Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

(1)

PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) MELALUI PENGELOLAAN BANK

SAMPAH DI LINGKUNGAN II KELURAHAN TANJUNG GUSTA KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

071000014 RIZKA FURNANDA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) MELALUI PENGELOLAAN BANK

SAMPAH DI LINGKUNGAN II KELURAHAN TANJUNG GUSTA KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajuka Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 071000014 RIZKA FURNANDA


(3)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l :

PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) MELALUI PENGELOLAAN BANK

SAMPAH DI LINGKUNGAN II KELURAHAN TANJUNG GUSTA KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

NIM. 071000014 RIZKA FURNANDA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Juli 2012 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Linda T Maas, MPH

NIP. 15521022 198003 2 002 NIP. 19671219 199303 1 003

Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

Penguji II Penguji III

Ir. Indra Cahaya, Msi

NIP. 09681101 199303 2 005 NIP. 19721004 200003 2 001

Dr. Namora Lumongga Lubis, Msc

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, M.S

ABSTRAK

Bank sampah merupakan salah satu metode yang efektif untuk menanggulangi sampah dan juga dapat memberikan keuntungan ekonomi dan sosial bagi masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean

(MDGC) melalui pengelolaan bank sampah di Kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dengan responden sebanyak 50 orang yang merupakan total populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden ibu berusia 40-50 tahun sebanyak 40%, responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA 42%, seluruh responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, ibu memiliki status perkawinan menikah 96%, ketersediaan bank sampah dalam kategori tingkatan sedang 84%, tingkat mobilisasi masyarakat pada tingkatan baik sebanyak 94%, tingkat pengetahuan sedang yaitu 78%, tingkatan sikap yang baik 94% dan tingkatan niat yang baik 60% dan Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah pada kategori tingkatan partisipasi yang baik baik 80%.

Diharapkan seluruh pihak baik dari penyelenggara program Medan Green and Clean (MdGC), petugas Kelurahan Tanjung Gusta, pengurus dan pengelola Bank Sampah Tanjung Gusta untuk dapat memberikan penyuluhan, sosialisasi mengenai pengelolaan bank sampah agar masyarakat memiliki pengetahuan yang baik dalam pengelolaan Bank Sampah sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Bank Sampah.


(5)

ABSTRACT

Waste bank is one of effective method for tackling waste and it can also provide social and economic benefits for the community in Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta.

This research uses descriptive quantitative study. The aims of this research is to determine the participation of housewives in realizing Medan Green and Clean (MDGC) program through management of Bank sampah (Waste bank) in Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta. The research sample held to 50 housewive which is the total population, and it was conducted in Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta.

The results showed that the respondents was 40 -50 years 40%, the respondents have graduated from senior high school 42%, all respondents were not working or as a housewife, the respondent marital status is married 96%, the level availability of Waste bank is in average category 84%, the level of community mobilization is in good levels 94%, the level of knowledge is in average category 78%, the level of attitude is in good catagory 94% and the level of intentions is in good category 60% and the level of housewives participation in realizing the Medan Green and Clean (MDGC) program through management of Waste bank is in good category 80%.

Expected to all related parties, both from the organizers of the Medan Green and Clean (MdGC) program, Kelurahan Tanjung Gusta officials, administrators and managers of Waste Bank, to be able to provide extension, and socialization regarding management of waste bank, so that the public have a good knowledge in the management of Waste Bank to increase the public participation in the management of Waste Bank.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizka Furnanda

Tempat/Tanggal Lahir : Takengon/01 Juli 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Belang Kolak I Lingkungan Amal Takengon Aceh Tengah

Riwatat Pendidikan :

1. TK Aysiah Takengon, Tamat Tahun 1995

2. SD Negeri 2 Takengon, Tamat Tahun 1995-2001 3. SLTP Negeri 1 Takengon, Tamat Tahun 2001-2004 4. SMA Negeri 2 Takengon, Tamat Tahun 2004-2007 5. FKM USU Tahun 2007-2012


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi in dengan judul :

“Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Purkan, dan Ibunda tercinta Gustinawati Isa yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih yang sebesar- besarnya atas dukungan, nasehat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil dan moral dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Surya Utama selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(8)

2. Ibu dr. Linda T Maas, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan banyak saran dan ilmu serta dukungan semangat kepada penulis sehingga sikripsi ini dapat terselesaikan

3. Bapak Dr. Drs. Kintoko Rochadi, MKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Indra Cahaya, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan

penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Bagian Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan dosen PKIP yaitu Ibu Lita Sri Andayani, SKM, Mkes, ibu Dra. Syarifah, MS, bapak Drs. Alam Bakti Keloko, Mkes, bapak Drs. Eddy Syahrial, MS serta pegawai di departemen PKIP yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak H.M. Reza Hanafi, STTP, MAP selaku Camat Medan Helvetia yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis.

9. Ibu-ibu Lingkungan II kelurahan Tanjung Gusta yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Adikku Putri Rizki Maretha dan Ghufran Arisyi yang telah memotivasi dan mendoakan penulis.

11.Khusus untuk Annisa Mentari Hasibuan yang senantiasa menemani, memotivasi, memberikan semangat dan dukungan serta mendoakan penulis.


(9)

12.Teman- teman tercinta Khairunnisa, SKM, Dina Permatasari, SKM, Day Santri, SKM, Siti Afsyah, SKM, Eka Purwanti, SKM, T. Hera Zafira, SKM, Linda Rahayu, SKM, Putra Apriadi Siregar, SKM, Sasmar Aurivan Harya, SKM, Addlinsyah, SKM, dan Rizki El Hafiz, SKM atas dukungan, do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

13.Teman-teman yang di Peminatan PKIP yang tidak disebutkan satu per satu.

14.Semua Pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, Juli 2012


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Perilaku ... 8

2.1.1 Pengetahuan ... 9

2.1.2 Sikap ... 12

2.1.3 Perubahan Perilaku ... 18

2.1.4 Proses Adopsi Perilaku ... 18

2.2 Partisipasi Masyarakat ... 19

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.2.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Partisipasi Masyarakat ... 24


(11)

2.2.4 Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 29

2.3 Landasan Teori ... 30

2.3.1 Theory Social Learning ... 30

2.4 Program Medan Green and Clean (MdGC) ... 31

2.4.1 Defenisi Medan Green and Clean ... 31

2.4.2 Tujuan, Sasaran dan Strategi Program Medan Green andClean 32 2.4.3 Indikator atau Penilaian Program Medan Green and Clean2010 33 2.5 Pengertian Sampah ... 38

2.5.1 Sumber Sampah ... 39

2.5.2 Jenis Sampah ... 41

2.5.3 Komposisi Sampah ... 43

2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah ... 43

2.6 Pengelolaan Sampah ... 45

2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah ... 46

2.6.2 metode Pengelolaan Sampah ... 47

2.6.2.1 Penerapan Prinsip 3-R, 4-R atau 5-R ... 47

2.6.3 Hambatan dalam Pengelolaan Sampah ... 51

2.7 Bank Sampah ... 52

2.7.1 Pengertian Bank Sampah ... 52

2.7.2 Lokasi Bank Sampah ... 55

2.7.3 Nasabah Bank Sampah ... 55

2.7.4 Manajemen Bank Sampah ... 55

2.7.5 Bank Sampah Tanjung Gusta... 56

2.7.6 Mekanisme Bank Sampah ... 59

2.8 Kerangka Konsep ... 61

BAB III. METODE PENELITIAN ... 62

3.1 Jenis Penelitian ... 62

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 62

3.2.1 Lokasi ... 62

3.2.2 Watu Penelitian ... 62

3.3 Populasi dan Sampel ... 62

3.3.1 Populasi Penelitian ... 62

3.3.2 Sampel Penelitian ... 63

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 63

3.4.1 Data Primer ... 63

3.4.2 Data Sekunder ... 63

3.5 Definisi Opeasional ... 63

3.6 Instrumen dan Cara Pengukuran ... 65

3.6.1 Instrumen ... 65

3.6.2 Cara Pengukuran ... 65


(12)

3.7.1 Metode Pengolahan Data ... 70

3.7.2 Analisa Data ... 70

BAB IV. HASIL ... 71

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 71

4.1.1 Keadaan Geografis ... 71

4.1.2 Keadaan Demogafi ... 71

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 71

4.3 Gambaran Sumber Informasi Responden... 74

4.4 Gambaran Perilaku Responden ... 75

4.4.1 Pengetahuan ... 75

4.4.2 Sikap ... 79

4.4.3 Niat ... 80

4.5 Ketersediaan Bank Sampah ... 83

4.6 Mobilisasi Responden ... 84

4.6.1 Bentuk Kegiatan Bank Sampah ... 85

4.6.2 Keuntungan Bank Sampah... 86

4.7 Partisipasi Responden dalam Pengelolaan Bank Sampah ... 87

BAB V. PEMBAHASAN ... 89

5.1 Karakteristik Responden ... 89

5.2 Gambaran Sumber Informasi Responden... 91

5.3 Pengetahuan Responden Tentang Pengelolaan Bank Sampah ... 92

5.3.1 Pengetahuan Tentang Tujuan Pengelolaan Bank Sampah ... 92

5.3.2 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Yang Baik ... 93

5.3.3 Pengetahuan Jenis Sampah ... 94

5.3.4 Tingkat Pengetahuan Responden ... 95

5.4 Sikap ... 97

5.4.1 Sikap Responden dalam Pengelolaan Bank Sampah ... 97

5.4.2 Sikap Responden Terhadap Manfaat Bank Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan ... 98

5.4.3 Sikap Reponden Terhadap Manfaat Bank Sampah Dapat Meningkatkan Pendapatan ... 99

5.4.4 Kategori Sikap... 100

5.5 Niat Responden dalam Partisipasi Bank Sampah ... 101

5.6 Ketersediaan Bank Sampah ... 103

5.7 Mobilisasi Responden ... 105

5.7.1 Bentuk Kegiatan Bank Sampah ... 105

5.7.2 Keuntungan Bank Sampah... 108

5.8 Partisipasi Responden dalam Pengelolaan Bank Sampah ... 109

5.8.1 Partisipasi Responden dalam Pengelolaan Bank Sampah ... 109

5.8.2 Partisipasi Responden dalam Mengikuti Penyuluhan pengelolaan Bank Sampah ... 110

5.8.3 Partisipasi Responden dalam Mengumpulkan Sampah Setiap Minggu Ke Bank Sampah ... 111


(13)

5.8.4 Partisipasi Ibu dalam Berperan Aktif Untuk Kegiatan

Pendidikan dan Pelatihan Pengelolaan Bank Sampah ... 112

5.8.5 Kategori Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Bank Sampah ... 113

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

6.1 Kesimpulan ... 115

6.2 Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

Tabel 2.1 Harga Jual Barang Bekas di pengepul di Kota Medan 37

Tabel 2.2 Komposisi Sampah 44

Tabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan kelompok Umur 73 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan 73 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 74 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 74

Tabel 4.5 Distribusi Sumber Informasi 75

Tabel 4.6 Distribusi Penyebaran Informasi yang Paling Sering Mengenai Bank Sampah

76

Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Bank sampah 76 Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Keuntungan

ekonomi dari bank sampah

77


(14)

sampah

Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pengelolaan bank sampah yang baik

78

Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Jenis sampah yang ibu ketahui

78

Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dampak lingkungan pengelolaan sampah yang kurang baik

79

Tabel 4. 13 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 79 Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Sikap berdasarkan pernyataan tentang

Sikap

80 Tabel 4. 15 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden 81 Tabel 4. 16 Yang Terlintas dalam Pikiran Ketika Melihat Orang Ikut

Dalam Pengelolaan Bank Sampah

81

Tabel 4. 17 Pandangan Ibu Tentang Bank Sampah 82 Tabel 4. 18 Tanggapan Ibu Bila Ada Yang Mengajak 82 Tabel 4. 19 Alasan Ikut Pengelolaan Bank Sampah 83 Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Tingkat Niat Responden 83 Tabel 4. 21 Pengolahan Sampah Sebelum Ada Bank Sampah 84 Tabel 4. 22 Pengolahan Sampah Sebelum dan Sesudah Ada Bank

Sampah

84

Tabel 4. 23 Distribusi Frekuensi Tingkat Ketersedian Bank Sampah 85

Tabel 4. 24 Bentuk Kegiatan Bank Sampah 86

Tabel 4. 25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bentuk Kegiatan Bank Sampah

87

Tabel 4. 26 Keuntungan Bank Sampah 87

Tabel 4. 27 Distribusi frekuensi berdasarkan Keuntungan Bank Sampah 87 Tabel 4. 28 Distribusi frekuensi berdasarkan Pertanyaan Partisipasi

Responden

88


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Lampiran 2. Hasil Analisis Data

Lampiran 3. Surat Penelitian Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Lampiran 4. Surat Penelitian dari BALITBANG

Lampiran 5. Surat Penelitian dari Camat Medan Helvetia Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(17)

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, M.S

ABSTRAK

Bank sampah merupakan salah satu metode yang efektif untuk menanggulangi sampah dan juga dapat memberikan keuntungan ekonomi dan sosial bagi masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean

(MDGC) melalui pengelolaan bank sampah di Kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dengan responden sebanyak 50 orang yang merupakan total populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden ibu berusia 40-50 tahun sebanyak 40%, responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA 42%, seluruh responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, ibu memiliki status perkawinan menikah 96%, ketersediaan bank sampah dalam kategori tingkatan sedang 84%, tingkat mobilisasi masyarakat pada tingkatan baik sebanyak 94%, tingkat pengetahuan sedang yaitu 78%, tingkatan sikap yang baik 94% dan tingkatan niat yang baik 60% dan Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah pada kategori tingkatan partisipasi yang baik baik 80%.

Diharapkan seluruh pihak baik dari penyelenggara program Medan Green and Clean (MdGC), petugas Kelurahan Tanjung Gusta, pengurus dan pengelola Bank Sampah Tanjung Gusta untuk dapat memberikan penyuluhan, sosialisasi mengenai pengelolaan bank sampah agar masyarakat memiliki pengetahuan yang baik dalam pengelolaan Bank Sampah sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Bank Sampah.


(18)

ABSTRACT

Waste bank is one of effective method for tackling waste and it can also provide social and economic benefits for the community in Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta.

This research uses descriptive quantitative study. The aims of this research is to determine the participation of housewives in realizing Medan Green and Clean (MDGC) program through management of Bank sampah (Waste bank) in Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta. The research sample held to 50 housewive which is the total population, and it was conducted in Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta.

The results showed that the respondents was 40 -50 years 40%, the respondents have graduated from senior high school 42%, all respondents were not working or as a housewife, the respondent marital status is married 96%, the level availability of Waste bank is in average category 84%, the level of community mobilization is in good levels 94%, the level of knowledge is in average category 78%, the level of attitude is in good catagory 94% and the level of intentions is in good category 60% and the level of housewives participation in realizing the Medan Green and Clean (MDGC) program through management of Waste bank is in good category 80%.

Expected to all related parties, both from the organizers of the Medan Green and Clean (MdGC) program, Kelurahan Tanjung Gusta officials, administrators and managers of Waste Bank, to be able to provide extension, and socialization regarding management of waste bank, so that the public have a good knowledge in the management of Waste Bank to increase the public participation in the management of Waste Bank.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan bagian dari masalah lingkungan karena pertambahan volume sampah berkorelasi dengan pertambahan jumlah penduduk dan upaya untuk mengurangi sampah masih terbatas (Soemarwoto, 2001). Di tengah kepadatan aktivitas manusia, penanganan sampah masih menjadi permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di kota-kota besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang per hari dapat menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan terus bertambah


(20)

sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan serius bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah (Hadisuwito, 2007).

Menurut Dainur dalam Rohani (2007), produksi sampah perorangan maupun rumah tangga setiap harinya tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan kehidupan manusia itu sendiri. Menurut UU No.18 Tahun 2008 mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).

Sampah rumah tangga menjadi ancaman serius untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Masalah pokoknya mencakup limbah manusia dan timbunan sampahnya. Laporan World Bank Country Study dalam Wardhana (2000) selain kualitas air

bersih, pengelolaan sampah yang kurang memadai (penumpukan secara tak terkendali, pembakaran, dan pembuangan ke dalam sungai serta tanah kosong) merupakan ancaman yang paling besar di wilayah perkotaan Indonesia. Kondisi ini membuat setiap masyarakat dari berbagai golongan bertanggung jawab atas kebersihan sampah yang dihasilkannya sehingga harus dapat melakukan pengelolaan sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Khususnya sampah rumah tangga, pengelolaannya berkaitan juga dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan besarnya keluarga (Dainur dalam Rohani, 2007).

Medan merupakan salah satu kota metropolitan yang berpenduduk cukup padat di Sumatera Utara, peningkatan jumlah penduduk sangat berpengaruh pada jumlah sampah. Menurut data Dinas Kebersihan kota Medan tahun 2009, penduduk kota Medan menghasilkan sampah sebesar 5.616 m3/hari atau 1.404 ton/hari


(21)

(Khairunnisa, 2011). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya pelestarian lingkungan yang berkesinambungan. Pemerintah kota Medan juga telah membuat kebijakan dengan merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan tahun 2006 – 2010 yang salah satunya mengenai peningkatan dan pengendalian lingkungan hidup yaitu meningkatkan pengelolaan dampak pembangunan (Enviromental Impact Management), penerapan analisis dampak

lingkungan bagi setiap kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Upaya ini sudah tentu harus disertai oleh partisipasi masyarakat masyarakat termasuk sektor swasta.

Pada tahun 2009, diluncurkan program Green and Clean di kota Medan.

Program ini merupakan program yang digagas oleh PT. Unilever Tbk dari pihak swasta yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan, Harian Waspada dan Yayasan Bumi Hijau Lestari. Langkah ini didasari atas komitmen PT Unilever Tbk dalam memberikan sumbangsih pada pembangunan yang berwawasan lingkungan (Panduan MdGC, 2010)

Green and Clean yang digagas oleh Yayasan Unilever Indonesia adalah

program lingkungan berbasis masyarakat yang bertujuan mengubah paradigma masyarakat dalam penanganan berbagai masalah lingkungan termasuk sampah domestik, dengan harapan masyarakat akan semakin mandiri sekaligus berperan sebagai agen pencipta perubahan, yaitu sebuah lingkungan dengan kualitas yang lebih baik, lebih bersih, lebih nyaman. Namun, perubahan tidak mungkin diciptakan dalam waktu dekat jika kita tidak mengubah perilaku dan pandangan yang umum dari masyarakat itu sendiri. Pengelolaan sampah masih menjadi permasalahan di kota


(22)

besar, oleh karena itu PT Unilever Tbk bekerja sama dengan pemerintah kota Medan mewujudkan suatu program Medan Green and clean yang salah satu kegiatannya

adalah program bank sampah dalam rangka untuk mengurangi produksi sampah pada masyarakat (Panduan MdGC, 2010).

Bentuk kegiatan dari Medan Green and Clean adalah kompetisi kebersihan

lingkungan antar wilayah dan menitikberatkan pada pengelolaan sampah dan penghijauan. Program Medan Green and Clean merupakan program yang terdiri dari berbagai aktivitas, seperti: KWARGA (kreativitas warga), pengelolaan sampah skala rumah tangga, penghijauan lingkungan dan partisipasi masyarakat. Salah satu sub kegiatan dari pengelolaan sampah skala rumah tangga adalah program Bank Sampah, yaitu aktivitas masyarakat dalam menjadikan sampah sebagai bagian dari komoditas ekonomi warga. Berdasarkan hasil laporan Jakarta Green and Clean (2008), di kota

Jakarta dalam kurun 7 bulan sepuluh koperasi Bank Sampah di Jakarta telah berhasil mereduksi lebih dari 14.000 kg sampah dan mengumpulkan pendapatan bagi maasyarakat sebanyak Rp.23.699.701.

Pada tahun 2010, Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta terpilih sebagai pemenang dalam program Medan Green and Clean dimana salah satu kriteria

penilaiannya adalah telah memiliki bank sampah. Bank sampah merupakan wadah atau tempat dikumpulkannya sampah oleh warga yang selanjutnya dikelola oleh warga. Program bank sampah di Kelurahan Tanjung Gusta Medan dibentuk pada tanggal 3 Juli 2010 yang berada di lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan. Pada awal berdirinya, bank sampah membuka pelayanan tabungan sampah dalam 1


(23)

minggu sebanyak 2 kali setiap hari Senin pukul 08.00 Wib dan Jum’at pukul 14.00 Wib yang masih berjalan hingga saat ini.

Koperasi bank sampah memberikan keuntungan untuk Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta yaitu keuntungan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Keuntungan ekonomi yang didapatkan oleh warga yaitu dapat meningkatkan pendapatan warga yang sampai saat ini koperasi bank sampah Lingkungan II saldo

koperasi bank sampah Kelurahan Tanjung Gusta yang telah terkumpul sebanyak Rp 6.603.250 selama 8 bulan berjalan. Keuntungan sosial yang didapatkan oleh

warga yaitu kesempatan berkelompok, mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang pengolahan sampah dan saldo bank sampah juga dapat dimanfaatkan untuk membantu kegiatan yang ada di lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta sedangkan untuk keuntungan lainnya yang di dapatkan dari bank sampah yaitu keuntungan

lingkungan yang terbukti mereduksi sampah di lingkungan II sebanyak ± 400 kg/bulan dan yang tidak kalah penting adalah lingkungan menjadi bersih, asri,

bersih, sehat, dan nyaman.

Pengelolaan program bank sampah di Kelurahan Tanjung Gusta Medan di dominasi oleh ibu-ibu, dari awal terbentuknya bank sampah sebanyak 50 ibu dari lingkungan II yang ikut berpatisipasi sampai saat ini dalam kegiatan pengelolaan bank sampah di Kelurahan Tanjung Gusta Medan. Hal ini dikarenakan ibu memiliki waktu yang lebih banyak daripada suami karena pada umumnya ibu tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan juga kader bank sampah yang di dominasi oleh perempuan sehingga membuat kader lebih dekat secara emosional kepada ibu rumah tangga


(24)

daripada suami. Bank sampah juga berguna sebagai sumber pendapatan baru bagi ibu sehingga akan meningkatkan perekonomian keluarga.

Saat ini masih banyak terdapat ibu yang tidak berpartisipasi dalam melakukan pengelolaan bank sampah termasuk di lingkungan II. Hal ini dapat dilihat dengan partisipasi ibu yang masih minim dalam mengikuti kegiatan pengelolaan bank sampah, sebanyak 50 ibu dari 550 ibu yang terdapat di Lingkungan II yang aktif dalam kegiatan pengelolaan bank sampah. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan

Green and Clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah di Lingkungan II

Kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan

Green and Clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah di Kelurahan Tanjung

Gusta Kota Medan Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian


(25)

Untuk mengetahui partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean (MDGC) melalui pengelolaan bank sampah di

Kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melihat tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah

di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012.

2. Untuk mengetahui alasan ibu untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan program Medan Green and Clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah

di lingkungan II kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012.

3. Untuk mengetahui faktor internal yaitu karakteristik ibu dan faktor eksternal yaitu ketersediaan bank sampah dan mobilisasi masyarakat, pengetahuan, sikap dan niat dalam mewujudkan partisipasi yang diberikan oleh ibu rumah tangga dalam mewujudkan program Medan Green and Clean (MdGC)

melalui pengelolaan bank sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kota Medan Tahun 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak penyelenggara program Medan Green

and Clean (MdGC) sehingga program ini nantinya dapat berjalan lebih baik,

sehingga dapat merangsang kelurahan lain agar dapat mengikuti keberhasilan kelurahan Tanjung Gusta.


(26)

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak Kelurahan Tanjung Gusta agar dapat lebih memaksimalkan potensi masyarakat yang ada agar dapat terus mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik.

3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

4. Bagi peneliti, mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama bangku kuliah.

BAB II


(27)

2.1 Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan sampai manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi dalam buku Soekidjo Notoadmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons. Meskipun demikian, dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti, meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan (faktor) internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis


(28)

kelamin dan sebagainya.

2. Determinan (faktor) eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, budaya, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2007)

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau

resultante antara berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal. Dengan

perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 domain, ranah atau kawasan yaitu: ranah kognitif

(pengetahuan), ranah afektif (sikap, emosi) dan ranah psikomotoric

(gerakan/tindakan) (Notoadmodjo, 2007).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan (sebagian besar diperoleh dari indera mata dan telinga) terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan dominan yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan

dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.

Pengetahuan yang mencakup di dalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003):


(29)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang sudah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek terhadap komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan


(30)

sebagainya. e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

f. Evaluasi (evaluation)

Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003)

Faktor –faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.


(31)

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang dalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi indvidu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

f. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan (Wahid dkk, 2007).

2.1.2 Sikap (Afektif)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, dimana manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap


(32)

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka/tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi (Sarwono dan Meinarno, 2009).

Menurut Allport (1954) yang dikutip dalam Notoadmodjo (2007) sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting.

Sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide seseorang yang berkenan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang


(33)

diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian terhadap objek.

Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya. Apabila orang suka dengan objek, maka dia akan memilih objek tersebut. Hal ini terjadi karena didorong perasaan dan keyakinan terhadap objek tersebut.

Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dnegan objek sikap. Intensi merupakan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap. Jika orang mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap, disertai perasaan yang positif mengenai kognisinya, maka ia akan cenderung mendekati (approach) objek sikap tersebut.

Sebaliknya, bila orang memiliki anggapan, pengetahuan, dan keyakinan negatif yang disertai dengan perasaan tidak senang terhadap objek sikap, maka ia cenderung menjauhinya. Artinya, ia menentang,menolak dan menghindar dari objek tersebut. Sikap dapat dibentuk melalui empat pembelajaran sebagai berikut (Sarwono dan Meinarno, 2009):


(34)

Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu rangsang/stimulus selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga stimulus yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsang yang kedua. Lama-kelamaan orang akan belajar jika stimulus yang pertama muncul, maka akan diikuti oleh stimulus yang kedua. 2. Pengondisian instrumental (instrumental conditioning)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan diulang kembali. Sebaliknya, bila perilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang maka perilaku tersebut tidak akan diulang lagi atau dihindari.

3. Belajar melalui pengamatan (observational learning, learning by example)

Dalam keseharian, banyak sikap yang terbentuk karena kita aktif mengamati berita-berita dan gambar melalui koran, televisi, majalah dan media lainnya. 4. Perbandingan sosial (social comparison)

Dengan adanya kelompok sosial yang menjadi sumber referensi dapat membentuk sikap yang baru.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

a. Menerima (receiving) diartikan orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau


(35)

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.

d. Bertanggung jawab (responsible) diartikan bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah:

1. Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan

seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan ( Personal references) merupakan

faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap

positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture ) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir

seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu. (Notoadmodjo,2007).


(36)

Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu: 1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang

mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang tersebut.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman di beri nilai lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi objek tersebut. (Ahmadi,1999).


(37)

2.1.3 Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perubahan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4 Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :


(38)

1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (ketertarikan), dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek).

3. Evaluation (mempertimbangkan baik tidaknya stimulus bagi dirinya), hal ini

berarti sikap responden sudah baik.

4. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan

sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila adopsi perilaku tidak didasari

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Partisipasi Masyarakat

2.2.1 Pengertian partisipasi masyarakat

Menurut WHO (1979), memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kewajiban anggota masyarakat baik sebagai individu maupun dalam kelompok. Sedangkan Davis dan Newstorn dalam Anisatullaila (2010), memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu.

Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, memprakarsai dialog lintas sektoral secara


(39)

berkelanjutan, menciptakan rasa memiliki terhadap program yang sedang berjalan, penyuluhan kesehatan dan mobilisasi serta membuat suatu mekanisme yang mendukung kegiatan masyarakat (Depkes, 2005).

Menurut Notoadmojo (2007), partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, memecahkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program kesehatan. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat dibentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower

(tenaga), money (uang), material (benda-benda), dan mind (ide atau gagasan).

Menurut Walgito (1999), partisipasi masyarakat memiliki hubungan yang erat antara individu satu dengan individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Pada umumnya dapatlah dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat maka setiap kegiatan pembangunan akan kurang berhasil.

Menurut Wibisono dalam Alfiandra (2009) Partisipasi merupakan suatu bagian terpenting dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan kesamaan anggota masyarakat dalam


(40)

suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan, pelaksanaan program dan evaluasi. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung dapat berupa sumbangan pemikiran, pendanaan dan material yang diperlukan.

Berdasarkan pengertian tentang partisipasi masyarakat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat juga disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam keikut sertaan atau keterlibatan masyarakat secara aktif baik secara moril maupun materil, yang bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama yang didalamnya menyangkut kepentingan individu. Dengan itu, terlihat jelas bahwa peran serta masyarakat menjadi demikian pentingnya didalam setiap bentuk pembangunan, karena dengan dukungan masyarakat yang saling berinteraksi senantiasa memberikan harapan ke arah berhasilnya suatu kegiatan.

Konsep partisipasi menurut Mikkelsen (2011) dapat diartikan sebagai alat untuk mengembangkan diri sekaligus tujuan akhir. Keduanya merupakan satu kesatuan dan dalam kenyataan sering hadir pada saat yang sama meskipun status, strategi serta pendekatan metodologinya berbeda. Partisipasi akan menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat banyak. Partisipasi juga menghasilkan pemberdayaan, dimana setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya.


(41)

Cara yang dapat untuk mengajak atau menumbuhkan partisipasi masyarakat, pada umumnya ada tiga cara, antara lain:

1. Partisipasi dengan paksaan

Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan, maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program yang ada.

2. Partisipasi dengan persuasi (kesadaran)

Artinya suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar, tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan memelihara.

3. Partisipasi dengan edukasi (pendidikan)

Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Elemen-lemen partisipasi masyarakat diantaranya sebagai berikut: 1. Motivasi

Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi masyarakat sulit berpartisipasi pada segala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luarnya hanya meragsang saja. Untuk itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motovasi dalam suatu masyarakat.


(42)

2. Komunikasi

Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide dan informasi kepada masyarakat. Media masa, seperti TV, radio, poster, film dan sebagainya. Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan yang akirnya dapat menimbulkan partisipasi.

3. Koperasi

Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work (kerja sama

tim) antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. 4. Mobilisasi

Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksaan program. Partipasi masyarakat dapat dimulai sedini mungkin sampai ke akhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, perencanaan program, pelaksaan sampai dengan monitoring dan evaluasi program (Notoadmojo, 2007)

Metode-metode yang dipakai dalam partisipasi adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan masyarakat

Diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat. Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal. 2. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim

- Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa


(43)

masyarakat RT yang bersangkutan dan dipimpin oleh ketua RT. 3. Survei diri

Tiap kader di RT melakukan survei kepada masyarakatnya masing-masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.

4. Perencanaan program

Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan survei diri dari kader, serta telah menentukan bersama tentang prioritas masalah yang akan dipecahkan.

5. Training (pelatihan)

Melaksanakan kegiatan pelatihan menyangkut dengan program yang akan dilakukan.

6. Rencana dan evaluasi

Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria keberhasilan suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader itu sendiri.

2.2.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Partisipasi Masyarakat

Menurut Compton dalam Anisatullaila (2010) Faktor-faktor keberhasilan partisipasi masyarakat adalah:

1. Kegiatan atau program sesuai dengan situasi dan kondisi sosial dari masyarakat setempat,

2. Faktor kepemimpinan dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan masyarakat.


(44)

Sedangkan menurut Compton dalam Anisatullaila (2010), sebagai indikator adanya partisipasi masyarakat yaitu keterlibatan yang luas dari masyarakat tersebut dalam hal:

1. Pengambilan berbagai keputusan 2. Pelaksanaan kegiatan

3. Pemanfaatan sarana yang telah di bangun 4. Pemeliharaan sarana tersebut

Menurut pendapat Mikkelsen (2011), yang membedakan pendekatan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat yaitu:

1. Pendekatan partisipasif pasif (pelatihan dan informasi)

Pendekatan ini berdasarkan pada anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu, lebih menguasai pengetahuan, teknologi, skill, dan sumber daya. Bentuk

partisipasi ini tipe komunikasi satu arah, dari atas kebawah, hubungan pihak eksternal dan masyarakat lokal bersifat vertikal.

2. Pendekatan partisipasi aktif

Dalam pendekatan ini sudah dicoba dikembangkan dengan komunikasi dua arah, pada dasarnya masih berdasarkan pra anggapan yang sama dengan pendekatan yang pertama, pendekatan ini sudah membuka dialog, guna memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pendekatan pelatihan dan kunjungan.


(45)

3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan

Pendekatan ini mirip kontrak sosial antara pihak eksernal dengan masyarakat lokal. Dalam model ini masyarakat setempat mempunyai tanggung jawab terhadap pengelola kegiatan yang telah disepakati dan mendapat dukungan dari pihak eksternal baik finansial maupun teknis. Keuntungan pendekatan ini adalah memberi kesempatan kepada masyarakat lokal untuk belajar dalam melakukan pengelolaan pembangunan dan modifikasi atas model yang disepakati sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

4. Partisipasi atas permintaan setempat

Bentuk ini mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat. Kegiatan dan peranan pihak eksternal lebih bersifat menjawab kebutuhan yang diputuskan dan dinyatakan oleh masyarakat lokal, bukan kebutuhan berdasarkan program yang dirancang dari luar.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Slamet dalam Suciati (2006) faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis, yaitu:

1. Jenis Kelamin

Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang


(46)

terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria dan wanita. Perbedaan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.

2. Usia

Perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dan dalam hal menetapkan keputusan.

3. Tingkat Pendidikan

Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan., salah satu karakteristik partisipan dalam pembangunan partisipatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan melalui pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi.


(47)

4. Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka

5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian ini akan berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat dalam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi yang kondusif untuk berpartisipasi. Kondisi-kondisi tersebut menurut Tonny (2002) antara lain:

1. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka memandang penting


(48)

2. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau

individu.

3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi dan didukung dalam partisipasinya. 4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam

partisipasinya.

5. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan.

2.2.4 Tingkat partisipasi Masyarakat

Menurut Paul dalam Hasyim (2009) tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dapat diukur dengan menggunakan skala intensitas partisipasi (scale of participation intensity). Skala ini digunakan untuk melihat

jangkauan peran (partisipasi) masyarakat pada masing-masing tahapan kegiatan. Partisipasi masyarakat yang diukur pada tahap mobilisasi adalah partisipasi saat dilaksanakannya sosialisasi dari kegiatan tersebut dan kegiatan pada tahap pengambilan keputusan adalah tentang tata cara, penentuan lokasi dan lain-lainnya. Pada tahap mobilisasi dan pengambilan keputusan tingkat partisipasi masyarakat akan sangat tinggi jika mereka mengetahui manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut bagi kehidupannya, sementara pada tahapan pembangunan dan pemeliharaan perannya dapat menurun karena kegiatannya terlalu teknis dan telah tersedia standar operasional yang minimal sehingga pihak manapun yang membangun dan memelihara tidaklah masalah asalkan termasuk dalam kriteria tersebut.


(49)

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)

Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku manusia secara umum. Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan (Maulana, 2009).

Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), niat

(intention) dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku,

artinya jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui niat orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting

(Maulana, 2009).

Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang mengikuti pikiran tersebut. Jika orang yang dianggap penting (kelompok referensi) menyetujui tindakan tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku (Maulana, 2009).

Snehandu B. Karr dalam Glanz (2002) menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:


(50)

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention).

b. Dukunga sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

c. Tersedianya informasi yang terkait dengan tindakan yang diambil oleh seseoraang (accessebility of information).

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil keputusan

(personal autonomy).

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situation).

2.4 Program Medan Green and Clean (MdGC) 2.4.1 Definisi Medan Green and Clean

Medan Green and Clean merupakan suatu konsep Program Penghijauan dan

Kebersihan lingkungan di setiap kota yang di inisiasi oleh PT. Unilever Indonesia, Pemerintah Kota Medan (Pemko), Harian Waspada, dan Yayasan Bumi Hijau Lestari. Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang hijau, bersih, bebas sampah, dan banjir di setiap lingkungan yang ada di kota Medan dengan sistem pemberdayaan masyarakat.

Green and Clean yang digagas untuk mengatasi permasalahan lingkungan

termasuk sampah domestik, dengan harapan masyarakat akan semakin mandiri sekaligus berperan sebagai agen pencipta perubahan.


(51)

2.4.2 Tujuan, Sasaran dan Strategi Program Green and Clean

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam program MdGC yaitu :

a. Mengedukasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan termasuk masalah sampah yang pada akhirnya dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

b. Memberdayakan Masyarakat untuk peduli akan kebersihan dan kehijauan kota Medan.

c. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah berhasil mewujudkan tempat tinggalnya bersih, hijau dan sehat.

d. Untuk menciptakan lingkungan yang hijau, bersih, bebas sampah dan banjir di setiap lingkungan yang ada di Kota Medan dengan sistem pemberdayaan masyarakat

Adapaun sasaran yang dari program Medan Green and Clean (MdGC) yaitu :

a. Pemberdayaan masyarakat untuk peduli akan kebersihan dan kehijauan kota Medan.

b. Lingkungan kota Medan yang bersih, hijau dan sehat

Adapun kunci keberhasilan program Medan Green and Clean (MDGC) ini

adalah:

a. Motivasi dan Koordinasi yang kuat dari Aparat Pemerintah, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung seperti Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, Para Camat, Lurah, dan juga Kepala Lingkungan (Kepling) setempat.


(52)

c. Corpeorate, adanya sisi CSR (Corporate Social responsibility) yang diberikan

kepada Masyarakat.

d. Adanya kerja sama antara masyarakat dengan komunitas di lingkungan Kota Medan yaitu Kelompok Sadar Lingkungan dan Koppling (Komunitas Pemuda peduli Lingkungan)

e. Arahan dan bimbingan dari para Motivator yaitu Team relawan dari Medan

Green and Clean (MdGC).

2.4.3 Indikator atau Penilaian Program Medan Green and Clean (MdGC) 2010

Medan Green and Clean dibagi atas 2 wilayah kompetisi yaitu wilayah maju dan wilayah berkembang. Wilayah Maju adalah lingkungan yang sudah memulai kegiatan kepedulian akan lingkungan lebih dulu. Wilayah ditunjuk oleh aparat pemerintah setempat yaitu camat/lurah/kepala lingkungan. Kriteria penilaian wilayah maju yaitu:

a. Memiliki wilayah Replikasi minimal satu lingkungan b. Sudah memiliki program Bank Sampah

c. Lingkungan sudah melakukan penghijauan

d. Lingkungan sudah memiliki kelompok kerja warga yang berhubungan dengan pemanfaatan sampah/barang bekas, kelompok Darling (Sadar Lingkungan) dan Koppling (Kelompok Pemuda Peduli Lingkungan)

e. Sudah menjalankan program biopori dan kombipor

f. Sudah menjalankan program pengelolaan sampah baik sampah kering maupun sampah basah dalam skala rumah tangga.


(53)

Sedangkan wilayah berkembang adalah lingkungan yang baru akan memulai perubahan lingkungan/wilayah. Kriteria penilaian wilayah berkembang yaitu:

a. Lingkungan minimal sudah memiliki kegiatan pemilahan sampah yang dimulai dari rumah tangga.

b. Lingkungan melakukan penghijauan

c. Lingkungan memiliki minimal satu kelompok kerja warga yang berhubungan dengan pemanfaatan sampah/barang bekas, Kelompok Darling (Sadar Lingkungan) dan Koppling (Kelompok Pemuda Peduli Lingkungan).

Indikator penilaian program Medan Green and Clean yaitu:

1. KWARGA (Kreatifitas Warga)

Kwarga adalah aktifitas warga dalam mengampanyekan Medan Green and

Clean (MdGC) melalui berbagai cara berupa ajakan atau slogan-slogan yang

dituangkan dalam bentuk tulisan kepedulian pada pengelolaan sampah di sekitar lingkungan dengan memanfaatkan barang bekas. Kwarga menjadi penilaian tambahan (plus point) dalam indikator Medan Green and Clean (MdGC) 2010, dalam point ini

lingkungan terbaik akan mendapatkan hadiah.

Tujuan kwarga adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai program kepedulian terhadap bumi dan alam yang ada di lingkungan untuk menumbuhkan semangat kreatifitas masyarakat Medan Green and Clean (MdGC).

2. Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga


(54)

• Sampah Basah

Sampah basah atau biasa disebut dengan sampah organik adalah sampah yang bisa diurai oleh alam. Contohnya seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, daun kering, potongan rumput dan lainnya. Sampah basah, terutama sisa makanan yang dibiarkan begitu saja akan membusuk dan bisa menjadi sumber penyakit karena menjadi tempat perkembangbiakkan vektor.

• Sampah Kering

Sampah kering atau biasa disebut dengan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh alam. Contohnya kertas, logam, plastik, kain, kaca, karet, dan lainnya. Sampah kering memerlukan waktu yang lama untuk dapat hancur. Menghilangkan sampah kering dengan cara membakarnya dan cara ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan polusi udara dan gangguan pernafasan.

• Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah beracun atau reaktif yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Contohnya baterai bekas, pestisida, cat, sampah rumah sakit. Sampah jenis ini tidak dapat dibuang begitu saja ke alam namun harus dibungkus agar tidak mencemari lingkungan.

Ada berbagai cara pengelolaan sampah basah dan sampah kering dalam skala rumah tangga salah satunya yaitu Bank sampah.

Bank sampah adalah wadah atau tempat untuk dikumpulkannya sampah kering oleh warga, dimana dalam proses pelaksanaannya membutuhkan satu


(55)

kelompok pengelola yang berasal dari warga yang akhirnya akan terjadi penjualan antara pengelolaa bank sampah dengan botot atau pengepul.

Manfaat Bank Sampah:

1. Mengurangi kebutuhan lahan untuk TPA

2. Menambah nilai ekonomis dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat 3. Mengurangi sampah kering masuk ke tanah

No Nama barang Harga/Kg

1 Kertas Karton Rp1.000 2 Kertas Kardus Rp1.700 3 Kertas HVS putih Rp1.500

4 Kertas Campur Rp600

5 Besi Rp2.000-Rp2.500

6 Alumunium Rp12.00

7 Alumunium Jenis Panci Rp16.000

8 Kuningan Rp3.500

9 Tembaga Rp5.000

10 Gelas Aqua Rp3.500

11 Botol Aqua Rp2.000-Rp3.500 12 Plastik Jerigen Rp3.700

13 Plastik kresek/asoi Rp1.500

Tabel 2.1 Harga Jual Barang Bekas di pengepul di Kota Medan 3. Penghijaun Lingkungan

Penghijaun Lingkungan adalah penanaman pohon di lingkungan yang dilakukan oleh warga dengan penataan yang disesuaikan dengan lahan dan kondisi lingkungan setempat secara baik dan indah. Penghijauan selain berfungsi memberi keindahan pada rumah atau lingkungan setempat juga dapat memberikan manfaat lain seperti kesejukan, sumber oksigen dan mengurangi polusi udara. Penghijaun dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:


(56)

• TOBA ( Troto Berbunga)

Toba adalah penghijauan yang dilakukan di atas trotoar/drainase yang ada di lungkungan sekitar. Toba dapat menggunakan pot atau ditanam langsung dipinggir trotoar/drainase.

• Taman Gantung

Tanaman gantung adalah penghijauan yang dilakukan pada lingkungan yang mempunyai lahan sempit dimana sistem penanaman dengan cara digantung menggunakan pot.

• Tabulapot (Tanaman Buah Dalam Pot)

Tabulapot adalah penghijauan dengan menanam tanaman buah dalam pot.

• Toga (Tanaman Obat Keluarga)

Toga atau Tanaman Obat Keluarga adalah penghijauan dengan menanam tanaman yang mempunyai khasiat obat.

4. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat adalah salah satu point yang sangat penting dalam kesuksesan Program Medan Green and Clean (MdGC). Dengan adanya partisipasi

masyarakat, kegiatan lingkungan apapun yang terjadi dipastikan akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan dan harapan masyarakat, dimana kriteria penilaian partisipasi mayarakat adalah mempunyai banyak media kampanye di wilayah tersebut, mempunyai kader minimal 50 per orang perlingkungan dan mengadakan pertemuan warga minimal satu bulan empat kali.


(57)

Ada 3 point mendasar dalam komponen partisipasi masyarakat :

• Informasi leader / Fasilitator sebagai koordinator, inspirator, dan generator dari sebuah kegiatan dilingkungan. Peran fasilitator yaitu menjembatani antara implementasi kegiatan dirumah tangga kepada pihak luar sehingga pergerakan dari kegiatan yang ada dimasyarakat terekpos dengan baik kepada pihak luar.

• Dalam teknis melakukan ekposure kegiatan ini, fasilitator dibantu oleh Kader. Fungsi kader yaitu sebagai mediator antara fasilitator dengan masyarakat langsung sehingga kegiatannya dapat terpenatrasi dengan baik dan dalam kadar yang terukur.

• Kader dalam menjembatani informasi dikegiatan rumah tangga memerlukan peran aktif rumah tangga yang ditingkatkan rumah tangga. Dalam hal ini, rumah tangga adalah keluarga dalam satu rumah yang mengimplementasikan program Medan Green and Clean yaitu pengelolaan sampah dan penghijauan.

2.5 Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu

yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan


(58)

(Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari- hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Berdasarkan uraian tersebut, sampah memiliki batasan yang jelas sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan berasal dari aktifitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut:

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.

2. Adanya hubungan langsung dengan kegiatan manusia. 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

2.5.1 Sumber Sampah

1. Sampah Domestik (Domestic Wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas,


(59)

plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rubbish).

4. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

5. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003)


(60)

2.5.2 Jenis Sampah

1. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya a) Sampah anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

b) Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. 2. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar

a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

b) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

3. Sampah berdasarkan karakteristiknya a) Abu (Ashes)

Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri.

b) Sampah Jalanan (Street Sweeping)

Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.

c) Bangkai Binatang (Dead Animal)

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.


(61)

d) Sampah pemukiman (Household refuse)

Yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan. e) Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles)

Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportasi lainnya.

f) Sampah industri

Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

g) Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste)

Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan. h) Sampah dari daerah pembangunan

Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-lain.

i) Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid)

Sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organic hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

j) Sampah Khusus

Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang toksis. (Mukono, 2006).


(62)

2.5.3 Komposisi Sampah

Menurut Achmadi (2004) secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu :

No Komposisi Sampah Persentase

1 Kertas dan Karton ± 35 %

2 Logam ± 7 %

3 Gelas ± 5 %

4 Sampah halaman dan dapur ± 37 %

5 Kayu ± 3 %

6 Plastik, karet, dan kulit ± 7 %

7 Lain-lain ± 6 %

Sumber : Achmadi, 2004.

Tabel 2.2. Komposisi Sampah

Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah.

2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah

Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :

1. Jumlah Penduduk

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.


(63)

2. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

4. Tingkat pendidikan

Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.


(1)

bank sampah menjadikan lingkungan bersih

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Ketersedian Bank Sampah

42 84.0 84.0 84.0

8 16.0 16.0 100.0

50 100.0 100.0

Sedang Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

petugas melakukan pencatatan, penimbangan dan memasukan sampah ke bank sampah

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Selalu Ikut menabung sampah pada hari yang ditentukan

1 2.0 2.0 2.0

49 98.0 98.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pengumpulan dilakukan semua orang selain tercatat

2 4.0 4.0 4.0

48 96.0 96.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Ada buku tabungan jumlah yang dikumpulkan

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

mengumpulkan sampah dari rumah tetangga

49 98.0 100.0 100.0

1 2.0

50 100.0

ya Valid

System Mis sing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

se lain jum lah sam pah, jumlah ua ng yang dikumpulkan j uga dicantumkan

4 8.0 8.0 8.0

46 92.0 92.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

bank sampah melakukan pelatihan danpendidikan

1 2.0 2.0 2.0

49 98.0 98.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Menjual sampah ke tukang botot

17 34.0 34.0 34.0

33 66.0 66.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

mendapatkan uang sesuai dengan waktu yang ditentukan

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Bentuk Kegiatan Bank Sampah

3 6.0 6.0 6.0

47 94.0 94.0 100.0

50 100.0 100.0

Sedang Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bank sampah cukup memberi keuntungan

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

bank sampah memperbaiki pendapatan

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

bank sampah menjadi sumber pendapatan baru

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bank sampah mengurangi tumpukan sampah

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

bank sampah memberi kesempatan mendapatpelatihan dan pendidikan tentang pengolahan sampah

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

bank sampah membuat lingkungan bersih, nyaman dan sehat

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Keuntungan Bank Sampah

50 100.0 100.0 100.0

Baik Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apa masyarakat perlu berpartisipasi dalam pengelolaan bank sampah?

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah ibu mengikuti penyuluhan pengelolaan bank sampah?

24 48.0 48.0 48.0

26 52.0 52.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah ibu tiap minggu ikut mengumpulkan sampah ke bank sampah?

23 46.0 46.0 46.0

27 54.0 54.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah ibu melakukan pemilahan sampah sebelum dibawa ke bank sampah?

50 100.0 100.0 100.0 ya

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apapa h ibu be rpe ran akti f da lam kegiata n pe ndi dika n da n pelatih pe nge loaa n bank sam pah?

15 30.0 30.0 30.0

35 70.0 70.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(5)

Apakah ibu ikut pengelolaan bank sampah karena keuntungan ekonomi?

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah pengelolaan bank sampah berpengaruh pada pendapatan keluarga?

50 100.0 100.0 100.0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apaka h pe nda patan yang didapa t da ri ba nk sam pah dapat m em en ke butuhan ke luarga?

1 2.0 2.0 2.0

49 98.0 98.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h pe ngumpulan sam pa h ya ng dilakuka n sudah me nja di pe kerj aan sam pingan?

1 2.0 2.0 2.0

49 98.0 98.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h ibu ikut dikare nakan ada nya kesadaran untuk m emperba lingkunga n?

1 2.0 2.0 2.0

49 98.0 98.0 100.0

50 100.0 100.0

Tidak ya Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(6)

Partisipasi Masyarakat

10 20.0 20.0 20.0

40 80.0 80.0 100.0

50 100.0 100.0

Sedang Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan KB pada Ibu-ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Kelurahan Gedung Johor Lingkungan X Kecamatan Medan Johor Tahun 2012

0 46 59

Peran Serta Masyarakat Dalam Program Medan Green And Clean (Study Deskriptif: Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kelurahan Sei Kera Hilir I, Kecamatan Medan Perjuangan)

2 37 108

Hubungan Karakteristik Ibu Rumah Tangga Dengan Pengolahan Sampah Domestik Dalam Mewujudkan Medan Green And Clean (MDGC) Di Lingkungan I Kelurahan Pulo Brayan Darat Ii Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2011

24 235 94

Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah Anggota Rumah Tangga Terhadap Permintaan Air Minum PDAM Tirtanadi Medan (Studi Kasus Lingkungan XIII, Kelurahan Sei Sikambing C – II, Kecamatan Medan Helvetia, Medan)

2 56 73

Perilaku Ibu Pemulung Dalam Higiene Perseorangan Di Lingkungan II Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2008

3 42 157

Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Pada Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia)

6 67 121

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

8 123 143

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

3 30 109

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

0 0 15

Peran Serta Masyarakat Dalam Program Medan Green And Clean (Study Deskriptif: Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kelurahan Sei Kera Hilir I, Kecamatan Medan Perjuangan)

0 0 7