Rancangan PPAS

(1)

KUA PPAS 2018

PPAS

2018

R A N C A N G A N

Tahun Anggaran 2018

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

2017

Daerah Khusus Ibukota Jakarta


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR LAMPIRAN v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

1

1.2 Tujuan Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

4

1.3 Dasar Hukum Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

5

BAB II RENCANA PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

7

2.1 Rencana Pendapatan 7

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah 7

2.1.1.1 Pajak Daerah 7

2.1.1.2 Retribusi Daerah 8

2.1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan


(3)

2.1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 8

2.1.2 Dana Perimbangan 8

2.1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 9

2.2 Penerimaan Pembiayaan 9

2.2.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

9

2.2.2 Penerimaan Pinjaman Daerah 10

BAB III RENCANA PRIORITAS BELANJA DAERAH 12

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

20

4.1 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan 21 4.2 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program Kegiatan 21 4.3 Plafon Anggaran Sementara untuk Belanja Pegawai, Bunga,

Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga

21

BAB V RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH 25 5.1 Rencana Penerimaan Pembiayaan 25 5.2 Rencana Pengeluaran Pembiayaan 25


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan PPAS 2018 4


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel II.1. Rencana Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan

Daerah Tahun Anggaran 2018

10

Tabel IV.1. Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan & Belanja Tidak Terduga Tahun 2018

21

Tabel IV.2. Penjabaran Kelompok Belanja Pegawai berikut Plafon Anggaran Sementara untuk Tahun 2018

22


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Matriks Prioritas Pembangunan

LAMPIRAN II Plafon Anggaran SKPD/UKPD per Urusan Pemerintahan

LAMPIRAN III Plafon Anggaran Sementara berdasarkan Program dan Kegiatan LAMPIRAN IV Daftar Usulan Kegiatan Tahun Jamak/Multiyears


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dari proses perencanaan/penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dari sisi aspek keuangan daerah, APBD merupakan dokumen inti yang sangat penting dan strategis dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini didasarkan oleh pasal 309 Undang Undang nomor 23 tahun 2014 yang menyatakan bahwa APBD merupakan dasar dalam pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut maka semua aktivitas dalam pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah termasuk penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib berpedoman kepada dokumen APBD yang telah disusun dan ditetapkan. Melihat proses penyusunan APBD yang begitu sentral dan penting maka pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi dalam proses penyusunan hingga pengawasan APBD.

RAPBD sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah disusun oleh pemerintah daerah dan dibahas oleh pemerintah daerah dan DPRD. Selanjutnya dokumen ini disetujui bersama antara pemerintah daerah dan DPRD yang kemudian menjadi dokumen APBD.


(8)

Penyusunan dokumen APBD diawali oleh penyusunan KUA dan PPAS yang disusun berdasarkan pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018. Hal tersebut sejalan dengan amanat pasal 265 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa dalam penyusunan KUA dan PPAS, kepala daerah berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Sebagai proses awal dalam penyusunan dokumen APBD, penyusunan dokumen PPAS merupakan fase/tahapan penting. Secara substansi dokumen PPAS tahun anggaran 2018 adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Perangkat Daerah untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat Daerah dan Unit Kerja Perangkat Daerah. Penyusunan dokumen PPAS dimaksudkan guna menjaga kesinambungan serta sinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Prioritas belanja daerah Provinsi DKI Jakarta yang menjadi substansi PPAS disusun berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Program Prioritas Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah Tahun 2018, serta memperhatikan Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018, hasil reses DPRD Provinsi DKI Jakarta dan kebijakan pembangunan nasional.

PPAS sebagai salah satu tahap proses penyusunan APBD memiliki fungsi sebagai pedoman bagi perangkat daerah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD/UKPD. Selain itu fungsi penting dari PPAS adalah sebagai acuan dalam evaluasi dan pengujian kesesuaian rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD. (Pasal 314 Undang Undang nomor 23 tahun 2014).

Penyusunan KUA tahun anggaran 2018 dilakukan melalui proses analisis teknokratik berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun anggaran 2018, yang merupakan dokumen perencanaan tahun pertama periode pembangunan tahun 2018-2022, serta memperhatikan kebijakan


(9)

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan juga hasil reses anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta.

Setelah dokumen PPAS tahun anggaran 2018 tersusun, sesuai pasal 84 ayat (2) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Rancangan KUA dan Rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua TAPD kepada Kepala Daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni. Selanjutnya, sesuai pasal 87 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan Rancangan PPAS disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

Selanjutnya Pasal 87 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 juga mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Kemudian menurut Pasal 88 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, KUA dan PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (3) masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.

Berdasarkan nota kesepakatan tersebut, sesuai dengan Pasal 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Kepala Daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD/UKPD) sebagai pedoman bagi SKPD/UKPD dalam menyusun SKPD/UKPD. Dokumen RKA-SKPD/UKPD tersebut selanjutnya akan menjadi bahan dalam penyusunan RAPBD tahun anggaran 2018.


(10)

Selanjutnya Pasal 310 ayat (3) Undang - Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa RKA-SKPD yang telah disusun disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya. Secara diagramatik alur proses perencanaan dan penganggaran dari KUA sampai dengan APBD dapat di lihat pada gambar berikut :

Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan PPAS 2018

Berdasarkan pada Gambar I.1, dokumen RKPD tahun anggaran 2018 merupakan dokumen strategis dalam perencanaan pembangunan. Hal ini didasarkan bahwa dengan dokumen RKPD tahun anggaran 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun PPAS tahun anggaran 2018 yang kemudian akan dijadikan dasar bagi penyusunan RAPBD tahun anggaran 2018.

1.2 Tujuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Memperhatikan kondisi dan kebijakan dalam KUA tahun 2018, maka PPAS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 bertujuan:

1. Sebagai rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD; 2. Menyusun prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahun anggaran


(11)

penanggung jawab, indikator dan target kinerja serta plafon indikatif untuk setiap program dan kegiatan.

3. Mewujudkan keterpaduan program nasional dan daerah dalam upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.

1.3 Dasar Hukum Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Dasar hukum penyusunan PPAS Tahun Anggaran 2018, antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

10. Permendagri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Kerja


(12)

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018;

12. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah;

13. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan dan Penganggaran Terpadu;

14. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025;

15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

16. Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengusulan,

Evaluasi, Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pertanggungjawaban, Pelaporan dan Monitoring Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

17. Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018;

18. Keputusan Gubernur Nomor 642 Tahun 2017 tentang Program Prioritas

Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah Tahun 2018;

19. Keputusan Gubernur Nomor 645 Tahun 2017 tentang Penetapan Daftar

Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah menurut Urusan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2018.


(13)

BAB II

RENCANA PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

Sesuai dengan kondisi perekonomian dan kebijakan pendapatan daerah dalam rancangan KUA tahun anggaran 2018, maka target pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), penerimaan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, maupun sumber penerimaan pembiayaan daerah yang meliputi SiLPA dan pinjaman daerah akan dijelaskan sebagai berikut.

2.1 Rencana Pendapatan

Pada tahun anggaran 2018, Pendapatan Provinsi DKI Jakarta direncanakan sebesar Rp.64.889.762.573.448. Jumlah tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.42.612.414.052.448, Dana Perimbangan sebesar Rp.22.265.697.601.000 dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp.11.650.920.000. Apabila dibandingkan dengan target Pendapatan pada APBD Penetapan tahun anggaran 2017, maka pendapatan tahun anggaran 2018 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.423.632.369.894 atau 3,88 persen. Secara rinci pendapatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Target PAD tahun anggaran 2018 mengalami kenaikan sebesar 2,71 persen jika dibandingkan dengan Penetapan APBD tahun anggaran 2017, atau naik sebesar Rp.1.124.220.681.894.

2.1.1.1 Pajak Daerah

Pajak Daerah diantaranya terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Bea Perolehan Hak atas


(14)

Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pada tahun anggaran 2018, Pajak Daerah direncanakan sebesar Rp.36.125.000.000.000 atau mengalami kenaikan sebesar 2,54 persen dari target Penetapan APBD tahun anggaran 2017 sebesar Rp.35.230.000.000.000.

2.1.1.2 Retribusi Daerah

Retribusi Daerah terdiri dari Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. Pada tahun anggaran 2018, penerimaan Retribusi Daerah ditargetkan sebesar Rp.689.900.500.000, mengalami kenaikan sebesar Rp.12.015.130.000 atau 1,77 persen dari Penetapan APBD tahun anggaran 2017 sebesar Rp.677.885.370.000.

2.1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan pada Penetapan APBD Tahun Anggaran 2018 ditargetkan sebesar Rp.536.318.000.000, mengalami kenaikan sebesar Rp.82.979.754.000 atau 18,30 persen dari Penetapan APBD tahun anggaran 2017 sebesar Rp.453.338.246.000.

2.1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah merupakan Pos Pendapatan dari Penerimaan PAD yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah dan retribusi daerah. Pada Penetapan APBD Tahun Anggaran 2018 ditargetkan sebesar Rp.5.261.195.552.448, mengalami kenaikan sebesar Rp.134.225.797.894 atau 2,62 persen dari Penetapan APBD tahun anggaran 2017 sebesar Rp.5.126.969.754.554.

2.1.2 Dana Perimbangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Dana Perimbangan terdiri dari:

a. Dana Bagi Hasil;

b. Dana Alokasi Umum; dan c. Dana Alokasi Khusus.


(15)

Target penerimaan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp.22.265.697.601.000.Apabila dibandingkan dengan Penetapan APBD Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp.18.770.211.233.000, maka penerimaan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2018 mengalami kenaikan sebesar Rp.3.495.486.368.000 atau 18,62 persen.

2.1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Komponen pemasukan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dalam APBD Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 berasal dari Pendapatan Hibah. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah pada APBD tahun anggaran 2018 dianggarkan sebesar Rp.11.650.920.000, yang hanya berasal dari pendapatan hibah untuk Jasa Raharja, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp.2.207.725.600.000 atau turun 99,47 persen. Penurunan drastis ini dikarenakan tidak adanya lagi pendapatan hibah untuk MRT.

2.2 Penerimaan Pembiayaan

Secara definisi, pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Jadi dengan kata lain, penerimaan pembiayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.

2.2.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

Sumber penerimaan pembiayaan salah satunya diharapkan berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun 2017. Dengan menggunakan asumsi bahwa pendapatan dan belanja dapat optimal maka diperkirakan SiLPA Tahun 2017 akan mencapai Rp.5.495.096.706.052.


(16)

2.2.2 Penerimaan Pinjaman Daerah

Sumber penerimaan pembiayaan daerah selain dari SiLPA juga diperoleh dari pinjaman daerah. Pada tahun 2018 direncanakan berasal dari pinjaman MRT sebesar Rp.3.682.093.000.000.

Tabel II.1. Rencana Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2018

NO

PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN

DAERAH

TARGET TAHUN

ANGGARAN 2018 DASAR HUKUM

1 2 3 4

A PENDAPATAN DAERAH 64.889.762.573.448 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 42.612.414.052.448

1.1 Pajak Daerah 36.125.000.000.000 1. Perda 8 tahun 2010 tentang Pajak

Kendaraan Bermotor,

2. Perda Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor,

3. Perda Nomor 10 Tahun 2010 tentang

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,

4. Perda Nomor 11 Tahun 2010 tentang

Pajak Hotel,

5. Perda Nomor 12 Tahun 2010 tentang

Pajak Restoran,

6. Perda Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Pajak Penerangan Jalan,

7. Perda Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Pajak Parkir,

8. Perda Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pajak Air Tanah,

9. Perda Nomor 18 Tahun 2010 tentang

Bea Perolehan Ha katas Tanah dan atau Bangunan,

10.Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pajak Reklame,

11.Perda Nomor 16 Tahun 2011 tentang

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

12.Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Pajak Rokok,

13.Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Perubahan atas Perda Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Kendaraan Bermotor,

14.Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang

Perubahan Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan

1.2 Retribusi Daerah 689.900.500.000 Perda 1 tahun 2015 tentang Perubahan

atas Perda 3 tahun 2012 tentang Retribusi Daerah

1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang Dipisahkan

536.318.000.000 Akta Notaris

1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli

Daerah Yang Sah


(17)

NO

PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN

DAERAH

TARGET TAHUN

ANGGARAN 2018 DASAR HUKUM

1 2 3 4

2 DANA PERIMBANGAN 22.265.697.601.000

2.1 Dana Bagi Hasil 18.621.239.355.000

2.2 Dana Alokasi Umum -

2.3 Dana Alokasi Khusus 3.644.458.246.000

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

11.650.920.000

3.1 Pendapatan Hibah 11.650.920.000

3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

-

B PENERIMAAN PEMBIAYAAN 9.177.189.706.052

1 Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

5.495.096.706.052

2 Penerimaan Pinjaman Daerah 3.682.093.000.000

JUMLAH DANA TERSEDIA 74.066.952.279.500

Sumber : BPKD dan BPRD Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017

Berdasarkan Tabel II.1. terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah untuk Tahun Anggaran 2018 cukup besar. Dari jumlah tersebut, komponen paling besar adalah pada Pajak Daerah yang mencapai Rp.36.125.000.000.000. Dengan komposisi seperti ini, berarti Pemerintah Daerah perlu memperhatikan peningkatan pendapatan dari sumber-sumber lain yang potensial.


(18)

BAB III

RENCANA PRIORITAS BELANJA DAERAH

Rencana prioritas belanja daerah Provinsi DKI Jakarta yang dituangkan dalam RKPD tahun 2018 disusun berdasarkan pendekatan politis, teknokratis, partisipatif dan top down-bottom up. Prioritas belanja daerah tersebut mengacu kepada Keputusan Gubernur Nomor 642 Tahun 2017 tentang Program Prioritas Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah Tahun 2018, yang disusun dengan memperhatikan kebijakan jangka panjang daerah sesuai RPJPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025, mengingat RPJMD tahun 2013-2017 telah berakhir dan membutuhkan transisi sebelum RPJMD berikutnya yang menjabarkan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Dalam hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Keputusan Gubernur dimaksud, untuk menjembatani antara fase RPJMD 2013-2017 dan RPJMD 2018-2022, sehingga kesinambungan pembangunan dapat tetap terjaga.

Adapun prioritas belanja daerah sesuai Keputusan Gubernur dimaksud dan berdasarkan sasaran pokok RPJPD Tahun 2005-2025, antara lain sebagai berikut:

1. Pemantapan ketahanan sosial budaya, meliputi:

a. Ketenteraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat, antara lain:

1) Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat;

2) Penegakan Perda dan/atau Perkada Secara Yustisial; 3) Peningkatan Pencegahan Kebakaran;

4) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan;

5) Peningkatan Kualifikasi Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan

6) Pengelolaan Risiko Bencana; 7) Penanggulangan Bencana.


(19)

b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, antara lain: 1) Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan;

2) Perlindungan Perempuan dan Anak. c. Sosial, antara lain:

1) Rehabilitasi Sosial;

2) Peningkatan Layanan, Prasarana dan Sarana Kesejahteraan Sosial; 3) Pemberdayaan Sosial;

4) Penanganan Fakir Miskin; 5) Perlindungan Sosial.

d. Kepemudaan dan olah raga, antara lain:

1) Penyadaran, Pemberdayaan, Pengembangan Pemuda dan Pramuka;

2) Pengembangan dan Pembinaan Olahraga.

e. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana, antara lain: 1) Pengendalian Penduduk.

f. Pendidikan, antara lain:

1) Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat; 2) Wajib Belajar 12 Tahun;

3) Peningkatan Mutu Pendidikan;

4) Pengembangan Guru dan Tenaga Kependidikan; 5) Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan; 6) Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus.

g. Kesehatan, antara lain:

1) Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit;

2) Pembinaan Upaya Kesehatan; 3) Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

4) Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan; 5) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah.

h. Pemberdayaan masyarakat dan desa, antara lain: 1) Pemberdayaan Masyarakat.


(20)

1) Pelayanan dan Pengembangan Perpustakaan. j. Kebudayaan, antara lain:

1) Pembinaan dan pemberdayaan pelaku seni budaya;

2) Pemeliharaan dan Pengembangan Pemanfaatan Cagar Budaya. k. Kearsipan, antara lain:

1) Pelayanan dan Pengembangan Kearsipan.

2. Pemantapan kualitas organisasi pemerintah, meliputi:

a. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, antara lain: 1) Penataan Administrasi Kependudukan.

b. Kesatuan Bangsa dan Politik, antara lain:

1) Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

2) Penguatan Pembinaan Politik Masyarakat. c. Keuangan, antara lain:

1) Koordinasi pelaksanaan peraturan Bidang Keuangan, Pajak dan Retribusi, Aset Daerah dan Pengadaan Barang Jasa;

2) Pengelolaan Keuangan Perjalanan Dinas; 3) Pengelolaan dan Pelayanan Pajak Daerah; 4) Pengelolaan Retribusi Daerah;

5) Pembinaan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah; 6) Pembinaan Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Daerah; 7) Pemanfaatan Aset Daerah.

d. Kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan, antara lain: 1) Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan ASN;

2) Peningkatan Kapasitas KORPRI; 3) Pengembangan Kompetensi SDM. e. Kewilayahan, antara lain:

1) Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kota Administrasi Jakarta Pusat;


(21)

3) Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kota Administrasi Jakarta Utara;

4) Penyelenggaraan Kota Administrasi Jakarta Utara;

5) Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kota Administrasi Jakarta Barat;

6) Penyelenggaraan Kota Administrasi Jakarta Barat;

7) Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kota Administrasi Jakarta Selatan;

8) Penyelenggaraan Kota Administrasi Jakarta Selatan;

9) Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kota Administrasi Jakarta Timur;

10)Penyelenggaraan Kota Administrasi Jakarta Timur;

11)Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu;

12)Penyelenggaraan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. f. Fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, antara lain:

1) Koordinasi Kebijakan Perekonomian

2) Koordinasi Kebijakan Pendidikan, Perpustakaan dan Kearsipan, Pemuda dan Olahraga, serta Mental Spiritual

3) Pengelolaan, Pengawasan dan Pembinaan Mental Spiritual

4) Koordinasi Kebijakan Kesehatan, Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

5) Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 6) Peningkatan Kerjasama Luar Negeri

7) Keprotokolan dan Administrasi Pimpinan Daerah

8) Penataan dan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan

9) Peningkatan Bantuan & Kesadaran Hukum dan Hak Asasi Manusia serta Penanganan Perkara


(22)

10)Administrasi Umum dan Peningkatan Sarana Prasarana Kerumahtanggaan Daerah

11)Penataan Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan SDM Aparatur 12)Koordinasi Kebijakan Tata Pemerintahan Daerah

13)Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah dan Lembaga/Badan

14)Penguatan Akuntabilitas Kinerja

15)Peningkatan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 16)Koordinasi Penataan Kota & Lingkungan Hidup

17)Peningkatan Kualitas Pengadaan Barang/Jasa 18)Pembinaan dan Pengembangan BUMD

g. Perencanaan, antara lain:

1) Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan. h. Statistik, meliputi:

1) Pengembangan Data Statistik Sektoral.

3. Pemantapan stabilitas perekonomian Jakarta, meliputi: a. Pertanahan, meliputi:

1) Penyiapan Akuisisi Tanah. b. Penanaman Modal, antara lain:

1) Peningkatan Penanaman Modal;

2) Peningkatan Kualitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu. c. Koperasi, usaha kecil, dan menengah, antara lain:

1) Pembinaan dan Pengembangan Koperasi; 2) Pembinaan dan Pengembangan UKM. d. Perdagangan, antara lain:

1) Pengawasan dan pelayanan perdagangan. e. Tenaga Kerja, antara lain:

1) Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja; 2) Penciptaan Hubungan Industrial yang harmonis;


(23)

3) Peningkatan kepatuhan terhadap ketentuan perundangan di bidang Ketenagakerjaan.

f. Pangan, antara lain:

1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat. g. Energi dan sumber daya mineral, antara lain:

1) Pembinaan, pengembangan dan pengendalian Energi dan ketenagalistrikan;

2) Konservasi air tanah dan pengendalian penurunan Muka Tanah; 3) Peningkatan Pencahayaan Kota.

h. Pariwisata, antara lain:

1) Pembinaan dan Pengembangan Industri Pariwisata; 2) Pengembangan Destinasi Pariwisata;

3) Penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana seni budaya dan pariwisata.

i. Perindustrian, antara lain:

1) Program pembinaan dan Pengembangan Industri; 2) Program Pengawasan dan Pengendalian Industri. j. Pertanian, antara lain:

1) Program Pengembangan Pertanian, peternakan dan kesehatan hewan.

4. Pemantapan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana Kota Jakarta, meliputi:

a. Pekerjaan umum dan penataan ruang, antara lain: 1) Pengendalian Banjir;

2) Pengembangan dan Pengelolaan Air Limbah; 3) Pengembangan dan Pengelolaan Air bersih; 4) Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan; 5) Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;


(24)

7) Penataan Ruang;

8) Pembangunan dan Pemeliharaan Gedung Pemda. b. Perhubungan, antara lain:

1) Pembinaan dan Penyelenggaraan Angkutan Umum; 2) Pengendalian dan Penertiban Lalu Lintas dan angkutan; 3) Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan;

4) Pembinaan dan Penyelenggaraan Angkutan Perairan dan Kepelabuhanan.

c. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman, antara lain: 1) Penyediaan dan Pemeliharaan Perumahan Rakyat;

2) Penataan Kawasan Permukiman; 3) Pelayanan Penghuni Rumah Susun. d. Kelautan dan perikanan, antara lain:

1) Program Pengelolaan Kelautan dan Perikanan.

5. Pengembangan kapasitas ide, kreativitas dan inovasi masyarakat Jakarta secara berkelanjutan, meliputi:

a. Komunikasi dan Informatika, antara lain:

1) Pengembangan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi); 2) Pengembangan Komunikasi dan Informasi Publik.

b. Persandian, meliputi:

1) Persandian untuk Pengamanan Informasi. c. Penelitian dan Pengembangan, meliputi:

1) Penelitian dan Pengembangan.

6. Pemantapan pengendalian kualitas lingkungan hidup dan sumber daya alam, meliputi:

a. Lingkungan Hidup, antara lain: 1) Pengelolaan Persampahan;

2) Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. b. Kehutanan, antara lain:


(25)

1) Pengelolaan Pertamanan 2) Pengelolaan Hutan 3) Konservasi Satwa

Adapun prioritas pembangunan dan sasaran, SKPD yang melaksanakan serta program pembangunan terkait dijabarkan dalam Lampiran I PPAS.


(26)

BAB IV

PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Negeri Nomor 21 tahun 2011, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dilaksanakan oleh SKPD/UKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pada proses perencanaan tahun 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menentukan kebijakan terkait tidak dibatasinya plafon anggaran SKPD/UKPD. Setiap SKPD/UKPD diberikan kewenangan untuk menentukan kegiatan dan anggaran sesuai kebutuhan dengan tetap memperhatikan azas efektif, efisien kepatutan, kewajaran dan akuntabel serta tanggung jawab yang dituangkan dalam Renja RKPD tahun anggaran 2018. Penentuan jumlah alokasi plafon setiap SKPD/UKPD dilakukan oleh SKPD/UKPD masing-masing melalui penentuan skala prioritas kegiatan Unggulan/Prioritas dan kegiatan strategis yang telah disusun dalam RKPD tahun anggaran 2018. Adapun prosesnya dilakukan dengan cara diskusi intensif secara iteratif antara SKPD/UKPD dengan TAPD secara detail, sehingga diperoleh kegiatan tahun 2018 yang benar-benar akuntabel dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jakarta. Hasil dari proses tersebut, ditetapkan menjadi PPAS sebagaimana yang diamanatkan pada Pasal 310 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang berbunyi kepala daerah menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk dibahas bersama.

Selanjutnya, penjelasan plafon anggaran berdasarkan urusan pemerintahan dan berdasarkan program kegiatan dijelaskan sebagai berikut :


(27)

4.1 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintah Daerah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dimana diatur bahwa urusan pemerintahan dibagi menjadi dua yaitu Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar serta Urusan Pemerintahan Pilihan.

Adapun plafon anggaran sementara untuk masing-masing urusan pemerintahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Unit Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan dituangkan dalam Lampiran II PPAS.

4.2 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program Kegiatan

Plafon Anggaran Sementara berdasarkan Program/Kegiatan Tahun Anggaran 2018 Provinsi DKI Jakarta merupakan hasil tarikan data dari sistem e-budgeting, secara lebih detail dapat dilihat pada Lampiran III PPAS.

4.3 Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga

Plafon anggaran sementara untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran 2018 dilihat pada Tabel IV.1 berikut.

Tabel IV.1. Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan & Belanja Tidak

Terduga Tahun 2018

NO URAIAN PLAFON ANGGARAN

SEMENTARA

1 2 3

1 Belanja Pegawai 20.217.802.334.000

2 Belanja Bunga 50.520.000.000

3 Belanja Subsidi 4.210.500.000.000

4 Belanja Hibah 1.610.915.290.235

5 Belanja Bantuan Sosial 3.518.512.131.000


(28)

NO URAIAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

1 2 3

dan Pemerintahan Desa

7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa 207.367.536.960

8 Belanja Tidak Terduga 379.662.115.136

Sumber : BPKD Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017

Berdasarkan Tabel IV.1. diatas dapat dijelaskan bahwa Belanja Pegawai sebesar Rp.20.217.802.334.000, terdiri atas 15 (lima belas) jenis komponen belanja pegawai yang antara lain meliputi gaji dan tunjangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Anggota dan Pimpinan DPRD serta Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Provinsi DKI Jakarta, sebagaimana pada tabel IV.2 berikut :

Tabel IV.2. Penjabaran Kelompok Belanja Pegawai berikut Plafon Anggaran Sementara untuk Tahun 2018

NO URAIAN PLAFON ANGGARAN

SEMENTARA

Belanja Pegawai (gaji dan tunjangan DPRD, PNS,

CPNS), dengan rincian sbb: 20.217.802.334.000

1 Gaji dan Tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD 100.212.409.000

2 Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD 676.800.000

3 Gaji dan Tunjangan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah 352.313.000

4 Gaji dan Tunjangan PNS dan CPNS 6.223.017.455.000

5 Asuransi Kesehatan (BPJS) 105.903.469.000

6 TKD PNS dan CPNS 11.464.821.426.000

7 Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah 54.385.362.000

8 Belanja Insentif Pemungutan Pajak Daerah 546.162.825.000

9 Biaya Kematian Pensiunan PNS 0

10 Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan

Kematian 16.013.903.000

11 Tunjangan Peningkatan Penghasilan 37.721.226.000

12 Tunjangan Transport Pejabat (Pengganti KDO

Pejabat) 230.338.266.000

13 Biaya Guru NIP 15 38.436.000.000

14 Tambahan Penghasilan Guru PNS Non Sertifikasi 14.298.000.000

15 Tambahan Penghasilan Guru PNS Sertifikasi 1.385.462.880.000


(29)

Belanja Bunga yang dianggarkan sebesar Rp.50.520.000.000 merupakan konsekuensi dari pinjaman daerah yang didapatkan DKI Jakarta dari pihak lain. Belanja Subsidi sebesar Rp.4.210.500.000.000 diberikan dalam rangka penyelenggaraan layanan Transjakarta bagi masyarakat (Public Service Obligation/PSO) sebesar Rp.3.325.000.000.000 dan pemberian subsidi pangan bagi penerima Kartu Jakarta Pintar sebesar Rp.885.500.000.000.

Selain itu, Belanja Hibah sebesar Rp.1.610.915.290.235, diberikan dalam rangka penyediaan bantuan kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta/Organisasi Masyarakat dan Kelompok/Anggota Masyarakat sebesar Rp.884.286.690.235 dan penyediaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi Sekolah Swasta sebesar Rp.640.295.800.000, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) sebesar Rp.86.332.800.000, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan Bantuan Sosial sebesar Rp.3.518.512.131.000 dianggarkan untuk membantu Organisasi Sosial Kemasyarakatan sebesar Rp.2.010.000.000, Individu/Siswa (Biaya Personal Siswa Miskin) sebesar Rp.3.415.018.131.000 dan Individu/Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri sebesar Rp.101.484.000.000.

Adapun Bantuan Keuangan sebesar Rp.207.367.536.960 diberikan kepada Partai Politik sebesar Rp.1.818.003.960 serta kepada Pemerintah Kota/Kabupaten sebesar Rp.205.549.533.000, dengan rincian Pemerintah Kota Bekasi sebesar Rp.138.549.833.000, Pemerintah Kabupaten Bogor sebesar Rp.13.297.740.000, Pemerintah Kota Tangerang sebesar Rp.10.000.000.000, Pemerintah Kota Depok sebesar Rp.25.594.000.000, Pemerintah Kabupaten Cianjur sebesar Rp.8.107.960.000, dan Pemerintah Kota Bogor sebesar Rp.10.000.000.000.

Pelaksanaan penganggaran Belanja tersebut di atas, mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun 2011 tentang


(30)

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan peraturan perundangan yang berlaku.


(31)

BAB V

RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Provinsi DKI Jakarta dapat dibagi menjadi dua yaitu penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan DKI Jakarta terdiri dari Proyeksi SiLPA tahun 2017 dan Pinjaman MRT, sementara pengeluaran pembiayaan Provinsi DKI Jakarta meliputi penyertaan modal pemerintah dan pembayaran utang pokok.

Berdasarkan kondisi perekonomian pada tahun 2017 dan proyeksi tahun 2018 yang tertuang dalam kebijakan umum APBD tahun anggaran 2018, maka rencana pembiayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 dijelaskan sebagai berikut :

5.1 Rencana Penerimaan Pembiayaan

Rencana penerimaan pembiayaan tahun anggaran 2018 sebesar Rp.9.177.189.706.052, berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun 2017 (SiLPA) sebesar Rp.5.495.096.706.052 dan berasal dari penerimaan pinjaman daerah yang merupakan pinjaman untuk kegiatan MRT sebesar Rp.3.682.093.000.000.

5.2 Rencana Pengeluaran Pembiayaan

Rencana pengeluaran pembiayaan pada tahun anggaran 2018 dipergunakan untuk Penyertaan Modal Daerah (PMD) serta Pembayaran Utang Pokok dengan total alokasi anggaran untuk kebutuhan tersebut sebesar Rp.8.007.234.438.048. Adapun pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk Penyertaan Modal Daerah sebesar Rp.7.973.604.814.820, yang diberikan kepada BUMD yang telah memiliki Perda penyertaan modal dan


(32)

pelaksanaannya didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun BUMD yang direncanakan memperoleh PMD adalah sebagai berikut:

1. PMD untuk PT. MRT sebesar Rp.3.906.093.000.000;

2. PMD untuk PT. Jakarta Propertindo sebesar Rp.3.381.000.000.000; 3. PMD untuk PT. Jakarta Tourisindo sebesar Rp.23.696.814.820; 4. PMD untuk PD. Dharma Jaya sebesar Rp.39.000.000.000;

5. PMD untuk PT. Food Station Tjipinang sebesar Rp.125.000.000.000; 6. PMD untuk PD. Pembangunan Sarana Jaya sebesar Rp.394.415.000.000 7. PMD untuk PT. Penjamin Kredit Daerah sebesar Rp.100.000.000.000; 8. PMD untuk PT. Asuransi Bangun Askrida Rp.4.400.000.000

Sedangkan, pengeluaran pembiayaan lainnya, digunakan untuk pembayaran utang pokok Proyek JEDI/JFUMP sebesar Rp.33.629.623.228.

Rencana Pembiayaan Daerah secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel V.1. berikut.

Tabel V.1. Rincian Plafon Rencana Pembiayaan Daerah Tahun 2018

NO URAIAN PLAFON ANGGARAN

SEMENTARA

PEMBIAYAAN DAERAH

1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 9.177.189.706.052

1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 5.495.096.706.052

1.2 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan -

1.3 Penerimaan Pinjaman Daerah 3.682.093.000.000

1.4 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman -

2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 8.007.234.438.048

2.1 Pembentukan Dana Cadangan -

2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 7.973.604.814.820

2.3 Pembayaran Pokok Utang 33.629.623.228

2.4 Pemberian Pinjaman Daerah -

Pembiayaan Netto 1.169.955.268.004


(33)

Rencana penerimaan pembiayaan sebesar Rp.9.177.189.706.052, lebih tinggi dibandingkan dengan rencana pengeluaran pembiayaan sebesar Rp.8.007.234.438.048. Sehingga, jumlah pembiayaan netto sebesar Rp.1.169.955.268.004 digunakan untuk menutup defisit anggaran.


(34)

BAB VI PENUTUP

Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara (PPAS) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 telah disusun dengan berpedoman pada Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Tahun 2011.

PPAS yang telah disepakati, menjadi dasar dalam menyusun Nota Kesepakatan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018, antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta, yang kemudian Nota Kesepakatan tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD/UKPD, dan selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2018.

Dokumen PPAS Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikannya secara bertanggungjawab dan profesional. Dengan demikian diharapkan masyarakat Jakarta dapat merasakan manfaatnya secara optimal dari pembangunan yang telah direncanakan tersebut.

Jika dalam proses pembahasan Raperda APBD tahun anggaran 2018 menjadi Perda APBD tahun anggaran 2018 terdapat kondisi yang menyebabkan perubahan pada PPAS ini, maka dapat dilakukan penyempurnaan sepanjang disepakati bersama oleh pihak pertama dan pihak kedua.


(1)

Belanja Bunga yang dianggarkan sebesar Rp.50.520.000.000 merupakan konsekuensi dari pinjaman daerah yang didapatkan DKI Jakarta dari pihak lain. Belanja Subsidi sebesar Rp.4.210.500.000.000 diberikan dalam rangka penyelenggaraan layanan Transjakarta bagi masyarakat (Public Service Obligation/PSO) sebesar Rp.3.325.000.000.000 dan pemberian subsidi pangan bagi penerima Kartu Jakarta Pintar sebesar Rp.885.500.000.000.

Selain itu, Belanja Hibah sebesar Rp.1.610.915.290.235, diberikan dalam rangka penyediaan bantuan kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta/Organisasi Masyarakat dan Kelompok/Anggota Masyarakat sebesar Rp.884.286.690.235 dan penyediaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi Sekolah Swasta sebesar Rp.640.295.800.000, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) sebesar Rp.86.332.800.000, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan Bantuan Sosial sebesar Rp.3.518.512.131.000 dianggarkan untuk membantu Organisasi Sosial Kemasyarakatan sebesar Rp.2.010.000.000, Individu/Siswa (Biaya Personal Siswa Miskin) sebesar Rp.3.415.018.131.000 dan Individu/Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri sebesar Rp.101.484.000.000.

Adapun Bantuan Keuangan sebesar Rp.207.367.536.960 diberikan kepada Partai Politik sebesar Rp.1.818.003.960 serta kepada Pemerintah Kota/Kabupaten sebesar Rp.205.549.533.000, dengan rincian Pemerintah Kota Bekasi sebesar Rp.138.549.833.000, Pemerintah Kabupaten Bogor sebesar Rp.13.297.740.000, Pemerintah Kota Tangerang sebesar Rp.10.000.000.000, Pemerintah Kota Depok sebesar Rp.25.594.000.000, Pemerintah Kabupaten Cianjur sebesar Rp.8.107.960.000, dan Pemerintah Kota Bogor sebesar Rp.10.000.000.000.

Pelaksanaan penganggaran Belanja tersebut di atas, mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun 2011 tentang


(2)

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan peraturan perundangan yang berlaku.


(3)

BAB V

RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Provinsi DKI Jakarta dapat dibagi menjadi dua yaitu penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan DKI Jakarta terdiri dari Proyeksi SiLPA tahun 2017 dan Pinjaman MRT, sementara pengeluaran pembiayaan Provinsi DKI Jakarta meliputi penyertaan modal pemerintah dan pembayaran utang pokok.

Berdasarkan kondisi perekonomian pada tahun 2017 dan proyeksi tahun 2018 yang tertuang dalam kebijakan umum APBD tahun anggaran 2018, maka rencana pembiayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 dijelaskan sebagai berikut :

5.1 Rencana Penerimaan Pembiayaan

Rencana penerimaan pembiayaan tahun anggaran 2018 sebesar Rp.9.177.189.706.052, berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun 2017 (SiLPA) sebesar Rp.5.495.096.706.052 dan berasal dari penerimaan pinjaman daerah yang merupakan pinjaman untuk kegiatan MRT sebesar Rp.3.682.093.000.000.

5.2 Rencana Pengeluaran Pembiayaan

Rencana pengeluaran pembiayaan pada tahun anggaran 2018 dipergunakan untuk Penyertaan Modal Daerah (PMD) serta Pembayaran Utang Pokok dengan total alokasi anggaran untuk kebutuhan tersebut sebesar Rp.8.007.234.438.048. Adapun pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk Penyertaan Modal Daerah sebesar Rp.7.973.604.814.820, yang


(4)

pelaksanaannya didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun BUMD yang direncanakan memperoleh PMD adalah sebagai berikut:

1. PMD untuk PT. MRT sebesar Rp.3.906.093.000.000;

2. PMD untuk PT. Jakarta Propertindo sebesar Rp.3.381.000.000.000; 3. PMD untuk PT. Jakarta Tourisindo sebesar Rp.23.696.814.820; 4. PMD untuk PD. Dharma Jaya sebesar Rp.39.000.000.000;

5. PMD untuk PT. Food Station Tjipinang sebesar Rp.125.000.000.000; 6. PMD untuk PD. Pembangunan Sarana Jaya sebesar Rp.394.415.000.000 7. PMD untuk PT. Penjamin Kredit Daerah sebesar Rp.100.000.000.000; 8. PMD untuk PT. Asuransi Bangun Askrida Rp.4.400.000.000

Sedangkan, pengeluaran pembiayaan lainnya, digunakan untuk pembayaran utang pokok Proyek JEDI/JFUMP sebesar Rp.33.629.623.228.

Rencana Pembiayaan Daerah secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel V.1. berikut.

Tabel V.1. Rincian Plafon Rencana Pembiayaan Daerah Tahun 2018

NO URAIAN PLAFON ANGGARAN

SEMENTARA

PEMBIAYAAN DAERAH

1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 9.177.189.706.052

1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 5.495.096.706.052

1.2 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan -

1.3 Penerimaan Pinjaman Daerah 3.682.093.000.000

1.4 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman -

2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 8.007.234.438.048

2.1 Pembentukan Dana Cadangan -

2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 7.973.604.814.820

2.3 Pembayaran Pokok Utang 33.629.623.228

2.4 Pemberian Pinjaman Daerah -

Pembiayaan Netto 1.169.955.268.004


(5)

Rencana penerimaan pembiayaan sebesar Rp.9.177.189.706.052, lebih tinggi dibandingkan dengan rencana pengeluaran pembiayaan sebesar Rp.8.007.234.438.048. Sehingga, jumlah pembiayaan netto sebesar Rp.1.169.955.268.004 digunakan untuk menutup defisit anggaran.


(6)

BAB VI PENUTUP

Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara (PPAS) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 telah disusun dengan berpedoman pada Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Tahun 2011.

PPAS yang telah disepakati, menjadi dasar dalam menyusun Nota Kesepakatan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018, antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta, yang kemudian Nota Kesepakatan tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD/UKPD, dan selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2018.

Dokumen PPAS Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikannya secara bertanggungjawab dan profesional. Dengan demikian diharapkan masyarakat Jakarta dapat merasakan manfaatnya secara optimal dari pembangunan yang telah direncanakan tersebut.

Jika dalam proses pembahasan Raperda APBD tahun anggaran 2018 menjadi Perda APBD tahun anggaran 2018 terdapat kondisi yang menyebabkan perubahan pada PPAS ini, maka dapat dilakukan penyempurnaan sepanjang disepakati bersama oleh pihak pertama dan pihak kedua.