Kekuatan Interpersonal dalam Pembentukan karakter

Kekuatan Interpersonal dalam Pembentukan Karakter
Paramitha Yunizar Sari, 1206216342
Judul Asli

:Psikologi Kepribadian : Teori dan Penelitian

Pengarang

:Lewrence A. Pervin, dkk

Data Publikasi: Psikologi Kepribadian : Teori dan Penelitian. Lewrence A. Pervin, dkk. 2010.

Dewasa ini, pembahasan mengenai karakter dan kepribadian kembali ramai diperbincangkan di
kalangan akademisi maupun di kalangan masyarakat umumnya. Namun banyak persepsi yang
salah mengenai keduanya. Karakter bukanlah kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat.
Allport (1937 : 48) kepribadian sebagai organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik
dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya,
sedangkan karakter adalah kepribadian yang dievaluasi artinya karakter adalah segi-segi
kepribadian yang ditampilkan keluar, dari dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu
(Allport, 1937). Karakter yang kuat adalah karakter yang unggul, dominan dan dapat bermanfaat
untuk diri sendiri, orang banyak dan lingkungan sekitar. Ada 6 kekuatan karakter yaitu kekuatan

kognitif, kekuatan interpersonal, kekuatan emosional, kekuatan kewarganegaraan, kekuatan
dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan dan kekuatan spiritual.
Cinta kasih, kebaikan hati dan kecerdasan sosial merupakan keutamaan dari kekuatan karakter
interpersonal. Konteks paling penting dalam kehidupan banyak orang adalah konteks yang
melibatkan orang lain walaupun individu mungkin menghadapi banyak tuntutan finansial,
profesional dan akademis. Tantangan yang melibatkan hubungan dengan orang lain, teman,
keluarga, pasangan, memiliki kekuatan tertentu untuk menarik kita kepada kebahagiaan atau
kesengsaraan. Dalam beberapa tahun terakhir pskologi kepribadian semakin mengetahui bahwa
hubungan dekat memberikan konteks paling sentral dalam kehidupan sehari-hari. Sensitivitas
penolakan merujuk kepada gaya berpikir tertentu. Gaya berpikir ini ditandai oleh ekspektasi
kecemasan akan penolakan dalam hubungan interpersonal. Sensitivitas penolakan adalah
variabel kepribadian kontekstual. Hal tersebut merujuk kepada pola pemikiran yang muncul pada
konteks khusus (setting interpersonal di mana terdapat kemungkinan tidak diterima secara
sosial). Dalam situasi sosial kompleks manapun ada banyak hal yang berbeda yang mungkin
diperhatikan oleh seseorang. Focus kepada salah satu fitur situasi tersebut mungkin memiliki
efek berbeda pada pemikiran dan emosi seseorang. Individu yang rentan merasakan emosi
bermusuhan yang mengganggu hubungan interpersonal, mereka dapat diajarkan strategi
pendinginan untuk mampu mengontrol emosional mereka untuk kehidupan interpersonal mereka.
Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar apa yang kita tulis dan kita katakan
tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jadi

syarat utama untuk komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh dan dibangun dari fondasi
integritas pribadi yang kuat.

Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan. Salah satunya
dengan kekuatan karakter interpersonal, karakter kita ketika berhadapan dengan orang lain. Kita
akan mendapatkan kebahagiaan jika dapat bermanfaat ketika berinteraksi dengan orang lain
seperti dalam melakukan kegiatan Bakti Sosial, mengikuti kegiatan organisasi dan lain
sebagainya. Namun kebahagiaan itu tetap harus didukung oleh kekuatan karakter lainnya seperti
kekuatan kognitif, kekuatan emosional, kekuatan kewarganegaraan, kekuatan dalam menghadapi
hal-hal yang tidak menyenangkan dan kekuatan spiritual. Oleh karena itu kekuatan karakter yang
dibutuhkan oleh mahasiswa Universitas Indonesia adalah semua kekuatan karakter di atas
sebaiknya dimiliki dan setiap mahasiswa mampu menempatkan dan menggunakannya sesuai
dengan situasi yang dihadapi sehingga dapat menjadi karakter yang kuat dan bermanfaat. Tidak
ada jalan pintas untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan
memandang hidup sebagai hal yang bermakna dan berguna, mengenali diri sendiri dan
menemukan kekuatan-kekuatan kita serta mau memanfaatkan kekuatan itu untuk kepentingan
yang lebih besar.