VII semester genap di MTs N Brangsong. Adapun rumusan masalahnya adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat tahun ajaran 2010/2011?
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Didik
a. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op diharapkan adanya saling membantu antar teman dalam belajar.
b. Peserta didik merasakan keterlibatannya dalam pembelajaran sehingga menumbuhkan rasa percaya diri dalam belajar.
2. Bagi Guru Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga dan sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
3. Bagi Sekolah
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran matematika yang lebih efektif.
4. Bagi Peneliti
a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga
b. Sebagai bekal peneliti sebagai calon guru matematika untuk persiapan melaksanakan tugas sebagai pendidik yang baik.
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nina Afiani Mahasiswa UNNES jurusan FMIPA dengan judul ”Keefektifan
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Pokok Segiempat Kelas VII SMP N 2 Gunung Wungkal Pati Tahun Pelajaran 2008/2009”. Berdasarkan penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah kelas VII SMP N 2 Gunung Wakul yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op berbantuan alat peraga memenuhi ketuntasan belajar dan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh Herani Tri Lestiana Mahasiswa UNNES jurusan FMIPA dengan judul ”Keefektifan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Co-op Co-op dan NHT (Numbered Heads Together) dengan Pemanfaatan LKS dan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP N 2 Pemalang pada Materi
Pokok Segitiga”. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih
baik dari kelas kontrol dan dapat mencapai ketuntasan belajar. Kajian pada dua skripsi di atas berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah (1) Penelitian terfokus pada hasil belajar matematika pada materi pokok segiempat MTs kelas VII; dan (2) Penelitian mengambil tempat di MTs N Brangsong Kendal pada tahun ajaran 2010/2011.
B. Kerangka Teoritik
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dalam lingkungannya. 1 Morgan mengemukakan Learning is any relatively change in behavior that is a result of past experience.
(Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau
pengalaman). 2 Dari pengertian belajar yang sudah dikemukakan, dapat
dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya. 3 Menurut Oemar Hamalik ”Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar”. 4
Jadi pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), hlm. 2
2 Agus Suprijono,Cooperative Learning TEORI dan APLIKASI PAIKEM ,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hlm. 3
3 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp) , (Jakarta: Kencana, 2010), 3 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp) , (Jakarta: Kencana, 2010),
b. Teori-Teori Belajar
1) Teori Belajar Piaget Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada.
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (Pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. 5 Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan
kuantitatif. Intelegensi itu terdiri atas tiga aspek, yaitu:
a) Struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat
diulang
b) Isi atau content ialah pola tingkah laku spesifik, ketika
seseorang menghadapi masalah.
c) Fungsi atau Function adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi terdiri atas dua macam fungsi invarian yaitu organisasi dan fungsi adaptasi.
Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik, yang dalam hal ini Piaget membagi dalam 4 tahap, yaitu:
a) Tahap sensorimotor (ketika anak berumur 0, 0-2 tahun).
b) Tahap operasional (2,0-7/8 tahun).
c) Tahap operasional kongkrit (7,0-11,0).
d) 6 Tahap operasional Formal (11 tahun atau lebih).
Berdasarkan teori Piaget, salah satu tahap belajar adalah penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik (tahap asimilasi). Pada tahapan ini, peserta didik akan mengintregasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Agar peserta didik mampu mengintregasikan pengetahuannya, maka mereka harus mengetahui materi apa yang dipelajari. Selain itu, jika ada konsep baru yang tidak terkait dengan konsep yang sudah dipelajari, maka konsep baru tersebut akan ditambahkan ke dalam struktur kognitif. Alat peraga dapat dimanfaatkan untuk tahapan asimilasi dan akomodasi, melalui alat peraga peserta didik dapat melihat materi yang akan dipelajari.
Berdasarkan teori Piaget tersebut, maka dalam proses pembelajaran untuk tahap asimilasi dapat dilakukan dengan diskusi, dalam hal ini dimana peserta didik diminta untuk mendiskusikan materi yang ada berdasarkan LKS dan alat peraga yang telah dibagikan agar bisa mengaitkan dengan materi yang sudah dipelajari. Kemudian untuk proses akomodasi guru dapat berperan sedikit menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan untuk tahap equilibrasi (penyeimbangan) dapat diterapkan metode dril (latihan) soal.
2) Teori Belajar Bruner Menurut Bruner dalam proses belajar sebaiknya anak diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Menurut alat peraga yang ditelitinya itu anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah merekat pada dirinya. Peserta didik dapat belajar melalui keaktifannya dengan memanipulasi
alat peraga. 7 Teori Bruner yang selanjutnya disebut pembelajaran
penemuan inkuiri) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya. Menurut Bruner belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiaannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh tersebut sampai menemukan hubungan
antar bagian dari suatu struktur materi. 8 Berdasarkan teori Bruner tersebut, maka dalam proses
pembelajaran ini menggunakan alat peraga yang telah disiapkan. Dalam hal ini peserta didik dapat mempelajarinya, bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya.
3) Teori Belajar Vygotsky Vigotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi
7 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA- Universitas Pendidikan Indonesia, 2003)., hlm. 44 7 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA- Universitas Pendidikan Indonesia, 2003)., hlm. 44
Teori ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development , yakni daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Ide penting dari vigotsky lainnya adalah scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide vitgotsky adalah peserta didik seharusnya diberikan bantuan secukupnya
untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. 9 Berdasarkan teori Vigotsky tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi sosial antara peserta didik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan gurunya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ini dapat diciptakan suasana yang demikian dimana dalam proses pembelajarannya peserta dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi sosial antara peserta didik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan gurunya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ini dapat diciptakan suasana yang demikian dimana dalam proses pembelajarannya peserta
2. Hasil Belajar
Hasil belajar tampak sebagai suatu perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, hal tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil belajar peserta didik mencakup tiga aspek yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi, dan aspek pemecahan masalah. Aspek pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Perubahan di dalam belajar, berhasil baik atau tidaknya tergantung kepada bermacam-macam faktor yaitu :
1. Faktor individual, adalah faktor yang ada pada diri organisme itu
sendiri , antara lain :
a. Kematangan atau pertumbuhan.
b. Kecerdasan atau intelegensi.
c. Latihan dan ulangan.
d. Motivasi.
e. Sifat – sifat pribadi seseorang.
2. Faktor sosial, adalah faktor yang ada di luar individu, antara lain : 2. Faktor sosial, adalah faktor yang ada di luar individu, antara lain :
c. Alat – alat pelajaran.
d. Motivasi sosial.
e. Lingkungan dan kesempatan. 10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Seorang pendidik bertugas mendorong peserta didik agar belajar secara berhasil, tetapi keadaan peserta didik yang bermacam-macam menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah yang belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru, di antaranya adalah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi.
Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. 11
a) Faktor intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor intern dikelompokkan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. (1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh (2) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan. (3) Faktor kelelahan Dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.
b) Faktor ekstern Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
(1) Faktor keluarga Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
(2) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
(3) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keberadaan peserta didik dengan masyarakat.
Hasil belajar seseorang diperoleh dari pengalaman langsung, kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang abstrak. Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh karena itu hasil belajar peserta didik dan kualitas pengajaran, kedua faktor ini mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar peserta didik, artinya semakin tinggi kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran, maka semakin tinggi pula hasil belajar peserta didik.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
Adapun menurut Mutadi “pembelajaran kooperatif adalah sebuah grup kecil yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan
masalah, melengkapi latihan, atau untuk mencapai tujuan tertentu”. Ada beberapa teknik cooperative learning yang berbeda, tetapi kesemuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama yaitu ketika melakukan pekerjaan
dalam grupnya, mereka melakukan dengan saling bekerja sama. 13
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah- masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan penggunaan sejawat
menjkadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. 14 Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi
kelangsungan hidup. Tanpa krjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. ironisya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapakan dalam pendidikan. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas karena kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan peserta didik tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op Co-op Co-op merupakan model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan peserta didik mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan kepada mereka. Langkah-langkah pembelajaran Co-op Co-op adalah diskusi kelas seluruh
12 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005) hlm. 54-55
13 Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika , (Jakarta: Pusdiklat 13 Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika , (Jakarta: Pusdiklat
guru. 15 Metode ini menempatkan tim dalam koperasi antara satu dengan
lainnya untuk mempelajari sebuah topik di kelas. Co-op Co-op memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok- kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya.
Secara lebih rinci, Slavin menjelaskan langkah- langkah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Co-op Co-op yaitu sebagai berikut.
Langkah ke-1 : Diskusi Kelas Terpusat pada peserta Didik. Pada awal memulai pembelajaran Co-op Co-op , guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekpresikan ketertarikan peserta didik terhadap subjek yang akan dipelajari.
Langkah ke-2 : Menyeleksi kelompok pembelajaran peserta didik dan pembentukan kelompok. Apabila peserta didik belum mulai bekerja dalam kelompok, maka guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik.
Langkah ke-3 : Seleksi Topik Kelompok. Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok mereka. Langkah ke-4 : Pemilihan Topik Kecil. Tiap kelompok membagi topiknya untuk pembagian tugas di antara anggota kelompok. Anggota kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran.
Langkah ke-5 : Persiapan Topik Kecil. Setelah peserta didik membagi kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka Langkah ke-5 : Persiapan Topik Kecil. Setelah peserta didik membagi kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka
Langkah ke-6 : Presentasi Kelompok Kecil. Setelah peserta didik sudah menyelesaikan kerja individual mereka, mereka mempresentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya.
Langkah ke-7 : Persiapan Presentasi Kelompok. Peserta didik memadukan semua topik kecil dalam presentasi kelompok Langkah ke-8 : Presentasi Kelompok. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada topik kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap presentasi kelompok. Langkah ke-9 : Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasi teman satu kelompok, presentasi
kelompok dievaluasi semua peserta didik. 16
6. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, LKS biasanya merupakan petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan adanya LKS adalah bagi guru memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan bagi peserta didik, mereka akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
6. Alat Peraga
Menurut Gagne dan Briggs 17 media Pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran,
yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, dan lain-lain.
Manfaat alat peraga adalah sebagai berikut. 18
a. Proses belajar mengajar termotivasi. Peserta didik akan senang, terangsang, tertarik, sehingga akan bersifat positif terhadap pengajaran Matematika.
b. Konsep abstrak Matematika bersajikan dalam bentuk kongkret sehingga dapat lebih difahami dan dimengerti, serta dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
c. Hubungan antara konsep abstrak Matematika dengan benda-benda dialam sekitar akan lebih dapat difahami.
d. Konsep-konsep abstak yang tersaji dalam bentuk kongkret yaitu dalam bentuk model Matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi lebih banyak.
Langkah pembuatan alat peraga yang terbuat dari steroform adalah sebagai berikut:
a. Menggambar persegi panjang, persegi dan jajargenjang dengan ukuran yang telah ditentukan
b. Kemudian potong dengan menggunakan kater, setelah itu bangun persegi panjang, persegi dan jajargenjang itu dilapisi dengan kertas minyak yang berwarna
17 A. Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 4.
Gambar Alat Peraga
7. Uraian Materi Segiempat
Dalam penelitian ini, pelajaran matematika dibatasi pada materi pelajaran matematika kelas VII semester genap pokok bahasan bangun segiempat yaitu sub pokok bahasan persegi panjang, persegi, jajargenjang. Adapun materi sub pokok bahasan yang akan dipelajari pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pengertian Persegi Panjang Persegi panjang adalah suatu segiempat yang mempunyai sudut siku-siku dan sisi sama panjang yang berhadapan dan sejajar.
2) Sifat-sifat Persegi panjang
(i) Sisi yang berhadapan pada persegi panjang sama panjang dan sejajar
AB = CD dan AB // CD AD = BC dan AD // BC
(ii) Setiap sudut pada persegi panjang sama besar dan merupakan sudut
siku-siku.
0 BAD = ABC = BCD = ADC - 90
(iii) Diagonal-diagonal pada persegi panjang sama panjang AC = BD
(iv) Diagonal-diagonal persegi panjang berpotongan dan saling membagi
dua sama panjang OA = OC dan OB = OD Karena AC = BD , maka OA = OB = OC = OD
3) Keliling dan Luas Persegi Panjang
(i) Rumus Keliling Persegi Panjang adalah K = 2 p + 2 l , atau
K = 2 ( p + l ) (ii) Rumus Luas Persegi Panjang adalah
L = pxl
L = pl
4) Pengertian Persegi Persegi adalah segiempat yang mempunyai empat sudut siku-siku dan keempat sisinya sama panjang.
5) Sifat-sifat Persegi
(i) Semua sisi setiap persegi sama panjang
(ii) Diagonal-diagonal persegi sama panjang dan saling membagi dua sama panjang AC = BD
OA = OB = OC = OD (iii) Diagonal-diagonal persegi berpotongan membentuk sudut siku- siku
0 AOB = BOC = COD = AOD = 90
(iv) Setiap sudut persegi sama besar dan merupakan sudut siku-siku
0 BAD = ABC = BCD = ADC = 90
(v) Setiap sudut persegi dibagi dua sama besar oleh diagonalnya, atau diagonal-diagonalnya merupakan garis bagi
0 0 BAC = DAC = 45 ACB = ACD = 45
0 0 ABD = CBD = 45 ADB = BDC = 45
6) Keliling dan Luas Persegi
(i) Rumus keliling persegi adalah: K = 4 s (ii) Rumus luas persegi adalah: L = sxs ,
2 atau L = s
7) Pengertian Jajargenjang Jajargenjang dibentuk dari gabungan sebuah segitiga dan bayangannya setelah gambar diputar setengah putaran pada titik tengah salah satu sisi segitiga.
8) Sifat-sifat Jajargenjang
(i) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
AB = CD dan AB // CD AD = BC dan AD // BC
(ii) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar. BAD = BCD
ABC = ADC (iii) 0 Jumlah sudut-sudut yang berdekatan adalah 180 .
0 0 BAD + ABC = 180 ABC + BCD = 180
0 0 BAD + ADC = 180 ADC + BCD = 180 (iv) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang
OA = OC OB = OD
9) Luas Jajargenjang
Alas Luas Jajargenjang = alas x tinggi. 19
8. Kerangka Berpikir
Kesulitan dalam belajar matematika, disebabkan adanya peran serta guru dalam memberikan kondisi belajar matematika yang monoton. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran matematika yang dapat Kesulitan dalam belajar matematika, disebabkan adanya peran serta guru dalam memberikan kondisi belajar matematika yang monoton. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran matematika yang dapat
Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar. Bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian atau bahkan salah konsep. Kesalahan komunikasi seorang guru akan dirasakan peserta didiknya sebagai hambatan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam lingkungan sekitar, memotivasi peserta didik untuk aktif, memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide dan gagasannya, serta memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkreativitas dalam melakukan pembelajaran secara optimal.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan langkah- langkah sistematik. Langkah sistematik inilah yang merupakan hal terpenting dalam melakukan strategi mengajar. Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Perlu diupayakan suatu pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op.
Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi
Dengan berbantuan LKS dan alat peraga ini dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan konsep yang akan dipelajarinya. LKS merupakan salah satu jenis bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan alat peraga digunakan guru dalam pembelajaran untuk memperjelas materi.
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas
VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok Segiempat tahun ajaran 2010/2011.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian kuantitatif yang dilakukan merupakan metode ekperimen yang mendesain “ posttest- only control design”, karena tujuan dari penelitian ini untuk mencari pengaruh treatment . Adapun pola desain penelitian
ini sebagai berikut. 1
Gambar 1 Desain Penelitian Kuantitatif
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang terpilih secara random ( R ). Kelompok pertama (kelompok eksperimen) diberi perlakuan X (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran) sedangkan kelompok yang lain (Kelompok kontrol) diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
B. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan. Kemudian meningkatnya
daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian. 2 Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok Segiempat Tahun Ajaran 2010/2011
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), hlm. 112.
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan peneliti untuk mulai mengadakan penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama 30 hari mulai tanggal 01 April sampai 30 April 2011.
2. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Brangsong yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain “ post test only control group design ” yakni. menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelompok
(kelas) yang dibedakan menjadi kategori kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.
1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 3 Populasi juga dapat diartikan seluruh data yang menjadi penelitian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. 4 Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs N Brangsong dengan peserta didik yang berjumlah 335 anak dan terdiri dari 8 kelas, yaitu kelas VII A –
VII H dengan rincian: Kelas VII A dengan 40 peserta didik
Kelas VII B dengan 40 peserta didik Kelas VII C dengan 43 peserta didik Kelas VII D dengan 44 peserta didik Kelas VII E dengan 39 peserta didik Kelas VII F dengan 42 peserta didik Kelas VII G dengan 43 peserta didik Kelas VII H dengan 44 peserta didik
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 5
Pengambilan sampel ini mengacu pada pendapatnya Suharsimi Arukunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau
lebih. 6 Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan
ciri-ciri yang harus diperhatikan antara lain, peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan. Dalam penelitian ini akan di ambil sampel sebanyak dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan satu kelas kontrol yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional sehingga terpilih kelas VII C sebagai kelas eksperimen berjumlah 43 paserta didik dan kelas VII E sebagai kelas kontrol berjumlah 39 peserta didik.
3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling atau sampel acak kelompok. Cluster random sampling adalah
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Dalam teknik ini semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberikan kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi kelas eksperimen atau kelas kontrol. 8 Dalam penelitian ini yang terpilih menjadi sampel adalah tiga kelas VII MTs N Brangsong
dimana kelas VII C sebagai kelas eksperimen, kelas VII E sebagai kelas kontrol dan kelas VIII A sebagai kelas uji coba.
F. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang
merupakan variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. 9
1. Variabel bebas (independent variabel) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (independen
variabel) 10 . Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran kooperatif tipe Co-op
Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan model pembelajaran konvensional.
2. Variabel terikat (dependent Variabel). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. 11 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika peserta didik kelas VII
MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat tahun ajaran 2010/2011 .
7 Tulus Winarsunu, Statistika Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2004), Cet. II, hlm. 17.
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, hlm.134
9 Sugiyono, Statistika untuk Penelitia n, hlm. 2
G. Teknik Pengumpulan Data.