Membangun Budaya Asia Berbasiskan Mosaik

Membangun Budaya Asia Berbasiskan Mosaik Kearifan Budaya Lokal
Jaya Arjuna
1. Pendahuluan
Bahasa menunjukkan bangsa (Soemantri, 2008). Ungkapan yang merupakan kata-kata
mutiara dalam bahasa Indonesia tersebut terkait dengan penentuan tingkat kebudayaan
suatu sistem kemasyarakatan melalui bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
Secara individu, bahasa yang digunakan seseorang dalam bertutur kata akan menunjukkan
kapasitas dan kualitas dirinya. Pengunaan bahasa menunjukkan bagaimana kondisi
lingkungan keluarga dan juga masyarakat dari seseorang yang mengalami masa
pertumbuhan fisik dan belajar tentang kehidupan. Cara bertutur dalam keluarga akan
memberi warna terhadap pembentukan jati diri, terutama membangun kesopansantunan
berkomunikasi mengutarakan pendapat dan fikiran. Pengunaan bahasa dapat menunjukkan
ketinggian akal budi dan fikiran yang merupakan unsur penting dalam membangun
kebudayaan. Penciptaan oleh akal budi akan menghasilkan bentuk kepercayaan, kesenian,
adat istiadat, bahasa dan lain-lain. Pengolahan akal dan fikiran akan menghasilkan
teknologi.
Perjalanan pencarian terhadap nilai kehidupan suatu bangsa dapat ditelusuri dari
bahasa ungkapan-ungkapan yang berkembang di tengah masyarakatnya. Bahasa ungkapan
adalah kelompok kata yang memiliki makna khusus, sehingga ada yang menyebutnya
sebagai kata bijak. Dalam bahasa Indonesia, kata bijak ini dikenal juga dengan kata
mutiara sebagai kata yang sangat berharga, atau juga dapat juga dalam bentuk peribahasa.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), peribahasa adalah ungkapan atau kalimat
ringkas, padat dan berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan
tingkah laku. Sadikin (2010: 31-32) menulis tentang Peribahasa:
Peribahasa adalah bentuk pengucapan yang banyak dijumpai dalam kesusatraan
lama, sebagai wakil cara berfikir bangsa kita di zaman lama itu. Perhubungan
mereka yang rapat dengan sekelilingnya menimbulkan ilham dan kaca perbandingan
bagi mereka, terutama ahli-ahli fikirnya.
Ahli sastra akan meringkas lagi peribahasa menjadi kata mutiara. Sebagai bahasa
tutur, peribahasa yang juga merupakan nasehat yang disampaikan secara halus akan
berubah dengan sendirinya menjadi kata mutiara,
sehingga kadangkala sukar
membedakan antara peribahasa dan kata mutiara. Apalagi di tengah masyarakat awam,
mereka akan sulit sekali membedakan mana yang peribahasa dan mana yang kata mutiara.
Semua ungkapan kata yang dirasa indah dan punya makna kehidupan yang dalam akan
disebut sebagai kata mutiara. Menurut Iman Budhi Santosa yang dikutip dari Antara
News.com menyatakan:
Page 1 of 17

Kata-kata mutiara lahir dan digali dari simpul-simpul pandangan hidup yang
bersumber pada agama, kepercayaan, mitos, religi, falsafah, serta ajaran para cerdik

pandai, pujangga, wali, raja atau datu di masa lalu yang terbukti ampuh menjadi
pedoman hidup mereka
Kata mutiara sebagai sari pemikiran tentang kehidupan dan diyakini dalam rentang
waktu cukup lama telah menjadi pedoman hidup dalam perjalanan kebudayaan suatu
bangsa. Sehingga, kata mutiara yang hidup dan jadi pegangan pada suatu masyarakat
dapat dijadikan bahan pelajaran untuk melihat bagaimana masyarakat tersebut memaknai
suatu kehidupan.
Dalam tulisan ini penulis menyatakan ungkapan, kata bijak atau peribahasa dengan
istilah kata-kata mutiara. Hal ini semata untuk menghargai makna yang dikandung dalam
rangkaian kata tersebut, sehingga nilai dan keindahannya disamakan dengan mutiara.
Setiap bangsa atau etnik yang memiliki bahasa komunikasi atau bahkan tulisan
sendiri, biasanya memiliki kata-kata mutiara yang hidup dan mewarnai nilai
kebudayaannya. Sebagai daerah yang sangat kaya dengan keberagaman etniknya, di
Indonesia kita dapat menjumpai ribuan kata mutiara. Makin tinggi nilai kebudayaan suatu
etnik, makin banyak kata mutiara yang terbentuk dalam kehidupan sosial mereka. Masingmasing aspek kehidupan biasanya diwujudkan maknanya dengan kata-kata mutiara yang
bahkan mungkin lebih dari satu. Sebagian kata-kata mutiara itu bahkan sedemikian sangat
kuatnya menggambarkan prinsip hidup suatu etnik, sehingga dapat disebut sebagai kata
pembentuk jati diri. Walaupun kata-kata mutiara merupakan warisan budaya yang sangat
berharga, saat ini sebagian masyarakat bahkan ada yang tidak tahu atau tidak mau tahu
walaupun secara harfiah dari kata mutiara tersebut, apalagi maknanya.

Tulisan ini membahas kata mutiara dari beberapa daerah di Indonesia yang memberi
pengaruh kuat terhadap nilai budaya yang hidup di tengah masyarakatnya. Kata mutiara
tersebut umumnya hampir tidak diketahui lagi oleh generasi sekarang. Kata-kata tersebut
hanya terdengar diucapkan dalam upacara adat atau kalangan tertentu saja. Sementara
upacara adat sendiri adalah hal yang dianggap generasi muda sebagai suatu ritual yang
sudah tidak diperlukan lagi saat ini.
Sangat sedikit literatur yang membahas makna kata-kata mutiara dan pengaruhnya
dalam proses kehidupan sosial. Kata-kata mutiara hanya dikenal pelajar sekolah dalam
bentuk kumpulan pepatah atau daftar kata-kata mutiara dan artinya, tanpa disertai makna
dan analisis tentang seberapa kuat pengaruhnya terhadap kehidupan. Dengan adanya
perkembangan teknologi informasi, beberapa orang yang sadar dan berminat dalam bidang
kebudayaan coba menuliskannya dalam blog atau situs mereka. Sementara sumber lain
yang perlu digali lebih dalam dan segera didokumentasikan adalah penuturan orang tua
atau pengetua adat yang masih hidup, serta masih menggunakan dalam ritual adat yang
mereka lakoni. Memang, bila kita tidak menemukan catatan tertulis tentang suatu sejarah
Page 2 of 17

atau kejadian, kumpulkanlah legenda atau mitosnya dari bahasa tutur. Legenda atau mitos
yang hidup di tengah masyarakat secara turun temurun tanpa ada yang membantahnya,
mungkin ada mengandung kebenaran. Tergantung dari sisi mana kebenaran itu akan kita

ungkap.
Penulis sudah lama meminati makna sakral dari kata-kata mutiara yang hidup di
tengah masyarakat. Melalui tulisan ini penulis akan mengangkat kata mutiara yang
berpengaruh paling kuat pada lima daerah di Indonesia yaitu Jawa, Minang, Aceh, Karo
dan Batak. Kata mutiara coba dirangkum untuk dapat mengkaji kekuatannya dalam
mewarnai kehidupan masyarakat suatu etnis. Kata mutiara diyakini dapat membangun
karakter moral suatu etnik. Atau bukan tidak mungkin pula sebaliknya karakter moral
yang hidup pada suatu etnik di suatu daerah telah dirumuskan oleh pemimpin adatnya
menjadi satu ungkapan kata. Kata-kata mutiara yang dipilih dari berbagai daerah ini cukup
dikenal hingga saat ini, serta masih sering terdengar diucapkan dalam kehidupan seharihari, walau dalam kalangan penutur terbatas.
Seharusnya suatu bangsa atau negara membangun karakter nasionalnya berdasarkan
unsur karakter etnik yang jadi kekayaan budaya negaranya. Tiap etnik atau bangsa pasti
memiliki karakter baik yang jadi acuan kehidupan masyarakatnya. Negara tidak boleh
membiarkan karakter nasionalnya dibentuk oleh pengaruh negara lain dengan alasan
dalam era globalisasi semua orang memiliki hak untuk menentukan jalan kehidupannya.
Keterbukaan informasi dan kebebasan berdemokrasi hanya efektif membangun suatu
bangsa bila didasari oleh karakter nasional yang sudah kuat. Dan hal yang terpenting
adalah sistem pendidikannya harus baik. Tanpa kedua hal tersebut, maka nasionalisme
suatu bangsa, terutama generasi mudanya akan menurun dan kehilangan jati dirinya.
Kewajiban pemerintah suatu negara merumuskan karakter nasionalnya dan menjadikannya

sebagai pedoman berkehidupan bagi masyarakatnya.
2. Pemilihan Daerah Asal Kata-Kata Mutiara
Makalah ini hanya mewakili lima daerah asal etnik dari sekitar 300 etnik yang ada di
Indonesia. Etnik yang dipilih ini memiliki ciri budaya, bahasa dan tulisan sendiri yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Budaya etnik tersebut telah berkembang selama
berabad-abad, dan warna dari kata mutiara yang dipilih terlihat jelas punya pengaruh besar
dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya. Empat etnik yang dipilih berdiam di
Sumatera. Etnik Jawa, walaupun lain pulau tetapi pengaruhnya cukup kuat di Sumatera,
karena banyaknya orang Jawa pindah dan menetap di Sumatera. Masing-masing etnik
memiliki keunikan masing-masing baik sejarahnya maupun kata mutiara yang
menggambarkan keunikan daerah tersebut.
Etnik Jawa jadi pilihan karena paling banyak populasinya di Indonesia (41%). Etnik
Jawa selain mendiami Pulau Jawa, dan juga tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan,

Page 3 of 17

Semenanjung Malaysia dan Suriname. Kebudayaam Jawa banyak dipengaruhi oleh
agama Hindu, Budha dan Islam. Jawa memiliki bahasa dan tulisan sendiri. Kata mutiara
yang diambil dari Etnik Jawa adalah “ngewongke wong”, yang artinya memanusiakan
manusia. Falsafah hidup Jawa memang sarat dengan nilai kemanusiaan. Sejarah

kebudayaan Jawa erat dengan gelombang pendatang yang masing-masing membawa
kebudayaannya, serta diterima dengan baik menjadi bagian dari kebudayaan Jawa.
Minangkabau merupakan etnik di Indonesia yang menganut sistem matrilineal
dengan pusat perkembangan dan kebudayaannya di Sumatera Barat. Etnik Minangkabau
terkenal sebagai perantau ulung dan juga ahli dalam berkata-kata. Daerah Minangkabau
di Indonesia memiliki belahan adat yang sama dengan Negeri Sembilan di Malaysia.
Kesamaan ini terjadi karena raja-raja di Negeri Sembilan berasal dari Minangkabau.
Pepatah-petitih Minang banyak mewarnai dunia sastra Indonesia, demikian juga dengan
serapan Bahasa Indonesia banyak diperkaya oleh bahasa Minang. Alam takambang jadi
guru, adalah kata mutiara yang menyatakan bahwa guru terbaik itu adalah alam semesta
dengan seluruh isi dan proses kejadiannya.
Meeunyo kah Pakat, Lampoh Jrat Jeut ta Pegalah berasal dari etnik Aceh yang artinya
bila kita sudah sepakat, maka kuburanpun bisa di jual. Aceh merupakan daerah paling
Utara dari Indonesia. Etnik Aceh memiliki pengaruh yang kuat dari Arab, Cina, Eropah
dan India. Rakyat Aceh terkenal sangat gigih mempertahankan prinsipnya. Satu-satunya
daerah Indonesia yang tidak pernah takluk kepada Belanda adalah Aceh. Pejuang Aceh
yang sangat heroik memberikan kerugian yang sangat besar bagi tentara Belanda yang
akan menaklukkan daerahnya. Sepakat adalah kata kunci bagi masyarakat Aceh untuk
segala hal yang berhubungan dengan keduniaan. Organisasi masyarakat yang ada di
perantauan dikenal melalui organisasi yang diberi nama Aceh Sepakat, baik untuk sektor

perdagangan maupun sektor sosial kemasyarakatan. Dahulu, sebagai sebuah kerajaan,
Aceh memiliki kekuasaan yang cukup besar di Nusantara yang meliputi daerah Sumatera
dan Malaysia. Aceh memiliki hubungan dengan negara lain seperti Inggris, Ottoman,
Belanda dan Potugal baik dalam hubungan dagang maupun kontak peperangan. Aceh
terkenal dengan sistem pemerintahan yang kuat, hubungan diplomatik yang baik dengan
negara asing, serta memiliki pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah panjang
etnik Aceh yang mencacat kemampuan mereka melakukan peperangan dan tidak pernah
dikalahkan terutama dengan bangsa Eropah adalah karena komitmen kesepakatan
mengusir penjajah dan dukungan sistem pendidikan militernya yang cukup baik.
Etnik Karo menungkapkan kata mutiara mereka dengan Endi Enta yang artinya ini
dan itu atau memberi dan menerima. Etnik Karo mendiami wilayah dataran tinggi sekitar
Bukit Barisan dalam wilayah Sumatera Utara. Bagi orang Karo, keluarga, sahabat dan
handai-tolan merupakan hal terpenting. Rezeki juga diharapkan untuk mensejahterakan
kehidupan lahir dan bathin dirinya dan lingkungannya. Perbedaan agama dan keyakinan

Page 4 of 17

tidak pernah dipermasalahkan dalam sistem kekerabatan Karo. Kata memberi dan
menerima dituliskan pada sendok nasi yang terbuat dari bambu bahkan dijadikan benda
keramat yang dapat menolak segala bencana yang datang. Kalau etnik lain hanya

menyampaikan kata mutiaranya menggunakan bahasa tutur, Etnik Karo menuliskan pada
satu wadah peralatan makan yang digunakan setiap hari.
Poda na Lima atau Pesan yang Lima adalah kata mutiara yang hingga saat ini banyak
dipampangkan pada dinding sekolah maupun halaman fasilitas umum di daerah Batak
Angkola (Mandailing) dan Batak Toba. Batak Angkola dan Batak Toba termasuk dalam
wilayah Sumatera Utara di sekitar Danau Toba hingga ke selatannya yang berbatasan
dengan Sumatera Barat. Melihat wilayah sebaran serta sasarannya adalah seluruh anggota
masyarakat, maka bila pesan ini sampai dan dihayati secara efektif, daerah tersebut akan
bersih fisik maupun non fisik, aman sejahtera lahir dan bathin. Apalagi rentang waktu
sosialisasinya sudah cukup lama. Tidak ada anak sekolah yang berasal dari daerah Batak
yang belum pernah mengucapkan Poda Na Lima.
3. Kajian Kata Mutiara Pilihan.
3.1.

Ngewongke wong (Jawa)

Ngewongke Wong artinya memanusiakan manusia. Masyarakat Jawa menjadikan kata
tersebut sebagai panduan berkehidupan untuk menjamin tidak adanya konflik antar
manusia di tengah masyarakatnya. Jawa memiliki catatan sejarah kebudayaan yang sangat
panjang dengan keberadaan manusia. Mulai dari manusia Trinil yang dianggap sebagai

manusia purba, hingga kedatangan berbagai suku bangsa dengan adat kebudayaannya.
Kebudayaan Jawa banyak memiliki ungkapan atau kata mutiara yang menunjuk ajar
bagaimana harus memanusiakan manusia. Kedatangan orang India, Cina, Arab dan Eropah
serta ajaran agama yang dibawanya berbekas jelas dalam sejarah peradaban Jawa. Sejarah
Jawa cukup dipenuhi oleh intrik dan peperangan antar dan inter kerajaan yang berkuasa.
Namun sikap masyarakatnya yang menghargai nilai kemanusiaan dan terus menggali
filosofi dari perjalanan kehidupan, menghasilkan banyak ungkapan kata yang dapat
melambangkan watak dan karakter masyarakat Jawa.
Ajaran agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen adalah ajaran agama yang dibawa
para pendatang ke tanah Jawa. Masing-masing berpengaruh sangat kuat dalam
pertumbuhan kebudayaan Jawa. Adanya ajaran tenggang rasa untuk tetap menghormati
keyakinan dan pendapat orang lain, adakalanya menyebabkan orang Jawa bahkan bersedia
membangun keyakinan baru atau ritual baru terhadap perbedaan kebudayaan yang datang.
Kedatangan Hindu dan Budha tidak dipemasalahkan bagi orang Jawa. Candi berlandaskan
agama Hindu dan Budha dibangun dengan megah seperti Prambanan dan Borobudur serta
ratusan candi lainnya. Kehidupan orang dituntut untuk mempercantik kecantikan dunia,
bukan untuk merusaknya tetapi untuk mensejahterakannya. Sehingga tidak ada yang lama
dirusak karena bertentangan dengan yang baru. Demikian juga dengan kedatangan

Page 5 of 17


pendakwah Islam yang dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat Jawa, baik yang
sudah menjadi pengikut Hindu atau Budha, maupun yang masih belum menganut agama
apapun (animisme). Kedatangan bangsa Eropah yang membawa misi pengembangan
agama Kristen juga mendapat sambutan oleh masyarakat Jawa.
Karena tidak ingin adanya pertentangan, maka orang Jawa semampunya meramu
ajaran agama Islam dengan ritual agama Hindu yang sudah lama diamalkan penganutnya.
Pertentangan ajaran agama baru dengan ajaran agama yang kepercayaan dan ritualnya
sudah mengakar lama dapat dihindari. Islam tidak mengajarkan kegiatan bakar kemenyan
dalam ibadahnya, tetapi di Jawa sudah ada ajaran hindu yang membakar dupa dalam setiap
ritualnya. Sekarang kita dapat menemukan berbagai ritual yang manteranya dalam bahasa
arab, tetapi lakonnya dalam ajaran Hindu. Bahkan wayang kulit yang diciptakan oleh
Walisongo sebagai media dakwah menggunakan latar belakang cerita Ramayana dan
Mahabrata. Ajaran memanusiakan manusia dengan menghargai pendapat dan fikirannya
tidak membiarkan ada orang merasa terhina. Kemenangan dalam pemikiran orang Jawa
harus direbut tanpa mengalahkan secara fisik, dan juga tidak boleh menunjukkan
kebanggaan karena telah berhasil mengalahkan musuh yang dikenal dengan kata:
“Menyerang tanpa membawa pasukan, menang tanpa merendahkan lawan yang sudah
dikalahkan."
Memanusiakan manusia terkait dengan wawasan dan perilaku. Dalam wawasan,

manusia diminta untuk tidak menunjukkan kelebihannya pada orang lain, dan dalam
perilaku orang harus bisa mengalah. Jangan hanya merasa mampu tetapi harus mampu
merasa adalah kata mutiara yang melarang orang untuk merasa bangga dengan
kemampuan yang dimiliki. Yang paling penting adalah mampu merasa, sehingga dapat
mengasah emphati untuk memiliki kepedulian dengan apa yang terjadi di sekitar kita.
Kemampuan merasakan apa yang ada di sekitar kita, akan meningkatkan saling
menghormati dan saling menghargai sesama anggota masyarakat. Bila memiliki
kemampuan untuk merasa, maka wawasan dalam bertindak akan penuh kehati-hatian.
Ambil ikannya jangan sampai keruh airnya, begitulah pesan kehati-hatian dalam
bertindak, sehingga tidak ada yang tersinggung atau direndahkan nilai kemanusiaannya.
Manusia Jawa dituntut untuk berperilaku baik. Memanusiakan manusia sangat terkait
dengan sikap diri untuk tidak meremehkan orang lain. Segala yang kita miliki tidak harus
membuat perilaku menunjukkan kelebihan dari yang lain. Orang Jawa menyatakannya
dengan kata-kata kalau kaya jangan berlagak kaya, kalau pandai jangan berlagak pandai.
Jangan sampai menghina manusia lain karena kelebihan yang kita miliki. Mengalah
dalam berbagai hal akan lebih mulia dikemudian hari. Apapun yang kita miliki, baik
harta maupun kekuasaan tidak boleh menjadikan kita sombong dan meremehkan orang
lain. Komentar yang sangat sederhana tetapi punya makna yang dalam dapat kita lihat dari
kata: “begitu ya begitu, tapi jangan begitu”

Page 6 of 17

Persaudaraan sangat penting bagi orang Jawa. Biarlah kehilangan uang asal jangan
kehilangan saudara, menyatakan bahwa nilai persaudaraan dan kemanusiaan sangat
berharga dalam kehidupan. Semua orang yang terlibat dalam satu kejadian bisa dianggap
sebagai saudara. Saudara yang baik adalah saudara yang mampu menunjukkan kesalahan.
Sebagai manusia kita akan sulit melihat kesalahan sendiri, sehingga diperlukan orang lain
untuk melihat dan menyampaikan kesalahan tersebut kepada kita. Orang tidak bisa
mengaca tengkuknya sendiri kalau tidak menggunakan bantuan orang lain. Saudara adalah
orang yang paling dapat dipercaya untuk melihat diri kita secara jujur.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Jawa diharuskan saling menghormati hak dan
nilai kemanusiaan. Dasar bersosialisasi adalah untuk kepentingan bersama. Tidak boleh
ada agenda terselubung dalam melakukan sesuatu, apalagi untuk maksud dan tindakan
yang tidak baik. Secara tegas namun dalam dan sederhana, orang Jawa menyatakan dalam
kata menolong memukul (nulung menthung). Perilaku menolong jangan hanya simbol
yang pada kenyataannya menyembunyikan niat tidak baik. Perbuatan yang tidak baik akan
selalu kembali berbalik pada pelakunya. Bila kita berbuat baik, maka hasilnya akan baik.
Bila berbuat jahat, maka kejahatan itu akan kita tuai kembali. Orang Jawa mengingatkan
hal tersebut dengan kata siapa menanam akan menuai.
Memanusiakan manusia bukan hanya untuk orang yang masih hidup. Bukan hanya
untuk masa sekarang. Bukan hanya untuk yang berhasil, orang gagal juga harus dihormati.
Orang Jawa merumuskan kata yang sangat sederhana tetapi memiliki makna yang sangat
dalam untuk menjaga harkat kemanusiaan. Junjung tinggi dan simpan dalam (mikul
duwur, mendem jero) adalah kata mutiara Jawa yang menghargai setinggi-tingginya
kebaikan yang dilakukan dan menyimpan dalam-dalam kesalahan yang terjadi. Kesalahan
adalah sangat manusiawi, sehingga tidak perlu dibeberkan secara terus menerus yang akan
memberi aib bagi pelaku dan juga keturunannya, cukup jadi pelajaran agar tidak
mengulangi kejadiannya. Kebaikan harus dijunjung tinggi agar dapat jadi contoh dan
panutan bagi orang lain.
3.2.

Alam takambang jadi guru (Minangkabau)

Alam takambang jadi guru dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa guru yang baik
dalam kehidupan manusia adalah dari proses yang ada dalam alam. Interaksi makhluk
dalam alam dan juga antara manusia dengan alam adalah ilmu yang penuh dengan teori
keseimbangan, merupakan ajaran yang paling tepat untuk dijadikan pedoman dalam
kehidupan. Masyarakat Minangkabau sejak mulai berdirinya sudah membuktikan bahwa
pelajaran dari alamlah yang menyelamatkan negeri mereka dari kehancuran serangan
pasukan Majapahit. Pelajaran dari alamlah yang membuat masyarakat Minangkabau
tersebar ke seluruh pelosok dunia dan mampu bertahan hidup di perantauan.
Minangkabau diyakini masyarakatnya berasal dari kata menang mengadu kerbau.
Diceritakan bahwa satu pasukan besar dengan balatentara yang kuat datang dari Majapahit

Page 7 of 17

untuk menaklukkan kerajaan yang berdiri di negeri Minang sekarang. Karena meyakini
tidak akan mampu melawan, dan kalaupun melawan pasti kalah, masyarakat menawarkan
agar peperangan digantikan dengan mengadu kerbau. Pimpinan pasukan Majapahit setuju
dan menyiapkan kerbau yang besar untuk diadu. Masyarakat yang sudah mempelajari dari
alam perilaku kerbau, hanya menyiapkan seekor anak kerbau yang masih menyusui. Pada
kepala anak kerbau tersebut dipasang pisau sebagai tanduknya. Menjelang hari
pertandingan berlangsung, anak kerbau tidak diberi kesempatan menyusu pada induknya.
Pada hari pertandingan, kerbau besar yang dipersiapkan pasukan Majapahit dilepas ke
dalam gelanggang aduan. Masyarakat minang melepas anak kerbau yang kehausan dan
menyangka kerbau besar itu adalah induknya. Pada posisi menyusu, tanduk anak kerbau
yang terbuat dari pisau melukai perut kerbau Majapahit yang besar. Akhirnya majapahit
terpaksa mengaku kalah karena kerbau mereka terluka parah. Masyarakat bergembira dan
menyatakan telah menang dalam pertandingan kerbau yang menjadi asal kata
Minangkabau. Kemenangan mengadu kerbau dijadikan simbol oleh masyarakat dengan
membuat pola tanduk kerbau sebagai atap rumah adat dan juga penutup kepala pakaian
kebesaran wanita Minangkabau.
Orang Minang juga belajar dari alam tentang sejarah kehidupan manusia. Pasukan
prajurit perang yang datang tidak akan mungkin pulang begitu saja walau sudah
dikalahkan. Sebagai pengobat hati, mereka menawarkan pada pimpinan pasukan untuk
kawin dengan salah seorang putri mereka. Pimpinan pasukan Majapahit akan diangkat
sebagai raja, tetapi harus tunduk pada ketentuan adat yang berlaku di Minangkabau. Adat
Minangkabau yang matrilineal mengatur bahwa yang berkuasa adalah pihak perempuan.
Seorang suami hanya berhak mengatur isteri, tetapi harta kekayaan isteri yang didapat dari
harta turun temurun orang tuanya tidak dapat berpindah jadi hak suami. Harta turun
temurun juga tidak boleh diperjual belikan, sehingga kekayaan negeri tidak akan mungkin
berkurang. Pihak Majapahit dapat menyatakan bahwa Minang adalah daerah taklukannya,
walaupun sebenarnya mereka tidak memegang kekuasaan dalam memerintah negeri. Alam
jugalah yang mengajarkan bahwa sekeras-kerasnya hati lelaki, akan lunak bila berhadapan
dengan kelembutan, perhatian dan kasih sayang wanita.
Adat Minangkabau dinyatakan bersendikan hukum agama, dan hukum agama
berdasarkan pada kitab suci yang diturunkan Allah, sehingga masyarakat Minang dalam
kehidupannya mengikuti aturan agama Islam. Pelajaran pertama yang diperoleh dari alam
adalah tentang makhluk dan kehidupannya. Alam diciptakan Allah lengkap dengan seluruh
makhluk yang mendiaminya. Semua berhak hidup dan mempertahankan kehidupan
dengan saling mendukung. Kehidupan satu makhluk akan bermanfaat bagi kehidupan
makhluk yang lain. Kematiannya satu makhluk tidak sia-sia karena akan memberi
kehidupan bagi makhluk yang lain. Tidak ada yang tidak saling bermanfaat. Manusia
ditakdirkan untuk jadi penguasa pengelolaan alam. Bila diamalkan ajaran saling memberi
dan tidak disertai dengan keserakahan, maka pasti semua makhluk memiliki rezeki bagi
kehidupannya.

Page 8 of 17

Pertambahan jumlah manusia yang disertai dengan kecepatan peningkatan
pemenuhan kebutuhan hidup, memicu persaingan manusia menguasai alam. Menjadikan
alam terkembang jadi guru bukanlah hal yang mudah untuk dikerjakan. Untuk belajar dari
alam sebagai guru, manusia harus memiliki kepekaan rasa dan ketajaman periksa.
Kepekaan rasa adalah kepekaan yang terkait dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi dari
alam. Berapa banyak yang diperlukan, berapa yang boleh diambil dan apakah dalam
proses pengambilan tersebut akan merugikan orang lain atau makhluk lain. Hanya orang
yang tajam perasaannya terhadap orang lain dan makhluk lain tidak akan berlaku serakah.
Kepekaan memeriksa terkait ukuran dan takaran banyaknya kebutuhan itu dapat dipenuhi
tanpa merusak fungsi alam itu sendiri. Alam tetap memberi dan memenuhi kebutuhan
yang kita inginkan, dan alam sekaligus mengajarkan bahwa perbuatan yang berlebihan
tidak baik. Alam adalah guru yang baik karena alam tidak dibebani nafsu, keinginan dan
kebutuhan. Perputaran, pergerakan, pergantian, perubahan, regenerasi dalam alam terjadi
karena memang harus terjadi, agar kesetimbangan tetap terjaga. Kata mutiara Minang
mengungkapan sari pelajaran dari alam ini dengan satu kalimat, enak sama kita dan orang
juga suka. Dalam ilmu manajemen modern prinsip ini diungkapkan dengan kata win-win
solution.
Alam sangat teratur, tepat saat, disiplin, adil sehingga keseimbangan tidak pernah
terganggu. Tidak ada ketidak adilan dan kezaliman dalam peristiwa alam. Tidak ada
keserakahan. Yang ada hanyalah tugas untuk melanjutkan kehidupan. Masing masing
makhluk sudah diberi peran, fungsi dan tanggung jawab untuk menjaga kesetimbangan
alam. Dalam mencari rezeki, masyarakat Minang yakin bahwa setiap orang sudah
ditentukan rezekinya masing-masing. Kewajibannya adalah untuk bekerja mengumpulkan
rezeki tersebut. Dimanapun pasti ada rezeki di permukaan bumi ini. Keyakinan ini
membuat masyarakat Minang terkenal sebagai perantau. Ungkapan bahasa Minang
menyatakan bahwa rezeki elang tidak akan dapat oleh musang. Alam menunjukkan bahwa
walaupun musang berada di permukaan tanah, tidak akan semua ayam jadi rezekinya.
Sebagian pasti ada untuk elang yang mencari dari udara. Pelajaran ini mengajarkan bahwa
tidak perlu cemas tidak akan dapat rezeki, namun jangan serakah dengan mengambil hak
orang lain secara paksa. Keyakinan alam pasti akan memberi rezeki membuat masyarakat
Minangkabau siap merantau kemana saja. Selagi punya niat baik dan bekerja baik, maka
kemanapun mereka pergi tidak akan sia-sia. Dicampakkan kelaut akan jadi pulau,
dicampakkan ke darat akan jadi bukit, demikian keyakinan orang Minangkabau yang akan
pergi merantau. Tetap eksis dan berguna untuk orang lain.
3.3.

Meeunyo ka pakat, lampoh jrat jeut ta pegalah (Aceh)

Aceh memiliki adalah daerah kaya dengan sumber daya alam minyak, gas, mineral
dan juga luas tutupan hutan. Aceh pernah tercatat dalam sejarah sebagai negeri yang
memiliki pasukan tentara yang terdidik dan terlatih, mampu menguasai sebagian besar
pulau Sumatera hingga Semenanjung Malaysia. Aceh juga mencatat sejarah panjang
Page 9 of 17

perlawanan dengan imperialis Eropah. Kekuatan perlawanan rakyat Aceh bukan untuk
mempertahankan kekuasaan. Tapi mempertahankan prinsip dan kesepakatan untuk
mengusir penjajah. Kesepakatan ini dikukuhkan oleh para ulama. Kesepakatan untuk hal
apapun adalah harga mati bagi rakyat Aceh untuk dijalankan, sehingga diungkapkan
dengan kata kalau sudah sepakat, kuburanpun bisa dijual. Kuburan masyarakat Aceh
biasanya terletak di halaman depan rumah tinggal. Menjual rumah juga berarti menjual
kuburan. Tetapi bila diperlukan harus menjual rumah untuk perjuangan, maka dengan
adanya hasil kesepakatan, semua warga akan membenarkannya. Kearifan ini sekaligus
untuk meninggikan nilai rumah dan tanah agar keluarga tidak mudah menjualnya karena
adanya kuburan terdapat pada tanah tersebut yang bukan hanya milik generasi sekarang,
tetapi juga milik gerenasi terdahulu.
Kesepakatan terhadap hukum yang berlaku pada satu daerah sangat dihargai oleh
masyarakatnya sebagaimana dinyatakan dalam kata mutiara, hukum negara untuk
pakaian, hukum Tuhan untuk mahkota. Hukum negara dipatuhi sebagai acuan dalam
bermasyarakat, tetapi hukum Tuhan harus dijunjung tinggi sebagai pedoman dalam
kehidupan. Sebagai penganut agama Islam, orang Aceh menetapkan bahwa tujuan
hidupnya adalah untuk membela kehormatan diri, keluarga dan tanah air, serta matinya
adalah untuk membela kebenaran agama sebagaimana diungkapkan dengan kata udep
saree, matee sahid atau hidup harus terhormat dan kalau mati jadi sahid
Kehidupan sosial masyarakat Aceh sejak dahulu sudah diatur dalam hukum, baik
hukum adat maupun hukum agama. Aturan tersebut sangat jelas dan harus dipatuhi agar
tidak menimbulkan konflik. Hak buaya dalam sungai, hak harimau dalam hutan adalah
kata mutiara yang mengungkapkan perasaan orang Aceh tentang kekuasaan. Lingkungan
hidup buaya jelas sangat berbeda dengan harimau. Masing-masing punya hak dan
kewajiban serta wilayah kekuasaan yang berbeda. Demikian juga dengan aturan dalam
bermasyarakat harus ada aturan yang jelas dan tegas. Masyarakat Aceh mengungkapkan
dengan kata sawah berpematang, orang berpemimpin, rumah beradat. Prinsip hidup
inilah mengakibatkan banyak terjadi konflik dengan pendatang, baik sebelum zaman
kemerdekaan maupun setelah Indonesia merdeka. Masyarakat Aceh sangat terkenal
dengan keteguhannya memegang prinsip hidup dan hukum adat. Umumnya konflik akan
terjadi bila mereka merasa haknya dilanggar atau diatur oleh orang lain.
Walaupun masyarakatnya terkenal keras, tetapi menjadi pemimpin di Aceh tidak
sesulit di daerah lain. Masyarakatnya sangat patuh dengan kesepakatan yang dibuat
bersama. Masyarakat telah menggariskan bahwa raja adil akan disembah, raja zalim akan
disanggah. Kata kuncinya adalah keadilan dan jangan bertindak zalim. Keadilan dan
kezaliman menghendaki raja yang memiliki kapasitas sebagai pemimpin yang arif dan
bijaksana. Menentang pihak yang berkuasa bukanlah hal yang tabu bagi masyarakat Aceh.
Rakyat hanya patuh bila raja adil dan tidak lalim. Aceh memiliki catatan sejarah panjang
dalam melakukan perlawanan terhadap penguasa yang dinyatakan tidak berlaku adil dan
menzalimi haknya sebagai rakyat. Pergolakan dan perlawanan rakyat Aceh bukan hanya
Page 10 of 17

melawan penjajah dari Eropah, tetapi juga dengan pemerintah Indonesia sendiri yang
cukup memakan waktu sangat lama.
Pemimpin dituntut berlaku adil secara tegas. Masyarakat Aceh tidak menghargai
pemimpin yang lemah serta tidak bijaksana. Aceh mengungkapkan masalah karakter
kepemimpinan ini dengan kata bila tanah lembek, maka kerbau akan berkubang. Bila
pemimpinnya tidak tegas, maka kekacauan akan terjadi. Semua orang akan bertindak
sesukanya. Rakyat Aceh pernah dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda sebagai Sultan Aceh
yang kedua belas dan dikenal sangat tegas berlandaskan keadilan. Pada zaman
kepemimpinan Iskandar Muda Aceh mengalami kejayaan baik pengembangan wilayah
kekuasaan maupun pertumbuhan ekonomi. Iskandar Muda menegakkan keadilan dan
bahkan menghukum dengan keras terhadap kesalahan yang dilakukan anaknya sendiri.
Kepemimpinan seperti ini melegenda bagi masyarakat Aceh, dan terbukti bahwa segala
titahnya dilaksanakan dengan patuh oleh rakyatnya.
Masyarakat Aceh sangat bangga dengan adat yang mereka miliki dan amalkan. Upaya
untuk tetap memegang teguh adat diungkapkan dengan kata mati anak ada kuburannya,
mati adat kemana harus mencarinya. Tentu saja falsafah ini dipercaya dapat menjaga
masyarakat Aceh untuk tidak kehilangan jati diri, selama masih ada yang mengamalkanya.
Perkembangan zaman dan tuntutan pertumbuhan ekonomi kadangkala membuat
masyarakat terpaksa melupakan adat dan kebiasaan serta falsafah hidupnya. Generasi
muda sekarang bahkan sudah mulai kurang memahami lagi warisan adat yang sepatutnya
mereka jaga. Kesepakatan-kesepakatan yang dulunya jadi pedoman hidup mulai
dilupakan. Dikhawatirkan suatu saat proses ini akan membalikkan ungkapan yang
dulunya pernah dikenal dalam masyarakat Aceh, apabila perasaan tidak tersinggung, ia
akan memberi segala-galanya menjadi hal yang negatif. Generasi muda akan melupakan
adat budaya dan rela menggantinya dengan yang baru selama mereka menganggap bahwa
budaya yang baru tidak menyinggung perasaan mereka.
3.4.

Endi-enta (Karo)

Endi-Enta artinya ini dan itu atau memberi dan menerima. Sepintas tidak kita tidak
melihat adanya arti yang khusus dari kata ini dan itu. Kata-kata Endi-enta dituliskan pada
sebuah sendok nasi terbuat dari bambu dan pesan yang dituliskan tersebut disebut dengan
Surat Ukat, sehingga sendok tersebut dinyatakan sebagai Sendok Ukat. Bagi orang Karo
sendok yang bertuliskan endi-enta merupakan benda sakral yang menyimpan warisan
falsafah budaya yang maha tinggi nilainya. Dahulu, setiap anak yang akan merantau ke
luar daerah selalu dibekali dengan sendok Ukat. Bila sendok Ukat ditancapkan di halaman
rumah pada saat terjadi hujan petir, dipercaya pemilik rumah akan terhindar dari sambaran
petir. Demikian juga bila ada anak yang sakit, akan sembuh setelah diminumkan air dari
sendok Ukat.

Page 11 of 17

Mengapa kata memberi dan menerima harus dicantumkan pada sendok nasi, bukan
pada peralatan rumah tangga lain? Makan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan tiga
kali sehari. Sendok merupakan peralatan yang tetap terpakai selama kegiatan makan
dilakukan. Sangat tepat bila ada pesan yang harus disampaikan untuk tetap diingat adalah
melalui alat yang selalu dipakai dalam kehidupan sehari hari. Ritual makan itu sendiri
mengingatkan bahwa makanan tersebut merupakan pemberian dari yang Maha Kuasa.
Kita sebagai manusia adalah penerima. Yang memberi tingkatannya lebih tinggi dari yang
menerima. Memberi dan menerima merupakan falsafah hidup etnis Karo yang
menggariskan bahwa dalam memberi kehidupan, kita harus memberi terlebih dahulu
memberi sebelum menerima. Ini dulu, baru itu. Laksanakan kewajiban baru tuntut hak.
Ajaran yang dikandung dalam kata mutiara ini menjadi akar kehidupan masyarakat Karo
yang dasarnya adalah petani. Petani adalah pekerjaan yang memang paling taat dengan
falsafah memberi dan menerima. Tidak ada petani yang dapat panen sebelum menanam.
Seorang petani harus memberikan waktu, modal dan perhatian untuk tanamannya. Mulai
dari menanam benih, memelihara hingga panen. Semuanya diawali dengan memberi.
Setelah waktunya tiba, maka petani akan menerima hasil payah kerjanya. Panen.
Masyarakat Karo juga sangat tergantung pada hutan yang ada di sekitar kampung
mereka. Falsafah memberi dan menerima juga mengingatkan pada mereka bahwa tidak
boleh menebang kayu di hutan bila tidak ikut menanamnya. Kalaupun terpaksa harus
menebang untuk keperluan membangun rumah, harus segera menanam kembali. Jangan
mengambil lebih dari yang diberikan. Tanam lebih banyak dari yang ditebang. Bila
dilaksanakan falsafah yang terkandung dalam kata mutiara ini, maka kehidupan akan
berlangsung secara lestari. Alam akan memelihara dan menjamin kebutuhan kehidupan
manusia, bila kita juga memberi perhatian untuk memeliharanya.
Pentingnya memberi dari menerima juga terlihat pada tujuan hidup masyarakat Karo
yang diungkapan dengan kata Tuah, Sangap Mejuah-juah yang artinya kehidupan cukup
dari segi ekonomi, punya sanak saudara yang banyak serta bisa hidup sejahtera.
Kecukupan dari segi ekonomi tidak semata hanya untuk keperluan pribadi maupun
keluarga saja. Bagi orang Karo mereka tidak perduli hartanya habis, asalkan habisnya
untuk kebaikan serta persahabatan. Persahabatan dan persaudaraan lebih penting dari
harta. Dalam kehidupan sehari-hari mereka juga mewujudkannya dalam perilaku
kebiasaan turun temurun dengan pernyataan bahwa mereka merelakan air nira hasil
sadapan dari pohon enau yang ditampung menggunakan wadah bambu diminum siapa
saja, asal mengantungkan kembali wadah penampungnya.
3.5.

Poda na Lima (Batak)

Etnik Batak Angkola dan Batak Toba mengenal lima pesan (Poda na Lima) yang
dijadikan pegangan hidup bagi masyarakatnya. Lima pesan tersebut adalah bersihkan atau
perindah hatimu, bersihkan badanmu, perindah pakaianmu, bersihkan rumahmu dan

Page 12 of 17

pelihara pekaranganmu. Pesan ini secara tegas menyatakan tahapan yang harus diamalkan
agar manusia terpandang baik dalam bermasyarakat. Kita hanya dapat menjadikan
sekeliling kita lebih baik bila kita sendiri sudah punya hati yang bersih dan niat yang baik,
serta mencontohkan dengan perbuatan yang baik. Kebaikan hidup mulai dari hati yang
bersih. Hati yang bersih tidak akan berbuat sesuatu yang akan menyakitkan lain maupun
bagi orang lain. Orang yang berhati bersih tidak akan serakah, tamak serta berperilaku
sebagai perusak bagi masyarakat sekitarnya. Hati yang bersih tercermin pada wajah, dan
terwujudkan dalam bentuk perilaku yang baik dalam hidup bermasyarakat.
Hati yang bersih harus diikuti dengan badan yang sehat. Badan yang sehat akan
berguna bagi orang lain dan makhluk lain. Badan yang sehat harus dihiasi dengan pakaian
yang baik. Pakaian dapat juga dinyatakan sebagai penampilan. Hati bersih, badan yang
sehat serta penampilan baik merupakan persyaratan yang harus dimiliki seorang pemimpin
di tengah masyarakat. Setiap orang sebenarnya merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain, sehingga setiap orang juga harus memperhatikan hatinya,
kesehatannya dan juga penampilannya. Perilaku baik akan dapat menggambarkan niat
serta cara hidup seseorang.
Pesan yang keempat adalah bersihkan rumahmu. Rumah mencakup seluruh keluarga
dan kebutuhannya. Membersihkan rumah tidak hanya dari segi fisik. Pembangunan rumah
harus dilakukan menggunakan sesuatu yang baik. Tidak boleh membangun dan menghiasi
rumah dengan harta yang tidak baik atau diperoleh dari jalan yang bertentangan dengan
hukum. Rumah yang bersih secara fisik juga harus dibersihkan secara non fisik. Sebuah
rumah yang baik terlihat dari hubungan yang harmonis antar keluarga. Bila setiap rumah
tangga sudah baik, maka masyarakat akan jadi baik. Membangun negara yang baik hanya
dapat dilakukan bila masyarakatnya baik.
Pesan kelima adalah pelihara pekarangan atau lingkunganmu. Halaman rumah
mencakup tetangga dan alam sekitarnya. Sebagai anggota masyarakat, orang Batak
menuntut masing-masing warganya bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas
lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup bagi orang Batak adalah sesuatu yang sangat
penting karena kehidupan mereka sangat tergantung kepada hasil pertanian dan
perkebunan.
Sebagaimana nasehat untuk selamat dalam kehidupan dibagi atas lima tahap, orang
Batak juga membangun negerinya dalam lima tahapan. Suatu negeri bermula dari
pemukiman kecil, dikembangkan menjadi kampung yang biasanya dibatasi dengan pagar
bambu hidup, Kampung berkembang menjadi desa, kemudian menjadi kota dan akhirnya
menjadi suatu wilayah pemerintahan yang disebut dengan Banua. Banua sudah memiliki
tatanan masyarakat teratur dan mematuhi hukum yang ditetapkan secara bersama. Aturan
adat harus dipahami serta dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakatnya. Pada daerah
kekuasannya, pemimpin Batak akan membangun kehidupan sosial masyarakat yang

Page 13 of 17

menghormati manusia dan alam sebagai makhluk yang sama berhak hidup untuk saling
melengkapi.
Bukan hanya dari segi sosial kemanusiaan dan wilayah pemerintahan, orang Batak
juga membagi ketinggian permukaan bumi atas lima satuan tingkatan. Mulai dari daerah
datar yang baik untuk pertanian, kemudian ada yang disebut dengan daerah bergelombang,
bukit, anak gunung dan gunung. Masing-masing ketinggian ini akan diperlakukan sesuai
dengan potensinya untuk mendukung kehidupan. Orang Batak juga membagi lima sistem
pengelolan alam mulai dari kebun, ladang, hutan, hutan lebat dan hutan belantara.
Pemanfaatan sumber daya alam harus diatur sesuai dengan fungsinya. Ada lahan untuk
diusahakan dan ada yang harus dilestarikan. Bagi orang Batak, hutan belantara adalah
daerah yang harus ada dan tidak boleh diganggu karena keberadaanya bukan hanya untuk
manusia saja, tetapi juga untuk seluruh kehidupan. Hewan dan tumbuhan yang hidup di
hutan merupakan penyempurna bagi kehidupan manusia. Bila hutan sudah rusak, maka
kualitas hidup akan menurun. Kearifan untuk memelihara bumi agar tidak rusak sudah
dimiliki dan dijadikan falsafah hidup bagi orang Batak sejak dahulu
Hidup masyarakat Batak yang didominasi oleh kegiatan pertanian sangat tergantung
dengan alam. Masyarakat Batak sudah tahu bahwa setiap perusakan hutan akan merusak
sumber air, karena mereka melihat adanya tetesan air pada akar pohon. Kumpulan tetesan
air akan membentuk aliran air yang akhirnya berkumpul membentuk anak sungai dan
menyatu sebagai sungai. Tanah tanpa air, akan mencabut orang Batak dari akar
kehidupannya. Pamahaman terhadap perlunya air untuk memenuhi kebutuhan hidup ini
menyebabkan masyarakatnya harus berhati-hati menjaga sumber daya air yang secara
tidak langsung harus menjaga keberadaan hutan. Orang Batak mengajarkan bahwa
sesempurna tempat kehidupan adalah bila ada tanah dan ada sumber airnya. Memang
menarik sekali klasifikasi yang disimpulkan orang Batak terhadap lingkungan hidup fisik
dan sosialnya. Semua diwakili melalui Pesan yang Lima.
4. Analisis
Kebudayaan itu mewakili wawasan, perilaku dan upaya suatu bangsa untuk
berkehidupan dalam rentang waktu tertentu. Tingkatan pencapaiannya sangat tergantung
kepada kelompok manusia yang hidup pada zaman tersebut. Walaupun ada panduan atau
contoh dari kehidupan masyarakat sebelumnya, masyarakat generasi berikutnya tidak akan
mungkin dapat melaksanakan hal yang sama. Masing-masing etnik akan menghasilkan hal
yang terbaik untuk masyarakatnya dan untuk zaman kehidupannya. Adaptasi adalah kata
kunci yang dimiliki manusia untuk mampu terus hidup, walaupun terjadi perubahan
mendasar dari lingkungan sekitar kehidupannya.
Dari kajian yang dilakukan terhadap kata mutiara dari lima etnik yang hidup di
Indonesia serta keragaman watak masyarakatnya, dapat diketahui bahwa masing-masing
etnik telah menemukan jati dirinya sendiri. Walaupun terjadi kontak budaya diantara

Page 14 of 17

mereka, namun jati diri itu tetap dapat dipertahankan. Secara geografis, antara masyarakat
Minang, Karo dan Batak berada pada suatu hamparan yang saling berbatasan langsung.
Tetapi jati diri masing-masing tampaknya tidak saling bisa mempengaruhi. Demikian juga
dengan agama, walaupun sama kepercayaan dan ritualnya, namun juga tidak bisa
menyamakan jati diri antar etnik penganutnya.
Adalah suatu upaya yang sia-sia untuk menyatukan hal yang terbaik dari semua
etnik untuk kemudian membangunnya jadi suatu jati diri yang baru untuk diamalkan
secara seragam. Alam takambang jadi guru sebagai acuan masyarakat Minangkabau
berkehidupan membuat mereka bisa hidup sukses di perantauan. Walaupun tingkat
adaptasi tinggi, namun mereka tetap menjaga jati diri yang sebagai kebanggaan atas etnik
asalnya. Demikian juga untuk menyatukan jati diri masyarakat Aceh dengan Jawa adalah
suatu hal yang tidak mungkin. Walau Etnik Jawa memiliki tingkat toleransi yang tinggi
dan sangat menghargai nilai kemanusiaan orang lain, dan etnik Aceh akan memberikan
apapun yang terbaik bila sudah terjadi kesepakatan, tapi untuk membuat suatu
keseragaman atau penyatuan prinsip juga tidak akan mungkin terjadi. Prinsip kesepakatan
Aceh adalah hal terbaik yang sebenarnya diperlukan untuk membangun suatu masyarakat
yang lebih maju. Untuk menyatukan prinsip kesepakatan Aceh dengan kebersihan niat
serta perbuatan suatu hal terbaik yang dianut masyarakat Batak juga tidak pernah dapat
dilakukan. Walaupun secara teori itulah yang terbaik.
Manusia itu adalah makhluk sosial yang cerdas dan diciptakan untuk dapat
memperbaiki tingkat dan nilai kehidupannya secara terus menerus, baik secara individual
maupun secara berkelompok. Manusia bisa menemukan hal yang terbaik dari apa yang
ada disekitarnya, namun belum tentu mampu untuk melaksanakan dalam kehidupannya.
Falsafah hidup untuk menghargai orang lain dan kelebihan orang lain mungkin merupakan
kata kunci untuk kebudayaan manusia baru yang hanya dapat ditanamkan melalui sistem
pendidikan masing-masing etnik atau bangsa. Galilah kebaikan dan keunggulan falsafah
hidup dari masing-masing jati diri etnik maupun bangsa, ajarkan kepada generasi
mudanya. Dengan adanya kemajuan sistem pendidikan dan bantuan teknologi informasi,
sebarkan masing-masing ajaran kebaikan tersebut. Kita hanya bisa menunggu hasil
pendidikan tersebut. Sampai dimana satu generasi bisa terpengaruh dan memperbaiki
wawasan dan perilakunya dengan ajaran kebaikan yang diterimanya. Kalaupun untuk
mencari wajah baru adalah suatu hal yang sukar, namun yang paling penting adalah
munculnya rasa saling menghargai dan dapat memupuk kesepakatan untuk dapat hidup
saling berdampingan dan saling memajukan kualitas kehidupan.
5. Kesimpulan
Ketidak seragaman wawasan, perilaku dan upaya berkehidupan masing-masing etnik
maupun bangsa merupakan suatu hal yang harus kita terima sebagai suatu keuntungan
dalam kehidupan modern saat ini. Bangunan wajah kebudayaan manusia baru bukanlah

Page 15 of 17

merupakan suatu keseragaman jati diri yang diramu dari hal terbaik dari masing-masing
akar budaya. Kita harus menerima bahwa masing-masing etnik dan bangsa memiliki sisi
terbaik, namun belum tentu bisa berlaku universal. Selain punya kodrat untuk belajar dan
adaptasi, manusia juga punya pertahanan diri. Tergantung sisi mana yang dapat lebih
dominan.
Suatu bangsa yang disatukan secara ideologi maupun politik dalam sebuah bentuk
kekuasaan dan disebut dengan negara, belum berarti masyarakatnya juga sudah menyatu
pada satu nilai kebangsaannya. Perbedaan dalam memahami nilai persatuan dalam satu
kebangsaan dari masing-masing anggota masyarakat juga sangat berbeda. Sesuai dengan
kodrat penciptaan manusia, perbedaan-perbedaan itulah yang menyebabkan hidup ini
menjadi lebih indah.
Masing-masing orang punya kelebihan dan kekurangan.
Menyatukan semua kelebihan dan menghilangkan semua kekurangan adalah hal yang
mustahil karena mengingkari kodrat penciptaan itu sendiri. Bangunan yang terbaik dari
kelompok manusia adalah merekat sisi baik dan sisi kelemahannya secara bersamaan,
karena baik atau buruk dalam suatu kejadian pasti ada maknanya bagi keberlanjutan
kehidupan itu sendiri. Yang diperlukan adalah saling memahami terhadap adanya
perbedaan tersebut, serta dapat menghargai bahwa pada perbedaan terdapat ujian bagi
manusia untuk menghargai nilai kemanusiaan itu sendiri.
Bangsa Asia mungkin saja berasal dari akar budaya yang sama. Setelah melalui
rentang waktu lama, masing-masing bangsa mulai menemukan jati dirinya sendiri.
Kelebihan yang dimiliki satu bangsa akan dilengkapi oleh kekurangan dari satu bangsa
yang lain. Selama masih menghargai nilai kemanusiaan, maka bangsa yang lebih maju
akan tetap menghormati bangsa yang belum beruntung. Falsafah Jawa untuk
memanusiakan manusia merupakan perekat yang baik bagi membina hubungan sosial dan
kemasyarakatan antar manusia dan antar negara.
Hidup pada era globalisasi ini mengharuskan setiap bangsa untuk menghormati
bangsa yang lain. Tidak ada bangsa yang bisa hidup sendiri. Alam mengajarkan
bagaimana daun menerima gas sisa pembakaran dan mengembalikannya dalam bentuk
oksigen yang dibutuhkanoleh semua makhluk. Berikan yang baik maka kita akan
menerima yang terbaik. Beban membangun dunia masa depan jelas tidak akan mungkin
dengan satu pola, walau merupakan bukti dari hasil pilihan terbaik yang dilakukan oleh
satu bangsa. Namun yang terbaik adalah bila kita dapat menentukan kesepakatan hal
terbaik apa yang bisa kita lakukan agar dunia dan kehidupan ini menjadi lebih baik.
Tentunya masing-masing bangsa harus mampu memberikan sisi terbaik dari mosaik
kebaikan yang dimiliki masyarakatnya.
References
Antara News, (2010). Kata Mutiara Rangsang Simulasi Intelektual, Senin, 25 Oktober
2010 11:00 WIB, Retrieved November 10 from www:

Page 16 of 17

http://antaranews.com/ANTARA News Kata Mutiara Rangsang Simulasi
Intelektual.mht. senin, 25 Oktober 2010 11:00
Harahap Basyral Hamidy, (2007). Holong Mengalap Holong, retirieved November 15,
2010 from http://basyral-hamidy-harahap.com/blog/index.php?itemid=26 Blog of
Basyral Hamidy Harahap, basyralharahap@centrin.net.id
Imam Budi Santosa, (2009). Kumpulan Peribahasa Indonesia dari Aceh sampai
Papua, Yogyakarta: Indonesia Tera
Muarif, (2009). Rahasia Sukses Orang Minang di Perantauan, Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Munandar, A. A (2009). Kawasan Asia Tenggara Dalam Dinamika Sejarah
Kebudayaan, retrieved November 1, 2010 from http://www.fib.ui.ac.id/ index. php?
option
=com_content&view=article&id=192:kawasan-asia-tenggara-dalamdinamika-sejarah-kebudayaan&catid=39:artikel-ilmiah&
Itemid=122&lang=inID
Sadikin, Mustofa, S.S. (2010). Kumpulan Sastra Indonesia Edisi Terlengkap, Jakarta:
Gudang Ilmu
Setyo Untoro, (2009).
Peribahasa Bahasa-Bahasa Daerah Sebagai Cermin
Keanekaragaman Budaya Indonesia, retrieved Desember 1 from www:
http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01 090 -Setyo-Untoro-Pusat-BahasaPeribahasa-Bahasa-bahasa-Daerah-.-.-..pdf
Simuh,(2000). Keunikan Interaksi Islam dan Budaya Jawa, retrieved November 15
2010
from
www:
http://www.heritageofjava.com/ebook/Keunikan
Interaksi_Islam_dan_Budaya_jawa.pdf
Soemantri, T.K (2008) Bahasa (Masihkah) Menunjukkan Bangsa? , Retrieved November
15, 2010 from WWW: http://guyubbahasa.blogspot.com/
Tim Penyusun, (2008). Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa, retrieved November 10, 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa, retrieved November 10, 2010
http://www.goodreads.com/book/show/1975463.Psikologi_Jawa, retrieved November 10,
2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minangkabau, retrieved November 20, 2010
http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Angkola-Mandailing, retrieved November 20, 2010

Page 17 of 17