303163851 Teratai Edisi I Perempuan Produsen atau Konsumen

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Perempuan: Produsen atau Konsumen?

Edisi I, Mar

Editorial

Konstruksi Perempuan Anti Pragmatis

Topik

Perempuan;

Dikotomi Produsen dan Konsumen dalam Bingkai Keilmuan

Ngopi

Perempuan dengan Pilihannya

Wawancara dengan Ibu Lauti Nia Astri Sutedja, Plt. Atdik Kairo

Sapa Redaksi

Sapa Redaksi

Daftar Isi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terucap syukur “Alhamdulillah” yang tiada terkira, akhirnya buletin reguler Teratai edisi perdana telah terbit. Melalui proses panjang penggodokan struktural

2 kru, fokus buletin, rubrikasi, karakter dan hal-hal

Sapa Redaksi

permanen lainnya, akhirnya buletin perdana inilah

3 Editorial

buah hasil kami. Buletin ini kami namakan “ Teratai”, nama yang sudah kami bentuk sejak

5 akhir periode kepengurusan Fatayat sebelumnya

Analisa

periode 2014-2015 dan telah mewakili penerbitannya pada edisi konfercab. Teratai,

7 Opini

buletin Fatayat Mesir hadir di tengah-tengah Masisir, ikut mewarnai dinamika jurnalistik di

9 Masisir. Buletin ini, akan menyajikan informasi seputar feminisme dan isu-isu sosial lainnya. Jadi

Topik

12 Apa Kabar Fatayat

tidak hanya melulu pembahasan feminisme murni, melainkan isu sosial yang sedang berkembang pun akan menjadi perhatian kami. Sebagai buletin

Ngopi (Ngobrol Inspiratif) 13 perempuan, Teratai ingin mewujudkan wadah

kepenulisan bagi perempuan Fatayat dan

15 Profil

membuktikan kontribusinya secara nyata melalui tulisan-tulisan yang dihadirkan.

17 Perempuan; Produsen atau Konsumen? Tema

Resensi

besar yang kami angkat ini mencoba mengetengahkan pembahasan tentang kontribusi-

19 Sastra

kontribusi perempuan dalam bidang keilmuan; pemikiran, pergerakan, dan karya-karya yang masih

22 banyak termarjinalkan. Dengan terbitnya buletin

Continued

ini, diharapkan mampu mendongkrak eksistensi

23 Ensiklopedis

perempuan dan menambah wawasan kita tentang sisi intelektual dari dunia perempuan tanpa keluar dari kefeminimannya. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!

Susunan Redaksi Buletin Teratai Dewan Pelindung : Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir | Dewan Penasehat : Ketua PCI Fatayat NU Mesir |

Pimpinan Umum : Faiqoh Himmah | Pimpinan Redaksi : Choiriya Safina | Pimpinan Usaha : Wardatul Humairo’ | Sekretaris Redaksi : Laiyana Izzatin Naza | Redaktur Pelaksana : Ana Akhsanul Auwaliyah, Siti Qomariyah, Anis Safrida, Shafa El Mona, Halimatus Sa'diyah | Distributor : Hamidatul Hasanah, Fathna Zakiyyatul

Adzkiya | Layouter : Najati Hasbi| Editor : Siti Shofiyah, Ahmad Muhakam Zain, Nashifuddin Luthfi

teratai teratai Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi Edisi I, Maret 2016

02 Buletin

ﺔﺤﻟﺎﺼﻟا ةأﺮﻤﻟا ﺎﻬﻋﺎﺘﻣ ﺮﻴﺧ و عﺎﺘﻣ ﺎﻴﻧ ﺪﻟا

“ Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”

Apakah dunia membutuhkan uluran tangan perempuan? Ya, dunia membutuhkannya. Karena ia bagaikan perhiasan yang kilaunya tidak diragukan. Menyoal sebesar apa sinar yang dipersembahkan, di sana terdapat beragam opini. Tergantung bagaimana seorang pelakon hidup menentukan pilihan yang kemudian memunculkan berbagai isu yang kompleks. Tidak dapat dipungkiri, berbagai pergerakan perempuan yang muncul banyak menimbulkan isu-isu sosial seperti feminisme dan persamaan gender. Masing-masing berusaha menunjukkan eksistensinya dalam segala aspek, mulai dari ranah keluarga hingga relasinya dengan masyarakat internasional. Bagaimana tidak? Perempuan sangat berjasa dalam tataran rumah tangganya hingga agama dan bangsanya. Peran mereka bukan lagi sekedar memasak makanan lezat, melainkan menyuguhkan ide-ide mutakhir sebagai solusi untuk berbagai macam problematika kompleks yang dialami dunia saat ini. Mereka tidak lagi apatis terhadap pergolakan sistem kehidupan yang semakin berkembang pesat. Arus IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang semakin menjadi-jadi menuntut mereka untuk berjalan berdampingan dengan segala kemajuan yang tercipta.

Dari kesadaran para perempuan akan kebutuhan gerak mereka, kontribusi dalam segala aspek mulai meroket. Seperti dalam

bidang ilmu pengetahuan, matematika dan teknologi yang selama ini telah dianggap sebagai forte dari laki-laki. Kontribusi perempuan dalam bidang ini tidak dapat diabaikan. Karena memang secara epistemologis pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan individu-individu, baik laki-laki maupun perempuan untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan- kebiasaan, dan bentuk-bentuk ideal kehidupan dalam meneruskan aktifitas kehidupan secara efektif dan berhasil. Ada beberapa ilmuwan yang membuat berbagai penemuan penting yang telah diakui dunia. Contohnya: Madame Curie (Marie Curie), salah satu ilmuwan wanita paling terkenal di era modern, Marie Curie bekerja di Polandia dan Perancis. Ia adalah instrumental dalam membentuk sifat sinar beta dan radioaktivitas. Dan Trotule Salerno, dia adalah ilmuwan Italia, dikenal melalui karyanya dalam ginekologi dan obstetri. Trotule menulis beberapa buku teks tentang kesehatan perempuan yang digunakan selama ratusan tahun oleh dokter dunia. Pemikirannya sering dianggap radikal, termasuk saran tentang orang-orang yang menderita masalah fertilitas terkemuka untuk memiliki anak dan penggunaan opiat untuk nyeri persalinan.

Kemajuan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Pendidikan yang baik akan menjadi awal bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Kontribusi

03

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Konstruksi Perempuan Anti Pragmatis

oleh: Faiqoh Himmah

Editorial

perempuan berawal dari pendidikan di rumah sebagai seorang ibu. Tidak sedikit ilmuwan yang lahir karena didikan sejak dini di rumah sendiri. Peran RA. Kartini dalam memajukan pendidikan untuk perempuan di Indonesia merupakan wujud kontribusi seorang hawa yang tercatat dalam sejarah. Pemikiran- pemikiran Kartini dalam memajukan dunia pendidikan telah terdokumentasikan dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Apa yang diperjuangkan Kartini pada masa itu dapat dirasakan dalam perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini.

Dalam bidang sastra, muncul beberapa nama seperti: Jackie Collins, Stefanie Roberts, J. K. Rowling dan Dewi Lestari. Perempuan juga patut dihargai lebih dari sekedar pelengkap dalam kehidupan. Ia memiliki fungsi ekstern berupa memiliki hak terhadap perannya sebagai warga negara dan fungsi intern berupa perannya sebagai ibu rumah tangga. Karena itu, meskipun banyak hambatan yang dihadapi dari sisi sosial, budaya, dan ekonomi, kontribusinya dalam dunia politik tidak kalah diperhitungkan dan kepercayaan meningkat dengan prestasi yang banyak diraihnya. Semua ini adalah bukti nyata bahwa kontribusi perempuan untuk dunia tidak dapat dipandang rendah. Ia mampu menjadi pembanding atas berbagai kontribusi yang dimotori oleh kalangan atas sehingga mempunyai daya saing yang kuat terhadap kompleksitas segala lini kehidupan. Bukan hanya ilmuwan-ilmuwan perempuan kontemporer yang mewarnai progresifitas dunia keilmuan, melainkan beberapa ilmuwan Islam terdahulu juga telah mencatat sejarah yang luar biasa. Aisyah Ra. adalah salah satu tokoh yang mungkin layak disebutkan pertama kali. Istri Nabi Muhammad saw. yang tak lain adalah putri kesayangan Abu Bakar Al-Siddiq Ra. ini banyak memberikan masukan dan ide-ide cemerlang untuk kemajuan Islam pada masanya.

Selain itu, ia berperan besar dalam menjaga kemurnian Sunnah-sunnah Nabi Saw. sehingga menjadikannya sebagai salah seorang sumber rujukan pada masa itu, yaitu pada tahun-tahun pertama Islam. Ia juga dikenal sebagai ahli fikih yang nyaris tak tertandingi kehebatannya dalam sejarah keilmuan Islam. Pada tahun 1962 M. terbitlah sebuah kitab tafsir yang berjudul al-Tafsir al-Bayani li al-Quran al- Karim karangan seorang ulama yang dikenal dengan nama Bintu Syati'. Pengajar yang juga istri seorang ahli tafsir, Amin al-Khulli ini adalah perempuan kelahiran Dumyat dengan riwayat pendidikan luar biasa. Metodologi penafsiran yang ditawarkan sangat menarik, yaitu sebuah metode untuk memahami al-Quran secara objektif. Kitab ini telah mampu mendongkrak eksistensi perempuan dalam catatan sejarah keilmuan dunia Islam. Dari beberapa uraian tersebut, terbukti bahwa kontribusi perempuan di dunia ini bukan hanya sebatas pendidik dini sebagai seorang ibu, melainkan mampu turut berpartisipasi dalam mempersembahkan ide-ide yang menjadi solusi dari turbulensi yang dihadapi manusia secara luas melalui berbagai karya dan pergerakannya. Eksistensinya telah banyak mendorong inklusifitas aksinya dari berbagai aspek. Kemajuan teknologi yang pesat juga mempengaruhi daya serap semua orang terhadap informasi-informasi penting sebagai penyokong keterbukaan arus pemikiran. Bukan berarti perempuan dengan segala keterbatasan tidak berhak mempunyai karya dan diakui oleh seluruh dunia. Sudah seharusnya dunia menghargai hasil kontribusinya yang banyak dibutuhkan dalam segala ranah keilmuan, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

04

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Editorial

05

“Phenomologie de la Perception” adalah sebuah istilah untuk seseorang yang melihat sesuatu berdasarkan persepsi dan makna pada umumnya, serta mengabaikan makna dari sisi lain. Apakah kita bisa memberi ketetapan terhadap sebuah apel yang berwarna hijau itu rasanya masam? Sama halnya dengan pernyataan berikut “Melati putih adalah simbol kesetiaan”. Pada umumnya setiap orang akan membenarkan pernyataan di atas. Padahal kita bisa memberi makna lain terhadap melati putih. Pernyataan di atas sama dengan analogi bahwa seorang wanita selalu diidentifikasikan dengan sifat kelemahan, wanita tidak memiliki eksistensi dalam berbagai obyek kehidupan, ia hanya hidup di bawah ketiak seorang laki-laki. Pernyataan ini lahir dengan melihat persepsi orang pada umumnya. Meneropong lebih dekat, keeksistensian seorang wanita tidaklah sesuai dengan pernyataan di atas. Di berbagai Negara, ditemukan berbagai karya besar yang dihasilkan oleh perempuan, mereka juga banyak memberikan asumsi dan peran besar terhadap pemikiran sosial sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya gerakan feminisme yang disuarakan oleh Qasim Amin ─seorang tokoh feminis muslim Mesir─ yang memunculkan gagasan tentang emansipasi wanita muslim melalui karya-karyanya. Meskipun gagasannya ini banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ulama Mesir, namun ide-idenya terbilang masuk akal. Baginya, perempuan tidak hanya bergerak sebatas ruang pingitan saja. Ia juga mengungkapkan

bahwasannya populasi terbesar di setiap bangsa adalah wanita. Maka sangatlah tidak mungkin membiarkan setengah penduduk bangsa ini berada dalam kebodohan. Oleh karena itu, dengan membiarkan seorang wanita berkiprah melalui pemikiran dan karyanya, sama halnya dengan memberikan kesempatan pada wanita untuk berkontribusi besar terhadap perkembangan dunia ─secara sosialitas maupun psikologi. Menelisik lebih dalam terhadap kehidupan perempuan Mesir, terdapat banyak ilmuwan dan doktor pada masa peradaban Mesir. Hanya saja mereka tidak selalu tersorot oleh media sebagaimana ilmuwan laki-laki, mereka memiliki biografi dan prestasi yang sangat mengesankan. Hanya karena seorang wanita disudutkan, tidak pantas berada dalam jajaran dunia keilmuan, sehingga mereka tidak terlihat. Salah satu ilmuwan wanita yang masih abadi nama dan karyanya adalah Hypatia (370-415), dia adalah seorang ilmuwan wanita yang lahir dari Alexandria, Mesir. Banyak catatan-catatan tentangnya yang hilang, namun sebagian berhasil diabadikan. Hypatia sangat brilian dalam bidang matematika dan filsafat, ia juga senang mempelajari geometri dan aljabar. Selain dalam dunia statistika, Hypatia juga pandai dalam dunia teknologi dan mekanika. Kontribusinya dalam keahliannya tidak banyak dicatat sejarah, namun sangat menyumbangkan cabang-cabang keilmuwan. Pada peradaban Mesir modern, dunia mengenalkan kita kepada seorang wanita yang

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Analisa

Meneropong Keeksistensian Wanita Mesir

oleh: Siti Qomariyah

06

mengukuhkan dirinya dalam studi metodologi sastra dan tafsir al-Qur'an, yaitu Aisyah Abdurrahman atau yang biasa disebut dengan Bintu Syathi' ─wanita Arab modern yang memiliki kemampuan artikulatif. Ketajaman berpikirnya membuat ia masuk dalam daftar ilmuwan wanita yang berhasil memberikan kontribusi terhadap dunia keilmuan. Beliau adalah salah satu guru besar sastra dan bahasa Arab di Universitas Ain Syams, Mesir. Kepiawaiannya dalam metodologi tafsir al- Qur'an telah membawanya berbicara di hadapan sarjana di Roma, Aljazair, New Delhi, Baghdad, Kuwait, Yerussalem, Rabat, Fez, dan Khartoum. Kajian studinya telah banyak dipublikasikan. Selain tentang penafsiran Al- Qur'an, beliau juga banyak menelurkan karya- karya kesejarahan mengenai biografi ibunda Nabi Muhammad Saw. serta cerita-cerita pembebasan perempuan dalam pemahaman Islam, beliau juga menulis tentang isu-isu mutakhir di dunia Arab. Keproduktifan beliau dalam dunia tafsir menghasilkan beberapa karya di antaranya: Al-Tafsir al Bayani li al-Qur'an al- Karim sebagai tulisan pertamanya pada tahun 1962. Orbit-orbit perkembangan wanita Mesir dalam pemikirannya tak hanya lahir sebagai bentuk keterpaksaan mereka dalam berfikir dan mengasumsikan peran mereka untuk masyarakat sosial di lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga sebagai wacana bahwa wanita tak hanya berperan sebagai “ back stage” yang bertindak di bawah pemerintahan seorang laki- laki. Selain itu terdapat asumsi yang mengatakan bahwa wanita hanya mampu menjadi “ penumpang” saja. asumsi ini sangatlah tidak pas disematkan kepada seorang wanita. Lebih dari itu, seorang wanita adalah yang mewarisi dan bukanlah yang diwarisi. Jika terdapat seorang anak yang pandai, maka tanyakanlah padanya latar belakang ibunya. Nawal El Sadawi adalah salah satu aktivis perempuan yang lahir dan besar di Mesir, ia juga seorang dokter dan penulis. Melalui karyanya ia mengungkapkan tentang kondisi realitas sosial perempuan di Mesir, kritikannya yang pedas itu

mengarah agar seorang perempuan yang memiliki cita-cita dan obsesi harus diberikan peluang tanpa adanya ketidakadilan dan penindasan. Berbagai macam pemberontakan mewarnai isi novel-novelnya, hingga membawa Nawal dijebloskan ke dalam penjara pada masa pemerintahan Anwar Sadat. Namun disela-sela waktunya dalam penjara, ia terus berkarya dan menyempatkan diri untuk menulis di atas kertas toilet dengan menggunakan pensil alis. Hingga setelah ia keluar dari penjara tulisannya ia jadikan novel. Nawal telah berhasil membuat pemerintahan Mesir mengakui keeksistensian seorang wanita. Di balik cadar dan hijabnya, seorang perempuan sebenarnya menyimpan kebrilianan yang harus diakui. Pemerintah Mesir kuno yang masih kaku terhadap perempuan serta menganggapnya sebelah mata, kini dengan adanya pergerakan yang tak henti menyuarakan emansipasi, kembali melahirkan generasi-generasi yang terus menambah daftar pakar keilmuwan perempuan. Bukankah cukup bagi kita untuk meng atakan bahwa Hypatia, Aisyah Abdurrahman dan Nawal El Sadawi adalah potret perempuan yang memberikan kontribusi dan sumbangan besar terhadap masyarakat Mesir dan dunia tentunya.

Tentunya selain perempuan-perempuan Mesir, di luar sana, di seluruh penjuru bangsa, tak mengingkari bahwa banyak perempuan yang telah berhasil mengepakkan sayapnya sebagai peneduh untuk kehidupan sekitarnya. Meskipun pemikiran-pemikiran, peran dan karya-karyanya yang luar biasa terkadang luput dari sejarah.

Analisa

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

07

Perempuan masa kini, di belahan dunia manapun, mereka sudah terlepas dan terbebas dari berbagai bentuk ketidak-adilan dan diskriminasi gender. Maksud dari ketidak-adilan dan diskriminasi gender perempuan di sini adalah merujuk pada kondisi perempuan di jaman jahiliah. Pada waktu itu, kaum perempuan mendapatkan sikap dan perlakuan yang sangat tidak adil, mereka tidak dihargai dalam semua segi kehidupan mereka. Misalnya, wanita dijadikan hamba seks, pelayan abdi yang bisa diperintahkan apa saja atau yang biasa kita kenal dengan istilah perbudakan, dan bahkan dalam pembagian warisan kaum perempuan tidak mendapatkan porsi yang sama dengan lelaki. Lebih buruk dari itu, perlakuan yang paling kejam, bengis, dan hina adalah penguburan pada bayi-bayi perempuan yang tidak berdosa secara hidup-hidup. Diriwayatkan, bahwasanya sahabat Umar bin Khattab sebelum masuk Islam, ia pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Mereka Bangsa Jahiliah menganggap anak perempuan hanyalah sebuah pertanda keburukan dan aib. Alangkah begisnya Bangsa Jahiliah Arab mendiskriminasi kaum perempuan sedimikian itu. Kemudian Islam datang untuk mengangkat dan memuliakan martabat kaum perempuan. Tidak ada lagi diskriminasi gender terhadap kaum perempuan, selain itu, mereka jug a mendapatkan hak-hak yang semestinya di dalam kehidupan. Begitulah Islam membebaskan kaum perempuan dari diskriminasi gender dan belenggu Bangsa Jahiliah dan juga yang telah membawa keadilan

bagi seluruh kaum perempuan di muka bumi ini. Jauh dari kondisi yang telah dijelaskan panjang lebar di atas, perjalanan sejarah dan kehidupan manusia, setiap masanya selalu mengalami perubahan-perubahan dan melakukan inovasi untuk terus menjadi manusia maju, menuju yang terbaik dan berlomba-lomba menjadi yang paling baik, begitupun keadaan sosial dan lapisan masyarakatnya. Kaum perempuan juga tak mau kalah untuk melakukan inovasi terhadap dirinya. Buktinya, mereka melakukan gerakan menuntut kesetaraan gender yang dilakukan oleh perempuan-perempuan aktivis sosial, mereka menuntut hak yang sama antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Karena seringkali perempuan dianggap lemah dan hanyalah sebagai pelengkap, serta pola pikir yang telah mendarah daging dalam masyarakat bahwa perempuan hanya mampu berkutat dalam urusan rumah-tangga, dapur, anak dan tidak bisa berkontribusi baik dalam bidang ilmu, pemikiran, politik atau berperan penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kalau saja kita mau kembali sejenak dan menelisik sejarah ke beberapa kurun waktu yang lalu, maka kita akan mendapatkan bahwa sesung gunya kaum perempuan jug a mempunyai sumbang sih dan mampu berkontribusi dalam berbagai bidang. Dalam bidang politik misalnya Shajar al-Dur, pernah menjadi sultan yang memimpin dinasti Abbasiyah pada tahun 1250 M. Dan untuk konteks saat ini, sosok perempuan yang berkiprah di bidang politik dan pernah menjadi

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Perempuan Bisa!

oleh: Anis Safrida

Opini

08

orang nomor satu dalam sebuah negara, semisal Megawati Sokarno Putri, ia pernah menjadi orang nomor satu di negara Indonesia periode 2001-2004. Dan masih banyak lagi tokoh perempuan yang berkontribusi melalui dunianya masing-masing baik itu dalam lingkup besar maupun dalam lingkup terkecil mereka. Perempuan masa kini, di era modern, jumlah perempuan yang mengenyam dunia pendidikan tidak terhitung banyaknya. Pendidikan bukanlah lagi masalah klasik bagi kaum perempuan. Kalau dulu saat zaman penjajahan di Indonesia, Raden Ajeng Kartini memperjuangkan bagaimana caranya kaum perempuan agar bisa memperoleh pendidikan yang selayaknya. Nah! Jaman sekarang ini kita tinggal menikmati hasilnya. Kalau bukan berkat jasa ibu Kartini dan perempuan-perempuan lain yang juga memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan, mungkin tidak akan pernah ada kita di negeri ini (Mesir) dalam rangka menuntut ilmu. Dalam perkumpulan atau org anisasi kemasyarakatan, telah disediakan ruang gerak khusus bagi kaum perempuan. Misalnya saja, di ORMAS NU ada Fatayat atau di Muhammadiyah ada Aisyiyah. Ruang gerak tersebut sebagai wahana dan sarana bagi kaum perempuan untuk mengasah kecerdasan, memaksimalkan potensi diri dalam segi apapun, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan diri baik dalam berorganisasi, bermasyarakat, atau segi keilmuan yang lainnya. Semua itu diluar cakupan bidang akademis atau dunia pendidikan formal. Dalam berorganisasi baik itu laki-laki atau perempuan sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu melatih kesiapan diri dan mental untuk berkiprah dan berkontrubusi di masyarakat nanti. Meskipun pada hakikatnya fitrah perempuan adalah untuk menjadi istri yang salehah bagi suaminya, membangun keluarga idaman, mendidik anak-anaknya. Namun alangkah baiknya jika seorang perempuan dibekali dengan pendidikan yang cukup untuk membina dan mendidik anak-anaknya, karena perempuan ibarat sekolah pertama bagi putra putrinya,

perempuan sebagai produsen generasi penerus diharapkan mampu mencetak generasi yang bermutu tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan kontribusinya. Yaitu ia bisa berkontribusi dalam lingkup yang kecil yaitu keluarga, tidak untuk lingkup yang besar, semisal organisasi, komunitas, masyarakat atau negara.

Kesimpulan dari penulis tentang nasib perempuan pada jaman jahiliyah Arab sampai yang kekinian, pada intinya ingin menyampaikan bahwa kaum perempuan pernah dalam situasi yang sangat-sangat buruk. Layaknya perempuan hanya untuk ditindas dan lain sebagainya. Dan seiring perkembangan jaman, lambat laun hingga saat ini, perempuan mempunyai kedudukan yang setara dengan kaum laki-laki dalam masyarakat. Kini kaum perempuan sudah memiliki speaker sendiri dan bebas untuk menyalurkan aspirasinya, bersuara tanpa ada kekangan dari pihak manapun. Sepatutnya kita sebagai perwakilan dari kaum perempuan yang terdidik, berterimakasih karena telah diberi kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan dan berusaha sebaik mungkin meningkatkan kualitas diri supaya bisa memberikan sumbangsih dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan bidangnya geluti masing-masing. Membuktikan dan menunjukkan pada dunia bahwasanya kaum perempuan tidak hanya bisa bermain deng an pisau dapur, untuk menjadi pemimpinpun juga bisa. Maka alangkah baiknya, jika seorang perempuan mampu menjalani fitrahnya sebagaimana mestinya dan juga berkontribusi di dalam kehidupan bermasyarakat.

Opini

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

09

“Pendidikan perempuan harus ditekankan pada kemandirian, agar mereka paham dan menjadi dirinya sendiri, bukan hanya menjadi pelayan bagi kaum laki-laki saja.” (Qasim Amin)

Prolog

Manusia adalah makhluk hidup yang dikaruniai akal oleh Tuhan (al-insân hayawân al-nâthiq). Maka akal tak lain adalah pembeda antara manusia dengan binatang. Binatang merupakan bagian dari hewan namun ia tidak berakal sebagaimana manusia. Dengan karunia akal, manusia dapat manjalani kehidupan, berinteraksi, berkomunikasi, bertahan hidup dan tentunya berpikir. Proses olah pikir ini bisa berupa laku/tindakan yang secara langsung dapat diaplikasikan. Bisa juga berupa ide yang kemudian dituangkan dalam sebuah karya tulis agar bisa dikonsumsi oleh khalayak umum. Ibnu Rusyd mengibaratkan pemikiran seperti makanan. Makanan adalah vitamin dan sumber energi positif untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun bagi sebagian makhluk, ia dapat menjadi racun penghancur bagi kehidupan. Singkatnya, manusia yang memaksakan berpikir sama halnya dengan memaksa makanan menjadi vitamin. Sebaliknya, manusia yang membatasi olah pikir sama halnya dengan menjadikan makanan itu sebagai racun. Maka antara manusia dengan pemikiran adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya, tepatnya pada abad 1 19-20, pemikiran atau pengetahuan bagi p e r e m p u a n m e n g a l a m i ke s e n j a n g a n .

Kesenjangan hadir dari konstruk sosial yang erat akan stereotip perempuan. Padahal perempuan juga manusia yang tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan. Pengetahuan atau hasil olah pikir perempuan berada pada ruang subordinasi yang tidak menguntungkan. Beberapa hal yang berhubungan dengan perempuan selalu dinomor duakan. Perempuan hampir tidak penah berada pada baris setara dengan laki-laki, kala itu. Dari beberapa persoalan ini, wacana gender mulai disuarakan. Gerakan emansipasi atau lebih dikenal dengan feminisme mulai digaungkan di beberapa negara. Dari persoalan ini, muncul anggapan bahwa perempuan bukan makhluk produktif yang mampu memproduksi karya atau ilmu pengetahuan. Sebaliknya, mereka hanyalah konsumen dari produksi kaum Adam. Dari ulasan sederhana ini, penulis akan mencoba membincang dua kedudukan yang berbeda, perempuan sebagai konsumen atau produsen dalam bingkai keilmuan.

Sejarah Feminisme sebagai Pijakan Awal Diskursus

Feminisme adalah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa latin femina atau perempuan. Tokoh feminisme disebut feminis. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak 2 perempuan. Dalam sejarahnya, ada tiga gelombang pergerakan feminisme. Gelombang pertama, awal

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Perempuan;

oleh: Choiriya Safina

Topik

Dikotomi Produsen dan Konsumen dalam Bingkai Keilmuan

Topik

kemunculan feminisme sekitar akhir abad 18 sampai awal abad 20 M. di Amerika. Gerakan ini difokuskan pada suatu isu, yakni untuk mendapatkan hak pilih ( the right to vote). Setelah hak untuk memilih diberikan pada tahun 1920, gerakan feminisme pun tenggelam. Kedudukan perempuan hingga tahun 1950 tidak pernah digugat. Gelombang 3 kedua, gerakan feminisme pada tahun 1960-1980. Untuk memperluasnya, mereka menyertakan isu-isu seksualitas, rumah tangga, tempat kerja, hak-hak reproduksi dan ketidaksamaan legal lainnya. Pada masa ini, di Amerika, isu feminisme bergaung cukup keras setelah terbitnya buku The Feminime Mystique oleh Betty Friedan pada tahun 1963. Buku ini membawa pengaruh besar dan cukup signifikan bagi perubahan kehidupan, khususnya bagi perempuan di Amerika. Bagaimana tidak, dari tulisan Betty ini, mendorong dikeluarkannya equel pay right tahun 1963 dan equel right act 1964. Maka perempuan Amerika kala itu, dapat menerima gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, sekaligus mendapatkan hak pilih secara penuh dalam segala bidang. Kemudian gelombang ketiga, feminis-feminis mengembangkan debat isu sebelumnya untuk fokus pada tataran ide-ide seperti teori homoseksualitas, penghapusan ekspektasi peran dan stereotip gender. Gerakan feminisme kemudian menyebar dan gaungnya terdengar di beberapa negara Eropa, Afrika dan Asia. Gerakan ini terus berkembang hingga sekarang dan masih dengan agenda yang sama. Gerakan ini tidak akan berhenti selama diskriminasi terhadap perempuan masih dirasakan. Feminisme merupakan gerakan dan kesadaran yang mengadvokasi orang-orang untuk memberikan r uang bagi mereka yang termarjinalkan secara sosial, ekonomi dan politik.

Perempuan dalam Ruang Subordinasi

Kehidupan sosial kemasyarakatan sudah selayaknya menjadi ruang yang tidak membatasi manusia di dalamnya. Gender laki-laki dan perempuan saling berpadu berinteraksi satu sama lain mewujudkan suatu konstruk sosial madani. Namun, perihal ini masih menjadi

angan-angan bagi sebagian negara. Karena kenyataannya, maskulinitas menjadi hal yang paling mendominasi. Berbeda dengan negara- negara maju yang sudah mengedepankan kesetaraan gender seperti beberapa negara di Amerika dan Eropa. Perempuan mampu bersaing dalam ruang publik tidak lagi dianggap tabu. Dalam wacana ilmu sosial, sejarah ilmu pengetahuan adalah ajang pergulatan wacana, mereka dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan berdasarkan kacamata rezim 4 ilmuwan yang androsentris ― berpusat pada laki-laki. Produk pengetahuan yang dihasilkannya pun menjadi sangat maskulin, karena memang berangkat dari pemikiran, gagasan dan pengalaman hidup laki-laki. Seperti kata Protagoras (485-410 SM.), “Man is the measure of all things” yang berarti “Semuanya tergantung laki-laki”. Akibatnya banyak sekali konsep-konsep kemanusiaan dan pengetahuan yang penelitiannya bergantung pada sampel homogen yang berisi laki-laki saja. Pemikiran, persektif, dan pengalaman hidup perempuan 5 relatif absen. Ilmu pengetahuan seolah-olah dikembangkan oleh laki-laki. Sebab di beberapa aspek kehidupan seperti: wacana sosial yang dikembangkan, konsep politik yang dijalankan, wacana kemanusiaan yang berkembang dan konsep pengetahuan yang ditanamkan, semuanya dihasilkan berdasarkan olah pikir kaum Adam. Maka semua yang kita rasakan, jalani serta posisi dalam sosial adalah bias androsentris. Akibatnya konstruk sosial yang terbentuk memposisikan perempuan pada ruang subordinasi yang tidak menguntungkan. Dan dari posisi ini, diskriminasi terhadap perempuan kerap kali terjadi.

Perempuan dalam Ruang Keilmuan

Dunia butuh pengetahuan dan pengetahuan butuh perempuan. Begitulah antara dunia, pengetahuan dan perempuan. Mereka saling membutuhkan apalagi untuk era sekarang di mana keberhasilan wacana feminisme mulai tampak dirasakan di beberapa negara berkembang. Dan kesadaran untuk keluar dari

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Topik

kungkungan tradisi yang tidak memihak pun Kesetaraan dalam Islam secara jelas tercantum mulai dilakukan oleh beberapa perempuan. Jika dalam surat al-Hujarat ayat 14 yang berbunyi: dalam tradisi perempuan berada pada posisi 3M ,

“ Hai manusia, sungguh, Kami telah macak, masak, manak dan mengasuh anak, maka 6 menciptakan kamu dari seorang laki-laki

sebenarnya perempuan dituntut mempunyai dan seorang perempuan, kemudian kami pengetahuan yang cukup dan manejemen kerja

jadikan kamu berbangsa-bangsa dan yang baik. Bagaimana mungkin dapat

bersuku-suku supaya kamu saling menjalankan tugas yang tidak sedikit itu tanpa

mengenal. Sungguh, yang paling mulia di balutan ilmu pengetahuan?

antara kamu di sisi Allah ialah orang yang Kehebatan perempuan seakan tenggelam ditelan

paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha 7 bumi, gaungnya hampir tidak terdengar publik.

mengetahui lagi Maha Teliti.” Wacana keilmuan perempuan pun hanya Bahwa Allah Swt. menciptakan manusia (laki-laki terdengar dalam ruang eksklusif pengikutnya dan perempuan) di bumi ini berbangsa-bangsa, saja, maksudnya bagi mereka yang mempunyai bersuku-suku dan berbeda warna kulit. keterkaitan khusus seperti pelajar. Singkatnya, Kesemuanya berasal dari Adam dan Hawa. kontribusi perempuan dalam keilmuan tidak Perbedaan itu agar mereka saling mengenal, begitu diketahui. Sehingga, mereka lebih sering bukan saling mencemooh, merendahkan atau dianggap sebagai konsumen daripada produsen. memperlihatkan kesombongan satu sama lain. Padahal jika kita tilik lebih jauh dalam sejarah Yang membedakan manusia satu sama lain di Islam, Sayyidah Aisyah Ra. istri Rasulallah Saw. 8 mata Sang Pencipta hanyalah ketakwaannya. tercatat berprofesi sebagai guru bagi para Maka dapat disimpulkan, bahwa diskriminasi ras sahabat. Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw., dan gender tidak dibenarkan.

para sahabat kerap bertanya tentang Hadis Epilog

kepada beliau, pun beliau juga mengajarkan Tidak sepantasnya kita, perempuan mempunyai Hadis yang belum mereka dengar dari Nabi. rasa inferioritas yang berlebihan hanya karena Kemudian, ada Hypatia (w. Maret 415), sebuah tradisi dan konstruk sosial yang cendekiawan Yunani dari Iskandariyah, Mesir, mengitari. Kesadaran akan kebutuhan perempuan terkemuka pertama di bidang pengetahuan lah yang perlu kita tanamkan. matematika. Ia juga mengajar filsafat dan

Karena pengetahuan lah kita dianggap ada dan astronomi di Mesir pada zaman kekaisaran

Romawi. Selain itu ada fisikawan Cina, Chien- berarti. Tidak sebatas mencari manfaat, tapi Shiung Wu (1912-1997) yang memberikan sekaligus menjadi bermanfaat, itu jauh lebih baik kontribusi yang signifikan dalam bidang fisika bukan? [_enbe] nuklir. Di Indonesia ada Pratiwi Pujilestari Sudarmono lahir di Bandung, 31 Juli 1952, Catatan :

ilmuwan Indonesia yang saat ini menjabat sebagai 1 Dalam tulisan ini, penulis akan mengelaborasikan dengan kata profesor mikrobiologi di Universitas Indonesia, 2 'pendidikan' yang dimaksudkan mewakili kata pemikiran.

3 Jakarta. Mereka ini hanyalah segelintir https://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme Nur Syam, Agama Pelacur; Dramaturgi Transedental, LKIS, perempuan-perempuan hebat. Masih banyak lagi Yogyakarta, cet. I, 2011, hlm. 35 4

perempuan hebat lainnya yang berkontribusi dan Berpusat pada laki-laki. Kata ini diperkenalkan oleh Lester F. Ward dalam bukunya melakukan perubahan secara nyata. Pure Sosiology, terbit tahun 1903. Menurut

Lester, “Teori androsentris melihat jenis kelamin laki-laki sebagai

Faktor ketidaksetaraan antara laki-laki dan yang terpenting dan perempuan nomor dua”. 5 Elli Nur Hayati, Ilmu Pengetahuan + Perempuan=..., Jurnal perempuan, agaknya perlu dikesampingkan. Perempuan no. 48, Jakarta, cet. I, 2006, hlm. 9 Dogma tradisi yang terlalu membelenggu ruang 6 Berias diri, memasak, melahirkan anak.

gerak kreativitas dan inovasi perempuan pun 7 ِ ﻪﻠﻟا ﺪﻨﻋ ﻢﻜﻣﺮﻛأَ نإ اﻮﻓرﺎﻌـﺘﻟ ﻞﺋﺎﺒـﻗو ﺎﺑﻮﻌﺷ ﻢﻛﺎﻨﻠﻌﺟو ﻰﺜـﻧأُو ﺮﻛذ ﻦﻣ ﻢﻛﺎﻨﻘﻠﺧ ﺎﻧإ سﺎﻨﱠﻟا ﺎﻬـﻳأَ ﺎﻳ ﱠ َْ ِ ْ ََ ُ ْ ﱠ ِ ُ َ َ َ ِِ َ ًَُ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ََ ََ َ ْ ٍ َ َ ْ ِ ْ ُ َ ْ َ َ ﱠ ِ ُ ََ ﱡ perlu dihempaskan. Islam sendiri tidak pernah

ِ ِ 8 ﲑﺒﺧ ﻢﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟا نإ ﻢﻛﺎﻘـﺗأَ ٌٌ َََ ﱠ ِﱠ ْ ُ َْ

membatasi ruang gerak kreativitas perempuan. Abu al-Khoir Abdullah al-Syairazi al Baidlawi , Tafsir Baidlawi,

teratai teratai Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi Edisi I, Maret 2016

11

Buletin

12

“Tak kenal maka tak sayang” begitulah kata pepatah. Maka pada edisi perdana buletin Teratai ini, rubrik apa kabar Fatayat akan mengajak para pembaca untuk mengenal Fatayat periode 2015-2016 lebih dekat. Mengenal formasi stuktur kepengurusannya, program-program baru, program yang telah sukses dilaksanakan, hingga program-program unggulan. “Menjadi matahari, bersinar dan bermanfaat untuk sekitar tanpa melupakan hak pribadi.” Itulah pidato pertama ketua Fatayat, Sai'datul Arnia, ketika resmi dilantik menjadi ketua Fatayat periode 2015-2016, pada 13 November 2015 lalu. Dengan bekal visi dan misi tersebut Fatayat pada periode tahun ini mencoba memadukan kebutuhan Fatayat sebagai badan otonom organisasi masyarakat terbesar di Indonesia dan sebagai jam'iyyah sekaligus jama'ah yang mampu mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang berpendidikan, berpengetahuan dan bermoral ala Ahlu as- Sunnah wa al-Jama'ah. Pada periode kepengurusan Fatayat 2015-2016 yang berjargon “Fatayat Hebat” ini mencoba memaksimalkan program-program yang sudah ada dan memodifikasi serta menambahkan program-program baru yang lebih segar. Secara manajemen, Fatayat memiliki tiga devisi yang mendukung: pertama devisi pendidikan, kedua, devisi seni, sosial dan budaya, ketiga devisi informasi, komunikasi dan kaderisasi. Dengan tiga devisi ini, Fatayat berupaya untuk memberdayakan warganya sesuai minat dan bakat. Semisal kegiatan r utinan yang diselenggarakan devisi pendidikan yaitu kajian

kitab Al-Asybah wa An-Nadlair, diampu oleh ustadz Nora Burhanuddin Lc. Dipl.. Kajian ini mendapat sambutan yang sangat hangat dari para anggota Fatayat terlebih bagi para anggota yang mengambil jurusan syari'ah islamiyyah dan ingin mendalami ilmu fikih. Begitu pula dengan devisi-devisi lainnya, mereka berlomba-lomba menyuguhkan program terbaik demi mewadahi minat dan bakat warganya. Terbukti dengan suksesnya seminar ekonomi yang terlaksana pada 29 Februari 2016 kemarin. Seminar ini mendapat antusias luar biasa dari para peserta, sesi tanya jawab berlangsung sangat menarik, bahkan melalui seminar ini akan dibentuk kajian intensif dan masif yang rencananya akan bekerjasama dengan salah satu lembaga kajian ekonomi PCINU Mesir. Ibu Rahayu Winarti, S.Sos., M.Si., nara sumber seminar ekonomi saat itu, tampak sangat bersemangat dan bergairah dalam menyambut minat bakat teman-teman Fatayat dalam kajian ilmu ekonomi ini. Selanjutnya beberapa program unggulan yang akan mendapat porsi perhatian lebih oleh para pengurus pada periode ini yaitu seminar Insya' Lughoh al-'Arabiyyah, Daurah Tahfidz li al- Athfal, kelas intensif gitar dan shalawat. Diharapkan dengan adanya program-program unggulan ini, Fatayat mampu memberi manfaat secara komprehensif dan mewarnai kancah kegiatan masisir secara umum dan warga Fatayat khususnya. Walaupun memiliki otoritas penuh, Fatayat bukanlah apa-apa tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak terkhusus anggota Fatayat itu sendiri. Karena sebuah...Selengkapnya hal. 22

Apa Kabar Fatayat

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Selangkah Lebih Dekat

Bersama “Fatayat Hebat”

Ngopi

(Ngobrol Inspiratif)

Perempuan dengan Pilihannya

Wawancara dengan Ibu Lauti Nia Astri Sutedja, Plt. Atdik Kairo

Kru Teratai (KT) : Selama ini pengarang Tradisi keilmuan di Barat sudah lama buku-buku didominasi oleh laki-laki. berkembang, meskipun Australia adalah negara Menurut ibu faktor apa yang menjadikan baru karena tahun 1901 baru ada konfederasi laki-laki dominan dibandingkan Australia, namun tradisi keilmuan yang dibawa

perempuan dalam hal ini ?

dari Inggris sudah berkembang disana. Jadi, Bu Nia (BN) : Mungkin laki-laki yang lebih banyak sekali akademisi atau profesor banyak mengekspresikan diri melalui tulisan. perempuan yang memiliki karir cemerlang. Namun, saat ini di Indonesia telah lahir banyak Jika nanti teman-teman baca sejarah tentang penulis perempuan dimulai dari genre yang Australia, ada perdebatan antara kaum mudah dicerna ( easy to catch) hingga genre yang Aborigin, kaum yang lama terpinggirkan memiliki pokok pembahasan berat seperti dengan kaum kulit putih pendatang dari Inggris karya-karya Dewi Lestari dan Mira Widjaja yang dan Eropa. Terdapat salah satu profesor mulai eksis di era 80-an yang sebenarnya ia perempuan dari kaum Aborigin dan itu adalah seorang dokter.

m e nu n j u k k a n b a h wa m e r e k a ( k a u m Lambat laun, kontribusi perempuan dalam perempuan) maju. Sementara kaum Aborigin dunia kepenulisan semakin berkembang karena laki-laki, belum terlihat ada yang menjadi seseorang sudah lebih bebas berekspresi dan profesor. Kemudian ada para pendatang yang bebas menulis apa yang diinginkan. Seperti berasal dari negara-negara Asia memiliki karir misalnya dulu ketika saya kuliah jurusan yang cemerlang misalnya untuk dunia akademis. Hubungan Internasional di University of

Mungkin hal itu sama juga dengan di Indonesia. Melbourne, Australia, terdapat salah satu buku Kita bisa melihat sendiri banyak perempuan pegangan wajib karya seorang profesor politik berkarir di bidang akademis yang juga memiliki perempuan yaitu Prof. Meriam Budiardjo.

reputasi tinggi di berbagai bidang, dari ilmu KT : Pengalaman Ibu ketika di Australia, agama sampai astronomi, filsafat dan apapun apakah perempuan banyak berkontribusi namanya itu ada di Indonesia.

dalam bidang keilmuan? KT : Kita semua tahu bahwa perempuan

BN : Karena disana saya menjalani study, saya ketika di sekolah selalu mendapat peringkat melihat dunia keilmuannya sendiri di kampus, lebih unggul daripada laki-laki. Tetapi pada banyak profesor perempuan. Ada beberapa akhirnya yang melanjutkan di berbagai yang masih saya ingat, salah satunya adalah Prof. bidang keilmuan sampai pada taraf ahli Robin. Beliau mengajar di kelas pascasarjana dan menekuni bidangnya itu laki-laki. Kira- dan mengampu mata kuliah filsafat politik. kira faktor apa yang menyebabkan hal itu

teratai teratai Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi Edisi I, Maret 2016

13

Buletin

14

Ngopi

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

terjadi?

BN : Hemat saya, semua adalah pilihan masing-masing individu. Ada seorang perempuan telah mencapai suatu titik dimana ia merasa sudah cukup dalam bidang akademis dan memilih bergerak di bidang yang lain semisal mendidik anaknya ketika dia sudah menikah. Namun, ada juga perempuan yang telah menikah dan tetap melanjutkan karirnya bahkan menduduki posisi penting dan memiliki kedudukan yang tinggi dalam bidangnya. Namun, dewasa ini di Indonesia banyak perempuan berkeluarga dan memiliki karir yang cemerlang. Derasnya informasi yang begitu mudah diakses dan mudah mengakses saat ini, merupakan salah satu hal yang memengaruhi pilihan individu, apakah dia akan tetap berkarir atau tidak ketika telah berkeluarga.

KT : Berbicara mengenai keilmuan mahasiswi Indonesia di Mesir, sejauh ini bagaimana menurut ibu mengenai lulusannya dan bagaimana kelanjutannya ketika mereka telah kembali ke tanah air?

BN : Suatu ketika saya menghadiri sebuah acara yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi, di dalam acara tersebut terdapat sesi tanya jawab. Disana tampak bahwasanya pertanyaan dari mahasiswi lebih berbobot. Dan menurut informasi yang saya terima, predikat mumtaz banyak diraih oleh perempuan. Dari sini sudah jelas bahwa potensi keilmuan perempuan tidak dapat diremehkan. Mengenai kelanjutannya di tanah air kembali kepada pilihan masing-masing individu, misalnya: ingin berkarir, ingin menjadi tenaga pendidik, mendirikan sebuah pesantren, atau ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan bahkan bisa jadi madrasah terbaik bagi buah hatinya. Semua jalan terbuka.

KT : Motivasi apa yang membuat ibu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi sejauh ini dan bahkan saat ini bekerja di kedutaan?

BN : Berbicara mengenai cita-cita, sejak SMA

saya bercita-cita menjadi seorang diplomat. Ketika di SMA juga saya mengambil jurusan sosial, kemudian ketika kuliah saya mengambil fisipol, hubungan internasional yang merupakan cabang dari ilmu politik. Yang melandasi saya karena kesempatan untuk berkarir sebagai diplomat terbuka di Indonesia. Dahulu mungkin terbatas, namun saat ini banyak sekali perempuan yang memilih berkarier di bidang diplomat. Dunia diplomat tidak seglamor yang digambarkan di televisi, karena semakin bertambahnya waktu tuntutannya semakin besar. Bicara dari sisi sumber daya manusia, 30 tahun lalu sedikit sekali perempuan menjadi seorang diplomat. Namun saat ini sudah banyak perempuan berkecimpung di dunia diplomat tetapi dengan tantangan yang semakin kompleks. Karena adanya keterbukaan informasi, sudah mulai ada transparansi, dan permasalahan di tingkat global semakin banyak, dari masalah yang hanya didominasi oleh permasalahan politik, keamanan, gencatan senjata, dan lain sebagainya yang lebih banyak melibatkan laki-laki di dalamnya menjadi semakin luas, seperti isu feminisme, persoalan gender, tantangan lingkungan hidup, dan lain lain.

KT : Menurut ibu, perempuan itu produsen atau konsumen?

BN : Menurut saya keduanya. Bisa menjadi produsen dan juga bisa menjadi konsumen. Perempuan bisa menjadi produsen semisal Marie Curie, seorang fisikawan perempuan kelahiran Polandia penemu radioaktif. Perempuan juga bisa menjadi konsumen seperti ketika mereka menggunakan media sosial facebook yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg. BN : Closing statement

Terbukanya arus informasi pada masa sekarang membuat seorang perempuan tidak terbatasi oleh satu atau dua pilihan, karena perempuan sekarang memiliki kebebasan yang tidak dimiliki perempuan-perempuan sebelumnya. Tinggal bagaimana ia mengolah pilihan dan melakukan pemilihan untuk memilih jalan hidupnya. Maka selamat memilih. ( Shafa, Laiyana, Fathna)

(Ngobrol Inspiratif)

Seringnya kita berang gapan, bahwa lingkungan adalah pengaruh besar bagi masa depan seseorang. Lahir di tengah-tengah keluarga nonmuslim dan menjadi anak seorang pendeta, bukan suatu yang mustahil bagi seorang perempuan untuk kemudian menjadi cendekiawan muslimah. Seperti salah satu tokoh feminis Islam, dengan fokus pemikirannya yang progresif dalam ilmu tafsir al-Quran, yaitu Aminah Wadud Muhsin. Ia seorang mualaf yang dulunya mempunyai nama Maria teasley. Terlahir di kota Bethesda Maryland Amerika Serikat, pada tanggal 25 september 1952. Aminah berasal dari warga Amerika keturunan Afrika-Amerika (kulit hitam). Dalam salah satu literatur menyebutkan, bahwa ayahnya seorang pendeta dan ibunya keturunan Arab, Berber

d a n A f r i k a . I a mu l a i m e m b a n g u n keyakinannya pada agama Islam sejak tahun 1972, sebelum mengetahui asal-usul keturunan keluarganya. Hal ini dimulai dari ketertarikannya pada konsep keadilan dalam agama Islam, sehingga mengantarkannya pada hari dimana ia mengucapkan dua kalimat syahadat yang ia sebut dengan Thanksgiving Day. Walaupun Aminah baru masuk Islam di kisaran usia mendekati seperempat abad, namun berkat semangat dan ketekunannya dalam studi Islam, ia bisa menjadi seorang pemikir yang bisa diandalkan dedikasi keilmuannya terhadap Islam dan mampu menyalurkan ilmunya di beberapa Universitas belahan dunia. Di antaranya pernah menjadi

dosen Islamologi di Universitas Internasional, Malasyia. Saat ini, ia pun menjadi guru besar di Departemen Filsafat dan Studi Agama di Commonwealth University, Virginia Amerika. Selain Bahasa inggris, Aminah juga menguasai berbagai Bahasa. Di antaranya adalah Bahasa Arab, Turki, Spanyol dan Jerman. Ia juga sering mendapat penghormatan menjadi dosen tamu di universitas berbagai negara. Di antaranya, Divinity School, Harvard University pada tahun 1997- 1998, International University Malasyia pada tahun 1990-199, American University di Kairo pada tahun 1981-1982. Sebelum berhasil menjadi pemikir dunia, Aminah mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di Malasyia. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan strata satu pada tahun 1986-1989 dan program masternya di University of Michigan, Amerika, pada tahun 1991-1993. Sementara program doktoralnya ia tempuh di Harvard University. Aminah Wadud merupakan salah satu tokoh feminis yang sangat produktif. Sejak muda, Aminah Wadud dikenal aktif di Lembaga Swadaya masyarakat yang peduli terhadap advokasi bagi pembelaan hak-hak perempuan dalam pendidikan dan berbagai masalah lainnya yang terkait dengan perempuan. Selain itu, ia juga salah satu aktivis yang memperjuangkan keadilan gender. Dari pergumulannya, ia memandang adanya sistem relasi laki-laki dan perempuan di masyarakat seringkali mencerminkan adanya bias-bias patriarki, dan sebagai implikasinya seringkali para perempuan kurang mendapatkan keadilan yang proposional.

Profil

15

teratai teratai

Buletin

Media Informasi, Komunikasi dan Silaturrahmi

Edisi I, Maret 2016

Cendekiawan Muslimah dari Negeri Barat

oleh: Ana Akhsanul Auwaliyah

Profil