Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis dan Konseptual

a. Perlindungan hukum yang tepat bagi korban penelantaran dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri atupun anak b. Faktor penghambat pelaksanaan penegakan perlindungan hukum bagi korban tindak penelantaran dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami.

2. Kegunaaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum pidana dalam memberikan perlindungan hukum, faktor penyebab, penanggulangan dan faktor penghambat penanggulangan tindak penelantaran dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami dilihat menurut Undang-Undang tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai bahan informasi bagi semua pihak tentang bentuk perlindungan hukum dan faktor penghambat penanggulangan penelantaran menurut Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap korban penelantaran oleh suami ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih dan menjadi sumbangan pengetahuan khusus yang berkenaan dengan kasus penelantaran dalam rumah tangga.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep yang merupakan abstraksasi dari hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan bagi peneliti. 7 Perlindungan terhadap korban menurut Barda Nawawi Arief dapat dilihat dari dua makna: 8 a. Perlindungan hukum untuk tidak menjadi korban tindak pidana lagi berarti perlindungan Hak Asasi Manusia HAM atau kepentingan seseorang. b. Perlindungan untuk memperoleh jaminansantunan hukum atas penderitaan atau kerugian orang yang telah menjadi korban tindak pidana jadi identik dengan penyantunan korban. Bentuk santunan ini dapat berupa pemulihan nama baik rehabilitasi, pemulihan keseimbangan batin antara lain dengan pemaafan, pemberian ganti kerugian restitusi, kompensasi, jaminan atau santunan kesejahteraan sosial, dan sebagainya. Adapun hak-hak korban tindak pidana menurut Arif Gosita: 9 a. Korban mendapat ganti kerugian atas penderitaannya. Pemberi ganti kerugian tersebut haruslah disesuaikan dengan kemampuan memberi kerugian dari pihak pelaku dan taraf keterlibatan pihak korban dalam terjadinya kejahatan dan delikuensi tersebut; b. Korban menolak restitusi untuk kepentingan pelaku tidak mau diberi restitusi karena tidak memerlukan; c. Korban mendapat restitusi atau kompensasi untuk ahli warisnya, apabila pihak korban meninggal dunia karena tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku; d. Korban mendapat pembinaan dan rehabilitasi; e. Korban mendapatkan hak miliknya kembali; f. Korban mendapat perlindungan dari ancaman pihak pelaku bila melaporkan tindak pidana yang menimpa dirinya, dan apabila menjadi saksi atas tindak pidana tersebut. Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor penghambat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto mengenai penghambat penegakan hukum, yaitu: a. Faktor hukumnya sendiri Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat. b. Faktor penegak hukum 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3, Jakarta: UI. Press, 1986, hlm. 125. 8 Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakkan Hukum Dan Kebijakan Penangulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung: 2001, hlm. 56 9 Arif Gosita. Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Presindo, 1993. Penegak hukum mempunyai kedudukan status dan peranan role. Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan pemegang peranan role occupant. Suatu hak sebenarnya wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas. c. Faktor sarana atau fasilitas Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya. d. Faktor masyarakat Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. e. Faktor kebudayaan Kebudayaan sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari 10 Hukum pidana bertujuan untuk menegakkan keadilan dan berdasarkan prinsip bahwa tidak ada penghukuman tanpa adanya kesalahan Geen straf zonder schuld. Dasar hukum perlindungan terhadap korban penelantaran oleh suami dalam rumah tangga adalah Pasal 9, Pasal 49, Pasal 50 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berisikan mengenai pengertian tindak penelantaran dalam rumah tangga, hal-hal apa saja yang dapat dikatakan sebagai tindakan penelantaran dalam rumah tangga, serta penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak penelantaran dalam rumah tangga. Namun korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau AdvokatPengacara untuk melaporkan tindak penelantaran ke Kepolisian Pasal 26 ayat 2. Jika yang menjadi korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh atau anak yang bersangkutan Pasal 27. Adapun mengenai sanksi tindak pidana lainnya dalam pelanggaran Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang KDRT diatur dalam 10 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bandung: Bina Cipta, 1983, hlm.34-35, 40. Bab VIII mulai dari pasal 44 sampai dengan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang KDRT.

2. Konseptual

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

4 67 98

Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Perilaku Rumah Tangga Dalam Penggunaan Monosodium Glutamat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Tahun 2002

1 39 72

Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Minyak Goreng di Desa Orika Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2004

1 41 84

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

4 108 164

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Faktor-faktor Penyebab Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Korban” (Studi Kasus Pada 3 Orang Korban KDRT yang Ditangani oleh Yayasan Pusaka Indonesia dan PKPA).

6 93 106

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Di Dusun V Desa Sambi Rejo Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2008

0 41 50

Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga

1 44 101

Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan

0 35 85