Tindak pidana kesusilaan yang melibatkan remaja sebagai pelakunya merupakan salah satu masalah sosial yang sangat meresahkan masyarakat sehingga perlu di
cegah dan di tanggulangi. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian serius dari semua kalangan terutama kalangan kriminolog dan penegak hukum. Pentingnya
sosialisasi bagi masyarakat khususnya remaja sebagai tindak lanjut upaya penanggulangan tindak pidana dengan cara preventif dan represif.
Berbicara mengenai penanggulangan tindak pidana disinilah peran jaksa dalam
melakukan pencegahan sangat diperlukan sebagai upaya menanggulangi tindak pidana khususnya tindak pidana kesusilaan sesuai dengan metode dikemukakan
oleh G.P Hoefnagel mengenai penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan: 1.
Penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana Crime Law Application; 2.
Pencegahan tanpa pidana Prevention Without Punishment; 3.
Mempengaruhi media massa Influencing Views Of Society On Crime And Punishment.
4
Pengaturan mengenai peran Kejaksaan RI secara normatif dapat dilihat dalam
beberapa ketentuan undang-undang mengenai Kejaksaan, sebagaimana yang hendak diketengahkan di bawah ini. Ditegaskan dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan yaitu: 1
Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: a
Melakukan penuntutan; b
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
4
Barda Nawawi Arief, 1998
,
Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 48
d Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang; e
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2 Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah;
3 Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan: a
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b
Pengamanan kebijakan penegakan hukum; c
Pengamanan peredaran barang cetakan; d
Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan Negara;
e Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama;
f Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik criminal.
Berkaitan dengan hal yang sudah disampaikan di atas institusi kejaksaan sebagai institusi penegak hukum, dengan meminjam istilah Lawrence Friedmen
5
merupakan salah satu dari aspek dari struktur hukum disamping substansi hukum dan kultur hukum, dimana ketiga aspek ini sangat mempengaruhi dan menjadi
komponen pokok dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan hukum dalam rangka mengatasi persoalan hukum dalam arti secara luas dan khususnya
masalah penanggulangan tindak pidana.
5
Lawrence M. Friedman, 2001, American Law - an Introduction, 2nd edition diterjemahkan Whisnu Basuki, PT. Tatanusa, Jakarta
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tesis dengan judul
“Peran Kejaksaan Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kesusilaan yang Dilakukan Oleh Remaja di Kabupaten Lampung Tengah Studi
Pada Kejaksaan Negeri Gunung Sugih ”.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah peran kejaksaan dalam penanggulangan tindak pidana
kesusilaan yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Lampung Tengah? b.
Mengapa penyebab maraknya tindak pidana kesusilaan yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Lampung Tengah?
2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah kajian hukum pidana, khususnya yang berkaitan peran kejaksaan dalam penanggulangan tindak pidana
kesusilaan yang dilakukan oleh remaja. Lokasi penelitian di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Gunung Sugih Lampung Tengah. Adapun riset ini dilakukan
Pada Tahun 2013.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis bertujuan untuk mengetahui : a.
Untuk menganalisis peran kejaksaan dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Lampung Tengah Studi
Kasus Kejaksaan Negeri Gunung Sugih.
b. Untuk mengetahui penyebab maraknya tindak pidana kesusilaan yang
dilakukan oleh remaja di Kabupaten Lampung Tengah.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang di harapkan dari penelitian ini terdiri dari dua kegunaan yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, dan kedua kegunaan ini adalah
sebagai berikut: a.
Kegunaan Teoritis Kegunaan penulisan secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan dapat dijadikan sebuah pedoman dan bahan rujukan bagi Mahasiswa, Masyarakat, Praktisi hukum, dan bagi Pemerintah dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan peran kejaksaan dalam pencegahan tindak pidana kesusilaan yang dilakukan oleh remaja.
b. Kegunaan Praktis Kegunaan penulisan ini adalah untuk pengembangan kemampuan daya nalar
dan daya pikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki
untuk dapat mengungkapkan secara obyektif melalui metode ilmiah dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada serta menambah ilmu
pengetahuan dalam bidang hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan aspek peran kejaksaan dalam penanggulangan tindak pidana kesusilaan yang
dilakukan oleh remaja di Kabupaten Lampung Tengah.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan hasil-
hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan.
1. Teori Peran
Peranan role merupakan proses dinamis kedudukan status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
6
Levinson dalam Soekanto mengatakan peranan mencakup tiga hal antara lain:
1 Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan
yang membimbing
seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
6
Soerjono Soekanto, 2009 Sosiologi SuatuPengantar, Edisi baru, Rajawali Pers, Jakarta, hlm 212-213
2 Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarkat sebagai organisasi; 3
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarkat.
7
Merton dalam Raho mengatakan peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah
peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh karena menduduki status-status sosial khusus. Wirutomo
mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam pernaan berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang
berhubung dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu.
8
Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita
diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarkatdi dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam keluarga dan di dalam peranan-
peranan yang lain. Selanjutnya diakatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan,
yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarkat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang
dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang
7
Ibid, hlm 213
8
Ibid, hlm 213