Sistem Politik (3) Sistem Politik (3) Sistem Politik (3)

SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA
Materi Perkuliahan Sistem Politik Indonesia
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya.
Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi
diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya
terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem
politik merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang
memiliki tantangan dan tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti
dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan
melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus
dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan
pengambilan keputusan
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19
melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli
politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa

dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi input
menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara
maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika
datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah
berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian
rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan
dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai
pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku
individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering
memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian
regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.

4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif

membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat
pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output,
output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya
partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam
dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas
ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini
negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan)
kepada negara-negara berkembang.
Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan
pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:
a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya
agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti yang
digunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau
tradisionalistik.
b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik
PROSES POLITIK DI INDONESIA
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa
berikut ini:

- Masa prakolonial
- Masa kolonial (penjajahan)
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Demokrasi Pancasila
- Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :
· Penyaluran tuntutan
· Pemeliharaan nilai
· Kapabilitas
· Integrasi vertikal
· Integrasi horizontal
· Gaya politik
· Kepemimpinan

· Partisipasi massa
· Keterlibatan militer
· Aparat negara
· Stabilitas
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

1. Masa prakolonial (Kerajaan)
· Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi
· Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan
· Kapabilitas – SDA melimpah
· Integrasi vertikal – atas bawah
· Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan
· Gaya politik - kerajaan
· Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan
· Partisipasi massa – sangat rendah
· Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang
· Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
· Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)
· Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi
· Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham
· Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
· Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis
· Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
· Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
· Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat

· Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada
· Keterlibatan militer – sangat besar
· Aparat negara – loyal kepada penjajah
· Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal

· Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani
· Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi
· Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial
· Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
· Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator
· Gaya politik - ideologis
· Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928
· Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
· Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil
· Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
· Stabilitas - instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
· Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
· Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah

· Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
· Integrasi vertikal – atas bawah
· Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,
· Gaya politik – ideolog, nasakom
· Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik
· Partisipasi massa - dibatasi
· Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan
· Aparat negara – loyal kepada negara
· Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
· Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
· Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
· Kapabilitas – sistem terbuka
· Integrasi vertikal – atas bawah
· Integrasi horizontal - nampak
· Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan

· Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI
· Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
· Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI

· Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)
· Stabilitas stabil
6. Masa Reformasi
· Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuhi
· Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM tinggi
· Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah
· Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
· Integrasi horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)
· Gaya politik - pragmatik
· Kepemimpinan – sipil, purnawiranan, politisi
· Partisipasi massa - tinggi
· Keterlibatan militer - dibatasi
· Aparat negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah
· Stabilitas - instabil

Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif
atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni
suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap
di antara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat
dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa

melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem
politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya
merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan
merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan mengubah sudut pandang maka
sistem politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku
politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam
sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam
model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah
oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberian oleh
pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka
efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi
rakyat.

Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari
kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak
membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.

PENGERTIAN SISTEM POLITIK
Sistem

Suatu kesatuan yang mengandung unsur-unsur atau elemen-elemen atau bagian-bagian yang
terikat dalam satu kesatuan dan saling bergantung
Politik
Sedangkan kata politik berasal dari bahasa yunani, yaitu polis, polis adalah kata yang
berstatus negara/negara kota yang kegiatanya untuk kelestarian dan perkembangan
kotanya.Adapun pengertian politik menurut Ramlan Surbakti adalah proses interaksi antara
pemerintah dan masyarakat untuk mnentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang
tinggal dalam suatu wilayah tertentu
Sumber: LKS PKN ,halaman 49 ,paragraf 1
Sistem Politik
Pengertian Sistem Politik Menurut Para Ahli
a. Sukarna
Sistem politik adalah suatu tata cara untuk mengatur atau mengolah bagaiana memperoleh
suatu kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dan rakyat atau sebaliknya,
pengaturan negara dengan negara, atau negara dengan rakyatnya.
b. Robert dahl
Sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan antara manusia serta melibatkan
sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan.
c. David easton
Sistem politik adalah interaksi yang diabstraksikan dari seluruh tingkah laku sosial sehingga

nilai-nilai dialosikan secara otoritatif kepada masyarakat
d. Rusadi kantaprawira
Sistim politik merupakan mekanisme atau cara kerja serangkaian fungsi atau peranan dalam
sistim politik yang berhubungan atau sama lain dan menunjukan suatu proses yang langgeng.

Sumber: LKS PKN , halaman 49 ,paragraf 4

Sistem Politik adalah kumpulan pendapat-pendapat dan lain-lain yang membentuk satu
kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara
individu satu sama lainnya atau dengan negara dan hubungan negara dengan negara.
Sumber: http://nofrialfaresita.vv.si/2013/01/pengertian-sistem-politik/

CIRI-CIRI DAN KOMPONEN SISTEM POLITIK
Ciri-Ciri Sistem Politik
Menurut Gabriel A. Almond sistem polit memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kebudayaan politik.
Dalam pengertian bahwa masyarakat yang paling sederhanapun mempunyai sistem politik
yang terdapat dalam masyarakat yang apaling fleksibel sekalipun.
b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun tingkatanya

berbeda-beda yang ditimbulkan karena perbedaan struktur.
c. Semua struktur politik baik pada masyarakat yang primitif maupun modern melaksanakan
banyak fungsi.
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian kebudayaan. Secara
rasional tidak ada struktur dan kebudayaan yang semuanya modern atau primitif, melainkan
dalam pengertian kebudayaan, semuanya campuran antara unsur modern dan unsur
tradisional.

Sumber:LKS PKN , halaman 50 , paragraf 2

Komponen Sisitem Politik
Menurut Samuel P.Huntingon komponen sistem politik meliputi:
1. kultur, yaitu nilai-nilai, sikap, orientasi, mitos dan kepercayaan yang relevan terhadap
politik yang berpenagruh terhadap masyarakat
2. struktur, yaitu organisasi formal dalam masyarakat yang digunakan untuk menjalankan
keputusan-keputusan yang berwenang.

3. kelompok, yaitu bentuk-bentk social dan ekonomi, baik formal maupun nonformal, yang
berpartisipasi dalam mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap struktur politik
4. kepemimpinan, yaitu individu dalam lembaga-lembaga politik dan kelompok-kelompok
politik yang menjalankan pengaruh lebih daripada yang lainnya dalam memberikan alokasi
nilai-nilai
5. kebijakan, yaitu pola-pola kegiatan pemerintahan yang secara sadar terbentuk untuk
mempengaruhi distribusi keuntungan dalam masyarakat

Pengertian sistem politik
a. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Unsur,
Komponen, Atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada dalam keterkaitan yang saling
kait mengait dan fungsional. Sistem dapat diartikan pula sebagai suatu yang lebih tinggi dari
pada sekedar merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode.
b. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata “ polis” (negara kota), yang kemudian berkembang menjadi kata dan
pengertian dalam barbagai bahasa. Aristoteles dalam Politics mengatakan bahwa
“pengamatan pertama – tama menunjukan kepada kita bahwa setiap polis atau negara tidak
lain adalah semacam asosiasi.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar dasar
pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya menyangkut
tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai
politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
c. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang
bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau
kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
Menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau
peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu
proses yang langggeng

Menurut Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang
merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan – hubungan
antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh,
kekuasaan, ataupun wewenang.
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yanh menunjukan suatu proses yang
langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).



Komunisme

Negara komunis adalah istilah yang digunakan oleh ilmuwan politik untuk mendeskripsikan
bentuk pemerintahan, di mana negara tersebut berada dibawah sistem satu partai dan
mendeklarasikan kesetiaan kepada Marxisme-Leninisme-Teposisme-Puputisme, Maoisme.
Negara komunis yang masih ada hingga kini adalah Republik Rakyat Cina (sejak 1949),
Kuba, Korea Utara, Laos dan Vietnam.



Negara kota

Negara-kota adalah suatu wilayah yang dikelola secara eksklusif oleh suatu kota, biasanya
dengan memiliki kedaulatan. Secara historis, negara-kota biasanya merupakan bagian dari
area kultural yang lebih besar, seperti pada negara-kota Yunani Kuno (misalnya Athena,
Sparta, dan Korinthia), kota-kota Finisi Kanaan (seperti Tyre dan Sidon), Suku Maya
Mesoamerika (termasuk lokasi-lokasi seperti Chichen Itza and El Mirador), kota-kota di Asia
Tengah sepanjang Jalur Sutra (termasuk Samarkand dan Bukhara), atau negara-kota Italia
Utara (terutama Firenze dan Venesia).
Saat ini hanya Singapura, Monaco, dan Kota Vatikan yang merupakan negara berdaulat yang
mirip dengan definisi klasik mengenai negara-kota. Beberapa negara berdaulat juga memiliki
wilayah pemerintahan sendiri yang dibatasi pada kota, seperti Berlin di Jerman, Makau dan
Hong Kong di RRC, Distrik Columbia di Amerika Serikat, Distrik Federal Brazilia di Brazil,
Distrik Federal Mexico di Meksiko, serta Gibraltar.



Kediktatoran

Diktator adalah seorang pemimpin negara yang memerintah secara otoriter/tirani dan
menindas rakyatnya. Biasanya seorang diktator naik takhta dengan menggunakan kekerasan,
seringkali dengan sebuah kudeta. Tetapi ada pula diktator yang naik takhta secara demokratis.
Contoh yang paling terkenal adalah Adolf Hitler.iktatorisme adalah sebuah paham yang
artinya diambil dari kata “diktator” artinya orang yang memerintah suatu
negara/pemerintahan dengan hak-hak dan kekuasaan absolut dan -isme yang berarti sebuah

pemahaman maka disimpulkan diktatorisme adalah sebuah paham yang dianut oleh suatu
negara untuk dipimpin oleh seorang pemimpin otoriter yang mempunyai hak dan kewajiban
absolut. Adapun diktatorisme cenderung lebih banyak dipraktikkan di negara-negara Eropa
seperti Jerman, Polandia, Perancis, dan Italia.



Direksional

Republik direksional adalah sebuah negara yang diperintah oleh kolose yang terdiri dari
beberapa orang yang secara bersama-sama menjalankan kekuasaan sebagai Kepala Negara.
Sistem pemerintahan ini berlainan baik dengan presiden dalam republik dan parlemen dalam
republik. Dalam sejarah politik, istilah Directory yang berasal dari bahasa Prancis Directoire,
berlaku bagi lembaga-lembaga tinggi negara secara kolegial terdiri dari beberapa anggota
bertindak seperti Direktur. Sejauh ini yang terkenal adalah Directory Prancis. Namun oleh
Perancis, bentuk ini pemerintah hanya dijalankan daerah jajahan yang berada di wilayah
Eropa.



Feodalisme

Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan
bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja
sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktur
ini disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada Abad Pertengahan, yang
menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (vassal) sebagai penguasa
kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa Latin, feodum) yang ditunjuk oleh
monarki (biasanya raja atau lord).



Kerajaan

Kerajaan, wilayah di mana seorang raja memerintah.



Parlementer

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat
perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana
sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang
terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.



Presidensial

Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan
sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan
terpisah dengan kekuasan legislatif.
Dalam sistem presidensiil, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang
wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara
Amerika Latin dan Amerika Tengah.



Semi-presidensial

Sistem semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem
pemerintahan: presidensiil dan parlementer. Terkadang, sistem ini juga disebut dengan
Dualisme Eksekutif. Dalam sistem ini, presiden dipilih oleh rakyat sehingga memiliki
kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan perdana
menteri. Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima Perancis



Liberalisme

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama.
Pengelompokan Sistem Politik
ALMOND & POWELL, mengklasifikasikan sistem politik menjasi 3, yaitu :
1.
Sistem sistem primitif yang bekerja dengan sebentar sebentar istirahat. Sistem politik
ini sangat kecil kemungkinanya untuk mengubah perananya menjadi terspesialisasi atau lebih
otonom.sistem ini lebih mencerminkan suatu kebudayaan yang samar samar dan bersifat
keagamaan.
2.
Sistem sistem tradisional dengan struktur struktur bersifat pemerintahan politik yang
berbeda beda dan satu kebudayaan “subjek”
3.
Sistem sistem modern dimana struktur struktur politik yang berbeda beda berkembang
dan mencerminkan aktivitas budaya politik.

ALFIAN, mengklasifikasikan sistem politik terbagi 4 yaitu :
1.

sistem politik otoriter/totaliter

2.

sistem politik anarki

3.

sistem politik demokrasi

4.

sitem politik demokrasi dalam transisi.

A.

Pengertian Sistem Politik

1.

Pengertian Sistem Politik

Menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, sistem adalah satuan dari
bagian-bangian yang kadang terdiri dari sejumlah bagian utama dan sejumlah bagian yang
kurang penting; bagian-bagian itu bekerja bersama sesuai dengan tujuan sistem yang
bersangkutan. Contoh suatu sistem adalah tubuh manusia, mesin mobil, perangkat komputer,
dan lain-lain.

Almond and Powel, 1966:19, mengartikan sistem sebagai suatu kesatuan yang mengandung
unsur-unsur atau elemen-elemen atau bagian-bagian yang terikat dalam satu kesatuan dan
saling bergantung (interdependen). Akibat dari interdepedensi atau kesalingtergantungan
antarunsur itu, bila sifat dari satu bagian berubah, maka semua bagian/komponen lainnya,
termasuk juga sistem secara keseluruhan akan terpengaruh.

2.

Pengertian Politik

Dalam arti umum, politik adalah “macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik/negara
yang menyangkut proses menentukan dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem
itu”. Kata ”politik” (Yunani) ”polis” = negara kota. “Polis” berarti “city state” –
merupakansegala aktivitas yang dijalankan oleh Polis untuk kelestarian dan
perkembangannya “politike techne” (politika). Politik pada hakikatnya “the art and science of
government” atau seni dan ilmu memerintah.

Dalam pengertian lain, politik dapat diartikan :
o Seni dan ilmu meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non-konstitusional.
o Hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.
o Merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan
di masyarakat.
o Segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Pengertian politik menurut pendapat para ahli:
o Austin Ranney mendefinisikan politik sebagai proses pembuatan kebijakan
pemerintahan (public policy)
o Usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (Teori Klasik
Aristoteles).
o Harold D. Laswell menyebut bahwa politik itu menyangkut proses penentuan who get
what, when and how
o Ramlan Surbakti mendefinisikan politik sebagai proses interaksi antara pemerintah dan
masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam satu
wilayah tertentu

3.

Pengertian Sistem Politik

Batasan sistem politik menurut beberapa ahli ;
o Rusandi Sumintapura, sistem politik ialah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang
langgeng.
o Sukarna, sistem politik ialah tata cara mengatur negara.
o David Easton, sistem politik dapat diperkenalkan sebagai interaksi yang diabstraksikan
dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-nilai dialokasikan secara otoritatif kepada
masyarakat.
o Robert Dahl, sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan antara manusia serta
melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan, dan kewenangan.

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan
dalam negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses
penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan
penyusunan skala prioritasnya.

Sistem politik terdiri dari input, proses, out put, dan timbal balik. Input dalam sebuah
sistem politik adalah aspirasi masyarakat atau kehendak rakyat. Aspirasi masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
 Tuntutan
Yaitu keinginan masyarakat yang pemenuhannya harus diperjuangkan melalui cara-cara dan
menggunakan sarana politik.
 Dukungan
Yaitu setiap perbuatan, sikap, dan pemikiran warga masyarakat yang mendorong pencapaian
tujuan, kepentingan dan tindakan pemerintah dalam sistem politik. Contoh dukungan sebagai
input sistem politik adalah memberikan suara dalam pemilu, membayar pajak, bela negara,
mentaati hukum dan peraturan, dan lain-lain.
 Sikap apatis
Sikap tidak peduli warga negara terhadap kehidupan politik juda dapat menjadi input bagi
sistem politik. Ketidak pedulian warga menunjukkan adanya persoalan yang harus
dipecahkan oleh sistem politik yang bersangkutan, sehingga menggugah perhatian pengambil
kebijakan untuk menanggapi dan menindaklanjutinya dalam bentuk kebijakan publik tertentu.

Proses dalam sistem politik mencakup serangkaian tindakan pengambilan keputusan baik
oleh lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif dalam rangka memenuhi atau menolak
aspirasi masyarakat. Output sistem politik berupa kebijakan publik yang hakikatnya akan
berisi (a) pemenuhan aspirasi masyarakat atau (b) penolakan/ketidaksediaan untuk memenuhi
(sebagian atau seluruh) aspirasi masyarakat.

Berbagai kegiatan dalam proses politik dijalankan oleh lembaga-lembaga politik sesuai
dengan fungsi masing-masing. Lembaga-lembaga tersebut secara keseluruhan
membentuk struktur politik. Struktur politik merupakan keseluruhan bagian atau komponen
(yang berupa lembaga-lembaga) dalam suatu sistem politik yang menjalankan fungsi atau
tugas tertentu. Tugas atau kewajiban lembaga politik disebut fungsi. Rangkaian keseluruhan
fungsi disebut proses. Karena fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi di bidang politik, maka
serangkaian proses yang terjadi dari serangkaian fungsi itu disebut proses politik. Dengan
demikian, sistem politik merupakan kesatuan antara struktur dan fungsi-fungsi politik.
Struktur politik diibaratkan mesin dengan berbagai komponennya serta fungsi masing-masing
komponennya.

4.

Fungsi Politik

Secara garis besar fungsi-fungsi pokok politik yang harus berjalan dalam sebuah sistem
politik/ negara adalah:

a.

Fungsi perumusan kepentingan

Yaitu fungsi menyusun dan mengungkapkan tuntutan politik dalam suatu negara. Orang per
orang atau kelompok-kelompok dalam sayarakat harus menentukan apa yang menjadi
kepentingan mereka, atau apa yang ingin mereka dapatkan dari negara/ politik. Fungsi ini
seharusnya terutama dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau kelompokkelompok kepentingan.
b.

Fungsi pemaduan kepentingan

Yaitu fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan politik dari berbagai pihak dalam suatu
negara dan mewujudnyatakannya ke dalam berbagai alternatif kebijakan. Pihak yang paling
bertanggungjawab untuk memadukan kepentingan adalah partai politik. Namun demikian,
proses pemaduan kepentingan juga terjadi di lembaga-lembaga legislatif dan eksekutif.
c.

Fungsi pembuatan kebijakan umum

Yaitu fungsi untuk mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan yang diusulkan oleh
partai politik dan pihak-pihak lain, untuk dipilih salah satu di antaranya sebagai satu
kebijakan pemerintahan. Pelaku fungsi ini adalah lembaga legislatif dan eksekutif
(pembuatan undang-undang) atau lembaga eksekutif sendiri (pembuatan peraturan
pemerintah).
d.

Fungsi penerapan kebijakan

Yaitu fungsi melaksanakan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Pelaksana kebijakan pemerintah adalah aparat birokrasi pemerintah di bawah
pimpinan pejabat eksekutif.
e.

Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan

Yaitu fungsi mengadili pelanggar hukum. Pelaku peran untuk mengadili adalah lembaga
peradilan, yakni Mahkamah Agung beserta lembaga peradilan di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan perdilan militer, dan lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Di samping itu, juga terdapat fungsi-fungsi politik yang lain, yaitu:
a.

Fungsi komunikasi politik

Adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari masyarakat kepada pemerintah
dan juga dari pemerintah kepada masyarakat.
b.

Fungsi sosialisasi politik

Adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat. Proses sosialisasi
berlangsung seumur hidup dan terjadi baik secara sengaja (melalui pendidikan formal,
nonformal, dan pendidikan informal), maupun secara tidak sengaja melalui pengalaman
sehari-hari baik dalam kehidupan keluarga, tetangga, teman sepergaulan, sekantor maupun
berbagai aspek kegiatan kehidupan lainnya.

c.

Fungsi rekrutmen politik

Adalah proses menyeleksi orang/ orang-orang yang akan dipilih atau diangkat sebagai
pejabat dari jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara atau partai politik. Misalnya
sebagai anggota DPR/DPRD I/DPRD II, presiden, menteri, gubernur, bupati/ walikota,
hakim, jaksa, dan lain-lain.

5.

Struktur Politik: Suprastruktur dan Infrastruktur

Struktur politik dibedakan dalam dua suasana, yaitu: (1) struktur politik dalam suasana
pemerintahan, disebut suprastruktur politik, dan (2) struktur politik dalam suasana
masyarakat, disebut infrastruktur politik.
Suprastruktur menjalankan output berupa pengambilan dan pelaksanaan keputusan. Fungsi
output dapat diperinci ke dalam:
 Fungsi pengambilan keputusan (Decision or rule making), yang dijalankan oleh lembaga
legislatif dan / atau eksekutif.
 Fungsi pelaksanaan keputusan (Rule application), yang dijalankan oleh eksekutif dan
aparat birokrasi.
 Fungsi pengawasan pelaksanaan keputusan (Rule adjudication) yang dijalankan oleh
badan-badan kehakiman (yudikatif).
Infrastruktur politik menjalankan fungsi-fungsi input yang dapat diperinci ke dalam:
 Fungsi perumusan dan pengajuan kepentingan (Interest articulation), terutama dijalankan
oleh kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan pers.
 Fungsi pemaduan dan pengajuan kepentingan (Interest aggregation), secara khusus
dilakukan oleh partai politik dan tokoh politik.
Struktur politik, baik suprastruktur politik maupun infrastruktur politik masing-masing
menjalankan fungsi komunikasi politik, sosialisasi politik, dan rekrutmen politik.

6.

Struktur Politik di Indonesia

Suprastruktur politik di Indonesia
Yaitu suasana kehidupan politik yang ada dalam pemerintahan yakni ada pada lembagalembaga negara, meliputi:
o Lembaga pelaksana fungsi pembuatan kebijakan umum/legislatif, dijalankan oleh MPR,
DPR, dan DPD. Lembaga legislatif lazimnya memainkan 3 fungsi pokok, sebagai berikut:
 Fungsi legislasi, yaitu fungsi membentuk undang-undang.

 Fungsi pengawasan/kontrol, yaitu fungsi mengawasi tindakan pemerintah, misalnya
melalui ratifikasi perjanjian internasional, persetujuan atas pernyataan perang, pengangkatan
duta, maupun pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan penggunaan uang
negara.
 Fungsi anggaran, yaitu fungsi menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara.
MPR menjalankan dua dari tiga fungsi tersebut, yaitu fungsi legislasi dan fungsi pengawasan.
DPR menjalankan ketiga fungsi di atas, sementara DPD walau dengan kewenangan terbatas
menjalankan ketiga fungsi tersebut ditambah fungsi pertimbangan.
o Lembaga pelaksana fungsi penerapan kebijakan/eksekutif, yaitu presiden, baik sebagai
kepala negara maupun sebagai kepala pemerintahan. Presiden dibantu oleh seorang wakil
presiden dan beberapa orang menteri.
o Lembaga pelaksana fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan/yudikatif, dilakukan
oleh Mahkamah Agung (MA), dan badan-badan peradilan yang berada di bawahnya,
serta Mahkamah Konstitusi(MK).

Infrastruktur Politik di Indonesia
Yaitu suasana kehidupan politik yang ada di dalam masyarakat, yang memberi pengaruh
terhadap pelaksanaan tugas-tugas lembaga negara dalam pemerintahan; atau kekuatan politik
riil di dalam masyarakat. Disebut juga “bangunan politik bawah”.
Meliputi: Partai politik, Kelompok kepentingan, Kelompok penekan, Media komunikasi
politik atau pers atau media massa, dan Tokoh politik.
a.

Partai Politik

Secara umum, partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Adapun tujuan dibentuknya sebuah partai adalah untuk memperoleh kekuasaan politik, dan
merebut kedudukan politik dengan cara (yang biasanya) konstitusional yang mana kekuasaan
itu partai politik dapat melaksanakan program-program serta kebijakan-kebijakan mereka.
Misalnya dengan mengikuti pemilu legislatif. Di samping itu juga dengan cara ilegal, seperti
melakukan subversif, revolusi atau kudeta.
Fungsi di Negara Demokrasi
Dalam negara demokrasi, partai politik mempunyai beberapa fungsi antara lain :
§ Sebagai sarana komunikasi politik
Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam
masyarakat bisa diminimalkan.
§ Sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik memainkan peran dalam membentuk pribadi anggotanya. Sosialisasi yang
dimaksudkan adalah partai berusaha menanamkan solidaritas internal partai, mendidik
anggotanya, pendukung dan simpatisannya serta bertanggung jawab sebagai warga negara
dengan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan bersama.
§ Sebagai sarana rekruitment politik.
Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai. Cara-cara yang dilakukan oleh partai politik sangat beragam,
bisa melalui kontrak pribadi, persuasi atau menarik golongan muda untuk menjadi kader.
§ Sebagai sarana pengatur konflik.
Partai politik harus berusaha untuk mengatasi dan memikirkan solusi apabila terjadi
persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat. Namun, hal ini lebih sering diabaikan
dan fungsi-fungsi diatas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan.
§ Sebagai sarana partisipasi politik
Partai politik harus selalu aktif mempromosikan dirinya untuk menarik perhatian dan minat
warga negara agar bersedia masuk dan aktif sebagai anggota partai tersebut. Partai politik
juga melakukan penyaringan-penyaringan terhadap individu-individu baru yang akan masuk
kedalamnya.
§ Sebagai sarana pembuatan kebijakan
Fungsi partai politik sebagai pembuat kebijakan hanya akan efektif jika sebuah partai
memegang kekuasaan pemerintahan dan mendominasi lembaga perwakilan rakyat. Dengan
memegang kekuasaan, partai politik akan lebih leluasa dalam menempatkan orang-orangnya
sebagai eksekutif dalam jabatan yang bersifat politis dan berfungsi sebagai pembuat
keputusan dalam tiap-tiap instansi pemerintahan.

Fungsi Partai Politik di Negara Otoriter
Menurut faham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi apakah
partai tersebut berkuasa di negara ia berada. Partai komunis bertujuan untuk mencapai
kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna menguasai semua partai
politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang demokratis.
Partai komunis juga mempunyai beberapa fungsi, namun sangat berbeda dengan yang ada
di negara demokrasi. Sebagai sarana komunikasi partai politik menyalurkan informasi dengan
mengindokrinasi masyarakat dengan informasi yang menunjang partai. Fungsi sebagai sarana
sosialisasi juga lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara ke arah dan cara
berfikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan partai. Partai sebagai sarana rekruitment
politik lebih mengutamakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mengabdi kepada
partai.
Jadi pada dasarnya partai komunis mengendalikan semua aspek kehidupan secara monolitik
dan memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang sejalan dengan
kepentingan partai.

Fungsi Partai Politik di Negara Berkembang
Di negara-negara berkembang, partai politik diharapkan untuk memperkembangkan sarana
integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara berkembang sering
dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta
suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.

Partai Politik (Political Partai) di Indonesia
Eksistensi parpol merupakan prasyarat, baik sebagai sarana penyaluran aspirasi rakyat,
maupun dalam proses penyelenggaraan negara melalui wakil-wakilnya di dalam badan
perwakilan rakyat.
Cara memperoleh kekuasaan ;
 Pertama, secara legal (ikut pemilu legislatif).
 Kedua, secara ilegal (melakukan subversif, revolusi atau coup d`etat).

Masa Pra Kemerdekaan
Budi Utomo (Jkt, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modern pertama yg melakukan
perlawanan secara non fisik. Dalam perkembangannya menjadi partai-partai politik yang
didukung kaum terpelajar dan buruh tani.
Sarekat Islam (1912),
Muhammadiyah (1912),
Indische Partij (1912),
PKI (1921),
PNI (1927),
Partai Rakyat Indonesia (1930),
Partai Indonesia (1931),
Partai Indonesia Raya (1931).

Masa Pasca Kemerdekaan (Tahun 1945 – 1965)
Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah tanggal 3
Nopember1945. Klasifikasi partai menurut dasar/ asasnya:
Klasifikasi partai menurut dasar/ asasnya
Ketuhanan

Kebangsaan

Marxisme

Nasionalisme

 Partai Masjumi,
 Partai Sjarikat
Indonesia,
 Pergerakan
Tarbiyan Islamiah
(Perti),

 Partai Nasional
Indonesia (PNI)
 Partai Indonesia
Raya (Parindra)
 Partai Rakyat
Indonesia (PRI)

 Partai Kristen
Indonesia (Parkindo),

 Partai Demokrasi
Rakyat (Banteng)

 Dan lain-lain.

 Partai Rakyat
Nasional (PRN)

 Partai
Komunis
Indonesia (PKI)

 Partai
Demokrat
Tionghoa (PTDI)

 Partai Sosialis
Indonesia

 Partai
Indonesia
Nasional (PIN)

 Partai Murba
 Partai Buruh

 IPKI

 Permai

 Partai Kebangsaan
Indonesia (Parki)
 Dan lain-lain

Alfian, mengelompokkan partai politik hasil Pemilu 1955 :
1. Aliran Nasionalis (Partai Buruh, PNI, PRN, PIR Hazairin, Parindra, SKI, dan PIRWongsonegoro).
2.

Partai Islam (Masjumi, NU, PSII, dan Perti).

3.

Aliran Komunis (PKI, SOBSI dan BTI).

4.

Aliran Sosialis (PSI, dan GTI).

5.

Aliran Kristen (Partai Katolik, dan Parkindo).

Kehidupan politik masa demokrasi liberal (1955 – 1959), banyak ditandai pergantian kabinet.
Persaingan antar elit partai politik besar, telah membawa negara pada instabilitas politik,
sehingga mandeknya pemb ekonomi & rawannya keamanan.
Akibat konflik berkepanjangan pada Badan Konstituante gagal (merumuskan UUD yang
bersifattetap), mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin.

Masa Orde Baru (Tahun 1966 - 1998)
Orde Baru (1966) melakukan pembenahan institusi politik, karena jumlah parpol yang
banyak, tidak menjamin stabilitas politik
Parpol peserta Pemilu 1971 :
o Golongan Karya (Golkar),

o Partai Nasional Indonesia (PNI),
o Nahdatul Ulama (NU),
o Partai Katolik,
o Partai Murba,
o Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),
o Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),
o Partai Kristen Indonesia (Parkindo),
o Partai Muslimin Indonesia (Parmusi),
o Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah).
o Hasil Pemilu 1971, menunjukkan kemenangan Golkar.
Terjadi penyederhanaan partai politik ;
o Partai berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam) menjadi Partai Persatuan
Pembangunan (PPP);
o Partai berbasis sosialis dan nasionalis (Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI)
menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1975, Pemilu 1977 & 1982 hanya diikuti 3 (tiga) peserta :
·

PPP (ke-Islaman & ideologi Islam)

·

Golkar (kekaryaan dan keadilan sosial)

·

PDI (demokrasi, kebangsaan/ nasionalisme dan keadilan).

Masa Reformasi (1998 sampai dengan sekarang):
Komposisi Partai yang memperoleh kursi dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009 yaitu :
1.

Partai Demokrat

: 148

2.

Partai Golkar

: 106

3.

PDI Perjuangan

: 94

4.

Partai Keadilan Sejahtera

: 57

5.

Partai Amanat Nasional

: 46

6.

Partai Persatuan Pembangunan:

7.

Partai Kebangkitan Bangsa

8.

Partai Gerakan Indonesia Raya: 26

9.

Partai Hati Nurani Rakyat

38

: 28

: 17

J U M LAH

b.

=

560

Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan adalah sekelompok manusia yang mengadakan persekutuan yang
didorong oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Kepentingan ini dapat berupa kepentingan
umum atau masyarakat luas ataupun kepentingan untuk kelompok tertentu.
Contoh persekutuan yang merupakan kelompok kepentingan, yaitu organisasi massa,
paguyuban alumni suatu sekolah, kelompok daerah asal, dan paguyuban hobi tertentu.
Kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu “kepentingan” dengan
mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan
atau menghindarkan keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk
menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat, melainkan cukup
mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi yang berwenang maupun
menteri yang berwenang.

c.

Kelompok Penekan

Kelompok penekan merupakan sekelompok manusia yang berbentuk lembaga
kemasyarakatan dengan aktivitas atau kegiatannya memberikan tekanan kepada pihak
penguasa agar keinginannya dapat diakomodasi oleh pemegang kekuasaan.
Contohnya, Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Nasib Petani, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat Penolong Korban Gempa, LSM Anti Korupsi seperti ICW.
Pada mulanya, kegiatan kelompok-kelompok ini biasa-biasa saja, namun perkembangan
situasi dan kondisi mengubahnya menjadi pressure group.

d.

Media massa atau Pers

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat
menjadi media.

Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta
data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Menurut Oemar Seno Adji
Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita
dengan kata tertulis
Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communications
yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun
dengan lisan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia , Pers berarti:
alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar
alat untuk menjepit atau memadatkan
surat kabar dan majalah yang berisi berita
orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.

Pers secara sempit : Media cetak, contohnya: koran, majalah, tabloid, brosur, pamflet, dan
lain-lain.
Pers secara luas: Media cetak dan Media elektronik, contohnya: televisi, radio, internet, dan
lain-lain.
Fungsi Pers:
Sebagai pelaku Media Informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada
masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
Fungsi Pendidikan
Pers itu sebagai sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisantulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan
wawasannya.
Fungsi Hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat
(hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung,
cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur
sebagai berikut:
Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)
Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat)

Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)
Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)
Sebagai Lembaga Ekonomi
Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat memanfaatkan
keadaan di sekitarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat
memperoleh keuntungan maksimal dari hasil produksinya untuk kelangsungan hidup
lembaga pers itu sendiri.

e.

Tokoh-tokoh Politik
Mancanegara

Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontempoter
antara lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John
Locke, Karl Marx,Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel
P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage.
Pelaku politik: Barrack Obama, Ahmadimejad, Aung San Suu Kyi, Hasanal Bolkiah, dll.
Indonesia
Beberapa tokoh pemikir dan penulis materi Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari
Indonesia adalah: Miriam Budiharjo, Salim Said, Ramlan Surbakti, dan lain-lain.
Pelaku politik: SBY, Boediono, Jusuf Kalla, Megawati, Prabowo Subianto, Wiranto,
Aburizal Bakrie, Joko Wi, Bibit Waluyo, dan lain-lain.

Macam-Macam Sistem Politik
o Democracy is a form of government organized in accordance with the principles of polular
souvereignty, political equality, popular consultation and majority rule (Austin Ranney,
1982:278)
§ Kedaulatan rakyat
§ Persamaan politik
§ Konsultasi rakyat
§ Pemerintahan mayoritas (majority rule)
§ David Beetham dan Kevin Boyle 1995:47 menyatakan adanya minoritas permanen adalah
kelompok minoritas yang terbentuk atas dasar ras agama, bahasa, entisitas atau ciri permanen
lainnya
§ Prinsip majority rule tidak cukup melindungi minoritas, oleh karena itu beberapa kebijakan
dijalankan

§ Memberikan perwakilan proporsional
§ Memberikan hak veto
§ Memberikan otonomi khusus
o Otoriter/kediktatoran/totaliter artinya suatu bentuk pemerintahan di mana kekuasaan
tertinggi untuk memerintah dipegang dan dijalankan oleh satu orang/kelompok kecil elit
(Carl J friederich dan Zbiegniew Brzezinki), ciri-cirinya adalah:
§ Negara memiliki sebuah ideologi resmi
§ Mempunyai satu partai massa tunggal
§ Mengawasi seluruh kegiatan penduduk dan sistem teror
§ Monopoli media massa
§ Kontrol ketat dari militer
§ Pengendalian terpusat

Macam-macam sistem politik di berbagai negara
o Sistem politik di negara komunis :
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milik pribadi, peniadaan hak-hak
sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta
terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat.
o Sistem politik di negara liberal :
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok, pembatasan
kekuasaan,khususnya dari pemerintah dan agama, penegakan hukum, pertukaran gagasan
yang bebas,sistem pemerintahan yang transparan yang di dalamnya terdapat jaminan hak-hak
kaum minoritas.
o Sistem politik demokrasi di Indonesia :
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang
demokratis.Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia adalah :
1. Ide kedaulatan rakyat
2. Negara berdasarkan atas hukum
3. Bentuk republik
4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
5. Pemerintahan yang bertanggung jawab
6. Sistem perwakilan
7. Sistem pemerintahan presidensiil

o Sistem Demokrasi Sebagai Sistem Politik
Menurut Bingham Powel, Jr., sistem politik demo