Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

(1)

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINDAKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KELURAHAN DURIAN

KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN

SKRIPSI

Salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

MUSTAQIM INDRA JAYA 060902022

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJATERAAN SOSIAL MUSTAQIM INDRA JAYA

060902022

ABSTRAK

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINDAKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KELURAHAN DURIAN

KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 77 halaman, 44 tabel, 2 bagan, 5 lampiran, serta 22 kepustakaan)

Judul ini saya buat berdasarkan pengamatan saya mengenai persepsi masyarakat mengenai tingkat sosial ekonomi rendah berdampak terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Beratnya beban perekonomian kehidupan berumah tangga membuat resiko kekerasan terhadap anggota keluarga sangat mungkin terjadi, baik berupa kekerasan ekonomi, fisik, psikis maupun seksual. Di tambah budaya patriarki yang masih berkembang di masyarakat.

Sebagai lokasi penelitian adalah Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2147 kepala keluarga. Untuk mendapatkan sampel, saya menggunakan rumus Taro Yamane, sehingga di dapat sampel sebanyak 95 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan memilih 3 lingkungan terlebih dahulu, yaitu lingkungan IV, lingkungan V dan lingkungan XI. Lingkungan tersebut berdasarkan pengamatan saya memiliki tingkat sosial ekonomi masyarakat yang heterogen. Setelah itu dilakukan penarikan sampel secara acak, sehingga setiap keluarga yang bertempat tinggal di 3 lingkungan tersebut memiliki peluang yang sama untuk menjadi responden. Saya menggunakan angket sebagai alat untuk mendapatkan data yang saya butuhkan. Dalam angket saya membuat 35 pertanyaan, 7 pertanyaan untuk mengetahui identitas responden, 14 untuk melihat sosial ekonomi, dan 14 untuk mengukur tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

Data-data yang di dapat melalui angket saya tabulasikan, kemudian dihitung melalui analisis kuantitatif. Pada analisis kuantitatif diketahui bahwa sosial ekonomi rumah tangga di Kelurahan Durian adalah sedang, yang artinya sebagian besar pengasilan dan pengeluaran adalah seimbang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini terbukti melalui hasi analisa korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment, dimana koefisien korelasi (Rxy) = 0,278 dan koefisien korelasi pada tabel taraf signifikan 5% yaitu 0,201. Maka berdasarkan ketentuan Guilford koefisien korelasi (Rxy) sebesar 0,278 mempunyai arti bahwa pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di Kelurahan Durian menunjukka n tingkat hubungan tapi pasti. Karena Rxy hitung > Rxy tabel, maka menunjukkan bahwa hipotesa (Ha) diterima.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini diajukan guna mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas SumateraUtara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, baik dalam penyajian maupun penguraiannya. Untuk itu penulis menharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Tuti Atika, M.SP, selaku pembimbing penulis.

4. Bapak Putera Ramadan, S.STP, selaku Lurah Durian beserta staff yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di daerah tersebut.

5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Murwinto dan Ibunda Dra. Setiaty yang telah memberikan semangat, perhatian dan dukungan baik moril maupun materil serta yang selalu mendoakan penulis selama ini


(4)

6. Kakak dan adik penulis (Kak Sari, Kak Wita, Fina dan Bowo) yangtelah memberikan semangat, perhatian, bantuan dan dukungan kepada penulis serta mendoakan penulis selama ini.

7. Seluruh kawan-kawan ilmu Kesejahteraan Sosial stambuk 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Selamat berjuang di dunia nyata.

8. Buat kawan-kawan Hmi Komisariat Fisip USU stambuk 2006 yang telah banyak membantu penulis baik tenaga maupun pemikiran dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga tetap setia di garis perjuangan.

9. Buat seluruh keluarga besar Hmi komisariat Fisip USU, baik alumni, senioren pengurus maupun kawan-kawan yang akan meneruskan jalanya roda organisasi Hmi Komisariat Fisip USU.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis,yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2011 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... x

1.1.Latar Belakang ... 1

2.1.Perumusan Masalah ... 8

3.1.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

4.1.Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengertian Sosial Ekonomi... 10

2.2. Konsep Rumah Tangga ... 11

2.2.1. Peran dan Fungsi Rumah Tangga ... 12

2.3. Pengertian Keluarga ... 13

2.3.1. Ciri-ciri Keluarga ... 14

2.3.2. Fungsi Keluarga ... 15

2.4. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 17

2.4.1. Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Masalah sosial ... 19

2.4.2. Wujud Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 20

2.4.3. Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 21

2.5. Kerangka Pemikiran... 22

2.6. Hipotesa ... 25

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 25

2.7.1. Defenisi Konsep ... 25

2.7.2. Defenisi Operasional ... 26

BAB III METODE PENELITIAN SOSIAL ... 28

3.1. Tipe Penelitian ... 28


(6)

3.3. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28

3.3.2. Sampel ... 29

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 30

3.5. Tehnik Analisis Data... 31

BAB IV DESKRIPSI LOKASI ... 33

4.1. Letak Kelurahan Durian ... 33

4.2 Keadaan Demografi ... 34

4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis kelamin... 35

4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 36

4.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 38

4.2.4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 39

4.2.5. Komposisi Penduduk Menurut Angkatan Kerja ... 40

4.2.6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 41

4.3. Sarana dan Prasarana ... 42

4.3.1. Sarana Jalan ... 42

4.3.2. Sarana Air Bersih ... 43

4.3.3. Sarana Kesehatan ... 43

4.3.4. Sarana Peribadatan ... 44

4.3.5. Sarana Pendidikan ... 45

4.3.6. Prasarana Hiburan dan Rekreasi ... 46

4.3.7. Sarana Komunikasi... 46

4.4. Struktur Pemerintahan... 47

BAB V ANALISI DATA ... 48

5.1. Karakteristik Responden ... 48

5.2. Gambaran Variabel Penelitian ... 51

5.2.1. Gambaran Variabel Bebas (X) ... 51


(7)

5.3. Uji Hipotesis... 73

5.4. Koefisien Determinasi... 74

BAB VI PENUTUP ... 76

6.1. Kesimpulan ... 76

6.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(8)

Tabel – 1 : Luas Kelurahan Durian ... 34

Tabel – 2 : Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa ... 35

Tabel – 3 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 36

Tabel – 4 : Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 37

Tabel – 5 : Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 38

Tabel – 6 : Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 39

Tabel – 7 : Komposisi Penduduk Menurut Tenaga Kerja ... 40

Tabel – 8 : Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 41

Tabel – 9 : Sarana Jalan ... 42

Tabel – 10: Sarana Air Bersih ... 43

Tabel – 11: Sarana Kesehatan ... 44

Tabel – 12: Sarana Peribadatan ... 45

Tabel – 13: Sarana Pendidikan ... 45

Tabel – 14: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel – 15: Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 49

Tabel – 16: Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 50

Tabel – 17: Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 51

Tabel – 18: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Suami ... 52

Tabel – 19: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Istri... 53

Tabel – 20: Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami ... 53

Tabel – 21: Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Istri ... 54

Tabel – 22: Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Rumah Tangga ... 55

Tabel – 23: Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga ... 56

Tabel – 24: Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 56

Tabel – 25: Distribusi Responden Berdasarkan Penghuni Tempat Tinggal ... 57


(9)

Berkumpul di Rumah ... 58 Tabel – 27: Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas

Komunikasi Keluarga ... 59 Tabel – 28: Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas

Komunikasi dengan Tetangga ... 59 Tabel – 29: Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas

Beribadah Bersama... 60 Tabel – 30: Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan

Kebutuhan Pakaian ... 61 Tabel – 31: Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan

Kebutuhan Rekreasi ... 62 Tabel – 32: Distribusi Responden Berdasarkan Usia Perkawinan ... 63 Tabel – 33: Distribusi Responden Berdasarkan Pengambil

Keputusan di Rumah Tangga ... 64 Tabel – 34: Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas

Permasalahan di Rumah Tangga ... 65 Tabel – 35: Distribusi Responden berdasarkan Permasalahan Berdampak

Pertengkaran ... 66 Tabel – 36: Distribusi Responden Berdasarkan Pertengkaran Berdampak

Kekerasan ... 66 Tabel – 37: Distribusi Responden Berdasarkan Pelaku KDRT ... 67 Tabel – 38: Distribusi Responden Berdasarkan Menerima Pemukulan .... 68 Tabel – 39: Distribusi Responden Berdasarkan Menerima

Ancaman Senjata ... 68 Tabel – 40: Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas

Pasangan Selingkuh ... 69 Tabel – 41: Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas

Menerima Penghinaan ... 70 Tabel – 42: Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan Pokok Tidak

Terpenuhi ... 70


(10)

Menerima Perampasan Harta ... 71 Tabel – 44: Distribusi Responden Berdasarkan

Eksploitasi oleh Keluarga ... 72 Tabel – 45: Distribusi Responden Berdasarkan


(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pemikiran... 24 Bagan Struktur Pemerintahan... 47


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJATERAAN SOSIAL MUSTAQIM INDRA JAYA

060902022

ABSTRAK

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINDAKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KELURAHAN DURIAN

KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 77 halaman, 44 tabel, 2 bagan, 5 lampiran, serta 22 kepustakaan)

Judul ini saya buat berdasarkan pengamatan saya mengenai persepsi masyarakat mengenai tingkat sosial ekonomi rendah berdampak terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Beratnya beban perekonomian kehidupan berumah tangga membuat resiko kekerasan terhadap anggota keluarga sangat mungkin terjadi, baik berupa kekerasan ekonomi, fisik, psikis maupun seksual. Di tambah budaya patriarki yang masih berkembang di masyarakat.

Sebagai lokasi penelitian adalah Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2147 kepala keluarga. Untuk mendapatkan sampel, saya menggunakan rumus Taro Yamane, sehingga di dapat sampel sebanyak 95 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan memilih 3 lingkungan terlebih dahulu, yaitu lingkungan IV, lingkungan V dan lingkungan XI. Lingkungan tersebut berdasarkan pengamatan saya memiliki tingkat sosial ekonomi masyarakat yang heterogen. Setelah itu dilakukan penarikan sampel secara acak, sehingga setiap keluarga yang bertempat tinggal di 3 lingkungan tersebut memiliki peluang yang sama untuk menjadi responden. Saya menggunakan angket sebagai alat untuk mendapatkan data yang saya butuhkan. Dalam angket saya membuat 35 pertanyaan, 7 pertanyaan untuk mengetahui identitas responden, 14 untuk melihat sosial ekonomi, dan 14 untuk mengukur tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

Data-data yang di dapat melalui angket saya tabulasikan, kemudian dihitung melalui analisis kuantitatif. Pada analisis kuantitatif diketahui bahwa sosial ekonomi rumah tangga di Kelurahan Durian adalah sedang, yang artinya sebagian besar pengasilan dan pengeluaran adalah seimbang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini terbukti melalui hasi analisa korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment, dimana koefisien korelasi (Rxy) = 0,278 dan koefisien korelasi pada tabel taraf signifikan 5% yaitu 0,201. Maka berdasarkan ketentuan Guilford koefisien korelasi (Rxy) sebesar 0,278 mempunyai arti bahwa pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di Kelurahan Durian menunjukka n tingkat hubungan tapi pasti. Karena Rxy hitung > Rxy tabel, maka menunjukkan bahwa hipotesa (Ha) diterima.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Negara mengakui bahwa segala bentuk kekerasan yang terjadi merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Hal ini sesuai dengan pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”

Demikian juga kekerasan yang terjadi di dalam sebuah rumah tangga yang sering disebut dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Tindakan tersebut pada umumnya didominasi oleh suami atau laki-laki terhadap anggota keluarga yang lebih lemah sehingga pada akhirnya menimbulkan korban yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari hasil Survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Tahun 2006 oleh BPS dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, khususnya mengenai tindak kekerasan terhadap perempuan menurut pelakunya menunjukkan bahwa pelaku tindakan kekerasan dalam rumah tangga adalah sebanyak 51,1% (pelaku: suami); 11,7% (pelaku: orang tua/mertua, anak/cucu, dan famili); 19,6%(pelaku: tetangga); 2,5%(pelaku: atasan/majikan); 2,9 (pelaku: rekan kerja); 0,2% (pelaku: guru); dan 8,0% (pelaku:


(14)

lainnya). Hal ini tentu saja cukup memprihatinkan

Sedangkan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan data dari unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Reskrim Poltabes Medan mulai tahun 2006 hingga April 2008, terdapat sebanyak 781 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta 10 kasus perdagangan wanita (human trafficking). Ke-871 kasus yang ditangani tersebut termasuk kasus asusila seperti pemerkosaan, percabulan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan terhadap anak-anak lainnya. Dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 unit PPA Reskrim Poltabes MS menangani 238 kasus, 54 kasus telah dikirim ke Kejaksaan, sedangkan 82 kasus sudah selesai dan selebihnya masih dalam proses penyelidikan. Sementara tahu 2007 terjadi peningkatan kasus kekerasaan terhadap perempuan dan anak di Medan, yang mencapai 165 kasus dimana 238 kasus terjadi di tahun 2006 menjadi 394 kasus di tahun 2007. Dari 394 kasus yang ditangani unit PPA Poltabes MS, 79 kasus telah dikirim ke Kejaksaan, sedangkan 126 kasus telah diselesaikan dan 29 kasus dalam proses penyelidikan (Hariansib:2008).

Berdasarkan hasil pemantauan Perkumpulan Sada Ahmo terhadap media lokal, bahwa di Sumatera Utara yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga sepanjang tahun 2009 tercatat ada 81 orang atau 42 persen perempuan mengalami kekerasan seksual, sementara 17 orang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Sedangkan Data dari Rumah Aman Perempuan Sinceritas,


(15)

berdasarkan kasus yang mereka dampingi menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga mendominasi. Dari 100 kasus yang ditangani selama tahun 2009, sebanyak 61 kasus atau 61 persen kasus yang muncul adalah kekerasan dalam rumah tangga. Sementara kasus pelecehan seksual berjumlah 20 kasus atau 20 persen (Kompas:2010).

Berdasarkan data dari catatan Komnas Perempuan dalam pelaporan kasus kekerasan dalam rumah tangga menggambarkan adanya peningkatan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga dari tahun ke tahun, yakni dimulai tahun 2004 (2.425 kasus), tahun 2005 (6.029 kasus), tahun 2006(2.789 kasus), dan tahun 2007(19.253 kasus). Sehingga keseluruhan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga sejak tahun 2004 sampai dengan 2007 adalah sebanyak 30.496 kasus. Diantara korban tersebut, terbanyak adalah isteri, yakni mencapai 85% (25.788 kasus )dari total korban. Anak perempuan merupakan korban ketiga terbanyak (1.693 kasus) setelah pacar (2.548 kasus) dan pembantu rumah tangga menduduki posisi keempat terbanyak (467 kasus)

Salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di masyarakat adalah faktor ekonomi. Karena desakan ekonomi, menyebabkan kebutuhan hidup semakin hari semakin besar, maka pelaku yang merupakan kepala rumah tangga menjadi hilang akal. Mereka melampiaskan dengan melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang berada dalam lingkungan rumah tangganya. Ditambah lagi tingkat pendidikan pelaku maupun korban rendah. Mereka tidak mengetahui akibat dan hukuman yang akan mereka


(16)

dapatkan setelah tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut

Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu anggota Woman Crisis Center (WCC) Cahaya Melati kota Magelang bahwa sebagian besar korban tindak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kota Magelang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Sehingga persoalan kekerasan dalam rumah tangga muncul karena mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga

Data lain menunjukkan kekerasan dalam rumah tangga juga terjadi di wilayah pedesaan Indonesia yang seperti kita ketahui bahwa sebagian besar keadaan ekonomi keluarganya berada di bawah garis kemiskinan . Ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari Menteri Pemberdayaan Perempuan yaitu, 11,4 persen dari 217 juta penduduk Indonesia atau sekitar 24 juta perempuan di pedesaan mengaku pernah mengalami kekerasan dan yang terbesar adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga 49

Selain faktor ekonomi, tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya patriarkhi yang muncul di masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern yang menyatakan bahwa kehidupan di dunia perkawinan (rumah tangga) merupakan sebuah area tertutup atau hanya untuk kalangan sendiri. Artinya, ada keengganan untuk membicarakan persoalan kekerasan dalam rumah tangga kepada orang luar, karena memang ada nilai-nilai yang melembagakan kesakralan keluarga dan perkawinan (Hayati, 2000:40).


(17)

Selain itu, budaya patriarkhi tersebut sering di salah artikan oleh masyarakat. Masyarakat menilai bahwa laki-laki memiliki kekuasaan penuh di dalam keluarga sehingga menimbulkan pembenaran terhadap perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh suami sebagai kondisi yang dapat ditoleransi oleh anggota keluarga lainnya. Sedangkan perempuan akan menjadi terhormat sebagai perempuan sejati apabila bisa menegaskan kelembutan, kemanjaan, kepasrahan, sekaligus sebagai pengakuan atas kekuasaan laki-laki terhadapnya (Daulay, 2007:113).

Penilaian masyarakat tersebut menyebabkan munculnya sikap yang membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, sehingga menimbulkan ketidakadilan gender di masyarakat. Hal ini diperkuat oleh beberapa fakta yang berkembang di masyarakat, pertama bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. Kedua masyarakat masih membesarkan anak laki-laki dengan mendidiknya agar mereka menjadi manusia kuat dan pemberani. Ketiga, kebudayaan masyarakat Indonesia yang mendorong perempuan atau istri selalu bergantung kepada suami, khususnya secara ekonomi.

Dari ketiga fakta tersebut, mengakibatkan ketergantungan perempuan terhadap laki-laki sangat besar. Ketergantungan tersebut sering dimanfaatkan dan di salah artikan oleh laki-laki untuk melakukan suatu tindakan kekerasan yang menimbulkan dampak traumatik bagi korban yaitu, perempuan dan anak-anak.

Untuk mengantisipasi tindakan kekerasan dalam rumah tangga, pemerintah telah melakukan upaya pencegahan terhadap tindakan tersebut dengan menetapkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Di dalam


(18)

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga” item/3/UNDANG-UNDANG KDRT

Akan tetapi, penetapan UU No.23 Tahun 2004 tersebut terkesan tidak memiliki kekuatan di depan hukum. Hal ini dapat dilihat dengan ketidakmampuan pemerintah dalam melakukan penegakkan hukum terhadap para pelaku tindakan kekerasaan dalam rumah tangga tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Pelaku dapat bebas melakukan aktifitasnya sehari-hari tanpa harus khawatir dengan tindakan mereka yang melanggar hukum sehingga hal tersebut tidak menimbulkan rasa bersalah.

).

Sungguh hal tersebut tidak dapat dibiarkan, mengingat dampak yang akan timbul dari potensi ledakan yang terjadi di rumah tangga tersebut adalah akan semakin banyaknya korban kekerasan dalam rumah tangga yang akan bermunculan. Walaupun pemerintah telah melakuka n pencegahan dengan menetapkan UU No. 23 Tahun 2004, tetapi jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga dari tahun ke tahun terus meningkat.

Melihat data-data di atas, menimbulkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena keluarga yang selama ini dianggap sebagai tempat yang paling aman dan bebas bagi siapa saja terhadap tindak kekerasan ternyata tidak terbukti, ini


(19)

dibuktikan dengan banyaknya penganiayaan fisik dan psikis yang dilakukan oleh suami, istri maupun orang-orang yang masih memiliki pertalian darah.

Setiap insan manusia yang berkeluarga sangat mendambakan kehidupan yang harmonis dengan dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang antar anggota keluarga. Keluarga yang damai, tentram dan bahagia merupakan tujuan setiap insan dalam menjalani kehidupan perkawinannya, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani kehidupan rumah tangganya dengan penuh cinta, kasih sayang dalam suasana kedamaian dan kebahagiaan.

Berdasarkan hal di atas, maka kekerasan dalam rumah tangga tidak mungkin terjadi mengingat rumah tangga dibangun oleh sebuah perkawinan yang sah dan sakral dengan tujuan untuk membentuk sebuah keluarga yang harmonis. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 1 Tahun 1974 mengenai perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa” (Bakry, 1978:3).

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh sosial ekonomi terhadap kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga. Dengan melihat pengaruh sosial ekonomi tersebut, maka dapat diketahui bagaimana sebenarnya keterbukaan dan pengetahuan masyarakat Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Penelitian ini di rangkum dalam skripsi dengan judul: “Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan


(20)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Sejauhmana Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan?”

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana sosial ekonomi keluarga mempengaruhi tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pemecahan masalah tindakan kekerasan dalam rumah tangga dan dapat digunakan untuk lebih mendalami pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu penelitian ini diharapkan sebagai penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh peneliti sebagai mahasiswa Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP USU serta untuk menambah wawasan keilmuan dan pengalaman bagi peneliti.


(21)

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan di teliti, kerangka penelitian, hipotesa, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat dan gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis yang penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakuka n.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang laindisekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan)(KBBI,1996:251).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan


(23)

kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981:35).

2.2. Konsep Rumah Tangga

Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut tradisi. Konstruksi sosial yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan di dalam rumah tangga adalah ayah. Namun, pada beberapa daerah pedesaan di Jawa, keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggotanya, ayah selalu mengajak bermusyawarah ibu, serta anak-anak yang dianggap sudah mampu (Murniati, 2004:203).

Agar kehidupan keluarga yang hidup di dalam sebuah rumah tangga berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan pengelolaan yang disebut manajemen rumah tangga. Di dalam manajemen rumah tangga terdapat tiga unsur pokok, yang dalam praksisnya merupakan suatu proses. Tiga unsur pokok tersebut adalah:

a) Pertama adalah perencanaan, yaitu menentukan lebih dahulu suatu tindakan yang akan dikerjakan sesuai dengan tujuan dan sasaran anggotanya.


(24)

b) Kedua adalah pelaksanaan, yaitu suatu pengendalian untuk mengetahui terjadi penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaannya.

c) Dan unsur yang terakhir adalah evaluasi dan refleksi yang dilakukan secara periodik sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota dalam rumah tangga.

Suatu hal yang manusiawi apabila orang tidak menyukai terhadap kesalahan dan kegagalan yang terjadi berulang-ulang. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi, di mana evaluasi tersebut merupakan penilaian terhadap pekerjaan, perbuatan, pelaksanaan kegiatan yang telah dikerjakan. Evaluasi sebaiknya dilakukan di dalam musyawarah keluarga sebagai anggota rumah tangga. Setelah dilakukan penilaian maka akan diperoleh nilai baik atau buruk.

Hasil dari penilaian tersebut dapat dikatakan sebagai tolak ukur. Tolak ukur tersebut dibedakan atas dua. Pertama, rumah tangga yang berorientasi kepada keselamatan jiwa dan raga para anggotanya, sedangkan tolak ukur kedua adalah rumah tangga yang berorientasi kepada benda yang bersifat duniawi.

2.2.1. Peran dan Fungsi Rumah Tangga

Setiap rumah tangga mempunyai peran dan fungsi. Tetapi secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja untuk memenuhi pangan, sandang, dan papan. Kegiatan belajar untuk anak, penyediaan dan pemeliharaan pangan, sandang, papan serta kegiatan lain yang menyangkut kebutuhan rumah tangga.

2. Administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut catat-mencatat. Kegiatan ini meliputi penyediaan dan pengaturan catatan keuangan, kartu dan surat-surat


(25)

penting yang dibutuhkan untuk urusan anggota rumah tangga (kartu keluarga, surat nikah, ijazah, dan sebagainya).

3. Berhubungan dengan pihak luar dari rumah tangga, yaitu kegiatan bernegosiasi, kegiatan berhubungan antarkeluarga dan kegiatan sosial lainnya (Murniati, 2004:206).

2.3. Pengertian Keluarga

Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto, 2004:63).

Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama (Khairuddin, 1997:7).

Definisi lain mengatakan bahwa, keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak-anak (Gunarsa, 1993:230).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau tipe keluarga, yaitu:

1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anak.


(26)

2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. 4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended

family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam

suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.

2.3.1. Ciri-ciri Keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri dari sebuah keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Unit terkecil dari masyarakat. 2. Terdiri atas 2 orang atau lebih.

3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah. 4. Hidup dalam satu rumah tangga.


(27)

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga. 6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. 8.Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

2.3.2. Fungsi Keluarga

Menurut para ahli fungsi keluarga terbagi, sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada


(28)

keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga. 7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu

pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

Dari berbagai fungsi di atas terdapat 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga lainnya, yaitu :

1. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya


(29)

2.4. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang ada di bawah realitas potensialnya. Sedangkan rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan keluarga dalam rumah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu perlakuan yang dialami oleh sebuah keluarga sehingga menimbulkan potensi korban tidak berkembang.

Menurut Hasbianto bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu bentuk penganiayaan secara fisik maupun emosional atau psikologis, yang merupakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga (Sugihastuti, 2007:173). Dalam pengertian lain kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan, juga merupakan tindakan diskriminasi.

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.”

Kekerasan dalam rumah tangga mengacu pada tindakan yang dilakukan dengan niat untuk menyakiti atau mencederai salah seorang anggota keluarga. Tindakan kekerasan tersebut bukan merupakan tindakan tunggal, akan tetapi


(30)

merupakan tindakan yang terjadi berulang-ulang bahkan dalam jangka waktu yang lama dan terhadap korban yang sama.

Jika melihat komposisi anggota di dalam sebuah rumah tangga yang biasanya terdiri ayah, ibu, dan anak-anak serta beberapa kerabat yang masih memiliki pertalian darah, maka akan terbayang suatu kehidupan yang dipenuhi kehangatan, kasih sayang dan sikap saling menghormati. Sehingga sangat mustahil apabila terjadi suatu tindakan kekerasan yang korbannya merupakan bagian dari anggota keluarga dengan pelakunya juga anggota keluarga itu sendiri.

Fenomena kekerasan dalam rumah tangga dapat dikatakan sebagai fenomena gunung es. Hal ini terjadi disebabkan korbannya sebagian besar adalah para perempuan dan anak-anak mereka. Sehingga apabila korban melaporkan tindakan kekerasan yang mereka alami, maka akan muncul ketakutan tidak akan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari karena pelakunya adalah seorang suami yang merupakan tulang punggung keluarga.

Selain itu, keadaan sosial ekonomi yang rendah juga mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi membuat emosi seseorang mudah terpancing. Apabila hal tersebut tidak dapat diredam, maka suatu tindakan kekerasan atau bahkan penelantaran keluarga oleh seorang suami terhadap kelurganya sangat mungkin terjadi. Kurang tanggapnya keluarga terdekat dan masyarakat sekitar tempat tinggal juga menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga dianggap oleh korban sebagai suatu yang normal akibat tidak adanya respon dari lingkungan sekitarnya.


(31)

2.4.1. Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Masalah Sosial

Kekerasan dalam rumah tangga dapat dikatakan sebagai kekerasan yang berbasis gender. Tindakan tersebut terjadi disebabkan sebagian besar korban adalah perempuan yang identik dengan sifat pasif, sedangkan laki-laki merupakan pemimpin dalam rumah tangga yang memiliki kekuasaan penuh terhadap anggotanya dapat bertindak sesuai keinginannya .

Oleh karena itu, kekerasan dalam rumah tangga dalam studi masalah sosial juga dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perpektif masalah sosial, perilaku menyimpang tersebut terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku terhadap berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dianggap menjadi sumber masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut berarti telah menyimpang. Oleh karena itu jalur yang harus dilalui tersebut adalah jalur pranata sosial (Soetomo, 2008:94).

Kekerasan dalam rumah tangga sangat sulit terungkap, karena masyarakat menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam sebuah rumah tangga merupakan sesuatu yang sangat privasi dan tidak perlu diketahui oleh masyarakat luas. Tetapi kenyataannya bahwa berbagai kekerasan yang terjadi dalam konteks keluarga merupakan masalah sosial yang tidak dapat dibiarkan, seperti: penganiayaan fisik, seksual, dan emosional terhadap anak-anak, agresi sesama saudara kandung, dan kekerasan dalam sebuah hubungan perkawinan.


(32)

Hal tersebut di dalam studi perilaku menyimpang diidentifikasikan sebagai penyimpangan tersembunyi atau penyimpangan terselubung. Penyimpangan tersembunyi atau terselubung tersebut adalah perilaku seseorang dalam melakukan perbuatan tercela akan tetapi tidak ada yang bereaksi atau melihatnya, sehingga oleh masyarakat dianggap seolah-olah tidak ada masalah (Soekanto dalam Soetomo, 2008:95).

2.4.2. Wujud Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga

Berdasarkan uraian diatas, maka tindakan kekerasan dalam rumah tangga termasuk ke dalam suatu perilaku yang menyimpang. Kekerasan dalam rumah tangga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kekerasan secara fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit atau luka berat.

2. Kekerasan secara seksual, yaitu setiap perbuatan yang berupa pemaksaan

hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

3. Kekerasan secara psikologis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

4. Penelantaran rumah tangga, yaitu menelantarkan anggota keluarga tanpa

memberikan kewajiban dalam hal perawatan ataupun pemeliharaan dan juga membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah tangga.


(33)

Pada umumnya kekerasan yang diderita oleh korban baik secara fisik maupun seksual bahkan penelantaran ekonomi terhadap dirinya akan berdampak besar kepada kejiwaan atau psikis korban tindak kekerasan tersebut.

2.4.3. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Suatu hal pada dasarnya tidak akan terjadi apabila tidak ada faktor-faktor pendukung yang dapat menyebabkan kekerasan terjadi di dalam sebuah rumah tangga, dalam hal ini kekerasan dalam rumah tangga dapat timbul dengan beberapa faktor pendorongnya, antara lain :

1. Masalah komunikasi dan kepercayaan, hal ini sangat penting dalam suatu

hubungan dan tidak menutup kemungkinan jika komunikasi dan kepercayaan tidak terbangun dengan baik akan menimbulkan suatu konflik.

2. Masalah kedudukan dari suami dan istri dalam suatu rumah tangga dimana hal

ini bukan tidak jarang merupakan salah satu faktor penyebab apalagi jika tidak ada kesepahaman antar pasangan.

3. Masalah ekonomi, dimana kecenderungan jika sebuah keluarga sedang

terhimpit masalah keuangan akan mungkin menimbulkan tindakan-tindakan yang dapat berbentuk kekerasan dan juga tidak menutup kemungkinan bagi keluarga yang dipandang cukup dari segi ekonomi bisa jadi jadi keegoisan akan muncul.

4. Masalah psikologi dari pasangan, jika salah satu dari suami istri memiliki

tempramen yang tinggi (emosional) dan bahkan dengan mudah “main tangan”, hal ini juga bisa menjadi pemicu.


(34)

5. Masalah seksual, banyak orang beranggapan istri adalah pihak yang subordinat terutama dalam hal urusan ranjang karena dianggap hanya sebagai pemuas, namun hal tersebut salah besar karena ada kesetaraan dalam hal ini. Tapi pada kenyataan ada pasangan yang tidak puas sehingga akan memunculkan kekerasan.

2.5. Kerangka Pemikiran

Rumah tangga merupakan suatu wadah yang di dalamnya terdiri dari keluarga yang umumnya memiliki pertalian darah antar anggotanya. Setiap anggotanya memiliki peran dan fungsi masing-masing, seperti ayah umumnya adalah seorang yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga dan paling bertanggung jawab terhadap anggota keluarga lainnya, ibu berperan sebagai pengatur keuangan rumah tangga dan melayani suami serta merawat anak-anaknya, sedangkan anak sebagai anggota keluarga yang mendapatkan proses sosialisasi segala tindak-tanduk dari orang lain disekelilingnya sebagai pembentukan tingkah laku anak tersebut.

Secara umum, keluarga merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai sarana pendidikan, perlindungan, sosialisasi, religius, rekreasi, ekonomi dan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu hal yang harus di dapatkan setiap anggotanya, sehingga keharmonisan di dalam sebuah keluarga akan terwujud.

Namun, apabila fungsi-fungsi tersebut tidak dapat di jalankan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya penyimpangan di dalam sebuah keluarga sangatlah besar. Salah satu contoh adalah apabila seorang ayah menyalahgunakan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, tetapi lebih menganggap dirinya adalah penguasa


(35)

yang harus ditakuti dan dituruti setiap kehendaknya oleh setiap anggota keluarga lainnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan potensi yang ada dalam diri anggota keluarga lainnya tidak berkembang.

Selain itu, penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat berakhir dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan, seorang kepala keluarga memiliki hak untuk menghukum setiap tindakan yang dianggap tidak sesuai oleh kepala keluarga. Hukuman yang biasanya diberikan berupa hukuman fisik yang mengakibatkan luka maupun kata-kata penghinaan yang dapat berakibat terhadap psikologi korbannya.

Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dapat dikaitkan dengan pengaruh sosial ekonomi di dalam sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, biasanya sering terjadi konflik antara suami-istri. Hal tersebut biasanya disebabkan tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh anggota keluarga sulit untuk terpenuhi akibat semakin tingginya harga kebutuhan pokok, sehingga menyebabkan kepala keluarga yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga mendapatkan tekanan dari anggota keluarganya dan pada akhirnya menimbulkan pertengkaran antara suami dan istri bahkan berakhir dengan kekerasan fisik. Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi penelantaran ekonomi oleh suami terhadap keluarganya.

Tidak hanya terjadi pada rumah tangga sosial ekonomi rendah. Kekerasan rumah tangga juga terjadi pada tingkatan sosial ekonomi tinggi. Bentuk kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga tingkatan sosial ekonomi tinggi pada umumnya adalah kekerasan bersifat psikis yang dilakukan suami terhadap istri dan


(36)

anak-anaknya. Salah satu contoh kasus adalah terjadi perselingkuhan yang dilakukan suami. Hal tersebut terjadi karena suami menganggap dapat melakukan tindakan sesuai dengan kehendaknya karena memiliki materi yang berlebih. Selain itu, Tindakan tersebut dapat terjadi akibat terlalu banyak aktivitas suami maupun istri sehingga komunikasi antara kedua belah pihak tidak terjalin dengan baik.

Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Rumah Tangga Fungsi Keluarga - Fungsi pendidikan - Fungsi sosialisasi - Fungsi religius - Fungsi rekreasi - Fungsi perlindungan - Fungsi ekonomi Keluarga

Rumah Tangga Sosial Ekonomi Tinggi

- Pemenuhan kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah

- Sangat bergantung terhadap kepala keluarga

- Tingkat pendidikan pada umumnya tinggi

Rumah Tangga Sosial Ekonomi

Rendah

- Pemenuhan kebutuhan sulit untuk dipenuhi

- Tidak terlalu bergantung kepada kepala keluarga - Tingkat pendidikan pada

umumnya rendah

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

- Kekerasan secara fisik - Kekerasan secara seksual - Kekrasan secara psikologis - Penelantaran ekonomi


(37)

2.6. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi, 1983:161)

Berdasarkan pengertian di atas

Ha : Ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan.

Ho : Tidak ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, kota Medan.

2.7. Definisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Definisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi.

b. Sosial ekonomi rumah tangga adalah keadaan atau kedudukan suatu kesatuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri dan anak yang diatur dalam posisi tertentu dalam struktur mayarakat yang menentukan hak dan kewajiban seseorang di dalam masyarakat.


(38)

c. Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

2.7.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

A. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (x) adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini, maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1991:56).

Variabel bebas (x) dalam penelitian ini yaitu kondisi sosial ekonomi rumah tangga. Indikatornya sebagai berikut:

1. Pendidikan suami-istri. 2. Pekerjaan suami-istri. 3. Penghasilan rumah tangga. 4. Pengeluaran rumah tangga.


(39)

B. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat (y) adalah sejunlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas danbukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1991:57).

Variabel terikat (y) dalam penelitian ini yaitu tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Indikatornya sebagai berikut:

1. Kekerasan secara fisik. 2. Kekerasan secara seksual. 3. Kekerasan secara psikis 4. Kekerasan secara ekonomi.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas akan ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel, untukmengetahui apakah suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya (Faisal, 2005:21).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena daerah tersebut merupakan lokasi yang masyarakatnya terdiri dari berbagai tingkatan sosial ekonomi dan juga kondisi masyarakat yang heterogen dengan perbedaan suku maupun etnis sehingga nantinya hasil dari penelitian tersebut dapat mendukung bagi peneliti.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti (Soehartono, 2008:57). Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh rumah tangga yang berjumlah 2.147 kepala keluarga.


(41)

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2004:144). Adapun populasi di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur terbagi ke dalam 12 lingkungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No. Lingkungan Jumlah Kepala Keluarga

1 Lingkungan I 189

2 Lingkungan II 132

3 Lingkungan III 101

4 Lingkungan IV 326

5 Lingkungan V 214

6 Lingkungan VI 185

7 Lingkungan VII 192

8 Lingkungan VIII 117

9 Lingkungan IX 105

10 Lingkungan X 173

11 Lingkungan XI 193

12 Lingkungan XII 220

Total 2.147

Sumber: Profil Kelurahan

Jika populasi mencapai ribuan, maka untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane sebagai berikut:

n = ___ N.(d)² + 1


(42)

Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Presisi 10% = 0,1 (Bungin, 2005:105) Maka :

n = ___ N.(d)² + 1

N___

n = ____

2147.(0,1)² + 1 2147____

n = ____

2147.(0,01) + 1 2147_____

n = ___

21,47 + 1 2147___

n = _ 22,47

2147_

n= 95,5 = 95

Agar memudahkan pengambilan sampel, maka peneliti menetapkan tiga lingkungan dari 12 lingkungan yang ada sebagai tempat pengambilan sampel, yaitu lingkungan IV, lingkungan V dan lingkungan XI. Peneliti memilih 3 lingkungan tersebut karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang heterogen.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data melalui:

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.


(43)

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mempelajari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu:

a. Kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket berupa daftar pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang harus diisi oleh responden.

b. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh.

3. Data Sekunder

Data yang bersumber dari instansi pemerintah terkait

3.5. Tehnik Analisis Data

Penelitian ini akan mengguanakan metode pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara, kemudian di tabulasikan dalam bentuk frekuensi. Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan rumus Product moment dari Pearson (Azwar, 1997)

Rumus Product moment adalah sebagai berikut: n.∑xy-(∑x).(∑y)

Rxy =

√{n∑x²-(∑x)²}{n∑y²-(∑y)²}

Dimana:

Rxy = Korelasi x dan y ∑x = Jumlah skor total x ∑y = Jumlah skor total y


(44)

∑xy = Jumlah perkalian skor butir ∑x² = jumlah kuadrat skor x ∑y² = Jumlah kuadrat skor y n = Jumlah subjek


(45)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI Letak Kelurahan Durian

Kelurahan Durian berada di Kecamatan Medan Timur dan merupkan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Durian berada di ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33C. Daerah tersebut merupakan daerah yang yang tingkat ekonomi masyarakatnya beraneka ragam.

Kelurahan Durian mempunyai batas-batas wilayah, yaitu: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Glugur Darat I. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gaharu. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Glugur Kota.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan.

Kelurahan Durian ini terdiri dari 12 lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu, wilayah Kelurahan Durian sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal pemukiman dan yang lainnya adalah luas taman serta perkantoran. Untuk lebih jelasnya luas Kelurahan Durian dapat dilihat pada tabel berikut:


(46)

TABEL 1

LUAS KELURAHAN DURIAN

No. Pemanfaatan Tanah Luas (km²)

1 Luas Pemukiman 0,38

2 Luas Kuburan -

3 Luas Pekarangan 0,01

4 Luas Taman 0,004

5 Perkantoran 0,05

6 Luas Prasrana umum lainnya 0,10

Total Luas 0,54

Sumber: Profil Kelurahan 2010

4.2. Keadaan Demografi

Kelurahan Durian mempunyai jumlah penduduk sebanyak 11.771 jiwa yang terdiri dari 2.147 Kepala Keluarga (KK). Jadi, terdapat jumlah rata-rata per KK adalah 5,48 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Durian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantauan yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari berbagai suku bangsa, namun mayoritas penduduknya adalah Cina sekitar 3.133 jiwa. Selain itu, di kelurahan ini juga terdapat penduduk dari suku Simalungun, Tapanuli, Karo, Jawa dan lain-lain. Berikut ini tabel komposisi penduduk Kelurahan Durian.


(47)

TABEL 2

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT SUKU BANGSA

No. Suku Orang

1 Simalungun 1.447

2 Tapanuli 2.574

3 Karo 224

4 Minang 1.611

5 Nias 178

6 Melayu 784

7 Aceh 154

8 Jawa 1.286

9 China 3.133

10 India 70

11 Manado 310

Total 11.771

Sumber: Profil Kelurahan 2010

4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.


(48)

TABEL 3

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 5.859

2 Perempuan 5.912

Total 11.771

Sumber: Profil Kelurahan 2010

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa perbedaan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari pada laki-laki. Perbandingannya adalah penduduk perempuan berjumlah 5.912 jiwa sedangkan penduduk laki-laki berjumlah sekitar 5.859 jiwa.

4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia

Penduduk Kelurahan Durian terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.


(49)

TABEL 4

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT USIA

No. Golongan Usia Jumlah

1 0-12 bulan 93

2 1-4 tahun 550

3 5-8 tahun 668

4 9-12 tahun 661

5 13-15 tahun 501

6 16-18 tahun 531

7 19-25 tahun 1.422

8 26-35 tahun 1.923

9 36-45 tahun 2.169

10 46-50 tahun 771

11 51-58 tahun 1.180

12 Lebih dari 59 tahun 1.302

Total 11.771

Sumber: Profil Kelurahan 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa golongan usia penduduk di Kelurahan Durian tersebut di dominasi oleh penduduk berusia 19-45 tahun yaitu sekitar 5.514 orang. Golongan usia 51-58 tahun ada sekitar 1.302 orang. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di Kelurahan Durian jumlahnya relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel golongan usia penduduk 0-12 bulan berjumlah 93 orang. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sangat minim.


(50)

4.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Menurut kriteria agama penduduk Kelurahan Durian menganut berbagai macam agama yang dapat dilihat dari tabel berikut.

TABEL 5

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT AGAMA

No. Agama Jumlah

1 Islam 6.021

2 Protestan 2.359

3 Katholik 214

4 Budha 3.116

5 Hindu 41

6 Sikh 20

Total 11.771

Sumber: Profil Kelurahan 2010

Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk Kelurahan Durian mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 6.021 jiwa. Sebagian penduduk beragama Budha yaitu 3.116 jiwa, Kristen Protestan sebanyak 2.359 jiwa, Kristen Katolik 214 jiwa, Hindu dianut oleh 41 jiwa dan agama Sikh sebanyak 20 jiwa. Penduduk yang beragama Hindu dan Sikh biasanya dianut oleh penduduk dari Etnis India.

Tingkat toleransi beragama di Kelurahan Durian sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernah ada konflik antar agama yang terjadi di daerah ini yang dapat memancing perilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agama dapat


(51)

melaksanakan ibadah dan perayaan hari-hari besar keagamaannya sesuai ajaran agamanya di tempat peribadatan agama masing-masing.

4.2.4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Untuk melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Durian dapat dilihat dari tabel berikut ini.

TABEL 6

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 1.242

2 Tidak Tamat SD 2.322

3 Tamat SD 2.473

4 Tamat SMP 2.447

5 Tamat SMA 2.465

6 Tamat Perguruan Tinggi/Akademi 822

Total 11.771

Sumber: Profil Kelurahan 2010

Perkembangan pendidikan di Kelurahan Durian dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat hampir meratanya jumlah lulusan dari tingkat SD ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah tamatan SD sebanyak 2.473 orang, tamatan SMP sebanyak 2447 orang dan tamatan SMA sebanyak 2465 orang. Namun, tidak dengan tamatan Perguruan Tinggi/Akademi yang jumlahnya hanya berkisar 822 orang saja. Hal ini mungkin disebabkan kondisi perekonomian masyarakat menengah kebawah, sehingga tidak mampu untuk menyekolahkan


(52)

anak mereka ataupun individu-individu tersebut lebih memilih bekerja daripada melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi.

4.2.5. Komposisi Penduduk Menurut Angkatan Kerja TABEL 7

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT TENAGA KERJA

No. Angkatan Kerja Jumlah

1 Usia 15-60 tahun 9.512

2 Ibu Rumah Tangga 212

3 Penduduk masih sekolah 1.992

Total 11.716

Sumber: Profil Kelurahan 2010

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dipahami bahwa jumlah angkatan kerja yang berusia 15-60 tahun adalah yang paling tinggi sebanyak 9.512 orang. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa mereka adalah wiraswastawan dan pegawai. Pada usia 15-60 tahun tersebut bisa saja mereka adalah pria dan wanita.

4.2.6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Durian dapat dilihat pada tabel berikut.


(53)

TABEL 8

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 PNS 408

2 Pegawai Swasta 1.579

3 Pegawai BUMN 60

4 Wiraswasta 2.654

5 Supir 59

6 Pensiunan 475

7 Nelayan 3

8 Petani 3

9 ABRI 64

Total 5.305

Sumber: Profil kelurahan 2010

Berdasarkan mata pencaharian penduduk di Kelurahan Durian yang telah bekerja tercatat sebanyak 5.305 orang dan 2.654 orang di antaranya bekerja sebagai wiraswasta. Hal ini disebabkan di beberapa lingkungan yang terdapat di Kelurahan Durian merupakan kawasan pertokoan atau rumah toko (ruko) yang dimanfaatkan penghuninya untuk membuka berbagai kegiatan usaha yang dikelola oleh pemilik ruko. Selain itu, mata pencaharian penduduk Kelurahan Durian adalah pegawai, baik pegawai negeri sipil sekitar 408 orang, pegawai swasta 1.579 orang maupun pegawai BUMN sebanyak 60 orang.


(54)

4.3. Sarana dan Prasarana 4.3.1. Sarana Jalan

TABEL 9 SARANA JALAN

No. Kelas Jalan Kondisi

1 Jalan Kampung Baik

2 Gang Rusak

3 Jembatan Kelurahan -

Sumber: Profil kelurahan 2010

Kondisi jalan di Kelurahan Durian sebagian besar sudah diaspal, akan tetapi masih terdapat beberapa jalan yang mulai berlubang akibat sering terendam banjir akibat hujan lebat. Setiap hari jalan-jalan tersebut menjadi lintasan bagi berbagai kendaraan pribadi maupun kendaran umum dan jalan-jalan tersebut sering terjadi kemacetan, terutama ketika pagi hari dan sore hari. Hal tersebut terjadi disebabkan jalan-jalan tersebut merupakan jalan penghubung antar kelurahan dan antar kecamatan di Kota Medan.


(55)

4.3.2. Sarana Air Bersih

TABEL 10

SARANA AIR BERSIH

No. Prasarana Air Bersih Jumlah

1 Jumlah hidran umum -

2 Jumlah sumur galian -

3 Jumlah MCK -

4 PAM 2147

Total 2147

Sumber: Profil Kelurahan 2010

Sarana air bersih yang digunakan penduduk di Kelurahan Durian adalah PAM. Berdasarkan data yang ada, seluruh keluarga telah mendapat aliran air dari PDAM Tirtanadi Medan. Selain itu, setiap keluarga telah memiliki kamar mandi di rumah masing-masing, sehingga fasilitas MCK umum tidak terdapat di Kelurahan Durian.

4.3.3. Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Namun, untuk mencapai kesehatan tersebut harus didukung dengan sarana kesehatan yang memadai. Sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Durian dapat dikatakan belum memadai, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di kelurahan tersebut yang berkisar 11.771 jiwa. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya puskesmas dan hanya berbanding dengan sebuah poliklinik dan hanya terdapat 5 buah tempat praktek dokter. Untuk lebih


(56)

jelasnya mengenai sarana kesehatan di Kelurahan Durian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 11

SARANA KESEHATAN

No. Prasarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit Umum -

2 Puskesmas -

3 Poliklinik 1

4 Apotik 6

5 Posyandu 9

6 Dokter Praktek 5

Total 21

Sumber: Profil Kelurahan 2010

4.3.4. Sarana Peribadatan

Di Kelurahan Durian terdapat sarana peribadatan masing-masing pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah. Adapun berbagai jenis tempat peribadatan di Kelurahan Durian sebagai berikut.


(57)

TABEL 12

SARANA PERIBADATAN

No. Sarana Peribadatan Jumlah

1 Mesjid 4

2 Mushola 4

3 Gereja 1

4 Wihara 1

Total 10

Sumber: Profil Kelurahan 2010 4.3.5. Sarana Pendidikan

Di Kelurahan Durian hanya terdapat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) untuk penduduk. Namun sarana pendidikan untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA) serta Perguruan Tinggi tidak terdapat di Kelurahan Durian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

TABEL 13

SARANA PENDIDIKAN

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1 Taman kanak-kanak 2

2 SD 1

3 SMP -

4 SMA -

Total 3


(58)

Di samping sarana pendidikan formal seperti yang disebutkan di atas, di Kelurahan Durian juga terdapat tempat kursus yang bersifat non formal seperti kursus Bahasa Inggris.

4.3.6. Prasarana Hiburan dan Rekreasi

Di Kelurahan Durian terdapat sebuah sarana hiburan yaitu rumah bilyar yang hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki, terutama pemuda di sekitar lokasi rumah bilyar. Selain tempat tersebut, terdapat sebuah sarana rumah makan keluarga yang terletak di Jalan Gaharu yang dapat menghilangkan kebosanan dan kepenatan masyarakat.

4.3.7. Sarana Komunikasi

Listrik merupakan sarana penunjang bagi masyarakat Kelurahan Durian terhadap kepemilikan alat-alat komunikasi seperti radio, televisi, telepon dan internet. Sebagian besar penduduk kelurahan tersebut umumnya telah memiliki televisi, radio dan telepon, bahkan dalam komunikasi sehari-hari kebanyakan penduduknya telah menggunakan handphone.


(59)

4.4. Struktur Pemerintahan

Bagan Struktur Pemerintahan

Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan Lurah Durian

Putera Ramadan, S.STP NIP.19770913.199701..1001

Sekretaris Lurah Medion Saragih NIP.19600402.1981.1.001

Kasi.Pemerintahan Samaria R.I, S.STP NIP.19861012.200412.2.001

Kasi. Trantib Umum Hamzani

NIP.19620902.198409.1.001

Kasi. Pembangunan Lisdiu Sinaga, SE NIP.19710315.199602.2.001


(60)

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini akan di sajikan data yang telah didapat melalui penelitian yang telah dilakukan. Data-data yang disajikan pada bab ini merupakan hasil olahan angket yang telah diisi oleh para responden.

Penulis mencoba menganalisis data-data yang diperoleh di lapangan. Analisis data yang dimaksud adalah suatu interpretasi langsung yag berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan dengan tetap berpedoman pada tujuan penelitian.

5.1.Karakteristik Responden

Berikut ini akan diuraikan tabel yang berisikan data-data responden seperti jenis kelamin, usia, agama dan suku.

TABEL 14

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 7 7,36

2 Perempuan 88 92.64

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan data yang telah dihimpun melalui angket penelitian, maka dapat diketahui bahwa yang menjadi responden mayoritas adalah perempuan. Sebanyak 88 orang perempuan atau 92,64%. Sedangkan laki-laki hanya 7 orang atau 7,36%. Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak berada di rumah pada


(61)

siang hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan laki-laki banyak beraktifitas di luar rumah untuk mencari nafkah.

TABEL 15

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase

1 Kurang dari 30 Tahun 26 27,37

2 30 Tahun s/d 39 Tahun 37 38,95

3 40 Tahun s/d 49 Tahun 25 26,31

4 Lebih dari 50 Tahun 7 7,37

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan data tabel 15 dapat dilihat bahwa usia responden kurang dari 30 tahun sebanyak 26 orang (27,37%). Usia responden antara 30 tahun – 39 tahun sebanyak 37 orang atau 38,95%, sedangkan usia antara 40 tahun – 49 tahun sebanyak 25 responden atau 26,31%. Sisanya usia lebih dari 50 tahun sebanyak 7 responden.


(62)

TABEL 16

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No. Suku/Etnis Frekuensi Persentase

1 Cina 10 10,53

2 Mandailing 13 13,68

3 Karo 8 8,42

4 Jawa 21 22,10

5 Melayu 24 25,26

6 Minang 14 14,74

7 India 2 2,11

8 Aceh 3 3,16

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan data pada tabel yang menjadi responden adalah Etnis Cina dengan 10 responden, Mandailing 13 responden, Karo 8 responden, Jawa 21 responden, Melayu 24 responden, Minang 14 responden dan Etnis India serta Suku Aceh masing-masing 2 dan 3 responden


(63)

TABEL 17

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase

1 Islam 49 51,58

2 Kristen Protestan 20 21,05

3 Kristen Katolik 14 14,74

4 Hindu 11 11,58

5 Budha 1 1,05

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan data yang dihimpun melalui angket penelitian, maka dapat diketahui bahwa responden menurut penganut agama yang terbanyak adalah beragama Islam sebanyak 49 orang atau 51,58%, Kristen Protestan terbanyak kedua sebanyak 20 orang atau 21,05%, sedangkan Kristen Katolik sebanyak 14 orang atau 14,74%.

Kemudian agama Hindu dan Budha, masing-masing 11 dan 1 orang (11,58% dan 1,05%) merupakan dua agama dengan distribusi responden paling sedikit.

5.2. Gambaran Variabel Penelitian 5.2.1 Gambaran Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ”Sosial Ekonomi Rumah Tangga”. Dalam Variabel ini akan digambarkan bagaimana kondisi sosial


(64)

ekonomi suami-istri dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran mengenai variabel ini akan tercantum melalui tabel-tabel berikut:

TABEL 18

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Suami No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 9 9,47

2 SMP 38 40,00

3 SMA 41 43,16

4 Perguruan Tinggi 7 7,37

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 18 diatas dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah tingkat pendidikan suami terbanyak yaitu 41 orang atau 43,16%. Tingkat pendidikan SMP ada di urutan kedua dengan 38 orang atau 40%. Hanya 9 orang dari tingkat pendidikan suami yang hanya sampai Sekolah Dasar (SD).

Sementara hanya 7 responden atau 7,37% tingkat pendidikan suami yang mencapai Perguruan Tinggi. Hal ini menandakan bahwa tingkat pendidikan suami di daerah tersebut dapat dikategorikan sedang.


(65)

TABEL 19

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Istri No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 26 27,37

2 SMP 23 24,21

3 SMA 36 37,89

4 Perguruan Tinggi 10 10,53

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 19 dapat dilihat bahwa frekuensi tingkat pendidikan istri di dalam suatu rumah tangga paling banyak adalah SMA dengan 36 orang (37,89%). Sementara tingkat pendidikan istri yang hanya SD dan SMP hampir sama yaitu 26 orang (27,37%) dan 23 orang (24,21%). Sedangkan pendidikan istri yang mencapai tingkat perguruan tinggi hanya 10 orang (10,53%).

TABEL 20

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 PNS/Pegawai Swasta 14 14,74

2 Wirausaha 62 65,26

3 Lain-lain 19 20,00

Total 95 100


(66)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan suami responden yang paling dominan adalah wirausaha yaitu 62 orang (65,26%). Hal tersebut dianggap wajar karena di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur terdapat sebuah pasar tradisional, selain itu, di daerah tersebut banyak terdapat berbagai rumah toko yang penghuninya hidup dengan berdagang.

Sedangkan pegawai swasta dan PNS hanya 14 orang (14,74%) saja. Juga terdapat 19 orang (20,00%) pekerjaan suami responden adalah lain-lain, seperti: buruh, tukang becak, dan lain-lain.

TABEL 21

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Istri

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Ibu Rumah Tangga 66 69,47

2 PNS/Pegawai Swasta 10 10,53

4 Lain-lain 19 20,00

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa lebih dari 50% pekerjaan istri responden sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menandakan bahwa sekitar 66 orang (69,47%) istri lebih banyak berada di rumah. Sedangkan 19 orang (20%) bekerja dengan berbagai kategori seperti: pembantu rumah tangga, buruh pabrik dan lainnya.


(67)

pegawai swasta yang terdiri dari 10 orang atau 10,53%. Salah satu yang menjadi alasan istri bekerja adalah untuk membantu perekonomian keluarga.

TABEL 22

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Rumah Tangga No. Penghasilan Rumah

Tangga

Frekuensi Persentase

1 ≤ Rp.1.000.000 33 34,74

2 Rp.1.000.001-Rp.3.000.000 60 63,15

3 ≥Rp.3.000.001 2 2,11

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 22 dapat dilihat bahwa penghasilan rumah tangga responden yang kurang dari Rp.1.000.000 sebanyak 33 responden (34,74%). Penghasilan diantara Rp.1.000.001-Rp.3.000.000 terdapat 60 responden (63,15%). Sedangkan penghasilan rumah tangga yang mencapai Rp.3.000.001 ke atas yaitu hanya 2 responden (2,11%). Hal tersebut menandakan bahwa tingkat penghasilan daerah sebagian besar masih berada di bawah rata-rata.


(68)

TABEL 23

Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga No. Pengeluaran Rumah

Tangga

Frekuensi Persentase

1 ≤ Rp.1.000.000 4 4,21

2 Rp.1.000.001-Rp.3.000.000 91 95,79

3 ≥Rp.3.000.001 - -

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 23 dapat dilihat bahwa respoden yang pengeluaran per bulan ≤ Rp.1000.000 hanya 4 responden (4,21%) saja. Pengeluaran rumah tangga yang berkisar diantara Rp.1.000.001-Rp.3.000.000 terdapat 91 responden (95,79%). Sedangkan pengeluaran rumah tangga yang mencapai ≥ Rp.3.000.001 tidak ada.

Hal di atas menunjukkan bahwa di setiap rumah tangga terdapat perbedaan antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, ada rumah tangga yang tidak sebanding antara pendapatan dengan pengeluaran dan ada juga sebaliknya.

TABEL 24

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

No. Tempat Tinggal Frekuensi Persentase

1 Rumah Kontrakan/Sewa 51 53,68

2 Rumah Orang Tua 18 18,95

3 Rumah Pribadi 26 27,37

Total 95 100


(69)

Mayoritas responden dan keluarganya masih bertempat tinggal di rumah kontrakan/sewa yaitu sebanyak 51 responden (53,68%) atau lebih dari 50% jumlah responden. Sedangkan yang bertempat tinggal di rumah orang tua sebanyak 18 responden (18,95%) dan yang bertempat tinggal di rumah pribadi sebanyak 26 responden (27,37%).

TABEL 25

Distribusi Responden Berdasarkan Penghuni Tempat Tinggal No. Penghuni Tempat Tinggal Frekuensi Persentase

1 Suami dan Istri 4 4,21

2 Suami, Istri, Anak 50 52,63

3 Suami, Istri, Anak, dll 41 43,16

Total 95 100

Sumber: Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 25 bahwa penghuni yang bertempat tinggal di sebuah rumah yang terdiri hanya suami dan istri saja sebanyak 4 responden (4,21%). Sedangkan sebuah rumah tangga yang bertempat tinggal dengan penghuni suami, istri dan anak sekitar 50 responden (52,63%). Tempat tinggal responden yang berpenghuni suami, istri, anak, dan lain-lain sebanyak 41 responden (43,16%).


(1)

0,70 – 0,899 : Hubungan tinggi/kuat > 0,90 : Hubungan tinggi/kuat sekali

Maka dengan hasil koefisien korelasi yang diperoleh (Rxy = 0,278), mengandung makna bahwa hubungan rendah tapi pasti. Karena nilai 0,278 terletak diantara 0,20 – 0,399.

Untuk mengetahui bahwa hipotesa diterima atau ditolak, maka hasil Rxy hitung harus dibandingkan dengan Rxy tabel, dan biasanya menggunakan taraf signifikan 5%. Bila N = 95 maka diperoleh Rx tabelnya adalah 0,201.

Kriteria pengujian hipotesa dan korelasi:

1. Terima Ha dan tolak Ho jika Rxy hitung > Rxy tabel 2. Terima Ho dan tolak Ha jika Rxy hitung < Rxy tabel

Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil yang diperoleh adalah Rxy tabel lebih besar dari pada Rxy hitung (0,278 > 0,201). Hal yang menunjukkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan “ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang menyatakan “tidak ada pengaruh sosial ekonomi terhadap kekerasan dalam rumah tangga” ditolak.

5.4. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau pengaruh sosial ekonomi terhadap kekerasan dalam rumah tangga, maka penulis menggunakan


(2)

= (0,278)² x 100% = 0,077 x 100% = 7,7%

Dari hasil perhitungan pada koefisien determinasi dapat dilihat bahwa hasilnya 7,7%. Artinya besarnya pengaruh yang ditimbulkan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 7,7%, selebihnya 92,3% adalah pengaruh faktor lain.


(3)

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini penulis akan berupaya mengemukakan jesimpulan hasil penelitian. Kemudian penulis akan memberikan beberapa saran yang sifatnya berupa sumbangan pemikiran mengenai pengaruh sosial ekonomi terhadap kekerasan dalam rumah tangga di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan interpretasi data dari penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1.Suami atau istri yang menjadi responden pada penelitian ini sebagian besar tingkat pendidikannya SMA. Selebihnya tingkat pendidikannya responden hanya sampai SD dan SMP, ada hanya beberapa yang tingkat pendidikannya sampai Perguruan Tinggi.

2. Tingkat penghasilan rumah tangga responden paling dominan berkisar antara Rp.1.000.000 s/d Rp.3.000.000. Penhasilan tersebut dapat dikategorikan sedang. 3.Kekerasan dalam rumah tangga yang paling sering diterima oleh responden

adalah kekerasan ekonomi. Hal tersebut terjadi akibat timpangnya pengeluaran dengan penghasilan yang didapat sebagian besar responden.


(4)

dilakukan uji hipotesa melalui analisa rumus product moment. Didapat hasil 0,278 melalui perhitungan dengan rumus product moment. Hal tersebut terjadi akibat masyarakat masih menganggap bahwa kekerasan dalam rumah tangga masih sebagai kekerasan yang bersifat domestik, sehingga sangat sulit terdeteksi kekerasan yang trjadi di suatu rumah tangga. Sesuai dengan pendapat Guilford, apabila hasilnya 0,20 – 0,399 maka hubungan rendah tapi pasti. Hipotesa Alternatif (Ha) pada penelitian ini yang dapat diterima karena koefisien hitung lebih besar dari pada koefisien product moment.

5. Pengaruh sosial ekonomi rumah tangga terhadap kekerasan dalam rumah tangga adalah 7,7%. Hal tersebut diketahui melalui penghitungan koefisien determinasi. Selebihnya adalah pengaruh dari faktor-faktor lain

6.2. Saran

1.Masyarakat harus lebih terbuka terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang mereka terima. Sehingga apabila terjadi suatu kekerasan, maka akan lebih mudah untuk ditangani dan diselesaikan baik secara kekeluargaan maupun hukum.

2. Paradigma masyarakat yang masih menganggap bahwa kekerasan dalam rumah tangga masih sebagai kekerasan yang bersifat domestik harus segera dirubah dengan diberikan pendidikan terhadap bentuk-bentuk kekerasan ekonomi, seksual, fisik maupun psikis. Hal tersebut dapat dilakukan melalui peranan PKK di setiap kelurahan masing-masing.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bakry, Hasbullah.1978. Kumpulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturan Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan

Daulay, Harmona.2007. Perempuan dalam kemelut Gender. Medan: USU Press

Faisal, Sanapiah.2005. Format-Format Penelitian Sosial.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Gunarsa, Ny. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D.1993. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia

Hayati, Elli Nur.2000. Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Khairuddin.1997. Sosiologi Keluarga.Yogyakarta: Liberty

Koentjaraningrat.1981. Masalah Perencanaan Dalam Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Murniati, P, A. Nunuk .2004. Getar Gender, Perempuan Indonesia dalam Perspektif budaya dan Keluarga. Magelang: Indonesintera.

Nawawi, Hadari.1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Bandung: PT. Angkasa

Sihite, Ramony.2007. Perempuan, Kesetaraan & Keadilan. Jakarta: PT. Grafindo Persada


(6)

Soehartono, Irawan.2008. Metode penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Soetomo.2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugihastuti dan Septiawan, Hadi.2007. Gender & Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sunarto,Dr Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumber-sumber lain:

5 Agustus 2010 pukul 15.44 wib.

diakses tanggal 9 Agustus 2010 pukul 16.00 wib.

2010 pukul 15.05 wib.

28 Agustus 2010 pukul 16.00 wib.