HI-Kedaulatan Teritorial
KEDAULATAN TERITORIAL
28 November 2006
KEDAULATAN TERITORIAL
Wilayah (territory) dan kaitannya dengan kedaulatan (sovereignty)
Oppenheim: Soevereignty is founded upon the fact of territory. Without
territory a legal person cannot be a state.
Pengertian Kedaulatan Teritorial
Kelsen: Kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam
melaksanakan jurisdiksi eksklusif di wilayahnya
M.A. de La Pradelle (the Nationality Decrees in Tunis and Morocco
Case):
Suatu kerangka untuk melaksanakan kekuasaan publik dari suatu
negara
Pentingnya kedaulatan
Huber (the Island of Palmas Case): Sovereignty in the relations
between States signifies independence. Independence in regard to a
portion of the globe is the right to exercise therein, to the exclusion of
any other State, the functions of a State
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Bentuk-bentuk rejim wilayah
Kedaulatan Teritorial
Wilayah mandat/ trust
Res nullius tidak dimiliki/ tidak berada dalam kedaulatan
suatu negara
Res communis tidak dapat diklaim sebagai bagian dari
wilayah/ kedaulatan suatu negara
Prinsip memperoleh wilayah
Prinsip Efektivitas
Kasus “Eastern Greenland” (Norway v. Denmark) Denmark
lebih menunjukkan “effectivity of the occupation” dengan
menerapkan hukumnya di wilayah tersebut dan terhadap
penduduk setempat
Huber: “the actual continuous and peaceful display of state
functions is the sound and natural criterion of territorial
sovereignty”
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Prinsip uti possidetis
Pada prinsipnya batas-batas wilayah suatu negara baru akan mengikuti batas-batas
wilayah dari negara yang mendudukinya
Komisi Arbitrase Yugoslavia: “whatever the circumstances, the right to selfdetermination must not involve changes to existing frontiers at the time of
independence (uti possidetis juris) except where the states concerned agree
otherwise”
The Land, Island and Maritime Frontier Dispute Case (El Salvador v. Hounduras), 1992:
Perubahan perbatasan wilayah dapat terjadi karena adanya putusan pengadilan atau
perjanjian perbatasan
Cara-cara pemilikan suatu wilayah
Occupation (Okupasi)
Prescription (Preskripsi)
Cession (Cessi)
Annexation (Aneksasi)
Accretion (Akresi)
Plebicite (Plebisit)
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Occupation (Okupasi)
Merupakan pendudukan terhadap terra nullius
Mengandung dua unsur: discovery & effective control
Kasus “Clipperton Island” (France v. Mexico), 1931:
“… taking of possession consists in the act, or series of acts, by which the
occupying state … takes steps to exercise exclusive authority there”
Prescription (Preskripsi)
Pemilikan suatu wilayah oleh suatu negara yang telah didudukinya
dalam jangka waktu yang lama dan dengan sepengetahuan serta
tanpa keberatan dari pemiliknya.
Syarat-syarat sahnya preskripsi (Fauchille & Johnson)
Memperlihatkan adanya kekuasaan/ kewenangan (a titre du souverain)
Berlangsung secara damai tanpa adanya protes
Bersifat publik
Berlangsung terus menerus
“Chamizal arbitration” (US v. Mexico) peaceful and uninterrupted
possession
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Cession (Cessi)
Pengalihan wilayah secara damai dari suatu negara ke negara lain
Biasanya berlangsung dalam rangka suatu perjanjian setelah usai perang
Contoh:
Treaty of Nanking (1842), Inggris – Cina: penyerahan Hongkong sebagai koloni
Inggris
Treaty of Utrecht (1713), Inggris – Spanyol: penyerahan Gibraltar kepada Inggris
Annexation (Aneksasi)/ Conquest/ Subjugation
Merupakan bentuk pemilikan suatu wilayah berdasarkan kekerasan
(penaklukan)
Larangan penggunaan kekerasan
Briand-Kellogg Pact
Piagam PBB 1945
Dewasa ini penggunaan kekerasan hanya boleh dilakukan untuk maksud
dekolonisasi
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Accretion (Akresi)
Plebicite (Plebisit)
Cara perolehan suatu wilayah baru melalui proses alam (geografis)
Misalnya: pembentukan pulau di mulut sungai, avulsion (akibat dari letusan
vulkanik)
Contoh: Iwo Jima
Pengalihan suatu wilayah melalui pilihan penduduknya
Dilaksanakan lewat pemilihan umum/ referendum
Merupakan pencerminan dari prinsip self-determination (the East Timor Case,
Portugal v. Australia, 1995)
Kedaulatan negara atas wilayah darat
Mencakup segala kekayaan yang berada di bawah/ di atas tanah tersebut
Termasuk di dalamnya:
Kedaulatan di wilayah perbatasan
Kedaulatan di wilayah sungai
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Kedaulatan Negara atas Wilayah Laut
Sejarah perkembangan hukum laut internasional
Runtuhnya Kerajaan Romawi
Mare Liberum (Grotius) v. Mare Clausum (Selden)
Pendapat Pontanus
Konferensi Kodifikasi Den Haag, 1930
Konferensi Hukum Laut I menghasilkan 4 Konvensi Jenewa 1958
Laut Teritorial
Hak lintas damai
Jurisdiksi negara pantai di laut teritorial
Pengejaran seketika (hot pursuit)
Konvensi tentang Laut Teritorial dan Jalur Tambahan; Konvensi tentang Laut
Lepas; Konvensi tentang Landas Kontinen; Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber Kekayaan Hayati di Laut Lepas
Konferensi Hukum Laut II, 1960
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Konferensi Hukum Laut III
Diwarnai oleh Perubahan peta bumi politik, kemajuan teknologi, dan
ketergantungan terhadap sumber daya alam
Konsep dasar laut dalam sebagai “common heritage of mankind” (Dr.
Avid Pardo)
Lahirnya Declaration of Principles, 1970
Menghasilkan Konvensi Hukum Laut (UN Convention on the Law of the
Sea) 1982
Menyangkut pengaturan di berbagai zona maritim, termasuk:
Perairan Pedalaman
Laut Teritorial
Selat
Jalur Tambahan
Landas Kontinen
Zona Ekonomi Eksklusif
Laut Lepas
Dasar Laut Dalam/ Kawasan
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
12 mil
Laut
Teritorial
12 mil
200 mil
Jalur
Zona Ekonomi
Eksklusif
Tambahan
Laut
Lepas
Daratan
Landas Kontinen
(Continental Shelf)
(c) 2006 Gusman Sis
Dasar Laut Dalam
(Deep Sea-Bed)
KEDAULATAN TERITORIAL
Kedaulatan Negara atas Wilayah Udara
“Cujus est solum, ejus est usque ad coelum”
Konvensi Paris 1919:
Konvensi Chicago 1944 (Convention on International Civil
Aviation)
“The High Contracting States recognize that every Power has
complete and exclusive sovereignty over the air space above its
territory … and the territorial waters adjacent thereto.”
Jurisdiksi eksklusif dan wewenang negara atas ruang udara di atas
wilayahnya
Five freedoms of the air
Diatur dalam International Air Transport Agreement 1944
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Five freedoms of the air meliputi:
Terbang melintasi wilayah negara asing tanpa mendarat (fly across
foreign territory without landing)
Mendarat untuk tujuan-tujuan komersial (land for non-traffic
purposes)
Menurunkan penumpang di wilayah negara asing yang berasal dari
negara asal pesawat udara (disembark in a foreign country traffic
originating in the state of the origin of the aircraft)
Mengangkut penumpang pada lalu lintas negara asing yang bertujuan
ke negara asal pesawat udara (pick-up in a foreign country traffic
destined for the state of origin of the aircraft)
Melakukan pengangkutan antara dua negara asing (carry traffic
between two foreign countries)
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Kedaulatan di Wilayah Ruang Angkasa
Pada prinsipnya, ruang angkasa adalah ruang yang berada di atas
ruang udara
Peran PBB dalam perkembangan hukum angkasa
Treaty on Principles Governing the Activities of States in the
Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and other
Celestial Bodies (Space Treaty) 1967
Pembentukan Committee on Peaceful Uses of Space
Resolusi No. 1962 (XVIII), 13 Desember 1963 mengenai prinsipprinsip pemanfaatan ruang angkasa
Eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa harus
menguntungkan dan untuk kepentingan semua negara
Benda-benda angkasa tidak dapat dimiliki oleh suatu negara
Untuk tujuan damai
Perjanjian lainnya: Rescue Agreement (1968), Liability Convention
(1972), Registration Convention (1975), Moon Agreement (1980)
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Antartika
Treaty of Antarctica 1959
Kegiatan yang dilakukan di Antartika hanya untuk tujuan damai
Kebebasan melakukan penelitian dan kerja sama ilmiah
Pemeliharaan lingkungan
“No acts or activities taking place while the present treaty is in
force shall constitute a basis for asserting, supporting or denying
a claim to territorial sovereignty in Antarctica or create any
rights of sovereignty in Antarctica. No new claim, or
enlargement of an existing claim, to territorial sovereignty in
Antarctica shall be asserted while the present treaty is in force”
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Servitudes
Muncul manakala di wilayah suatu negara terdapat
hak-hak (legal rights) negara lain
Merupakan pembatasan terhadap kedaulatan
teritorial suatu negara
Contoh kasus: Terusan Suez
Berdasarkan Konvensi Konstantinopel 1888,
Terusan Suez harus bebas dan terbuka untuk
setiap negara, baik dalam keadaan perang
ataupun damai
(c) 2006 Gusman Sis
28 November 2006
KEDAULATAN TERITORIAL
Wilayah (territory) dan kaitannya dengan kedaulatan (sovereignty)
Oppenheim: Soevereignty is founded upon the fact of territory. Without
territory a legal person cannot be a state.
Pengertian Kedaulatan Teritorial
Kelsen: Kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam
melaksanakan jurisdiksi eksklusif di wilayahnya
M.A. de La Pradelle (the Nationality Decrees in Tunis and Morocco
Case):
Suatu kerangka untuk melaksanakan kekuasaan publik dari suatu
negara
Pentingnya kedaulatan
Huber (the Island of Palmas Case): Sovereignty in the relations
between States signifies independence. Independence in regard to a
portion of the globe is the right to exercise therein, to the exclusion of
any other State, the functions of a State
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Bentuk-bentuk rejim wilayah
Kedaulatan Teritorial
Wilayah mandat/ trust
Res nullius tidak dimiliki/ tidak berada dalam kedaulatan
suatu negara
Res communis tidak dapat diklaim sebagai bagian dari
wilayah/ kedaulatan suatu negara
Prinsip memperoleh wilayah
Prinsip Efektivitas
Kasus “Eastern Greenland” (Norway v. Denmark) Denmark
lebih menunjukkan “effectivity of the occupation” dengan
menerapkan hukumnya di wilayah tersebut dan terhadap
penduduk setempat
Huber: “the actual continuous and peaceful display of state
functions is the sound and natural criterion of territorial
sovereignty”
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Prinsip uti possidetis
Pada prinsipnya batas-batas wilayah suatu negara baru akan mengikuti batas-batas
wilayah dari negara yang mendudukinya
Komisi Arbitrase Yugoslavia: “whatever the circumstances, the right to selfdetermination must not involve changes to existing frontiers at the time of
independence (uti possidetis juris) except where the states concerned agree
otherwise”
The Land, Island and Maritime Frontier Dispute Case (El Salvador v. Hounduras), 1992:
Perubahan perbatasan wilayah dapat terjadi karena adanya putusan pengadilan atau
perjanjian perbatasan
Cara-cara pemilikan suatu wilayah
Occupation (Okupasi)
Prescription (Preskripsi)
Cession (Cessi)
Annexation (Aneksasi)
Accretion (Akresi)
Plebicite (Plebisit)
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Occupation (Okupasi)
Merupakan pendudukan terhadap terra nullius
Mengandung dua unsur: discovery & effective control
Kasus “Clipperton Island” (France v. Mexico), 1931:
“… taking of possession consists in the act, or series of acts, by which the
occupying state … takes steps to exercise exclusive authority there”
Prescription (Preskripsi)
Pemilikan suatu wilayah oleh suatu negara yang telah didudukinya
dalam jangka waktu yang lama dan dengan sepengetahuan serta
tanpa keberatan dari pemiliknya.
Syarat-syarat sahnya preskripsi (Fauchille & Johnson)
Memperlihatkan adanya kekuasaan/ kewenangan (a titre du souverain)
Berlangsung secara damai tanpa adanya protes
Bersifat publik
Berlangsung terus menerus
“Chamizal arbitration” (US v. Mexico) peaceful and uninterrupted
possession
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Cession (Cessi)
Pengalihan wilayah secara damai dari suatu negara ke negara lain
Biasanya berlangsung dalam rangka suatu perjanjian setelah usai perang
Contoh:
Treaty of Nanking (1842), Inggris – Cina: penyerahan Hongkong sebagai koloni
Inggris
Treaty of Utrecht (1713), Inggris – Spanyol: penyerahan Gibraltar kepada Inggris
Annexation (Aneksasi)/ Conquest/ Subjugation
Merupakan bentuk pemilikan suatu wilayah berdasarkan kekerasan
(penaklukan)
Larangan penggunaan kekerasan
Briand-Kellogg Pact
Piagam PBB 1945
Dewasa ini penggunaan kekerasan hanya boleh dilakukan untuk maksud
dekolonisasi
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Accretion (Akresi)
Plebicite (Plebisit)
Cara perolehan suatu wilayah baru melalui proses alam (geografis)
Misalnya: pembentukan pulau di mulut sungai, avulsion (akibat dari letusan
vulkanik)
Contoh: Iwo Jima
Pengalihan suatu wilayah melalui pilihan penduduknya
Dilaksanakan lewat pemilihan umum/ referendum
Merupakan pencerminan dari prinsip self-determination (the East Timor Case,
Portugal v. Australia, 1995)
Kedaulatan negara atas wilayah darat
Mencakup segala kekayaan yang berada di bawah/ di atas tanah tersebut
Termasuk di dalamnya:
Kedaulatan di wilayah perbatasan
Kedaulatan di wilayah sungai
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Kedaulatan Negara atas Wilayah Laut
Sejarah perkembangan hukum laut internasional
Runtuhnya Kerajaan Romawi
Mare Liberum (Grotius) v. Mare Clausum (Selden)
Pendapat Pontanus
Konferensi Kodifikasi Den Haag, 1930
Konferensi Hukum Laut I menghasilkan 4 Konvensi Jenewa 1958
Laut Teritorial
Hak lintas damai
Jurisdiksi negara pantai di laut teritorial
Pengejaran seketika (hot pursuit)
Konvensi tentang Laut Teritorial dan Jalur Tambahan; Konvensi tentang Laut
Lepas; Konvensi tentang Landas Kontinen; Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber Kekayaan Hayati di Laut Lepas
Konferensi Hukum Laut II, 1960
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Konferensi Hukum Laut III
Diwarnai oleh Perubahan peta bumi politik, kemajuan teknologi, dan
ketergantungan terhadap sumber daya alam
Konsep dasar laut dalam sebagai “common heritage of mankind” (Dr.
Avid Pardo)
Lahirnya Declaration of Principles, 1970
Menghasilkan Konvensi Hukum Laut (UN Convention on the Law of the
Sea) 1982
Menyangkut pengaturan di berbagai zona maritim, termasuk:
Perairan Pedalaman
Laut Teritorial
Selat
Jalur Tambahan
Landas Kontinen
Zona Ekonomi Eksklusif
Laut Lepas
Dasar Laut Dalam/ Kawasan
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
12 mil
Laut
Teritorial
12 mil
200 mil
Jalur
Zona Ekonomi
Eksklusif
Tambahan
Laut
Lepas
Daratan
Landas Kontinen
(Continental Shelf)
(c) 2006 Gusman Sis
Dasar Laut Dalam
(Deep Sea-Bed)
KEDAULATAN TERITORIAL
Kedaulatan Negara atas Wilayah Udara
“Cujus est solum, ejus est usque ad coelum”
Konvensi Paris 1919:
Konvensi Chicago 1944 (Convention on International Civil
Aviation)
“The High Contracting States recognize that every Power has
complete and exclusive sovereignty over the air space above its
territory … and the territorial waters adjacent thereto.”
Jurisdiksi eksklusif dan wewenang negara atas ruang udara di atas
wilayahnya
Five freedoms of the air
Diatur dalam International Air Transport Agreement 1944
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Five freedoms of the air meliputi:
Terbang melintasi wilayah negara asing tanpa mendarat (fly across
foreign territory without landing)
Mendarat untuk tujuan-tujuan komersial (land for non-traffic
purposes)
Menurunkan penumpang di wilayah negara asing yang berasal dari
negara asal pesawat udara (disembark in a foreign country traffic
originating in the state of the origin of the aircraft)
Mengangkut penumpang pada lalu lintas negara asing yang bertujuan
ke negara asal pesawat udara (pick-up in a foreign country traffic
destined for the state of origin of the aircraft)
Melakukan pengangkutan antara dua negara asing (carry traffic
between two foreign countries)
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Kedaulatan di Wilayah Ruang Angkasa
Pada prinsipnya, ruang angkasa adalah ruang yang berada di atas
ruang udara
Peran PBB dalam perkembangan hukum angkasa
Treaty on Principles Governing the Activities of States in the
Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and other
Celestial Bodies (Space Treaty) 1967
Pembentukan Committee on Peaceful Uses of Space
Resolusi No. 1962 (XVIII), 13 Desember 1963 mengenai prinsipprinsip pemanfaatan ruang angkasa
Eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa harus
menguntungkan dan untuk kepentingan semua negara
Benda-benda angkasa tidak dapat dimiliki oleh suatu negara
Untuk tujuan damai
Perjanjian lainnya: Rescue Agreement (1968), Liability Convention
(1972), Registration Convention (1975), Moon Agreement (1980)
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Antartika
Treaty of Antarctica 1959
Kegiatan yang dilakukan di Antartika hanya untuk tujuan damai
Kebebasan melakukan penelitian dan kerja sama ilmiah
Pemeliharaan lingkungan
“No acts or activities taking place while the present treaty is in
force shall constitute a basis for asserting, supporting or denying
a claim to territorial sovereignty in Antarctica or create any
rights of sovereignty in Antarctica. No new claim, or
enlargement of an existing claim, to territorial sovereignty in
Antarctica shall be asserted while the present treaty is in force”
(c) 2006 Gusman Sis
KEDAULATAN TERITORIAL
Servitudes
Muncul manakala di wilayah suatu negara terdapat
hak-hak (legal rights) negara lain
Merupakan pembatasan terhadap kedaulatan
teritorial suatu negara
Contoh kasus: Terusan Suez
Berdasarkan Konvensi Konstantinopel 1888,
Terusan Suez harus bebas dan terbuka untuk
setiap negara, baik dalam keadaan perang
ataupun damai
(c) 2006 Gusman Sis