Konseptual Kerangka Teoritis dan Konseptual

I. PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi tinjauan umum tentang hukum acara pidana dan tinjauan umum tentang pembuktian, dan tindak pidana bidang komputer. III. METODE PENELITIAN Pada bab ini memuat metode yang digunakan dalam penulisan yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu mengenai perumusan locus dan tempus delicti surat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam perkara tindak pidana penyalahgunaan kartu kredit dan hambatan yang dialami Jaksa Penuntut Umum dalam perumusan locus dan tempus delicti surat dakwaan dalam perkara penyalahgunaan kartu kredit. V. PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisi simpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tempat dan Waktu Tindak Pidana

Locus delicti adalah tempat terjadinya tindak pidana, sedangkan yang dimaksud dengan tempus delicti adalah waktu terjadinya suatu tindak pidana. Untuk menentukan locus delicti dan tempus delicti tidaklah mudah. Namun walaupun demikian, penyebutan secara tegas mengenai kedua hal ini sangat berperan penting bagi berbagai permasalahan yang terdapat dalam bidang hukum pidana. Meskipun locus delicti dan tempus delicti ini tidak ada ketentuannya di dalam KUHP, locus dan tempus delicti tetap perlu diketahui. Locus delicti perlu diketahui untuk : 1 Menentukan apakah hukum pidana Indonesia tetap berlaku terhadap perbuatan pidana tersebut atau tidak, ini berhubungan dengan Pasal 2-8 KUHP 2 Menentukan kejaksaan dan pengadilan mana yang harus mengurus perkaranya, ini berhubungan dengan kompetensi relatif. 16 Menurut Van Hamel yang dianggap sebagai locus delicti adalah: 1 Tempat di mana seorang pelaku itu telah melakukan sendiri perbuatannya. 2 Tempat di mana alat yang telah dipergunakan oleh seorang pelaku itu bekerja. 16 PAF Lamintang, Op., Cit., hlm 180