Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang Pada PT. Gunung Sibayak Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSI MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN METODE PERAMALAN DALAM PENENTUAN

PERMINTAAN BARANG PADA PT. GUNUNG SIBAYAK

MEDAN

Oleh :

Nama : Muda Perdana Simatupang NIM : 050522003

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang pada PT. Gunung Sibayak Medan.”

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri dari judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Extensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Medan.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Medan.

Medan, Januari 2009 Yang Membuat Pernyataan


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : MUDA PERDANA SIMATUPANG

N.I.M : 050522003

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Judul Skripsi : PENERAPAN METODE PERAMALAN DALAM PENENTUAN PERMINTAAN BARANG PADA PT. GUNUNG SIBAYAK MEDAN

Medan, Januari 2009 Menyetujui Pembimbing


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : MUDA PERDANA SIMATUPANG

N.I.M : 050522003

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Judul Skripsi : PENERAPAN METODE PERAMALAN DALAM PENENTUAN PERMINTAAN BARANG PADA PT. GUNUNG SIBAYAK MEDAN

Tanggal ………. Ketua Departemen Akuntansi

(Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak.)

Tanggal ………. Dekan


(5)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PERAMALAN DALAM PENENTUAN

PERMINTAAN BARANG PADA PT. GUNUNG SIBAYAK

MEDAN

Nama : Muda Perdana Simatupang N.I.M : 050522003

PT. Gunung Sibayak Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan mesin jahit merek Singer dengan berbagai tipe. Dalam menghadapi persaingan bisnis yang begitu ketat dan efisiensi biaya, manajer operasional dituntut untuk dapat menentukan kondisi/permintaan barang akan datang dan melakukan perencanaan pembelian yang sesuai kebutuhan dalam arti tidak berlebihan maupun kekurangan. Selama ini, manajer operasional sulit menentukan permintaan barang akan datang. Hal ini disebabkan belum adanya penerapan metode peramalan dalam menentukan permintaan barang akan datang. Manajer operasional memerlukan suatu penerapan metode peramalan dalam menganalisis data penjualan lalu dan meramalkan permintaan barang akan datang, dimana hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode peramalan single moving averages dan double moving averages.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.

Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. PT. Gunung Sibayak Medan belum menerapkan metode peramalan dalam menentukan permintaan barang akan datang.

2. Dalam menentukan permintaan barang akan datang, perusahaan menggunakan data penjualan terakhir sebagai acuan.

3. Berdasarkan hasil analisa penelitian, diperoleh bahwa metode peramalan single moving averages lebih sesuai dengan kondisi permintaan barang perusahaan.

Adapun saran-saran yang penulis kemukakan kepada perusahaan tersebut adalah:

1. Perusahaan dapat memilih menerapkan metode peramalan single moving averages untuk meramalkan penjualan akan datang dalam perencanaan pembelian, karena lebih menghasilkan keakuratan peramalan.

2. Perusahaan hendaknya tidak menganggap penjualan terakhir sebagai acuan permintaan barang akan datang karena tidak dapat mencerminkan pola penjualan perusahaan.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 2

C. Perumusan Masalah... 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1. Tujuan Penelitian ... 3

2. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Konseptual... 3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Penjualan ... 6

B. Pengambilan Keputusan ... 9

C. Metode Peramalan ... 10

D. Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang ... 21


(7)

BAB III: METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Jenis Data ... 23

C. Teknik Pengumpulan Data ... 23

D. Metode Analisis Data ... 24

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 25

A. Data Penelitian ... 25

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 25

a. Sejarah Singkat Perusahaan... 25

b. Struktur Organisasi Perusahaan... 26

2. Prosedur Pembelian dan Permintaan Barang pada Perusahaan ... 30

3. Data Penjualan Perusahaan ... 31

B. Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang ... 34

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan perusahaan secara umum adalah mendapatkan keuntungan atau laba yang merupakan salah satu ukuran kesuksesan manajer dalam mengelola perusahaan. Manajer dalam suatu perusahaan dikatakan sukses jika dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat. Setiap perusahaan pasti mempunyai masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh pimpinan perusahaan tersebut. Aktivitas manajerial khususnya proses perencanaan, sering kali membutuhkan pengetahuan tentang keadaan yang akan datang.

Pengetahuan ini sering dinyatakan dalam bentuk peramalan kejadian-kejadian atau kondisi-kondisi di masa yang akan datang. Dalam aktivitas manajerial, kegiatan meramalkan permintaan barang yang akan datang merupakan landasan penting agar para pengambilan keputusan mampu menerapkan keputusan yang tepat dan mampu mengalokasikan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien. Pengambilan keputusan ini merupakan tugas yang cukup berat bagi manajer, sebab manajemen yang baik sangat tergantung pada kecakapan manajer untuk membuat keputusan yang tepat.

PT. Gunung Sibayak Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan mesin jahit merek Singer dengan berbagai tipe. Dalam menghadapi persaingan bisnis yang begitu ketat dan efisiensi biaya, manajer


(9)

operasional dituntut untuk dapat menentukan kondisi/permintaan barang akan datang dan melakukan perencanaan pembelian yang sesuai kebutuhan dalam arti tidak berlebihan maupun kekurangan. Selama ini, manajer operasional sulit menentukan permintaan barang akan datang. Hal ini disebabkan belum adanya penerapan metode peramalan dalam menentukan permintaan barang akan datang. Manajer operasional memerlukan suatu penerapan metode peramalan dalam menganalisis data penjualan lalu dan meramalkan permintaan barang akan datang, dimana hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode peramalan single moving averages dan double moving averages. Metode peramalan single moving averages dapat digunakan untuk meramalkan permintaan barang akan datang yang stabil dan metode peramalan double moving averages dapat digunakan untuk meramalkan permintaan barang akan datang yang melonjak, misalnya pada hari raya, pemberian discount yang besar oleh perusahaan dan lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai masalah ini pada PT. Gunung Sibayak Medan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang pada PT. Gunung Sibayak Medan. “

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah dalam penentuan permintaan barang menggunakan metode peramalan single moving averages dan double moving averages.


(10)

C. Perumusan Masalah

Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam penelitian yang terfokus dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, sebagai berikut: Apakah perusahaan telah menerapkan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mempermudah manajer operasional dalam menentukan permintaan barang akan datang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penulis melakukan penelitian adalah :

a. Bagi penulis, untuk lebih memahami manfaat penerapan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang.

b. Bagi perusahaan, yakni sebagai bahan pertimbangan atau masukan atas manfaat penerapan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang. c. Bagi pendidikan, yakni sebagai bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya

yang berminat melakukan penelitian menyangkut masalah yang dibahas ini.

E. Kerangka Konseptual

Bagan prosedur penerapan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang seperti pada Gambar 1.1. berikut:


(11)

Analisis Data Penjualan Lalu

Peramalan Permintaan Barang Akan Datang Dengan Metode

Peramalan

Jumlah Permintaan Barang Akan Datang

Perencanaan Pembelian Barang Berdasarkan Hasil Peramalan

Penentuan Metode Peramalan

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Adapun penjelasan bagan prosedur di atas yaitu:

1. Tahap pertama adalah menganalisis data penjualan lalu. Data penjualan lalu merupakan data historis penjualan perusahaan yang mencerminkan kondisi penjualan perusahaan. Data penjualan lalu diperlukan dalam kegiatan meramalkan permintaan barang akan datang.

2. Tahap kedua adalah menerapkan metode peramalan single moving averages dan double moving averages dalam menentukan permintaan barang akan datang.


(12)

3. Tahap ketiga merupakan tahap yang berisi hasil peramalan jumlah permintaan barang akan datang dari metode peramalan single moving averages dan double moving averages.

4. Tahap keempat merupakan tahap yang berisi perencanaan pembelian berdasarkan hasil peramalan metode single moving averages dan double moving averages. Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat menyediakan persediaan yang sesuai kebutuhan.

5. Tahap kelima merupakan tahap penentuan metode peramalan yang akan digunakan perusahaan, dimana dalam penentuan metode peramalan didasari oleh kebijakan perusahaan dalam menilai kondisi permintaan barang yang akan datang, apakah stabil atau melonjak dan merencanakan pembelian.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penjualan

Menurut Baridwan (2001:109), penjualan merupakan “kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (tagihan) dan pencatatan penjualan.“

Dengan demikian, penjualan merupakan kegiatan bisnis perusahaan yang meliputi pencatatan data pesanan, pengiriman barang, pembuatan faktur penjualan dan pencatatan data penjualan.

Sistem penjualan dapat diartikan sebagai prosedur kerja perusahaan dalam mengatur kegiatan penjualan. Manajemen perusahaan memerlukan informasi penjualan untuk mengambil keputusan. Informasi merupakan hasil keluaran dari suatu sistem.

Menurut Mulyadi (2001:215), informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam sistem penjualan adalah:

1. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu.

2. Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit. 3. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jngka waktu tertentu. 4. Nama dan alamat pembeli.

5. Kuantitas produk yang dijual

6. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan. 7. Otorisasi pejabat yang berwenang.


(14)

Dalam sistem penjualan menghasilkan dokumen/formulir-formulir penjualan. Menurut Mulyadi (2001:216), dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan adalah:

1. Surat order pengiriman dan tembusannya. 2. Faktur dan tembusannya.

3. Rekapitulasi harga pokok penjualan. 4. Bukti memorial.

Dalam sistem penjualan, terdapat catatan akuntansi yang berfungsi sebagai tempat pencatatan data transaksi penjualan perusahaan. Catatan akuntansi ini dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan dalam mengetahui informasi penjualan, seperti volume penjualan perusahaan, jumlah transaksi piutang, jumlah persediaan yang dapat dijual dan lainnya. Menurut Mulyadi (2001:221), catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penjualan yaitu:

1. Jurnal penjualan berfungsi untuk mencatat transaksi penjualan, baik secara tunai maupun secara kredit.

2. Kartu piutang merupakan buku yang berisi rincian mutasi piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya.

3. Kartu persediaan merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi setiap jenis persediaan.

4. Kartu gudang berfungsi untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang.

5. Jurnal umum berfungsi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu.

Menurut Mulyadi (2001:221), agar terdapat internal control yang baik dalam sistem penjualan, maka prosedur penjualan perlu melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat di atasi dengan baik. Fungsi dan bagian-bagian yang terkait dalam prosedur penjualan yaitu:


(15)

1. Bagian pesanan penjualan

Dalam perusahaan kecil, fungsi pesanan penjualan dapat dipegang oleh seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan besar bagian pesanan penjualan merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri dibawah bagian penjualan.

2. Bagian kredit

Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan dari bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan, bagian kredit menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap langganan mengenai sejarah kreditnya, jumlah maksimum dan ketepatan waktu pembayarannya. Persetujuan dari bagian kredit biasanya ditunjukkan dalam formulir surat perintah pengiriman yang diterima dari bagian pesanan penjualan.

3. Bagian gudang

Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah pengiriman. Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk dikirimkan ke pembeli.

4. Bagian pengiriman

Bagian pengiriman bertugas untuk mengirimkan barang-barang pada pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang sah. Selain itu bagian pengiriman juga bertugas mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian barang ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.

5. Bagian billing

Bagian billing (pembuatan faktur/penagihan) mempunyai tugas:

a. Membuat (menerbitkan) faktur penjualan dan tembusan-tembusannya. b. Menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai. c. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan dalam faktur.

Di dalam suatu perusahaan, bagian yang terkait dalam prosedur penjualan menjalankan fungsi/peranannya seperti menerima order dari pembeli, penerimaan kas, menyediakan barang yang diperlukan dalam kegiatan penjualan, pengiriman barang dan pencatatan data akuntansi penjualan.

Menurut Mulyadi (2001:215), fungsi-fungsi yang terkait dalam penjualan yaitu:


(16)

1. Fungsi penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

2. Fungsi kas

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli, menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.

3. Fungsi gudang

Fungsi ini bertanggung jawab menyediakan barang yang diperlukan oleh pelanggan sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan yang diterima dari fungsi penjualan.

4. Fungsi pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

5. Fungsi akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan sebagai pembuat laporan penjualan.

B. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bagian yang penting dalam menentukan hasil peramalan yang akan digunakan dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Sugiri (2002:139) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah “memilih salah satu di antara berbagai alternatif tindakan yang ada.”

Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar ukuran tertentu, apakah profitabilitas atau penghematan biaya. Keputusan ini memerlukan informasi, dimana semakin tinggi kualitas informasi maka diharapkan semakin tinggi kualitas keputusan yang diambil. Sayangnya, informasi akuntansi manajemen hanyalah informasi kuantitatif. Padahal keputusan apa pun dalam dunia usaha mempertimbangkan faktor kualitatif. Faktor kualitatif antara lain kesan masyarakat, intuisi manajemen, tanggung jawab sosial, reaksi pelanggan, reaksi para pesaing, sikap karyawan dan lainnya.


(17)

Manajemen menggunakan informasi kuantitatif dalam mengambil keputusan adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal. Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan di antara berbagai alternatif dapat dibuat dengan dasar yang sistematis.

Menurut Sugiri (2002:139), dengan informasi kuantitatif, para pengambil keputusan dapat:

1. Mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai alternatif. 2. Mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil dan 3. Mengevaluasi hasil-hasil yang dicapai.

Menurut Rizky Dermawan (2005:37), terdapat prosedur-prosedur dalam pengambilan keputusan antara lain:

1. Mengetahui hakekat daripada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan setepat-tepatnya.

2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan. 3. Mengolah fakta-fakta dan data tersebut.

4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh.

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang.

6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan.

7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil.

C. Metode Peramalan

Sebelum membahas metode peramalan, maka perlu dijelaskan pengertian peramalan dan pemanfaatannya bagi perusahaan. Menurut Assauri (2003:33), prakiraan/peramalan merupakan “seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi di masa yang akan datang.”


(18)

Ramalan merupakan sesuatu yang kita harapkan akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan penjualan adalah suatu perkiraan atas ciri-ciri kuantitatif dan kualitatif termasuk harga, dari perkembangan pasaran dari suatu produk yang diprodusir oleh suatu perusahaan pada suatu jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

Kegiatan meramalkan hal-hal yang akan datang merupakan landasan penting agar para pengambil keputusan mampu menerapkan keputusan yang tepat dan mampu mengalokasikan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.

Ramalan penjualan sebagai salah satu bahan informasi yang terpenting dalam penyusunan rencana produksi atau pembelian. Suatu ramalan penjualan merupakan titik permulaan yang sangat berguna untuk perencanaan produksi atau pembelian. Pembelian atau produksi yang berlebihan merupakan pemborosan atau kerugian.

Bagi perusahaan yang mempunyai proses yang terus-menerus, ramalan penjualan ini merupakan landasan bagi program kerjanya. Sedangkan untuk perusahaan yang mempunyai proses produksi terputus-putus, ramalan penjualan tidak langsung digunakan begitu saja, karena sukar dijalankan. Ramalan penjualan dalam perusahaan ini terutama dipergunakan untuk membandingkan realisasi kegiatan perusahaan yang didasarkan atas pesanan-pesanan (orders) yang terdapat pada masa itu dengan apa yang diramalkan, di mana tentunya pesanan-pesanan ini sukar diramalkan dengan tepat. Dari ramalan penjualan inilah kemudian dibuat rencana atau program produksi.


(19)

Ramalan permintaan (demand forecasting) menyangkut peramalan permintaan barang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu.

Peramalan penjualan dapat digunakan untuk menentukan kebijaksanaan dalam persoalan penyusunan anggaran (budgeting) yang meliputi anggaran bagi segala aktivitas yang dijalankan seperti anggaran penjualan, anggaran pembelian, anggaran pengerjaan dan lainnya. Untuk pengawasan dalam persediaan (inventory control), hal ini jika persediaan yang ada terlalu besar, maka biaya penyimpanan dan biaya-biaya lainnya menjadi besar pula. Sebaliknya bila persediaan yang ada terlalu kecil, maka akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksinya.

Oleh karena itu, agar supaya persediaan jangan kelebihan terlalu besar dan kekurangan karena terlalu sedikit, maka ramalan penjualan dapat dipergunakan sebagai pedoman terutama dalam bagian produksi. Dalam hal ini, hendaknya perlu diperhatikan bahwa kemampuan/kapasitas produksi dan penjualan harus seimbang. Jika tidak seimbang, maka hendaknya perlu diusahakan penyimbangannya dengan mengadakan pencicilan dengan (atau dapat mempengaruhi tingkat) persediaan. Selain itu, dapat membantu kegiatan perencanaan dan pengawasan produksi. Dengan adanya peramalan penjualan, maka perusahaan dapat mengetahui kemungkinan kegiatannya di kemudian hari, sehingga manajer dapat mengusahakan perbaikan dalam penggunaan peralatan produksinya agar efisien. Di samping itu, dapat pula dihindari penggunaan kerja lembur (overtime) yang lebih besar, yang biasanya memakan biaya yang lebih


(20)

mahal serta kualitas hasil yang diperoleh tidak sebaik bila dikerjakan dlam jam kerja biasa (regular time).

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003:342), dari segi fluktuasi ini, pola permintaan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

1. Kecendrungan (trend)

2. Variasi Musiman (seasonal variation) 3. Variasi Siklikal (trend)

4. Gerakan Tak Teratur (irregular movements)

Dalam pola kecendrungan, tendensi keseluruhan bersifat naik (berkembang) atau turun (berkontraksi). Dalam pola variasi musiman, fluktuasi perubahannya terjadi secara lengkap dalam periode waktu satu tahun dan fluktuasi ini berulang dari tahun ke tahun. Dalam pola permintaan variasi siklikal, fluktuasi perubahannya terjadi tidak mengikuti jangka waktu yang tetap tetapi bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Dalam pola gerakan tak teratur, pola permintaan yang terjadi dari waktu ke waktu secara tidak teratur dan sulit dijelaskan penyebabnya.

Dalam banyak hal, permintaan yang dapat diprediksi adalah jenis pola kecenderungan, musiman dan siklikal. Meskipun demikian, selalu saja akan terjadi perbedaaan antara perhitungan peramalan dan kenyataan sesungguhnya. Hal ini terjadi karena tidak semua variabel dan faktor yang menyebabkan berubahnya permintaan dapat diketahui dan dihitung.

Walaupun selalu terdapat penyimpangan hasil peramalan dengan apa yang terjadi, tetapi upaya dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan dari peramalan


(21)

tersebut. Terdapat 2 cara untuk mengurangi kesalahan atau error dari peramalan yang dilakukan, yaitu mengurangi kesalahan atau error melalui peramalan yang baik dan cara yang kedua adalah membuat fleksibilitas atau keluwesan dari operasi produksi.

Kegiatan meramalkan hal-hal yang akan datang merupakan landasan penting agar para pengambil keputusan mampu menerapkan keputusan yang tepat dan mampu mengalokasikan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien. Pada umumnya, peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya.

Kualitas atau mutu dari hasil peramalan yang disusun, sangat ditentukan oleh proses pelaksanaan penyusunannya. Peramalan yang baik adalah ramalan yang dilakukan dengan mengikuti prosedur penyusunan yang baik. Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila dilandasi oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003:364), terdapat prinsip-prinsip dalam peramalan yaitu:

1. Peramalan yang baik pun masih memungkinkan kesalahan yang signifikan. 2. Peramalan memerlukan monitor dan perhitungan perkiraan kesalahan.

3. Ketidakpastian yang mungkin besar harus selalu diantisipasi dan diperhitungkan.

4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit dan eksplisit.

5. Peramalan sering kali didasarkan atas peramalan agregat yang perlu dipecah-pecah menjadi komponen produk, letak geografis atau komponen-komponen lainnya.

Tidak mungkin membuat peramalan yang betul-betul akurat, karena namanya saja sudah peramalan. Hal ini karena selalu ada faktor ketidakpastian


(22)

dalam salah satu atau beberapa komponen yang diperhitungkan. Tidak ada satupun teknik/metode peramalan yang dapat menghilangkan sama sekali faktor ketidakpastian. Hanya dengan adanya peramalan, dapat mudah memprediksi, bertindak dan mengambil strategi.

Monitor perlu dilakukan untuk senantiasa mengukur seberapa jauh ramalan mendekati kenyataan. Monitor juga perlu dilakukan untuk mengamati perubahan komponen-komponen tertentu yang dipergunakan untuk menghitung ramalan tersebut. Dengan mengamati perubahan-perubahan tersebut, suatu perhitungan mengenai kesalahan juga perlu dilakukan.

Terdapat dua cara untuk mengurangi ketidakpastian dan bukan untuk menghilangkan yaitu dengan cara mengurangi kesalahan dalam perhitungan dan mengurangi kurun waktu peramalan. Walaupun demikian, ketidakpastian harus tetap diantisipasi dan diperhitungkan.

Model yang bersifat eksplisit dapat dikembangkan dari data statistik langsung dari permintaan barang bersangkutan. Model yang bersifat implisit dikembangkan dari hal-hal yang mempengaruhi permintaan barang bersangkutan.

Peramalan sering kali memerlukan perhitungan secara terperinci. Jenis produk, letak geografis, jenis pembungkus, jenis distribusi dan lainnya sering kali harus diramalkan secara terpisah. Peramalan agregat dan peramalan non-agregat kedua-duanya dapat saling menunjang dalam melakukan peramalan di mana yang satu mungkin untuk keperluan produksi dan yang lainnya untuk distribusi.

Salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam hubungan dengan penggunaan atau perhitungan peramalan adalah meminimalkan terjadinya biaya.


(23)

Oleh karena itu, dalam menggunakan perhitungan peramalan harus selalu diperhitungkan konsekuensi biaya, kritikalitas kepentingannya, kebutuhan keakuratannya dan alternatif lain yang dapat digunakan.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam hal peramalan untuk keperluan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan pengaman. Kebutuhan peramalan akan kurang apabila misalnya peramalan waktu pemesanan dapat dipercepat mendekati pembelian tepat waktu.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003:367), ada beberapa alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam perhitungan biaya, yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan teknik-teknik peramalan yaitu:

1. Menambah persediaan pengaman atau memperbaiki sistem peramalan.

2. Menambah kapasitas gudang atau mengembangkan sistem peramalan yang canggih.

3. Mempercepat waktu pemesanan atau memperbaiki sistem peramalan.

Para manajer dibantu dengan peralatan metode-metode prakiraan/peramalan yang dapat digunakan, sehingga dapat memberikan hasil peramalan yang lebih dapat dipercaya. Oleh karena masing-masing prakiraan/peramalan berbeda-beda, maka penggunaannya harus hati-hati terutama dalam pemilihan metode untuk penggunaan dalam kasus tertentu. Pertimbangan ini dibutuhkan karena tidak ada satupun metode dari peramalan yang dapat dipergunakan secara universal untuk seluruh keadaan atau situasi. Di samping itu, perlu diperhatikan bahwa peramalan itu tidak pasti tepat.


(24)

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003:343), secara garis besar, teknik/metode peramalan ini terdiri dari 4 jenis pokok yaitu:

1. Metode subjektif (subjective methods) 2. Analisis serial waktu (time-series analysis) 3. Teknik barometris (barometric techniques) 4. Model ekonometris (econometric models)

Pada metode subjektif, metode ini bersifat subjektif artinya sangat tergantung dari penilaian individu penilai. Model matematis bagaimanapun juga tidak pernah dapat sempurna. Walaupun sistem dan peralatan komputer telah demikian maju dan canggih, namun tidak pernah dapat secara seratus persen mampu memprediksi permintaan yang ada. Oleh karena itu, untuk peramalan diperlukan juga penilaian para manajer yang berpengalaman, para spesialis marketing dan para staf ahli lainnya yang selalu diperlukan dalam membantu proses peramalan dan yang tidak pernah tergantikan oleh metode, teknik atau peralatan sebaik apa pun juga.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003:345), metode subjektif dibagi menjadi bebeapa sub-metode yaitu:

1. Pendekatan naif

Adalah suatu perhitungan yang didasarkan atas anggapan bahwa permintaan selalu sama dari waktu ke waktu, bahwa yang akan datang akan sama dengan yang lalu. Perhitungan permintaan yang akan datang sama dengan permintaan yang lalu.

2. Intuisi

Intuisi atau indra tertentu untuk mengedus kemungkinan permintaan yang akan datang sering kali dikembangkan oleh para manajer dengan cukup baik 3. Metode survei

Ini salah satu metode subjektif yang sering digunakan yang terdiri dari model-model seperti opini juri atau opini eksekutif, estimasi tenaga penjual lapangan, opini pelanggan dan teknik dadu berisi (loaded dice technique).


(25)

Pada metode analisis serial waktu, didasarkan atas perhitungan seri data masa lalu. Pola permintaan yang akan datang diasumsikan sebagai pengulangan dari pola permintaan yang lalu. Metode ini sangat luas digunakan dalam peramalan, yaitu metode dengan cara memanfaatkan pola permintaan masa lalu dan memproyeksikannya ke dalam perkiraan permintaan masa yang akan datang. Dalam teknik ini dilakukan analisis terhadap beberapa variabel ekonomi atau beberapa variabel lain yang berubah-ubah dari waktu ke waktu dengan menggunakan beberapa kurun waktu tertentu. Dalam teknik ini diasumsikan bahwa tidak ada perubahan yang sangat drastis dalam permintaan.

Pada teknik barometris, dikembangkan atas dasar asumsi bahwa pola permintaan yang akan datang merupakan pengembangan dari pola permintaan pada saat ini. Metode ini menggunakan indikator statistik tertentu yang dipilih, yang dapat menunjukkan arah perkembangan ekonomi dan khususnya industri tertentu. Faktor atau variabel yang mempengaruhi permintaan yang akan datang tersebut tidak hanya satu, tetapi mungkin dua, tiga atau lebih banyak lagi. Analisis yang menggambarkan hubungan atau korelasi antara dua variabel dinamakan analisis regresi atau analisis korelasi. Analisis regresi dan korelasi ini bisa tunggal dan multipel. Analisis korelasi tunggal menunjukkan korelasi antara permintaan dan satu variabel lain, sedangkan analisis korelasi multipel menunjukkan korelasi antara lebih dari dua variabel.

Pada model ekonometris, dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa setiap perubahan dalam aktivitas ekonomi dapat dijelaskan dengan menggambarkan hubungan yang kompleks antara banyak variabel ekonomi.


(26)

Model ini memang model yang paling baik dalam peramalan, tetapi sering kali dapat melibatkan banyak persamaan matematis dan variabel. Model ekonometris dengan n variabel dapat dipecahkan kalau tersedia persamaan yang berbeda sebanyak n pula.

Yang sering menggunakan model ini adalah perusahaan berkembang dan perusahaan besar dan mengenai peramalan untuk barang-barang komoditas yang menyangkut nilai yang tinggi di mana pola permintaan ditentukan oleh banyak variabel. Terdapat beberapa metode peramalan yang dapat digunakan dalam menentukan permintaan barang akan datang yaitu:

1. Metode peramalan single moving averages. 2. Metode peramalan double moving averages.

1. Metode Single Moving Averages

Menurut Fakhruddin (2003:113), metode single moving averages merupakan “suatu metode yang merentangkan data permintaan dari beberapa di antara sekian banyak data yang ada”.

Metode peramalan single moving averages dapat digunakan untuk meramal permintaan barang yang stabil (tidak melonjak) dalam menentukan jumlah permintaan barang yang akan datang.

Dengan demikian, metode peramalan ini lebih cocok digunakan untuk menganalisis volume penjualan akan datang yang stabil/tidak berfluktuasi secara acak untuk menentukan jumlah permintaan barang yang akan datang.


(27)

Metode peramalan single moving averages mempunyai fungsi matematis sebagai berikut:

= + = n t t n x n S 1 1 1

Sumber: Muhammad Fakhruddin, Analisis Bisnis Terpadu, Edisi-1, Cetakan Ke-1, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta, hal 113

Di mana :

Sn+1 = peramalan untuk periode t+1 Xt = data pada periode t

n = jumlah data yang dipergunakan 2. Metode Double Moving Averages

Menurut Fakhruddin (2003:115), metode double moving averages merupakan “suatu metode yang digunakan untuk meramal permintaan barang yang dapat melonjak”.

Dengan demikian, metode peramalan ini lebih cocok digunakan untuk menganalisis volume penjualan akan datang yang berfluktuasi secara acak untuk menentukan jumlah permintaan barang yang akan datang.

Metode peramalan double moving averages dinyatakan dengan fungsi matematis sebagai berikut :

) 2 ) / ) (( * ) 1 /( 2 ( 1

1 n x n x

S n t t n

= + = −

Sumber: Muhammad Fakhruddin, Analisis Bisnis Terpadu, Edisi-1, Cetakan Ke-1, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta, hal 115


(28)

Di mana :

Sn+1 = peramalan untuk periode t+1 Xt = data pada periode t

n = jumlah bulan data transaksi

D. Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang Untuk mempermudah pemahaman penerapan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang, maka akan dibuat suatu contoh yaitu:

PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan mesin jahit dengan merek A. Saldo akhir mesin jahit tersebut adalah 2. Data transaksi penjualan barang ini dari bulan Januari 2007 sampai Maret 2007 sebesar 30.

Untuk menentukan permintaan barang di bulan April 2007 dengan metode SINGLE MOVING AVERAGES (SMA), yaitu:

SMA = (Transaksi Januari’07 sd Maret’07) Jumlah Bulan

= 30 3 = 10 unit

Jumlah bulan (n) = 3, maksudnya bulan Januari 2007 sampai Maret 2007 berjumlah 3 bulan. Pada bulan April 2007, jumlah permintaan barang ini diramalkan sebesar 10 unit. Dengan demikian, perusahaan perlu menyediakan


(29)

persediaan barang/pembelian barang ini sebesar 8 unit, karena sisa barang (saldo akhir) ini berjumlah 2 unit.

Untuk menentukan permintaan barang di bulan April 2007 dengan metode DOUBLE MOVING AVERAGES (DMA), yaitu:

DMA = 2 (Transaksi Jan-07 sd Maret 07) 2 (Jumlah Bulan-1) x (Jumlah Bulan) x

DMA = 2 (30) 2 (3-1) (3) x x DMA = 20 unit

Jumlah bulan (n) = 3, maksudnya bulan Januari 2007 sampai Maret 2007 berjumlah 3 bulan. Pada bulan April 2007, jumlah permintaan barang ini diramalkan sebesar 20 unit. Dengan demikian, perusahaan perlu menyediakan persediaan barang/pembelian barang ini sebesar 18 unit, karena sisa barang (saldo akhir) ini berjumlah 2 unit.

Perusahaan dapat menggunakan metode peramalan single moving averages ketika perusahaan tidak melakukan suatu kegiatan atau strategi untuk mengubah pola permintaan barang akan datang. Sedangkan pada metode peramalan double moving averages, perusahaan dapat menggunakannya jika bulan penjualan akan datang, perusahaan melakukan suatu kegiatan/strategi untuk meningkatkan volume penjualan sehingga kemungkinan permintaan barang akan datang akan lebih besar.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan pendekatan deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang penerapan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang pada perusahaan.

Lokasi penelitian berada di jalan Cirebon No. 12/36 Medan dan jadwal penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret 2008.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diproses dari hasil wawancara tentang objek penelitian dan data tersebut merupakan data yang belum diolah penulis seperti prosedur pembelian dan permintaan barang dan data penjualan perusahaan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut

sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, penulis menggunakan dua metode pendekatan dalam pengumpulan data dan keterangan yang berkaitan dengan judul skripsi, yaitu:


(31)

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang kompeten dalam hal ini karyawan yang berwenang, yaitu bagian penjualan.

2. Teknik dokumentasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada laporan penjualan perusahaan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari perusahaan kemudian diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Data penelitian yang dilakukan meliputi gambaran umum perusahaan dan penerapan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang.

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Gunung Sibayak Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan mesin jahit merek Singer dengan berbagai tipe/jenis. PT. Gunung Sibayak Medan berada di jalan Cirebon No. 12/36 Medan dan didirikan pada tahun 1995 oleh Bapak/Ibu Sulaiman.

Perusahaan bekerja sama dengan perusahaan di Jakarta yang memproduksi mesin jahit merek Singer, sehingga PT. Gunung Sibayak Medan merupakan distributor utama mesin jahit merek Singer di Wilayah Sumatera.

Sewaktu terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, perusahaan ini mengalami hambatan dalam penjualan karena rendahnya daya beli konsumen. Akan tetapi, sejak awal tahun 2001, perusahaan ini mulai berkembang kembali dan mulai dapat bersaing dengan perusahaan lain yang juga bergerak di bidang penjualan yang sama, di mana perusahaan ini mulai mendapatkan laba dengan banyaknya transaksi pembelian oleh konsumen.


(33)

Secara umum, tujuan didirikannya perusahaan ini adalah untuk: 1. Memperoleh laba.

2. Memasarkan dan memperkenalkan mesin jahit merek Singer untuk wilayah Sumatera Utara, khususnya Medan.

3. Membantu program pemerintah dalam menciptakan lowongan kerja.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang baik harus dapat memisahkan antara fungsi, kedudukan, batas wewenang, tanggung jawab, serta kewajiban dari masing-masing karyawan, agar para karyawan mengetahui apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka. PT. Gunung Sibayak Medan membagi tugas masing-masing karyawannya dengan teratur agar tujuan perusahaan dapat terlaksana dengan baik. PT. Gunung Sibayak Medan menggunakan struktur organisasi lini/komando.

Bentuk struktur organisasi PT. Gunung Sibayak Medan seperti pada Gambar 4.1. berikut:


(34)

Manajer Keuangan Bagian Penjualan Bagian Akuntansi Bagian Gudang Bagian Keuangan Bagian Pembelian Bagian Supir Manajer Operasional Manajer Personalia Bagian Personalia Direktur

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Gunung Sibayak Medan Sumber : PT. Gunung Sibayak Medan.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Direktur

Tugas dan tanggung jawab Direktur adalah:

a. Menentukan arah kebijaksanaan perusahaan serta menetapkan rencana kerja dan tata pelaksanaannya.

b. Memilih pegawai yang akan menduduki posisi pimpinan atau staf serta menetapkan kekuasaan dan tanggung jawab dari setiap pimpinan dalam lingkungan staf.

c. Melakukan pengawasan terhadap kondisi keuangan perusahaan. d. Menerima pertanggungjawaban dari masing-masing manajer. 2. Manajer Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Manajer Keuangan adalah : a. Mengatur kerja bagian keuangan dan bagian akuntansi. b. Melakukan pengawasan keuangan perusahaan.


(35)

c. Memeriksa laporan keuangan perusahaan. d. Mengatur aliran kas perusahaan.

3. Bagian Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Bagian Keuangan adalah : a. Menerima dan melakukan pembayaran kas.

b. Melakukan pencatatan penerimaan kas dan pengeluaran kas.

c. Bertanggungjawab atas penerimaan kas dan pengeluaran kas perusahaan.

d. Menyajikan laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas kepada manajer keuangan.

4. Bagian Akuntansi

Tugas dan tanggung jawab Bagian Akuntansi adalah :

a. Membukukan segala transaksi yang terjadi di dalam perusahaan yang bersifat finansial dan pada setiap akhir periode tertentu.

b. Menyusun laporan keuangan.

c. Memberikan laporan keuangan yang dibutuhkan oleh manajer keuangan dalam rangka pengambilan keputusan.

d. Mencatat data biaya tetap dan biaya variabel perusahaan. e. Membuat laporan biaya tetap dan biaya variabel.

5. Manajer Operasional

Tugas dan tanggung jawab Manajer Operasional adalah : a. Mengatur kerja bagian pembelian, penjualan dan gudang. b. Melakukan pemeriksaan jumlah biaya pembelian barang.


(36)

c. Melakukan pemeriksaan laporan persediaan barang. 6. Bagian Penjualan

Tugas dan tanggung jawab Bagian Penjualan adalah : a. Memberikan informasi produk yang dijual perusahaan b. Mencatat data pelanggan

c. Membuat faktur penjualan. d. Membuat laporan penjualan.

e. Meramalkan permintaan barang akan datang. 7. Bagian Pembelian

Tugas dan tanggung jawab Bagian Pembelian adalah : a. Menentukan jumlah pembelian barang.

b. Melakukan pemesanan barang yang diperlukan perusahaan. c. Melakukan transaksi pembelian dengan supplier

d. Membuat laporan pembelian. 8. Bagian Gudang

Tugas dan tanggung jawab Bagian Gudang adalah :

a. Melakukan pendataan persediaan barang (stok) di gudang. b. Mengeluarkan barang yang dibeli oleh pelanggan

c. Memasukkan barang yang dibeli dari supplier.

d. Bertanggung jawab atas persediaan barang-barang di gudang. e. Membuat laporan persediaan barang.

9. Manajer Personalia


(37)

a. Mengatur kerja bagian supir dan bagian personalia. b. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

c. Memutuskan apakah calon karyawan bisa terima atau tidak untuk bekerja di perusahaan.

d. Melakukan pemecatan karyawan yang tidak disiplin. 10. Bagian Supir

Tugas dan tanggung jawab Bagian Supir adalah : a. Mengirim barang ke tempat konsumen. b. Bertanggung jawab atas mobil inventaris. 11. Bagian Personalia

Tugas dan tanggung jawab Bagian Personalia adalah : a. Melakukan perekrutan dan seleksi calon karyawan. b. Mengurus administrasi karyawan.

c. Mengkoordinasi dan melaksanakan penilaian prestasi karyawan. d. Mengadakan pengembangan karyawan, seperti pemberian motivasi. e. Melakukan pemecatan karyawan.

2. Prosedur Pembelian dan Permintaan Barang pada Perusahaan

Adapun prosedur pembelian pada perusahaan berdasarkan permintaan barang akan datang yaitu dengan melihat data penjualan terakhir sebagai acuan permintaan barang akan datang dan menyediakan atau membeli barang sebanyak yang diperlukan untuk penjualan terakhir.


(38)

Penjualan terakhir tidak dapat dijadikan sebagai acuan permintaan barang akan datang. Hal ini disebabkan penjualan terakhir hanya mencerminkan penjualan perusahaan dalam 1 bulan, sedangkan penjualan bulan sebelumnya belum tentu memiliki pola penjualan dengan bulan penjualan terakhir.

Prosedur pembelian pada perusahaan tidak melibatkan kegiatan peramalan permintaan barang akan datang. Dalam menentukan acuan penjualan, perusahaan harus menganalisis penjualan beberapa bulan sebelumnya, dimana hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode peramalan single moving averages dan double moving averages.

3. Data Penjualan Perusahaan

Data penjualan diperlukan dalam penerapan metode peramalan single moving averages dan double moving averages.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil data penjualan perusahaan 4 bulan dari bulan Januari 2008 sampai dengan April 2008. Adapun data penjualan perusahaan seperti pada Tabel 4.1. berikut:


(39)

Tabel 4.1.Data Penjualan Bulan Januari 2008-April 2008

Sumber: PT. Gunung Sibayak Medan

Jika digambarkan dengan grafik, data penjualan perusahaan seperti pada Gambar 4.2. berikut:

Gambar 4.2.Grafik Penjualan Bulan Januari 2008 – April 2008 Sumber: PT. Gunung Sibayak Medan


(40)

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa prosedur penyediaan persediaan pada perusahaan dengan melihat data penjualan terakhir sebagai acuan permintaan barang akan datang dan menyediakan persediaan sebanyak yang diperlukan untuk penjualan terakhir.

Dari data penjualan perusahaan di atas, mengalami penurunan dan kenaikan pada:

1. Bulan Februari 2008, keseluruhan produk yang dijual cenderung menurun dibandingkan dengan penjualan di bulan Januari 2008.

2. Bulan Maret 2008, keseluruhan produk yang dijual mengalami kenaikan dibandingkan dengan penjualan di bulan Januari 2008 dan Februari 2008. 3. Bulan April 2008, keseluruhan produk yang dijual mengalami kenaikan

dibandingkan dengan penjualan di bulan Januari 2008, Februari 2008 dan Maret 2008.

Penurunan volume penjualan di bulan Februari 2008 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya kurang maksimalnya bagian penjualan dalam menjual barang dan faktor eksternal misalnya kebutuhan pokok masyarakat meningkat dan daya beli masyarakat menurun seperti pada waktu pembayaran uang sekolah, kebutuhan pangan naik, kurang diperlukannya kebutuhan mesin jahit oleh masyarakat dan lainnya.


(41)

B. Penerapan Metode Peramalan Dalam Penentuan Permintaan Barang Dalam menerapkan metode peramalan dalam penentuan permintaan barang, perusahaan perlu menganalisis data penjualan beberapa bulan sebelumnya, dimana hal ini dapat dilakukan melalui penerapan metode peramalan single moving averages (SMA) dan double moving averages (DMA).

Pada analisis ini, akan dilakukan pengujian metode peramalan yang lebih sesuai untuk perusahaan dalam menentukan permintaan barang berdasarkan data histori penjualan perusahaan. Untuk itu, maka akan dilakukan peramalan permintaan barang dengan kedua metode peramalan di bulan April 2008 dan melakukan perbandingan hasil peramalan dengan realisasi penjualan perusahaan.

Berikut ini akan dilakukan pengujian peramalan permintaan barang dengan metode single moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis penjualan lalu yang digunakan adalah dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.2. akan ditunjukan hasil peramalan tersebut yaitu:

Tabel 4. 2. Pengujian Metode Peramalan SMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008


(42)

Adapun cara menghitung hasil peramalan yaitu dengan menggunakan formula:

SMA = (Transaksi Januari’08 sd Maret’08) Jumlah Bulan

Misalnya produk GRAND R-10, hasil ramalan sebesar 1.023 unit diperoleh dari perhitungan:

SMA = (Transaksi Januari’08 sd Maret’08) Jumlah Bulan

SMA = 780+990+1.300 3

SMA = 1.023 unit.

Dengan demikian, berdasarkan data analisis penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008, maka hasil peramalan menurut metode single moving averages di bulan April 2008 adalah sebesar 1.023 unit.

Dari Tabel 4.2. di atas, dapat dilihat adanya perbedaan hasil peramalan untuk masing-masing jenis produk dengan metode single moving averages di bulan April 2008 yaitu:

1. Terjadi selisih sebesar 597 unit atau 6 % untuk jenis produk GRAND R-10.

2. Terjadi selisih sebesar 663 unit atau 6.6 % untuk jenis produk GRAND R-10E.


(43)

3. Terjadi selisih sebesar 777 unit atau 7.8 % untuk jenis produk DELUXE D-10.

4. Terjadi selisih sebesar 790 unit atau 7.9 % untuk jenis produk DELUXE D-10E.

Berdasarkan hasil peramalan di atas, maka penggunaan metode single moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis lalu dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 menghasilkan penyimpangan yang cukup besar.

Berikut ini akan dilakukan pengujian peramalan permintaan barang dengan metode double moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis penjualan lalu yang digunakan adalah dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.3. akan ditunjukan hasil peramalan tersebut yaitu:

Tabel 4.3. Pengujian Metode Peramalan DMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008

Adapun cara menghitung hasil ramalan yaitu dengan menggunakan formula:

DMA = 2 (Transaksi Jan-08 sd Maret 08)


(44)

Misalnya produk Grand R-10, hasil ramalan sebesar 2.047 unit diperoleh dari perhitungan:

DMA = 2 (780 + 990 + 1.300) (3-1) (3)

DMA = 2.047 unit

Dengan demikian, berdasarkan data analisis penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008, maka hasil peramalan menurut metode double moving averages di bulan April 2008 adalah sebesar 2.047 unit.

Dari Tabel 4.3. di atas, dapat dilihat adanya perbedaan hasil ramalan untuk masing-masing jenis produk dengan metode double moving averages di bulan April 2008 yaitu:

1. Terjadi selisih sebesar 427 unit atau 4.3 % untuk jenis produk GRAND R-10.

2. Terjadi selisih sebesar 373 unit atau 3.7 % untuk jenis produk GRAND R-10E.

3. Terjadi selisih sebesar 127 unit atau 1.3 % untuk jenis produk DELUXE D-10.

4. Terjadi selisih sebesar 30 unit atau 0.3 % untuk jenis produk DELUXE D-10E.

Berdasarkan hasil peramalan di atas, maka penggunaan metode double moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis penjualan lalu dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 menghasilkan penyimpangan yang lebih kecil dibandingkan


(45)

dengan metode single moving averages. Pada Tabel 4.4. akan ditunjukkan hasil perbandingannya yaitu:

Tabel 4.4. Perbandingan Hasil Peramalan SMA dan DMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008

Dengan demikian, metode single moving averages menghasilkan penyimpangan yang lebih besar dibandingkan metode double moving averages jika perusahaan menggunakan data analisis lalu dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008, dimana jumlah penyimpangan dapat dilihat di Tabel 4.4. di atas.

Pada pengujian berikutnya, penulis akan mengubah analisis data penjualan lalu untuk mengetahui hasil peramalan dengan kedua metode tersebut.

Berikut ini akan dilakukan pengujian peramalan permintaan barang dengan metode single moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dan data analisis penjualan lalu yang digunakan adalah


(46)

dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.5. akan ditunjukan hasil peramalan tersebut yaitu:

Tabel 4.5. Pengujian Metode Peramalan SMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Februari 2008-Maret 2008

Dari Tabel 4.5. di atas, dapat dilihat adanya perbedaan hasil ramalan untuk masing-masing jenis produk dengan metode single moving averages di bulan April 2008 yaitu:

1. Terjadi selisih sebesar 475 unit atau 4.8 % untuk jenis produk GRAND R-10.

2. Terjadi selisih sebesar 520 unit atau 5.2 % untuk jenis produk GRAND R-10E.

3. Terjadi selisih sebesar 650 unit atau 6.5 % untuk jenis produk DELUXE D-10.

4. Terjadi selisih sebesar 665 unit atau 6.7 % untuk jenis produk DELUXE D-10E.

Berdasarkan hasil peramalan di atas, maka penggunaan metode single moving averages dalam meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis penjualan lalu dari bulan Februari 2008 sampai dengan


(47)

Maret 2008 menghasilkan penyimpangan yang lebih kecil dibandingkan jika menggunakan data analisis penjualan lalu dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.6. akan ditunjukkan perbandingannya yaitu:

Tabel 4.6. Perbandingan Penyimpangan SMA Dengan 2 Data Analisis Penjualan Lalu

Dari Tabel 4.6. di atas, dapat dilihat bahwa jika menggunakan analisis data penjualan lalu bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 akan menghasilkan penyimpangan (selisih) yang lebih kecil. Terjadi penyimpangan sebesar 0.01 antara analisis data penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 dengan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008.

Berikut ini akan dilakukan pengujian peramalan permintaan barang dengan metode double moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dan data analisis penjualan lalu yang digunakan adalah dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.7. akan ditunjukan hasil peramalan tersebut yaitu:


(48)

Tabel 4.7. Pengujian Metode Peramalan DMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Februari 2008-Maret 2008

Dari Tabel 4.7. di atas, dapat dilihat adanya perbedaan hasil ramalan untuk masing-masing jenis produk dengan metode double moving averages di bulan April 2008 yaitu:

1. Terjadi selisih sebesar 2.960 unit atau 29.6 % untuk jenis produk GRAND R-10.

2. Terjadi selisih sebesar 3.020 unit atau 30.2 % untuk jenis produk GRAND R-10E.

3. Terjadi selisih sebesar 2.440 unit atau 24.4 % untuk jenis produk DELUXE D-10.

4. Terjadi selisih sebesar 1.990 unit atau 19.9 % untuk jenis produk DELUXE D-10E.

Berdasarkan hasil peramalan di atas, maka penggunaan metode double moving averages dalam meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis penjualan lalu dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 menghasilkan penyimpangan yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan data analisis penjualan lalu dari bulan Januari 2008 sampai


(49)

dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.8. akan ditunjukkan perbandingannya yaitu:

Tabel 4.8. Perbandingan Penyimpangan DMA Dengan 2 Data Analisis Penjualan Lalu

Dari Tabel 8. di atas, dapat dilihat bahwa jika menggunakan analisis data penjualan lalu bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 akan menghasilkan penyimpangan (selisih) yang lebih besar, dimana penyimpangan antara analisis data penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 dengan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.8. di atas.

Berdasarkan hasil peramalan di atas, maka penggunaan metode double moving averages untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008 dengan data analisis penjualan lalu dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 menghasilkan penyimpangan yang lebih besar dibandingkan dengan metode single moving averages. Pada Tabel 4.9. akan ditunjukkan hasil perbandingannya yaitu:


(50)

Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Peramalan SMA dan DMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Februari 2008-Maret 2008

Dengan demikian, metode double moving averages menghasilkan penyimpangan yang lebih besar dibandingkan metode single moving averages jika perusahaan menggunakan data analisis lalu dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 untuk meramalkan permintaan barang di bulan April 2008, dimana jumlah penyimpangan dapat dilihat di Tabel 4.9. di atas.

Agar perusahaan dapat memenuhi kebutuhan barang dari pelanggan, perusahaan perlu merencanakan pembelian berdasarkan hasil dari kedua metode peramalan. Berikut ini akan dianalisis perencanaan pembelian di bulan April 2008 berdasarkan metode peramalan single moving averages dengan data analisis penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.10. akan ditunjukan hasil perencanaan pembelian tersebut yaitu:


(51)

Tabel 4.10. Hasil Perencanaan Pembelian Metode SMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008

Sisa stok diperoleh dari sisa stok April 2008 ditambah jumlah penjualan di bulan April 2008. Hal ini disebabkan data analisis penjualan lalu yang dihitung adalah dari Januari 2008 sampai dengan Maret 2008. Jumlah yang perlu dibeli diperoleh dari pengurangan sisa stok dengan hasil peramalan.

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa:

1. Untuk produk GRAND R-10, sisa stok tinggal 1.630 unit, hasil peramalan adalah sebesar 1.023 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah 0 unit. 2. Untuk produk GRAND R-10E, sisa stok tinggal 1.790 unit, hasil

peramalan adalah sebesar 1.037 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.

3. Untuk produk DELUXE D-10, sisa stok tinggal 1.690 unit, hasil peramalan adalah sebesar 903 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.


(52)

4. Untuk produk DELUXE D-10E, sisa stok tinggal 1.620 unit, hasil peramalan adalah sebesar 760 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.

5. Oleh karena sisa stok semua produk telah melewati hasil ramalan, maka perusahaan tidak perlu merencanakan pembelian.

Berikut ini akan dianalisis perencanaan pembelian barang di bulan April 2008 berdasarkan metode peramalan single moving averages dengan data analisis penjualan lalu bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.11. akan ditunjukan hasil perencanaan pembelian tersebut yaitu:

Tabel 4.11. Hasil Perencanaan Pembelian Metode SMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Februari 2008-Maret 2008

Jumlah yang perlu dibeli diperoleh dari pengurangan sisa stok dengan hasil peramalan. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa:

1. Untuk produk GRAND R-10, sisa stok tinggal 1.630 unit, hasil peramalan adalah sebesar 1.145 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.


(53)

2. Untuk produk GRAND R-10E, sisa stok tinggal 1.790 unit, hasil peramalan adalah sebesar 1.180 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.

3. Untuk produk DELUXE D-10, sisa stok tinggal 1.620 unit, hasil peramalan adalah sebesar 1.030 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.

4. Untuk produk DELUXE D-10E, sisa stok tinggal 470 unit, hasil peramalan adalah sebesar 885 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit.

5. Oleh karena sisa stok semua produk telah melewati hasil ramalan, maka perusahaan tidak perlu merencanakan pembelian.

Berdasarkan hasil perencanaan pembelian menurut metode peramalan single moving averages untuk 2 data analisis penjualan lalu yang berbeda yaitu antara bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 dengan bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008, maka menghasilkan perencanaan pembelian barang yang sama yaitu sebesar 0 unit. Dengan demikian, menurut hasil peramalan metode single moving averages, perusahaan tidak perlu merencanakan pembelian karena sisa stok melebihi hasil peramalan permintaan barang.

Berikut ini akan dianalisis perencanaan pembelian barang di bulan April 2008 berdasarkan metode peramalan double moving averages dengan data analisis penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.12. akan ditunjukan hasil perencanaan pembelian tersebut yaitu:


(54)

Tabel 4.12. Hasil Perencanaan Pembelian Metode DMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa:

1. Untuk produk GRAND R-10, sisa stok tinggal 1.630 unit, hasil peramalan adalah sebesar 2.047 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 417 unit.

2. Untuk produk GRAND R-10E, sisa stok tinggal 1.790 unit, hasil peramalan adalah sebesar 2.073 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 283 unit.

3. Untuk produk DELUXE D-10, sisa stok tinggal 1.690 unit, hasil peramalan adalah sebesar 1.807 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 117 unit.

4. Untuk produk DELUXE D-10E, sisa stok tinggal 1.620 unit, hasil peramalan adalah sebesar 1.520 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 0 unit, karena sisa stok melebihi hasil peramalan.

Berikut ini akan dianalisis perencanaan pembelian barang di bulan April 2008 berdasarkan metode peramalan double moving averages dengan data analisis penjualan lalu bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008. Pada Tabel 4.13. akan ditunjukan hasil perencanaan pembelian tersebut yaitu:


(55)

Tabel 4.13. Hasil Perencanaan Pembelian Metode DMA Dengan Analisis Data Penjualan Bulan Februari 2008-Maret 2008

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa:

1. Untuk produk GRAND R-10, sisa stok tinggal 1.630 unit, hasil peramalan adalah sebesar 4.580 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 2.950 unit.

2. Untuk produk GRAND R-10E, sisa stok tinggal 1.790 unit, hasil peramalan adalah sebesar 4.720 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 2.930 unit.

3. Untuk produk DELUXE D-10, sisa stok tinggal 1.690 unit, hasil peramalan adalah sebesar 4.120 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 2.430 unit.

4. Untuk produk DELUXE D-10E, sisa stok tinggal 1.620 unit, hasil peramalan adalah sebesar 3.540 unit dan jumlah yang perlu dibeli adalah sebesar 1.920 unit.

Berdasarkan hasil perencanaan pembelian menurut metode peramalan double moving averages untuk 2 data analisis penjualan lalu yang berbeda yaitu antara bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 dengan bulan


(56)

Februari 2008 sampai dengan Maret 2008, maka perencanaan pembelian berdasarkan data analisis penjualan lalu bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 akan menghasilkan jumlah pembelian yang lebih besar. Pada Tabel 4.14 akan ditunjukkan perbandingannya.

Tabel 4.14. Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Metode DMA Dengan 2 Data Analisis Penjualan Lalu

Dari Tabel 4.14 di atas, dapat dilihat terdapat perbedaan perencanaan pembelian dengan analisis data penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 dan bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008.

Berikut ini akan dilakukan perbandingan jumlah pembelian di bulan April 2008 menurut metode peramalan single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu yang dianalisis yaitu dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 seperti pada Tabel 4.15. berikut:

Tabel 4.15. Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Metode SMA dan DMA Dengan Data Analisis Penjualan Lalu Bulan


(57)

Berdasarkan perbandingan jumlah pembelian menurut metode single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu dari bulan Januari 2008 sampai Maret 2008, maka diketahui metode single moving averages menghasilkan jumlah perencanaan pembelian barang yang sesuai dibandingkan dengan metode double moving averages. Hal ini disebabkan menurut hasil peramalan metode single moving averages, perusahaan tidak perlu lagi membeli barang karena sisa stok barang sudah mencukupi hasil ramalan.

Berikut ini akan dilakukan perbandingan jumlah pembelian di bulan April 2008 menurut metode peramalan single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu yang dianalisis yaitu dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 seperti pada Tabel 4.16. berikut:

Tabel 4.16. Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Metode SMA dan DMA Dengan Data Analisis Penjualan Lalu Bulan

Feb’08-Maret’08

Berdasarkan perbandingan jumlah pembelian antara metode single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu dari bulan Februari 2008 sampai Maret 2008, metode single moving averages


(58)

juga menghasilkan jumlah perencanaan pembelian barang yang sesuai dibandingkan dengan metode double moving averages.

Dari analisa yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil peramalan permintaan barang akan datang dari metode single moving averages dan double moving averages sangat tergantung pada data penjualan lalu yang dianalisis.

2. Walaupun dengan data analisis penjualan lalu yang berbeda, penggunaan metode single moving averages menghasilkan jumlah perencanaan pembelian barang yang sesuai dibandingkan dengan metode double moving averages. Hal ini disebabkan menurut hasil peramalan metode single moving averages, perusahaan tidak perlu membeli barang karena sisa stok barang sudah mencukupi hasil ramalan.

3. Dengan demikian, perusahaan dapat memilih metode single moving averages untuk meramalkan penjualan akan datang dalam perencanaan pembelian, karena lebih menghasilkan keakuratan peramalan.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PT. Gunung Sibayak Medan belum menerapkan metode peramalan dalam menentukan permintaan barang akan datang.

2. Dalam menentukan permintaan barang akan datang, perusahaan menggunakan data penjualan terakhir sebagai acuan.

3. Berdasarkan hasil analisa penelitian, diperoleh bahwa:

a. Hasil peramalan permintaan barang akan datang dari metode single moving averages dan double moving averages sangat tergantung pada data penjualan lalu yang dianalisis.

b. Metode peramalan single moving averages lebih sesuai dengan kondisi permintaan barang perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran guna memecahkan persoalan yang dihadapi perusahaan, yang juga mungkin berguna bagi semua pihak. Adapun saran-saran yang penulis kemukakan terhadap perusahaan ini adalah:


(60)

1. PT. Gunung Sibayak Medan perlu menerapkan metode peramalan single moving averages dan double moving averages dalam menentukan permintaan barang akan datang untuk lebih mudah menentukan kondisi/permintaan barang akan datang dan melakukan perencanaan pembelian yang sesuai kebutuhan.

2. Perusahaan hendaknya tidak menganggap penjualan terakhir sebagai acuan permintaan barang akan datang karena tidak dapat mencerminkan pola penjualan perusahaan.

3. Perusahaan dapat memilih metode single moving averages untuk meramalkan penjualan akan datang dalam perencanaan pembelian, karena lebih menghasilkan keakuratan peramalan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana, Indonesia.

Baridwan, Zaki, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi-5, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Bodnar, George H, 2006, Sistem Akuntansi, Ahli Bahasa Julianto Agung Saputra

dan Lilis Setiawati, Edisi-9, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Fakhrudin, Muhammad, 2003, Analisis Bisnis Terpadu, Edisi-1, Cetakan Ke-1, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Halim, Abdul dan Supomo, Bambang, 2005, Akuntansi Manajemen, Cetakan Ke-15, BPFE,Yogyakarta.

Hansen dan Mowen, 2005, Management Accounting, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Edisi-7, Buku-2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Indrajit, Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003, Manajemen Persediaan, Penerbit PT. Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 3, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sugiri, Selamat, 2002, Akuntansi Manajemen, Penerbit UPP YPKN, Yogyakarta.

Umar, Husein. 2001, Metode Penelitian, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi.


(1)

Februari 2008 sampai dengan Maret 2008, maka perencanaan pembelian berdasarkan data analisis penjualan lalu bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 akan menghasilkan jumlah pembelian yang lebih besar. Pada Tabel 4.14 akan ditunjukkan perbandingannya.

Tabel 4.14. Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Metode DMA Dengan 2 Data Analisis Penjualan Lalu

Dari Tabel 4.14 di atas, dapat dilihat terdapat perbedaan perencanaan pembelian dengan analisis data penjualan lalu bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 dan bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008.

Berikut ini akan dilakukan perbandingan jumlah pembelian di bulan April 2008 menurut metode peramalan single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu yang dianalisis yaitu dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 seperti pada Tabel 4.15. berikut:

Tabel 4.15. Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Metode SMA dan DMA Dengan Data Analisis Penjualan Lalu Bulan


(2)

Berdasarkan perbandingan jumlah pembelian menurut metode single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu dari bulan Januari 2008 sampai Maret 2008, maka diketahui metode single moving averages menghasilkan jumlah perencanaan pembelian barang yang sesuai dibandingkan dengan metode double moving averages. Hal ini disebabkan menurut hasil peramalan metode single moving averages, perusahaan tidak perlu lagi membeli barang karena sisa stok barang sudah mencukupi hasil ramalan.

Berikut ini akan dilakukan perbandingan jumlah pembelian di bulan April 2008 menurut metode peramalan single moving averages dan double moving averages dengan data penjualan lalu yang dianalisis yaitu dari bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2008 seperti pada Tabel 4.16. berikut:

Tabel 4.16. Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Metode SMA dan DMA Dengan Data Analisis Penjualan Lalu Bulan


(3)

juga menghasilkan jumlah perencanaan pembelian barang yang sesuai dibandingkan dengan metode double moving averages.

Dari analisa yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil peramalan permintaan barang akan datang dari metode single moving averages dan double moving averages sangat tergantung pada data penjualan lalu yang dianalisis.

2. Walaupun dengan data analisis penjualan lalu yang berbeda, penggunaan metode single moving averages menghasilkan jumlah perencanaan pembelian barang yang sesuai dibandingkan dengan metode double moving averages. Hal ini disebabkan menurut hasil peramalan metode single moving averages, perusahaan tidak perlu membeli barang karena sisa stok barang sudah mencukupi hasil ramalan.

3. Dengan demikian, perusahaan dapat memilih metode single moving averages untuk meramalkan penjualan akan datang dalam perencanaan pembelian, karena lebih menghasilkan keakuratan peramalan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PT. Gunung Sibayak Medan belum menerapkan metode peramalan dalam menentukan permintaan barang akan datang.

2. Dalam menentukan permintaan barang akan datang, perusahaan menggunakan data penjualan terakhir sebagai acuan.

3. Berdasarkan hasil analisa penelitian, diperoleh bahwa:

a. Hasil peramalan permintaan barang akan datang dari metode single moving averages dan double moving averages sangat tergantung pada data penjualan lalu yang dianalisis.

b. Metode peramalan single moving averages lebih sesuai dengan kondisi permintaan barang perusahaan.


(5)

1. PT. Gunung Sibayak Medan perlu menerapkan metode peramalan single moving averages dan double moving averages dalam menentukan permintaan barang akan datang untuk lebih mudah menentukan kondisi/permintaan barang akan datang dan melakukan perencanaan pembelian yang sesuai kebutuhan.

2. Perusahaan hendaknya tidak menganggap penjualan terakhir sebagai acuan permintaan barang akan datang karena tidak dapat mencerminkan pola penjualan perusahaan.

3. Perusahaan dapat memilih metode single moving averages untuk meramalkan penjualan akan datang dalam perencanaan pembelian, karena lebih menghasilkan keakuratan peramalan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana, Indonesia.

Baridwan, Zaki, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi-5, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Bodnar, George H, 2006, Sistem Akuntansi, Ahli Bahasa Julianto Agung Saputra

dan Lilis Setiawati, Edisi-9, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Fakhrudin, Muhammad, 2003, Analisis Bisnis Terpadu, Edisi-1, Cetakan Ke-1, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Halim, Abdul dan Supomo, Bambang, 2005, Akuntansi Manajemen, Cetakan Ke-15, BPFE,Yogyakarta.

Hansen dan Mowen, 2005, Management Accounting, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Edisi-7, Buku-2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Indrajit, Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003, Manajemen Persediaan, Penerbit PT. Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 3, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sugiri, Selamat, 2002, Akuntansi Manajemen, Penerbit UPP YPKN, Yogyakarta.

Umar, Husein. 2001, Metode Penelitian, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.