Akalah Pengembangan Moral Anak Usia Dini
akalah Pengembangan Moral Anak Usia Dini
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran anak usia dini sangat berbeda dengan pembelajaran orang
dewasa.Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:
1.
Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka
perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam
kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari
cara sederhana ke rumit, konkrit ke ab
strak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk
mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis
kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan
kebutuhan
2.
masing-masing
anak.
Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia
dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/
bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain
anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek
yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
Ketika
bermain
anak
membangun
pengertian
yang
berkaitan
dengan
pengalamannya.
4. Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an
antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan
perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.
Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan
bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh
aspek
perkembangan
dapat
berkembang
secara
berkelanjutan,
dengan
memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.
5. Lingkungan Kondusif
Lingkungan
pembelajaran
harus
diciptakan
sedemikian
menarik
dan
menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan
menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan.
Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak
dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak
anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan
pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya,
yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain
ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik
budaya
masing-masing
anak.
6. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.
Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling
dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.
7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan
yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran
hendaknya
merupakan
subjek
dilakukan
secara
dalam
demokratis,
mengingat
proses
anak
pembelajaran.
8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap
kegiatan
untuk
menstimulasi
perkembangan
potensi
anak,
perlu
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan
berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi
dengan
benda-benda
di
9. Mengembangkan Kecakapan Hidup
lingkungan
sekitarnya.
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup
melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan
menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan
dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
10. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi
untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan
teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong
anak menyenangi belajar.
Dari semua prinsip pembelajaran anak usia dini tersebut kita perlu merancang
sebuah pendekatan yang mampu mengembangkan segala aspek perkembangan
anak baik itu nilai agama moral,motorik,bahasa,sosial emosional. Untuk itu kami
dari kelompok mencoba merancang sebuah cara/metode pendekatan dalam
rangka mengembangkan nilai moral dan agama yang telah ada pada diri anak
berupa pendekatan inovatif(terbaru)
B . Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari
penjelasan dalam makalah ini, dalam hal ini manfaat penelitian dari penulisan
makalah ini terbagi dua yaitu: Manfaat untuk penulis itu sendiri, manfaat dari
yang mambaca. Manfaat untuk penulis adalah untuk mengetahui dan mendalami
bagaimana sebenarnya pendekatan inovatif dalam mengembangkan nilai moral
agama anak. Sedangkan manfaat dari pembaca adalah untuk mendapatkan
informasi, berbagi pengetahuan dan juga mengetahui alasan kenapa perlu
dirancang pendekatan inovatif tersebut
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, maka dapat penulis rumuskan
permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu “pendekatan inovatif dalam
rangka pengemabangan nilai moral anak usia dini
D. Pembatasan Masalah
·
. Kajian empirik mengenai pendekatan inovatif itu sendiri
·
Inovasi pengembangan pembelajaran moral anak usia dini
·
Substansi inovasi pengembangan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak
·
Pendekatan inovatif dalam pembelajaran moral, agama
·
Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
E. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok
pembahasan, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan
makalah.
Bab II. Isi
Berisikan dasar teori yang mendasari keseluruhan topik makalah ini serta yang
terhubung dengan pendekatan inovatif dalam pembelajaran anak usia dini
Bab III. Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari peneliti.
PENDEKATAN INOVATIF UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA
BAGI ANAK TAMAN KANAK-KANAK
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan
program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai agama
berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinannya.
Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik.
Program kegiatan pembelajaran nilai-nilai agama yang paling tepat adalah :
1. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Rutin
2. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Terintegrasi
3. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Khusus
A. Kajian empirik
Untuk melaksanakan ketiga program tersebut ada beberapa persyaratan
yang perlu dimiliki guru : mempelajari berbagai pendekatan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, menyiapkan kurikulum yang
komprehensif, dan adanya kesinambungan antara satu program pengembangan
dengan program lainnya.
Wujud dari penerapan ketiga pertimbangan itu adalah guru dapat
menerapkan pendekatan pembelajaran nilai-nilai agama secara terpadu dalam
penyampaian materi bidang kemampuan dasar umum (bahasa, daya piker,
keterampilan, dan jasmani). Namun sangat disayangkan hingga saat ini kurikulum
yang dijadikan acuan kita, masih belum secara tegas dan rinci menyajikan materi
nilai-nilai keagamaan. Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanakkanak tahun 1994 hanya memberikan pedoman umum tentang penyelenggaraan
pengembangan/pembelajaran kepribadian secara implisit, tanpa memberikan
rincian materi dan target yang jelas. Akhirnya puncak persoalan itu membuahkan
adanya ketidakseragaman dalam pencapaian target kompetensi standar nilainilai
agama di Taman Kanak-kanak, penyajian materi pengembangan nila-nilai agama
yang kurang tepat sasaran, penerapan metode yang tidak sesuai dengan
perkembangan anak, dan mengakibatkan munculnya sikap anak yang seolah-olah
kurang peduli dan tidak antusias dalam mengikuti program pengembangan
tersebut karena terkesan terpaksa.
B. Inovasi pengembangan
Menurut arti kamus (John M. Echols : 1995) ‘Inovasi’ memiliki makna
pembaharuan, perubahan (secara) baru. Jadi bila dihubungkan dengan masalah
kurikulum, maka perlu adanya perubahan dan pembaharuan dalam penyusunan
kurikulum. Sedangkan menurut M. Ansyar et. Al. (1993), inovasi adalah gagasan,
perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu dan pada suatu
jangka waktu tertentu, untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan
pembelajaran
adalah
munculnya berbagai
kendala
dan
kelemahan,
serta
kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu
berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk
menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan.
C. Substansi inovasi pengembangan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak
Conny R. Semiawan (1995), memberi alternative inovasi dalam rangka
meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik, antara
lain :
1. perlu adanya kurikulum terpadu (integrated curriculum)
2. perlu adanya pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learnig)
3. perlu adanya hari terpadu (integrated day)
1. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Dari segi konsep, Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman
Kanak-kanak tahun 1994telah memenuhi kebutuhan anak dalam belajar sambil
bermain di Taman Kanakkanak. Namun, untuk materi pengembangan nilai-nilai
agama, hingga saat ini masih belum mencantum secara rinci dan pasti. Dalam
pandangan kurikulum seyogianya hal tersebut harus ada dan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh, serta antara satu tema atau kemampuan,
dapat dihubungkan dengan teman atau kemampuan yang lainnya.
2. Pendekatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)
Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang dapat
diterapkan pada saat penyampaian materi pelajaran kepada anak. Pendekatan ini
menghendaki adanya kreativitas guru untuk menghubungkan satu tema yang
sedang dipelajari dengan tema yang lain. Sehingga tanpa disadari anak akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
3. Hari Terpadu (Integrated Day)
Dari kenyataan yang terjadi di lapangan apa yang telah kita lakukan ketika
membuat satuan kegiatan harian, pada prinsipnya telah menggambarkan adanya
suatu program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak yang mengarah
pada hari terpadu. Jadi, ketika kita merancang satuan kegiatan harian tersebut,
materi nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai di setiap kegiatan yang guru
dan anak akan lakukan.
Perencanaan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak
The Liang Gie (1972) mengartikan perencanaan sebagai suatu aktivitas
yang menggambarkan (dimuka) hal-hal yang harus dikerjakan dan cara
mengerjakannya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan dari penyusunan perencanaan pengembangan pembelajaran meliputi
: Guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
system.
Guru dapat menjajagi dan mengontrol seluruh proses belajar yang akan
berlangsung/terjadi. Guru dapat meningkatkan kadar kreativitas anak.
Guru dapat menggunakan media pembelajaran secara integral. Guru dapat
menghindarkan diri dari lupa dan kebimbangan selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung. Anak didik dapat dipersiapkan terlebih dahulu untuk menerima dan
mengkaji suatu bahan/materi pembelajaran.
Proses kegiatan belajar mengajar akan lebih lancar.
Perencanaan pengembangan nilai-nilai agama pada anak taman kanak-kanak
dapat disisipkan melalui pembuatan SKM Merupakan kajian analisis isi Garis-garis
Besar Program Kegiatan Belajar yang diterjemahkan dalam bentuk format
pengelompokan kemampuan dasar yang dihubungkan dengan tema-tema yang
harus diajarkan kepada anak didik. Langkah-langkah pembuatan SKM: Hitunglah
tanda ceklist yang ada pada setiap kemampuan yang ingin dicapai dari tema yang
akan dibicarakan untuk pengembangan Kemampuan Dasar Anak, bahasa, daya
pikir, keterampilan, dan jasmani. Membagi kemampuan yang diharapkan tersebut
sesuai
dengan
jumlah
pecan
yang
ada
dari
setiap
tema
yang
dipilih
Mendistribusikan kemampuan yang harus dikuasai anak dalam satu pekan untuk
setiap sub tema, dengan memperhatikan kemampuan dan minat anak, serta bobot
masing-masing kemampuan. Menuliskan nomor kode masing-masing kemampuan
yang ada dalam GBPKB yang hendak dicapai setiap pecan untuk hari pertama dan
seterusnya. Memilih dan menentukan kegiatan berdasarkan kemampuan yang
ingin dicapai dan mengintegrasikan dengan materi nilai-nilai ajaran agama.
Menuliskan seluruh sub tema yang dibicarakan secara ringkas. SKH Adalah
rancangan kegiatan untuk satu hari yang merupakan penjabaran dari SKM yang
harus diuraikan lebih lanjut oleh guru dan mengandung unsure kegiatan, waktu,
kemampuan, media, metode, dan penilaian. Dilakukan melalui pembahasan tema
yang diambil mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak sampai yang
terjauh. Terdiri dari; Kegiatan Pembukaan.
Merupakan kegiatan untuk pemanasan dan bersifat klasikal. Kegiatan Inti
Merupakan pusat dari keaktifan dan kreatifitas anak waktu pengembangan, dan
kemampuan social emosional anak.
Kegiatan Istirahat/Makan. Kegiatan Penutup..
Kegiatan Istirahat/Makan.
Pendekatan inovatif dalam pembelajaran moral, agama
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat
dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi
inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai
kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan
penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Untuk melaksanakan program pembelajaran nilai-nilai agama tersebut guru
harus
mempelajari
perkembangan
dan
berbagai
pendekatan
kebutuhan
anak
didik,
yang
sesuai
menyiapkan
dengan
tingkat
kurikulum
yang
komprehensif, dan adanya kesinambungan antar satu program pengembangan
dengan program lainnya.
Alternatif inovasi dalam rangka meningkatkan efektifitas kegiatan belajar
mengajar bagi peserta didik adalah perlu adanya kurikulum terpadu (integrated
curriculum), pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning), dan hari
terpadu (integrated day).
Prinsip-prinsip Inovasi untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Taman Kanakkanak
Beberapa inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan
nilai-nilai agama bagi anak Taman Kanak-kanak antara lain: pengalaman belajar,
belajar aktif, dan belajar proses.
Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka
mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah sebagai berikut:
1.
kasih sayang
2.
perlindungan dan perawatan,
3.
waktu yang diberikan kepada anak
4.
lingkungan belajar yang kondusif,
5.
belajar bersikap adalah belajar nilai, dan
6.
belajar moral di usia dini.
Upaya tersebut didasarkan pada prinsip developmentally appropriate
practice dan prinsip enjoyable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi pendekatan dan
pengembangan nilai-nilai agama pada anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai
berikut:
1.
berorientasi pada kebutuhan anak
2.
belajar melalui bermain
3.
kreatif dan inovatif
4.
lingkungan yang kondusif
5.
mernggunakan pembelajaran terpadu
6.
mengembangkan keterampilan hidup
7.
menggunakan berbagai media dan sumber belajar, serta
8.
pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, diperlukan
berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan pendekatan ini berfungsi
sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan pendekatan, guru perlu
mempertimbangkan
berbagai
hal
seperti
tujuan
yang
hendak
dicapai,
karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak dikembangkan,
pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang dipilih.
Pembelajaran konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan
mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran konstekstual
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah:
konstruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya.
Beberapa model pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak
Taman Kanak-kanak antara lain: bermain peran, karyawisata, bercakap-cakap,
demonstrasi, proyek, bercerita, pemberian tugas dan keteladanan serta
bernyanyi.
Penyusunan
disain
pembelajaran
nilai-nilai
keagamaan
ini
harus
mempertimbangkan berbagai hal diantaranya: kesesuaian tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, berorientasi
pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan standar dan mengacu pada
tujuan dan hasil belajar yang nyata/riil (authenthic assessment).
Hal-hal yang harus tercantum dalam format pembelajaran nilai-nilai
keagamaan adalah: tema, subtema, kelas/semester, kompetensi dasar, hasil
belajar, indikator, metode/teknik, KBM, media pendukung, target kompetensi,
dan penilaian yang meliputi lembar observasi dan waktu penilaian.
Penilaian itu menekankan pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan anak pada
saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik penilaian yang ideal adalah
dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, bisa digunakan
untuk formatif performasi, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan
sebagai feed back.
Untuk menjaring data hasil belajar, Anda dapat menggunakan hal-hal yang
bisa memberikan masukan penilaian prestasi anak seperti: hasil dari kegiatan/
proyek, pekerjaan rumah, karya wisata, penampilan anak, demonstrasi dan
catatan observasi.
Instrumen yang dapat guru digunakan untuk penilaian di Taman Kanakkanak dengan memperhatikan sifat dan karakteristiknya adalah hasil kerja anak
(portofolio) yang meliputi hasil karya, hasil penugasan, kinerja anak, tes tertulis,
dan format observasi.
Alat penilaian yang digunakan untuk menilai bidang pengembangan nilai-nilai
agama adalah sebagai berikut: pengamatan (observasi) dan pencatatan anekdot
(anecdotal record), penugasan melalui tes perbuatan, pertanyaan lisan dan
menceritakan kembali.
Hal-hal yang dapat dicatat guru sebagai bahan penilaian adalah: anak-anak
yang belum dapat menyelesaikan tugas dan anak-anak yang dapat menyelesaikan
tugas dengan cepat, kebiasaan/perilaku anak yang belum sesuai dengan yang
diharapkan dan kejadian-kejadian penting yang terjadi pada hari penulisan
pelaporan hasil penilaian pada laporan perkembangan anak. Sebelum uraian
(deskripsi), terlebih dahulu dilaporkan perkembangan anak secara umum untuk
tiap-tiap program pengembangan. Untuk laporan secara lisan dapat dilaksanakan
dengan bertatap muka dan mengadakan hubungan atau informasi timbal balik
antara pihak TK dan orang tua/wali dari si anak
BAB III
PENUTUP
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan
program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai agama
berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinannya.
Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik.
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat
dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi
inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai
kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan
penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan
pembelajaran
adalah
munculnya berbagai
kendala
dan
kelemahan,
serta
kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu
berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk
menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran anak usia dini sangat berbeda dengan pembelajaran orang
dewasa.Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:
1.
Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka
perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam
kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari
cara sederhana ke rumit, konkrit ke ab
strak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk
mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis
kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan
kebutuhan
2.
masing-masing
anak.
Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia
dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/
bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain
anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek
yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
Ketika
bermain
anak
membangun
pengertian
yang
berkaitan
dengan
pengalamannya.
4. Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an
antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan
perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.
Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan
bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh
aspek
perkembangan
dapat
berkembang
secara
berkelanjutan,
dengan
memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.
5. Lingkungan Kondusif
Lingkungan
pembelajaran
harus
diciptakan
sedemikian
menarik
dan
menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan
menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan.
Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak
dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak
anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan
pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya,
yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain
ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik
budaya
masing-masing
anak.
6. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.
Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling
dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.
7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan
yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran
hendaknya
merupakan
subjek
dilakukan
secara
dalam
demokratis,
mengingat
proses
anak
pembelajaran.
8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap
kegiatan
untuk
menstimulasi
perkembangan
potensi
anak,
perlu
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan
berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi
dengan
benda-benda
di
9. Mengembangkan Kecakapan Hidup
lingkungan
sekitarnya.
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup
melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan
menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan
dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
10. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi
untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan
teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong
anak menyenangi belajar.
Dari semua prinsip pembelajaran anak usia dini tersebut kita perlu merancang
sebuah pendekatan yang mampu mengembangkan segala aspek perkembangan
anak baik itu nilai agama moral,motorik,bahasa,sosial emosional. Untuk itu kami
dari kelompok mencoba merancang sebuah cara/metode pendekatan dalam
rangka mengembangkan nilai moral dan agama yang telah ada pada diri anak
berupa pendekatan inovatif(terbaru)
B . Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari
penjelasan dalam makalah ini, dalam hal ini manfaat penelitian dari penulisan
makalah ini terbagi dua yaitu: Manfaat untuk penulis itu sendiri, manfaat dari
yang mambaca. Manfaat untuk penulis adalah untuk mengetahui dan mendalami
bagaimana sebenarnya pendekatan inovatif dalam mengembangkan nilai moral
agama anak. Sedangkan manfaat dari pembaca adalah untuk mendapatkan
informasi, berbagi pengetahuan dan juga mengetahui alasan kenapa perlu
dirancang pendekatan inovatif tersebut
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, maka dapat penulis rumuskan
permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu “pendekatan inovatif dalam
rangka pengemabangan nilai moral anak usia dini
D. Pembatasan Masalah
·
. Kajian empirik mengenai pendekatan inovatif itu sendiri
·
Inovasi pengembangan pembelajaran moral anak usia dini
·
Substansi inovasi pengembangan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak
·
Pendekatan inovatif dalam pembelajaran moral, agama
·
Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
E. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok
pembahasan, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan
makalah.
Bab II. Isi
Berisikan dasar teori yang mendasari keseluruhan topik makalah ini serta yang
terhubung dengan pendekatan inovatif dalam pembelajaran anak usia dini
Bab III. Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari peneliti.
PENDEKATAN INOVATIF UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA
BAGI ANAK TAMAN KANAK-KANAK
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan
program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai agama
berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinannya.
Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik.
Program kegiatan pembelajaran nilai-nilai agama yang paling tepat adalah :
1. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Rutin
2. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Terintegrasi
3. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Khusus
A. Kajian empirik
Untuk melaksanakan ketiga program tersebut ada beberapa persyaratan
yang perlu dimiliki guru : mempelajari berbagai pendekatan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, menyiapkan kurikulum yang
komprehensif, dan adanya kesinambungan antara satu program pengembangan
dengan program lainnya.
Wujud dari penerapan ketiga pertimbangan itu adalah guru dapat
menerapkan pendekatan pembelajaran nilai-nilai agama secara terpadu dalam
penyampaian materi bidang kemampuan dasar umum (bahasa, daya piker,
keterampilan, dan jasmani). Namun sangat disayangkan hingga saat ini kurikulum
yang dijadikan acuan kita, masih belum secara tegas dan rinci menyajikan materi
nilai-nilai keagamaan. Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanakkanak tahun 1994 hanya memberikan pedoman umum tentang penyelenggaraan
pengembangan/pembelajaran kepribadian secara implisit, tanpa memberikan
rincian materi dan target yang jelas. Akhirnya puncak persoalan itu membuahkan
adanya ketidakseragaman dalam pencapaian target kompetensi standar nilainilai
agama di Taman Kanak-kanak, penyajian materi pengembangan nila-nilai agama
yang kurang tepat sasaran, penerapan metode yang tidak sesuai dengan
perkembangan anak, dan mengakibatkan munculnya sikap anak yang seolah-olah
kurang peduli dan tidak antusias dalam mengikuti program pengembangan
tersebut karena terkesan terpaksa.
B. Inovasi pengembangan
Menurut arti kamus (John M. Echols : 1995) ‘Inovasi’ memiliki makna
pembaharuan, perubahan (secara) baru. Jadi bila dihubungkan dengan masalah
kurikulum, maka perlu adanya perubahan dan pembaharuan dalam penyusunan
kurikulum. Sedangkan menurut M. Ansyar et. Al. (1993), inovasi adalah gagasan,
perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu dan pada suatu
jangka waktu tertentu, untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan
pembelajaran
adalah
munculnya berbagai
kendala
dan
kelemahan,
serta
kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu
berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk
menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan.
C. Substansi inovasi pengembangan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak
Conny R. Semiawan (1995), memberi alternative inovasi dalam rangka
meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik, antara
lain :
1. perlu adanya kurikulum terpadu (integrated curriculum)
2. perlu adanya pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learnig)
3. perlu adanya hari terpadu (integrated day)
1. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Dari segi konsep, Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman
Kanak-kanak tahun 1994telah memenuhi kebutuhan anak dalam belajar sambil
bermain di Taman Kanakkanak. Namun, untuk materi pengembangan nilai-nilai
agama, hingga saat ini masih belum mencantum secara rinci dan pasti. Dalam
pandangan kurikulum seyogianya hal tersebut harus ada dan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh, serta antara satu tema atau kemampuan,
dapat dihubungkan dengan teman atau kemampuan yang lainnya.
2. Pendekatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)
Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang dapat
diterapkan pada saat penyampaian materi pelajaran kepada anak. Pendekatan ini
menghendaki adanya kreativitas guru untuk menghubungkan satu tema yang
sedang dipelajari dengan tema yang lain. Sehingga tanpa disadari anak akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
3. Hari Terpadu (Integrated Day)
Dari kenyataan yang terjadi di lapangan apa yang telah kita lakukan ketika
membuat satuan kegiatan harian, pada prinsipnya telah menggambarkan adanya
suatu program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak yang mengarah
pada hari terpadu. Jadi, ketika kita merancang satuan kegiatan harian tersebut,
materi nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai di setiap kegiatan yang guru
dan anak akan lakukan.
Perencanaan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak
The Liang Gie (1972) mengartikan perencanaan sebagai suatu aktivitas
yang menggambarkan (dimuka) hal-hal yang harus dikerjakan dan cara
mengerjakannya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan dari penyusunan perencanaan pengembangan pembelajaran meliputi
: Guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
system.
Guru dapat menjajagi dan mengontrol seluruh proses belajar yang akan
berlangsung/terjadi. Guru dapat meningkatkan kadar kreativitas anak.
Guru dapat menggunakan media pembelajaran secara integral. Guru dapat
menghindarkan diri dari lupa dan kebimbangan selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung. Anak didik dapat dipersiapkan terlebih dahulu untuk menerima dan
mengkaji suatu bahan/materi pembelajaran.
Proses kegiatan belajar mengajar akan lebih lancar.
Perencanaan pengembangan nilai-nilai agama pada anak taman kanak-kanak
dapat disisipkan melalui pembuatan SKM Merupakan kajian analisis isi Garis-garis
Besar Program Kegiatan Belajar yang diterjemahkan dalam bentuk format
pengelompokan kemampuan dasar yang dihubungkan dengan tema-tema yang
harus diajarkan kepada anak didik. Langkah-langkah pembuatan SKM: Hitunglah
tanda ceklist yang ada pada setiap kemampuan yang ingin dicapai dari tema yang
akan dibicarakan untuk pengembangan Kemampuan Dasar Anak, bahasa, daya
pikir, keterampilan, dan jasmani. Membagi kemampuan yang diharapkan tersebut
sesuai
dengan
jumlah
pecan
yang
ada
dari
setiap
tema
yang
dipilih
Mendistribusikan kemampuan yang harus dikuasai anak dalam satu pekan untuk
setiap sub tema, dengan memperhatikan kemampuan dan minat anak, serta bobot
masing-masing kemampuan. Menuliskan nomor kode masing-masing kemampuan
yang ada dalam GBPKB yang hendak dicapai setiap pecan untuk hari pertama dan
seterusnya. Memilih dan menentukan kegiatan berdasarkan kemampuan yang
ingin dicapai dan mengintegrasikan dengan materi nilai-nilai ajaran agama.
Menuliskan seluruh sub tema yang dibicarakan secara ringkas. SKH Adalah
rancangan kegiatan untuk satu hari yang merupakan penjabaran dari SKM yang
harus diuraikan lebih lanjut oleh guru dan mengandung unsure kegiatan, waktu,
kemampuan, media, metode, dan penilaian. Dilakukan melalui pembahasan tema
yang diambil mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak sampai yang
terjauh. Terdiri dari; Kegiatan Pembukaan.
Merupakan kegiatan untuk pemanasan dan bersifat klasikal. Kegiatan Inti
Merupakan pusat dari keaktifan dan kreatifitas anak waktu pengembangan, dan
kemampuan social emosional anak.
Kegiatan Istirahat/Makan. Kegiatan Penutup..
Kegiatan Istirahat/Makan.
Pendekatan inovatif dalam pembelajaran moral, agama
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat
dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi
inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai
kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan
penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Untuk melaksanakan program pembelajaran nilai-nilai agama tersebut guru
harus
mempelajari
perkembangan
dan
berbagai
pendekatan
kebutuhan
anak
didik,
yang
sesuai
menyiapkan
dengan
tingkat
kurikulum
yang
komprehensif, dan adanya kesinambungan antar satu program pengembangan
dengan program lainnya.
Alternatif inovasi dalam rangka meningkatkan efektifitas kegiatan belajar
mengajar bagi peserta didik adalah perlu adanya kurikulum terpadu (integrated
curriculum), pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning), dan hari
terpadu (integrated day).
Prinsip-prinsip Inovasi untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Taman Kanakkanak
Beberapa inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan
nilai-nilai agama bagi anak Taman Kanak-kanak antara lain: pengalaman belajar,
belajar aktif, dan belajar proses.
Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka
mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah sebagai berikut:
1.
kasih sayang
2.
perlindungan dan perawatan,
3.
waktu yang diberikan kepada anak
4.
lingkungan belajar yang kondusif,
5.
belajar bersikap adalah belajar nilai, dan
6.
belajar moral di usia dini.
Upaya tersebut didasarkan pada prinsip developmentally appropriate
practice dan prinsip enjoyable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi pendekatan dan
pengembangan nilai-nilai agama pada anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai
berikut:
1.
berorientasi pada kebutuhan anak
2.
belajar melalui bermain
3.
kreatif dan inovatif
4.
lingkungan yang kondusif
5.
mernggunakan pembelajaran terpadu
6.
mengembangkan keterampilan hidup
7.
menggunakan berbagai media dan sumber belajar, serta
8.
pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, diperlukan
berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan pendekatan ini berfungsi
sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan pendekatan, guru perlu
mempertimbangkan
berbagai
hal
seperti
tujuan
yang
hendak
dicapai,
karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak dikembangkan,
pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang dipilih.
Pembelajaran konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan
mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran konstekstual
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah:
konstruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya.
Beberapa model pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak
Taman Kanak-kanak antara lain: bermain peran, karyawisata, bercakap-cakap,
demonstrasi, proyek, bercerita, pemberian tugas dan keteladanan serta
bernyanyi.
Penyusunan
disain
pembelajaran
nilai-nilai
keagamaan
ini
harus
mempertimbangkan berbagai hal diantaranya: kesesuaian tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, berorientasi
pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan standar dan mengacu pada
tujuan dan hasil belajar yang nyata/riil (authenthic assessment).
Hal-hal yang harus tercantum dalam format pembelajaran nilai-nilai
keagamaan adalah: tema, subtema, kelas/semester, kompetensi dasar, hasil
belajar, indikator, metode/teknik, KBM, media pendukung, target kompetensi,
dan penilaian yang meliputi lembar observasi dan waktu penilaian.
Penilaian itu menekankan pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan anak pada
saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik penilaian yang ideal adalah
dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, bisa digunakan
untuk formatif performasi, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan
sebagai feed back.
Untuk menjaring data hasil belajar, Anda dapat menggunakan hal-hal yang
bisa memberikan masukan penilaian prestasi anak seperti: hasil dari kegiatan/
proyek, pekerjaan rumah, karya wisata, penampilan anak, demonstrasi dan
catatan observasi.
Instrumen yang dapat guru digunakan untuk penilaian di Taman Kanakkanak dengan memperhatikan sifat dan karakteristiknya adalah hasil kerja anak
(portofolio) yang meliputi hasil karya, hasil penugasan, kinerja anak, tes tertulis,
dan format observasi.
Alat penilaian yang digunakan untuk menilai bidang pengembangan nilai-nilai
agama adalah sebagai berikut: pengamatan (observasi) dan pencatatan anekdot
(anecdotal record), penugasan melalui tes perbuatan, pertanyaan lisan dan
menceritakan kembali.
Hal-hal yang dapat dicatat guru sebagai bahan penilaian adalah: anak-anak
yang belum dapat menyelesaikan tugas dan anak-anak yang dapat menyelesaikan
tugas dengan cepat, kebiasaan/perilaku anak yang belum sesuai dengan yang
diharapkan dan kejadian-kejadian penting yang terjadi pada hari penulisan
pelaporan hasil penilaian pada laporan perkembangan anak. Sebelum uraian
(deskripsi), terlebih dahulu dilaporkan perkembangan anak secara umum untuk
tiap-tiap program pengembangan. Untuk laporan secara lisan dapat dilaksanakan
dengan bertatap muka dan mengadakan hubungan atau informasi timbal balik
antara pihak TK dan orang tua/wali dari si anak
BAB III
PENUTUP
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan
program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai agama
berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinannya.
Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik.
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat
dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi
inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai
kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan
penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan
pembelajaran
adalah
munculnya berbagai
kendala
dan
kelemahan,
serta
kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu
berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk
menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan