Menjahit Akta Tinjauan Hukum mengenai Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam Peralihan Hak atas Tanah terhadap Warga Negara Asing dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
7. Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB yang telah divalidasi;
8. Izin pemindahan hak apabila didalam sertifikatkeputusannya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa hak tersebut hanya
dapat dipindahtangankan jika telah diperoleh ijin dari instansi berwenang;
9. Izin pemanfaatan tanah untuk badan hukum. Proses untuk mengurus peralihan hak atas tanah, persyaratan
umumnya meliputi :
65
1. Formulir permohonan yang diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya diatas materai cukup;
2. Surat kuasa bila dikuasakan; 3. Fotokopi identitas KTP, KK pemohon dan kuasa bila
dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket;
4. Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket dan penyerahan bukti SSB
BPHTB; 5. Melampirkan bukti SSPPPh sesuai ketentuan.
Selain itu, PPAT wajib mengirim laporan bulanan mengenai semua akta yang dibuatnya, yang diambil dari buku daftar akta PPAT kepada Kepala Kantor
Pertanahan dan Kepala Kantor Wilayah selambat-lambatnya tanggal 10 sepuluh setiap bulannya.
65
Ibid
BAB IV
ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH
TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG
PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Terhadap Kepemilikan Tanah dan Bangunan Bagi Warga Negara Asing di Indonesia
1. Kepemilikan Tanah dan Bangunan bagi Warga Negara Asing di
Indonesia
Berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42 UUPA yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai atas tanah, maka WNA yang berkedudukan di Indonesia atau
Badan Hukum Asing selanjutnya disebut BHA yang memiliki perwakilan di Indonesia hanya diberi Hak Pakai HP.
Dengan demikian tidak dibenarkan WNA atau BHA memiliki tanah dan bangunan dengan status Hak Milik. Hubungan hukum antara
WNI maupun WNA, serta perbuatan hukum mengenai tanah di Indonesia diatur dalam UUPA.
Pasal 9 UUPA menyatakan hanya orang Indonesia sajalah yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air
64