Gambaran nilai Mantoux test pada anak dengan riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru di Puskesmas Padang Bulan di kota Medan

(1)

GAMBARAN NILAI MANTOUX TEST PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KONTAK DENGAN ORANG DEWASA SATU HUNIAN YANG MENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

Oleh : EFFI ROHANI N

100100053

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

GAMBARAN NILAI MANTOUX TEST PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KONTAK DENGAN ORANG DEWASA SATU HUNIAN YANG MENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh : EFFI ROHANI N

100100053

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Menurut WHO pada tahun 2013, setidaknya lebih dari 70.000 anak-anak meninggal karena TB setiap tahun. Disamping itu, TB sering kali tidak terdiagnosis pada anak-anak. Maka dari itu, dilakukan penelitian gambaran Mantoux test pada anak dengan riwayat kontak penderita TB paru dengan tujuan melihat keefektifannya dalam diagnosis dini. Selain itu, Mantouxtest ini merupakan program baru di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong melintang dan metode total sampling . Sampel dalam penelitian ini adalah data rekam medis mengenai anak yang melakukan Mantoux test di Puskesmas Padang Bulan Medan dan riwayat kontak dengan penderita TB paru.

Dari data penelitian didapatkan 43 anak yang memiliki riwayat kontak lebih banyak mendapat indurasi ≥15 mm dengan jumlah 22 anak (51,2%) dan sebagian besar didiagnosis TB anak dengan sistem skoring TB anak dengan jumlah 32 anak (74,4%).

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa penderita TB paru terutama yang tinggal satu hunian kemungkinan memiliki peluang lebih besar menderita TB daripada anak yang tidak memiliki riwayat kontak.


(5)

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease caused directly by the bacteria TB. WHO (2013), at least more than 70.000 children die caused of TB every year. On the other hand, TB often goes undiagnosed in children. So an overview of the research about description of Mantoux test in children with a contact history with patient of pulmonary TB is needed to be done for seeing its effectiveness in the early diagnosis. Moreover, Mantoux test is a new programs in Padang Bulan health centers.

This research is a descriptive study with cross-sectional design and total sampling method to gather the samples. Samples in this study were medical records regarding children who did Mantoux test at the Padang Bulan health center and a contact history with patient of pulmonary TB.

From the data, there were 43 children who had contact history with TB patient. The children who got induration ≥15 mm was 22 children (51,2%) and more than half, 32 children (74,4%) were diagnosed TB using scoring system.

It can be concluded that almost all children who had a contact history with adult pulmonary TB patients, especially those living occupancy, has a greater chance of getting TB infection than children who do not have a contact history.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis hasil penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Gambaran nilai

Mantoux test pada anak dengan riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru di Puskesmas Padang Bulan di kota Medan”.

Dalam penyelesaian karya tulis hasil penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp. A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. BapakProf. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Nuryunita Nainggolan, Sp. P, selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu dr. Yunita Sari Pane, Msi, selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak dr. T. Ibnu Alferraly, Sp. PA, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokeran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga


(7)

masa penyelesaian studi dan juga bimbingannya dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh staf dan pegawai Puskesmas Padang Bulan, Medan yang telah menyediakan waktu dan tempat dalam proses pengambilan data.

8. Ibunda dan Ayahanda penulis, Sarina Hasibuan dan Nuzuluddin yang telah membesarka dan membimbing hingga sampai kini serta dukungan dan doa yang tidak habis-habisnya dipanjatkan untuk keberhasilan penulis kelak. 9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

stambuk 2010 yang telah memberi saran, kritik, dukungan moril dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Medan, 12 Desember 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Mycobacterium tuberculosis ... 5

2.1.1. Sifat Pertumbuhan ... 5

2.1.2. Reaksi terhadap Bahan Fisik dan Kimia... 6

2.2. Patogenensis Kuman TB ... 6

2.3. TB Paru Anak ... 7

2.3.1. Faktor Risiko ... 7

2.3.1.1. Risiko Infeksi TB ... 7

2.3.1.2. Risiko sakit TB ... 8

2.3.2. Penegakan Diagnosa ... 9

2.3.2.1. Sistem Penilaian TB Anak ... 11


(9)

2.3.3. Penatalaksanaan ... 15

2.3.3.1. Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ... 15

2.3.3.2. Profilaksis ... 17

2.4. Program Pengendalian TB ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Variabel Penelitian ... 20

3.2.1. Variabel Dependen ... 20

3.2.2. Variabel Independen ... 20

3.3. Definisi Operasional ... 20

3.3.1. Riwayat Kontak ... 20

3.3.2. Nilai Mantoux test ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.2.1. Lokasi ... 23

4.2.2. Waktu ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1. Populasi Penelitian ... 23

4.3.2. Sampel Penelitian ... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 25

5.1.2. Data Demografi ... 25


(10)

5.2. Pembahasan ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Risiko sakit TB pada anak yang terinfeksi TB 9

2.2. Bentuk klinis TB pada anak 10

2.3. Sistem penilaian (scoring system) gejala dan 11

pemeriksaan penunjang TB

2.4. Klasifikasi reaksi positif uji tuberkulin 14

Mantoux test

2.5. Sebab-sebab hasil positif palsu dan negatif 15 palsu uji Tuberkulin Mantoux


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

ABSTRAK

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Menurut WHO pada tahun 2013, setidaknya lebih dari 70.000 anak-anak meninggal karena TB setiap tahun. Disamping itu, TB sering kali tidak terdiagnosis pada anak-anak. Maka dari itu, dilakukan penelitian gambaran Mantoux test pada anak dengan riwayat kontak penderita TB paru dengan tujuan melihat keefektifannya dalam diagnosis dini. Selain itu, Mantoux test ini merupakan program baru di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong melintang dan metode total sampling . Sampel dalam penelitian ini adalah data rekam medis mengenai anak yang melakukan Mantoux test di Puskesmas Padang Bulan Medan dan riwayat kontak dengan penderita TB paru.

Dari data penelitian didapatkan 43 anak yang memiliki riwayat kontak lebih banyak mendapat indurasi ≥15 mm dengan jumlah 22 anak (51,2%) dan sebagian besar didiagnosis TB anak dengan sistem skoring TB anak dengan jumlah 32 anak (74,4%).

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa penderita TB paru terutama yang tinggal satu hunian kemungkinan memiliki peluang lebih besar menderita TB daripada anak yang tidak memiliki riwayat kontak.


(14)

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease caused directly by the bacteria TB. WHO (2013), at least more than 70.000 children die caused of TB every year. On the other hand, TB often goes undiagnosed in children. So an overview of the research about description of Mantoux test in children with a contact history with patient of pulmonary TB is needed to be done for seeing its effectiveness in the early diagnosis. Moreover, Mantoux test is a new programs in Padang Bulan health centers.

This research is a descriptive study with cross-sectional design and total sampling method to gather the samples. Samples in this study were medical records regarding children who did Mantoux test at the Padang Bulan health center and a contact history with patient of pulmonary TB.

From the data, there were 43 children who had contact history with TB patient. The children who got induration ≥15 mm was 22 children (51,2%) and more than half, 32 children (74,4%) were diagnosed TB using scoring system.

It can be concluded that almost all children who had a contact history with adult pulmonary TB patients, especially those living occupancy, has a greater chance of getting TB infection than children who do not have a contact history.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Widiastuti, 2012). TB merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia. Pada peninggalan Mesir kuno, ditemukan relief yang menggambarkan orang dengan gibbus. Kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab TB telah ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, lebih dari 100 tahun yang lalu. Walaupun telah dikenal sekian lama dan telah lama ditemukan obat-obat antituberkulosis yang poten hingga saat ini TB masih merupakan masalah yang menonjol. Bahkan secara global, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai penyumbang kasus terbanyak di dunia (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Setidaknya setengah juta anak-anak menjadi sakit akibat TB tiap tahunnya. Lebih dari 70.000 anak-anak meninggal karena TB setiap tahun. Sekitar 70-80% anak-anak yang terinfeksi TB, memiliki penyakit pada paru-paru mereka (pulmonary TB). Sisanya dipengaruhi oleh penyakit TB di bagian tubuh yang lain (extrapulmonary TB). Ada lebih dari sepuluh juta anak yatim dengan riwayat orangtua TB meninggal pada 2010 (WHO, 2013).

Berdasarkan angka hasil penjaringan suspek per provinsi pada tahun 2008 sampai dengan 2010 (triwulan 1) bahwa terdapat 15 provinsi yang mengalami peningkatan angka penjaringan suspek, yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Persentase pasien TB paru BTA (Bakteri Tahan Asam) positif di antara semua pasien TB paru pada tahun 2002-2010 triwulan 1 dengan angka >65% terdapat 18 provinsi, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara (85%) (TB Indonesia, 2010).


(16)

Di negara berkembang, TB pada anak berusia <15 tahun adalah 15% dari seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju, lebih rendah yaitu 5-7%. Pada survei nasional di Inggris dan Wales yang berlangsung selama setahun pada tahun 1983, didapatkan bahwa 452 anak berusia <15 tahun menderita TB. Laporan mengenai TB anak di Indonesia jarang didapatkan, diperkirakan jumlah kasus TB anak adalah 5-6% dari total kasus TB. Berdasarkan laporan tahun 1985, dari 1.261 kasus TB anak berusia <15 tahun, 63% di antaranya berusia <5 tahun. Hasil penelitian di dua kecamatan di Kotamadya Bandung tahun 1999–2001, didapatkan 4,3% anak usia 6–59 bulan, menderita TB. Data seluruh kasus TB anak dari tujuh rumah sakit Pusat Pendidikan Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) dijumpai 1.086 kasus TB dengan angka kematian bervariasi dari 0-14,1%. Kelompok usia terbanyak 12-60 bulan (42,9%), sedangkan bayi <12 bulan didapatkan 16,5%. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan prevalensi 12 bulan TB paru klinis di Indonesia 1% dengan kisaran 0,3% (Lampung) sampai 2,5% (Papua). Berdasarkan kelompok umur dijumpai prevalensi TB, kurang dari 1 tahun 0,47%, 1–4 tahun 0,76% dan antara 5–14 tahun 0,53% (Kartasasmita, 2009).

Di samping itu, TB sering kali tidak terdiagnosis pada anak-anak dikarenakan beberapa hal, salah satunya kebiasaan anak-anak menelan sputum sehingga sulit dalam pengambilan sputum untuk memastikan apakah anak-anak tersebut terinfeksi kuman TB. Dengan berbagai program yang menyediakan layanan kesehatan bagi anak-anak, penyakit serius dan kematian akibat TB diharapkan dapat dicegah setiap tahunnya.

Masalah yang dihadapi saat ini adalah meningkatnya kasus TB dengan pesat selain karena peningkatan kasus penyakit HIV/AIDS juga meningkatnya kasus multidrug resistence-TB (MDR-TB), hasil penelitian di Jakarta mendapatkan >4% dari kasus baru. Masalah lain adalah peran vaksinasi BCG dalam pencegahan infeksi dan penyakit TB yang masih kontroversial. Berbagai penelitian melaporkan proteksi dari vaksinasi BCG untuk pencegahan penyakit TB berkisar antara 0-80%, secara umum diperkirakan daya proteksi BCG hanya 50%, dan vaksinasi BCG hanya mencegah terjadinya TB berat, seperti milier dan


(17)

meningitis TB. Daya proteksi BCG terhadap meningitis TB 64%, dan milier TB 78% pada anak yang mendapat vaksinasi (Kartasasmita, 2009).

Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering terjadi overdiagnosis

yang diikuti overtreatment. Di lain pihak, ditemukan juga underdiagnosis dan

undertreatment. Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan asam positif, sehingga penanggulangan TB ditekankan pada pengobatan TB dewasa. Akibatnya penanganan TB anak kurang diperhatikan (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Mantoux test atau disebut juga Tuberculin Skin Test merupakan metode standar untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi TB. Mantoux test

dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin purified protein derivative

(PPD) ke permukaan bagian dalam lengan bawah. Injeksi harus dibuat dengan jarum suntik tuberkulin, dengan bevel jarum menghadap ke atas. Suntikan dilakukan secara intradermal (CDC, 2011). Namun dapat menghasilkan false-positive dimana hasil Mantoux test bernilai positif pada orang yang tidak memiliki gejala klinis penderita TBC. Hal ini sering terjadi pada seseorang yang sudah mendapat vaksinasi BCG.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran nilai Mantoux test pada anak dengan riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru di Puskesmas Padang Bulan di kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran nilai Mantoux test pada anak dengan dengan riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru di Puskesmas Padang Bulan di kota Medan.


(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya kemungkinan anak-anak terinfeksi TB akibat peranan riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru.

2. Mengetahui keefektifan Mantoux test dalam mengelompokkan anak-anak yang terinfeksi TB di daerah Padang Bulan, Medan.

3. Mengetahui peranan Mantoux test sebagai program puskesmas dalam meminimalisisasi anak-anak yang terkena TB.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menghasilkan data proporsi nilai Mantoux test pada anak-anak di Padang Bulan dengan riwayat kontak dengan orang dewasa penderita TB paru yang tinggal satu rumah.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis (mikobakterium) adalah bakteri berbentuk batang aerob yang tidak membentuk spora. Pada jaringan, basil tuberkulosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4x3 μm. Mikobakterium tidak dapat diklasifikasikan menjadi gram-positif atau gram-negatif. Basil tuberkulosis ditandai dengan “tahan asam”. Sifat tahan asam ini tergantung pada integritas selubung yang terbuat dari lilin (Jawetz, 2008).

Mikobakterium kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat dengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida (dari peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma fosfolipid penginduksi nekrosis kaseosa. Penghilangan lipid dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini, yang tergantung dari integritas dinding sel dan adanya lipid-lipid tertentu (Jawetz, 2008).

Polisakarida dapat menginduksi hipersensitivitas tipe cepat dan dapat berperan sebagai antigen dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi (Jawetz, 2008).

2.1.1. Sifat Pertumbuhan

Mikobakterium bersifat aerob obligat dan mendapatakan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan CO2 mendukung pertumbuhan. Waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofitik cenderung untuk tumbuh lebih cepat, untuk berproliferasi dengan baik pada suhu 22-23 oC, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya (Jawetz, 2008).


(20)

2.1.2. Reaksi terhadap Bahan Fisik dan Kimia

Mikobakterium cenderung lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia daripada bakteri lainnya karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok. Bahan celup (misalnya, malakit hijau) atau zat antibakteri (misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat dimasukkan ke dalam medium tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkulosis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan (Jawetz, 2008).

2.2. Patogenesis Kuman TB

Karena ukurannya yang sangat kecil (<5 μm), kuman dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB, namun sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Akhirnya menyebabkan makrofag mengalami lisis dan kuman TB membentuk koloni. Lokasi petama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer Ghon (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respon imunitas seluler.

Kuman TB dapat ditularkan dengan berbagai cara, yaitu: (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009)

 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000 percikan dahak.

 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.


(21)

 Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.3. TB Paru Anak

Menurut Kartasasmita (2009), sulitnya konfirmasi diagnosis TB pada anak mengakibatkan penanganan TB anak terabaikan, sehingga sampai beberapa tahun TB anak tidak termasuk prioritas kesehatan masyarakat di banyak negara, termasuk Indonesia. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir dengan penelitian yang dilakukan di negara berkembang, penanggulangan TB anak mendapat cukup perhatian.

2.3.1 Faktor Risiko 2.3.1.1. Risiko Infeksi TB

 Anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif)

 Daerah endemis  Kemiskinan

 Lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak baik)

 Tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan lain)

 Yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif

Sumber infeksi pada anak yang terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius, tutama dengan BTA positif. Berarti, bayi dari seorang ibu dengan sputum BTA positif memiliki risiko tinggi


(22)

terinfeksi TB. Semakin erat bati tersebut dengan ibunya, semakin besar pula kemungkinan bayi terpajan renik (droplet nuclei) yang infeksius. Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam sekret endobronkial pasien anak. Ada beberapa penjelasan:

 Jumlah kuman TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi karena imunitas anak masih lemah, jumlah yang sedikit itu mampu menyebabkan sakit

 Lokasi infeksi primer berkembang menjadi sakit TB primer viasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, swhingga tidak terjadi produksi sputum

 Tidak ada/ sedikitnya produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya terdapat gejala batuk pada TB anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).

2.3.1.2. Risiko Sakit TB

 Usia. Anak usia mulai 5 tahun kebawah mempunyI risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selularnya belum berkembang sempurna (immature). Akan retapi risiko sakit TB ini akan berkurang seiring bertambahnya usia. Risiko tertinggi terjadinya progresivitas dari infeksi menjadi sakit TB adalah selama 1 tahun pertama setelah infeksi, terutama selama 6 bulan singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala yang akut.

 Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi positif) dalam satu tahun terakhir

 Malnutrisi

 Keadaan imunokompromais (infeksi HIV, keganasan, transplantasi organ, dan pengobatan imunosupresi)


(23)

 Status sosioekonomi yang rendah  Penghasilan yang kurang

 Kepadatan hunian  Pengangguran

 Pendidikan yang rendah

 Kyrangnya dana untuk pelayanan masyarakat

 Virulensi dari M. tuberculosis dan dosis infeksinya (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).

Tabel 2.1. Risiko sakit TB pada anak yang terinfeksi TB

Umur saat infeksi Primer

(tahun)

Risiko sakit

Tidak sakit TB Paru

TB Diseminata

(milier, meningitis)

<1 50% 30-40% 10-20%

1-2 75-80% 10-20% 2-5%

2-5 95% 5% 0,5% 5-10 98% 2% <0,5%

>10 80-90% 10-20% <0,5%

(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010)

2.3.2. Penegakan Diagnosa

Diagnosa pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan. Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosa pasti disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman dan sulitnya pengambilan spesimen, dalam hal ini adalah sputum. Jumlah kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa karena lokasi kerusakan jaringan TB paru primer terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. Kuman TB baru dapat dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya paling sedikit


(24)

5.000 kuman dalam 1 ml sputum (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Kesulitan kedua, pengambilan spesimen berupa sputum sulit dilakukan. Pada anak, walaupun batuknya berdahak, biasanya dahak akan ditelan sehingga diperlukan bilasan lambung yang diambil melalui nasogastric tube (NGT) dan harus dilakukan oleh petugas berpengalaman. Cara ini tidak menyenangkan bagi pasien dan sputum yang representatif untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah sputum yang kental dan purulen, berwarna hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Tabel 2.2. Bentuk klinis TB pada anak

Infeksi TB

Uji tuberkulin positif tanpa kelainan klinis, radiologis, dan laboraorium

Penyakit TB

Paru TB paru primer (pembesaran kelenjar

hilus dengan atau tanpa kelainan parenkim)

TB paru progresif (pneumonia, TB endobronkial)

TB paru kronik (kavitas, fibrosis, tuberkuloma)

TB milier

Efusi pleura TB

Di luar paru Kelenjar limfe

Otak dan selaput otak

Tulang dan sendi


(25)

empedu, pankreas.

Saluran kemih termasuk ginjal

Kulit Mata

Telinga dan mastoid

Jantung Membran serous (peritonium, perikardium)

Kelenjar endokrin (adrenal)

Saluran napas bagian atas (tonsil, laring, kelenjar endokrin)

(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010)

2.3.2.1. Sistem Penilaian TB Anak

Dibuat suatu kesepakatan oleh beberapa pakar. Kesepakatan ini untuk memudahkan penanganan anak secara luas, terutama di daerah perifer atau pada fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak (PNTA) yang telah tersebar luas dan telah diadopsi oleh Departemen Kesehatan sebagai program Pemberantasan TB Nasional. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kekurangan sehingga memerlukan revisi. Revisi yang diajukan menggunakan sistem penilaian (scoring system), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Tabel 2.3. Sistem penilaian (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak

jelas

- Laporan

keluarga BTA (-), tidak tahu


(26)

atau tidak jelas

Uji tuberkulin Negatif - - Positif (≥10 mm

atau ≥5 mm pada keadaan

immunosupresan )

Berat badan/ keadaan gizi

- Bawah garis

merah (KMS) atau BB/U <8%

Klinis gizi buruk

(BB/U<60%) -

Demam tanpa sebab jelas

- ≥2 minggu - -

Batuk* - ≥3 minggu - -

Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal

- ≥1 cm jumlah >1, tidak nyeri

- -

Pembengkakan tulang/ sendi panggul, lutut, falang

- Ada

pembengkakan

- -

Foto rontgen toraks

Normal/ tidak jelas

Kesan TB - -

Sumber: Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008 * Catatan*:

 Diagnosa dengan sistem penilaian ditegakkan oleh dokter.

 Jika dijumpai scrofuloderma, pasien dapat langsung didiagnosa TB.  Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).


(27)

 Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem penilaian TB anak.

 Anak didiagnosa TB jika jumlah nilai ≥6 (skor maksimal 13).

 Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk dievaluasi lebih lanjut.

2.3.2.2. Uji Tuberkulin MantouxTest

Menurut WHO, mantoux tuberculin skin test (TST), atau disebut juga uji tuberkulin Mantoux test merupakan pemeriksaan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi kuman TB ataukah tidak. Tenaga kesehatan yang terpercaya dalam membaca hasil uji tuberkulin Mantoux test adalah seseorang yang telah mengikuti standarisasi dan pelatihan (CDC, 2011).

Tes tuberkulin berguna dalam menentukan diagnosis penderita (terutama pada anak-anak yang mempunyai kontak dengan penderita TB yang menular), namun penderita tersebut harus diperiksa oleh dokter yang berpengalaman. Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/ pernah terinfeksi kuman TB dan sering digunakan dalam “screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi kuman TB dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90% (Sidhi, 2010).

Terdapat dua jenis tuberkulin yang dipakai, yaitu: Old Tuberculin (OT) dan tuberkulin Purified Protein Derivative (PPD). Ada dua jenis tuberkulin PPD yang dipakai, yaitu PPD-S 5 TU dan PPD RT-23 2TU. Tuberkulin yang tersedia di Indonesia saat ini adalah PPD RT-23 2TU buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD dari Biofarma (Sidhi, 2010).

Alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan uji tuberkulin Mantoux Test

antara lain sebagai berikut: (Sidhi, 2010)  Semprit tuberkulin (spuit 1 CC)  Jarum suntik no. 26 atau 27  Tuberkulin


(28)

Mantoux test dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberculin purified protein derivative (PPD) secara intrakutan dibagian lengan bawah. Penyuntikan dilakukan menggunakan tuberculinsyringe dengan posisi bevel jarum menghadap ke atas. Jika lokasi penyuntikan telah benar, maka akan terbentuk indurasi pada kulit. Dalam pembacaan hasil uji tuberkulin Mantoux test dilakukan dalam rentang waktu 48-72 jam setelah dilakukan penyuntikan (CDC, 2011).

Indurasi tersebut terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin, dan meningkatnya sel radang lain di daerah suntikan. Ukuran dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat menentukan tingkat aktifitas dan beratnya proses penyakit. Uji ini dilakukan berdasarkan adanya hipersensitivitas tubuh akibat adanya infeksi kuman TB terutama pada anak dengan sensitivitas dan spesifisitas di atas 90% (Sidhi, 2010).

Tabel 2.4. Klasifikasi reaksi positif uji tuberkulin Mantoux test

Ukuran Indurasi Dengan Pertimbangan

≥ 5 mm  Dengan riwayat kontak erat dengan penderita

TB

 Anak dengan gejala klinis atau dengan gambaran noduler atau fibrotik pada X-foto torax

 Anak dengan imun yang lemah (imunosupresi) termasuk infeksi HIV, gizi buruk, pernah melakukan transplantasi organ

 Menggunakan prednison >15 mg/ hari selama satu bulan atau lebih, menggunakan TNF-α antagonist

≥ 10 mm  Infeksi TB alamiah (imunisasi BCG atau M.

atipic)

 Seorang imigran <5 tahun dari negara prevalens tinggi TB


(29)

 Seorang anak < 4 tahun yang terpapar orang dewasa dengan kategori resiko inggi

 Anak dengan kondisi resiko tinggi (diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang, leukimia, penyakit ginjal stadium akhir,sindroma malabsorbsi kronik, berat badan rendah, pengguna obat-obat suntik, dll)

≥ 15 mm  Anak >4 tahun tanpa faktor resiko apapun

 Seseorang yang tanpa diketahui memiliki faktor resiko TB

Sumber: Sidhi, 2010; CDC 2011

Tabel 2.5. Sebab-sebab hasil positif palsu dan negatif palsu uji Tuberkulin

Mantoux

Positif palsu Negatif palsu

Penyuntikan salah Masa inkubasi

Interpretasi tidak betul Interpretasi tidak benar Reaksi silang dengan Mycobacterium

atipik

Penyimpanan tidak baik dan penyuntikan salah

Menderita TB luas dan berat

Dsertai infeksi virus (campak, rubella, cacar air, influenza, HIV)

Immunokompetensi selular, termasuk

pemakaian kortikosteroid

Kekurangan komplemen

Demam Leukositosis Malnutrisi Sarkoidosis Psoriasis


(30)

Terkena sinar UV (matahari, solaria)

Defisiensi pernisiosa

Uremia (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010)

2.3.3. Penatalaksanaan

Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB anak adalah: (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008)

 Obat TB yang diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan sebagai monoterapi

 Pemberian gizi yang adekuat

 Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan

2.3.3.1.PemberianObatAntiTuberkulosis (OAT)

Prinsip dasar terapi TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase, yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan. OAT pada anak diberikan setiap hari. Hal ini bertujuan mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari. Pada fase intensif diberikan rifampisin, INH, dan pirazinamid, sedangkan fase lanjutan diberikan rifampisin dan INH (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Untuk mempermudah pemberian OAT sehingga meningkatkan keteraturan minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk kombipak berisi obat fase intensif, yaitu rifampisin (R) 75 mg, INH (H) 50 mg, dan pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan yaitu R 75 mg dan H 50 mg dalam satu paket (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

Di tempat dengan sarana yang lebih memadai, untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, dalam program penanggulangan TB anak telah dibuat TB


(31)

dalam bentuk kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination=FDC). FDC ini dibuat dengan komposisi rifampisin, INH, dan pirazinamid, masing-masing 75 mg/ 50 mg/ 150 mg untuk 2 bulan pertama, sedangkan untuk fase 4 bulan berikutnya terdiri dari rifampisin dan INH masing-masing 7 mg dan 50 mg. Dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.6. Dosis kombinasi pada TB anak

Berat badan (kg)

2 bulan

RHZ (75/50/150)

4 bulan RH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Sumber: Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008* Keterangan:

 Bayi dengan berat badan <5 kg, pemberian OAT secara terpisah. Sebaiknya dirujuk ke RS tipe C atau lebih tinggi

 Anak dengan berat badan 15-19 kg dapat diberkan 3 tablet

 Anak dengan berat badan ≥33 kg dosisnya sama dengan dosis dewasa  Tablet obat harus diberikan dalam keadaan utuh (tdak boleh digerus dan

tidak boleh dibelah)

 Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/ dikulum (chewable), atau dimasukkan air dalam sendok (disperable).

Setelah pemberian OAT selama 2 bulan, respon pasien dievaluasi. Respon pengobatan baik apabila gejala klinis berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, demam menghilang, dan batuk berkurang. Apabila respon pengobatan baik maka pemberian OAT dilanjutkan sampai dengan 6 bulan. Sedangkan bila respon pengobatan kurang atau tidak baik, maka pengobatan tetap dilanjutkan tetapi pasien harus dirujuk ke sarana yang lebih lengkap (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).


(32)

Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto rontgen dada. Apabila dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

2.3.3.2. Profilaksis

Profilaksis merupakan tindakan pencegahan. Terapi profilaksis TB diberikan pada anak yang memiliki kontak dengan pasien TB dewasa dengan BTA sputum positif (+), namun pada evaluasi dengan sistem penilaian didapatkan nilai ≤5 (profilaksis primer) atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder). Obat yang diberikan adalah INH dengan dosis 5-10 mg/ kg BB/ hari selama 6 bulan, bila anak belum pernah mendapat terapi BCG perlu diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH sampai selesai (Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI, 2008).

2.4. Program Pengendalian TB

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.364/MENKES/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB) memiliki tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya Multidrug Resistance

(MDR).

Sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas manajemen TB Anak, Kementerian Kesehatan berencana menyediakan logistik larutan tuberkulin yang didahului dengan Operational trial penggunaan tuberkulin dalam mendukung diagnosis TB anak dengan sistem penilaian di 5 provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Timur.

Operational trial direncanakan dilaksanakan selama 6 bulan (Warta Tuberkulosis Indonesia volume 21, 2012).

TB pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Masalah ini masih memerlukan perhatian yang lebih baik dalam program pengendalian TB. Secara umum, tantangan utama dalam program


(33)

pengendalian TB anak adalah kecenderungan diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis), disamping juga masih adanya underdiagnosis, penatalaksanaan kasus yang kurang tepat, dan pelacakan kasus yang belum secara rutin dilaksanakan serta kurangnya pelaporan pasien TB anak. Tantangan tersebut juga dihadapi oleh rumah sakit atau FPK yang telah menerapkan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi, terdiri dari 4 strategi umum dan didukung oleh 3 strategi fungsional. Ketujuh strategi ini berkesinambungan dengan strategi nasional sebelumnya, dengan rumusan strategi yang mempertajam respon terhadap tantangan pada saat ini. Strategi nasional program pengendalian TB nasional sebagai berikut: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011)

1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.

2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya.

3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan, dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix dan menjamin kepatuhan terhadap International Standards for TB Care.

4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.

5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB.

6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.

7. Mendorong penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan informasi strategis.

Strategi 1 sampai dengan strategi 4 merupakan strategi umum, dimana strategi ini harus didukung oleh strategi fungsional yang terdapat pada strategi 5


(34)

sampai dengan strategi 7 untuk memperkuat fungsi-fungsi manajerial dalam program pengendalian TB. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Intervensi untuk meningkatkan pengendalian TB anak dimulai dengan meningkatkan kapasitas diagnosis yang berkualitas dan melaksanakan penatalaksanaan kasus sesuai standar nasional berdasarkan International Standard for TB Care (ISTC). Demikian pula diseminasi dari sistem penilaian yang terstandardisasi pada TB anak, pelatihan berjenjang untuk tenaga kesehatan serta monitoring dan validasi sistem scoring TB anak. Peningkatan kapasitas diagnosis membutuhkan ketersediaan suplai untuk tes tuberkulin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Skema kerangka konsep penelitian

3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Variabel Independen

Pada penelitian ini variabel independen tersebut adalah anak yang memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru di Puskesmas Padang Bulan, Medan.

3.2.2. Variabel Dependen

Pada penelitian ini variabel dependennya adalah nilai Mantoux test pada anak tersebut.

3.3. Definisi Operasional 3.3.1. Riwayat kontak

Definisi : Anak yang tinggal satu rumah dengan orang dewasa yang menderita TB paru.

Alat Ukur : Rekam medis

Variabel Independen Variabel Dependen

Riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang

menderita TB paru

Nilai Mantouxtest


(36)

Kategori : 0. Tidak ada kontak (apabila anak tinggal satu rumah dengan orang dewasa yang menderita TB paru BTA negatif)

1. Ada kontak (apabila anak tinggal satu rumah dengan orang dewasa yang menderita TB paru BTA positif)

Skala Pengukuran : Nominal

3.3.2. Nilai Mantoux test

Definisi : Nilai hasil uji tuberkulin berupa Mantoux test

dengan indurasi pada kulit tangan. Alat Ukur : Rekam medis

Kategori : 0. Negatif, apabila indurasi berukuran <5mm

1. Positif, apabila indurasi berukuran >5 mm, dengan riwayat kontak erat dengan penderita TB, anak dengan gejala klinis atau dengan gambaran noduler atau fibrotik pada X-foto toraks, anak dengan imun yang lemah (imunosupresi) termasuk infeksi HIV, gizi buruk, dan pernah melakukan transplantasi organ, menggunakan prednison >15 mg/ hari selama satu bulan atau lebih, menggunakan TNF-α antagonis.

2. Positif, apabila indurasi berukuran >10 mm dengan infeksi TB alamiah (imunisasi BCG atau M. atipic), seorang imigran <5 tahun dari negara prevalensi tinggi TB, seorang anak <4 tahun yang terpapar orang dewasa dengan kategori resiko inggi, anak dengan kondisi resiko tinggi (diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang, leukimia, penyakit ginjal stadium akhir,


(37)

sindroma malabsorbsi kronik, berat badan rendah, pengguna obat-obat suntik, dll)

3. Positif, apabila indurasi berukuran >15 mm dengan anak >4 tahun tanpa faktor risiko apapun, seseorang yang tanpa diketahui memiliki faktor risiko TB.


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi potong melintang (cross-sectional study) yang dilaksanakan untuk mengetahui gambaran nilai Mantoux test pada anak dengan riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru di Puskesmas Padang Bulan di kota Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Lokasi pengambilan data dilakukan di Puskesmas Padang Bulan, Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena setiap orang dewasa yang menderita TB paru berobat ke Puskesmas Padang Bulan, para tenaga kesehatan juga melakukan

Mantouxtest pada anak-anak yang tinggal satu rumah dengan pasien penderita TB paru. Selain itu dikarenakan Mantouxtest adalah program baru puskesmas dalam menegakkan diagnosa TB pada anak.

4.2.2. Waktu

Waktu pengambilan data dilakukan satu kali sesuai dengan keterangan waktu yang tertera dalam rekam medis Mantoux test pada bulan Juni 2012 – September 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rekam medis dengan keterangan anak yang telah melakukan Mantoux test pada bulan Juni 2012 – September 2013 di Puskesmas Padang Bulan, Medan.


(39)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak dengan nilai Mantoux test

positif pada bulan Juni 2012 – September 2013 di Puskesmas Padang Bulan, Medan. Jumlah sampel diperoleh dengan metode total sampling untuk menggambarkan proporsi nilai Mantoux test pada anak yang memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru. Adapun kriteria inklusi dan eksklusinya sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

 Memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru

Kriteria eksklusi:

 Tidak memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa satu hunian yang menderita TB paru

 Tidak diketahui bahwa anak tersebut memiliki riwayat kontak atau tidak dengan orang dewasa penderita TB paru yang tinggal dalam satu hunian.

 Anak yang memiliki data yang tidak lengkap pada rekam medis di Puskesmas Padang Bulan Medan

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data untuk penelitian tersebut diperoleh dari data sekunder berupa rekam medis di Puskesmas Padang Bulan, Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Hasil rekam medis pasien anak dengan hasil Mantoux test positif pada bulan Juni 2012 – September 2013 di Puskesmas Padang Bulan, Medan, dikumpulkan dan diolah dengan bantuan sistem perangkat lunak progam komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution for Windows).


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G. F., Janet, S. B., Stephen, A. M. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s medical microbiology. Jakarta: EGC.

Centers for Disease Control (CDC), 2011. TB Elimination Tuberculin Skin Testing. Available from: http://www.cdc.gov/tb [Accessed 23 Mei 2013]

Epidemiologi TB Indonesia. 2010. Available from: http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf [Accessed 2 Mei 2013]

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respoirologi Anak. Jakarta: Badn Penerbit IDAI.

Kartasasmita, C. B. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Available from: http://www.idai.or.id/saripediatri/11-2-9.pdf [Accessed 2 Mei 2013]

Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis & Tatalaksana Tuberkulosis Anak, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Stop TB Terobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. NOMOR 565/MENKES/PER/III/2011. Available from: http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf [Accessed 3 Juni 2013]

NOMOR 364/MENKES/SK/V/2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Penangglangan Tuberkulosis (TB). 13 Mei 2009. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Available from: http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%2036 4%20ttg%20Pedoman%20Penanggulangan%20Tuberkulosis%20(TB).pdf [Accessed 2 Mei 2013]

Sidhi, D. P. 2010. Riwayat Kontak Tuberkulosis sebagai Faktor Resiko Hasil Uji Tuberkulin Positif. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro. Semarang. Available from:


(41)

http://www.eprints.undip.ac.id/28997/1/Dwi_Purnomo_Sidhi_Thesis.pdf [Accessed 28 April 2013]

Warta Tuberkulosis Indonesia volume 21. 2012. Operational Trial Penggunaan Tuberkulin dalam Mendukung Diagnosis Tuberkulosis Anak dengan Sistem Skoring. Available from: http://www.tbindonesia.or.id/pdf/warta-tb/wti_2012_ed21.pdf [Accessed 29 Mei 2013]

Widiastuti, W., Dini, D., Dhami, J. D. 2012. Aplikasi Sistem Pakar Deteksi Dini pada Penyakit Tuberkulosis. Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi

Garut. Available from:

http://jurnl.sttgarut.ac.id/index.php/algoritma/article/view/7/7 [Accessed Mei 2013]

World Health Organization (WHO). 2013. Combating Tuberculosis in Children.

Available from: http://who.int/tb/challenges/childhood_tb_information sheet.pdf [Accessed 23 Mei 2013]


(42)

Data Induk Penelitian di Puskesmas Padang Bulan

Medan

Nam

a  Tgl.   Alamat  JK  U m ur  Kon tak  G iz i  De ma m  Ba tu k  Pem b.  Kel.  Pemb.  Tulang  Ron tge n  Ind ura si  Hasi l Tes 

Sko rin g  Diag nos a  AM 1 

11‐ Jun‐ 12 

Jl. S.  Parma

n  1  4  3  0  0  1  1  0  x  20  1  8  1  AM 2 

15‐ Jun‐

12  Jl. Gitar  1  9  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM 3 

15‐ Jun‐ 12 

Jl.  Bahagi

a  1  3  0  0  1  1  1  0  x  6  2  3  2  AM 4 

15‐ Jun‐

12  Jl. Gitar  1  7  0  1  1  1  1  0  x  14  1  7  1  AM 5 

18‐ Jun‐ 12 

Jl. Sei  Gelum

ai  1  3,2  0  0  1  1  0  0  x  4  2  2  2  AM 6 

18‐ Jun‐ 12 

Jl. J. 

Gmkg  1  5  0  1  0  1  0  0  x  5  2  2  2  AM 7 

18‐ Jun‐ 12 

Jl.  Bahagi

a  1  13  0  1  1  1  0  0  x  5  2  3  2  AM 8 

19‐ Jun‐

12  Jl. Gitar  1  4  0  1  1  1  1  0  x  5  2  4  2  AM 9 

19‐ Jun‐ 12 

P. T. 

Anom  2  1,8  0  2  0  1  1  0  x  5  2  4  2  AM 

10  22‐ Jun‐ 12 

Jl. Eka 

Rasmi  2  9  0  1  1  1  1  0  x  1  2  4  2  AM 

11  26‐ Jun‐ 12 

Jl. B.  Katams

o  1  10  0  0  0  0  0  0  x  0  2  0  2  AM  12  26‐ Jun‐ 12  Pasar 

VI  2  6,5  0  1  0  0  0  0  x  1  2  1  2  AM  13  26‐ Jun‐ 12  Pasar 

VI  2  3  0  1  0  1  0  0  x  1  2  2  2  AM 

14  02‐ Jul‐ 12 

Jl. J. 

Ginting  1  8  0  1  0  1  0  0  x  4  2  2  2  AM 

15  02‐ Jul‐ 12 

Jl. Sei  Wamp

u  1  3  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM  16  02‐ Jul‐ 12  Jl.  Gapert

a  2  3  0  1  1  0  0  0  x  0  2  2  2  AM  17  09‐ Jul‐ 12  Jl.  Sawit 

Raya  1  1,1  0  1  1  1  0  0  x  1  2  3  2  AM  18  18‐ Jul‐ 12  Jl.  Pintu 

Air IV  2  2,6  2  1  1  1  0  0  x  1  2  5  2  AM 

19  25‐ Jul‐

Jl. 


(43)

12  Indah  AM  20  25‐ Jul‐ 12  Jl.  Karya 

Indah  1  2,6  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM  21  30‐ Jul‐ 12  Jl.  Daruss alam  2 

1,1

1  0  1  1  1  1  1  x  0  2  5  2  AM 

22  31‐ Jul‐ 12 

Jl. Cik 

Ditiro  2  3,4  1  0  0  0  0  0  x  0  2  1  2  AM 

23  31‐ Jul‐ 12 

Jl. Cik 

Ditiro  2  5,6  3  1  0  1  1  0  x  0  2  6  2  AM  24  31‐ Jul‐ 12  Jl.  Karya 

Bakti II  1  4  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM 

25  03‐ Agus

t‐12  Jl. J.G.  1  10,

4  3  2  0  0  0  0  x  3  2  5  2  AM 

26  06‐ Agus t‐12 

Jl.  Seroja 

Raya  1  10  0  0  0  1  0  0  x  5  2  1  2  AM 

27  06‐ Agus t‐12 

Jl.  Seroja 

Raya  1  10  3  2  1  1  0  0  x  15  1  10  1  AM 

28  06‐ Agus t‐12 

Jl.  Tanjun

g 1221  1  9  3  2  1  1  0  0  x  17  1  10  1  AM 

29  08‐ Agus t‐12 

Jl.  Karya 

VII  1  0,8  0  2  0  1  0  0  x  0  2  3  2  AM 

30  13‐ Agus t‐12 

Jl.  Bahagi

a  1  2,1  3  1  1  1  1  0  x  20  1  10  1  AM 

31  13‐ Agus t‐12 

Jl. 

Bahaga  2  1,3  3  1  1  1  1  0  x  20  1  10  1  AM 

32  29‐ Agus t‐12 

Jl. S.  Parma

n  1  8,7  3  1  0  0  0  0  x  8  2  4  2  AM 

33  29‐ Agus t‐12 

Jl. S.  Parma

n  2  6,4  3  1  1  1  0  0  x  18  1  9  1  AM 

34  29‐ Agus t‐12 

Jl. S.  Parma

n  1  4,8  3  2  1  1  0  0  x  20  1  10  1  AM 

35  03‐ Sep‐ 12 

Jl. S.  Parma

n  2  8,8  3  1  1  1  0  0  x  15  1  9  1  AM  36  04‐ Sep‐ 12  Jl.  Karya  Selama

t  2  10  0  2  1  1  0  0  x  1  2  4  2  AM  37  04‐ Sep‐ 12  Jl.  Karya  Selama

t  2  4  0  1  1  1  0  0  x  1  2  3  2  AM  38  04‐ Sep‐ 12  Jl.  Karya  Selama

t  2  2  0  1  1  1  0  0  x  1  2  3  2  AM 

10‐ Sep‐

Jl. Sei  Tuntun


(44)

AM  40  09‐ Okt‐ 12  Jl.  Cinta 

Karya  1  11  0  2  0  1  0  0  x  3  2  3  2  AM 

41  10‐ Okt‐ 12 

Jl. Sei  Bahoro

k  2  1,1  0  2  1  1  0  0  x  5  2  4  2  AM 

42  12‐ Okt‐ 12 

Jl. Sei 

Kapuas  2  9  3  1  1  1  1  0  x  15  1  10  1  AM 

43  12‐ Okt‐ 12 

Jl. Sei 

Kapuas  2  7  3  1  1  1  0  0  x  11  1  9  1  AM 

44  12‐ Okt‐ 12 

Jl. Sei 

Kapuas  1  0,9  3  1  1  1  0  0  x  18  1  9  1  AM 

45  12‐ Okt‐ 12 

Jl. P. 

Baris  1  1,3  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

46  12‐ Okt‐ 12 

Jl. P. 

Baris  1  3,8  0  0  0  1  0  0  x  0  2  1  2  AM  47  15‐ Okt‐ 12  Jl. 

Arian  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM 

48  15‐ Okt‐

12  Jl. J. G.  2  4,6  0  2  1  1  1  0  x  4  2  5  2  AM  49  18‐ Okt‐ 12  Komp 

Pamen  2  2,3  0  2  1  1  0  0  x  3  2  4  2  AM  50  18‐ Okt‐ 12  Komp. 

Pamen  1  5,3  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM  51  18‐ Okt‐ 12  Komp. 

Pamen  2  2,1  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM  52  19‐ Okt‐ 12  Jl. 

Pinus II  1  3  3  1  1  1  1  0  x  12  1  10  1  AM 

53  19‐ Okt‐ 12 

Jl. B. 

Herba  1  3  0  1  1  1  1  0  x  13  1  7  1  AM 

54  19‐ Okt‐

12  Jl. J. G.  1  4,8  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM  55  19‐ Okt‐ 12  Jl.  Anggre

k I  1  10  0  2  0  1  0  0  x  0  2  3  2  AM  56  17‐ Okt‐ 12  Jl.  Bahagi

a  1  2,2  0  1  1  1  0  0  x  2  2  3  2  AM 

57  22‐ Okt‐

12  Jl. J. G.  1  9  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM  58  22‐ Okt‐ 12  Gg.  Sempu

rna  1  1  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2  AM 

59  24‐ Okt‐ 12 

Jl. B.  Wijaya 

K. I  2  1,1  0  2  1  1  0  0  x  0  2  4  2  AM  60  24‐ Okt‐ 12  Jl.  Semba

da  2  1  0  2  0  1  1  0  x  0  2  4  2  AM  24‐ Jl.  2  1,5  0  2  0  1  1  0  x  0  2  4  2 


(45)

61  Okt‐ 12  Semba da  AM  62  24‐ Okt‐ 12 

Jl. W. 

K.  1  2,2  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

63  24‐ Okt‐ 12 

Jl. K. 

Bakti  1  1  0  2  1  1  0  0  x  15  1  7  1  AM  64  29‐ Okt‐ 12  Asrama 

PDI  1  8  0  2  0  1  0  0  x  5  2  3  2  AM 

65  30‐ Okt‐

12  T. Sari  1  2,2  0  2  0  1  1  0  x  3  2  4  2  AM  66  5‐ Nov‐ 12  Jl.  Kapten 

Purba  2  5,9  0  0  0  1  0  0  x  1  2  1  2  AM 

67  5‐ Nov‐ 12 

Jl. Sei 

Silau  2  13  3  1  1  1  0  0  x  10  1  9  1  AM 

68  5‐ Nov‐ 12 

Gg. M. 

Area  2  7  0  0  0  1  0  0  x  1  2  1  2  AM 

69  5‐ Nov‐

12  Ps. VI  2  2,6  0  0  0  1  0  0  x  0  2  1  2  AM 

70  7‐ Nov‐ 12 

Jl. K.  Pemba

ngunan  2  8  3  2  0  1  0  0  x  20  1  9  1  AM 

71  9‐ Nov‐ 12 

Jl. TB.  Simatu

pang  2  10  0  0  0  1  0  0  x  0  2  1  2  AM 

72  9‐ Nov‐ 12 

Jl. Eka 

Rasmi  1  11  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

73  9‐ Nov‐ 12 

Jl. B.  Cempa

ka  2  11  0  1  1  1  0  0  x  5  2  3  2  AM  74  12‐ Nov‐ 12  Komp. 

Pamen  2  14  0  2  1  1  1  0  x  20  1  8  1  AM  75  13‐ Nov‐ 12  Jl. 

Amal  1  0,8  0  0  0  1  0  0  x  0  2  1  2  AM 

76  14‐ Nov‐ 12 

Jl. B. 

Mawar  1  4  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

77  14‐ Nov‐ 12 

Jl. B. 

Mawar  1  0,7  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

78  20‐ Nov‐ 12 

Jl. Sei  Wamp

u  1  5  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM  79  21‐ Nov‐ 12  Jl.  Sidoda

di  2  9  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

80  21‐ Nov‐ 12 

Jl. B. 

Ungu  1  4  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM  81  21‐ Nov‐ 12  Jl.  Starba

n  2  1  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

 

23‐

Jl. B. 


(46)

12  ka AM  83  23‐ Nov‐ 12 

Jl. B.  Cempa

ka  2  7  3  1  1  1  0  0  x  18  1  9  1  AM 

84  03‐ Des‐ 12 

Jl. S.  Parma

n  1  0,1  3  0  0  0  0  0  x  0  2  3  2  AM 

85  05‐ Des‐ 12 

Jl. Sei 

Silau  2  1,2  0  0  0  1  0  0  x  0  2  1  2  AM  86  11‐ Des‐ 12  Jl.  Cengke

h  2  8  0  0  0  1  0  0  x  1  2  1  2  AM  87  17‐ Des‐ 12  Jl.  Bahagi

a  1  1  0  0  0  1  0  0  x  1  2  1  2  AM 

88  19‐ Des‐ 12 

Jl. Sei 

Padang  1  6,9  0  0  0  1  0  0  x  1  2  1  2  AM 

89  22‐ Des‐ 12 

Jl. B. 

Pancur  1  9  0  0  0  1  0  0  x  1  2  1  2  AM  90  07‐ Jan‐ 13  Jl.  Jilardi 

Putra  1  3,8  3  1  0  0  0  0  x  0  2  4  2  AM 

91  14‐ Jan‐

13     1  2  0  0  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

92  16‐ Jan‐ 13 

Jl. J.  Ginting  1 

10,

7  3  0  0  0  0  0  x  10  1  6  1  AM 

93  16‐ Jan‐ 13 

Jl. J.  Ginting  1 

11,

1  3  0  0  0  0  0  x  15  1  6  1  AM 

94  16‐ Jan‐ 13 

Jl. J.  Ginting  2 

2,1

1  3  0  0  0  0  0  x  0  2  3  2  AM  95  16‐ Jan‐ 13  Jl.  Pancasi

la  2  8,8  0  0  1  1  1  0  x  0  2  3  2  AM  96  18‐ Jan‐ 13  Jl.  Pales 

Raya  1  7,2  3  0  0  0  0  0  x  0  2  3  2  AM  97  18‐ Jan‐ 03  Jl.  Pales  Raya  2 

12,

3  3  0  0  0  0  0  x  0  2  3  2  AM 

98  25‐ Jan‐

13  Jl. Bilal  2  11  0  2  1  1  0  0  x  0  2  4  2  AM 

99  30‐ Jan‐ 13 

Jl. Bakti 

Luhur  1  3,8  3  0  0  0  0  0  x  0  2  3  2  AM 

100  05‐ Feb‐ 13 

Jl. B.  Mawar  2 

2,6

6  3  1  0  0  0  0  x  0  2  4  2  AM 

101  06‐ Feb‐ 13 

Jl. B. S.  Malam 

XV  2  1,9  3  1  0  0  1  0  x  1  2  4  2  AM  102  06‐ Feb‐ 13  Jl.  Tanjun

g VIII  2  8  3  1  1  0  1  0  x  15  1  9  1  AM 

103  12‐ Feb‐ 13 

Jl. Jaya 


(47)

AM  104 

13‐ Feb‐

13  Jl. Jahe  1  11,

5  3  2  1  1  1  0  x  19  1  11  1  AM 

105  13‐ Feb‐

13  Jl. Jahe  2  10,

6  3  2  1  1  0  0  x  18  1  10  1  AM 

106  13‐ Feb‐

13  Jl. Jahe  1  6  3  1  0  1  1  0  x  12  1  9  1  AM 

107  13‐

Feb  Jl. Jahe  1  5  3  2  1  1  1  0  x  13  1  11  1  AM  108  13‐ Feb‐ 13  Jl.  Kapt.  Pattim

ura  2  14  3  1  0  1  0  0  x  23  1  8  1  AM  109  13‐ Feb‐ 13  Jl.  Pintu 

Air IV  1  4,7  3  2  0  0  0  0  x  10  1  8  1  AM  110  15‐ Feb‐ 13  Jl.  Bahagi

a  1  9,6  0  1  0  1  0  0  x  6  2  2  2  AM  111  15‐ Feb‐ 13  Jl.  Tarum

a   1  5  3  2  0  0  0  0  x  0  2  5  2  AM  112  15‐ Feb‐ 13  Jl.  Seroja 

Raya  1  3,2  0  1  0  0  0  0  x  0  2  5  2  AM  113  18‐ Feb‐ 13  JL. 

Graha  1  7,3  3  1  0  1  0  0  x  10  1  8  1  AM  114  18‐ Feb‐ 13  Komp. 

Pamen  2  11  3  2  0  1  1  0  x  20  1  9  1  AM  115  18‐ Feb‐ 13  Komp. 

Pamen  1  1,2  3  2  0  1  0  0  x  20  1  9  1  AM 

116  18‐ Feb‐ 13 

Jl. Eka 

Rasmi  1  14  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2  AM 

117  20‐ Feb‐ 13 

Jl. Sei 

Padang  1  3,4  AM 

118  20‐ Feb‐ 13 

Jl. J. 

Ginting  1  4,8  3  0  0  0  0  0  x  22  1  6  1  AM 

119  20‐ Feb‐ 13 

Jl. J. 

Ginting  1  7,2  3  0  0  0  0  0  x  20  1  6  1  AM 

120  25‐ Feb‐ 13 

Jl. Eka  Rasmi  2 

0,1 1  AM  121  27‐ Feb‐ 13 

Jl. B. 

Mawar  1  2,6  AM  122  27‐ Feb‐ 13  Komp. 

Pamen  1  8  AM  123  01‐ Mar‐ 13  Gg.  Seroja 

VI  2  0,9  2  2  1  1  0  0  x  0  2  6  2  AM 

124  05‐ Mar‐ 13 

Jl. Sei 


(48)

125  Mar‐ 13  Wisata  AM  126  05‐ Mar‐ 13 

Jl. K. 

Wisata  1  2,6  0  2  0  1  0  0  x  0  2  3  2  AM 

127  08‐ Mar‐ 13 

Jl. J. 

Ginting  2  2  3  0  0  1  1  0  x  1  8  1  AM 

128  15‐ Mar‐ 13 

Jl. Sei  Halaba

n  2  5,6  0  0  1  0  0  0  x  2  1  2  AM 

129  15‐ Mar‐ 13 

Jl. Sei  Halaba

n  1  7,4  2  1  0  0  0  0  x  2  3  2  AM  130  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Sungga

l  1  7  2  1  1  1  1  0  x  1  9  1  AM  131  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  2  4,6  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM  132  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  2  8,6  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM  133  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  2  8  2  2  1  1  1  0  x  2  7  2  AM  134  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  1  11  2  2  1  1  1  0  x  2  7  2  AM  135  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  2  12  2  2  1  1  1  0  x  2  7  2  AM  136  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  2  9  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM  137  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  1  3  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM  138  02‐ Apr‐ 13  Jl.  Binjai 

km. 7,6  2  0,7  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM 

139  19‐ Apr‐ 13 

Jl. Sri  Guntin g  1 

10,

9  0  2  0  1  0  0  x  1  6  1  AM 

140  23‐ Apr‐

13  Pasar I  2  9  3  2  0  1  0  0  x  1  9  1  AM 

141  23‐ Apr‐

13  Pasar I  1  4,6  3  2  0  1  0  x  2  6  2  AM 

142  23‐ Apr‐

13  Pasar I  2  7  3  2  0  1  0  0  x  1  9  1  AM 

143  23‐ Apr‐

13  Pasar I  2  0,8  3  2  0  1  0  0  x  2  7  2  AM 

144  24‐ Apr‐ 13 

Jl. J. 

Ginting  1  8  2  1  0  1  1  0  x  1  8  1  AM 

145  24‐ Apr‐ 13 

Jl. M.  Syuhad

a  2  12  0  1  0  1  0  0  x  2  3  2  AM 

146  24‐ Apr‐

Jl. K. 


(49)

13  AM  147  24‐ Apr‐ 13 

Jl. K. 

Bakti  2  4,6  3  2  1  1  1  1  x  2  9  2  AM 

148  24‐ Apr‐ 13 

Jl. K. 

Bakti  2  2,6  3  1  1  1  0  0  x  2  7  2  AM 

149  24‐ Apr‐ 13 

Jl. K. 

Bakti  2  6,6  3  2  1  1  0  0  x  2  7  2  AM 

150  24‐ Apr‐ 13 

Jl. K. 

Bakti  2  8  3  1  1  1  1  0  x  2  7  2  AM 

151  24‐ Apr‐ 13 

Jl. K. 

Bakti  2  4  3  2  1  1  1  0  x  2  8  2  AM 

152  24‐ Apr‐ 13 

Jl. B.  Cempa

ka  1  11  3  1  1  1  1  0  x  2  7  2  AM1

53  24‐ Apr‐ 13 

Jl. B.  Cempa

ka  2  11  3  2  1  1  1  0  x  2  8  2  AM 

154  24‐ Apr‐ 13 

Jl. S.  Parma

n  1  6  3  2  1  1  1  0  x  2  8  2  AM 

155  24‐ Apr‐ 13 

Jl. S.  Parma

n  2  5  3  1  1  1  1  0  x  1  10  1  AM 

156  29‐ Apr‐ 13 

Jl. Kal. 

Batam  2  5,6  2  1  0  1  0  0  x  2  4  2  AM  157  29‐ Apr‐ 13  Jl.  Klambi

r V  2  4  2  1  0  1  1  0  x  2  5  2  AM 

158  01‐ Mei‐ 13 

Jl. Sei  Punrun

g  2  2,4  3  1  0  1  1  0  x  1  9  1  AM  159  03‐ Mei‐ 13  Komp. 

Pamen  2  6  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM 

160  03‐ Mei‐ 13 

Jl. S. 

Indah  2  6,6  0  1  0  1  0  0  x  2  2  2  AM 

161  03‐ Mei‐ 13 

Jl. S.  Parma

n  1  6  0  1  1  0  0  0  x  2  2  2  AM 

162  03‐ Mei‐ 13 

Jl. Tj.  Selama

t  2  0,7  0  2  1  1  0  0  x  2  4  2  AM  163  03‐ Mei‐ 13  Jl.  Gapert

a  2  1,4  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM 

164  08‐ Mei‐ 13 

Ps. VI 

Tj. Sari  2  7  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM 

165  13‐ Mei‐

13  Jl. BWK  1  13  0  0  0  1  0  0  x  2  2  2  AM  166  15‐ Mei‐ 13  Jl. 

Abadi  1  5,4  3  1  0  1  1  0  x  1  9  1  AM 

20‐


(50)

AM  168  22‐ Mei‐ 13  Jl.  Bahagi

a  1  1  0  0  1  0  0  0  x  2  1  2  AM  169  31‐ Mei‐ 13  Jl.  Damar 

XII  1  8  0  1  1  0  0  0  x  2  2  AM 

170  03‐ Jun‐ 13 

Jl. Eka 

Warni  1  1,9  3  1  1  1  0  0  x  2  6  2  AM 

171  04‐ Jun‐ 13 

Jl. B.  Rampe 

III  2  7,1  3  1  1  1  0  0  x  2  6  2  AM  172  07‐ Jun‐ 13  Jl. 

Gereja  1  8,6  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM  173  10‐ Jun‐ 13  Komp. 

Pamen  1  2,3  3  1  0  1  0  0  x  2  5  2  AM  174  10‐ Jun‐ 13  Komp. 

Pamen  2  6  3  1  0  1  0  0  x  2  5  2  AM  175  19‐ Jun‐ 13  Jl. 

Abadi  1  4,2  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM 

176  21‐ Jun‐ 13 

Jl. K. 

Wisata  2  3  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM 

177  25‐ Jun‐ 13 

Jl. Eka 

Warni  1  7  0  1  0  1  0  0  x  2  2  2  AM 

178  28‐ Jun‐

13  Jl. J. G.  2  9,1  0  1  1  1  0  0  x  2  3  2  AM 

179  03‐ Jul‐ 13 

Jl. Dr.  Mansy ur  1 

9,1

1  0  1  0  1  1  0  x  2  3  2  AM 

180  03‐ Jul‐ 13 

Jl. B.  Cempa ka  1 

10,

3  0  1  0  1  1  0  x  2  3  2  AM  181  03‐ Jul‐ 13  Jl.  Prajaya 

Baru  2  7  0  2  0  1  1  0  x  2  4  2  AM 

182  05‐ Jul‐ 13 

Jl. S. 

Budi  1  1  0  1  1  1  1  0  x  2  4  2  AM 

183  08‐ Jul‐ 13 

Jl. S. 

Budi  2  7  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM 

184  10‐ Jul‐ 13 

Jl. J. 

Ginting  1  1,2  2  2  1  1  1  0  x  2  7  2  AM 

185  10‐ Jul‐ 13 

Jl. J. 

Ginting  1  3,8  3  1  1  1  1  0  x  1  10  1  AM  186  10‐ Jul‐ 13  Jl. 

Mistar  2  3,8  0  1  1  1  1  0  x  2  4  2  AM  187  12‐ Jul‐ 13  Jl. 

Mistar  2  10  0  1  0  0  1  0  x  2  2  2  AM 

188  12‐ Jul‐ 13 

Jl. S. 

Budi   2  1,3  2  2  1  1  0  0  x  2  6  2  AM  16‐ Jl. Eka  1  3,7  2  2  1  1  1  0  x  2  7  2 


(51)

189  Jul‐ 13  Warni  AM  190  19‐ Jul‐ 13 

Jl. Sei 

Musi  1  6  3  1  0  1  0  0  x  1  8  1  AM 

191  29‐ Jul‐ 13 

Jl. B. 

Anjaya  1  4,5  0  1  1  1  1  0  x  2  4  2  AM 

192  31‐ Jul‐ 13 

Jl. Paya 

Rening  1  5,6  2  1  1  1  1  0  x  2  6  2  AM 

193  13‐ Agus t‐13 

Jl. Abd.  Hakim  USU  2 

11,

8  3  1  1  1  0  0  x  2  6  2  AM 

194  13‐ Agus t‐13 

Jl.  Pusk. I 

Sahkin  1  2,7  3  1  1  1  0  0  x  2  6  2  AM 

195  02‐ Sep‐ 13 

Jl. S.  Parma

n  2  3,4  0  1  1  1  1  0  x  0  2  4  2  AM  196  04‐ Sep‐ 13  Jl.  Sungga

l  1  7,8  1  2  1  1  1  0  x  0  2  6  2  AM 

197  09‐ Sep‐

13  Jl. 6117  2  5,8  x  2  AM  198  15‐ Sep‐ 13  Jl. 

Intisari  1  3,6  0  1  0  0  0  0  x  2  AM 

199  20‐ Sep‐ 13 

Jl. Sei 

Muara  2  6  1  x  20  1  1  AM 

200  20‐ Sep‐ 13 

Jl. Sei 

Muara  2  7  18  1  1 

AM  201 

20‐ Sep‐ 13 

Jl. Sei 

Muara  1  14  3  2  0  0  1  0  x  5  1  6  1  AM  202  25‐ Sep‐ 13  Jl.  Sungga

l  2  9,6  3  1  1  1  1  0  x  20  1  10  1  AM 

203  30‐ Sep‐ 13 

Jl. Sei  Tuntun

g  1  4,7  3  1  1  0  1  0  x  2  5  2 

Keterangan: *JK: Jenis kelamin

1 = laki-laki

2 = perempuan

*Hasil tes  1 = TB anak 2 = bukan TB anak *Umur (tahun)


(52)

*Diagnosa  1= TB anak

2 = bukan TB anak *Indurasi (mm)


(53)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Effi Rohani N

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 8 Agustus 1992

Alamat : Jl. Bunga Baldu I, no. 6, Medan 20133

Agama : Islam

Telepon : 085664113995

Riwayat Pendidikan :

 Sekolah Dasar Negeri Percobaan Malang (1998-1999)  Sekolah Dasar Percobaan Negeri Medan (1999-2004)  Sekolah Menengah Pertama Negeri 30 Medan (2004-2007)  Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Medan (2007-2010)

 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan (2010-Sekarang) Riwayat Pelatihan :

 National Symposium & Workhop PEMA FK-USU 2011

 Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology 2012  Seminar KTI dan Update Kedokteran, FK USU, 2012

 Seminar Update Kedokteran dan Penyusunan Proposal Penelitian “Better Prepare, Better Paper”, FK USU, 2013

 Seminar Study f Bee’s Farmacology healing Effect Against Degenerative Disease, Ged. Baznas Sumatera Utara, 2013


(54)

Riwayat Organisasi :

 Manager divisi PO3 (Project Officer of Office) SCORE PEMA FK USU Periode 2011

 Sekretaris Divisi Hubungan Masyarkat TBM FK USU PEMA FK USU Periode 2012

 Anggota Divisi Hubungan masyarakat SCORE PEMA FK USU Periode 2012


(55)

(56)

                                                 


(57)

Frequencies

Statistics

JenisKelamin Indurasi Skoring

N Valid 43 43 43

Missing 0 0 0

Frequency Table

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 26 60,5 60,5 60,5

Perempuan 17 39,5 39,5 100,0

Total 43 100,0 100,0

Indurasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid indurasi <5 mm 11 25,6 25,6 25,6

indurasi 5-9 mm 2 4,7 4,7 30,2

indurasi 10-14 mm 8 18,6 18,6 48,8

indurasi >14 mm 22 51,2 51,2 100,0

Total 43 100,0 100,0


(58)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bukan TB anak 11 25,6 25,6 25,6

TB anak 32 74,4 74,4 100,0

Total 43 100,0 100,0

Statistics Kontak

N Valid 196

Missing 7

Kontak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada kontak 105 51,7 53,6 53,6

tidak tahu 2 1,0 1,0 54,6

tidak tahu 20 9,9 10,2 64,8


(59)

Total 196 96,6 100,0

Missing System 7 3,4

Total 203 100,0


(60)

(61)

(62)

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G. F., Janet, S. B., Stephen, A. M. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s medical microbiology. Jakarta: EGC.

Centers for Disease Control (CDC), 2011. TB Elimination Tuberculin Skin Testing. Available from: http://www.cdc.gov/tb [Accessed 23 Mei 2013]

Epidemiologi TB Indonesia. 2010. Available from:

http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf [Accessed 2 Mei 2013] Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respoirologi Anak. Jakarta:

Badn Penerbit IDAI.

Kartasasmita, C. B. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Available from:

http://www.idai.or.id/saripediatri/11-2-9.pdf [Accessed 2 Mei 2013]

Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis & Tatalaksana Tuberkulosis Anak, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Stop TB Terobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. NOMOR 565/MENKES/PER/III/2011. Available from:

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf [Accessed 3

Juni 2013]

NOMOR 364/MENKES/SK/V/2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Penangglangan Tuberkulosis (TB). 13 Mei 2009. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Available from:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%2036 4%20ttg%20Pedoman%20Penanggulangan%20Tuberkulosis%20(TB).pdf

[Accessed 2 Mei 2013]

Sidhi, D. P. 2010. Riwayat Kontak Tuberkulosis sebagai Faktor Resiko Hasil Uji Tuberkulin Positif. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro. Semarang. Available from:


(64)

http://www.eprints.undip.ac.id/28997/1/Dwi_Purnomo_Sidhi_Thesis.pdf

[Accessed 28 April 2013]

Warta Tuberkulosis Indonesia volume 21. 2012. Operational Trial Penggunaan Tuberkulin dalam Mendukung Diagnosis Tuberkulosis Anak dengan Sistem Skoring. Available from: http://www.tbindonesia.or.id/pdf/warta-tb/wti_2012_ed21.pdf [Accessed 29 Mei 2013]

Widiastuti, W., Dini, D., Dhami, J. D. 2012. Aplikasi Sistem Pakar Deteksi Dini pada Penyakit Tuberkulosis. Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi

Garut. Available from:

http://jurnl.sttgarut.ac.id/index.php/algoritma/article/view/7/7 [Accessed Mei 2013]

World Health Organization (WHO). 2013. Combating Tuberculosis in Children.

Available from: http://who.int/tb/challenges/childhood_tb_information sheet.pdf [Accessed 23 Mei 2013]


(65)

Data Induk Penelitian di Puskesmas Padang Bulan

Medan

Nam

a  Tgl.   Alamat  JK 

U m ur  Kon tak  G iz i  De ma m  Ba tu k  Pem b.  Kel.  Pemb.  Tulang  Ron tge n  Ind ura si  Hasi

l Tes 

Sko rin g  Diag nos a 

AM 1 

11‐

Jun‐

12 

Jl. S. 

Parma

n  1  4  3  0  0  1  1  0  x  20  1  8  1 

AM 2 

15‐

Jun‐

12  Jl. Gitar  1  9  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM 3 

15‐

Jun‐

12 

Jl. 

Bahagi

a  1  3  0  0  1  1  1  0  x  6  2  3  2 

AM 4 

15‐

Jun‐

12  Jl. Gitar  1  7  0  1  1  1  1  0  x  14  1  7  1 

AM 5 

18‐

Jun‐

12 

Jl. Sei 

Gelum

ai  1  3,2  0  0  1  1  0  0  x  4  2  2  2 

AM 6 

18‐

Jun‐

12 

Jl. J. 

Gmkg  1  5  0  1  0  1  0  0  x  5  2  2  2 

AM 7 

18‐

Jun‐

12 

Jl. 

Bahagi

a  1  13  0  1  1  1  0  0  x  5  2  3  2 

AM 8 

19‐

Jun‐

12  Jl. Gitar  1  4  0  1  1  1  1  0  x  5  2  4  2 

AM 9 

19‐

Jun‐

12 

P. T. 

Anom  2  1,8  0  2  0  1  1  0  x  5  2  4  2 

AM 

10 

22‐

Jun‐

12 

Jl. Eka 

Rasmi  2  9  0  1  1  1  1  0  x  1  2  4  2 

AM 

11 

26‐

Jun‐

12 

Jl. B. 

Katams

o  1  10  0  0  0  0  0  0  x  0  2  0  2 

AM  12  26‐ Jun‐ 12  Pasar 

VI  2  6,5  0  1  0  0  0  0  x  1  2  1  2 

AM  13  26‐ Jun‐ 12  Pasar 

VI  2  3  0  1  0  1  0  0  x  1  2  2  2 

AM 

14 

02‐

Jul‐

12 

Jl. J. 

Ginting  1  8  0  1  0  1  0  0  x  4  2  2  2 

AM 

15 

02‐

Jul‐

12 

Jl. Sei 

Wamp

u  1  3  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM  16  02‐ Jul‐ 12  Jl.  Gapert

a  2  3  0  1  1  0  0  0  x  0  2  2  2 

AM  17  09‐ Jul‐ 12  Jl.  Sawit 

Raya  1  1,1  0  1  1  1  0  0  x  1  2  3  2 

AM  18  18‐ Jul‐ 12  Jl.  Pintu 

Air IV  2  2,6  2  1  1  1  0  0  x  1  2  5  2 


(66)

12  Indah  AM  20  25‐ Jul‐ 12  Jl.  Karya 

Indah  1  2,6  0  0  1  1  0  0  x  0  2  2  2 

AM  21  30‐ Jul‐ 12  Jl.  Daruss

alam  2 

1,1

1  0  1  1  1  1  1  x  0  2  5  2 

AM 

22 

31‐

Jul‐

12 

Jl. Cik 

Ditiro  2  3,4  1  0  0  0  0  0  x  0  2  1  2 

AM 

23 

31‐

Jul‐

12 

Jl. Cik 

Ditiro  2  5,6  3  1  0  1  1  0  x  0  2  6  2 

AM  24  31‐ Jul‐ 12  Jl.  Karya 

Bakti II  1  4  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM 

25 

03‐

Agus

t‐12  Jl. J.G.  1 

10,

4  3  2  0  0  0  0  x  3  2  5  2 

AM 

26 

06‐

Agus

t‐12 

Jl. 

Seroja 

Raya  1  10  0  0  0  1  0  0  x  5  2  1  2 

AM 

27 

06‐

Agus

t‐12 

Jl. 

Seroja 

Raya  1  10  3  2  1  1  0  0  x  15  1  10  1 

AM 

28 

06‐

Agus

t‐12 

Jl. 

Tanjun

g 1221  1  9  3  2  1  1  0  0  x  17  1  10  1 

AM 

29 

08‐

Agus

t‐12 

Jl. 

Karya 

VII  1  0,8  0  2  0  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM 

30 

13‐

Agus

t‐12 

Jl. 

Bahagi

a  1  2,1  3  1  1  1  1  0  x  20  1  10  1 

AM 

31 

13‐

Agus

t‐12 

Jl. 

Bahaga  2  1,3  3  1  1  1  1  0  x  20  1  10  1 

AM 

32 

29‐

Agus

t‐12 

Jl. S. 

Parma

n  1  8,7  3  1  0  0  0  0  x  8  2  4  2 

AM 

33 

29‐

Agus

t‐12 

Jl. S. 

Parma

n  2  6,4  3  1  1  1  0  0  x  18  1  9  1 

AM 

34 

29‐

Agus

t‐12 

Jl. S. 

Parma

n  1  4,8  3  2  1  1  0  0  x  20  1  10  1 

AM 

35 

03‐

Sep‐

12 

Jl. S. 

Parma

n  2  8,8  3  1  1  1  0  0  x  15  1  9  1 

AM  36  04‐ Sep‐ 12  Jl.  Karya  Selama

t  2  10  0  2  1  1  0  0  x  1  2  4  2 

AM  37  04‐ Sep‐ 12  Jl.  Karya  Selama

t  2  4  0  1  1  1  0  0  x  1  2  3  2 

AM  38  04‐ Sep‐ 12  Jl.  Karya  Selama

t  2  2  0  1  1  1  0  0  x  1  2  3  2 

AM 

39 

10‐

Sep‐

12 

Jl. Sei 

Tuntun


(67)

AM  40  09‐ Okt‐ 12  Jl.  Cinta 

Karya  1  11  0  2  0  1  0  0  x  3  2  3  2 

AM 

41 

10‐

Okt‐

12 

Jl. Sei 

Bahoro

k  2  1,1  0  2  1  1  0  0  x  5  2  4  2 

AM 

42 

12‐

Okt‐

12 

Jl. Sei 

Kapuas  2  9  3  1  1  1  1  0  x  15  1  10  1 

AM 

43 

12‐

Okt‐

12 

Jl. Sei 

Kapuas  2  7  3  1  1  1  0  0  x  11  1  9  1 

AM 

44 

12‐

Okt‐

12 

Jl. Sei 

Kapuas  1  0,9  3  1  1  1  0  0  x  18  1  9  1 

AM 

45 

12‐

Okt‐

12 

Jl. P. 

Baris  1  1,3  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2 

AM 

46 

12‐

Okt‐

12 

Jl. P. 

Baris  1  3,8  0  0  0  1  0  0  x  0  2  1  2 

AM  47  15‐ Okt‐ 12  Jl. 

Arian  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM 

48 

15‐

Okt‐

12  Jl. J. G.  2  4,6  0  2  1  1  1  0  x  4  2  5  2 

AM  49  18‐ Okt‐ 12  Komp 

Pamen  2  2,3  0  2  1  1  0  0  x  3  2  4  2 

AM  50  18‐ Okt‐ 12  Komp. 

Pamen  1  5,3  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2 

AM  51  18‐ Okt‐ 12  Komp. 

Pamen  2  2,1  0  1  0  1  0  0  x  0  2  2  2 

AM  52  19‐ Okt‐ 12  Jl. 

Pinus II  1  3  3  1  1  1  1  0  x  12  1  10  1 

AM 

53 

19‐

Okt‐

12 

Jl. B. 

Herba  1  3  0  1  1  1  1  0  x  13  1  7  1 

AM 

54 

19‐

Okt‐

12  Jl. J. G.  1  4,8  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM  55  19‐ Okt‐ 12  Jl.  Anggre

k I  1  10  0  2  0  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM  56  17‐ Okt‐ 12  Jl.  Bahagi

a  1  2,2  0  1  1  1  0  0  x  2  2  3  2 

AM 

57 

22‐

Okt‐

12  Jl. J. G.  1  9  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM  58  22‐ Okt‐ 12  Gg.  Sempu

rna  1  1  0  1  1  1  0  0  x  0  2  3  2 

AM 

59 

24‐

Okt‐

12 

Jl. B. 

Wijaya 

K. I  2  1,1  0  2  1  1  0  0  x  0  2  4  2 

AM  60  24‐ Okt‐ 12  Jl.  Semba


(1)

Frequencies

Statistics

JenisKelamin Indurasi Skoring

N Valid 43 43 43

Missing 0 0 0

Frequency Table

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 26 60,5 60,5 60,5

Perempuan 17 39,5 39,5 100,0

Total 43 100,0 100,0

Indurasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid indurasi <5 mm 11 25,6 25,6 25,6

indurasi 5-9 mm 2 4,7 4,7 30,2

indurasi 10-14 mm 8 18,6 18,6 48,8

indurasi >14 mm 22 51,2 51,2 100,0

Total 43 100,0 100,0


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bukan TB anak 11 25,6 25,6 25,6

TB anak 32 74,4 74,4 100,0

Total 43 100,0 100,0

Statistics Kontak

N Valid 196

Missing 7

Kontak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada kontak 105 51,7 53,6 53,6

tidak tahu 2 1,0 1,0 54,6

tidak tahu 20 9,9 10,2 64,8

ada kontak 69 34,0 35,2 100,0


(3)

Total 196 96,6 100,0

Missing System 7 3,4

Total 203 100,0


(4)

(5)

(6)