APAKAH PEMBE LAJARAN PELAYANAN MENINGKATK
Apakah Pembelajaran-Pelayanan Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa?:
Meta-Analisis*
Jami L. Warren
Universitas Kentucky
Abstrak
Studi ini menunjukkan hasil yang beragam mengenai apakah Pembelajaran-Pelayanan
meningkatkan hasil belajar mahasiswa ataukah tidak. Studi saat ini berusaha menyatukan
temuan ini dengan mengembangkan meta-analisis yang dilakukan oleh Novak, Markey, dan
Allen (2007) di mana para penulis ini mempelajari hasil Pembelajaran-Pelayanan dan
belajar mahasiswa. Dalam studi saat ini, 11 studi penelitian yang memenuhi kriteria tertentu
disertakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran-Pelayanan sebenarnya
meningkatkan hasil belajar mahasiswa (d = .332). Hasil dari analisis moderator
menunjukkan bahwa Pembelajaran-Pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap hasil
belajar mahasiswa terlepas dari cara belajar itu diukur.
Metode pembelajaran eksperiensial, termasuk pembelajaran pelayanan, meningkat di antara
berbagai universitas di seluruh Amerika Serikat. Banyak disiplin ilmu berbagi dalam
antusiasme ini, dengan peningkatan mata kuliah akademik di seluruh disiplin ilmu, termasuk
komunikasi, penggunaan pedagogi Pembelajaran-Pelayanan (Oster-Aaland, Sellnow, Nelson,
& Pearson, 2004; Sellnow & Oster, 1997). Menurut definisi, Pembelajaran-Pelayanan
(service-learning) adalah strategi pedagogis yang melibatkan mahasiswa dalam pengabdian
masyarakat yang akan meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep perkuliahan dan
membantu mereka memberikan kontribusi kepada komunitas mereka (Rhodes & Davis,
2001). Selanjutnya, Eyler dan Giles (1999) mengemukakan bahwa
pengalaman
Pembelajaran-Pelayanan harus memenuhi empat kriteria supaya berhasil: (1) pengembangan
personal dan interpersonal, (2) pemahaman dan penerapan pengetahuan yang dipelajari di
kelas, (3) transformasi perspektif, dan (4) pengembangan kesadaran akan kewarganegaraan.
Ada sejumlah besar penelitian mengenai efek positif dari Pembelajaran-Pelayanan
(service-learning) di banyak area pembelajaran termasuk urutan berpikir yang lebih tinggi
*
Does Service-Learning Increase Student Learning?: A Meta-Analysis, Alih bahasa Ismail Suardi Wekke
(Eyler & Giles, 1999), empati (Lundy, 2007), kesadaran budaya (Bloom, 2008; Borden,
2007; Gutheil, Chernesky, & Sherratt, 2006), pengembangan personal dan interpersonal
(Gullicks, 2006), motivasi untuk terlibat dalam berbagai isu sosial (Lee, Olszewski-Kubilius,
Donahue, & Weimholt, 2008), motivasi belajar (Flournoy, 2007), keterampilan hidup (Astin
& Sax, 1998), keyakinan akan keberhasilan pribadi (Simons & Cleary, 2006; Stewart, 2008),
dan keterlibatan/tanggung jawab kewarganegaraan (Astin & Sax, 1998; Einfeld & Collins,
2008; Gullicks; Lee dkk.; Prentice, 2007; Simons & Cleary).
Namun, satu pertanyaan penting yang tak terjawab mengenai service-learning adalah
apakah metode pedagogis ini meningkatkan hasil belajar mahasiswa (learning outcomes)
melebihi metode pedagogis tradisional. Karena para pengurus dan pendidik sering
menginginkan bukti bahwa sebuah konsep “berhasil” atau menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam hasil belajar mahasiswa pada metode tradisional untuk mendukung dan/atau
mendanai inisiatif semacam itu, beberapa peneliti baru-baru ini berusaha memberikan bukti
bahwa service-learning menyebabkan peningkatan hasil belajar mahasiswa. Namun, hasil
penelitian ini campur aduk. Misalnya, Kendrick (1996) membandingkan mahasiswa dalam
Pembelajaran-Pelayanan dengan mahasiswa dalam pembelajaran tanpa pelayanan dalam mata
kuliah Pengantar Sosiologi dan menemukan bahwa mahasiswa dalam PembelajaranPelayanan (service-learning) berhasil sedikit lebih unggul dari mahasiswa dalam
pembelajaran tanpa pelayanan (non-service-learning) saat mengerjakan soal-soal dan
pertanyaan esai mereka. Di sisi lain, Moely, McFarland, Miron, Mercer, dan Ilustre (2002)
membandingkan mahasiswa
dalam Pembelajaran-Pelayanan
dan
mahasiswa
dalam
pembelajaran non-pelayanan, lalu menemukan bahwa mahasiswa dalam PembelajaranPelayanan dilaporkan sedikit menurun dalam belajar tentang bidang akademik selama
semester itu, meskipun tidak sebesar penurunan yang ditunjukkan oleh mahasiswa yang tidak
berpartisipasi dalam pembelajaran pelayanan.
Untuk menyatukan gabungan temuan ini, Novak, Markey, dan Allen (2007)
mengadakan meta-analisis yang mengevaluasi hasil kognitif Pembelajaran-Pelayanan
(service-learning) di perguruan tinggi. Mereka meneliti sembilan studi dan menemukan
seluruh hubungan positif antara Pembelajaran-Pelayanan dan hasil belajar (d = .424).
Meskipun meta-analisis ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman
hubungan antara Pembelajaran-Pelayanan (service-learning) dan hasil belajar mahasiswa, ada
juga beberapa masalah dengan meta-analisis ini. Pertama, Novak dkk. tidak memasukkan
literatur yang tidak dipublikasikan dalam analisis mereka. Meskipun tidak semua metaanalisis termasuk data yang tidak dipublikasikan, namun penting untuk melakukannya guna
menghindari bias naik dalam ukuran efek yang ditemukan (Lipsey & Wilson, 2001). Kedua,
meskipun Novak dan rekannya menemukan heterogenitas di dalam sampelnya, mereka tidak
melakukan cukup analisis moderator untuk mengeksplorasi mengapa sampel mereka
heterogen. Misalnya, meskipun banyak studi dalam tinjauan mereka yang menguji
standarkonkret pembelajaran sebagai tes mata kuliah dan/atau nilai tugas, yang lain
bergantung pada tindakan belajar mahasiswa dan/atau dosen yang dilaporkan sendiri.
Perbedaan dalam cara belajar yang diukur dengan penelitian yang disertakan dalam metaanalisis mereka mungkin telah berkontribusi pada heterogenitas yang ditemukan dalam
sampel mereka. Namun, kemungkinan ini tidak dieksplorasi dalam meta-analisis mereka.
Para pakar telah membedakan antara tindakan pembelajaran konkret dan
pembelajaran yang dilaporkan sendiri. Misalnya, Chesebro dan McCroskey (2000)
memeriksa korelasi antara pembelajaran mahasiswa yang dilaporkan sendiri dan ingatan akan
materi kuliah mereka secara aktual dalam materi komunikasi kuliah umum. Mereka
menemukan korelasi yang cukup signifikan antara pembelajaran yang dilaporkan sendiri dan
ingatan akan materi kuliah secara aktual (r = -.50, p
Meta-Analisis*
Jami L. Warren
Universitas Kentucky
Abstrak
Studi ini menunjukkan hasil yang beragam mengenai apakah Pembelajaran-Pelayanan
meningkatkan hasil belajar mahasiswa ataukah tidak. Studi saat ini berusaha menyatukan
temuan ini dengan mengembangkan meta-analisis yang dilakukan oleh Novak, Markey, dan
Allen (2007) di mana para penulis ini mempelajari hasil Pembelajaran-Pelayanan dan
belajar mahasiswa. Dalam studi saat ini, 11 studi penelitian yang memenuhi kriteria tertentu
disertakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran-Pelayanan sebenarnya
meningkatkan hasil belajar mahasiswa (d = .332). Hasil dari analisis moderator
menunjukkan bahwa Pembelajaran-Pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap hasil
belajar mahasiswa terlepas dari cara belajar itu diukur.
Metode pembelajaran eksperiensial, termasuk pembelajaran pelayanan, meningkat di antara
berbagai universitas di seluruh Amerika Serikat. Banyak disiplin ilmu berbagi dalam
antusiasme ini, dengan peningkatan mata kuliah akademik di seluruh disiplin ilmu, termasuk
komunikasi, penggunaan pedagogi Pembelajaran-Pelayanan (Oster-Aaland, Sellnow, Nelson,
& Pearson, 2004; Sellnow & Oster, 1997). Menurut definisi, Pembelajaran-Pelayanan
(service-learning) adalah strategi pedagogis yang melibatkan mahasiswa dalam pengabdian
masyarakat yang akan meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep perkuliahan dan
membantu mereka memberikan kontribusi kepada komunitas mereka (Rhodes & Davis,
2001). Selanjutnya, Eyler dan Giles (1999) mengemukakan bahwa
pengalaman
Pembelajaran-Pelayanan harus memenuhi empat kriteria supaya berhasil: (1) pengembangan
personal dan interpersonal, (2) pemahaman dan penerapan pengetahuan yang dipelajari di
kelas, (3) transformasi perspektif, dan (4) pengembangan kesadaran akan kewarganegaraan.
Ada sejumlah besar penelitian mengenai efek positif dari Pembelajaran-Pelayanan
(service-learning) di banyak area pembelajaran termasuk urutan berpikir yang lebih tinggi
*
Does Service-Learning Increase Student Learning?: A Meta-Analysis, Alih bahasa Ismail Suardi Wekke
(Eyler & Giles, 1999), empati (Lundy, 2007), kesadaran budaya (Bloom, 2008; Borden,
2007; Gutheil, Chernesky, & Sherratt, 2006), pengembangan personal dan interpersonal
(Gullicks, 2006), motivasi untuk terlibat dalam berbagai isu sosial (Lee, Olszewski-Kubilius,
Donahue, & Weimholt, 2008), motivasi belajar (Flournoy, 2007), keterampilan hidup (Astin
& Sax, 1998), keyakinan akan keberhasilan pribadi (Simons & Cleary, 2006; Stewart, 2008),
dan keterlibatan/tanggung jawab kewarganegaraan (Astin & Sax, 1998; Einfeld & Collins,
2008; Gullicks; Lee dkk.; Prentice, 2007; Simons & Cleary).
Namun, satu pertanyaan penting yang tak terjawab mengenai service-learning adalah
apakah metode pedagogis ini meningkatkan hasil belajar mahasiswa (learning outcomes)
melebihi metode pedagogis tradisional. Karena para pengurus dan pendidik sering
menginginkan bukti bahwa sebuah konsep “berhasil” atau menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam hasil belajar mahasiswa pada metode tradisional untuk mendukung dan/atau
mendanai inisiatif semacam itu, beberapa peneliti baru-baru ini berusaha memberikan bukti
bahwa service-learning menyebabkan peningkatan hasil belajar mahasiswa. Namun, hasil
penelitian ini campur aduk. Misalnya, Kendrick (1996) membandingkan mahasiswa dalam
Pembelajaran-Pelayanan dengan mahasiswa dalam pembelajaran tanpa pelayanan dalam mata
kuliah Pengantar Sosiologi dan menemukan bahwa mahasiswa dalam PembelajaranPelayanan (service-learning) berhasil sedikit lebih unggul dari mahasiswa dalam
pembelajaran tanpa pelayanan (non-service-learning) saat mengerjakan soal-soal dan
pertanyaan esai mereka. Di sisi lain, Moely, McFarland, Miron, Mercer, dan Ilustre (2002)
membandingkan mahasiswa
dalam Pembelajaran-Pelayanan
dan
mahasiswa
dalam
pembelajaran non-pelayanan, lalu menemukan bahwa mahasiswa dalam PembelajaranPelayanan dilaporkan sedikit menurun dalam belajar tentang bidang akademik selama
semester itu, meskipun tidak sebesar penurunan yang ditunjukkan oleh mahasiswa yang tidak
berpartisipasi dalam pembelajaran pelayanan.
Untuk menyatukan gabungan temuan ini, Novak, Markey, dan Allen (2007)
mengadakan meta-analisis yang mengevaluasi hasil kognitif Pembelajaran-Pelayanan
(service-learning) di perguruan tinggi. Mereka meneliti sembilan studi dan menemukan
seluruh hubungan positif antara Pembelajaran-Pelayanan dan hasil belajar (d = .424).
Meskipun meta-analisis ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman
hubungan antara Pembelajaran-Pelayanan (service-learning) dan hasil belajar mahasiswa, ada
juga beberapa masalah dengan meta-analisis ini. Pertama, Novak dkk. tidak memasukkan
literatur yang tidak dipublikasikan dalam analisis mereka. Meskipun tidak semua metaanalisis termasuk data yang tidak dipublikasikan, namun penting untuk melakukannya guna
menghindari bias naik dalam ukuran efek yang ditemukan (Lipsey & Wilson, 2001). Kedua,
meskipun Novak dan rekannya menemukan heterogenitas di dalam sampelnya, mereka tidak
melakukan cukup analisis moderator untuk mengeksplorasi mengapa sampel mereka
heterogen. Misalnya, meskipun banyak studi dalam tinjauan mereka yang menguji
standarkonkret pembelajaran sebagai tes mata kuliah dan/atau nilai tugas, yang lain
bergantung pada tindakan belajar mahasiswa dan/atau dosen yang dilaporkan sendiri.
Perbedaan dalam cara belajar yang diukur dengan penelitian yang disertakan dalam metaanalisis mereka mungkin telah berkontribusi pada heterogenitas yang ditemukan dalam
sampel mereka. Namun, kemungkinan ini tidak dieksplorasi dalam meta-analisis mereka.
Para pakar telah membedakan antara tindakan pembelajaran konkret dan
pembelajaran yang dilaporkan sendiri. Misalnya, Chesebro dan McCroskey (2000)
memeriksa korelasi antara pembelajaran mahasiswa yang dilaporkan sendiri dan ingatan akan
materi kuliah mereka secara aktual dalam materi komunikasi kuliah umum. Mereka
menemukan korelasi yang cukup signifikan antara pembelajaran yang dilaporkan sendiri dan
ingatan akan materi kuliah secara aktual (r = -.50, p