Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

(1)

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA

BANGUN I KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:

MARTHA VERONICA SIHOMBING 121021034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA

BANGUN I KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MARTHA VERONICA SIHOMBING 121021034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

ABSTRAK

Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius, mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Risiko terjadinya GAKI pada seseorang dapat dimulai dari masa kehamilan hingga orang dewasa yang menyebabkan kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan serta risiko yang paling dikenal adalah pembesaran kelenjar gondok yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan metode cross sectional dan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara alokasi proporsional. Dengan jumlah populasi penelitian sebanyak 424 orang dan sampel sebanyak 81 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan garam beriodium dalam kategori baik yaitu sebanyak 61 orang (75,3%). Sikap responden juga berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 orang (48,1%), begitupun dengan tindakan berada pada tingkat cukup yaitu sebanyak 57 orang (70,4%).

Dari hasil penelitian disarankan supaya ibu rumah tangga tetap menggunakan garam beriodium dan memperbaiki cara penggunaan garam beriodium dalam proses pengelolaan garam beriodium.


(4)

ABSTRACT

Iodine Definiency Disorders (IDD) is one of serious health problem for its influences to the survive and quality of human resources the risk of IDD to anyone is begin since in the pregnancy up to the adult that cause cretin, abortion for pregnant woman, stillbirth, mental retardation, growth disorder and intelligence disorder and the famous risk is goiter that influence the living quality of patient.

The objective of this research is to study the behavior of housewife in using iodized salt in Desa Bangun I sub-district of Parbuluan, Regency of Dairi. This research is descriptive study with cross sectional method, and technique of sampling is proportional allocation.The number of population in this research is 424 persons and sample for 81 persons.

The result of research indicates that the knowledge of mother about the using of iodized salt is in good category for 61 persons (75.3%). The attitude of respondent also in good category for 39 persons (48.1%). As well as the action in enough level for 57 persons (70,4%)

Based on the result it is suggested that the housewife still use iodized salt and improve the using of iodized salt in cooking process.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Martha Veronica Sihombing

Tempat/Tanggal Lahir : Pandan, 07 September 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl.Tigalingga KM 11 Sidikalang

Riwayat Pendidikan

1. 1996-2002 : SD Negeri 036410 KM 11

2. 2002-2005 : SMP Negeri 2 Sidikalang

3. 2005-2008 : SMA Negeri 2 Sidikalang

4. 2008-2011 : Akademi Kebidanan Tapanuli Utara

5. 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul skripsi “Gambaran

Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Bingkas Sihombing dan ibunda Meilentina Purba, Spd yang telah memberikan dorongan dan semangat serta dukungan moril, materil dan spiritual kepada penulis, juga kepada adik-adikku tersayang Daniel Sihombing, Amd, Arnold Sostenes Sihombing dan Lisen Sihombing yang memberikan doa dan semangat kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ir. Albiner Siagian, MSi selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir.Etti Sudaryati, MKM, Ph.d selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Ir. Albiner Siagian, MSi selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Evawany Aritonang, MSi selaku Dosen Penguji I dan Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan pengarahan, masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.


(7)

5. Bapak Marihot Samosir, ST yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, memberikan motivasi dan saran yang membangun, serta segala urusan yang terkait surat-menyurat di departemen gizi kesehatan masyarakat.

6. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Kepada Bapak Kepala Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Bukka Silaban yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian di wilayah yang bapak pimpin. 8. Sahabat terbaik yang kukasihi Franscius Simanjuntak, SH yang selalu memberikan

semangat, doa dan dukungan kepada penulis selama ini

9. Sahabat-sahabat terbaikku Juspen, Februanti, Dewi, Devi Simbolon, Devi Pohan, Fitri Meyhana, Netty, Rosalin dan seluruh teman-teman dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat stambuk 2012 dan seluruh teman-teman seperjuangan yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangaun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2015


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku 2.1.1 Proses Adopsi Perilaku ... 6

2.1.2 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku... 8

2.1.3 Strategi Perubahan Perilaku ... 9

2.1.4 Jenis Perilaku ... 10

2.2 Garam 2.2.1 Pengertian Garam... 14

2.3 Garam Beriodium 2.3.1 Pengertian Garam Beriodium ... 15

2.3.2 Penyimpanan Garam Beriodium ... 16

2.3.3 Bentuk-bentuk Garam ... 17

2.3.4 Cara Menilai Garam Beriodium... 17

2.4 Iodium ... 18

2.5 Sumber Iodium... 19

2.6 Fungsi Iodium ... 19

2.7 Kebutuhan Iodium ... 20

2.8 Defisiensi Iodium ... 21

2.9 Penggunaan Garam Beriodium ... 22

2.10 Permasalahan/Hambatan Garam Beriodium ... 24

2.11 Strategi Untuk Meningkatkan Rumah Tangga dalam Penggunaan Garam Beriodium ... 25

2.12Masalah Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Garam Beriodium ... 25

2.13 Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer ... 31

3.4.2 Data Sekunder ... 31


(9)

3.6 Bahan Instrumen ... 32 3.7 Aspek Pengukuran ... 32 3.8 Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data ... 34 3.8.2 Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 35 4.2 Karakteristik Responden ... 37 4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Tindakan

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur ... 39 4.3.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pendidikan ... 40 4.3.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pekerjaan ... 40 4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan 4.4.1 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Umur ... 42 4.4.2 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pendidikan... 43 4.4.3 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pekerjaan ... 43 4.4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pengetahuan ... 44 4.4.5 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Tindakan ... 44 4.5 Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan

4.5.1 Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Umur ... 47 4.5.2 Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pendidikan... 47 4.5.3 Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pekerjaan ... 48 4.5.4 Gambaran Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan Pengetahuan ... 48

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ... 49 5.2 Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Tindakan .... 50

5.3 Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Tindakan ... 51 5.4 Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan

Umur, Pendidikan, Pekerjaan ... 54 5.5 Kualtas Garam Beriodium ... 57


(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 58 6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan 36 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,

Pendidikan dan Pekerjaan ... 37

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 38

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Garam Beriodium... 39

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur ... 39

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan . 40 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden ... 41

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Responden Tentang Penggunaan Garam Beriodium... 42

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Berdasarkan Umur ... 43

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Berdasarkan Pendidikan... 43

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Berdasarkan Pekerjaan ... 44

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Berdasarkan Pengetahuan ... 44

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Berdasarkan Tindakan ... 45

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden ... 45

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam Penggunaan Garam Beriodium... 46

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Berdasarkan Umur ... 47

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Berdasarkan Pendidikan... 47

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Berdasarkan Pekerjaan ... 48


(12)

ABSTRAK

Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius, mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Risiko terjadinya GAKI pada seseorang dapat dimulai dari masa kehamilan hingga orang dewasa yang menyebabkan kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan serta risiko yang paling dikenal adalah pembesaran kelenjar gondok yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan metode cross sectional dan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara alokasi proporsional. Dengan jumlah populasi penelitian sebanyak 424 orang dan sampel sebanyak 81 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan garam beriodium dalam kategori baik yaitu sebanyak 61 orang (75,3%). Sikap responden juga berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 orang (48,1%), begitupun dengan tindakan berada pada tingkat cukup yaitu sebanyak 57 orang (70,4%).

Dari hasil penelitian disarankan supaya ibu rumah tangga tetap menggunakan garam beriodium dan memperbaiki cara penggunaan garam beriodium dalam proses pengelolaan garam beriodium.


(13)

ABSTRACT

Iodine Definiency Disorders (IDD) is one of serious health problem for its influences to the survive and quality of human resources the risk of IDD to anyone is begin since in the pregnancy up to the adult that cause cretin, abortion for pregnant woman, stillbirth, mental retardation, growth disorder and intelligence disorder and the famous risk is goiter that influence the living quality of patient.

The objective of this research is to study the behavior of housewife in using iodized salt in Desa Bangun I sub-district of Parbuluan, Regency of Dairi. This research is descriptive study with cross sectional method, and technique of sampling is proportional allocation.The number of population in this research is 424 persons and sample for 81 persons.

The result of research indicates that the knowledge of mother about the using of iodized salt is in good category for 61 persons (75.3%). The attitude of respondent also in good category for 39 persons (48.1%). As well as the action in enough level for 57 persons (70,4%)

Based on the result it is suggested that the housewife still use iodized salt and improve the using of iodized salt in cooking process.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. GAKI merupakan sekumpulan gejala yang ditimbulkan akibat tubuh mengalami kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama (Adriani, 2012). Resiko terjadinya GAKI pada seseorang sebenarnya dapat dimulai dari masa kehamilan hingga orang dewasa seperti kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental, gangguan pertumbuhan syaraf penggerak, gangguan bicara, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan serta resiko yang paling dikenal masyarakat yaitu pembesaran kelenjar gondok yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Supariasa, 2008).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium memberikan dampak negatif terhadap aspek kehidupan sosial maupun ekonomi suatu masyarakat dan bangsa, kelambatan perkembangan mental dan keterbelakangan mental seseorang atau sekelompok orang di suatu wilayah, akan menjadikan orang tersebut menjadi beban sosial dilingkungannya. Anak-anak yang perkembangan mentalnya terganggu juga akan sulit diatur. Gairah hidup mereka juga rendah. Bagi wanita, keadaan fisiologis yang kurang sempurna juga dapat menyebabkan rasa rendah diri. Akibat lanjut dari kondisi seperti itu antara lain adalah produktifitas kerja menurun. Produktifitas kerja rendah sudah tentu berdampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat juga rendah, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas masyarakat tersebut. Semakin besar persentase penduduk yang bermasalah, maka akan semakin luas pula dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan (Depkes RI, 2001). Dengan demikian, setelah diketahui bahwa dampak GAKI yang ditimbulkan bagitu serius, pemerintah Indonesia sendiri melakukan upaya untuk menanggulangi kekurangan iodium yang difokuskan pada upaya jangka pendek dan jangka panjang. Upaya jangka pendek yaitu dengan mendistribusikan


(15)

kapsul minyak beriodium kepada seluruh wanita usia subur (15-49 tahun) didaerah endemik sedang dan endemik berat. Sedangkan upaya penganggulangan GAKI jangka panjang ditempuh melalui fortifikasi iodium dalam konsumsi garam atau dikenal dengan program iodisasi garam. Garam yang sudah difortifikasi dengan iodium disebut garam beriodium (Depkes RI, 2004).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium bukan salah satu masalah gizi di Indonesia saja namun juga menjadi masalah gizi didunia. Menurut WHO pada tahun 2003, secara global terdapat sekitar 54 negara yang menjadikan kekurangan iodium sebagai masalah kesehatan masyarakat, dimana 40 negara dengan defisiensi iodium tingkat ringan dan 14 negara dengan defisiensi iodium tingkat sedang dan berat. Selain itu, terdapat hampir 2 miliar penduduk dunia yang mengalami kekurangan iodium (WHO, 2004). Kemudian menurut Andersson et all (2012) selama tahun 2003 hingga tahun 2011 jumlah negara yang mengalami kekurangan iodium menurun dari 54 negara menjadi 32 negara dan jumlah negara dengan asupan iodium yang cukup meningkat dari 67 negara menjadi 105 negara. Walaupun status iodium membaik sejak tahun 2003, namun kemajuan global masih dinilai sangat lambat dan program intervensi perlu diperluas agar mencapai sekitar sepertiga dari populasi global yang iodiumnya tidak mencukupi.

Menurut UNICEF (2007), prevalensi kekurangan iodium dalam populasi umum diwilayah Eropa sekitar 52%, di wilayah Afrika sekitar 41,5%, di wilayah mediterania timur sekitar 47,2% dan diwilayah Asia Selatan sekitar 30%. Dengan demikian, terbukti bahwa masalah kekurangan iodium merupakan masalah global.

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki prevalensi GAKI yang masih cukup tinggi. Berdasarkan survei GAKI tahun 2003 diperkirakan 18,8% penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2% didaerah endemik sedang dan 4,5% didaerah endemik berat. Dari 28 provinsi, 17 provinsi endemik ringan (60,8%), dua provinsi endemik sedang (7,1%) dan dua provinsi endemik ringan (7,1%) dan dari 342 kabupaten/kota 122 kabupaten dalam


(16)

kategori endemik ringan (35,7%), 42 kabupaten endemik sedang (12,2%) dan 30 kabupaten endemik berat (8,8%). Kabupaten Dairi adalah satu-satunya yang termasuk pada kategori endemik berat di provinsi Sumatera Utara dengan TGR sebesar 33,9%, angka ini jauh lebih tinggi dibanding dengan angka TGR provinsi Sumatera Utara sebesar 5,3% dan TGR tingkat Nasional sebesar 11,1% (Depkes RI, 2003).

Berdasarkan kategori endesimitas, dari 15 kecamatan di Kabupaten Dairi diketahui 2 kecamatan termasuk dalam kategori endemis berat yaitu, Kecamatan Siempat Nempu, dengan prevalensi TGR sebesar 33,9% dan Kecamatan Parbuluan dengan prevalensi TGR sebesar 36,2%, satu Kecamatan endemis sedang, sembilan Kecamatan endemis ringan, dan dua Kecamatan non endemis (Depkes RI, 2003)

Hasil penelitian Gema (2007), diketahui prevalensi TGR pada anak SD di kabupaten Dairi sebesar 29,2%, diantaranya 24,7% grade 1 dan 4,5% grade 2, prevalensi tertinggi terdapat pada kecamatan Parbuluan sebesar 35,6% (endemik berat), dan prevalensi terendah Kecamatan Silahisabungan 4,8% (endemik ringan). Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan masih rendahnya asupan iodium dalam keluarga yang kemungkinan terjadi karena rendahnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pengetahuan ibu dalam penggunaan garam beriodium.

Berdasarkan survei yang dilakukan penulis di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, garam yang dikonsumsi oleh masyarakat sudah mengandung iodium yang berkisar antara 30-80 ppm yang diketahui melalui test iodine pada garam. Pada umumnya masyarakat menggunakan garam yang berbentuk kasar dan hanya sebagian kecil yang menggunakan garam halus, dengan merek garam beriodium yang tersedia adalah garam cap jangkar dan refina.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis masih ada 1 orang ibu yang menderita gondok dan dari 7 orang ibu rumah tangga yang penulis wawancarai ada 1 orang


(17)

ibu rumah tangga yang belum pernah mendengar garam beriodium dan 5 orang ibu rumah tangga yang tidak mengetahui cara penggunaan garam beriodium yang tepat.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I yang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014”.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang penggunaan garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan ibu tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014


(18)

1. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dalam upaya program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, khususnya penelitian yang berhubungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar. Perilaku diartikan sebagai suatu reaksi manusia terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan dan rangsangan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Blum (dalam Notoatmodjo, 2003) perilaku merupakan yang dominan mempengaruhi kesehatan setelah lingkungan. Perilaku selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, juga sosial budaya.

2.1.1. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awarennes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus/objek. Dalam tahap ini seseorang belum memiliki informasi mengenai stimulus yang telah dikondisikan yaitu penggunaan garam beriodium. Untuk itu informasi mengenai penggunaan garam tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media cetak, media elektronik, maupun kondisi interpersonal diantara masyarakat.

2. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus yaitu tentang penggunaan garam beriodium baik tertarik terhadap mutu garam, penyimpanan dan manfaat garam beriodium. 3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Dalam tahap ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon seseorang pengguna garam beriodium. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan dia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang


(20)

lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak hal-hal yang berhubungan dengan garam beriodium.

4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah akan mengadopsi perilaku baru tentang penggunaan garam beriodium atau menolak. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terhadap perubahan dalam pengadopsian. Dalam tahap ini seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang penggunaan garam beriodium tersebut.

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Setelah sesuai keputusan, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah perilaku penggunaan garam tersebut di adopsi atau tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang telah dibuatnya, tidak menutup kemungkinan seseorang mengubah keputusan yang tadinya menolak penggunaan garam beriodium jadi menerima setelah melakukan evaluasi.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku adopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2.1.2 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 yakni:

1. Perubahan alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah dimana sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan terhadap


(21)

penggunaan garam beriodium, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

2. Perubahan terencana (Planned change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncakan sendiri oleh subjek, setelah menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

3. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau perubahan perilaku di masyarakat tentang penggunaan garam beriodium, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian besar lagi sangat lambat untuk menerima inovasi. Hal ini disebabkan karena pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

2.1.3 Strategi Perubahan Perilaku

Di dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut dikelompokkan menjadi 3, yakni:

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan perilaku tersebut belum tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. 2. Pemberian informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara penggunaan garam beriodium, cara penyimpanan garam beriodium dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.


(22)

3. Diskusi dan partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua tersebut diatas dimana didalam memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus ikut berpatisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dari cara yang kedua dan jauh lebih baik dari cara yang pertama. Diskusi partipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.

2.1.4 Jenis Perilaku

Skiner (1938), yang dikutip Notoadmodjo (2003) membedakan adanya dua respons perilaku yaitu:

a. Perilaku yang alami (innate behavior) adalah perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa fefleks-refleks atau insting-insting.

b. Perilaku operan (operan behavior) adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan.

Perilaku manusia merupakan hasil dan segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1993), sehingga perilaku individu tersebut dapat diukur melalui: a. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Garam Beriodium

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).


(23)

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pendidikan formal dan informal. Selain itu juga dapat diperoleh dengan melihat , mendengar sendiri atau melalui alat-alat komunikasi, mendengar siaran radio dan menyaksikan siaran di televisi maupun melalui penyuluhan kesehatan (Suhardjo, 1989).

Pengetahuan ibu serta ketrampilan ibu sangat diperlukan dalam upaya pemilihan garam beriodium yang tepat, cara penggunaannya selama proses pengolahan dan cara penyimpanan garam beriodium. Makin tinggi pengetahuan ibu makin banyak yang dilakukan dalam memenuhi kecukupan iodium yang berguna bagi tubuh.

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh didalam pelaksanaan dan penerapan dirumah tangganya. Semakin banyak pengetahuan ibu tentang garam beriodium maka dapat diperhitungkan jenis garam yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang garam beriodium tidak melakukan pemilihan garam berdasarkan kandungan iodium, dan tidak memahami cara penggunaan garam beriodium (Sediaoetomo, 2003).

Dari hasil penelitian (Setiarini, 2010) menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan cara penyimpanan dan penggunaan garam beriodium. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar ibu rumah tangga masih salah (73,7%) cara menyimpan garam beriodium. Hal tersebut berlaku bagi ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan GAKI tinggi (67,9%) maupun yang rendah (80,9%).

Menurut hasil penelitian (Elita, 2009) mengenai cara penggunaan garam beriodium hampir seluruh ibu rumah tangga belum mengetahui dan memahami cara penggunaan garam beriodium yang benar. Mereka menyatakan apabila garam ditambahkan setelah proses memasak maka rasanya tidak meresap. Seperti halnya dari hasil penelitian (Setiarini, 2010) menunjukkan cara penggunaan garam beriodium oleh ibu rumah tangga pada proses pemasakan sebagian besar masih salah. Hal tersebut dikarenakan mereka beralasan bahwa jika garam dihaluskan dengan bumbu maka masakan akan lebih terasa karena garam lebih


(24)

meresap dibumbu. Kurangnya pengetahuan akan cara penggunaan yang tepat tentunya mempengaruhi kadar iodium yang hilang (Depkes RI, 2009).

b. Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Garam Beriodium

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Notoatmodjo (2005), mengutip pernyataan Newcorb salah seorang ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap yang dimaksud adalah respons ibu rumah tangga terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan yaitu penggunaan garam beriodium.

Dari hasil penelitian (Ekawati, 2013) sikap negatif ditunjukkan oleh informan lebih besar dari pada sikap positifnya. Karena sebagian besar ibu rumah tangga menyatakan rasa makanan menjadi pahit setelah ditambahkan garam beriodium. Ada beberapa alasan yang menunjukkan hal tersebut yaitu mereka pernah mencoba menggunakan garam beriodium dan muncul rasa pahit pada makanan sehingga mereka tidak berkeinginan menggunakan kembali garam tersebut. Selain itu adanya pengaruh dari orang sekitar seperti tetangga dan mertua yang menyatakan garam beriodium pahit membuat sikap negatif timbul terhadap garam beriodium pada ibu rumah tangga.

Berdasarkan penelitian Ekawati tersebut menunjukkan bahwa sikap yang terbentuk pada diri seseorang terhadap garam beriodium dapat dipengaruhi oleh adanya pengalaman


(25)

pribadi pernah menggunakan garam beriodium, pengaruh orang sekitar seperti mertua dan tetangga serta kebiasaan menggunakan garam biasa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Azwar, 2009) yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan dan pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Dari hasil penelitian Badri (2011) sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium 52,78% negatif. Hal tersebut dipengaruhi informasi dan pengetahuan yang kurang. Ibu rumah tangga salah dalam menggunakan garam beriodium yaitu semua digerus bersama bumbu dan setelah garam dimasukkan kedalam sayuran panci terbuka. Ini akan menyebabkan penguapan kandungan iodium tersebut. Seharusnya garam dimasukkan setelah sayuran masak dan setelah dimasukkan sayuran ditutup (Almatsier, 2011). Hasil tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang kurang tentang cara penggunaan garam beriodium.

c. Tindakan Ibu Rumah Tangga Terhadap Garam Beriodium

Tindakan adalah respon nyata dari seseorang terhadap suatu objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang diketahui atau yang disikapinya tersebut dalam bentuk tindakan. Praktek individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan objek, kerentanan, faktor sosio demografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung rugi dari praktek tersebut.

2.2 Garam

Garam merupakan salah satu komoditi strategis karena selain merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, juga digunakan sebagai bahan baku industri. Untuk kebutuhan garam konsumsi manusia, garam lebih dijadikan sarana fortifikasi zat iodium, menjadi garam konsumsi beriodium dalam rangka penanggulangan GAKI. Garam merupakan salah satu sumber sodium dan klorida dimana kedua unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme tubuh. Penggunaan garam secara garis besar dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:


(26)

-. Garam untuk konsumsi manusia

-. Garam untuk pengasinan dan aneka pangan -. Garam untuk industri (Deperindag, 2000).

Garam adalah kumpulan senyawa kimia dengan komponen utamanya Natrium Klorida (NaCL) sama saja dengan garam dapur. Proses pembuatan garam di Indonesia pada umumnya dengan cara menguapkan air laut dengan menggunakan sinar matahari atau dengan sumber panas lainnya. Tetapi ada juga yang diperoleh melalui penambangan dari tanah di bekas daerah lautan.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari kegunaan garam selain memberikan rasa asin pada makanan, juga dipakai sebagai pengawet, misalnya untuk pengawet ikan dan bahan pangan lainnya. Garam juga salah satu komponen dalam pembuatan garam oralit. Garam juga merupakan pembuatan larutan infus 0,9% NaCL yang digunakan sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi. Garam yang telah diiodisasi juga berguna dalam menanggulangi penyakit gondok (Depkes RI, 2005).

2.3 Garam Beriodium

2.3.1 Pengertian Garam Beriodium

Garam beriodium adalah garam yang sudah ditambahkan iodium yang diproduksi melalui proses iodisasi dan memenuhi standar Nasional Indonesia serta dibutuhkan oleh tubuh untuk membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan. Sedangkan iodium adalah salah satu mineral penting bagi kehidupan manusia yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi otak. Garam beriodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung iodium 30-80 ppm, serta dikemas dan diberi label (Depkes RI, 2005).

Konsumsi garam yang dianjurkan untuk setiap orang sekitar 6 gr atau 1 sendok teh setiap hari. Cara mengkonsumsi garam biasanya digunakan sebagai garam meja dengan penambahan garam beriodium dalam pemasakan. Jenis kemasan dan lama penyimpanan akan


(27)

berpengaruh terhadap iodium garam. Selama penyimpanan kadar iodium menurun seiring dengan lamanya garam disimpan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kehilangan iodium terbanyak pada garam yang dikemas dengan plastik berwarna bening dan sedikit pada kemasan plastik berwarna gelap.

Pengaruh kemasan terhadap penurunan KIO3 membuktikan bahwa sayuran yang dimasak dengan cara dikukus, pembubuhan garam pada saat sayuran matang dan wadah ditutup setelah diberi garam, maka kehilangan iodium akan lebih sedikit (Irawati, 1993).

2.3.2 Penyimpanan Garam Beriodium

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap bahan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan bertujuan agar bahan yang tersedia terjamin mutu dan kemasannya. Garam beriodium sebaiknya disimpan di tempat kering dan terhindar dari panas dan sinar matahari (Depkes RI, 2005).

Menurut Palupi (2008), garam beriodium perlu disimpan: 1) Di bejana atau wadah tertutup; 2) Tidak kena cahaya; 3) Tidak dekat dengan api, hal ini untuk menghindari penurunan kadar iodium.

Berkurangnya kandungan iodium pada garam dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan lokasi penyimpanan garam. Garam beriodium akan lebih baik bila disimpan didalam wadah yang terbuat dari kaca/keramik/plastik, disimpan secara tertutup dengan lokasi penyimpanannya jauh dari sumber panas/api. Hal ini dimaksudkan agar kandungan iodiumnya tidak berkurang. Hasil survei konsumsi garam iodium tahun 2003 menunjukkan bahwa sebagian besar (76,22%) rumah tangga yang mengkonsumsi garam, menyimpan garamnya secara tertutup. Penyimpanan garam beriodium secara tertutup dimaksudkan agar kandungan iodium yang ada dalam garam tidak berkurang dan menguap. Garam yang disimpan secara tertutup


(28)

mempunyai persentase yang tinggi kandungan iodiumnya cukup. Sedangkan garam yang disimpan secara terbuka cenderung kadar iodiumnya kurang bahkan tidak ada (BPS, 2003).

2.3.3 Bentuk-bentuk Garam

Bentuk garam yang beredar dipasaran ada 3 jenis yaitu garam halus, bata/briket dan curai/krosok. Garam halus adalah garam yang kristalnya sangat halus menyerupai gula pasir, dan biasa disebut dengan garam meja. Garam halus mempunyai kualitas terbaik daripada garam briket/bata maupun garam curai/krosok. Garam briket adalah garam garam yang berbentuk bata, garam ini jauh lebih baik kualitasnya daripada garam curai/krosok. Sedangkan garam curai/krosok adalah garam yang kristalnya kasar-kasar. Garam ini mempunyai kualitas yang paling rendah (Depkes, 2001)

2.3.4 Cara Menilai Mutu Garam Beriodium

Ada beberapa cara untuk mengetahui ada tidaknya yodium pada garam, antara lain : 1. Menilai mutu garam dengan iodina test:

a. Siapkan garam yang bertuliskan garam beriodium b. Siapkan cairan uji iodina

c. Ambil setengah sendok teh garam yang akan diuji dan letakkan dipiring d. Teteskan cairan iodina sebanyak 2-3 tetes pada garam tersebut

e. Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna, kalau garam tetap putih berarti garam tersebut tidak beriodium (0 ppm)

f. Bila garam berwarna ungu berarti garam mengandung iodium sesuai persyaratan (30 ppm).

2. Menggunakan Singkong Parut

Menggunakan singkong parut. Caranya sebagai berikut : singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi air. Tuang 1 sendok perasan singkong parut kedalam gelas bersih. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa. Tambahkan 2 sendok teh cuka biang berkadar 25 %. Aduk sampai rata, dan tunggu beberapa


(29)

menit. Apabila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung yodium. Semakin berwarna pekat, semakin baik mutu garam. Garam yang tidak beryodium tidak akan mengalami perubahan warna setelah diperiksa dengan cairan yodina maupun cairan singkong parut (DepKes RI, 2005).

2.4 Iodium

Iodium merupakan salah satu mineral yang essensial sehingga keadaan kekurangan akan mengganggu kesehatan dan pertumbuhan serta perkembangan manusia. Kekurangan pada ibu yang sedang hamil dapat berakibat abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatkan angka kematian perinatal, melahirkan bayi kretin dan sebagainya. Kekurangan iodium yang diderita oleh anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, gangguan perkembangan fisik, sedangkan pada orang dewasa berakibat pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid dan gangguan mental. Karena kekurangan iodium tidak saja menyebabkan pembesaran kelenjar gondok melainkan berbagai macam gangguan lain, maka penyakit tersebut dinamakan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) (Sediaoetamo, 2003).

2.5 Sumber Iodium

Iodium tersedia secara alami dalam tanah dan air sehingga sebenarnya iodium dapat diperoleh dari tanaman yang tumbuh pada tanah yang kaya akan iodium, akan tetapi bila tanah kehilangan kandungan iodium karena banjir, erosi maupun kerusakan lainnya maka tanaman yang tumbuh disana juga akan kekurangan iodium. Dengan demikian manusia dan hewan yang tinggal didaerah kekurangan iodium dan hanya mengkonsumsi hasil buminya, juga akan mengalami kekurangan iodium.

Menurut Djokomoeljanto (2009), sumber iodium antara lain:

a. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu (kadar paling tinggi apabila air ini bersumber dari igneous rock).


(30)

b. Plankton, ganggang laut dan organisme laut lain berkadar iodium tinggi sebab organisme ini mengkonsentrasikan iodium dari lingkungan sekitarnya.

c. Sumber bahan organik yang berada dalam oksidan, desinfektan, yodosfor, zat warna makanan dan vitamin yang beredar dipasaran menambah iodium juga.

d. Ikat laut, cumi-cumi yang dikeringkan mengandung banyak iodium.

2.6 Fungsi Iodium

Iodium adalah salah satu mineral penting bagi kehidupan manusia yang bersama-sama dengan protein membuat hormon Tyroid yang diproduksi oleh kelenjar gondok. Hormon tyroid yang terdiri tiroxin dan tri ioditiroxina berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada manusia. Protein dan iodium dapat berasal dari makanan dan air minum yang diabrsorbsi melalui usus dan masuk ke aliran darah dan seterusnya menuju kelenjar gondok.

2.7 Kebutuhan Iodium

Kebutuhan iodium bervariasi menurut umur dan kondisi-kondisi tertentu. Kebutuhan anak-anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa akan iodium perharinya. Keadaan fisiologis tertentu dari tubuh seperti misalnya pada wanita dan ibu menyusui, jumlah kebutuhan tubuh akan zat iodium akan berbeda.

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Iodium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

Golongan umur AKI*(mg) Golongan umur AKI*(mg)

0-6 bulan 90 Wanita:

7-11 bulan 120 10-12 tahun 120

1-3 tahun 120 13-15 tahun 150

4-6 tahun 120 16-18 tahun 150

7-9 tahun 120 19-29 tahun 150

30-49 tahun 150

Pria : 50-64 tahun 150

10-12 tahun 120 ฀ 65tahun 150

13-15 tahun 150

16-18 tahun 150 Hamil: +50

19-29 tahun 150

30-49 tahun 150 Menyusui :

50- 64 tahun 150 0-6 bulan +50

฀ 65tahun 150 7-12 bulan +50


(31)

Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Almatsier, 2009).

2.8 Defisiensi Iodium

Pengertian tentang defisiensi iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi defisiensi iodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas , meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak (Almatsier, 2001). Beberapa akibat defisiensi iodium, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pembesaran Kelenjar Tiroid

Tiap-tiap pembesaran kelenjar disebut stroma. Stroma ada yang bersifat toksin dan toksik. Apabila pembesarannya cukup besar dapat menyebabkan gangguan mekanis dan apabila menekan trakhea akan terdesak kesamping sehingga kemungkinan menyebabkan kesukaran bernafas. Apabila menekan esophagus akan menyebabkan sukarnya proses menelan makanan (Budiyanto, 2002).

b. Kretin

Kekurangan iodium juga dapat menyebabkan kesehatan yang lain yakni “Cretinisma”. Kretinisma adalah suatu kondisi penderita dengan tinggi badan dibawah normal (cebol). Kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan sampai dengan sangat berat. Ekspresi muka orang kretin ini memberikan kesan orang bodoh karena tingkat kecerdasannya sangat rendah. Pada umumnya orang kretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan iodium. Kretin juga ditandai dengan gangguan mental, gangguan perkembangan saraf otak, gangguan pendengaran, cara berjalan, berbicara, dan sebagainya dan dapat disertai atau tidak disertai hipotiroidi. Yang penting untuk didasari adalah bahwa kretin adalah satu kelainan yang irreversible (menetap), sehingga merupakan beban bagi masyarakat pada umumnya (Djokomoeljanto, 2006).

c. Kesehatan Ibu dan Anak

Pada manusia, defisiensi iodium dapat meningkatkan abortus spontan, stillbirth dan kematian neonatal, kelainan kongenital, dan kelainan kardiosvaskular serta susunan saraf.


(32)

Hasil penelitian pada ibu yang hipotiroidi selama hamil diobati dan tidak diobati menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal kelahiran anak normal, kejadian abortus dan kelahiran prematur (Budiyanto, 2002).

2.9 Penggunaan Garam Beriodium

Nurachman dan Sarwono (2003) dalam tulisannya pada kompas 29 april 2003, Iodium dengan simbol kimia I adalah elemen non logam penting yang diperlukan tubuh dalam jumlah renik secara terus-menerus. Kekurangan iodium, khususnya pada anak-anak, sangat mengganggu pertumbuhan dan tingkat kecerdasan.

Iodium di alam tidak pernah ditemukan sebagai elemen tunggal, tetapi ia tersimpan didalam senyawa, misalnya garam kalium periodat (KIO). Dalam keadaan kering, garam ini sangat stabil sehingga bisa berumur lebih dari lima puluh tahun tanpa mengalami kerusakan. Itu sebabnya mengapa garam KIO dipakai sebagai suplemen untuk program iodisasi garam (garam beriodium).

Garam beriodium mengandung 0,0025 persen berat KIO (artinya dalam 100 gram total berat garam terkandung 2,5 mg KIO). Berikut ini dipaparkan cara sederhana untuk menghitung berapa banyak KIO yang dikonsumsi seseorang. Andaikan seorang ibu rumah tangga dalam sehari memasak 1 panci sup (kapasitas dua liter) dengan menggunakan dua sendok garam beriodium (misalnya dengan berat 20 gram), dan tiap-tiap anggota keluarga pada hari tersebut melalap dua mangkok (volume total kuah 100 ml). Maka, berat total garam KIO yang dikonsumsi tiap-tiap anggota keluarga itu dalam sehari (dengan asumsi tidak makan garam melalui makanan lainnya) adalah 0,0000025 gram atau 2,5 mikrogram (dari 0,0025% x 20 gram x 100ml/200ml). Jumlah garam yang sangat kecil, namun sangat diperlukan.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah semua 2,5 mikrogram KIO tersebut masuk kedalam tubuh. Kalau tiap-tiap keluarga memiliki kebiasaan menaburkan garam


(33)

ketika hidangan telah berada di atas meja makan (tidak pada saat memasak), maka jawabannya benar.

Kenyataannya tidak demikian, karena hampir semua ibu rumah tangga selalu mencampurkan garam beriodium saat memproses makanan. Kalau hal ini dilakukan, maka kemungkinan besar iodium yang jumlahnya sangat kecil ini telah lenyap sebagai gas selama memasak.

Secara kmiawi, fenomena tersebut dijelaskan dari proses reduksi KIO. Reaksi reduksi ini sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, laju reaksi bisa dipercepat jutaan kali lipat dengan bantuan senyawa antioksidan, keasaman larutan dan panas. Seperti kita ketahui bahwa semua bahan makanan organik (hewan ataupun tanaman) selalu memiliki antioksidan dan proses memasak selalu menggunakan panas serta terkadang ada asamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam beriodium menjadi sia-sia.

Percobaan sederhana untuk membuktikan lenyapnya iodium adalah dengan mencampurkan garam beriodium dengan antioksidan (bisa berupa tumbuhan cabai atau bawang) dan asam cuka, yang kemudian direbus. Iodium yang lepas bisa diamati dari larutan kanji sebagai indikator. Bila berubah menjadi biru, pertanda iodium telah lepas sebagai gas.

2.10 Permasalahan/ Hambatan Garam Beriodium

1. Masih beredarnya garam tidak beriodium dipasaran

Selain dari PT. Garam terdapat lebih kurang 250 perusahaan swasta yang memproduksi garam beriodium yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total kapasitas ± 650.000 ton/tahun (3 kg/kapita), maka kebutuhan tersebut dapat dipenuhi seluruhnya, namun kenyataannya masih banyak beredar garam tidak beriodium sebagai garam konsumsi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan garam yang tidak beriodium yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga garam beriodium sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan memberi dampak tidak optimalnya produksi garam beriodium. Selain itu pengawasan kualitas bahan baku (garam rakyat) karena lokasi yang tersebar dan sistem


(34)

perdagangan bebas seringkali menyebabkan garam rakyat digunakan sebagai garam konsumsi tanpa melalui proses pencucian dan iodisasi (Komite Nasional Garam, 1997). 2. Masih Rendahnya Kualitas Garam Beriodium

Dari hasil pengujian mutu ditingkat produksi yang dilaksanakan Kandep Perindustrian pada 250 produsen garam beriodium diseluruh Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata kandungan KIO3 yang memenuhi syarat (>30ppm) adalah 56%, sedangkan hasil uji laboratorium terhadap garam beriodium yang dilakukan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia diperoleh hasil garam beriodium yang memenuhi syarat hanya 25%. Berdasarkan survei Biro Pusat Statistik (BPS) dalam SUSENAS tahun 1995, kadar iodium dalam garam dapur di rumah tangga yang memenuhi syarat adalah 58%. Rendahnya kualitas garam beriodium antara lain disebabkan karena peralatan iodisasi yang digunakan khususnya pada produsen garam beriodium berskala kecil masih rendah, sehingga kandungan iodium didalam garam tidak stabil dan tidak homogen. Sistem penyimpanan dan kemasan yang tidak memenuhi syarat juga merupakan penyebab penurunan kandungan KIO3 (Komite Nasional Garam, 1997).

2.11 Strategi Untuk Meningkatkan Rumah Tangga dalam Penggunaan Garam Beriodium

Depkes RI, 2001, mengatakan bahwa hal-hal yang dilakukan dalam rangka meningkatkan rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium antara lain adalah : menyediakan garam beriodium yang memenuhi Standar Nasional Industri (SNI)> 30 ppm KIO3, dilakukan pengawasan mutu garam ditingkat produsen, mengadakan pemantauan garam beriodium ditingkat distribusi dan pasar, melakukan pemantauan konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat, juga digalakkan promosi untuk meningkatkan kebutuhan konsumsi garam.


(35)

2.12 Masalah Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Garam Beriodium

Salah satu masalah dalam penggunaan garam beriodium adalah kurangnya pengetahuan ibu-ibu rumah tangga mengenai garam beriodium, selain itu sikap dan tindakan ibu juga belum tepat dalam hal memilih jenis dan mutu garam yang baik, masih banyak ibu-ibu rumah tangga yang lebih memilih garam murah, adanya pendapat-pendapat seperti :“ yang penting makanannya sudah terasa asin”. Dalam hal penyimpanan garam banyak ibu-ibu yang lupa menutup wadah garam setelah pemakaian garam, penempatan garam masih banyak yang menyimpan dekat perapian dengan alasan mudah dijangkau. Pada pemakaian garam banyak ibu yang tidak tahu kapan saatnya harus membubuhi garam, banyak para ibu yang tidak memperhatikan seperti membubuhi garam saat teringat saja. Hal tersebut akan membuat rusaknya atau hilangnya kandungan iodium pada garam yang akhirnya berakibat berkurangnya konsumsi garam beriodium. Selain itu banyak juga ibu-ibu rumah tangga yang belum mempunyai keterampilan dalam hal menguji garam yang mengandung iodium.

Penelitian-penelitian yang mendukung mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang GAKI dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 1994, bekerja sama dengan UNICEF dan Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB dapat digunakan untuk menyusun suatu strategi dalam penggunaan garam beriodium, temuan hasil studi tersebut adalah:

- Gangguan akibat kekurangan iodium, seperti gondok dapat dicegah dengan menggunakan garam beriodium tetapi kebiasaan masyarakat setempat dalam menggunakan garam tidak mendukung pernyataan tersebut, karena lebih banyak garam tak beriodium dikonsumsi daripada garam yang beriodium.

- Istilah setempat untuk menyebut kreti, cacat bawaan dan keguguran berbeda untuk setiap lokasi studi. Begitu juga gangguan fisik dan non fisik yang mereka utarakan sebagai akibatnya. Mereka tidak menyadari bahwa gangguan fisik dan non fisik tersebut ada hubungannya dengan faktor kekurangan odium.


(36)

- Sekolah sebagai sarana pendidikan dimana generasi penerus harapan bangsa berpacu menuju prestasi dan cita-cita yang didambakan tidak pernah diberi bekal tentang iodium, guru sebagai pendidik dan penyampai informasi belum sepenuhnya dan seefektif mungkin menyampaikan tentang garam beriodium.

Dampak tidak adekuatnya penggunaan garam beriodium dirumah tangga antara lain terjadinya pembesaran kelenjar gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Para ibu rumah tangga diharapkan dapat berperilaku yang benar dalam hal penggunaan garam beriodium, untuk itu perlu memperhatikan upaya-upaya sebagai berikut (Depkes RI, 2001):

1. Setiap rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium

2. Tutup kembali wadah garam beriodium dengan rapat sesudah pengambilan

3. Dalam proses memasak, gunakan garam beriodium pada tahap akhir yaitu setelah makanan sudah matang

4. Membeli dan menggunakan garam beriodium yang memenuhi syarat

5. Letakkan garam beriodium ditempat yang sejuk, jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung

6. Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam

2.13 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi dengan melakukan pengamatan terhadap faktor input (umur, pendidikan, pekerjaan) rumah tangga dan beberapa faktor lain yang mempengaruhinya yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam penggunaan garam beriodium.


(37)

Gambar dari konsep rencana penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada kerangka konsep berikut, (Singarimbun, 1989):

Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik ibu:

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan

Perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium pada pegolahan makanan dalam keluarga di desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi.

Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan melakukan pengamatan dan wawancara pada rumah tangga di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, karena merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1.066 meter di atas permukaan laut, dimana daerah dataran tinggi merupakan daerah yang beresiko dengan GAKI. Keadaan ini ditunjukkan oleh profil kesehatan kabupaten Dairi berdasarkan pemetaan GAKI tahun 2004 merupakan daerah endemik berat.

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Februari sampai bulan November 2014 yang dimulai dari mempersiapkan proposal penelitian, konsultasi proposal pada pembimbing, seminar proposal penelitian, pengumpulan data dan penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang berdomisili di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi secara purposive sampling yang berjumlah 424 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005) dengan rumus sebagai berikut:


(39)

N n =

1+N(d)² Keterangan:

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

d :Tingkat Penyimpangan (0.1)

dari jumlah populasi yang ada dapat ditentukan sampel sebesar: 424

n =

1+424(0.1)² 424 n =

5,24 = 80,91= 81

Dari rumus diatas maka sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 81 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara alokasi proporsional.

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Jumlah Ibu Rumah Tangga di setiap Dusun Desa Bangun I

Nama Dusun di Desa Bangun I

Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Dusun I 183 35

Dusun II 130 25

Dusun III 111 21

Jumlah 424 81

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berupa suatu pernyataan tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan jenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang diberikan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.


(40)

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada ibu rumah tangga dengan menggunakan kuesioner daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Data primer meliputi data tentang karakteristik (umur, pendidikan dan pekerjaan) dan perilaku ibu rumah tangga meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu.

Peneliti juga melakukan pengamatan langsung dan melakukan uji kualitatif garam beriodium di rumah tangga. Setiap rumah tangga diambil sampel garamnya untuk diteteskan larutan iodine. Jika garam yang diteteskan larutan iodine tersebut berwarna ungu maka garam dikatakan mengandung iodium.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum tentang lokasi penelitian yang diperoleh dari institusi pemerintah, puskesmas sigalingging maupun kantor dinas yang terkait baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten.

3.5 Defenisi Operasional

1. Umur ibu adalah usia ibu (tahun) pada saat pengumpulan data

2. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh ibu (SD,SLTP, SLTA, Akademi/Perguruan Tinggi).

3. Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan atau aktivitas ibu sehari-hari yang mendapatkan penghasilan per bulan

4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu rumah tangga yang berkenaan dengan pemanfaatan garam beriodium.

5. Sikap ibu adalah persepsi atau sikap ibu rumah tangga terhadap garam beriodium

6. Tindakan adalah hal-hal yang dilakukan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium dalam keluarga.

7. Perilaku ibu adalah suatu wujud pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penggunaan garam beriodium dalam rumah tangga.


(41)

8. Garam beriodium adalah garam Natrium Chlorida (NaCL)yang diproduksi melalui proses iodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) mengandung iodium antara 30-80 ppm.

3.6. Bahan dan Instrumen

Alat untuk mengumpul data adalah kuesioner mengenai karakteristik ibu, pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan garam. Sedangkan untuk bahan yang digunakan untuk menguji secara kualitatif kandungan iodium digunakan iodina tes.

3.7. Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto (1998), aspek pengukuran pengetahuan dan tindakan dikategorikan dengan tiga kategori yaitu kategori baik, cukup dan kurang, dan untuk aspek pengukuran sikap diukur dengan skala likert dengan terlebih dahulu menentukan kriteria (tolok ukur) yang akan dijadikan penentuan.

1. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium, diukur dengan 10 pertanyaan setiap pertanyaan yang benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0, sehingga nilai tertinggi adalah 10. Adapun pertanyaan tentang pengetahuan menggunakan skala ordinal, dikategorikan atas :

- Kategori baik bila jawaban responden benar >75% - Kategori cukup bila jawaban responden benar 40%-75% - Kategori kurang bila jawaban responden benar <40%

2. Pengukuran Sikap

Sikap adalah tanggapan atau pandangan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium, diukur dengan skala Likert Sangat Setuju = 5; Setuju = 4; Tidak Setuju =2; dan Sangat Tidak Setuju = 1. Adapun pernyataan tentang sikap menggunakan skala ordinal, dikategorikan atas :


(42)

- Kategori baik bila jawaban responden benar >75% - Kategori cukup bila jawaban responden benar 40%-75% - Kategori kurang bila jawaban responden benar <40%

3. PengukuranTindakan

Tindakan adalah hal-hal yang dilakukan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium, diukur dengan 10 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan angka 10 jika responden menjawab benar dan angka 0 jika responden menjawab salah. Adapun pertanyaan tentang tindakan menggunakan skala ordinal, dikategorikan atas :

- Kategori baik bila jawaban responden benar >75% - Kategori cukup bila jawaban responden benar 40%-75% - Kategori kurang bila jawaban responden benar <40%

3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah secara manual melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (pengeditan)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk menggambarkan masalah yang diteliti kemudian data dikelompokkan dengan aspek pengukuran.

2. Coding (pengkodean)

Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data.

3. Tabulating (tabulasi)

Untuk mempermudah analisi data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dan dimasukkan dalam distribusi frekuensi.


(43)

3.8.2. Analisis data

Data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisa secara deskriptif yaitu data yang ada pada tabel distribusi frekuensi dijelaskan berdasarkan tujuan penelitian.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Bangun I adalah salah satu desa dari 10 desa yang ada di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Sumatera Utara dengan luas wilayah kurang lebih 1350 Ha. Secara geografis sebelah Timur Desa Bangun I berbatasan dengan Lae Renun, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sitinjo, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sitinjo dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bangun. Jarak tempuh dari Desa Bangun I ke kota Kecamatan adalah kurang lebih 6 KM, sedangkan jarak tempuh dari Desa Bangun I ke kota Kabupaten kurang lebih 11 KM. Masyarakat Desa Bangun I terdiri dari beberapa suku diantaranya adalah suku Batak Toba, suku Batak Karo dan suku Batak Pakpak.

Penduduk Desa Bangun I pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Para petani yang ada di Desa Bangun I mayoritas bertani padi, jagung, ketela pohon dan ketela rambat.

Jumlah penduduk Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012 adalah sebanyak 1.733 jiwa dengan 454 KK yang terdiri dari 851 laki-laki dan 882 perempuan. Desa Bangun I terbagi dalam 3 dusun yaitu dusun I dengan jumlah penduduk sebanyak 492 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 264 dan perempuan sebanyak 228, dusun II dengan jumlah penduduk sebanyak 684 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 328 dan perempuan sebanyak 356, dan dusun III dengan jumlah penduduk sebanyak 557 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 259 orang dan perempuan sebanyak 298 orang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Bangun I, dapat dilihat bahwa penduduk Desa Bangun I dapat dilihat pada tabel berikut:


(45)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan

No Karakteristik Penduduk Jumlah %

Kelompok Umur (tahun )

1 0-1 54 3,12

2 1-5 209 12,06

3 6-20 480 27,69

4 21-60 838 48,36

5 >60 152 8,77

Tingkat Pendidikan

1 Belum Sekolah 206 11,89

2 Tidak Tamat SD 42 2,42

3 Tamat SD 385 22,21

4 Tamat SLTP 539 31,10

5 Tamat SLTA 545 31,45

6 D3 6 0,35

7 S1 10 0,58

Mata Pencaharian

1 Petani 863 78,80

2 Buruh Tani 61 5,57

3 Tukang Bangunan 32 2,93

4 PNS/ABRI 35 3,19

5 Pensiunan PNS/ABRI 20 1,83

6 Supir 24 2,19

7 Pedagang 60 5,49

Agama

1 Kristen Protestan 1683 97,11

2 Katolik 50 2,89

Jumlah 1733 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Bangun I Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Bangun I paling banyak berada diantara golongan umur 21-60 tahun yaitu sebanyak 838 orang (48,36%). Jumlah penduduk Desa Bangun I berdasarkan tingkat pendidikan sangat beragam, namun di Desa Bangun I masih ditemukan penduduk lanjut usia yang buta huruf yaitu pada penduduk desa yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 5 orang (11,9%), sedangkan dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 863 (78,80%) yang bekerja sebagai petani.


(46)

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik ibu dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh umur ibu yang paling banyak tergolong dalam usia produktif yaitu umur 20-44 tahun sebanyak 53 orang (65,45%). Jumlah ibu berdasarkan tingkat pendidikan ada yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (2,5%), dan dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 54 orang (66,7%) yang bekerja sebagai petani. Secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

4.3

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

Gambaran pengetahuan ibu dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan mencakup pengetahuan sebanyak 10 pertanyaan. Kemudian hasil penelitian dikategorikan menjadi 3 kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang. Berikut adalah hasil penelitian tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan garam beriodium.

Variabel Frekuensi Persentase

Umur

20-44 tahun 53 65,4

45-59 tahun 20 24,7

> 59 tahun 8 9,9

Pendidikan

Tidak sekolah 2 2,5

Tamat SD 28 34,6

Tamat SLTP 21 25,9

Tamat SLTA 25 30,9

Akademi/PT 5 6,2

Pekerjaan

Petani 54 66,7

Buruh tani 7 8,6

PNS/ABRI 6 7,4

Pegawai swasta 5 6,2

Pedagang/wiraswata 8 9,9

IRT 1 1,2


(47)

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Garam Beriodium

No Pengetahuan

Jawaban

Salah Benar

n % n %

1 Ibu sudah pernah mendengar tentang garam

beriodium 4 4,9 77 95,1

2 Ibu memperoleh informasi tentang garam

beriodium sebaiknya dari petugas kesehatan 14 17,3 67 82,7 3 Garam beriodium adalah garam yang telah

ditambah zat iodium 28 34,6 53 65,4

4 Manfaat garam beriodium adalah untuk

mencegah penyakit gondok 14 17,3 67 82,7

5 Cara memilih garam beriodium yang baik adalah

yang dikemas dan bermerk 11 13,6 70 86,4

6 Menurut ibu penggunaan garam beriodium yang tepat pada saat memasak adalah pada saat makanan/masakan akan dihidangkan

45 55,6 36 44,4 7 Kandungan garam beriodium yang paling baik

terdapat pada garam halus 15 18,5 66 81,5

8 Cara menyimpan garam beriodium yang benar adalah disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan tidak dekat hawa panas

8 9,9 73 90,1 9 Tempat penyimpanan garam beriodium harus

tepat supaya kadar iodium tidak mengalami kerusakan/penguapan

22 27,2 59 72,8 10 Kandungan iodium yang tertulis pada

kemasan/bungkus garam beriodium adalah 30-80 ppm

27 33,3 54 66,7

Dari pengetahuan ibu dapat dilihat bahwa sebanyak 45 orang (55,6%) menjawab salah tentang penggunaan garam beriodium yang tepat pada pengelolaan makanan. Hal ini kemungkinan terjadi karena ibu kurang mengetahui bahwa iodium yang ada pada garam sangat mudah menguap. Sebanyak 28 orang (34,6%) ibu yang menjawab salah tentang manfaat garam beriodium, dimana ibu memiliki jawaban bahwa garam beriodium adalah garam yang rasanya lebih asin dibanding dengan garam biasa.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Garam Beriodium

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 61 75,3

Cukup 14 17,3

Kurang 6 7,4


(48)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada umumnya responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 75,3%, dan yang paling sedikit adalah responden dengan pengetahuan kurang yaitu 7,4% termasuk didalamnya responden yang tidak pernah mendengar informasi tentang garam beriodium.

4.3.1Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden paling banyak adalah responden dengan tingkat pengetahuan yang baik dan berumur antara 20-44 tahun sebanyak 51,9 %. berikut adalah tabel gambaran pengetahuan ibu berdasarkan umur.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur

4.3.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pendidikan

Responden yang tidak sekolah memiliki pengetahuan yang baik tentang garam beriodium yaitu sebanyak 2 orang (2,5%), sedangkan responden yang tamat SLTP masih ada dengan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (2,5%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pendidikan

Umur

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

20-44 tahun 42 51,9 9 11,1 2 2,5 53 65,4

45-59 tahun 14 17,3 4 4,9 2 2,5 20 24,7

> 59 tahun 5 6,2 1 1,2 2 2,5 8 9,9

Total 61 75,3 14 17,2 6 7,5 81 100.0

Pendidikan

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Tidak sekolah 2 2,5 0 0 0 0 2 2,5

Tamat SD 16 19,8 8 9,9 4 4,9 28 34,6

Tamat SLTP 14 17,3 5 6,2 2 2,5 21 25,9

Tamat SLTA 24 29,6 1 1,2 0 0 25 30,9

Akademi/PT 5 6,2 0 0 0 0 5 6,2


(49)

4.3.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan pengetahuan yang baik dan memiliki pekerjaan sebagai petani, yaitu sebanyak 48,1%.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan

4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Tindakan

Sikap ibu dapat dilihat dari hasil kuesioner pernyataan sebanyak 10 pernyataan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Distribusi Pernyataan Sikap Responden Tentang Penggunaan Garam Beriodium

No Pernyataan Sikap

Jawaban

SS S TS STS

n % n % n % n %

1 Garam yang paling bagus kandungan iodiumnya adalah garam halus

21 25,9 20 24,7 31 38,3 9 11,1 2 Untuk mencari informasi

tentang garam beriodium dari petugas kesehatan

40 49,4 12 14,8 21 25,9 8 9,9 3 Dalam pembelian garam ibu

harus memperhatikan label yang bertuliskan kandungan iodium 30-80 ppm

56 69,1 18 22,2 7 8,6 0 0 4 Untuk setiap pembelian

garam ibu harus memperhatikan kemasan garam

32 39,5 16 19,8 23 28,4 10 12,3 5 Sebaiknya kemasan garam

dalam wadah yang tertutup rapat atau plastik yang tebal dan transparan

40 49,4 8 9,9 33 40,7 0 0

Pekerjaan

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

- Petani 39 48.1 11 13.6 4 4.9 54 66.7

- Buruh tani 7 8.6 0 0 0 0 7 8.6

- PNS/ABRI 5 6.2 1 1.2 0 0 6 7.4

- Pegawai swasta 3 3.7 1 1.2 1 1.2 5 6.2

- Pedagang/wiraswata 6 7.4 1 1.2 1 1.2 8 9.9

- IRT 1 1.2 0 0 0 0 1 1.2


(50)

6 Dalam membeli garam harus yang berlabel garam beriodium

22 27,2 21 25,9 38 46,9 0 0 7 Garam beriodium sebaiknya

disimpan dalam wadah yang tertutup dan kering

19 23,5 27 33,3 32 39,5 3 3,7 8 Sebaiknya menambahkan

garam pada saat makanan siap untuk dihidangkan 4agar iodiumnya tidak rusak

9 11,1 35 43,2 37 45,7 0 0

9 Pada saat memasak garam digerus bersama bumbu sedikit, dan ditambahkan setelah diangkat dari kompor dan ditutup

4 4,9 41 50,6 28 34,6 8 9,9

10 Dalam setiap pengambilan garam dari wadah/tempat sebaiknya menggunakan sendok

16 19,8 27 33,3 38 46,9 0 0

Dari sikap ibu dapat dilihat bahwa 38 orang (46,9%) ibu tidak setuju dalam setiap pembelian garam harus yang berlabel garam beriodium. Sebanyak 38 orang (46,9%) ibu tidak setuju dalam setiap pengambilan garam dari tempatnya sebaiknya menggunakan sendok karena ibu sudah terbiasa menggunakan tangan. Dan sebanyak 37 orang (45,7%) ibu tidak setuju menambahkan garam pada saat makanan siap untuk dihidangkan karena menurut ibu jika menambahkan garam pada saat makanan siap untuk dihidangkan, garam tidak akan tercampur rata dengan makanan. Sebanyak 33 orang (40,7%) ibu mengatakan tidak setuju jika kemasan garam dalam wadah yang tertutup rapat atau plastik yang tebal dan transparan.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Garam Beriodium

Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan kategori sikap baik yaitu sebanyak 48,1% kemudian responden dengan kategori sikap kurang sebanyak 37,0% dan paling sedikit adalah responden kategori sikap cukup yaitu sebanyak 14,8%.

Sikap Frekuensi Persentase

- Baik 39 48.1

- Cukup 12 14.8

- Kurang 30 37.0


(51)

4.4.1 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel diketahui bahwa responden paling banyak dengan sikap yang baik adalah berumur antara 20-44 tahun sebanyak 32,1%. berikut adalah tabel gambaran sikap berdasarkan umur.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur

4.4.2 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pendidikan

Responden dengan sikap yang baik memiliki pendidikan SD dan SLTA yaitu sebanyak 13 orang (33,3%), dan dari 5 orang responden yang memikili pendidikan Akademi/PT 3 orang (3,7%) responden memiliki sikap kurang tentang penggunaan garam beriodium.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pendidikan

Umur

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

20-44 tahun 26 32,1 8 9,9 19 23,5 53 65,4

45-59 tahun 9 11,1 3 3,7 8 9,9 20 24,7

> 59 tahun 4 4,9 1 1,2 3 3,7 8 9,9

Total 39 48,1 12 14,8 30 37,0 81 100,0

Pendidikan

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Tidak sekolah 1 1,2 0 0 1 1,2 2 2,5

- Tamat SD 13 33,3 5 6,2 10 12,3 28 34,6

- Tamat SLTP 10 12,3 4 4,9 7 8,6 21 25,9

- Tamat SLTA 13 33,3 3 25,0 9 30,0 25 30,9

- Akademi/PT 2 5,1 0 0 3 3,7 5 6,2


(52)

4.4.3 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan sikap yang baik dan memiliki pekerjaan sebagai petani, yaitu sebanyak 25,9%.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pekerjaan

4.4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Pengetahuan

Untuk mengetahui kategori sikap ibu berdasarkan pengetahuan dapat dilihat dari tabel hasil tabulasi silang dibawah ini:

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Sikap Ibu Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Garam Beriodium

Berdasarkan hasil tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa dari 61 orang yang memiliki pengetahuan baik, ternyata ada 20 orang (66,7%) yang memiliki sikap kurang.

4.4.5 Gambaran Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden paling banyak adalah responden dengan sikap yang baik dan memiliki tindakan yang cukup, yaitu sebanyak 39,5%.

Pekerjaan

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Petani 21 25.9 10 12.3 23 28.4 54 66.7

Buruh tani 6 7.4 0 0 1 1.2 7 8.6

PNS/ABRI 5 6.2 0 0 1 1.2 6 7.43

Pegawai swasta 3 3.7 2 2.5 0 0 5 6.2

Pedagang/wiraswata 4 4.9 0 0 4 4.9 8 9.9

IRT 0 0 0 0 1 1.2 1 1.2

Total 39 48.1 12 14.8 30 37.0 81 100.0

Pengetahuan

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Baik 32 39,5 9 11,1 20 24,7 61 75.3

Cukup 7 8,6 1 1,2 6 7,4 14 17.3

Kurang 0 0 2 2,5 4 4,9 6 7.4


(53)

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Sikap Ibu Berdasarkan Tindakan Ibu Tentang Garam Beriodium

4.5 Gambaran Tindakan Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pengetahuan Dalam Penggunaan Garam Beriodium

Gambaran tindakan responden dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan mencakup tindakan sebanyak 10 pertanyaan. Kemudian hasil penelitian dikategorikan menjadi 3 kategori tindakan, yaitu tindakan baik, cukup dan kurang. Berikut adalah hasil penelitian mengenai tindakan responden.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam Penggunaan Garam Beriodium

Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan kategori tindakan cukup yaitu sebanyak 70,37% kemudian responden dengan kategori tindakan kurang yaitu sebanyak 16,05% dan paling sedikit adalah responden kategori baik sebanyak 13,58%.

Dari hasil penelitian tindakan ibu dapat dilihat bahwa 73 orang (90,12%) ibu tidak menggunakan garam beriodium dalam bentuk halus karena menurut ibu garam halus dan garam kasar sama-sama mempunyai kandungan iodium. Sebanyak 50 orang (61,72%) ibu menggunakan garam beriodium pada tahap awal pemasakan karena ibu tidak mengetahui saat yang tepat untuk menggunakan garam beriodium pada saat memasak. Dan sebanyak 58 orang (71,60%) ibu tidak menggunakan garam beriodium pada saat menggiling bumbu dan

Tindakan

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Baik 6 7,4 2 2,5 3 3,7 11 13,6

Cukup 32 39,5 7 8,6 18 22,2 57 70,4

Kurang 1 1,2 3 3,7 9 11,1 13 16,0

Total 39 48,1 12 14,8 30 37.0 81 100,0

Tindakan Frekuensi Persentase

Baik 11 13,58

Cukup 57 70,37

Kurang 13 16,05


(54)

ditambahkan lagi setelah diangkat dari kompor lalu ditutup, hal ini disebabkan karena faktor kebiasaan dan menurut ibu lebih praktis memasukkan garam pada saat proses memasak.

Tabel 4.16 Distribusi Tindakan Responden Dalam Penggunaan Garam Beriodium

No Pertanyaan Tindakan

Jawaban

Salah Benar

n % n %

1 Dalam mencari informasi tentang garam beriodium ibu bertanya kepada petugas kesehatan

30 37,04 51 62,96 2 Ibu membeli garam dalam bentuk garam

halus 73 90,12 8 9,88

3 Setiap membeli garam ibu selalu memperhatikan label yang bertuliskan kandungan iodium 30-80 ppm

12 14,81 69 85,19 4 Ibu membeli garam yang dikemas dan

bermerk 13 16,05 68 83,95

5 Ibu selalu memperhatikan kemasan garam dalam wadah yang tertutup rapat atau plastik yang tebal dan transparan

29 35,80 52 65,20 6 Dalam membeli garam ibu memilih garam

yang berlabel garam beriodium 12 14,81 69 85,19

7 Ibu menyimpan garam dalam wadah yang

kering dan tertutup 37 45,68 44 54,32

8 Dalam penggunaan garam beriodium, ibu menambahkan garam pada saat makanan siap untuk dihidangkan agar iodiumnya tidak rusak

50 61,72 31 38,27 9 Ibu menggunakan garam pada saat memasak

digerus bersama bumbu sedikit, dan ditambahkan setelah diangkat dari kompor dan ditutup

58 71,60 23 28,40 10 Ibu menyimpan garam ditempat yang sejuk,

jauh dari panas api dan terhindar dari sinar matahari.

25 30,86 56 69,14

Keterangan: SS (Sangat Setuju) S (Setuju)


(1)

(2)

s


(3)

(4)

(5)

(6)