Ide2 politik take home Perkembangan komu (1)

PERKEMBANGAN KOMUNISME DI INDONESIA SEBELUM MASA
PROKLAMASI

Oleh:
Nama : Wahyu Kamdani
NIM : 151090321
Kelas : C

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2013

1

I. Pendahuluan
Komunisme di Indonesia memiliki sejarah yang kelam, kelahirannya di Indonesia tak
jauh dengan hadirnya para orang-orang buangan dari Belanda ke Indonesia dan mahasiswa mahasiswa jebolannya yang beraliran kiri. Mereka di antaranya Sneevliet, Bregsma, dan Tan
Malaka (yang terahir masuk setelah SI Semarang sudah terbentuk). Alasan kaum pribumi yang
mengikuti aliran tersebut dikarenakan tindakan-tindakannya yang melawan kaum kapitalis dan
pemerintahan, selain itu iming-iming propaganda PKI juga menarik perhatian mereka. Gerakan

Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh
kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP. Awalnya VSTP hanya berisikan anggota
orang Eropa dan Indo Eropa. saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi pun ikut
di dalamnya. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaoen kemudian menjadi ketua SI
Semarang.
Komunisme Indonesia mulai aktif di Semarang, atau sering disebut dengan Kota Merah
setelah menjadi basis PKI di era tersebut. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi berhaluan
kiri ke dalam SI (Sarekat Islam) menjadikan komunis sebagian cabangnya karena hak otonomi
yang diciptakan Pemerintah Hindia Belanda atas organisasi lepas menjadi salah satu ancaman
bagi pemerintah. ISDV menjadi salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya
pemogokan buruh di Jawa. Konflik dengan SI pusat di Yogyakarta membuat personel organisasi
ini keluar dari keanggotaan SI, setelah disiplin partai atas usulan Haji Agus Salim disahkan oleh
pusat SI. Namun ISDV yang berganti nama menjadi PKI semakin kuat saja dan di antara
pemimpin mereka dibuang keluar Hindia Belanda. Kehancuran PKI fase awal ini bermula
dengan adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan besar2

besaran di seluruh Hindia Belanda. Tan Malaka yang tidak setuju karena komunisme di
Indonesia kurang kuat mencoba menghentikannya. Namun para tokoh PKI tidak mau
menggubris usulan itu kecuali mereka yang ada di pihak Tan Malaka. Pemberontakan itu terjadi
pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan kehancuran PKI dengan mudah oleh pemerintah

Hindia Belanda. Para tokoh PKI menganggap kegagalan itu karena Tan Malaka mencoba
menghentikan pemberontakan dan memengaruhi cabang PKI untuk melakukannya.1
II. Rumusan Masalah
Bagaimanakah perkembangan komunisme di Indonesia?
III. Kerangka Teori
Paham komunisme atau idealisme komunisme adalah paham yang merupakan sebagai
bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis yang merupakan cara berpikir masyarakat
liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme di barat berakibat munculnya
masyarakat kapitalis menurut paham komunisme, mengakibatkan penderitaan rakyat.
Komunsime muncul sebenarnya sebagai reaksi penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis
yang didukung oleh pemerintah. 2
Bertolak belakang dengan individualisme kapitalisme, paham komunisme yang
dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat kebabasan dan hak individu
itu tidak ada. Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan Negara dengan agama
meletakkan pada pandangan filosofisnya yaitu materialisme diakletis dan materialisme historis.
Hakikat kenyataan tertinggi menurut komunsime adalah materi.
1Aufadhuha “sejarah komunisme di indonesia” http://ilhamblogindonesia.blogspot.com/2012/05/sejarahkomunisme-di-indonesia.html di akses pada tanggal 20 juni 2013
2 “pengertian komunisme” http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-komunisme.html di akses pada
tanggal 20 juni 2013


3

IV. Pembahasan
Kehadiran faham Komunisme di Indonesia tak lepas dari Negara

penganut paham

komunis terbesar yaitu uni soviet dan cina. Di Indonesia, paham komunisme ini pernah tumbuh
dan berkembang pada awal abad ke 20. Pada tahun 1914, Sneevliet, seorang tokoh marxisme
Belanda, bersama-sama dengan tokoh sosialis lainnya, seperti J.A. Brandsteder, H.W.Dekker,
dan P.Bergsma, mendirikan suatu organisasi yang diberinama Indische Sociaal Democratische
Vereninging (ISDV). Melalui organisasi ini, dia mengembangkan paham marxis terutama
dikalangan buruh. Buruknya kondisi ekonomi dan buruknya hubungan antara gerakkan politik
dan pemerintah Hindia Belanda dimanfaatkan dengan baik oleh tokoh-tokoh komunis Indonesia,
sehingga pengaruh komunis berkembang pesat.
Sneevliet lahir di Rotterdam 13 mei 1883 dan pada usia20an sneevliet mulai aktif dan
bergabung dalam organisasi politik yaitu social democratische arbeid partij (partai buruh social
demokrat) menjadi anggota dewan kotazwolle hingga tahun 1909. Setelah itu sneevliet diangkat
menjadi pimpinan serikat buruh kereta api dan trem (national union of rail and tramway
personenl) pada tahun 1911. Dalam organisasi ini sneevliet memimpin pemogokan-pemogokan

kaum buruh di belanda sehingga membuat namanya masuk ke dalam daftar hitam di belanda.
Keberanian sneevliet membuat rezim

pemerintahan takut sehingga pemerintah melakukan

penekanan terhadap steevliet melalui federasi serikat buruh. Setelah terjadi konflik yang panas
antara serikat buruh yan dipimpinya dengan federasi serikat buruh, steevliet mundur dari
jabatannya pada tahun 1912 dan pindah ke kota Semarang.

4

Berdirinya ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging)
Pada saat itu kota Semarang merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van
Spoor en Tramweg Personnel (VSTP). Pada awalnya Sneevliet di sewa oleh VSTP sebagai
propagondis bayaran untuk menyebarkan ajaran yang dianut oleh buruh tersebut. Melalui
kesempatan inilah Sneevliet berkenalan dengan massa buruh sekaligus menyebarluaskan doktrin
pertentangan kelas yang dianut oleh ideologi komunisme. Sneevliet sadar betul bahwa
keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuhkembangkan
ideologi komunisme di Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama personil-personil yang
tergabung dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu

menjabat sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang bersifat
radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India.
ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media
propaganda untuk menyebarkan ajaran ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi
tersebut. Oleh karena anggota ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi
ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi
Oetomo dan Sarekat Islam (SI). Usaha ISDV untuk mendapatkan simpati rakyat tidak berhasil,
karena rakyat ISDV masih menjadi sebuah kesatuan terhadap pemerintah kolonial Belanda. 3
Sejak mulanya tendensi revolusioner mengendalikan ISDV, sikapnya militan terhadap isu-isu
lokal (misalnya, kampanye mendukung seorang jurnalis Indonesia yang diadili karena melanggar
hukum pengendalian pers dan juga mengadakan rapat umum menentang persiapan perang yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda) dan selain itu ISDV juga melibatkan diri dalam pergerakan
nasional. Pada tahap itu orang Eropa anggota ISDV Belanda boleh masuk Insulinde sebagai
3 Universitas Sumatra Utara “sejarah perkembangan komunisme di Indonesia ”
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf di akses pada tanggal 30 juni 2013

5

anggota individual. Pimpinan Insulinde dan Sarekat Islam bersifat kelas menengah, tetapi senang
dan bersyukur menerima bantuan dari ISDV, dan hanya kaum sosialis siap membantu pada saat

itu. Namun demikian, tak terelakkan konflik mulai timbul antara kepemimpinan ISDV dan
Insulinde, dan juga di dalam ISDV sendiri. ISDV menegaskan bahwa pejuangan melawan
penjajahan Belanda harus didukung kaum sosialis, dan menyatakan bahwa hal ini mencakup
perjuangan melawan sistem kaptialis. Pimpinan kelas menegah Insulinde (seperti para pemimpin
SI kemudian) secara naluriah menolak dengan keras pikiran itu, dan mengedepankan “teori dua
tahapan”. Para pemimpin ISDV semakin gencar untuk terus melakukan pendekatan diri terhadap
para pemimpin SI di Semarang. Disamping itu, Sneevliet dan kawan-kawan juga melakukan
propaganda sampai ke lingkungan angkatan perang. Sneevliet terus melakukan ceramah-ceramah
politk yang tujuannya adalah menanamkan benih-benih komunisme di lingkungan tersebut.
Kegiatan Sneevliet ini sepenuhnya dibantu oleh Branstedder dan van Burink. Atas kerjasama
bersama rekan rekannya Sneevliet akhirnya berhasil menggagasi terbentuknya Raad van
Matrozen en Mariniers (Dewan Kelasi dan Marinir), suatu organisasi dilingkungan militer yang
bersifat radikal revolusioner. Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di
terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan
militer. Isi koran ini selalu diwarnai dengan ide-ide komunisme yang mengedepankan ide-ide
perjuangan kelas.4 Dalam ISDV sendiri aliran refomis meninggalkan partai itu di tahun 1916 dan
mendirikan Partai Sosial Demokrat Indonesia (ISDP), yang dalam waktu singkat langsung dekat
dengan pemimpin kelas menengah nasionalis. Di sisi lain, ISDV makin digemari dan dihormati
kaum militan Indonesia karena berani dan berprinsip dalam hal politik lokal. Walaupun diserang
para pemimpin nasionalis karena banyak yang berketurunan Belanda, hal ini tidak merupakan

rintangan dalam perjuangan membangun organisasi revolusioner. Potensi revolusioner ISDV
4 Ibid, hal. 5

6

yang gemilang pada era itu ditunjukkan tahun 1917-18, saat partai itu segera mendukung
Revolusi Rusia dan dengan cepat menarik implikasi revolusi itu bagi revolusi di negara Eropa
dan Indonesia sendiri. Belajar dari pengalaman Rusia, ISDV mulai mengorganisir serdadu dan
pelaut di Indonesia, dan dengan usaha itu berhasil menarik pengikut sekitar 3,000 orang di
angkatan bersenjata Belanda.
Pada akhir tahun 1918, saat Belanda di ambang revolusi, pemerintah kolonial bingung
karena kelihatannya mungkin ada perebutan kekuasaan revolusioner di Belanda, dan mungkin
sesudahnya di Indonesia juga. Pada saat itu sosial demokrat Belanda kehilangan keberaniannya.
Pemerintah kolonial menjanjikan berberapa perbaikan situasi sehingga situasi revolusioner reda.
Situasi di Indonesia pada tahun 1918-19 penuh gejolak, karena kisis ekonomi menghantam para
pekerja dan timbulkan perlawanan dengan kekerasan di kalangan kaum tani. Kejadian ini
melatarbelakangi pertumbuhan ISDV/PKI secara massal, dan juga menyebabkan reaksi dari segi
pemerintah.5
Memecah SI (Serikat Islam)
Indonesia adalah Negara yang penduduknya mayoritas beragama islam. Corak agamis

dan anti kolonial jelas menjadi daya tarik kuat bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
organisasi yang beraliran islam. Salah satu organisasi islam yang besar adalah Sarekat Islam. Di
bawah pimpinan sosok kharismatis H. ‘Umar Said Tjokroaminoto (1882-1934) organisasi SI
kian berbobot. Tokoh ini sudah pernah berurusan dengan aparat hukum kolonial karena faham
anti kolonial yang jelas. Pada masa itu berurusan dengan aparat dalam arti melawan penguasa

5 Sisil kautsar “Sejarah Komunisme Di Indonesia” http://sisilkautsar.blogspot.com/2012/12/sejarah-komunis-diindonesia.html , di akses tanggal 30 juni 2013

7

dapat menaikkan martabat dalam pandangan rakyat. Tentu saja juga memiliki resiko besar,
termasuk nyawa taruhannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kaum komunis menempuh cara licik. Pendekatan
Sneevliet dilakukannya melaui pimpinan SI Semarang yakni Semaun dan Darsono. Mereka tidak
merasa perlu bersusah payah meraih pengikut dari warga yang belum menjadi anggota suatu
partai, tetapi mencoba menyusup masuk Sarekat Islam dan usahanya membuahkan hasil, banyak
anggota SI yang terpengaruh. Dengan bantuan Semaoen –tokoh SI yang kelak menjadi tokoh
senior PKI– organisasi SI pecah menjadi SI Putih dan SI Merah sebagai akibat pembelotan para
anggotanya. Tjokroaminoto bersikap tegas dengan kebijakan larangan beranggota ganda. Melalui
pengaruhnya dalam SI dan serikat-serikat buruh, ISDV mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Perkembangan ISDV juga disebabkan infiltrasi ke dalam tubuh SI yang dianjurkan oleh
Sneevliet kepada pengikutnya untuk merangkap sebagai anggota SI. Bahkan pada tanggal 25
Desember 1919 tercapai persetujuan dengan SI yang menghasilkan pembentukan ”Persatuan
Pergerakan Kaum Buruh yang meliputi 22 Serikat Buruh dengan 72.000 anggota yang sebagian
besar terdiri dari buruh Central Serikat Islam (CSI) Semarang.

6

Sebelum munculnya Serikat

Islam juga sudah banyak terbentuk serikat-serikat buruh yang menjadi wadah perkumpulan dan
konsolidasi kepentingan mereka.
Pada bulan Oktober 1921 dilaksanakan kongres SI yang ke VI di Surabaya. Pada saat itu
terjadi suasana panas mewarnai jalannya kongres karena adanya perdebatan yang terjadi diantara
fraksi komunis yang diwakili oleh Darsono dan Tan Malaka dengan pimpinan SI pada saat itu
Haji Agus Salim. Pada kongres tersebut kemudian diputuskan bahwa dilarangnya keanggotaan
rangkap. Artinya anggota SI tidak lagi boleh menjadi anggota dari organisasi lain, jadi bagi
6 Ibid, hal. 5

8


anggota yang selama ini merangkap sebagai anggota dari organisasi lain harus memilih antara SI
atau organisasi lainnya tersebut. Keputusan ini sontak mendapat perlawanan dari faksi komunis
karena hal tersebut akan sangat merugikan bagi mereka. 7 Sadar bahwa keluar dai SI merupakan
sesuatu yang akan sangat merugikan bagi kekuatan PKI, maka Semaun selaku ketua PKI dan SI
Semarang pada saat itu menolak keputusan kongres dan justru menghimpun kekuatan didalam
tubuh SI. Semaun kemudian melakukan propaganda dalam tubuh SI dan mengatakan bahwa apa
yang telah diputuskan dalam kongres merupakan sebuah sesuatu yang keliru dan oleh sebab itu
harus di tinjau kembali keputusannya. Namun, pimpinan SI pada sat itu tetap bersikeras pada apa
yang telah diputuskan dalam kongres. Dengan keputusan tersebut maka anggota-anggota SI yang
tidak mau keluar dari PKI dikeluarkan dari tubuh SI. Sekalipun keputusan ini akan mengurangi
jumlah anggota, namun pimpinan SI tetap menganggap bahwa keputusan ini merupakan hal
terbaik yang harus dilakukan.
Semaun dan para anggota SI yang juga merupakan PKI tidak tinggal diam dengan
keputusan ini. Mereka tetap tidak mau menerima hasil kongres dan tidak keluar dari SI. Mereka
kemudian membentuk SI tandingan yang di sebut sebagai SI Merah, sedangkan SI yang
menerima hasil kongres tersebut dinamakan sebagai SI Putih. SI tandingan ini tidak hanya terjadi
ditingkat pusat, melainkan juga samapi ke cabang di daerah-daerah. Pada kongres PKI II di
Bandung Maret 1923 dirumuskan secara jelas bahwa mereka menentang secara terang-terangan
SI sebagai kekuatan politik, dan mengubah SI merah menjadi Sarekat Rakyat (SR) sebagai

organisasi yang berada dibawah PKI.

Pergerakan Partai Komunisme Indonesia
7 Ibid, hal. 5

9

Pemerintah Hindia Belanda melihat bahwa kekuatan komunis sudah mulai berkembang
dan semakin menyebabkan ancaman karena aksi yang dilakukan anggotanya. Kemudian
pemerintah Hindia Belanda mengusir tokoh-tokoh komunis seperti Muso, Alimin, Darsono dan
Semaun. Tokoh-tokoh ini menyebar ke Asia hingga Eropa. Namun tidak lama kemudian pada
akhir tahun 1923 tokoh-tokoh komunis tersebut kembali ke Hindia Belanda.
Pada Konggres PKI tahun 1924 di kota Gede Yogyakarta,dibahas mengenai rencana
gerakan bersama di seluruh Indonesia. Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak
memperoleh persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius
oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapatrapat PKI juga dibubarkan. Januari 1926 Musso,
Boedisoetjitro, dan Soegono rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg
Stirum tetapi mereka telah pergi ke Singapura. Kekacauan hari demi hari semakin memuncak
dan hampir semua pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada Alimin,
Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan Winata. Sedangkan Tan Malaka di Manila
dan Darsono di Uni Soviet. Akhirnya “PKI melakukan gerakan dengan “gaya lokal” dan aksi
lokal (local action) yang di antaranya tidak banyak berkaitan dengan komunisme teoritis. Di
Banten partai ini menjadi Islam yang berlebihlebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan
Jawa tanpa koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik bagi unsur-unsur
masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan.”8
Pada bulan Januari 1926 ternyata beberapa tokoh PKI seperti Alimin, Sanusi, Subakat,
Winanta, Musso, Sugono dan Budisutjitro telah berkumpul di Singapura untuk membicarakan
keputusan Prambanan. Kemudian mereka memutuskan Alimin untuk menemui Tan Malaka dan
8 Wahyu wirawan, “AKSI PARTAI KOMUNIS INDONESIA 1926-1965”
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no1april2007/AKSI%20PARTAI
%20KOMUNIS%20INDONESIA%20wahyu%20wirawan.pdf ,diakses pada tanggal 30 juni 2013

10

membicarakan mengenai keputusan Prambanan tersebut. Pada bulan Maret 1926, keputusan itu
diterima oleh Tan Malaka dari Alimin di Manila. Tan Malaka kemudian menilai bahwa
keputusan tersebut terlalu tergesa-gesa untuk dilakukan. Ia menilai bahwa pada saat itu PKI
belum tepat untuk melakukan pemberontakan, dengan alasan PKI belum solid dan basis massa
yang belum sepenuhnya sadar dan revolusioner. Kemudian Tan Malaka menjelaskan bahwa
keputusan itu tidak legitimate karena belum dibicarakan dalam Komintern. Tan Malaka
menjelaskan bahwa PKI merupakan salah satu anggota Komintern, jadi setiap pergerakan yang
akan dilakukan harus terlebih dahulu dibahs dalam Komintern. Pada kesempatan itu Tan Malaka
lima alasan sebagai nasehat politik, yaitu9;
1. Putusan Prambanan tersebut diambil tergesa gesa, kurang dipertimbangkan secara
matang
2. Putusan semata-mata karena provokasi dari pihak lawan dan tidak seimbang dengan
kekuatan sendiri
3. Putusan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dan Komintern
4. Tidak cocok dengan taktik dan strategi komunis, ialah massa aksi
5. Kalaupun dilaksanakan akibatnya akan sangat banyak merugikan pergerakan rakyat di
Indonesia.
Setelah pemberontakan yang dilakukan PKI pada tahun 1926/1927 gagal, para tokoh
tokoh komunis pun semakin rawan keberadaannya di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda
pada saat itu memerintahkan secara khusus Polisi Pengawasan Politik untuk menangkap para
kader PKI. Hal tersebut jelas membuat PKI menjadi tercerai-berai karena mereka selalu
9 Ibid, hal. 5

11

mendapat pengawasan ketat dari pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Para pimpinan PKI
pun hanya dapat melakukan pertemuan di luar negeri saja, sehingga kekuatan yang mereka susun
tidak terbangun secara optimal.
Kebangkitan PKI mulai terlihat setelah di laksanakannya kongres keenam Komintern
pada bulan Agustus 1928 di Moskow. Agenda yang dibahas paada saat itu masih seputar
mengenai kegagalan kudeta yang dilakukan di Indonesia. Tokoh tokoh PKI yang hadir pada saaat
itu seperti Musso, Tan Malaka dan Semaun mengalami perselisihan sepanjang jalannya kongres.
Hal ini tidak terlepas dari pembahasan mengenai tindakan dari keputusan Prambnan tersebut.
Perselisihan ini membuat kepemimpinan didalam tubuh PKI menjadi terpecah.
Karena telah mencoba untuk melakukan pemberontakan, pemerintah Hindia Belanda
menjadi sangat anti dengan nama komunisme. Gerakan yang dilakukan PKI baru mulai nampak
ketika terbentuknya Sarekat Kaum Buruh Indonesia (SKBI). Namun aktivitas mereka di curigai,
dan beberapa tokoh SKBI ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1932 mereka
bangkit kembali dengan membentuk komite persatuan yang di sistemnya lebih dikenal dengan
nama Organisasi Sel. Komite ini terus menerus melakukan tuntutan revolusionernya antara lain
menuntut pembebasan bagi tahanan-tahanan politik yang selama ini ditangkap oleh pemerintah
Hindia Belanda.
Komunisme telah mempunyai garis perjuangan yang berbeda, sehingga tokoh komunis
yang pada saat itu masih berada di Moskow dikirim pulang ke negaranya masing masing. Musso
diperintahkan oleh Komintern untuk pulang ke Indonesia dan menjelaskan perubahan garis
perjuangan komunisme tersebut. Pada tahun yang sama, Musso sudah sampai di Surabaya, dan
menggalang kekuatan bersama tokoh tokoh PKI yang masih melakukan pergerakan dibawah

12

tanah seperti Sudjono, Pemudji, Sukindar dan lain lain. Musso kemudian membentuk Central
Comite (CC) PKI baru pada tahun 1935. Kelompok ini bertugas untuk membina tokoh-tokoh
muda menjadi orang yang mempunyai pemikiran revolusioner. Tokoh yang kemudian dapat
dijaring oleh kelompok ini adalah Tan Liang Djie dan Mr. Amir Sjarifuddin.
Pergerakan PKI mengalami perubahan sejak kembalinya Musso dari Moskow. Kader
kader PKI justru disarankan untuk masuk kedalam Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), sebuah
gerakan yang terbentuk pada tahun 1937 dan memiliki azas kooperasi dengan pemerintah
Belanda. Hal ini dikarenakan sikap Gerindo yang dengan tegas anti-fasis sehingga menarik
perhatian dari kader-kader PKI. Didalam Gerindo inilah kemudian kader-kader PKI (terutama
kader muda) di berikan pemahaman mendalam mengenai doktrin komunisme. Pemuda pemuda
yang terkader pada saat itu antara lain adalah Wikana, D.N. Aidit, Sudisman, Anwar Kadir,
Tjugito dan Mr. Joseph.10
Memasuki era pemerintahan yang dikuasai oleh Jepang, gerakan komunisme di Indonesia
jelas terang-terangan telah berubah haluan. Komunis yang sebelumnya selalu melakukan
perlawanan terhadap kapitalis pemerintah Hindia Belanda kini justru menempatkan Jepang
sebagai musuh baru dalam perjuangan politiknya. Hal ini tidak terlepas dari apa yang terjadi di
eropa saat itu, dimana Moskow sebagai pusat kekuatan komunis di dunia mulai merasa terancam
dengan keberadaan Italia dan Jerman yang bersatu dalam kekuatan fasis. Hal ini membuat
Komintern mengambil kebijakan untuk memerintahkan seluruh anggotanya (termasuk PKI)
untuk melakukan perlawanan terhadap fasisme. Bahkan Komunisme menjalin kerjasama dengan
kapitalisme yang anti-fasis untuk melawan kekuatan fasisme itu sendiri. Hal ini disebabkan,
karena tokoh Komitern di Moskow menganggap bahwa kekuatan fasisme jauh lebih berbahaya
10 Ibid, Hal. 5

13

dari kekuatan kapitalisme itu sendiri, sehingga perlawanan terhadap fasisime tersebut harus
diperoritaskan terlebih dahulu.
V. Kesimpulan
Komunis lahir saat kondisi di Hindis Belanda ( Indonesia ) sedang mangalami ketertindasan
akibat system yang diterapkan oleh Belanda, Belanda mencerminkan praktek Kapitalisme dan
Feodalisme, Menindas kaum kecil seperti buruh dan petani. Pada awalnya Komunis hendak
menghancurkan belanda dan islam, tetapi melihat begitu besarnya rakyat yang beragama islam
yang itu bisa dimanfaatkan sebagai massa pro komunis dan akhirnya mereka juga menerapkan
ide yang awalnya ditentang oleh mereka ( ide untuk tidak menghancurkan islam tapi justru
memanfaatkannya dating dari Tan Malaka, ia menganggap dalam menerapkan teori komunis
harus melihat konteks wilyah ). Di awal – awal lahirnya, massa yang dibidik adalah buruh, tetapi
seiring dengan berjalannya waktu mereka juga melihat bahwa petani bisa dijadikan basis massa
yang lebih solid dari pada buruh, akhirnya mereka pun mengalihkan perhatiannya kepada kaum
petani dan juga masyarakat islam. Faktor yang turut berpengaruh terhadap besarnya organisasi
ini adalah apa yang mereka tawarkan kepada petani, buruh serta kamuflase nilai komunis yang
disamakan dengan nilai islam. Hal ini karena kondisi saat itu benar – benar kondisi yang berat
dan menekan kaum kecil seperti buruh dan petani. Dengan propaganda mereka yang dianggap
pro rakyat kecil, mereka pun mendapatkan simpati yang cukup besar.

VI. Daftar Pustaka

14

1. Aufadhuha “sejarah komunisme di indonesia” di akses pada tanggal 20 juni 2013

http://ilhamblogindonesia.blogspot.com/2012/05/sejarah-komunisme-di-indonesia.html
2. “pengertian komunisme” di akses pada tanggal 20 juni 2013
http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-komunisme.html
3. Universitas Sumatra Utara “sejarah perkembangan komunisme di Indonesia ” di akses

pada tanggal 30 juni 2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf
4. Sisil kautsar “Sejarah Komunisme Di Indonesia” di akses tanggal 30 juni

2013http://sisilkautsar.blogspot.com/2012/12/sejarah-komunis-di-indonesia.html
5. “Sejarah Komunis Di Indonesia” di akses tanggal 30 juni 2013
http://mastampu.blogspot.com/2012/08/sejarah-komunis-di-indonesia.html ,
6. Wahyu wirawan, “AKSI PARTAI KOMUNIS INDONESIA 1926-1965” ,diakses pada

tanggal 30 juni 2013 http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia
%20Vitae/vol21no1april2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA
%20wahyu%20wirawan.pdf

15