Post Makalah ilmu kalam

(1)

MAKALAH ILMU KALAM

ALIRAN KHAWARIJ

Dosen Pengampu : Drs. H. Amir Ghufron, M.Pd.I. 1G Pendidikan Agama Islam

Kelompok I Disusun oleh : 1. Khoirul Arifin A.P (143111227)

2. Lastono (143111231)

3. Fatika Wardani (143111226) 4. Rinna Irnawati (143111229) 5. Anita Dwi Rahmawati (143111207 )

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta

2014/2015

BAB I PENDAHULUAN


(2)

A. Latar Belakang

Perkembangan pemikiran dalam Islam tidak terlepas dari perkembangan sosial dalam kalangan Islam itu sendiri. Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awali dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.

Dalam sejarah agama Islam telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara tajam yang sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan.

Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin.

Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij, Qodariah, Jabariah, Sunny (Ahlussunnah Wal Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain-lain.

Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca hal ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau.

Untuk itu dalam makalah ini penulis hendak membahas tentang salah satu jenis firqah diatas, yaitu golongan khawarij dan pemikirannya.


(3)

1. Bagaimana sejarah lahirnya aliran khawarij? 2. Apa saja ajaran-ajaran aliran khawarij? 3. Bagaimana sekte–sekte dan ajarannya?

4. Siapa tokoh-tokoh dan pemikiran aliran khawarij? 5. Apa pengaruh aliran khawarij?


(4)

ISI

A. Sejarah Lahirnya aliran khawarij

Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang mendasari syahrastani untuk menyebut khawarij terhadap orang yang memberontak imam yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam.

Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Tholib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompok bughat (pemberontakan) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah telah dibai’at mayoritas umat islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena memberontakan khalifah yang sah. Lagi pula berdasarkan etismasi Khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah, kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.

Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu. Namun, karena desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha’I, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komando pasukannya) untuk menghentikan peperangan.

Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)nya., tetapi orang-orang khawarij menolaknya. Mereka beralasan bahwa Abdullah bin Abass berasal dari kelompok ali. Kemudian mereka mengusulkan agar ali mengirimkan Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah. Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai sebagai khalifah oleh utusannya, dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat mengecewakan orang-orang khawarij. Mereka membelot dengan mengatakan “mengapa kalian berhukum kepada manusia.


(5)

Tidak ada hokum selain hokum yang ada di sisi Allah.” Imam Ali menjawab, “Itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka keliru.” Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya Khawarij disebut juga dengan nama Hururiyah. Kadang-kadang mereka disebut dengan syurah dan Al-Mariqah.

Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Harura. Di Harura, kelompok Khawarij ini melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan juga kepada Ali, Mereka mengangkat seorang pimpinan yang bernama Abdullah bin Shahab Ar-Rasyibi.

Dari uraian sejarah kelahirannya dapat diidentifikasikan beberapa faktor penyebab kemunculan kelompok khawarij adalah:

1. Perseteruan sekitar masalah khilafah. kemungkinan ini merupakan sebab yang paling kuat dalam kemunculan Khawarij dan pemberontakan mereka, karena mereka memiliki pandangan yang khusus dan keras dalam hal ini,sehingga menganggap penguasa yang ada pada waktu itu tidak berhak menjadi khalifah bagi kaum muslimin ditambah juga dengan keadaan politik yang tidak menentu yang membuat mereka berani untuk memberontak terhadap para penguasa ,apalagi mereka menganggap bahwa perselisihan antara Ali dengan Muawiyah adalah perselisihan memperebutkan kursi kekhilafahan

2. Permasalahan tahkim. inipun menjadi sebab yang kuat dari pemberontakan dan kemunculan Khawaarij, karena mereka mengkafirkan Ali lantaran keridhoan beliau terhadap perkara ini

3. Kedzaliman para penguasa dan tersebarnya kemungkaran yang banyak dikalangan manusia. Demikianlah slogan dan propaganda mereka dalam khutbah-khutbah dan tulisan-tulisan mereka untuk mengambil simpati umat Islam dengan mengatakan bahwa para penguasa telah berbuat kedzaliman dan kemaksiatan telah menyebar dan merebak pada masyakat yang ada sehingga perlu mencegahnya,akan tetapi pada hakikatnya apa yang mereka lakukan dengan memberontak terhadap penguasa itu lebih besar dari pada kemungkaran dan kedzoliman yang ada,karena mereka menganggap bahwa membunuh orang yang menyelisihi mereka merupakan satu ketaatan yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah dan menganggap semua penguasa mulai dari Ali kemudian Bani Umayah dan Abasiyah adalah dzolim tanpa klarifikasi dan kehati-hatian, padahal menegakkan keadilan dan mencegah kemungkaran bisa dilakukan dengan cara yang lain


(6)

tanpa harus mengorbankan dan menumpahkan darah-darah orang yang menyelisihi mereka baik penguasa atau rakyat.

Disamping faktor-faktor penyebab diatas, kemunculan kelompok khawarij juga disebabkan oleh :

1. Fanatisme kesukuan.

Fanatisme kesukuan ini merupakan satu dari sebab-sebab munculnya Khawarij. Fanatisme kesukuan ini telah hilang pada zaman Rasulullah dan Abu Bakar serta Umar, kemudian muncul kembali pada zaman pemerintahan Utsman dan yang setelahnya. Dan pada masa Utsman fanatisme tersebut mendapat kesempatan untuk berkembang karena terjadi persaingan dalam memperebutkan jabatan-jabatan penting dalam kekhilafahan sehingga Utsman di tuduh mengadakan gerakan nepotisme dengan mengangkat banyak dari keluarganya untuk menjabat jabatan-jabatan strategis di pemerintahannya,dan inilah yang dijadikan hujjah oleh mereka untuk mengadakan kudeta terhadapnya.

2. Faktor ekonomi,

Semangat ini dapat dilihat dari kisah Dzul Khuwaishiroh bersama Rasulullah dan kudeta berdarahnya mereka terhadap Utsman, ketika mereka merampas dan merampok harta baitul-mal langsung setelah membunuh Utsman, demikian juga dendam mereka terhadap Ali dalam perang jamal, ketika Ali melarang mereka mengambil wanita dan anak-anak sebagai budak rampasan hasil perang sebagimana perkataan mereka terhadap Ali: Awal yang membuat kami dendam padamu adalah ketika kami berperang bersamamu di hari peperangan jamal, dan pasukan jamal kalah, engkau membolehkan kami mengambil apa yang kami temukan dari harta benda dan engkau mencegah kami dari mengambil wanita-wanita mereka dan anak-anak mereka.

3. Semangat keagamaan.

ini pun merupakan satu penggerak mereka untuk keluar memberontak dari penguasa yang absah.

B. Ajaran Pokok Aliran Khawarij

Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah berikut ini:

a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam.

b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat.


(7)

c. Khalifah dipilih secara permanen selama bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan kedzaliman.

d. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Usman, Umar) adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Usman dianggap telah menyeleweng.

e. Muawiyah dan Amru bin Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga telah dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.

f. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi Arbritase (Tahkim), ia dianggap telah Menyeleweng.

g. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga Kafir.

h. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir dengan risiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula. i. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila

tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al-harb (Negara musuh), sedang golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-islam (Negara islam).

j. Seseorang harus menghindari dari pemimpin yang menyeleweng.

k. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan orang yang jahat harus masuk ke dalam neraka)

l. Amar ma’ruf nahi munkar.

m. Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasabihat (samar). n. Quran adalah makhluk.

o. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan. p. Dosa besar dan kecil bias saja dilakukan oleh Nabi.

q. Tidak boleh taqiyyah (menyembunyikan pendirian).

r. Dosa kecil akan menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus. s. Membunuh manusia tanpa sebab yang sah adalah dosa besar.

t. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut mukmin sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunh muslim lain yang telah dianggap kafir dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula. u. Berbuat zina dipandang sebagai salah satu dosa besar, orang yang telah berbuat

zina telah menjadi kafir.


(8)

Dari dua kelompok besar , kelompok khawarij terbagi dalam Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij. Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut antara lain adalah :

1. Al-Muhakkimah

Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr Ibn Al-As dan Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham bersalah itu dan menjadi kafir. . Demikian pula orang yang berbuat zina menurut mereka adalah dosa besar, kafir dan keluar dari islam. Begitu pula orang yang membunuh sesama manusia tanpa sebab-sebab yang sah adalah dosa besar. Demikian pula dosa besar lainnya yang dapat mengakibatkan keluar dari islam.

2. Al-Azariqah

Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah. Daerah kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran. Para pengikut ini menurut al-Bagdadi berjumlah lebih dari dua puluh ribu. Nama ini diambil dari Nafi’ Ibn Al-Azraq.Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik.

Sub sekte al-Azariqah ini sikapnya lebih radikal dari al-Muhakkimah. Mereka mengubah term kafir menjadi term musyrik dan term yang disebut terakhir ini lebih tinggi kedudukannya dari pada kufur. Keradikalan sub sekte ini antara lain terlihat pada pendapat-pendapatnya, seperti boleh membunuh anak kecil yang tak sealiran dengan mereka, menghukum anak-anak musyrik di dalam neraka beserta orang tuanya, orang-orang yang melakukn dosa secara kontinu dapat menjadi kafir, orang-orang yang melakukan


(9)

dosa besar disebut kafir millah, keluar dari islam dan masu nearaka kekal bersama-sama orang kafir.

3. Al-Nadjat

Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah. Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan. Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ Ibnu Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah musyrik. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk surga.

Selain itu mereka berpendapat bahwa yang diwajibkan bagi setiap orang islam ialah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, mengetahui haram membunuh orang Islam dan percaya kepada apa yang diwahyukan Allah . Orang yang tidak mengetahui ini tidak diampuni dosanya. Disamping itu, orang islam tidak wajib mengetahuinya. Sedangkan jika seseorang muslim mengerjakan sesuatu yang haram dengan tidak mengetahui bahwa itu haram, ia dimaafkan.

4. Al-Ajaridiyah

Mereka adalah pengikut dari Abd Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi. Menurut paham mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Kaum Ajaridah boleh tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi kafir. Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah mati.

5. Al-Sufriah

Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka dekat sama dengan golongan Al-Azariqah. Diantara prinsip mereka adaala pelaku dosa besar adalah musyrik, namun ada diantara mereka yang mengatakan bahwa setiap pelaku dosa sudah disediakn had-nya dalam Syari’ah, pelakunya tidak dikatakan musyrik, tetapi dinamakan sesuai dengan dosa yang mereka lakukan


(10)

Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M. memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.

D. Tokoh-tokoh dan Pemikiran Kelompok Khawarij

Diantara tokoh-tokoh kelompok Khawarij adalah Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, 'Abdullah bin Basyir.

Pemikiran Kelompok Khawarij. Secara umum hasil pemikiran dari kelompok Khawarij adalah:

1. Persoalan Khalifah

a. Kelompok khawarij mengakui khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar dan separo zaman dari khalifah Ustman bin Affan . Pengangkaatan ketiga khlalifah tersebut sah sebab telah dilaksanakan dengan Syura yaitu musyawarah ahlul halli wal aqdi. Akan tetapi diakhir masa kekhakifahan Usman bin Affan tidak diakui oleh mereka, karena khalifah telah melakukan penyelewengan dalam menetapkan pejabat-pejabat negara.

b. Khalifah Ali bin Abi Thalib, awalnya pengangkatan sebagai khalifah diakui oleh kelompok khawarij, namun kemudian khalifah melakukan dosa besar dengan menerima tahkim, maka mereka pun tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan menghukumnya kafir

c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.

d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.

e. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.

2. Persoalan Fatwa Kafir

a. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir,karena itu halal darahnya, halal hartanya, halal anak istrinya dan kampung halamnya adalah Darul Harb. b. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah,

dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim termasuk yang menerima dan mambenarkannya di hukum kafir.

3. Persoalan Iman dan Ibadah

Kaum khawarij berpendapat bahwa yang dikatan “iman itu bukanlah pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, tetapi amal ibadat menjadi rukun iman pula”


(11)

Barang siapa yang tidak mengerjakan sembahyang, puasa, zakat dan lain-lain, maka orang tersebut telah menjadi kafir.

4. Persoalan Dosa

Bagi kaum khawarij semua dosa adalah besar, jadi mereka tidak mengenal perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil. “sekalian pendurhakaan pada Tuhan (dosa) besar”.

E. Pengaruh Kelompok Khawarij

Pemahaman Khawarij ini berimplikasi terhadap pemahaman fiqih. Beberapa pendapat mereka yang dapat dikemukakan diantaranya adalah masalah thaharah. Sebagaimana disebutkan oleh Manna Al-Qatthan, kaum Khawarij salah satu kelompok Islam yang paling ekstrim dalam melihat sesuatu, baik itu dalam iman atau kekafiran. Khawarij hanya mengakui Al- Qur’an sebagai satu-satunya sumber Tasyri’ sehingga mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma’ atau yang lainnya.

Akibatnya adalah mereka selalu menentang dan tidak sependapat ketika salah satu paham berbeda dengan Al-Qur’an. Hal ini terlihat ketika mereka menilai bagaimana para sahabat atau tabi’in menggunakan sunnah dan ijma’


(12)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Kelompok khawarij lahir dari kekisruhan politik yang terjadi setelah mangkatnya khalifah Usman bin Affan, yaitu terjadi perselisihan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah pada perang siffin.

Demikianlah golongan khawarij yang pada umumnya berpendapat bahwa orang islam yang sudah berbuat dosa besar sudah bukan orang islam lagi, tetapi telah menjadi kafir dan murtad, lambat laun juga dosa kecil juga yang mereka anggap telah menjadi kafir dan halal darahnya . Akhirnya yang mereka anggap islam hanya khawarij saja. Umat islam lainnya yang tidak sefaham dan tidak sealiran dengan mereka adalah kafir dan boleh, bahkan wajib dibunuh.

Dalam kelompok khawarij terdapat 6 sekte dan ajarannya yaitu : Azraqiah, Al-Najdat, Al-Sufriah, Al-Ibadiyah,Al-Muhakimmah, Al-Ajaridah.

Diantara tokoh-tokoh kelompok Khawarij adalah Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, 'Abdullah bin Basyir.

Ada empat pemikiran dalam kelompok khawarij yaitu : Persoalan khalifah, persoalan fatwa kafir, persoalan dosa, Persoalan Iman dan Ibadah.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin.1993.Ilmu Kalam,Filsafat,dan Tasawuf.Jakarta:Citra Niaga Rozak,Abdul,dkk.2001.Ilmu Kalam.Bandung: CV Pustaka Setia

Wiyani,Novan Ardy.2013.Ilmu Kalam.Teras

http://www.academia.edu/7167475/pengaruh_khawarij_syiah_dan_sunni_terhadap_perkembang an_tasyri


(1)

Dari dua kelompok besar , kelompok khawarij terbagi dalam Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij. Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut antara lain adalah :

1. Al-Muhakkimah

Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr Ibn Al-As dan Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham bersalah itu dan menjadi kafir. . Demikian pula orang yang berbuat zina menurut mereka adalah dosa besar, kafir dan keluar dari islam. Begitu pula orang yang membunuh sesama manusia tanpa sebab-sebab yang sah adalah dosa besar. Demikian pula dosa besar lainnya yang dapat mengakibatkan keluar dari islam.

2. Al-Azariqah

Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah. Daerah kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran. Para pengikut ini menurut al-Bagdadi berjumlah lebih dari dua puluh ribu. Nama ini diambil dari Nafi’ Ibn Al-Azraq.Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik.

Sub sekte al-Azariqah ini sikapnya lebih radikal dari al-Muhakkimah. Mereka mengubah term kafir menjadi term musyrik dan term yang disebut terakhir ini lebih tinggi kedudukannya dari pada kufur. Keradikalan sub sekte ini antara lain terlihat pada pendapat-pendapatnya, seperti boleh membunuh anak kecil yang tak sealiran dengan mereka, menghukum anak-anak musyrik di dalam neraka beserta orang tuanya, orang-orang yang melakukn dosa secara kontinu dapat menjadi kafir, orang-orang yang melakukan


(2)

dosa besar disebut kafir millah, keluar dari islam dan masu nearaka kekal bersama-sama orang kafir.

3. Al-Nadjat

Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah. Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan. Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ Ibnu Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah musyrik. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk surga.

Selain itu mereka berpendapat bahwa yang diwajibkan bagi setiap orang islam ialah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, mengetahui haram membunuh orang Islam dan percaya kepada apa yang diwahyukan Allah . Orang yang tidak mengetahui ini tidak diampuni dosanya. Disamping itu, orang islam tidak wajib mengetahuinya. Sedangkan jika seseorang muslim mengerjakan sesuatu yang haram dengan tidak mengetahui bahwa itu haram, ia dimaafkan.

4. Al-Ajaridiyah

Mereka adalah pengikut dari Abd Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi. Menurut paham mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Kaum Ajaridah boleh tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi kafir. Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah mati.

5. Al-Sufriah

Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka dekat sama dengan golongan Al-Azariqah. Diantara prinsip mereka adaala pelaku dosa besar adalah musyrik, namun ada diantara mereka yang mengatakan bahwa setiap pelaku dosa sudah disediakn had-nya dalam Syari’ah, pelakunya tidak dikatakan musyrik, tetapi dinamakan sesuai dengan dosa yang mereka lakukan


(3)

Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M. memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.

D. Tokoh-tokoh dan Pemikiran Kelompok Khawarij

Diantara tokoh-tokoh kelompok Khawarij adalah Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, 'Abdullah bin Basyir.

Pemikiran Kelompok Khawarij. Secara umum hasil pemikiran dari kelompok Khawarij adalah:

1. Persoalan Khalifah

a. Kelompok khawarij mengakui khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar dan separo zaman dari khalifah Ustman bin Affan . Pengangkaatan ketiga khlalifah tersebut sah sebab telah dilaksanakan dengan Syura yaitu musyawarah ahlul halli wal aqdi. Akan tetapi diakhir masa kekhakifahan Usman bin Affan tidak diakui oleh mereka, karena khalifah telah melakukan penyelewengan dalam menetapkan pejabat-pejabat negara.

b. Khalifah Ali bin Abi Thalib, awalnya pengangkatan sebagai khalifah diakui oleh kelompok khawarij, namun kemudian khalifah melakukan dosa besar dengan menerima tahkim, maka mereka pun tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan menghukumnya kafir

c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.

d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.

e. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.

2. Persoalan Fatwa Kafir

a. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir,karena itu halal darahnya, halal hartanya, halal anak istrinya dan kampung halamnya adalah Darul Harb. b. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah,

dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim termasuk yang menerima dan mambenarkannya di hukum kafir.

3. Persoalan Iman dan Ibadah

Kaum khawarij berpendapat bahwa yang dikatan “iman itu bukanlah pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, tetapi amal ibadat menjadi rukun iman pula”


(4)

Barang siapa yang tidak mengerjakan sembahyang, puasa, zakat dan lain-lain, maka orang tersebut telah menjadi kafir.

4. Persoalan Dosa

Bagi kaum khawarij semua dosa adalah besar, jadi mereka tidak mengenal perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil. “sekalian pendurhakaan pada Tuhan (dosa) besar”.

E. Pengaruh Kelompok Khawarij

Pemahaman Khawarij ini berimplikasi terhadap pemahaman fiqih. Beberapa pendapat mereka yang dapat dikemukakan diantaranya adalah masalah thaharah. Sebagaimana disebutkan oleh Manna Al-Qatthan, kaum Khawarij salah satu kelompok Islam yang paling ekstrim dalam melihat sesuatu, baik itu dalam iman atau kekafiran. Khawarij hanya mengakui Al- Qur’an sebagai satu-satunya sumber Tasyri’ sehingga mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma’ atau yang lainnya.

Akibatnya adalah mereka selalu menentang dan tidak sependapat ketika salah satu paham berbeda dengan Al-Qur’an. Hal ini terlihat ketika mereka menilai bagaimana para sahabat atau tabi’in menggunakan sunnah dan ijma’


(5)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Kelompok khawarij lahir dari kekisruhan politik yang terjadi setelah mangkatnya khalifah Usman bin Affan, yaitu terjadi perselisihan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah pada perang siffin.

Demikianlah golongan khawarij yang pada umumnya berpendapat bahwa orang islam yang sudah berbuat dosa besar sudah bukan orang islam lagi, tetapi telah menjadi kafir dan murtad, lambat laun juga dosa kecil juga yang mereka anggap telah menjadi kafir dan halal darahnya . Akhirnya yang mereka anggap islam hanya khawarij saja. Umat islam lainnya yang tidak sefaham dan tidak sealiran dengan mereka adalah kafir dan boleh, bahkan wajib dibunuh.

Dalam kelompok khawarij terdapat 6 sekte dan ajarannya yaitu : Azraqiah, Al-Najdat, Al-Sufriah, Al-Ibadiyah,Al-Muhakimmah, Al-Ajaridah.

Diantara tokoh-tokoh kelompok Khawarij adalah Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, 'Abdullah bin Basyir.

Ada empat pemikiran dalam kelompok khawarij yaitu : Persoalan khalifah, persoalan fatwa kafir, persoalan dosa, Persoalan Iman dan Ibadah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin.1993.Ilmu Kalam,Filsafat,dan Tasawuf.Jakarta:Citra Niaga Rozak,Abdul,dkk.2001.Ilmu Kalam.Bandung: CV Pustaka Setia

Wiyani,Novan Ardy.2013.Ilmu Kalam.Teras

http://www.academia.edu/7167475/pengaruh_khawarij_syiah_dan_sunni_terhadap_perkembang an_tasyri