53 pengarah pada mall,cahaya ini juga membantu pengunjung untuk memfokuskan
orientasi kedalam bangunan. Beberapa jenis penyinaran disesuaikan dengan lux yang akan di
capai,sebagai contoh pada penyinaran tanaman yang menggantikan sinar dari matahari. Untuk pemakaiannya membutuhkan 200 hingga 500 lux dengan operasi
manual secara berkesinambungan.
3.6. Teknis Penghawaan
Sistem penghawaan yang diterapkan pada One Stop Entertainment Mall ini menerapkan jenis penghawaan buatan , yaitu penghawaan yang menggunakan
berupa AC Air Conditioning dengan penggunaan dua jenis AC , yaitu AC Split System dan AC Central Unit. AC Central dipergunakan pada area public,seperti :
area market area buku
area outlet area kecantikan
area permainan area bermain
area movie area food court
area cafe dan resto area pusat jajanan dan oleh-oleh
area tanaman area penghijauan
area informasi toilet
area tempat penukaran uang area ATM center
sedangkan pada jenis AC Split System,digunakan pada area semi public,area service dan area office,seperti :
Gambar 13.AC Diffuser grill 60 Sumber :
www.google.com
54
Area Semi Public
area retail area asessories
area suvenir area pusat kerajinan
Area Service
area kolam ikan area parkir
gudang toilet karyawan
area musholla dan tempat wudhu
Area Office area kantor pusat manajement
area kantor pengelola infrastruktur bangunan area kantor keamanan
area bank dan kantor asuransi
Pemanfaatan penghawaan tidak hanya berpusat pada pemakaian AC,tetapi pada pemanfaatan atrium,yang secara tidak langsung udara luar dapat masuk
kedalam mall tersebut. Dengan system buka tutup,hal ini digunakan untuk mengantisipati ketika kondisi diluar hujan.
3.7. Konsep Sirkulasi
Sirkulasi merupakan ruang atau area sebagai alur jalannya pengunjung dan pengguna lainnya, yang diharapkan mempunyai jarak yang sesuai dengan standar
pedoman interior. Sirkulasi merupakan akses lalu-lalang sesuai kebutuhannya dalam melakukan aktivitas yang bervariasi dalam bangunan.
Sirkulasi pada One Stop Entertainment Mall bisa dilihat dari setiap unit tenant-tenant yang menghadap ke jalur sirkulasi utama,sehingga setiap unit
tenantnya akan menjadi strategis. Ukuran tiap-tiap unit tenant juga besar diatas 64m
2
dengan lebar umum minimum 3m tiap unit. Sehingga para penyewa dapat mendisplay barang dagangan mereka dengan baik,seperti pada gambar dibawah
ini.
Gambar 14.AC Split System Sumber :
www.google.com
55 Jarak sirkulasi zona 1 dengan ditandai warna merah,menandakan antara
eskalator dengan tenant,serta pada zona 2 dengan warna biru antara tangga dengan tenant sirkulasinya mencapai 4,9 m. Sedangkan pada zona 3 dengan ditandai
warna biru,antara eskalator dengan tenant sirkulasinya mencapai 5,1 m dan pada zona 4 dengan ditandai warna kuning,menandakan antara lift barang serta tangga
darurat sirkulasinya mencapai 2,5 m,hal ini berlaku pada setiap lantai berikutnya. Semua itu dilakukan untuk menghindari crowd penumpukan orang.
Untuk bentukan sirkulasi pada One Stop Entertainment Mall menerapkan beberapa bentukan diantaranya ada lima bentukan mall yaitu bentukan
linier,”T”,”L”,setengah lingkaran dan gabungan dari ke empat bentukan lainnya. Bentukan-bentukan tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing
yaitu untuk menarik minat pengunjung yang datang terhadap area pusat perbelanjaan dan bentukan tersebut disesuaikan dengan sirkulasi dari denah mall
tersebut. Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat saling mendukung
terjadinya aliran pengunjung yang merata disepanjang mall,dengan penerapan
Gambar 15.Sirkulasi Zona pada lantai Ground Floor Sumber : dokumen pribadi
56 bentukan seperti diatas yang antara tenant satu dengan tenant lainnya cukup
diberikan ruang sirkulasi yang luas. Sehingga terhindar dari crowd yaitu menurut Le Bon istilah kerumunan yang berarti sejumlah individu yang berkumpul
bersama, namun dari segi psikologis istilah kerumunan mempunyai makna sekumpulan orang yang mempunyai ciri baru yang berbeda yaitu berhaluan sama
dan kesadaran perseorangan lenyap dan terbentuknya satu makhluk tunggal kerumunan terorganisasi organized crowd atau kerumunan psikologis
psychological crowd. The Crowd-A study of the Popular Mind, 1985,La
Foule,.
8
BAB II ONE STOP ENTERTAINMENT MALL dI BANDUNG
2.1. Definisi Judul ‘One Stop Entertainment Mall’
Mall,terdapat beberapa pengertian yang menyangkut tentang mall seperti :
Menurut Harvey M Rubenstein dalam Aji Bangun 1994 ”...Traditionally the word ’Mall’ has mean an area usually lined with shade trees and used as a public
walk or promenade... ”
”...Secara tadisional kata mal dapat diartikan sebagai suatu daerah berbentuk memanjang yang dinaungi oleh pohon-pohon dan biasanya untuk jalan-
jalan...”
Jadi,mall dapat diartikan sebagai suatu ruang memanjang yang berfungsi sebagai tempat berbelanja bagi pejalan kaki, yang terbentuk oleh deretan
pertokoan yang berorientasi ke arah ruang atau mall. Sedangkan, One Stop Entertainment Mall memiliki pengertian yaitu suatu tempat yang memiliki
fasilitas one stop service, hal tersebut berarti dalam satu tempat,pelayanan yang diberikan Mall One Stop Entertainment tidak terbatas pada fasilitas wisata belanja
saja,seperti department store,the zone book store,area shopping center ,factory outlet. Tetapi juga disini menyediakan fasilitas wisata kuliner yang memberikan
unsur kekhasan makanan bandung,wisata bahari yang lebih mengarah kepada permainan,serta memasukan unsur agro wisata didalamnya. Sehingga dengan
hadirnya One Stop Entertainment Mall dapat memberikan sesuatu yang beda terhadap mall-mall yang lain dan diharapkan dapat memenuhi dan melayani
berbagai kebutuhan masyarakat akan pusat belanja dan hiburan.
2.1.1 Sejarah Perkembangan Konsep penyatuan tempat berjualan di satu kompleks sendiri sesungguhnya
telah dipraktekkan jauh sebelumnya di Teheran, Iran sejak abad ke-10 dan Istanbul, Turki abad ke-
15 yang disebut dengan „grand bazaar’. Pada waktu itu,
9 para pedagang membangun kios-kiosnya di plaza terbuka atau koridor jalan yang
saling berdekatan. Lalu pada abad ke-18 berkembang konsep ’shopping center’
dan ’shopping arcade’ dengan bentuk kompleks retail yang terbuka open-air
retail complex yang mulai menawarkan kenyamanan bagi para pengunjung. Konsep ini banyak digunakan di Australia dan Eropa misal Galleria Vittorio
Emmanuelle di Milan yang dibangun pada 1860-an. Endra Saleh Atmawidjaja Msc.DEA
Berbeda dengan konsep sebelumnya, maka mall sebagai kompleks retail dengan struktur tertutup pertama kali diperkenalkan di Amerika Utara pada tahun
1915-an di Minnesota. Konsep indoor mall semakin populer pasca perang dunia ke-2 1950-an, misalnya Northgate Mall di Seattle dan Southdale Center di
Minnesota. Dalam perkembangan selanjutnya konsep mall dengan struktur tertutup ini lebih diterima di negara-negara tropis seperti Singapura, Malaysia dan
Indonesia. Endra Saleh Atmawidjaja Msc.DEA
Kota-kota Indonesia sendiri mulai mengadopsi konsep indoor mall sejak akhir tahun 1970-an, seperti Ratu Plaza dan Aldiron Plaza di Jakarta, Medan Plaza
di Medan, dan Tunjungan Plaza di Surabaya, dan terus berlanjut hingga kini. Pada era otonomi daerah dewasa ini, multiplikasi pembangunan mall cukup
mencengangkan, dimana hampir setiap kota menengah dan besar di tanah air memiliki plaza, mall, town square dan sejenisnya sebagai simbol modernisme
sebuah kota. Endra Saleh Atmawidjaja Msc.DEA
2.1.2 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
a Dilihat dari luas areal pelayanan berdasarkan U.L.I standar Shopping
Centers,Planning,Development dan Administration,Edgar lion P.Eng.
Regional Shopping Centers Luas areal antara 27.870
– 92.900 m
2
,terdiri dari 2 atau lebih yang seukuran dengan department store. Skala pelayanan antara 150.000
– 400.000
10 penduduk,terletak pada
lokasi yang strategis,tergabung dengan
lokasi perkantoran,rekreasi dan seni.
Community Shopping Centre
Luas areal antara 9.290 – 23.225 m
2
,terdiri atas junior department store,supermarket dengan jangkauan pelayanan antara 40.000
– 150.000 penduduk,terletak pada lokasi mendekati pusat-pusat kota wilayah.
Neigbourhood Shopping Centre
Luas areal antara 2.720 – 9.290 m
2
. Jangkauan pelayanan antara 5.000 – 40.000
penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket,berada pada suatu lingkungan tertentu.
b Dilihat dari jenis barang yang dijual Design for Shopping Centers,1982, Nadine
Beddington.
Demand permintaan,yaitu menjual kebutuhan sehari-hari yang juga merupakan kebutuhan pokok.
Semi Demand setengah permintaan,yaitu yang menjual barang-barang
untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Implus barang yang menarik,yaitu yang menjual barang-barang mewah yang menggerakan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
Drugery,yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun,parfum
dan lain-lain.
2.1.3 Elemen-elemen Mall
Elemen-elemen yang terdapat dalam Mall dapat dijabarkan sebagai berikut Aji Bangun,1994, Harvey M Rubenstein :
11
A. Atrium
Sutejo dalam Bangun 1990 memberikan pengertian bahwa atrium merupakan ruang kosong yang secara horisontal diapit oleh lapisan-lapisan lantai
di lantai kedua atau lebih sisi-sisinya, dengan ketinggian dua lapis lantai atau lebih yang mendapat terang alami siang hari dan menjadi pusat orientasi
bangunan. Untuk bangunan-bangunan modern, terutama bangunan komersial, seperti pertokoan, perkantoran, hotel, sering membutuhkan atrium sebagai daya
tarik dalam perancangan eksterior maupun interior. Begitupula dengan mal dengan bentuk tertutup enclosed, atrium memegang peranan yang sangat
penting.
B. Magnet Sekunder
Toko merupakan salah satu bagian terpenting dari Mal yang dapat dianggap sebagai ‟distrik‟ pada pusat perbelanjaan. Penempatan toko erat kaitannya dengan
magnet primer crowd dan ruang public terbuka sebagai daya tarik utama dalam pusat perbelanjaan tersebut. Sebelum pengunjung mencapai magnet primer, arus
pengunjung diarahkan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya melewati toko-toko kecil.
C. Magnet primer
Magnet merupakan transformasi dari ‟node‟ kota, yang berfungsi sebagai titik
konsentrasi, dapat juga sebagai landmark. Perwujudannya dapat berupa crowd
atau plaza. Penempatan magnet primer atau anchor mal terletak pada setiap pengakhiran koridor sedangkan pada plaza ditekankan di lantai atas dan basement
dalam hubungan vertikal Aji Bangun,1994, Harvey M Rubenstein.
12
D. Koridor
Merupakan ruang yang digunakan untuk berjalan kaki. Koridor terbagi
menjadi dua macam, antara lain :
1. Koridor Utama
Merupakan orientasi dari toko-toko yang ada di sepanjang toko-toko tersebut dengan lebar sekitar 15 meter.
2. Koridor Tambahan Sekunder
Merupakan koridor yang terletak pada sepanjang koridor utama, yang memudahakan pencapaian dari area parkir dan mempersingkat jarak entrance bila
terjadi keadaan darurat. Koridor sekunder ini berhubungan dengan magnet primer tapi bisa juga tidak berhubungan. Lebar minimal untuk koridor sekunder adalah 6
meter.
E. Street Furniture
Merupakan elemen desain yang melengkapi keberadaan suatu jalan, yang berintegrasi dengan pohon, antara lain berupa lampu jalan, patung, desain grafik,
kolam, tempat duduk, pot taman, tempat sampah dan lain-lain
2.2. Tinjauan Nama Proyek