PENGARUH MODEL STUDENT FACILITATOR AND E

JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

PENGARUH MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
(SFAE) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS IV PADA
MATA PELAJARAN IPA
Luh Rianti, Lukman Nulhakim
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
[email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep
IPA siswa yang menggunakan pembelajaran dengan Model Student Facilitator and Explaining
(SFAE) dan menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di SDN
Serdang I dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Hasil dari penelitian inidiperolehratarata pretes kelas eksperimen 61,02 meningkat menjadi 76,28 pada nilai postes, sedangkan rata-rata
pretes kelas kontrol 57,01 meningkat menjadi 64,07 pada nilai postes. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan Model Student Facilitator
and Explaining (SFAE)memperoleh hasil yang lebih baik dari siswa pada kelas kontrol yang hanya
menggunakan metode konvensional. Dengan demikian, terdapat pengaruh Model Student
Facilitator and Explaining (SFAE) terhadap kemampuan pemahaman konsep IPA siswa.
Kata Kunci : model student facilitator and explaining (sfae), pemahaman konsep

Abstact. This eksperimen aims to determine the differences in the ability of understanding the

concept of science students who use the Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) and
using conventional learning. This eksperimen was conducted in Serdang I SDN by using a quasiexperimental methods. Results from this eksperimen were obtained an average of 61.02
experimental class pretest increased to 76.28 in posttest value, while the average class pretest
control 57.01 increased to 64.07 in posttest value. Based on the results of this eksperimen
concluded that students in the experimental class using the Model Student Facilitator and
Explaining (SFAE) obtain better results than students in the control class using only conventional
methods. Thus, there is the influence of Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) on the
ability of students' understanding of science concepts.
Keywords: a model student facilitator and explaining (SFAE), understanding concepts

64

A. Pendahuluan

diartikan

kumpulan pengetahuan tersusun secara

sebagai usaha manusia untuk membina


sistematik, dan dalam penggunaanya

kepribadiannya sesuai dengan nilai-

secara umum terbatas pada gejala-

nilai

dan

gejala alam. Perkembangannya tidak

dapat

hanya ditandai oleh adanya kumpulan

mencakup seluruh proses hidup dan

fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah


bentuk

Pendidikan

di

sering

dalam

kebudayaan.

masyarakat

Pendidikan

interaksi

individu


dengan

dan sikap ilmiah. Dapat disimpulkan,

secara

formal,

bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah

nonformal, maupun informal, dalam

suatu kumpulan teori yang sistematis,

rangka mewujudkan dirinya sesuai

penerapanya secara umum terbatas

dengan tahapan tugas perkembanganya


pada gejala-gejala alam, lahir dan

secara optimal

lingkunganya,

baik

sehingga

mencapai

berkembang melalui metode ilmiah

kedewasaan

tertentu.

seperti observasi dan eksperimen serta


Pendidikan memegang peranan yang

menuntut sikap ilmiah seperti rasa

penting untuk menjamin kelangsungan

ingin

hidup negara dan bangsa, sehingga

sebagainya.

suatu

taraf

pendidikan merupakan wahana untuk

tahu,


terbuka,

jujur

dan

Ilmu pengetahuan Alam dimulai

meningkatkan dan mengembangkan

melalui

kualitas sumber daya manusia.

observasi, penalaran, penelitian dan

Ilmu

proses,


seperti

Alam

seterusnya yang dirumuskan sebagai

merupakan bidang studi yang dipelajari

teori yang bersifat: sistematis, rasional,

oleh semua siswa dari SD hingga

empiris dan kumulatif. Setelah itu

SLTA dan bahkan di perguruan tinggi.

barulah pengetahuan itu dikategorikan

Ada banyak alasan tentang perlunya


sebagai

siswa belajar Ilmu Pengetahuan Alam.

pengetahuan tidak lagi sederhana, dan

Seperti

tidak

yang

Pengetahuan

berbagai

dikemukakan

oleh


ilmu

setiap

pengetahuan.

aktivitas

manusia

Wahyana dalam Trianto (2007: 18)

menghasilkan

mengemukakan

Ilmu

karena ia membutuhkan penalaran akal


suatu

[logika] yang terus-menerus sampai
Luh & Lukman

bahwa

Pengetahuan Alam adalah
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

65

ilmu

Ilmu

pengetahuan,

terbukti kebenaran teori (Trianto, 2007:

dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi

37).

ini juga menimpa pada pembelajaran
Menurut Jacobson & Bergman

dalam

Susanto,

IPA,

yang memperlihatkan

bahwa

(2013:

170)

selama ini proses pembelajaran sains di

dasar

untuk

sekolah dasar masih banyak yang

memahami IPA meliputi kumpulan

dilaksanakan secara konvensional. Para

konsep, prinsip, hukum, dan teori.

guru belum sepenuhnya melaksanakan

Berdasarkan

tersebut

pembelajaran secara aktif dan kreatif

maka pemahaman konsep dalam IPA

dalam melibatkan siswa serta belum

harus dikuasai oleh siswa. Kemampuan

menggunakan

pemahaman konsep merupakan tingkat

pendekatan/strategi pembelajaran yang

kemampuan yang mengharapkan siswa

bervariasi berdasarkan karakter materi

tidak hanya mengetahui yang sifatnya

pelajaran.

karakteristik

mengingat

sebagai

karakteristik

saja,

tetapi

mampu

Dalam proses belajar mengajar,

menguasai atau memahami konsep.

kebanyakan guru hanya terpaku pada

Salah satu masalah yang dihadapi
dunia

pendidikan

saat

ini

berbagai

buku teks sebagai satu-satunya sumber

adalah

belajar

mengajar.

Hal

lain

yang

masalah lemahnya pelaksanaan proses

menjadi

kelemahan

pembelajaran yang diterapkan para

pembelajaran

IPA

guru disekolah. Proses pembelajaran

teknik penilaian pembelajaran yang

yang terjadi selama ini kurang mampu

tidak akurat dan menyeluruh. Proses

mengembangkan kemampuan berpikir

penilaian yang dilakukan selama ini

peserta

semata-mata hanya menekankan pada

didik.

Pelaksanaan

proses

dalam

adalah

masalah

pembelajaran yang berlangsung dikelas

penguasaan

hanya diarahkan pada kemampuan

dengan tes tulis objektif dan subjektif

siswa untuk menghafal informasi, otak

sebagai alat ukurnya. Dengan cara

siswa dipaksa hanya untuk mengingat

penilaian seperti ini, berarti pengujian

dan menimbun berbagai informasi

yang

tanpa

mengukur penguasaan materi saja dan

dituntut

informasi

yang

untuk

memahami

diperoleh

konsep

dilakukan

yang

oleh

dijaring

guru

baru

untuk

itu pun hanya meliputi ranah kognitif

menghubungkannya dengan situasi
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

tingkat rendah. Keadaan semacam ini
Luh & Lukman
66

merupakan salah satu indikasi adanya

kemampuan pemahaman konsep siswa

kelemahan pembelajaran di sekolah.

adalah

Hal ini menunjukan bahwa aspek

Facilitator and Explaining (SFAE),

pemahaman di sekolah tersebut masih

dimana guru mampu menyajikan atau

perlu ditingkatkan. Selain itu, metode

mendemonstrasikan materi di depan

dan penggunaan media pembelajaran

siswa

yang digunakan oleh guru selama ini

kesempatan untuk menjelaskan kepada

kurang menarik bagi siswa. Untuk itu,

teman-temanya.

guru harus membuat perencanaan yang

and

mantap.

pendekatan

Konsep

yang

dipelajari

dengan

lalu

Student

model

memberikan

Student

Explaining

mereka

Facilitator

(SFAE)

inovatif

lainya

seperti
yang

hendaknya dihubungkan dengan dunia

menekankan pada siswa belajar aktif

anak

dengan

akan memberikan hasil belajar siswa

Dengan

yang lebih baik dari pada pembelajaran

yang

sangat

kehidupan

dekat

sehari-hari.

demikian, diharapkan anak akan lebih

konvensional.

Rasional

mudah memahami konsep-konsep yang

mendorong

peneliti

dipelajarinya.

melaksanakan suatu penelitian dengan

Menurut
alternatif

peneliti

pembelajaran

tersebut
untuk

salah

satu

menerapkan Model Student Facilitator

IPA

yang

and Explaining untuk meningkatkan

cukup efektif untuk menumbuhkan

pemahaman konsep siswa.

B. Metodologi Penelitian

Pendekatan

yang

digunakan

menggunakan

simbol-simbol

angka

dalam penelitian ini adalah pendekatan

tersebut, teknik perhitungan secara

kuantitatif. (Sumanto, 2012 : 10)

kuantitatif-matematis dapat dilakukan

mengemukakan data penelitian pada

sehingga dapat menghasilkan suatu

pendekatan kuantitatif diukur dengan

kesimpulan yang berlaku umum di

memberikan simbol-simbol angka yang

dalam suatu parameter. Alasan peneliti

berbeda-beda sesuai dengan kategori

menggunakan pendekatan kuantitatif

informasi

karena

yang

berkaitan

dengan

variabel-variabel tersebut. Dengan
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

peneliti

bermaksud

untuk

Luh & Lukman
67

menghilangkan

subjektifitas

penelitian. Kelompok siswa pertama

dalam

diperlakukan sebagai kelas eksperimen

penelitian.

dan kelompok kedua di perlakukan

Metode yang digunakan dalam
peneliti

ini

adalah

metode

sebagai kelas kontrol. Kedua kelompok

kuasi

eksperimen. Bentuk desain eksperimen

tersebut

ini merupakan pengembangan dari true

berbeda dalam pembelajaran, kelas

experimentaldesign,

eksperimen

yang

sulit

diberikan

perlakuan

akan

yang

diberikan

dilaksanakan. Desain ini mempunyai

pembelajaram dengan Model Student

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat

Facilitator and Explaining (SFAE),

berfungsi

sedangkan kelas kontrol akan diberikan

sepenuhnya

untuk

pembelajaran biasa.

mengontrol variabel-variabel luar yang
eksperimen.

Quasi

Desain kelompok non-ekuivalen

Experimentaldesigndigunakan

pada

tidak berbeda dengan desain kelompok

mempengaruhi

kenyataanya

sulit

pretes-postes,

mendapatkan

kecuali

mengenai

kelompok kontrol dalam penelitian,

pengelompokan subjek, pada desain ini

maka dikembangkan

desain Quasi

subjek tidak dikelompokan secara acak.

Experimental (Sugiyono, 2011: 114).

(Russefendi,2010 : 52). Jadi pada

Metode

untuk

desain eksperimen ini ada pretes,

sebab-akibat

perlakuan yang berbeda dan ada postes.

atau pengaruh variabel terikat. Variabel

Diagram desain eksperimen tampak

bebas dalam penelitian ini adalah

seperti berikut. (Russefendi, 2010 : 53).

ini

mengetahui

digunakan

hubungan

variabel terikatnya adalah kemampuan

0 X 0
---------0
0
Keterangan :

pemahaman konsep IPA.

0

pendekatn Model Student Facilitator
and Explaining (SFAE). Sedangkan

X

Desain penelitian yang digunakan

Dalam

kontrol

desain

kelompok

siswa

ini

---

non-ekuivalen.
terdapat
sebagai

: Perlakuan pembelajaran ipa
dengan SFE

dalam penelitian ini adalah Desain
kelompok

: Pemberian postes dan pretes

: Subjek tidak dikelompokan
secara acak

dua

subyek

JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

Luh & Lukman
68

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

dilakukan

Penelitian ini dilakukan di SDN

dengan

metode

Serdang I kelas IV semester genap

konvensional, data

tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah

dalam penelitian ini berupa data pretest

siswa sebanyak 62 siswa. Penelitian

dan postest.

dilaksanakan

1. Deskripsi Data Penelitian

pertemuan,

sebanyak
2

6

kali

pertemuan

untuk

yang diperoleh

a. Tes Awal

melakukan pretest dan posttest dan 4

Sebelum

diberi

perlakuan,

pertemuan untuk proses pembelajaran.

penelitian memberikan pretest kepada

Jadwal proses penelitian pembelajaran

siswa kelas eksperimen dan kelas

yaitu setiap hari rabu dan jum’at. Satu

kontrol. Tujuan diberikanya pretest ini

petemuan yaitu 2 x 30 menit.

untuk mengetahui apakah kedua kelas

Pembelajaran

dilakukan

pada

(eksperimen dan kontrol) memiliki

kelas eksperimen maupun kelas kontrol

kemampuan awal yang relatif sama

dengan materi yang sama, soal pretest-

atau tidak, hal ini dilakukan dengan

postest yang sama baik pada kelas

menggunakan uji perbedaan dua rata-

eksperimen maupun kelas kontrol.

rata (uji dua pihak). Setelah dilakukan

Tetapi yang membedakan adalah pada

perhitungan statistik deskriptif terhadap

kelas

pembelajaran

skor pretest kelas eksperimen dan

dilakukan dengan menerapkan Model

kontrol, data tersebut disajikan dalam

Student Facilitator and Explaining

tabel berikut.

eksperimen

(SFAE) sedangkan pada kelas kontrol
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Jumlah
siswa
31
31

Berdasarkan

Tabel 1 Deskripsi Data Pretest
Nilai
Nilai
Maksimum
Minimum
83,78
35,13
78,37
37,83

tabel

Rata-rata
61,02
57,01

tersebut

61,02 sedangkan kelas kontrol sebesar

terlihat bahwa rata-rata nilai pretest

57,01. Nilai pretest kelas eksperimen

kelas eksperimen dari 31 siswa sebesar

berada antara 35,13 dan 83,78 dengan

JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

Luh & Lukman
69

Tes

standar deviasi 4,65. Sedangkan nilai

akhir

posttest

diberikan

pretest kelas kontrol berada antar 37,83

kepada siswa kelas eksperimen dan

dan 78,37 dengan standar deviasi 4,25.

kelas kontrol setelah masing-masing

Rata-rata, nilai tertinggi dan nilai

kelas tersebut mendapat perlakuan

terendah antar kelas eksperimen dan

berupa proses pembelajaran. Gambaran

kelas kontrol tidak jauh berbeda, hal ini

mengenai

wajar karena kedua kelas tersebut

posttest baik untuk kelas eksperimen

belum mendapatkan materi sumber

maupun

daya alam.

menggunakan statistik deskriptif dapat

hasil

kelas

pengolahan

kontrol

Tabel 2. Deskripsi Data Posttest
Jumlah
Nilai
Nilai
siswa
Maksimum
Minimum
31
94,59
54,05
31
83,78
43,24

Eksperimen
Kontrol

dengan

dilihat pada tabel berikut

b. Tes Akhir
Kelas

data

Rata-rata
72,28
64,07

tersebut

dari pada pemahaman konsep ilmu

terlihat bahwa nilai rata-rata pada kelas

pengetahuan siswa yang memperoleh

eksperimen dan kelas kontrol masing

pembelajaran konvensional.

Berdasarkan

masing

adalah

tabel

76,28

dan

Model

64,07,

ini

menekan

pada

sedangkan nilai tertingginya adalah

keaktifan siswa dalam memanipulasi

94,59 pada kelas eksperimen dan 83,78

dan

pada kelas kontrol.

teman- temannya dengan menggunakan

memberikan

pendapat

kepada

Dari hasil pengujian tersebut,

cara dan bahasanya sendiri. Model ini

didapat thitung sebesar 4,062, sedangkan

juga efektif dalam melatih siswa

ttabel sebesar 1,671. Jika dibandingkan

berbicara, sehingga siswa tidak lagi

maka thitung> ttabel maka keputusanya Ho

hanya menjadi objek pembelajaran,

ditolak

tetapi juga sebagai subjek yang dapat

dan

H1

diterima,

artinya

pemahaman konsep ilmu pengetahuan

mengalami,

siswa yang memperoleh pembelajaran

mengkonstruksikan, dan memahami

dengan Model Student Facilitator and

konsep dengan cara melakukan atau

Explaining (SFAE) memang lebih baik

memanipulasi

JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

menemukan,

benda,

menggunakan
Luh & Lukman

70

indera mereka, menjelajahi lingkungan,

bermakna dan lebih kuat melekat

baik lingkungan berupa benda, tempat

dalam memori (pikiran) siswa. Dengan

serta

disekitar

demikian siswa akan lebih bersemangat

mereka (Ariyanti, E 2014:4). Hal ini

dalam mengikuti pembelajaran bahkan

menunjukan bahwa Model Student

turut berpartisipasi baik itu bertanya

Facilitator and Explaining (SFAE)

ataupun berkomentar terhadap materi

menunjukan memang lebih baik dari

yang disajikan. Hal ini senada dengan

pemahaman konsep IPA siswa yang

penelitian

memperoleh

beberapa hasil studi yang relevan

peristiwa-peristiwa

pembelajaran

dengan

pendekatan konvensional.

yang

dilakukan

oleh

dengan penelitian ini adalah penelitian

Laksmini, (2014:4) menjelaskan

yang di lakukan oleh Ariyanti (2014)

bahwa Model Student Facilitator and

dan Laksmini (2014) yang berisi bahwa

Explaining

adanya pengaruh dari pembelajaran

adalah salah satu dari

Student

Facilitator

and

sekian banyaknya model pembelajaran

Model

yang bisa digunakan dalam mencapai

Explaining

tujuan

untuk

kemamapuan pemahaman konsep IPA

siswa.

siswa lebih baik dari siswa yang belajar

pembelajaran

meningkatkan

hasil

belajar

Model pembelajaran ini dilakukan
secara

kelompok,

pembelajaran.

selama
Dalam

(SFAE)

terhadap

dengan metode konvensional.

proses

Pemahaman konsep merupakan

situasi

tingkat

kemampuan

yang

siswa

hanya

pembelajarannya akan dapat menggali

mengharapkan

potensi

mengetahui yang sifatnya mengingat

siswa

dan

dapat

tidak

mengembangkan ide-ide atau pendapat

(hapalan)

siswa untuk berpikir kritis, bebas

menguasai atau memahami arti atau

mengembangkan

konsep,

pengalaman-

saja,

mampu

tetapi

mampu

menerapkan

pada

pengalamannya sehingga pemerolehan

aspek lainnya dengan mengembangkan

belajar tidak bersifat verbal semata,

konsep berpikirnya situasi dan fakta

melainkan

yang

mampu

memberikan

diketahui,

serta

dapat

pengalaman langsung yang bersifat

menjelaskan

kongkrit sehingga siswa memperoleh

kata-kata

pengalaman belajar yang
JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

pengetahuan yang dimilikinya sehingga
Luh & Lukman

lebih

71

dengan
sendiri

menggunakan
sesuai

dengan

memudahkan untuk mengerti bahan

secara aktif dengan konsep dan prinsip-

yang akan dipelajari dengan tidak

prinsip agar mereka dianjurkan untuk

mengubah artinya (Ariyanti, E 2014:3).

memperoleh
melakukan

Bruner dalam Wilis, (2011:79)
menyarankan

agar

yang

siswa-siswi

pengalaman

dan

eksperimen-eksperimen

mengizinkan

mereka

untuk

menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

hendaknya belajar melalui partisipasi

D. Simpulan

Facilitator

and

Explaining

sebesar

61,02

meningkat

Pemahaman konsep IPA siswa

menjadi

76,28

yang

postes,

Berdasarkan hasil analisis dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.

memperoleh

pada

sedangkan

nilai

rata-rata

pembelajaran dengan Model

pretes kelas kontrol 57,01

Student

meningkat menjadi 64,07 pada

Facilitator

and

(SFAE)

lebih

Explaining

nilai postest.
2.

signifikan dari pada siswa
yang

memperoleh

pembelajaran

Terdapat

pengaruh

Student

Facilitator

Model
and

Explaining (SFAE) terhadap

konvensional.

Dapat dilihat bahwa terdapat

kemampuan

perbedaan pemahaman konsep

konsep IPA siswa. Hal ini

IPA

didasarkan pada fakta bahwa

siswa

pada

rata-rata

postes kelas eksperimen yang

pemahaman

thitung ≥ ttabel yaitu 4,062.

menggunakan Model Student

Daftar Pustaka

No. 1
e-Journal MIMBAR
PGSD. Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD. Tersedia
:http://ejournal.undiksha.ac.id/ind

Ariyanti , dkk. (2014). “PENGARUH
MODEL
SFAE
DAN
MOTIVASI
BELAJAR
TERHADAP
PEMAHAMAN
KONSEP IPA SISWA”. Vol. 2

JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

Luh & Lukman
72

Non-Eksakta Lainya. Bandung:
Tarsito.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi
Metode Penelitian. Yogyakarta:
CAPS (Center of Academic
Publishing Service).
Susanto. (2013). Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Trianto. (2007). Wawasan Ilmu
Alamiah Dasar.
Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Wilis, R. (2011). Teori-Teori Belajar
& Pembelajaran. Bandung:
Erlangga

ex.php/JJPGSD/article/view/312
0 [diakses 08-02-2015].
Laksmini, dkk. (2014). “PENGARUH
MODEL
STUDENT
FACILITATOR
AND
EXPLAINING
TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA SISWA
KELAS V SEMESTER I”. Vol:
2 No: 1. e-Journal MIMBAR
PGSD. Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD. Tersedia
:http://ejournal.undiksha.ac.id/ind
ex.php/JJPGSD/article/view/242
6 [diakses 08-02-2015]
Russefendi, E.T. (2010). Dasar–Dasar
Penelitian Pendidikan & Bidang

JPSD Vol. 3 No. 1, Maret 2017
ISSN 2540-9093

Luh & Lukman
73