Nilai nilai Pendidikan Islam dalam Falsa

Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Falsafah Hidup Masyarakat Lampung

Muhamad Berkah
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Iringmulyo Kota Metro Lampung 43111
muhamadberkahpai@gmail.com

Abstract
This paper describes the values of Islamic Education that exist in the life
philosophy of Lampung society and analyze the values of Islamic education
contained in it. So much value-Islamic education that can be applied in people's
lives, ranging from the value of the gods who introduce the unity of God and not
associate with Him, then the moral values that can be applied in the community to
do good and behave honestly. Lampung society has a life philosophy embraced by
the people of Lampung is the life philosophy Piil Pesenggiri. Piil Pesenggiri's life
philosophy is a source of inspiration for all creativity and life activities of the
people of Lampung, all activities are based on the philosophy of life Piil
Pesenggiri and divine values as a value that animates all the noble values of life
philosophy Piil Pesenggiri. If the cultural philosophical values of Lampung are
actualized, true and consistent, then they are relevant to the productive attitudes
and behaviors of society and are useful for development. Overall, and

fundamental with various values of philosophy of life that are relevant to the
values of Pancasila, even parallel to Islamic values, or the values of philosophy of
life is loaded with nuances of Islam. For example, the value of God, the value of
humanity, the value of life and the value derived from the three values.

Keywords : Islamic Education, Philosophy of Life, Values, and Welfare.

Abstrak
Tulisan ini mendeskripsikan tentang nilai-nilai Pendidikan Islam yang ada
dalam falsafah hidup masyarakat Lampung dan menganalisis nilai-nilai

pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Begitu banyaknya nilaipendidikan Islam yang bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat, mulai dari
nilai ketuhan yang mengenalkan keesaan Tuhan dan tidak menyekutukan-Nya,
kemudian nilai akhlak yang dapat diterapkan dalam bermasyarakat untuk berbuat
baik dan berperilaku jujur. Masyarakat Lampung mempunyai filsafat hidup yang
dianut oleh masyarakat Lampung filsafat hidup yang disebut Piil Pesenggiri.
Filsafat menjadi inspirasi bagi seluruh aktifitas kehidupan masyarakat Lampung,
semua aktifitas tersebut mengcu nilai yang menjiwai seluruh nilai-nilai luhur
filsafat hidup Piil Pesenggiri. Jika nilai-nilai filosofis budaya Lampung
diaktualisasikan secara tulus, benar dan konsisten maka relevan dengan sikap dan

perilaku produktif masyarakat serta berguna bagi pembangunan. Secara
menyeluruh, dan mendasar dengan berbagai nilai-nilai filsafat hidup yang relevan
dengan nilai-nilai pancasila, bahkan sejajar dengan nilai-nilai Islam, atau nilainilai filsafat hidup tersebut sarat dengan nuansa keIslaman. Misalnya nilai keTuhanan, nilai kemanusiaan, nilai kehidupan dan nilai yang diturunkan dari ketiga
nilai-nilai itu.

Kata Kunci : Pendidikan Islam, Filsafat Hidup, Nilai-Nilai, dan Kesejahteraan.

A. Pendahuluan
Dalam sejarah masyarakat lampung sacara adat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu masyarakat lampung Pepadun dan ada juga masyarakat lampung
Saibatin. Sehingga daerah lampung disebut dengan sai bumi ruwa jurai yang
memiliki arti satu daerah disinggahi oleh dua kelompok yaitu masyarakat adat
pepadun dan masyarakat adat lampung saibatin.
Selain itu, dalam bahasa masyarakat lampung terbagi menjadi dua dialek
yaitu dialek ‘A’ atau disebut dengan dialek Api dan dialek ‘O’ atau yang disebut
dengan dialek Nyo. Dialek ‘A’ dominan digunakan oleh masyarakat lampung
yang saibatin dan sebagian masyarakat lampung pepadun, seperti msyarakat way

kanan, sedangkan dialek ‘O’ dominan digunakan oleh masyarakat lampung
pepadun itu sendiri. 1

Falsafah hidup masyarakat Lampung yang terkenal adalah falsafat hidup
Piil Pesenggiri. Istilah Piil Pesenggiri terdapat banyak bentuk model penulisan
maupun penyebutannya, ada yang menggunakan dengan kata ‘gikhi’, ada yang
menggunakan dengan kata ‘gighi’ dan ada yang menggunakan kata ‘giri’, namun
dalam di sini akan menggunakan yang terakhir yaitu ‘giri’. hal ini agar
menyesuaikan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar selain itu agar
masyarakat selain suku lampung agar mudah memahami dan menyebutnya.
Secara filosofi istilah yang digunakan itu beranekaragam tetapi tidak merubah
substansi dan maknanya.
Dilihat dari segi ontologisnya, kebiasaan masyarakat lampung merupakan
rancangan yang terdiri dari berbagai nilai-nilai utama kemanusiaan yang yang
tertanam dan tertuang dari paham kemanusiaan yang dimiliki oleh masyarakat
lampung akan kebenarannya dan keluhurannya. Dalam artikel ini secara spesifik
akan dikaji dan digali falsafah hidup yang dianut oleh masyarakat Lampung yaitu
falsafah hidup Piil Pesenggiri. Falsafah hidup piil pesenggiti menajadi salah satu
sumber inspirasi untuk kreatifitas serta aktivitas kehidupan masyarakat lampung.

B. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang fokus penelitian
kepustakan dengan mengkaji teks buku-buku, dan jurnal sebagai sumber dari

naskah yang di buat relevan dengan permasalaha yang di jadikan topik penelitian
ini. 2 Penelitian disini di maksudkan bahwa masaalah yang di teliti dengan mencari
sumber-sumbernya melalui teks maupun dengan melihat fenomena yang terjadi
secara real atau nyata di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat lampung.
Melalui tindakan ini tentunya akan lebih mudah apabila menggunakan
metode yang sesuai dengan masalah yang terjadi saaat ini, salah satunya dengan
1
Himyari Yusuf, “Nilai-Nilai islam dalam FalsaFah hidup masyarakat lampung,”
KALAM 10, no. 1 (2017): 168.
2
Dedi Wahyudi dan Tuti Alafiah, “Studi Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam” 8, no. 2 (t.t.): 262.

metodoe analisis. Metode analisis yang digunakan ialah metode analisis deskriptif
kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif pada dasarnya bersifat natural sebagai
kesatuan yang utuh, dengan mengedepankan manusia sebagai instrumen
penelitian. 3 Metode deskriptif digunakan untuk mengarahkan dan menjelaskan
sasaran penelitian sebagai usaha menemukan teori, bersifat deskriptif, lebih
mementingkan proses daripada hasil, membahas studi melalui fokus rancangan

penelitian disepakati oleh peneliti maupun objek serta sasaranya penelitian
Metode ini bisa digunakan untuk meneliti suatu objek, baik berupa
pemahaman agama, nilai-nilai budaya manusia, nilai-nilai etika, nilai karya seni,
sekelompok manusia, peristiwa sejarah. Analisis deskriptif kualitataif ini,
diharapkan peneliti mampu memperoleh data yang lengkap dan mendalam dan
menyeluruh. Metode yang sesuai untuk menjelaskan masalah penelitian ini yaitu
fenomenologi,

sebab

fenomenologi

menganalisis

jalan-jalan

terjadinya

pengalaman komunal. Artinya menentukan syarat-syarat serta kaidah bagi
koherensi dan keutuhan macam-macam jenis pengalaman, dan kesesuaiannya satu

sama lain. Fenomenologi sebagai pendekatan ini sangat relevan untuk dijadikan
kajian budaya sebagai landasan mengenai bagaimana cara materi pengetahuan
islam agar diperoleh serta disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan.
1. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Penulis akan membagi dua bagian penting diantaranya adalah data primer
dan data skunder, untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam falsafah
hidup masyarakat Lampung, maka sumbernya berupa bahan-bahan kepustakaan,
baik bahan-bahan kepustakaan yang disebut sumber primer atau yang
mencangkup

undang-undang

sistem

pendidikan

nasional

dan


peraturan

Pemerintah.

Kemudian sumber-sumber skunder karya-karya yang membahas

Pendidikan Agama Islam.

A. Fauzie Nurdin, “Integralisme Islam dan Nilai-nilai Filosofis Budaya Lokal pada
Pembangunan Propinsi Lampung,” UNISIA 32, no. 71 (2009): h. 83.
3

2.

Analisis Data
Sumber yang berkaitan dengan Pendidikan Islam digunakan untuk mengkaji

nilai-nilai Pendidikan Islam dalam falsafah hidup masyarakat Lampung. Dengan
demikian akan di temukan berbagai jawaban yang akan membantu penulis untuk
proses penelitian ini.


C.

Nilai-nilai Pendidikan Islam
Ada tiga komponen dalam kalimat Nilai Pendidikan Islam, yaitu nilai,

pendidikan, dan Islam. Ketiganya mempunyai pengertian yang berbeda-beda.
Tapi ketiganya merupakan sebuah rangkaian kalimat yang mempunyai
pemahanan yang berkaitan dengan konsep pendidikan Islam itu sendiri.
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, ideal, nilai bukan merupakan benda
yang nyata, bukan fakta, bukan hanya persoalan salah dan benar tetapi menuntu
pembuktian yang jelas, empirik, dan penghayatan yang diinginkan dan tidak
diinginkan.
Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan nilai
adalah sifat yang melekat pada sesuatu, yang berhubungan dengan suatu subjek
yang dapat memberi arti dan bersifat abstrak serta bermanfaat bagi manusia
sebagai pedoman dalam bertingkah laku
Pendidikan islam menurut Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pendidikan
islam adalah segala uapaya bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang
agar ia dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam. 4

Menurut bahasa juga, pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal ataupun
cara), sedangkan mendidik, berarti pengetahuan tentang mendidik, pemeliharaan
(latihan-latihan) badan, batin dan sebagainya.
Sedangkan secara terminilogi, pendidikan Islam adalah upaya mengubah
budi pekerti individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam disekitarnya.
Cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi serta sudah menjadi profesi

Arifin S. Tambunan, “Menelusuri Eksistensi Ketetapan MPRS NO. XX/MPRS/1966,”
UNISIA 30, no. 65 (2007): 2.
4

masyarkat dalam beretika dan berhukum. Etika merupakan nilai yang membanu
tegaknya dalam masyarakat.5
Pengertian etika ini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari
yang buruk menjadi yang lebih baik, yang minimal menuju maksimal, dan dari
yang pasif menuju yang aktif. Cara mengubah tingkah laku tersebut dengan di
adakannya pengajaran. Merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik tidak saja
berhenti etika personal yang menghasilkan kesalehan setiap individu, tapi juga
mencakup taraf masyarakat dalam interaksi sosial, sehingga menghasilkan
kesalehan sosial.6

Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak usia dini, karena pada
waktu itu merupakan masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik
padanya.
Pendidikan Agama islam adalah suatu upaya membimbing untuk merubah
tingkah laku individu agar menjadi pribadi yang lebih baik yang sesuai dengan
tuntunan syariat islam. Dari ajaran, pendidikan agama islam merupakan suatu
kegiatan usaha (sengaja), sistematis, terperinci, serta berkesinambungan untuk
mengembangkan potensi manusia yang berupa dorongan untuk beragama Islam,
memberikan sifat keislaman serta kecakapan, kecekatan sesuai dengan tujuan
pendidikan agama Islam. 7
Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang
mendukung dalam penerapannya pendidikan, bahkan sudah menjadi satu aturan di
dalamnya. Nilai tersebut sudah menjadi smber pengembangan setiap jiwa peserta
didik sehingga bisa memberi out put serta kemajuan bagi pendidikan yang sesuai
dengan harapan masyarakat luas.
Banyaknya nilai-nilai Islam yang sangat penting terkandung di dalam
pendidikan islam. Nilai-nilai pendidikan Islam dari penulisan tesis ini dengan nilai
pendidikan keimanan, nilai pendidikan syari‘ah, nilai pendidikan ibadah, nilai
Suhri Hanafi, “Problematika Penegakan Hukum Dan Etika Profesi Di Indonesia:
Analisis Dengan Pendekatan Nilai-Nilai Ajaran Islam,” HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 6, no. 2

(15 Agustus 2009): 233, https://doi.org/10.24239/jsi.v6i2.136.233-246.
6
Achyar Zein, Syamsu Nahar, dan Ibrahim Hasan, “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
Al-Qur‘an (Telaah Surah Al-Fatihah),” t.t., 60–61.
7
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al husna, 1992).
5

pendidikan akhlak, nilai pendidikan kisah (teladan), dan nilai pendidikan seks,
sebab nilai-nilai

ini

sangat

penting

bagi

anak/

peserta

didik

dalam

mengembangkan jiwa dan prilakunya. Berikut pemaparan singkat dari macammacam nilai pendidikan Islam tersebut:
1.

Nilai Pendidikan keimanan
Nilai pendidikan keimanan aspek-aspek pendidikan yang harus di

perhatikan pertama kali dari orang tua si anak. Memberikan pendidikan ini kepada
anak harus di landasi dengan penuh kesungguhan. Kesungguhan ini mengacu
pada keimanan individu. Karena dengan keimanan merupakan keseluruhan dari
kepercayaan yang sudah melekat di jiwa islam. Pasalnya iman adalah pilar yang
luar biasa untu keislaman seseorang.
Nilai-nilai pendidikan keimanan yang diberikan sejak anak masih kecil,
dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya
dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam alQur’an tentang Luqmanul Hakim merupakan orang yang diangkat Allah sebagai
contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan
dan sifat-sifat terpuji.
Dalam kisah Luqman Hakim ini orang tua bisa mencontoh bagaimana cara
mendidik anak yang baik serta berbakti kepada kedua orang tua. Tingkahlaku
yang baik akan ditiru oleh anak-anaknya dan juga sebaliknya. Oleh sebab itu,
pendidikan keimanan harus dijadikan sebgai salah stu poko dari pendidikan
kesalehan anak. Sehingga dapat diharapkan kelak ia tumbuh dewasa menjadi
manusia yang beriman kepada Allah Swt, melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Dengan keimana yang utuh dapat membentengi
dirinya dari perbuatan buruk yang berasal dari kebiasaanya.
2.

Nilai Pendidikan berbasis Syari’ah
Nilai pendidikan syari’ah adalah standar atau ukuran yang telah dicapai oleh

seorang hamba dalam mentaati aturan atau undang-undang Allah Swt tentang
pelaksanaan dari penyerahan diri secara keseluruhan melalui tahapan

ibadah

secara langsung kepada Allah Swt maupun secara tidak langsung dalam
hubungannya sesama makhluk lainnya atau dalam bidang mu’amalah, hubungan

baik dengan sesama manusia anata manusia maupun dengan alam sekitarnya.
Dalam hal ini Syari‘ah meliputi dual hal pokok yaitu: Ibadah dalam pengrtian
khusus ( ibadah mahdhah) dan ibadah dalam pengertian umum (ibadah ghairu
mahdhah).8
3.

Nilai Pendidikan Ibadah
Nilai pendidikan ibadah adalah ukuran dari seseorang dalam proses

mengamalkan suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada
Allaah Swt. Karena ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak
bisa dipisahkan dari aspek keimanan, kerena keimanan merupakan pundamen
sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut.
Nilai Pendidikan akhlak mempunyai kesetaraan dari pendidikan Islam.
Sama-sama mendidik untuk menjadi pribadi lebih baik. Ketika akhlak seseorang
baik maka baik pula agamanya namun ketika sebaliknya apabila akhlak buruk
maka buruk juga agamnya. Akhlak merupakan realisasi dari keimanan yang
dimiliki oleh seseorang. Secara umum ahlak dapat dibagi kepada tiga ruang
lingkup yaitu: Akhlak kepada Allah Swt, akhlak kepada manusia, akhlak kepada
lingkungan (alam semesta)
Pendidikan agama islam juga di ajarkan untuk menanamkan dasar-dasar
keimanan dan ketaqwaan, serta membentuk pola perilaku yang mencerminkan
akhlak mulia peserta didik.9
Nilai pendidikan akhlak adalah suatu standar atau ukuran tingkah laku
sesorang dalam proses pembinaan, penanaman, dan pengajaran, pada manusia
yang bertujuan untuk menciptakan dan mensukseskan tujuan tertinggi agama
Isalam, yaitu mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat, keridhaan, dan
mendapatkan kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Allah Swt kepada orangorang yang baik dan bertaqwa.

8

Muslim Nurdin dan Ishak Abdullah, Moral dan Kognisi Islam (Bandung: Alfabeta,
1993), 103.
9
Hayadin Hayadin, “Eksistensi Perpustakaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum,” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 13, no. 2 (2017): 243244.

Akhlak merupakan dasar yang utama dalam pembentukan pribadi manusia
yang seutuhnya, maka pendidikan yang mengarah terbentuknya pribadi yang
berakhlak, merupakan hal yang pertama yang haru dilakukan, sebab akan
melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.
4.

Nilai pendidikan kisah (teladan).
Dalam al-Quran menjelaskan tentang kisah-kisah yang sudah terjadi yang

mana kisah tersebut dapat dijadikan pedoman hidup. Sehingga tidak disadari
peserta didik akan mengetahui dirinya dan orang lain, sehingga mempunyai sifat
yang tunduk kepada Tuhan dan menghormati kepada sesama.
Pendidikan kisah suatu cara untuk mendidikan seorang anak untuk
mengetahui apakah yang terjadi dimasa dulu dan dapat mengambil manfaat yang
baik. Contoh ketika menceritakan kisa nabi Yusuf yang sangat unik dan
mengagumkan. Dari kisah tersebut dapat diambil pelajarannya tentang perlunya
memiliki ketapan batin maupun lahir, sebagaimana yang dimiliki oleh nabi Yusuf.
5.

Nilai Pendidikan Kesehatan
Kesehatan merupakan masalah yang snagat krusial dalam kehidupan

sehari-hari manusia, kesehatan pada dirinya terkadang dianggap sesuatu yang
biasa. Orang baru sadar akan pentingnya kesehatan bila suatu saat dirinya atau
keluarganya jatuh sakit. Dengan kata lain arti kesehatan bukan hanya terbatas
pada pokok persoalan sakit kemudian dicari obatnya, akan tetapi mampu menjaga
atau mencegah dari hal-hal yang mengakibatkan penyakit atau timbulnya sakit
karena kesehatan dibutuhkan setiap orang, apalagi orang-orang Islam.
kesehatan aktifitas keagamaan dan dunia dapat dikerjakan dengan baik.
Butuh yang sehat membuat dalam bekerja menjadi mudah dan lancar dalam
bekerja, begitu juga dalam melaksanakan ibadah pada Allah Swt. Semua aktifitas
didunia memerlukan tubuh yang kesehatan jasmani maupun rohani yang fit.
Mengingat pentingnya kesehatan bagi umat Islam apalagi dalam era
modern seperti untuk lebih memperhatikan anak-anaknya dengan memasukkan
pendidikan kesehatan sebagai unsur pokok. Disamping itu usaha penanaman
kebiasaan hidup sehat bisa dilakukan dengan cara mengajak anak gemar berolah

raga, memberikan keteladanan dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan
serta memberikan pengetahuan secukupnya tentang pentingnya kebersihan.
Ajaran Islam sangat mengutamakan kebersihan dan kerapian hambanya
semua sudah diatur dalam al-Quran dan Hadis. Setiap anak harus diajarkan hidup
yang bersih, karena Allah SWT menyukai hamba-hambanya yang bersih. Firman
Allah dalam al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 222.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang tua harus mengajarkan
kebersihan dimulai dari sejak dini atau masih didalam kandungan orang tua
dengan mendengarkan lantunan-lantunan ayat suci al-qurana dapat membuat bayi
lebih sehat secara jasmani atupun rohani tapi jikalau orang tuanya tidak menjada
kebersihan bisa berimbas kepada seorang janin karena akan mengalami ganggu
kesehatan. Maka mulailah membangun hidup sehat dan bersih sejak anak masih
dalam kandungan dan terus dididik hingga menjadi kebiasaan dalam hidupnya
agar kelak menjadi seseorang yang bersih dan pandai.
6.

Nilai Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan memberikan jalan yang terang dengan

bertujuan untuk membimbing dan mengarahkan serta mengasuh laki-laki
merupakantangu jawab seorang ibu dari anak-anak hingga saat dewasa, berbicara
menganai kelamin umumnya dan kehidupan seks khususnya agar mereka dapat
melakukan sesuai dengan ajaran islam.
Sehingga kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagian bahkan
kesejahteraan

manusia.

Pendidikan

seksual

juga

mengajarkan

upaya

penyelamatan, penyadaran dan penerangan masalah-masalah seksual kepada anak
baik yang laki-maupun yang perempuan, sehingga ketika anak telah tumbuh
menjadi seorang pemuda dan pemudi dapat memahami urusan-urusan kehidupan,
ia mengetahui apa yang diharamkan dan dihalalkan dalam berseksuallitas.
Nilai pendidikan yang berhubungan dengan seks di ajarkan kepada anak
sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan seks dan perkawinan.
Kemudian ketika anak tumbuh menjadi dewasa yang mana sudah bisa
membedakan yang batil dan yang haq.

Nabi muhammad SAW telah memberi contoh atau mengajarkan kepada
umatnya sesuai dengan firman allah dalam surat al-ahzab ayat 21.10 Dengan
demikian sudah jelas bahwa sudah ada akhlak yang di contohkan dalam diri nabi
muhammad SAW. Berkenaan dengan akhalk salah satunya adalah mengarahkan
untuk memisahkan ranjang tidur anak laki-laki dengan anak perempuan agar tidak
menimbulkan bahaya bagi kejiwaan saat dia masa puber karena pada saat ini dia
akan mengenali seks. berdasarkan hadis :
“Dari Amr bin Syu’aib ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw
pernah berkata suruh anak-anakmu melakukan slalat sejak usia dini yaitu tujuh
tahun dan Pukullah jika tidak mau sholat di usia sepuluh tahun, serta pisahkan
tempat tidur mereka.” (H.R. Abu Dawud).
Dari hadis diatas diketahui bahwa menempatkan nafsu itu kearah yang
diridhai Allah Swt, sehingga ia bisa membedakan yang baik dan buruk. Hal
tersebut dapat ditekankan bahwa pendidikan seks dalam Islam sudah diajarkan
sejak usia dini sebagaimana yang Rasulullah Saw contohkan dalam hadis. Jadi,
nilai pendidikan sek adalah standar atau ukuran yang telah dicapai oleh seorang
hamba dalam mengendalikan hawa nafsunya mana yang buruk.

D.

Nilai-nilai Falsafah Hidup Masyarakat Lampung (Piil Pesenggiri)
Nilai-nilai utama dalam falsafah hidup piil pesenggiri yaitu nilai

ketuhanan, nilai spiritual, nilai religius, nilai etika/moral, nilai intelektual, nilai
individu, nilai sosial, dan nilai material. 11
Nilai-nilai tersebut agar berjalan dengan baik perlu di adakannya wadah
pendidikan yang mendukung di dalamnya. Semua itu akan terbentuk manakala
murid mendapatkan didikan yang sebenar-benarnya. Pada dasarnya tugas orang
tua adalah mendidik anak agar menjadi generasi penerus yang bermanfaat bagi
negaranya.
Pembentukan itu bisa di mulai dari pembenahan moral yang mungkin
rusak pada kalangan saat ini. Padahal moral sudah melekat dalam pendidikan itu
10

al ahzab ayat 21, t.t.
11
Yusuf, “Nilai-Nilai islam dalam FalsaFah hidup masyarakat lampung,” 173.

sendiri. Moralitas yang mampu melaksanakan nilai-nilai moral agama dalam
hidupnya. 12 Lalu, pendidikan mempunyai ajaran yang akan memabawa
kesejahteraan kedepan. Tidak cukup hanya itu, namun perlu adanya fasilitas dan
wadah yang membantu penyebaran nilai-nilai pendidikan islam di lampung.
Salah satunya ialah majelis taklim. Majelis taklim ini juga sudah banyak di
lakukan masyarakan lampung yang menjadi aktivitas rutin setiap minggunya.
Lingkungan hidup berpengaruh, maka timbullah berbagai macam kebudayaan
sesuai dengan alam lingkungan tersebut.13
Selain dari delapan nilai utama falsafah hidup fiil pesenggiri tersebut ada
empat unsur pendudukung nilia falsafah hidup fiil pesengiri yaitu Julu Adok,
Nemui Nyimak, Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan adalah sebagai berikut :
1.

Juluk Adok
Juluk Adok adalah sebutan gelar adat, secara etimologi terdiri dari kata

juluk dan adok yang masing- masing mempunyai makna. Juluk adalah nama
(gelar adat) untuk wanita dan pria sewaktu yang bersangkutan masih muda atau
remaja atau belum menikah, dan adok bermakna nama panggilan keluarga
seseorang lelaki atau perempuan yang sudah menikah. Masih berhubungan
dengan Juluk Adok adalah Inai dan Amai.
Inai merupakan identitas atau nama panggilan dari keluarga untuk
seseorang perempuan yang sudah adanya ikatan pernikahan, yang diberi pihak
keluarga suami atau laki-laki. Sedangkan Amai itu sendiri adalah sebuah
panggilan keluarga ditujukan untuk seseorang laki-laki yang sudah menikah dari
pihak keluarga istri.
Juluk adok adalah sebagai unsur yang menjadi ketentuan piil pesenggiri
yang berelasi dengan nemui nyimah, yaitu sifat menghargai tamu. Hal tersebut
yakni Metafora yang berarti “tamu” salah satu faktor yang menyebabkan jarang
terjadi konflik di daerah Lampung. 14 Tamu ini memberi manfaat bagi kalangan
12

Arifin, lmu pendidikan islam tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan
interdisiliner, cet ke 5 (Jakarta: Bumi aksara, 2009).
13
Abu ahmadi, Noor salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, ed 1. cet ke 4
(Jakarta: PT Bumi aksara, 2004).
14
Sulistyowati Irianto dan Risma Margaretha, “Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan
Strategi Identitas Ulun Lampung,” t.t., 148.

masyarakat lampung. Tamu harus di muliakan karena membawa perdamaian di
antar keluarga.
Maka sebagai orang islam sangat di anjurkan untuk menjadikan nemui
nyimak ini salah satu akitivitas yang mulia. Memberi efek yang baik dengan
tamunya, sehingga tamu merasa di hargai begitupun dengan tuan rumah akan
mendapat kehormatan juga. Dari kejadia ini budaya masnayarkat lampung
sangatlah menjadi perhatian besar di kalanga tersebut. Kebiasaan positif ini dapat
mengarahkan kesejahteraan masyarakat lampung itu sendiri.
2.

Nemui Nyimah
Nemui Nyimah merupakan konsepsi tata nilai yang ditafsirkan sebagai

wujud rasa kepedulian sosial, kesetiakawanan, dan nilai-nilai kemanusiaan
(human interest) lainya. Melalui konsepsi ini, diharapkan seseorang memiliki
pandangan yang luas ke depan dengan motivasi tinggi, kerja keras, jujur, dan tidak
merugikan orang lain. 15 Semua itu tidak dapat di pisahkan, karna mempunyai
manfaat begitu besar. Dengan adanya motivasi wilayah lampung, lampung bisa
menjadikan daerahnya maju dalam bidang pendidikan islam. Tidak sekedar itu
namun dapat memajukan di berbagai bidang. Kerja keras yang sungguh-sungguh
tentunya akan membuahkan hasil yang di gapainya.
Seseorang akan sukses apabila menjadikan harinya tidak sia-sia, yakni
untuk bekerja keras untuk mendapatakan kesejahteraan hidup. Kesejahteraan
hidup ini bisa di bangun dengan adanya perilaku jujur dan tidak merugikan orang
lain. Jujur dapat membuahkan eratnya persaudaraan, tentunta yang kita bahas
disini ialah mayarakat lampung.
Jujur menjadi peran utama yang tidak akan merugikan orang lain,
sehingganya akan timbul kepercayaan dari orang lain. Dari hal tersebut maka
orang akan simpatik dan cinta.
Prinsip hormat dan cinta dalam Piil Pesenggiri yaitu nemui nyimah tidak
hanya berupa hormat kepada manusia tetapi juga hormat terhadap pencipta alam

15
Ahmad Muzakki, “Introducing Local Genius-Based Harmony Education (Piil
Pesenggiri) Among the Indigenous People of Lampung,” Penamas 30, no. 3 (31 Januari 2018):
279.

semesta ini yaitu Allah SWT.16 Selain hormat kepada pencipta alam dan sesama
manusia.prinsip ini juga memiliki sifat kepudian sosial.
Bentuk kongkrit dari nemui nyimah adalah konteks kehidupan masyarakat
dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sifat kepedulian sosial dan rasa setia
kawan. Ketika ada bencana disuatu daerah maka kita harus membantunya karena
adanya sikap kepedulian sosial yang ditanamkan didalam falsafat kehidupan
masyarakat lampung.
3.

Nengah Nyappur
Unsur pendukung berikutnya adalah Nengah Nyappur, unsur ini

mengandung arti suka bergaul atau bermasyarakat. Istilah Nengah berasal dari
kata benda dan menjadi kata kerja yang berarti ‘di tengah’ sedangkan istilah
Nyappur berasal dari kata benda ‘cappur’ menjadi kata kerja nyappur yang berarti
berbaur. Oleh karena itu Nengah Nyappur

mengandung filosofi yang

mengharuskan manusia menyadari bahwa dirinya berada dan harus ada di tengahtengah masyarakat manusia dan realitas kesemestaan lainnya
Pandangan

ini

dapat

diinterpretasikan

bahwa

Nengah

Nyappur

mengandung makna keharusan untuk berperan aktif dalam mengentaskan
persoalan-persoalan kemanusiaan yang tengah terjadi di jagat raya ini. Berperan
aktif berarti harus mengambil bagian dalam menegakkan kebenaran dan
kedamaian. Untuk hidup di tengah-tengah masyarakat dan realitas kesemestaan
harus memiliki kemampuan intelektualitas dan moralitas. Oleh karena itu orang
yang Nengah Nyappur paling tidak harus memiliki integritas intelektualitas,
spiritualitas, dan moralitas. Tanpa integritas seperti itu, maka mustahil dapat
berada di tengah-tengah realitas kesemestaan.
Menggambarkan bahwa anggota masyarakat lampung dengan bekal rasa
kekeluargaan serta diiringi dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan
siapa saja tidak membedakan agama dan tingkatan, sikap suka bergaul dan
bersahabat menimbulkan sikap ingin tahu, mau mendengarkan serta bereaksi
sigab dan tanggap.
Dwi Tiya Juwita, Agus Cahyono, dan Muhammad Jazuli, “Nilai-nilai Piil Pesenggiri
pada Tari Melinting di Desa Wana Lampung Timur,” 2017, 88.
16

Ditengah-tengah masyarakat multikultural, Nengah Nyappur dapat
bertindak sebagai jembatan penghubung antara tata nilai adat dengan sikap
toleransi yang tercermin dalam pergaulan sehari-hari masyarakat lampung.
4.

Sakai Sambayan
Sakai mempunyai makna usaha untuk memberi sesuatu kepada seseorang

maupun sekelompok orang berbentuk benda dan jasa yang bernilai ekonomi,
namun di dalamnya mengharapkan balasan. Sedangkan sambayan mempunyai
makana kebalikannya, yakni memnerikan sesuatu itu kepada seseorang atau
kelompok berbentuk benda dan jasa secara atau tidak mengharapkan balasan.
Sakai sambayan berarti gotong royong dan tolong menolong, artinya
memahami sakai sambayan pada hakikatnya adalah menunjukkan rasa partisipasi
yang dalam serta solidaritas yang tinggi pada masyarakat terhadap sesuatu
kegiatan atau kewajiban yang harus dilakukan. Selain itu pengertian Sakai
Sambayan merupakan kerjasama atau gotong royong sehingga masyarakat
Lampung harus saling tolong menolong dalam kebaikan jika orang lain
mengalami kesulitan. 17
Kalimat bergotong royong dalam mengerjakan sesuatu secara bergantian,
sejatinya mengandung filosofi bahwa manusia adalah makhluk individual dan
sosial. Sebagai makhluk individual manusia selain membantu orang lain, juga
butuh bantuan orang lain (ada pamrih). Sedangkan sebagai makhluk sosial,
manusia harus saling tolong menolong secara ikhlas tanpa mengharap balasan
apapun.

E. Peran Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Falsafah Hidup Masarakat
Lampung

17
Leni Widiawati, “Skema Pembiayaan Syariah dari Perspektif Local Wisdom Lampung
‘Piil Pesenggiri’ (Suatu Kajian Literatur),” Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 3,
no. 1 (22 April 2017): 6, http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/10674.

Berbagai nilai utama dalam falsafah hidup masyarakat Lampung yang
telah dideskripsikan sebelumnya, berikut ini akan dikaji sejauhmana peran nilainilai pendidikan Islam, atau dapat pula dikatakan adakah pengaruh nilai-nilai
pendidikan Islam terhadap falsafah hidup masyarakat Lampung tersebut.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
falsafah hidup Piil Pesenggiri terdapat delapan nilai, dan diabstraksi menjadi tiga
nilai utama. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam Piil Pesenggiri dan keempat
unsur pendukungnya, yaitu yang disebut; Bejuluk Adek, Nemui Nyimah, Nengah
Nyappur, dan Sakai Sambayan.
Nilai ketuhanan yang merupakan nilai yang sangat fundamental dan
utama, bahwa Allah yang menciptakaan, memelihara, dan menjaga alam mesta ini
beserta isinya sehingga manusia hidup dengan damai dan tetram. secara reflektif
keberadaan Tuhan tidak pernah terpisah dari kehidupan makhluk kesemestaan
termasuk manusia, karena Tuhan yang mengatur dan menjaga segala-galanya.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai ketuhana selarang dengan nilainilai pendidikan islam karena sama-sama menyakini keesaan Allah swt dan tidak
menyekutukan allah swt.
Selanjutnya unsur pendukung kedua dari falsafah hidup masyarakat
Lampung, adalah Nemui Nyimah. Istilah Nemui Nyimah berasal dari kata benda
‘temui’ yang berarti tamu, kemudian menjadi kata kerja yaitu ‘nemui’ yang berarti
bertamu atau menerima tamu. Sedangkan Nyimah berasal dari kata benda ‘Simah’
kemudian menjadi kata kerja Nyimah yang berarti suka memberi, sehingga Nemui
Nyimah mengandung arti selalu membuka diri untuk menerima tamu, suka
memberikan sesuatu dengan ikhlas kepada pihak lain dan sekaligus sebagai
simbol ungkapan hati nurani dan ungkapan keakraban
Dengan demikian secara aksiologis Nemui Nyimah mengandung nilainilai kesamaan dan kebersamaan, dan dari nilai tersebut secara kausalitas
menimbulkan nilai keakraban dan kerukunan yang berlandaskan nilai religious
dan dikonkretkan melalui keharusan menjalin silaturrahmi, dan pada akhirnya
bermuara pada nilai kepedulian sosial atau nilai sosialitas. Nilai kesamaan dan
kebersamaan yang berlandaskan religious dan diwujudkan melalui silaturrahmi,

dalam Islam ajaran semacam ini merupakan dasar yang sangat penting dalam
kehidupan bertetangga dan bermasyarakat.
Unsur pendukung berikutnya adalah Nengah Nyappur. Seperti telah
dijelaskan bahwa unsur ini mengandung arti suka bergaul atau bermasyarakat.
Istilah Nengah berasal dari kata benda dan menjadi kata kerja yang berarti ‘di
tengah’ sedangkan istilah Nyappur berasal dari kata benda ‘cappur’ menjadi kata
kerja nyappur yang berarti berbaur. Nengah Nyappur mengandung filosofi yang
mengharuskan manusia menyadari bahwa dirinya berada dan harus ada di tengahtengah masyarakat manusia dan realitas kesemestaan lainnya Pandangan ini dapat
diinterpretasikan bahwa Nengah Nyappur mengandung makna keharusan untuk
berperan aktif dalam mengentaskan persoalan-persoalan kemanusiaan yang tengah
terjadi di jagat raya ini.
Berperan aktif berarti harus mengambil bagian dalam menegakkan
kebenaran dan kedamaian. Untuk hidup di tengah-tengah masyarakat dan realitas
kesemestaan harus memiliki kemampuan intelektualitas dan moralitas. Oleh
karena itu orang yang Nengah Nyappur paling tidak harus memiliki integritas
intelektualitas, spiritualitas, dan moralitas. Tanpa integritas seperti itu, maka
mustahil dapat berada ditengah-tengah realitas kesemestaan.
Unsur yang terakhir dari falsafah hidup masyarakat Lampung adalah Sakai
Sambaian. Istilah Sakai (sesambai) berarti bergotong royong atau kerja sama
dalam mengerjakan sesuatu di antara sesama manusia dengan cara saling
bergantian satu sama lain. Sedangkan Sambaian berarti tolong menolong,
sehingga Sakai Sambaian mengandung arti gemar bergotong royong dan saling
tolong menolong. Pada hakikatnya sepaham bahwa Sakai Sambaian mengandung
makna tolong menolong dan bergotong royong. Oleh karena itu, Sakai Sambaian
lebih relevan dengan nilai vitalitas atau kehidupan, karena yang paling dituntut
adalah untuk mempertahankan hidup harus pandai menjalin hubungan dan
bekerjasama dengan pihak lain.
Kalimat bergotong royong dalam mengerjakan sesuatu secara bergantian,
sejatinya mengandung filosofi bahwa manusia adalah makhluk individual dan
sosial. Sebagai makhluk individual manusia selain membantu orang lain, juga

butuh bantuan orang lain (ada pamrih). Sedangkan sebagai makhluk sosial,
manusia harus saling tolong menolong secara ikhlas tanpa mengharap balasan
apapun.

F. Kesimpulan
Masyarakat Lampung baik yang beradat Sain Batin maupun Pepaduan
memiliki kebudayaan lokal yang sangat kental, dan berpotensi besar sebagai asas
utama bagi terselenggaranya pendidikan yang ideal. Nilai-nilai moral budaya yang
terus dipegang teguh dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Lampung itu, ternyata mencukupi sebagai modal dasar dan landasan filosofis bagi
terselenggaranya pendidikan yang demokratis. Karenanya, manajemen pendidikan
yang berlandaskan lokalitas Lampung merupakan keniscayaan pada zaman
kontemporer.
Integrasi Islam dan nilai-nilai filosofis budaya Lampung di dalamnya
terdapat nilai-nilai etis, moral, spiritual, nilai-nilai material dan nonmaterial yang
dimaknai dalam sistem sosial dan budaya yang berfungsi untuk membangun
kesadaran moral, perekat sosial, budaya, ekonomi, politik, persatuan dan kesatuan
bangsa. Jika nilai-nilai filosofis budaya Lampung diaktualisasikan secara tulus,
benar dan konsisten maka relevan dengan sikap dan perilaku produktif masyarakat
serta berguna bagi pembangunan.
Secara menyeluruh, dan mendasar dengan berbagai nilai-nilai falsafah
hidup yang relevan dengan nilai-nilai pancasila, bahkan sejajar dengan nilai-nilai
Islam, atau nilai-nilai falsafah hidup tersebut sarat dengan nuansa keIslaman.
Misalnya nilai ke-Tuhanan, nilai kemanusiaan, nilai kehidupan dan nilai yang
diturunkan dari ketiga nilai-nilai itu.
Nilai kemanusiaan yag penting dihadapi manusia yang akan datang, karena
dapat memberikan arahan positif masyarakat lampung itu sendiri.

G. Referensi
Abu ahmadi,. Noor salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Ed 1. cet ke 4.
Jakarta: PT Bumi aksara, 2004.
al ahzab ayat 21, t.t.

Arifin. lmu pendidikan islam tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan
pendekatan interdisiliner. Cet ke 5. Jakarta: Bumi aksara, 2009.
Hanafi, Suhri. “Problematika Penegakan Hukum Dan Etika Profesi Di Indonesia:
Analisis Dengan Pendekatan Nilai-Nilai Ajaran Islam.” HUNAFA: Jurnal
Studia Islamika 6, no. 2 (15 Agustus 2009): 233.
https://doi.org/10.24239/jsi.v6i2.136.233-246.
Hasan Langgulung. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al husna, 1992.
Hayadin, Hayadin. “Eksistensi Perpustakaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum.” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan
Keagamaan 13, no. 2 (2017).
Irianto, Sulistyowati, dan Risma Margaretha. “Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan
Strategi Identitas Ulun Lampung,” t.t., 11.
Juwita, Dwi Tiya, Agus Cahyono, dan Muhammad Jazuli. “Nilai-nilai Piil
Pesenggiri pada Tari Melinting di Desa Wana Lampung Timur,” 2017, 9.
Masykur, Hanif. “EKSISTENSI DAN FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.” PhD Thesis, IAIN
Salatiga, 2015.
Muslim Nurdin, dan Ishak Abdullah. Moral dan Kognisi Islam. Bandung:
Alfabeta, 1993.
Muzakki, Ahmad. “Introducing Local Genius-Based Harmony Education (Piil
Pesenggiri) Among the Indigenous People of Lampung.” Penamas 30, no.
3 (31 Januari 2018): 261–80.
Nurdin, A. Fauzie. “Integralisme Islam dan Nilai-nilai Filosofis Budaya Lokal
pada Pembangunan Propinsi Lampung.” UNISIA 32, no. 71 (2009).
Tambunan, Arifin S. “Menelusuri Eksistensi Ketetapan MPRS NO.
XX/MPRS/1966.” UNISIA 30, no. 65 (2007).
Wahyudi, Dedi, dan Tuti Alafiah. “Studi Penerapan Strategi Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligences dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam” 8, no. 2 (t.t.): 28.
Widiawati, Leni. “Skema Pembiayaan Syariah dari Perspektif Local Wisdom
Lampung ‘Piil Pesenggiri’ (Suatu Kajian Literatur).” Prosiding Seminar
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 3, no. 1 (22 April 2017).
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/10674.
Yusuf, Himyari. “Nilai-Nilai islam dalam FalsaFah hidup masyarakat lampung.”
KALAM 10, no. 1 (2017): 167–192.
Zein, Achyar, Syamsu Nahar, dan Ibrahim Hasan. “Nilai-nilai Pendidikan Islam
dalam Al-Qur‘an (Telaah Surah Al-Fatihah),” t.t., 21.