Pengaruh Penambahan Larutan Ca(OH)2 Pada Air Filter Terhadap Peningkatan pH Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Delitua

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Keterangan lampiran 2 : 1. Intake

terdiri dari bar screen (saringan kasar) dan line screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran yang terbawa arus sungai.

2. Raw Water Tank (RWT)

berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan yang bersifat sedimen.

3. Raw Water Pump (RWP)

berfungsi untuk memompakan air dari Raw Water Tank ke clearator. 4. Clearator

berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. 5. Filter

berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator.

6. Reservoir

berfungsi untuk menampung air olahan setelah melewati media filter. 7. Finish Water Pump (FWP)

berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir distribusi cabang.

8. Lagoon

berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sisitem pengolahan dan kemudian air olahannya disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Hanum, F. “Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum”.18 April 2015.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf

Mulia, R.M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi

Soerjadi. 1978. Pemurnian Air Dengan Proses Pengendapan. Yogyakarta. Lembaga Penelitian

Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta


(8)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat-alat dan bahan kimia yang digunakan 3.1.1. Alat-alat

1. Buret merk pyrex

2. Statif dan klem

3. Erlenmeyer merk pyrex 4. Gelas ukur merk pyrex 5. Comperator pH merk palintest 6. Kuvet

7. Beaker glass merk pyrex 8. Pipet volumetrik merk pyrex

9. Labu takar merk pyrex

10.Neraca analitik merk Ohans 11.Botol aquadest

3.1.2. Bahan-bahan kimia

1. Larutan (Ca(OH)2)

2. Larutan asam klorida 36 % 3. Air filter

4. Indikator fenolftalein 0,05 % 5. Indikator BTB 0,04 % 6. Aquadest


(9)

3.2. Prosedur pembuatan pereaksi

3.2.1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N

a. Pipet 100 ml aquadest kedalam labu takar 1000 ml b. Pipet 9 ml asam klorida 36 %

c. Tuangkan secara perlahan kedalam labu takar 1000 ml yang telah berisi aquadest

d. Tambahkan aquadest sampai garis tanda e. Homogenkan

f. Tempatkan kedalam reagen yang telah diberi label

3.2.2. Pembuatan indikator fenolftalein 0,05 %

a. Ditimbang 100 mg serbuk fenolftalein

b. Larutkan dalam 100 ml etanol didalam labu takar 200 ml c. Tambahkan aquadest sampai garis tanda lalu homogenkan

3.2.3. Pembuatan indikator Brom Thimol Blue 0,04 %

a. Ditimbang 100 mg serbuk brom thimol blue

b. Larutkan dalam 16 ml NaOH 0,01 M didalam labu takar 250 ml c. Tambahkan aquadest sampai garis tanda lalu homogenkan

3.2.4. Standarisasi larutan HCl 0,1 N

a. Pipet 25 ml larutan HCl kedalam erlenmeyer 250 ml b. Tambahkan 2 tetes indikator PP kedalam erlenmeyer


(10)

c. Titrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH 0,1 N yang sudah distandarisasi hingga larutan berubah dari bening menjadi merah lembayung

d. Catat volume larutan baku NaOH yang terpakai e. Lakukan percobaan yang sama sebanyak 2 kali

Perhitungan : V1N1 = V2N2

10. N1 = 10,5 . 0,0945 10 N1 = 0,9922 N1 = 0,0992

3.2.5. Pembuatan larutan Ca(OH)2

a. Dimasukkan 200 kg Ca(OH)2 kedalam bak ukuran 40 m3

b. Ditambahkan air bersih hasil olahan PDAM Tirtanadi sampai garis tanda

c. Dihomogenkan dengan flokulator, lalu diamkan selama semalam

3.2.6. Standarisasi larutan Ca(OH)2 a. Diambil larutan kapur dari bak

b. Masukkan 20 ml larutan kapur kedalam erlenmeyer c. Tambahkan 3 tetes indikator PP kedalam erlenmeyer

d. Titrasi dengan larutan asam klorida 0,0992 N hingga larutan berubah warna dari merah muda menjadi tidak berwarna


(11)

f. Hitung konsentrasi larutan kapur berdasarkan perhitungan Perhitungan :

g/L Ca(OH)2 = ml HCl x N HCl x 37 volume larutan kapur g. Catat hasil

1. Larutan HCl yang terpakai 2,0 ml g/L Ca(OH)2 = ml HCl x N HCl x 37 volume larutan kapur

= 2,0 x 0,0992 x 37 20 = 0,36

2. Larutan HCl yang terpakai 1,5 ml g/L Ca(OH)2 = ml HCl x N HCl x 37 volume larutan kapur

= 1,5 x 0,0992 x 37 20 = 0,27

3. Larutan HCl yang terpakai 1,4 ml g/L Ca(OH)2 = ml HCl x N HCl x 37 volume larutan kapur

= 1,4 x 0,0992 x 37 20 = 0,25

4. Larutan HCl yang terpakai 1,2 ml g/L Ca(OH)2 = ml HCl x N HCl x 37 volume larutan kapur

= 1,2 x 0,0992 x 37 20 = 0,22

5. Larutan HCl yang terpakai 0,9 ml g/L Ca(OH)2 = ml HCl x N HCl x 37 volume larutan kapur

= 0,9 x 0,0992 x 37 20


(12)

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Pemeriksaan pH sebelum penambahan larutan Ca(OH)2 1. Isi kuvet dengan air filter sebanyak 10 ml

2. Tambahkan 3 tetes indikator Brom Thimol Blue

3. Tempatkan kuvet sampel disebelah kanan pada tempat kuvet comperator

4. Tempatkan kuvet blanko sebelah kiri pada tempat kuvet comprator 5. Bandingkan warna sampel dengan standar pada comperator

Jika warna sampel sama atau mendekati maka nilai pH dibaca pada disk comperator

Jika warna sampel tidak sama dengan warna pada disk comperator maka dilihat nilai tengah (median)

6. Catat hasil pengukuran

3.3.2. Pemeriksaan pH sesudah penambahan larutan Ca(OH)2

1. Tambahkan 1 ml larutan Ca(OH)2 kedalam 1000 ml air filter lalu homogenkan

2. Isi kuvet dengan air filter yang sudah ditambahkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 10 ml

3. Tambahkan 3 tetes indikator Brom Thimol Blue

4. Tempatkan kuvet sampel disebelah kanan pada tempat kuvet comperator

5. Tempatkan kuvet blanko sebelah kiri pada tempat kuvet comprator 6. Bandingkan warna sampel dengan standar pada comperator


(13)

Jika warna sampel sama atau mendekati maka nilai pH dibaca pada disk comperator

Jika warna sampel tidak sama dengan warna pada disk comperator maka dilihat nilai tengah (median)

7. Catat hasil pengukuran

8. Lakukan percobahan yang sama dengan variasi penambahan larutan Ca(OH)2 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dst sampai didapatkan pH air mendekati 7 atau sama dengan 7


(14)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penambahan larutan Ca(OH)2 diperoleh data-data sebagai berikut. Tabel 4.1. Pemakaian larutan Ca(OH)2 terhadap kenaikan pH

Debit Air (L/det) Volume Sampel (ml) Konsentrasi larutan Ca(OH)2 (g/L) Volume larutan Ca(OH)2 yang ditambahkan (ml) pH Air Filter sebelum penambahan larutan Ca(OH)2 pH Air Filter setelah penambahan larutan Ca(OH)2 Jumlah larutan Ca(OH)2 (L/det)

1755 1000 0,36 15 6,5 7,0 26,325

1760 1000 0,27 13 6,6 7,0 22,88

1754 1000 0,25 16,5 6,5 7,0 28,941

1753 1000 0,22 13 6,4 7,0 22,789

1758 1000 0,16 18 6,6 7,0 31,644

4.2 Pembahasan

Pada proses pengolahan air dilakukan penambahan larutan Ca(OH)2 yang berfungsi untuk meningkatkan pH air agar sesuai dengan standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yakni 6,5-8,5. Dari data-data penelitian didapatkan hasil yaitu dibutuhkan 15 ml larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 0,36 gr/L untuk meningkatkan pH air filter sebanyak 1000 ml sehingga didapat pH air sama dengan 7. Lalu disesuaikan dengan debit air dimana dibutuhkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 26,325 L/det untuk 1755 L/det air filter. Dibutuhkan 13 ml larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 0,27 gr/L untuk meningkatkan pH air filter sebanyak 1000 ml sehingga didapat pH air sama dengan 7, disesuaikan dengan debit air dimana dibutuhkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 22,88 L/det untuk 1760 L/det air filter. Dibutuhkan 16,5 ml larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 0,25 gr/L untuk meningkatkan pH air filter sebanyak 1000 ml sehingga didapat pH air sama dengan 7, disesuaikan dengan debit air


(15)

dimana dibutuhkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 28,941 L/det untuk 1754 L/det air filter. Dibutuhkan 13 ml larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 0,22 gr/L untuk meningkatkan pH air filter sebanyak 1000 ml sehingga didapat pH air sama dengan 7, disesuaikan dengan debit air dimana dibutuhkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 22,789 L/det untuk 1753 L/det air filter. Dibutuhkan 18 ml larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 0,16 gr/L untuk meningkatkan pH air filter sebanyak 1000 ml sehingga didapat pH air sama dengan 7, disesuaikan dengan debit air dimana dibutuhkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 31,644 L/det untuk 1758 L/det air filter. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa pH air tersebut sudah memenuhi standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan.


(16)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada proses pengolahan air dibutuhkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 26,325 L/det dengan debit air 1755 L/det, 22,88 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1760 L/det, 28,941 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1754 L/det, 22,789 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1753 L/det, 31,644 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1758 L/det dimana pH akhirnya adalah 7.

5.2. Saran

1. Penambahan larutan kapur sebaiknya dilakukan sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan dan sesuai dengan waktu yang ditentukan sehingga pH air yang didapat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yakni 6,5-8,5.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. (Sutrisno,C.T. dan Suciastuti, E. 1987)

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia itu sendiri. (Mulia, R.M. 2005)

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.

Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak merupakan pembawa bibit penyakit,


(18)

maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan.

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolahan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. (Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 1987)

2.1.1. Sumber Air

Sumber – sumber air : 1. Air laut

2. Air atmosfer, air meteriologik 3. Air permukaan

4. Air tanah 1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air atmosfir, air meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri seperti debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan


(19)

dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat korosif terutama terhadap pipa–pipa penyalur maupun bak – bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, untuk masing – masing air permukaan akan berbeda – beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.

Air permukaan ada 2 macam yakni : a. Air sungai

b. Air rawa/danau 4. Air tanah

Terbagi atas :

a. air tanah dangkal b. air tanah dalam c. mata air


(20)

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam – garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk masing – masing lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur – sumur dangkal.

b. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air ini dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

c. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas. Kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.


(21)

Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas : 1. rembesan, dimana air keluar dari lereng – lereng,

2. umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran.

(Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 1987)

2.2. Kualitas Air

2.2.1. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan oleh (1) bahan padat keseluruhan, yang terapung maupun yang terlarut, (2) kekeruhan, (3) warna, (4) bau dan rasa, dan (5) temperatur (suhu) air.

a. Bahan padat keseluruhan. Koloid mempengaruhi kualitas air dalam proses koagulasi dan filtrasi. Material layang dapat diukur dengan melakukan penyaringan, sedangkan meterial terlarut dapat diukur dengan penguapan. b. Kekeruhan. Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan

disebut keruh. Kekeruhan dalam air terdiri dari lempung, liat, dan bahan organik, dan mikroorganisme. Air sungai biasanya lebih keruh pada saat terjadi hujan lebat dibandingkan pada kondisi normal. Kekeruhan tergantung pada konsentrasi partikel – partikel padat yang ada didalam air. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut turbidimeter.

c. Warna. Air murni tidak berwarna. Warna dalam air diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau material. Air yang mengalir melewati rawa atau tanah yang mengandung mineral


(22)

dimungkinkan untuk mengambil warna material tersebut. Batas intensitas warna yang dapat diterima adalah 5 mg/L.

d. Bau dan rasa. Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum idealnya tidak berbau boleh berasa. Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam – garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan material, gas terlarut, dan bahan – bahan organik.

e. Temperatur. Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan – bahan pencemar serta pengangkutannya. Temperatur air tergantung pada sumbernya. Temperatur normal air dialam (tropis) sekitar 20°C sampai 30°C. Untuk sistem air bersih, temperatur ideal berkisar antara 5°C sampai 10°C.

2.2.2. Karakteristik Kimia

Kandungan bahan – bahan kimia yang ada didalam air berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut, dan kesadahan.

a. pH. Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH, yang didefinisikan sebagai logaritma dari pulang-baliknya konsentrasi ion-hidrogen dalam mol per liter. Air murni pada 24°C ditimbang berkenaan dengan ion – ion H+ dan ion – ion OH¯ masing – masing mempunyai kandungan 10-7 mol per liter. Dengan demikian pH air


(23)

murni adalah 7. Air dengan pH diatas 7 bersifat basa, dan pH dibawah 7 bersifat asam. Nilai pH air dapat diukur dengan potensiometer, yang mengukur potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion – ion H+, atau dengan indikator, misalnya methyl orange atau phenolphthalein.

b. Alkalinitas. Kebanyakan air bersifat alkaline karena garam – garam alkaline sangat umum berada ditanah. Ketidakmurnian air ini akibat adanya karbonat dan bikarbonat dari kalsium, sodium dan magnesium. Alkalinitas dinyatakan dalam mg/liter ekivalen kalsium karbonat.

c. Kesadahan. Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa. Air sadah mengandung karbonat dan sulfat, atau klorida dan nitrat, dari kalsium dan magnesium, disamping besi dan aluminium. Kesadahan air sementara akibat keberadaan kalsium dan magnesium bikarbonat dapat dihilangkan dengan dididihkan atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan air permanen akibat adanya kalsium dan magnesium sulfat, klorida dan nitrat, dapat dilunakkan dengan perlakuan khusus. Kesadahan air dinyatakan dalam mg/liter berat kalsium karbonat.

2.2.3. Karakteristik Mikrobiologi

Spesies organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata telanjang, sedangkan organisme mikroskopik memerlukan alat bantu mikroskop untuk membedakan spesiesnya. Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil dimana spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun


(24)

dengan alat bantu mikroskop. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak membahayakan bagi kesehatan disebut non-pathogen. Escherichia coli (colon bacili atau coliform) adalah bakteri non-pathogen yang hidup dalam usus binatang berdarah panas. Dalam air, bakteri ini biasanya mengeluarkan tinja, sehingga keberadaannya didalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri pathogen. Kualitas air bersih ditentukan dengan keberadaan atau ketidakberadaan bakteri ini melalui E-coli Test. (Suripin.2002)

2.3. Pengolahan Air

Proses pengolahan air menjadi air bersih harus melalui beberapa tahapan-tahapan, yaitu :

1. Screening

Screening berfungsi untuk memisahkan air dari sampah-sampah dalam ukuran besar.

2. Tangki sedimentasi

Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran berupa lumpur dan pasir. Pada tangki sedimentasi terdapat waktu tinggal. Ke dalam tangki sedimentasi ini diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air.


(25)

Gambar 2.1. Tangki Sendimentasi (intake) 3. Klarifier (clearator)

Klarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan larutan Alum (Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada klarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada klarifier terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian dipompakan ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat yang dilengkapi dengan penyaring dan sekat. Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di dalam primary reaction zone dan secondary reaction zone, air dan bahan kimia (koagulan yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid akan membentuk butiran-butiran flokulasi.

Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis


(26)

yang akan terbuka setiap satu jam sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih.

Gambar 2.2. Klerator (clearator)

4. Sand Filter

Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat). Sand filter jenis ini berupa bak yang berisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin dan tawas. Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir.


(27)

Gambar 2.3. Sand Filter 5. Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.

2.3.1. Zat-zat kimia yang digunakan

1. Tawas

Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya.

Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbiditas air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:


(28)

Al2(SO4)3 2 Al +3

+ 3(SO4) -2

Air akan mengalami : H2O H

+ + OH - Selanjutnya : 2 Al +3 + 6OH - 2Al(OH)3

Selain itu akan dihasilkan asam : 3(SO4)

-2 + 6H

+

3H2SO4

Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas biasanya ditambahkan larutan (Ca(OH)2) atau soda abu (Na2CO3).

Reaksi yang terjadi :

Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Al2(SO4)3 + 3Na2CO3 + 3H2O 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 3CO2

Al2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 2. Kapur

Pengaruh penambahan larutan (Ca(OH)2 akan menaikkan pH dan bereaksi dengan bikarbonat membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak sehingga pH = 10,5 maka akan membentuk endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca pada pH tinggi dapat diendapkan dengan penambahan soda abu. Reaksinya :


(29)

Ca(OH)2 + Ca(HCO)3 2CaCO3 + 2H2O

2Ca(OH)2 + Mg(HCO3)2 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O Ca(OH)2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaOH

3. Klorin

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl

-), juga beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk di dalamnya.

Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2. Klorin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik amoniak di dalam air dengan klorin.

Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium


(30)

hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang didesinfeksi. (Library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf)

2.3.2. Menaikkan pH Dengan Menggunakan Larutan Ca(OH)2

Akibat penambahan alum tersebut pH air turun, untuk itu dalam pengolahan air selanjutnya ditambahkan larutan Ca(OH)2 sampai diperoleh pH air yang diinginkan.

Sifat – sifat kapur :

1. Bahan yang sangat lembut

2. Spesifik gravity 3,24; dalam bentuk larutan 1,25 3. Melting point : pada 850°C akan kehilangan air 4. Dapat bereaksi dengan dalam kalsium oksida 5. Turunan dari reaksi air dengan kalsium oksida

6. Dapat disimpan dalam tong kayu, karung dan dalam mangkuk

7. Dapat dipergunakan sebagai bahan kimia, plaster, pencuci/pemutih, pelunakan air, pemurnian gula, pembunuh kuman dan penggembut tanah.

Dengan adanya penambahan larutan Ca(OH)2 pada air yang masih bersifat asam dapat menetralkan atau menaikkan pH air dan juga dapat menghilangkan bau air. Dimana larutan asam yang dimasukkan kedalam air dapat melepaskan ion OH¯ memperbanyak ion H+ akibatnya [H+] > [OH¯ ]. Oleh karena itu ditambahkan larutan kapur yang bersifat basa untuk menetralkan pH air tersebut. Dimana penambahan kapur pada air akan


(31)

membentuk garam – garam karbonat yang larut sampai batas kejenuhan yang mengakibatkan pH air tersebut menjadi netral. Bila penambahan kapur terlalu banyak mengakibatkan pengendapan garam karbonat dan membentuk kerak dan dapat dilihat pada reaksi dibawah ini :

CaO + H2O Ca(OH)2

Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O

2Ca(OH)2 + Mg(HCO3)2 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O


(32)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga, keperluan industri dan lain – lain. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air, dimana air dapat berfungsi sebagai alat angkut zat dari bagian tubuh yang satu kebagian tubuh yang lain.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda – beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat didaerah tersebut. Penduduk yang tinggal didaerah daratan rendah dan berawa seperti di Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih dan untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air didaerah tersebut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan air bersih.

Dengan perkembangan zaman serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan yang mau tidak mau menambah pengotoran air yang pada dasarnya sangat dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber – sumber air yang ada didekatnya dengan menggunakan cara yang sederhana.


(33)

Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sulit akan sumber air yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian.

Untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota Medan, PDAM Tirtanadi membuat suatu sistem pengolahan air minum dengan menggunakan air yang berasal dari Sungai Deli untuk PDAM Tirtanadi cabang Delitua dengan kapasitas total 12.000 m3 pada air reservoir.

Seperti yang telah diketahui bahwa pada umumnya air sungai tidak cukup jernih karena mengandung kotoran atau partikel – partikel halus yang berasal dari berbagai sumber seperti limbah rumah tangga dan limbah dari industri. Salah satu tahapan proses pengolahan air sungai adalah peningkatan pH kembali dengan menggunakan larutan kapur setelah penambahan aluminium sulfat. Salah satu jenis koagulan yang biasa dipakai yaitu aluminium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O) atau sering disebut dengan tawas. Dengan penambahan alum ini dilakukan untuk memperoleh air jernih, karena umumnya air baku selalu keruh dan dibutuhkan larutan aluminium sulfat tersebut. Tetapi akibat adanya penambahan aluminium sulfat (proses koagulasi) tersebut menjadikan air mengalami penurunan pH yang cukup berarti. Untuk itu diperlukan penambahan larutan kapur untuk menetralkan kembali pH air tersebut.

1.2. Permasalahan

Berapa penambahan larutan Ca(OH)2 yang dibutuhkan sehingga pH air reservoir tetap pada kisaran 6,5 – 8,5.


(34)

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui jumlah larutan Ca(OH)2 yang dibutuhkan untuk menaikkan pH air reservoir pada proses pengolahan air.

1.4. Manfaat

Dapat diketahui jumlah larutan Ca(OH)2 yang dibutuhkan untuk menaikkan pH air reservoir pada proses pengolahan air.

1.5. Metodologi

Percobaan dilakukan secara laboratorium dengan menambahkan larutan (Ca(OH)2) pada air filter sampai pH mendekati atau sama dengan 7,0. Percobaan dilakukan beberapa kali dan beberapa hari.


(35)

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN Ca(OH)2 PADA AIR FILTER

TERHADAP PENINGKATAN pH AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELITUA

ABSTRAK

Telah dilakukan penambahan larutan Ca(OH)2 pada air filter untuk meningkatkan pH air reservoir yang diolah agar sesuai dengan pH standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yakni 6,5-8,5. Dari hasil perlakuan diperoleh jumlah larutan Ca(OH)2 yang dibutuhkan sebanyak 26,325 L/det dengan debit air 1755 L/det, 22,88 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1760 L/det, 28,941 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1754 L/det, 22,789 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1753 L/det, 31,644 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1758 L/det dimana pH akhirnya adalah 7.


(36)

EFFECT OF ADDITION SOLUTION Ca(OH)2 ON WATER FILTER THE

IMPROVEMENT pH OF WATER RESERVOIR AT PDAM TIRTANADI WATER TREATMENT DELITUA

ABSTRACT

Has been addition of a solution of Ca(OH)2 in water filter to increase pH of water reservoir treated to match the pH of drinking water standards according Regulation of the Minister of Health 492/MENKES/PER/IV/2010 which is 6.5 to 8.5. From the results obtained treatment solution amount of Ca(OH)2 is needed as much 26.325 L/sec with water flow 1755 L/sec, 22.88 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1760 L/sec, 28.941 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1754 L/sec, 22.789 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1753 L/sec, 31.644 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1758 L/sec where finally pH is 7.


(37)

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN Ca(OH)2 PADA AIR

FILTER TERHADAP PENINGKATAN pH AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR

DELITUA

TUGAS AKHIR

WINDY SARI BANGUN

122401133

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(38)

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN Ca(OH)2 PADA AIR

FILTER TERHADAP PENINGKATAN pH AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR

DELITUA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

WINDY SARI BANGUN

122401133

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(39)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penambahan Larutan Ca(OH)2 Pada Air Filter Terhadap Peningkatan pH Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Delitua

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Windy Sari Bangun

Nomor Induk Mahasiswa : 122401133 Program Studi : D-3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di Medan, Juli 2015

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc NIP. 195408301985032001 NIP. 195211161980031001


(40)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN Ca(OH)2 PADA AIR FILTER

TERHADAP PENINGKATAN pH AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELITUA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

WINDY SARI BANGUN 122401133


(41)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Pengaruh Penambahan Larutan Ca(OH)2 Pada Air Filter Terhadap Peningkatan pH Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Delitua.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU, Drs. Dr. Adil Ginting, M.Sc, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staff dan Dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah khususnya Florentina Magdalena Girsang, Basanova Regina Facis Sitinjak, Ahmadani Nasution dan Roy Hendra Silitonga. Dan teristimewa kepada keluarga penulis yang telah memberikan banyak dukungan baik moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yangg ada pada penulis. Semoga karya ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya.


(42)

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN Ca(OH)2 PADA AIR FILTER

TERHADAP PENINGKATAN pH AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELITUA

ABSTRAK

Telah dilakukan penambahan larutan Ca(OH)2 pada air filter untuk meningkatkan pH air reservoir yang diolah agar sesuai dengan pH standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yakni 6,5-8,5. Dari hasil perlakuan diperoleh jumlah larutan Ca(OH)2 yang dibutuhkan sebanyak 26,325 L/det dengan debit air 1755 L/det, 22,88 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1760 L/det, 28,941 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1754 L/det, 22,789 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1753 L/det, 31,644 L/det larutan Ca(OH)2 dengan debit air 1758 L/det dimana pH akhirnya adalah 7.


(43)

EFFECT OF ADDITION SOLUTION Ca(OH)2 ON WATER FILTER THE

IMPROVEMENT pH OF WATER RESERVOIR AT PDAM TIRTANADI WATER TREATMENT DELITUA

ABSTRACT

Has been addition of a solution of Ca(OH)2 in water filter to increase pH of water reservoir treated to match the pH of drinking water standards according Regulation of the Minister of Health 492/MENKES/PER/IV/2010 which is 6.5 to 8.5. From the results obtained treatment solution amount of Ca(OH)2 is needed as much 26.325 L/sec with water flow 1755 L/sec, 22.88 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1760 L/sec, 28.941 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1754 L/sec, 22.789 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1753 L/sec, 31.644 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1758 L/sec where finally pH is 7.


(44)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

1.5. Metodologi 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Air 4

2.1.1. Sumber–Sumber Air 5

2.2. Kualitas Air 8

2.2.1. Karakteristik Fisik 8

2.2.2. Krakteristik Kimia 9

2.2.3. Karakteristik Mikrobiologi 10

2.3. Pengolahan Air 11

2.3.1. Zat – Zat Kimia yang Digunakan 14 2.3.2. Menaikkan pH dengan menggunakan larutan 17

Ca(OH)2 Bab 3. Metode Penelitian

3.1 Alat-alat dan bahan kimia yang digunakan

3.1.1. Alat–alat 19

3.1.2. Bahan–bahan kimia 19

3.2. Prosedur pembuatan pereaksi

3.2.1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N 20 3.2.2. Pembuatan indikator fenolftalein 0,05 % 20 3.2.3. Pembuatan indikator brom thimol blue 0,04 % 20 3.2.4. Standarisasi larutan HCl 0,1 N 20

3.2.5. Pembuatan larutan Ca(OH)2 21

3.2.5. Standarisasi larutan Ca(OH)2 21

3.3. Prosedur kerja 23

3.3.1. Pemeriksaan pH sebelum penambahan larutan 23 Ca(OH)2


(45)

3.3.2. Pemeriksaan pH sesudah penambahan larutan 23 Ca(OH)2

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil 25

4.2. Pembahasan 25

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27


(46)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 4.1

Judul

Pemakaian larutan (Ca(OH)2) terhadap kenaikan pH

Halaman 25


(47)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar 2.1 2.2 2.3

Judul

Tangki Sedimentasi (intake) Klerator (clearator)

Sand Filter

Halaman

12 13 14


(48)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lamp 1

Judul

Persyaratan Kualitas Air Minum

Halaman

29


(1)

EFFECT OF ADDITION SOLUTION Ca(OH)2 ON WATER FILTER THE IMPROVEMENT pH OF WATER RESERVOIR AT PDAM TIRTANADI

WATER TREATMENT DELITUA

ABSTRACT

Has been addition of a solution of Ca(OH)2 in water filter to increase pH

of water reservoir treated to match the pH of drinking water standards according Regulation of the Minister of Health 492/MENKES/PER/IV/2010 which is 6.5 to 8.5. From the results obtained treatment solution amount of Ca(OH)2 is needed as

much 26.325 L/sec with water flow 1755 L/sec, 22.88 L/sec solution of Ca(OH)2

with water discharge in 1760 L/sec, 28.941 L/sec solution of Ca(OH)2 with water

discharge in 1754 L/sec, 22.789 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge

in 1753 L/sec, 31.644 L/sec solution of Ca(OH)2 with water discharge in 1758

L/sec where finally pH is 7.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

1.5. Metodologi 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Air 4

2.1.1. Sumber–Sumber Air 5

2.2. Kualitas Air 8

2.2.1. Karakteristik Fisik 8

2.2.2. Krakteristik Kimia 9

2.2.3. Karakteristik Mikrobiologi 10

2.3. Pengolahan Air 11

2.3.1. Zat – Zat Kimia yang Digunakan 14

2.3.2. Menaikkan pH dengan menggunakan larutan 17

Ca(OH)2

Bab 3. Metode Penelitian

3.1 Alat-alat dan bahan kimia yang digunakan

3.1.1. Alat–alat 19

3.1.2. Bahan–bahan kimia 19

3.2. Prosedur pembuatan pereaksi

3.2.1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N 20

3.2.2. Pembuatan indikator fenolftalein 0,05 % 20

3.2.3. Pembuatan indikator brom thimol blue 0,04 % 20

3.2.4. Standarisasi larutan HCl 0,1 N 20

3.2.5. Pembuatan larutan Ca(OH)2 21

3.2.5. Standarisasi larutan Ca(OH)2 21

3.3. Prosedur kerja 23

3.3.1. Pemeriksaan pH sebelum penambahan larutan 23


(3)

3.3.2. Pemeriksaan pH sesudah penambahan larutan 23

Ca(OH)2

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil 25

4.2. Pembahasan 25

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 4.1

Judul

Pemakaian larutan (Ca(OH)2) terhadap kenaikan pH

Halaman


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar 2.1 2.2 2.3

Judul

Tangki Sedimentasi (intake) Klerator (clearator)

Sand Filter

Halaman

12 13 14


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lamp 1

Judul

Persyaratan Kualitas Air Minum

Halaman

29