Komunikasi dan Kelekatan Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya, serta Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu
KOMUNIKASI DAN KELEKATAN ORANG TUA,
KELEKATAN TEMAN SEBAYA, SERTA KEPUASAN HIDUP
REMAJA BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU
SUSANTI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komunikasi dan Kelekatan
Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya, serta Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan
Status Bekerja Ibu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Susanti
NIM I24090029
ABSTRAK
SUSANTI. Komunikasi dan Kelekatan Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya, dan
Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu. Dibimbing oleh DIAH
KRISNATUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komunikasi dan kelekatan
orang tua terhadap kelekatan teman sebaya dan kepuasan hidup remaja. Contoh
dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki remaja usia 12-15 tahun
sebanyak 100 keluarga yang dipilih secara acak dari dua kelurahan di Kecamatan
Tanah Sareal, Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan
tipe komunikasi positif menurut persepsi ayah, kelekatan teman sebaya dimensi
pengasingan, dan kepuasan hidup remaja dimensi global, diri, dan sekolah antara
keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara komunikasi orang tua, kelekatan orang tua dan
teman sebaya dengan kepuasan hidup remaja. Berdasarkan hasil uji regresi,
faktor-faktor yang memengaruhi kelekatan teman sebaya adalah remaja
perempuan, ibu yang bekerja, pendapatan keluarga, dan komunikasi ibu,
sedangkan faktor yang memengaruhi kepuasan hidup adalah ibu yang bekerja,
komunikasi ayah, dan kelekatan teman sebaya.
Kata kunci: kualitas hubungan orang tua-anak, status bekerja ibu, perkembangan
anak
ABSTRACT
SUSANTI. Parent Communication and Attachment, Peer Attachment, and
Adolescents Life Satisfaction based Mother’s Working Status. Supervised by
DIAH KRISNATUTI.
This
study aimed to analyze the influences of parent communication and
attachment to peer attachment and adolescent life satisfaction. The samples of this
study is a family with teenagers aged 12-15 years, as many as 100 families were
selected randomly from two villages in Tanah Sareal, Bogor City. Data was
collected through interview using questionnaires. The results showed there was
significant different a type of positive communication was according father
perception, peer attachment as alienation dimension, adolescent life satisfaction as
global, self, and school dimensions. The results of correlation test showed there
was significant relationship between parent’s communication, parent and peer
attachment with adolescent life satisfaction. The based of regression test, the
factor’s which the influences of peer attachment that female, employment
mother’s, family incomes, and mother’s communication, where as the factor’s
which the influences of adolescence life satisfaction that was employment
mother’s, father’s communication, and peer attachment.
Keywords: child development, mother’s working status, quality of parent-child
relationship
KOMUNIKASI DAN KELEKATAN ORANG TUA,
KELEKATAN TEMAN SEBAYA, SERTA KEPUASAN HIDUP
REMAJA BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU
SUSANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Komunikasi dan Kelekatan Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya,
serta Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu
Nama
: Susanti
NIM
: I24090029
Disetujui oleh
Dr Ir Diah Krisnatuti, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Hartoyo, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah memberikan kekuatan, kesabaran, pengetahuan, dan kenikmatan. Atas segala
karunia-Nya itulah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Komunikasi dan Kelekatan Teman Sebaya, Kelekatan Teman Sebaya, serta
Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu” ini sejak bulan April
sampai Juli 2013 di daerah Tanah Sareal, Kota Bogor. Terima kasih dan rasa
hormat penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku pembimbing skripsi, yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Kepada Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku pembimbing akademik, yang
telah mendampingi penulis sejak awal masuk kuliah hingga sekarang.
3. Kepada orang tua, adik-adik tersayang, serta kerabat dekat yang telah
memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis untuk terus
berkarya dan berprestasi.
4. Kepada Yayan yang selalu memberikan doa, motivasi, serta dukungan mental
kepada penulis untuk terus berjuang dan bersabar.
5. Teman-teman seperjuangan Feni, Ndai, Dian, dan Holi sebagai teman dalam
penelitian ini yang mengalami suka duka bersama. Aila, Ami, Rahmi, Aida,
dan Salsa sebagai sahabat yang selalu bersedia berbagi kesenangan dan
kesulitan. Teman-teman IKK 46 dan Kos Putri Puri 9 dan Pionir 2 yang selalu
mendukung dan memberikan semangat.
6. Kepada semua pihak yang belum disebutkan, yang telah memberikan
kontribusi dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis ucapkan terima kasih.
Satu hal yang penulis sadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Harapan penulis adalah semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi khalayak luas.
Bogor, Agustus 2013
Susanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
4
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
4
Jumlah dan Cara Pemilihan Responden
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
9
Karakteristik Keluarga dan Remaja
10
Komunikasi Orang Tua-Anak
11
Kelekatan
12
Kepuasan Hidup
13
Hubungan Antarvariabel
14
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kelekatan teman Sebaya dan
Kepuasan Hidup Remaja
16
Pembahasan
18
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL
1 Variabel, skala, jenis, dan cara pengumpulan data
2 Variabel dan kategori data karakteristik
3 Sebaran keluarga remaja berdasarkan usia, pendapatan keluarga per
kapita, besar keluarga, uang saku, tingkat pendidikan orang tua dan
status bekerja ibu
4 Perbandingan rataan dan standar deviasi komunikasi ayah berdasarkan
status bekerja ibu dan persepsi komunikasi (%)
5 Perbandingan rataan dan standar deviasi komunikasi ibu berdasarkan
status bekerja ibu dan persepsi komunikasi (%)
6 Perbandingan rataan dan standar deviasi kelekatan ayah, ibu, dan
teman sebaya berdasarkan status bekerja ibu (%)
7 Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga dan remaja dengan
komunikasi orang tua, kelekatan orang tua dan teman sebaya, dan
kepuasan hidup remaja berdasarkan status bekerja ibu
8 Hasil uji korelasi antara komunikasi dan kelekatan orang tua dengan
kelekatan teman sebaya dan kepuasan hidup remaja
9 Faktor-faktor yang memengaruhi kelekatan teman sebaya dan
kepuasan hidup remaja
6
8
10
11
12
12
15
16
17
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Skema cara pengambilan contoh
3 Sebaran remaja berdasarkan kategori kelekatan dengan ayah, ibu, dan
teman sebaya
4 Sebaran remaja berdasarkan total rata-rata dan standar deviasi
kepuasan hidup dan status bekerja ibu (%)
4
5
13
14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran orang tua remaja berdasarkan persetujuan terhadap
pernyataan tentang komunikasi
2 Sebaran remaja berdasarkan persetujuan terhadap pernyataan tentang
komunikasi
3 Sebaran remaja berdasarkan jawaban setuju dan sangat setuju pada
setiap item pernyataan kelekatan orang tua
4 Sebaran remaja berdasarkan jawaban setuju dan sangat setuju pada
setiap item pernyataan kelekatan teman sebaya
5 Sebaran remaja berdasarkan jawaban cukup setuju, setuju dan sangat
setuju pada setiap item pernyataan kepuasan hidup
25
26
27
28
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2012, United Nation Development Programme (UNDP)
menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia
mengalami peningkatan persentase menjadi 73.40 persen dengan peringkat ke-121
dari 187 negara1. Meski demikian, IPM bangsa Indonesia masih berada dalam
kategori sedang, sehingga meningkatkan IPM bangsa demi mencapai Sumber
Daya Manusia (SDM) berkualitas merupakan tugas penting bangsa Indonesia.
Remaja merupakan salah satu aset SDM yang berperan penting dalam kemajuan
dan kemunduran suatu bangsa, sehingga perlu dipersiapkan menjadi individu yang
sehat mental agar dapat melakukan penyesuaian positif terhadap setiap perubahan
dan mencapai kualitas hidup yang baik. Menurut BPS (2012), jumlah remaja
Indonesia sebesar 26.47 persen dari total jumlah penduduk yakni sekitar 64 juta
jiwa. Mengingat cukup besarnya jumlah tersebut, remaja perlu mendapat
perhatian serius karena sangat beresiko terhadap masalah-masalah kesehatan
reproduksi dan sosial seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA, HIV/AIDS, dan
tawuran. Kementrian Kesehatan (Kemenkes 2010) menunjukkan bahwa 75 persen
dari 3.2 juta pengguna NAPZA adalah remaja2. Hasil survei Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2011), juga menunjukkan bahwa 55/100
remaja sudah kawin, 1/100 melahirkan hidup antara 1-2 anak, serta 1/100
berstatus cerai hidup. Fakta lainnya adalah ditemukan sebanyak 147 kasus
tawuran antarpelajar pada tahun 20123.
Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa yang mengalami perubahan secara biologis, kognitif, dan sosialemosional. Perubahan tersebut menghadapkan remaja pada peran dan tugas
perkembangan yang berbeda dengan masa anak-anak. Keberhasilan dalam
pemenuhan tugas tersebut penting untuk mencapai kepuasan, kebahagiaan, dan
keberhasilan dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya. Masa
remaja juga rentan akan penyimpangan perilaku, sehingga bimbingan dan arahan
dari orang tua masih dibutuhkan untuk dapat melewati masa tersebut dengan baik.
Keberhasilan remaja tidak hanya berasal dari usaha remaja itu sendiri, melainkan
perlu adanya kontribusi orang tua sebagai orang terdekat dengan remaja. Gunarsa
dan Gunarsa (2004) menyebutkan, remaja membutuhkan lebih banyak waktu dan
perhatian dari orang tua terutama ibu untuk menciptakan interaksi timbal balik,
komunikatif, dan dialogis. Peran penting orang tua tidak hanya dalam membentuk
kualitas hubungan keduanya, melainkan juga sebagai kontrol pergaulan remaja itu
sendiri dengan orang lain di luar keluarga, seperti teman sebaya. Hal demikian
dilakukan supaya permasalahan yang dihadapi remaja mendapat bantuan,
dorongan, dan dukungan dari orang tua dalam mengatasinya. Pada keluarga
dengan kondisi ibu bekerja, peran tersebut terkadang menjadi terganggu karena
1
Hatta. 2013 Mar 18. IPM Indonesia 2012 tempati ranking 121 di Dunia/. [Internet]. [diakses pada 24 Mei 2013];
Warta Ekonomi Edisi ke-6. Tersedia dalam :http://wartaekonomi.co.id/berita8461/ipm-indonesia-2012-tempati-ranking121-di-dunia.html
2
Septianing I. 2013 Feb 11. Tinggi Kasus Remaja Terjerat Seks Bebas dan Narkoba. [Internet]. [Diakses pada 26 Mei
2013]. Terdapat dalam http://www.solopos.com/2013/02/11/ 378017
3
Kuwado FJ. 2012 Des 21. Pelajar Tewas Sia-sia karena Tawuran. [Internet]. [Diakses pada 26 Mei 2013]. Tersedia
dalam http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/21/10534239/82.html.
2
kurangnya waktu di rumah, sehingga kualitas interaksi yang baik dengan waktu
yang terbatas tersebut diharapkan menjadi alternatif dalam menyeimbangkan
pekerjaan dengan peran dalam keluarga. Lestari (2012) menyetujui bahwa
interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi hubungan orang
tua-anak yang berkualitas sebagai dasar bagi remaja untuk mencapai kepuasan
hidup yang tinggi.
Kepuasan hidup merupakan tujuan paling tinggi bagi setiap individu yang
memiliki banyak peran positif dalam perkembangan remaja (Park et al. 2004).
Kepuasan hidup juga dianggap sebagai cerminan kualitas hidup seseorang, karena
dapat dijadikan indikator penting untuk melihat kesejahteraan seseorang secara
subjektif, termasuk remaja. Penelitian Diener et al. (2008) menemukan bahwa
kepuasan hidup yang tinggi akan membuat individu merasa hidup lebih bermakna
serta memiliki tujuan dan nilai yang penting bagi individu itu sendiri. Pada
remaja, kepuasan hidup yang tinggi akan menjadi pengontrol diri untuk tidak
terjerumus ke dalam perilaku menyimpang dan menjadi kekuatan psikologis
dalam mengembangkan kemampuan beradaptasi, sehingga kualitas hidupnya
menjadi lebih baik (Santrock 2003). Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor di
dalam keluarga yang memengaruhi kepuasan hidup remaja, diantaranya dukungan
keluarga (Aydemir 2009; Oberle et.al 2011), struktur keluarga (Sepahmansour
dan Bayat 2011; Antaramian et al. 2008), kelekatan orang tua (Nickerson & Nagle
2004; Ma dan Huebner 2008), komunikasi orang tua (Rahayu 2012), kehangatan
orang tua (Chang et al. 2003), dan gaya pengasuhan ibu (Candice et al. 2004)
Faktor lainnya di luar keluarga khususnya, teman sebaya yang juga berperan
dalam membangun kepuasan hidup remaja, diantaranya kelekatan teman sebaya
(Nickerson dan Nagle 2004; Ma dan Huebner 2008), kekerasan oleh teman sebaya
(Martin et al. 2008) dan dukungan teman sebaya (Aydemir 2009; Oberle et.al
2011). Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelekatan teman
sebaya sendiri di mediasi oleh kelekatan orang tua dan anak, artinya kelekatan
yang aman antara orang tua dan remaja akan membentuk kelekatan yang aman
juga antara remaja dengan teman sebaya (Ma dan Huebner 2008). Hasil tersebut
menunjukkan besarnya peran keluarga dan teman sebaya sebagai orang terdekat
dengan remaja dalam membentuk kualitas hidupnya yang tercermin dalam
kepuasan dalam diri remaja.
Komunikasi dan emotional bonding atau kelekatan sebagai dasar hubungan
orang tua-anak yang berkualitas (Puspitawati dan Setioningsih 2010) diduga dapat
meningkatkan kepuasan hidup remaja serta menjadi mediator bagi remaja untuk
membina hubungan yang positif dengan orang lain. Peran kecil orang tua dalam
proses belajar remaja di luar rumah dapat menjadi faktor kunci kesehatan
hubungan remaja dengan orang lain, khususnya teman sebaya. Santrock (2003)
menyatakan bahwa orang tua dan teman sebaya memiliki hubungan yang erat
dalam perkembangan remaja. Kelekatan yang aman antara orang tua dan remaja
bisa membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan remaja, yang tercermin pada
ciri harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik. Komunikasi sebagai
salah satu indikator penting dalam interaksi juga berfungsi untuk menumbuhkan
keterbukaan, rasa saling percaya dan kejujuran antara remaja dan orang tua
(Lestari 2012). Kedua indikator interaksi tersebut dapat menjadi katalis
perkembangan remaja, seperti penyesuaian yang positif (Laible et al. 2000),
kesejahteraan dan kebahagiaan (Furnham dan Cheng 2000; Park et al. 2004),
3
kesehatan mental (Steinberg 2001), dan kepuasan remaja (Rahayu 2012). Oleh
karena itu, keberadaan orang tua khususnya pada ibu bekerja penting untuk dilihat
kualitas interaksi yang dibangun dengan anak dalam kondisi waktu dalam
keluarga yang terbatas serta peran ayah yang juga diduga memiliki kontribusi
yang cukup besar dalam perkembangan remaja yang positif.
Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk meneliti tentang kualitas
interaksi orang tua-anak, kelekatan teman sebaya, dan hubungannya dengan
kepuasan hidup remaja. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan
penelitian, yaitu: (1) Bagaimana karakteristik keluarga, orang tua, dan remaja,
interaksi orang tua-anak, kelekatan teman sebaya, dan kepuasan hidup remaja
berdasarkan perbedaan status bekerja ibu? (2) Apakah ada hubungan antara
karakteristik keluarga dan remaja, komunikasi dan kelekatan orang tua dengan
kelekatan teman sebaya dan kepuasan hidup remaja? Dan (3) Apakah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kepuasan hidup remaja?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, komunikasi
orang tua, kelekatan orang tua, kelekatan teman sebaya, dan kepuasan hidup
remaja berdasarkan perbedaan status bekerja ibu.
Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan remaja,
komunikasi dan kelekatan orang tua dengan kelekatan teman sebaya dan
kepuasan hidup remaja berdasarkan perbedaan status bekerja ibu.
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan hidup
remaja.
KERANGKA PEMIKIRAN
Interaksi keluarga dalam penelitian ini meliputi kelekatan dan komunkasi
antara orang tua dan anak. Komunikasi keluarga memiliki peranan penting dan
merupakan hal yang mendasar untuk membina hubungan yang baik antaranggota
keluarga dan masyarakat. Kelekatan yang aman antara remaja dan orang tua juga
dapat membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau
ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Interaksi yang berkualitas tersebut diduga dapat membentuk pola
perilaku anak terutama pada anak remaja yang sedang mengalami masa peralihan.
Komunikasi yang baik dan kelekatan yang sudah terjalin diantara orang tua dan
anak diduga menjadi salah satu syarat tercapainya kepuasan hidup pada diri anak.
Kepuasan hidup yang terbentuk pada diri anak merupakan modal penting untuk
proses berlangsungnya kehidupan anak di masa depan, sebab cara anak untuk bisa
beradaptasi serta berkorban demi orang lain tergantung kepuasan hidup yang
dirasakannya (Antaramian et al. 2008).
4
Kepuasan hidup yang dirasakan remaja, tidak semata hanya terbentuk dari
keluarga, tetapi juga teman sebaya. Hal ini karena kepuasan hidup yang terlibat
dalam penelitian ini terdiri dari beberapa domain yang dekat sekali dengan
kehidupan remaja, diantaranya kepuasan global, diri, keluarga, teman, sekolah,
dan lingkungan tempat tinggal. Remaja sudah mengenal lingkungan sekitarnya
termasuk teman sebaya yang secara tidak langsung juga melekat dalam kehidupan
remaja di sekolah dan lingkungan rumah. Pada masa ini, remaja dengan teman
sebayanya cenderung lebih dekat, sehingga kelekatan diantara keduanya dapat
menjadi salah satu faktor yang diduga dapat menjadi pendorong atau penentu
kepuasan hidup remaja. Peran orang tua tidak semata membangun kualitas remaja,
tetapi juga menjadi mediator remaja untuk membina hubungan yang baik dengan
orang lain yang berperan sama terhadap remaja.
Karakteristik Remaja :
- Usia
- Jenis Kelamin
- Urutan Kelahiran
- Keikutsertaan dalam
Organisasi
- Uang Saku
Karakteristik Keluarga :
- Usia Ayah
- Usia Ibu
- Pendidikan Ayah
- Pendidikan Ibu
- Pekerjaan Ayah
- Pekerjaan Ibu
- Besar Keluarga
- Tipe Keluarga
- Pendapatan Keluarga
Komunikasi Orang
Tua :
- Open Family
Communication
- Problem in Family
Communication
Kelekatan Orang Tua :
- Kepercayaan
- Komunikasi
- Alienasi
Kepuasan Hidup :
- Global
- Diri
- Keluarga
- Sekolah
- Teman Sebaya
- Lingkungan
Tempat Tinggal
Kelekatan Teman
Sebaya :
- Kepercayaan
- Komunikasi
- Alienasi
-
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan
pada interaksi antara orang tua dan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu
tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal di Kota Bogor secara
5
purposive. Kota Bogor dipilih karena memiliki persentase tenaga kerja wanita
(75.99%) kedua di Jawa Barat, sedangkan Kecamatan Tanah Sareal dipilih dengan
pertimbangan daerah tersebut memiliki jumlah keluarga pada tahap Keluarga
Sejahtera (KS-II) terbanyak se-Kota Bogor yaitu sebanyak 24 754 keluarga (BPS
2011). Kelurahan Kebon Pedes (22 329 jiwa) dan Kedung Badak (27 381 jiwa)
dipilih karena memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tanah Sareal
(BPS 2011). Oleh karena itu, kelurahan tersebut diduga memiliki populasi anak
usia remaja dengan ibu bekerja atau tidak bekerja yang lebih banyak dibandingkan
kelurahan lain. Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari sampai Mei 2013
Jumlah dan Cara Pemilihan Responden
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang masih terdiri dari ayah, ibu, dan
anak usia 12-15 tahun yang masih duduk di bangku SMP dengan ibu bekerja dan
tidak bekerja yang bertempat tinggal di lokasi penelitian. Teknik pengambilan
contoh yang digunakan adalah stratified random sampling bertahap berganda,
yaitu tahap penentuan wilayah penelitian dipilih secara purposive dan penentuan
contoh dipilih secara acak dengan jumlah sampel yang telah ditentukan dengan
pertimbangan tertentu (Gambar 2). Kerangka sampel yang diperoleh berjumlah
412 keluarga dari Kelurahan Kebon Pedes dan 230 keluarga dari Kelurahan
Kedung Badak. Jumlah contoh yang diambil adalah 50 keluarga dari Keluarga Ibu
Bekerja (KIB) dan 50 keluarga dari Keluarga Ibu Tidak Bekerja (KITB) dengan
pertimbangan jumlah tersebut telah memenuhi syarat pengolahan data secara
statistik. Responden dalam penelitian ini adalah ayah, ibu, dan remaja.
Kota Bogor
Purposive
Kecamatan Tanah Sareal
Purposive
Kelurahan
Kebon Pedes
Remaja
pada KIB
(n=25)
Remaja
pada
KITB
(n=25)
Kelurahan
Kedung Badak
Remaja
pada KIB
(n=25)
Remaja
pada
KITB
(n=25)
n = 100
Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh
Purposive
Random
Sampling
Purposive
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Data
primer akan diperoleh langsung dari kuesioner dengan melakukan wawancara
kepada remaja dan orang tua. Data primer yang akan diperoleh meliputi
karakteristik keluarga dan remaja, komunikasi dan kelekatan orang tua, kelekatan
teman sebaya, serta kepuasan hidup remaja. Data sekunder yang diperoleh adalah
data karakteristik wilayah dan data jumlah keluarga yang memiliki anak usia
remaja awal (12-15 tahun). Jenis, skala, dan cara pengumpulan data dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Variabel, skala, jenis, dan cara pengumpulan data
Variabel
Karakteristik Remaja:
Usia
Jenis kelamin
Urutan kelahiran
Keikutsertaan dalam
organisasi
Uang saku
Karakteristik Keluarga:
Usia ayah
Usia ibu
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
Besar keluarga
Tipe keluarga
Pendapatan keluarga
Komunikasi Orang Tua
Persepsi orang tua
Persepsi remaja
Kelekatan Orang Tua
Kelekatan Teman Sebaya
Kepuasan Hidup Remaja
Jumlah keluarga dengan anak
usia remaja
Keadaan umum lokasi
penelitian
Skala Data
Rasio
Nominal
Ordinal
Nominal
Jenis Data
Cara Pengmpulan Data
Primer
Wawancara dengan
kuesioner
Primer
Wawancara dengan
kuesioner
Rasio
Rasio
Rasio
Ordinal
Ordinal
Nominal
Nominal
Rasio
Nominal
Rasio
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Primer
Rasio
Sekunder
Rasio
Sekunder
Primer
Primer
Primer
Wawancara dengan
kuesioner
Data Dasar Keluarga di
Kelurahan
Data Demografi
Kecamatan
Komunikasi diukur menggunakan instrumen yang dimodifikasi dari Olson
dan Barners (1985) yang terbagi dalam pernyataan open family communication
(komunikasi positif) dan problem in family communication (komunikasi negatif).
Data komunikasi diperoleh dari dua persepsi, yakni orang tua dan remaja yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan nilai Cronbach’s alpha untuk
komunikasi persepsi ayah sebesar 0.789, komunikasi persepsi ibu sebesar 0.714,
komunikasi persepsi remaja terhadap ayah sebesar 0.836, dan komunikasi persepsi
7
remaja terhadap ibu sebesar 0.816 dengan masing-masing berjumlah 23
pernyataan.
Kelekatan diukur menggunakan kuesioner dari Armsden dan Greenberg
(1987) yang berjudul “Inventory of Parent and Peer Attachment” (IPPA) dengan
melihat persepsi remaja mengenai kelekatan remaja dengan ayah, ibu, dan teman
sebaya. Kelekatan yang diukur terdiri dari tiga dimensi, yaitu kepercayaan,
komunikasi, dan alienasi dengan nilai Cronbach’s alpha untuk kelekatan ayah
sebesar 0.829, kelekatan ibu sebesar 0.810, dan kelekatan teman sebaya sebesar
0.821 dengan masing-masing berjumlah 20 pernyataan.
Kepuasan hidup remaja diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dirumuskan oleh Huebner (1991; 2001) yang berjudul “Student Lide Satisfaction
Scale” untuk kepuasan global dan “Multidimensional Student Life Satisfaction
Scale” untuk kepuasan pada dimensi diri, keluarga, teman, sekolah, dan
lingkungan tempat tinggal. Instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya
dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.809 dengan total 36 pernyataan.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Analisis statistika yang
digunakan yaitu deskriptif dan inferensia. Analisis inferensia yang digunakan
meliputi uji beda t-test untuk data parametrik dan uji beda rata-rata untuk data
non-parametrik, serta uji Regresi Linier Berganda. Sistem skor akan dibuat
konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya.
Setelah itu dijumlahkan dan selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan
teknik skoring secara normatif dengan menggunakan interval kelas yang diperoleh
dengan cara berikut:
Pengolahan Data
Pengelompokkan data dilakukan setelah data penelitian diperoleh dan
dikategorikan (Tabel 2). Data karakteristik remaja meliputi usia, jenis kelamin,
urutan kelahiran, keikutsertaan dalam kegiatan sekolah, dan uang saku per bulan.
Data karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jenis keluarga, dan besar keluarga.
Komunikasi keluarga berjumlah 23 pernyataan yang terdiri dari 12
pernyataan komunikasi positif dan 11 pernyataan komunikasi negatif. Skor aktual
dibagi dengan nilai maksimum ideal, kemudian dikalikan 100 persen untuk
menentukan posisi persentase untuk dimasukan ke dalam kategori yang ditentuan
berdasarkan cut off point. Skor yang diuji inferensia adalah skor hasil komposit
skor total dibagi 2 dari komunikasi persepsi orang tua dengan persepsi remaja,
yang kemudian skor tersebut dikurangi skor minimum ideal dibagi nilai
maksimum ideal dikurangi nilai minimum ideal.
Pengelompokkan IPPA berdasarkan sistem skor Vivona (2000) dalam Reese
(2008), setiap subskala dalam IPPA dibagi menjadi tinggi, rendah, dan sedang
menggunakan cut off point. Berdasarkan sistem tersebut, Vivona mengidentifikasikan kombinasi spesifik dari subskala tersebut menjadi:
8
1. Secure, diindikasikan dari nilai kepercayaan tinggi, komunikasi tinggi/sedang,
dan pengasingan yang rendah.
2. Ambivalent, diindikasikan dari nilai kepercayaan tinggi/sedang, komunikasi
sedang/rendah, dan pengasingan sedang/rendah.
3. Avoidant, diindikasikan dari nilai kepercayaan dan komunikasi sedang/rendah,
serta pengasingan tinggi
Data kepuasan hidup diolah seperti halnya pada komunikasi dan kelekatan.
Pemberian skor berdasarkan cut off point dengan nilai persentase yang diperoleh
dari skor total aktual dibagi skor maksimum ideal dikalikan 100 persen.
Tabel 2 Variabel dan kategori data karakteristik
Variabel
Karakteristik Remaja:
Usia
Jenis kelamin
Urutan kelahiran
Keikutsertaan dalam
organisasi
Uang saku (Rp)
Karakteristik Keluarga:
Usia ayah (tahun)
Usia ibu (tahun)
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
Besar keluarga (orang)
Tipe keluarga
Pendapatan keluarga per
kapita (Rp)
Komunikasi Orang Tua
Persepsi orang tua
Persepsi remaja
Kelekatan Orang Tua
Kelekatan Teman Sebaya
Kepuasan Hidup Remaja
Kategori Data
Remaja usia 12-15 tahun (Hurlock 1980)
[1]Laki-laki, [2]Perempuan
[1]Anak sulung, [2]Anak tengah, [3]Anak Bungsu
[1]Ikut, [2]Tidak ikut
[1]75 000-260 000, [2]260 001-445000, [3]445 001-625 000
Hurlock (1980) :
[1]Dewasa awal (18-40), [2]Dewasa madya (41-60), [3]Dewasa tua
(>60)
Pendidikan terakhir :
[1]Tidak sekolah, [2]Tamat SD/sederajat, [3]Tamat SMP/
sederajat, [4]Tamat SMA/sederajat, [5]Tamat PT
Pekerjaan utama :
[1] Tidak bekerja/pensiunan/IRT, [2]Karyawan swasta, [3]Buruh,
[4]Wiraswasta/pedagang, [5]PNS, [6]Lainnya, seperti jasa,
honorer, supir
BKKBN:
[1]Keluarga kecil (1-4), [2]Keluarga sedang (5-7), [3]Keluarga
Besar (>8)
[1]Keluarga inti, [2]Keluarga luas
Garis Kemiskinan Kota Bogor (2010) :
[1]≤278 530, [2]>278 530
Kecenderungan berkomunikasi :
[1]Komunikasi positif, [2]Komunikasi negatif
Vivona (2000) dalam Reese (2008) :
[1]Secure, [2]Ambivalent, [3]Avoidant
Vivona (2000) dalam Reese (2008) :
[1]Secure, [2]Ambivalent, [3]Avoidant
Cut off point:
[1]Rendah (80%)
Analisis Data
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan
inferensia. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji beda independent sample
t-test, uji beda rata-rata, uji Korelasi Pearson dan Spearman, serta uji Regresi
Linier Berganda. Uji Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh karakteristik keluarga dan remaja, komunikasi dan kelekatan orang tua
9
dan kelekatan teman sebaya terhadap kepuasan hidup remaja. Uji korelasi Pearson
dilakukan untuk menganalsis hubungan antarvariabel dengan skala data interval
dan rasio, sedangkan Spearman untuk variabel dengan skala nominal dan ordinal.
Perbedaan komunikasi dan kelekatan orang tua dan remaja, kelekatan remaja
dengan teman sebaya, dan kepuasan hidup remaja berdasarkan status ibu bekerja
digunakan uji beda independent sample t-test dan uji beda rata-rata untuk melihat
perbedaan persepsi komunikasi menurut persepsi orang tua dengan remaja.
Definisi Operasional
Komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara remaja dan orang tua
dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan ketika berinteraksi yang
meliputi komunikasi positif dan komunikasi negatif.
Komunikasi Orang tua adalah persepsi orang tua mengenai pola hubungan
antara remaja dan orang tua dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan
ketika berinteraksi dengan anaknya.
Komunikasi Remaja adalah persepsi anak mengenai pola hubungan antara
remaja dan orang tua dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan ketika
berinteraksi dengan orang tuanya.
Kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh remaja terhadap orang
tuanya dan dikembangkan melalui interaksi antara orang tua dan remaja
yang meliputi tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi dan alienasi.
Kelekatan Anak dengan Orang Tua adalah persepsi anak mengenai ikatan
emosional yang dibentuk remaja dengan orang tuanya.
Kelekatan Anak dengan Teman Sebaya adalah persepsi anak mengenai ikatan
emosional yang dibentuk remaja dengan teman sebayanya.
Kepuasan Hidup Remaja adalah persepsi remaja mengenaikeadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dirasakan oleh remaja
terhadap dirinya, keluarga, teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat
tinggal, serta kepuasan global.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan
Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Secara
Geografis, luas wilayah Kelurahan Kebon Pedes yaitu 1.04 km2 dengan ketinggian
±250M, sedangkan luas wilayah Kelurahan Kedung Badak yaitu 1.95 km2dengan
ketinggian ±350-450M. Dari segi demografi, jumlah penduduk Kelurahan Kebon
Pedes sebanyak 22 329 jiwa dengan 5 961 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari
13 Rukun Warga (RW) dan 74 Rukun Tetangga (RT). Sedangkan, Kelurahan
Kedung Badak memiliki jumlah penduduk sebanyak 27 381 jiwa dan 6 996 KK
yang terdiri dari 14 RW dan 99 RT.
10
Karakteristik Keluarga dan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata usia remaja pada Keluarga Ibu
Bekerja (KIB) adalah 13.74 tahun dan pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja (KITB)
adalah 13.54 tahun. Lebih dari separuh remaja pada KIB (56.00%) dan KITB
(52.00%) berjenis kelamin perempuan. Lebih dari separuh remaja pada KIB
(58.00%) tidak mengikuti kegiatan sekolah, sedangkan pada KITB (54.00%)
mengikuti kegiatan sekolah. Lebih dari separuh remaja pada KIB (72.00%) dan
KITB (70.00%) menerima uang saku dari orang tua pada rentang Rp75 000 –
Rp267 000 setiap bulan dengan rata-rata Rp267 000 pada KIB dan Rp 250 000
pada KITB.
Tabel 3 Sebaran keluarga remaja berdasarkan usia, pendapatan keluarga per
kapita, besar keluarga, uang saku, tingkat pendidikan orang tua dan status
bekerja ibu
Variabel
Usia Remaja (Tahun)
Uang Saku (Rp 000)
Usia ayah (Tahun)
Usia ibu (Tahun)
Besar keluarga (Orang)
Pendapatan per kapita (Rp
000)***a)
Tingkat pendidikan orang
tua
Tidak sekolah
Tamat SD/sederajat
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Tamat PT
Min
12
75
32
29
3
100
KIB
Max
Rataan±SD
15
13.74±0.96
625
267±125
67
45.36±6.96
59
41.80±6.14
8
5±1.11
Min
12
75
36
30
3
257±125
75
2 000
KITB
Max
Rataan±SD
15
13.54±1.05
500
250±101
60
44.52±5.56
56
40.30±5.42
9
5±1.31
*b)
Ayah (%)
KIB
2.00
16.00
26.00
40.00
16.00
Ibu
KITB
0.00
26.00
22.00
44.00
8.00
250±101
500
KIB
0.00
22.00
22.00
30.00
26.00
(%)
KITB
2.00
26.00
28.00
38.00
6.00
Keterangan : *)signifikan pada p
KELEKATAN TEMAN SEBAYA, SERTA KEPUASAN HIDUP
REMAJA BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU
SUSANTI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komunikasi dan Kelekatan
Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya, serta Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan
Status Bekerja Ibu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Susanti
NIM I24090029
ABSTRAK
SUSANTI. Komunikasi dan Kelekatan Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya, dan
Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu. Dibimbing oleh DIAH
KRISNATUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komunikasi dan kelekatan
orang tua terhadap kelekatan teman sebaya dan kepuasan hidup remaja. Contoh
dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki remaja usia 12-15 tahun
sebanyak 100 keluarga yang dipilih secara acak dari dua kelurahan di Kecamatan
Tanah Sareal, Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan
tipe komunikasi positif menurut persepsi ayah, kelekatan teman sebaya dimensi
pengasingan, dan kepuasan hidup remaja dimensi global, diri, dan sekolah antara
keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara komunikasi orang tua, kelekatan orang tua dan
teman sebaya dengan kepuasan hidup remaja. Berdasarkan hasil uji regresi,
faktor-faktor yang memengaruhi kelekatan teman sebaya adalah remaja
perempuan, ibu yang bekerja, pendapatan keluarga, dan komunikasi ibu,
sedangkan faktor yang memengaruhi kepuasan hidup adalah ibu yang bekerja,
komunikasi ayah, dan kelekatan teman sebaya.
Kata kunci: kualitas hubungan orang tua-anak, status bekerja ibu, perkembangan
anak
ABSTRACT
SUSANTI. Parent Communication and Attachment, Peer Attachment, and
Adolescents Life Satisfaction based Mother’s Working Status. Supervised by
DIAH KRISNATUTI.
This
study aimed to analyze the influences of parent communication and
attachment to peer attachment and adolescent life satisfaction. The samples of this
study is a family with teenagers aged 12-15 years, as many as 100 families were
selected randomly from two villages in Tanah Sareal, Bogor City. Data was
collected through interview using questionnaires. The results showed there was
significant different a type of positive communication was according father
perception, peer attachment as alienation dimension, adolescent life satisfaction as
global, self, and school dimensions. The results of correlation test showed there
was significant relationship between parent’s communication, parent and peer
attachment with adolescent life satisfaction. The based of regression test, the
factor’s which the influences of peer attachment that female, employment
mother’s, family incomes, and mother’s communication, where as the factor’s
which the influences of adolescence life satisfaction that was employment
mother’s, father’s communication, and peer attachment.
Keywords: child development, mother’s working status, quality of parent-child
relationship
KOMUNIKASI DAN KELEKATAN ORANG TUA,
KELEKATAN TEMAN SEBAYA, SERTA KEPUASAN HIDUP
REMAJA BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU
SUSANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Komunikasi dan Kelekatan Orang Tua, Kelekatan Teman Sebaya,
serta Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu
Nama
: Susanti
NIM
: I24090029
Disetujui oleh
Dr Ir Diah Krisnatuti, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Hartoyo, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah memberikan kekuatan, kesabaran, pengetahuan, dan kenikmatan. Atas segala
karunia-Nya itulah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Komunikasi dan Kelekatan Teman Sebaya, Kelekatan Teman Sebaya, serta
Kepuasan Hidup Remaja berdasarkan Status Bekerja Ibu” ini sejak bulan April
sampai Juli 2013 di daerah Tanah Sareal, Kota Bogor. Terima kasih dan rasa
hormat penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku pembimbing skripsi, yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Kepada Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku pembimbing akademik, yang
telah mendampingi penulis sejak awal masuk kuliah hingga sekarang.
3. Kepada orang tua, adik-adik tersayang, serta kerabat dekat yang telah
memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis untuk terus
berkarya dan berprestasi.
4. Kepada Yayan yang selalu memberikan doa, motivasi, serta dukungan mental
kepada penulis untuk terus berjuang dan bersabar.
5. Teman-teman seperjuangan Feni, Ndai, Dian, dan Holi sebagai teman dalam
penelitian ini yang mengalami suka duka bersama. Aila, Ami, Rahmi, Aida,
dan Salsa sebagai sahabat yang selalu bersedia berbagi kesenangan dan
kesulitan. Teman-teman IKK 46 dan Kos Putri Puri 9 dan Pionir 2 yang selalu
mendukung dan memberikan semangat.
6. Kepada semua pihak yang belum disebutkan, yang telah memberikan
kontribusi dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis ucapkan terima kasih.
Satu hal yang penulis sadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Harapan penulis adalah semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi khalayak luas.
Bogor, Agustus 2013
Susanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
4
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
4
Jumlah dan Cara Pemilihan Responden
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
9
Karakteristik Keluarga dan Remaja
10
Komunikasi Orang Tua-Anak
11
Kelekatan
12
Kepuasan Hidup
13
Hubungan Antarvariabel
14
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kelekatan teman Sebaya dan
Kepuasan Hidup Remaja
16
Pembahasan
18
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL
1 Variabel, skala, jenis, dan cara pengumpulan data
2 Variabel dan kategori data karakteristik
3 Sebaran keluarga remaja berdasarkan usia, pendapatan keluarga per
kapita, besar keluarga, uang saku, tingkat pendidikan orang tua dan
status bekerja ibu
4 Perbandingan rataan dan standar deviasi komunikasi ayah berdasarkan
status bekerja ibu dan persepsi komunikasi (%)
5 Perbandingan rataan dan standar deviasi komunikasi ibu berdasarkan
status bekerja ibu dan persepsi komunikasi (%)
6 Perbandingan rataan dan standar deviasi kelekatan ayah, ibu, dan
teman sebaya berdasarkan status bekerja ibu (%)
7 Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga dan remaja dengan
komunikasi orang tua, kelekatan orang tua dan teman sebaya, dan
kepuasan hidup remaja berdasarkan status bekerja ibu
8 Hasil uji korelasi antara komunikasi dan kelekatan orang tua dengan
kelekatan teman sebaya dan kepuasan hidup remaja
9 Faktor-faktor yang memengaruhi kelekatan teman sebaya dan
kepuasan hidup remaja
6
8
10
11
12
12
15
16
17
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Skema cara pengambilan contoh
3 Sebaran remaja berdasarkan kategori kelekatan dengan ayah, ibu, dan
teman sebaya
4 Sebaran remaja berdasarkan total rata-rata dan standar deviasi
kepuasan hidup dan status bekerja ibu (%)
4
5
13
14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran orang tua remaja berdasarkan persetujuan terhadap
pernyataan tentang komunikasi
2 Sebaran remaja berdasarkan persetujuan terhadap pernyataan tentang
komunikasi
3 Sebaran remaja berdasarkan jawaban setuju dan sangat setuju pada
setiap item pernyataan kelekatan orang tua
4 Sebaran remaja berdasarkan jawaban setuju dan sangat setuju pada
setiap item pernyataan kelekatan teman sebaya
5 Sebaran remaja berdasarkan jawaban cukup setuju, setuju dan sangat
setuju pada setiap item pernyataan kepuasan hidup
25
26
27
28
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2012, United Nation Development Programme (UNDP)
menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia
mengalami peningkatan persentase menjadi 73.40 persen dengan peringkat ke-121
dari 187 negara1. Meski demikian, IPM bangsa Indonesia masih berada dalam
kategori sedang, sehingga meningkatkan IPM bangsa demi mencapai Sumber
Daya Manusia (SDM) berkualitas merupakan tugas penting bangsa Indonesia.
Remaja merupakan salah satu aset SDM yang berperan penting dalam kemajuan
dan kemunduran suatu bangsa, sehingga perlu dipersiapkan menjadi individu yang
sehat mental agar dapat melakukan penyesuaian positif terhadap setiap perubahan
dan mencapai kualitas hidup yang baik. Menurut BPS (2012), jumlah remaja
Indonesia sebesar 26.47 persen dari total jumlah penduduk yakni sekitar 64 juta
jiwa. Mengingat cukup besarnya jumlah tersebut, remaja perlu mendapat
perhatian serius karena sangat beresiko terhadap masalah-masalah kesehatan
reproduksi dan sosial seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA, HIV/AIDS, dan
tawuran. Kementrian Kesehatan (Kemenkes 2010) menunjukkan bahwa 75 persen
dari 3.2 juta pengguna NAPZA adalah remaja2. Hasil survei Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2011), juga menunjukkan bahwa 55/100
remaja sudah kawin, 1/100 melahirkan hidup antara 1-2 anak, serta 1/100
berstatus cerai hidup. Fakta lainnya adalah ditemukan sebanyak 147 kasus
tawuran antarpelajar pada tahun 20123.
Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa yang mengalami perubahan secara biologis, kognitif, dan sosialemosional. Perubahan tersebut menghadapkan remaja pada peran dan tugas
perkembangan yang berbeda dengan masa anak-anak. Keberhasilan dalam
pemenuhan tugas tersebut penting untuk mencapai kepuasan, kebahagiaan, dan
keberhasilan dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya. Masa
remaja juga rentan akan penyimpangan perilaku, sehingga bimbingan dan arahan
dari orang tua masih dibutuhkan untuk dapat melewati masa tersebut dengan baik.
Keberhasilan remaja tidak hanya berasal dari usaha remaja itu sendiri, melainkan
perlu adanya kontribusi orang tua sebagai orang terdekat dengan remaja. Gunarsa
dan Gunarsa (2004) menyebutkan, remaja membutuhkan lebih banyak waktu dan
perhatian dari orang tua terutama ibu untuk menciptakan interaksi timbal balik,
komunikatif, dan dialogis. Peran penting orang tua tidak hanya dalam membentuk
kualitas hubungan keduanya, melainkan juga sebagai kontrol pergaulan remaja itu
sendiri dengan orang lain di luar keluarga, seperti teman sebaya. Hal demikian
dilakukan supaya permasalahan yang dihadapi remaja mendapat bantuan,
dorongan, dan dukungan dari orang tua dalam mengatasinya. Pada keluarga
dengan kondisi ibu bekerja, peran tersebut terkadang menjadi terganggu karena
1
Hatta. 2013 Mar 18. IPM Indonesia 2012 tempati ranking 121 di Dunia/. [Internet]. [diakses pada 24 Mei 2013];
Warta Ekonomi Edisi ke-6. Tersedia dalam :http://wartaekonomi.co.id/berita8461/ipm-indonesia-2012-tempati-ranking121-di-dunia.html
2
Septianing I. 2013 Feb 11. Tinggi Kasus Remaja Terjerat Seks Bebas dan Narkoba. [Internet]. [Diakses pada 26 Mei
2013]. Terdapat dalam http://www.solopos.com/2013/02/11/ 378017
3
Kuwado FJ. 2012 Des 21. Pelajar Tewas Sia-sia karena Tawuran. [Internet]. [Diakses pada 26 Mei 2013]. Tersedia
dalam http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/21/10534239/82.html.
2
kurangnya waktu di rumah, sehingga kualitas interaksi yang baik dengan waktu
yang terbatas tersebut diharapkan menjadi alternatif dalam menyeimbangkan
pekerjaan dengan peran dalam keluarga. Lestari (2012) menyetujui bahwa
interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi hubungan orang
tua-anak yang berkualitas sebagai dasar bagi remaja untuk mencapai kepuasan
hidup yang tinggi.
Kepuasan hidup merupakan tujuan paling tinggi bagi setiap individu yang
memiliki banyak peran positif dalam perkembangan remaja (Park et al. 2004).
Kepuasan hidup juga dianggap sebagai cerminan kualitas hidup seseorang, karena
dapat dijadikan indikator penting untuk melihat kesejahteraan seseorang secara
subjektif, termasuk remaja. Penelitian Diener et al. (2008) menemukan bahwa
kepuasan hidup yang tinggi akan membuat individu merasa hidup lebih bermakna
serta memiliki tujuan dan nilai yang penting bagi individu itu sendiri. Pada
remaja, kepuasan hidup yang tinggi akan menjadi pengontrol diri untuk tidak
terjerumus ke dalam perilaku menyimpang dan menjadi kekuatan psikologis
dalam mengembangkan kemampuan beradaptasi, sehingga kualitas hidupnya
menjadi lebih baik (Santrock 2003). Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor di
dalam keluarga yang memengaruhi kepuasan hidup remaja, diantaranya dukungan
keluarga (Aydemir 2009; Oberle et.al 2011), struktur keluarga (Sepahmansour
dan Bayat 2011; Antaramian et al. 2008), kelekatan orang tua (Nickerson & Nagle
2004; Ma dan Huebner 2008), komunikasi orang tua (Rahayu 2012), kehangatan
orang tua (Chang et al. 2003), dan gaya pengasuhan ibu (Candice et al. 2004)
Faktor lainnya di luar keluarga khususnya, teman sebaya yang juga berperan
dalam membangun kepuasan hidup remaja, diantaranya kelekatan teman sebaya
(Nickerson dan Nagle 2004; Ma dan Huebner 2008), kekerasan oleh teman sebaya
(Martin et al. 2008) dan dukungan teman sebaya (Aydemir 2009; Oberle et.al
2011). Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelekatan teman
sebaya sendiri di mediasi oleh kelekatan orang tua dan anak, artinya kelekatan
yang aman antara orang tua dan remaja akan membentuk kelekatan yang aman
juga antara remaja dengan teman sebaya (Ma dan Huebner 2008). Hasil tersebut
menunjukkan besarnya peran keluarga dan teman sebaya sebagai orang terdekat
dengan remaja dalam membentuk kualitas hidupnya yang tercermin dalam
kepuasan dalam diri remaja.
Komunikasi dan emotional bonding atau kelekatan sebagai dasar hubungan
orang tua-anak yang berkualitas (Puspitawati dan Setioningsih 2010) diduga dapat
meningkatkan kepuasan hidup remaja serta menjadi mediator bagi remaja untuk
membina hubungan yang positif dengan orang lain. Peran kecil orang tua dalam
proses belajar remaja di luar rumah dapat menjadi faktor kunci kesehatan
hubungan remaja dengan orang lain, khususnya teman sebaya. Santrock (2003)
menyatakan bahwa orang tua dan teman sebaya memiliki hubungan yang erat
dalam perkembangan remaja. Kelekatan yang aman antara orang tua dan remaja
bisa membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan remaja, yang tercermin pada
ciri harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik. Komunikasi sebagai
salah satu indikator penting dalam interaksi juga berfungsi untuk menumbuhkan
keterbukaan, rasa saling percaya dan kejujuran antara remaja dan orang tua
(Lestari 2012). Kedua indikator interaksi tersebut dapat menjadi katalis
perkembangan remaja, seperti penyesuaian yang positif (Laible et al. 2000),
kesejahteraan dan kebahagiaan (Furnham dan Cheng 2000; Park et al. 2004),
3
kesehatan mental (Steinberg 2001), dan kepuasan remaja (Rahayu 2012). Oleh
karena itu, keberadaan orang tua khususnya pada ibu bekerja penting untuk dilihat
kualitas interaksi yang dibangun dengan anak dalam kondisi waktu dalam
keluarga yang terbatas serta peran ayah yang juga diduga memiliki kontribusi
yang cukup besar dalam perkembangan remaja yang positif.
Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk meneliti tentang kualitas
interaksi orang tua-anak, kelekatan teman sebaya, dan hubungannya dengan
kepuasan hidup remaja. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan
penelitian, yaitu: (1) Bagaimana karakteristik keluarga, orang tua, dan remaja,
interaksi orang tua-anak, kelekatan teman sebaya, dan kepuasan hidup remaja
berdasarkan perbedaan status bekerja ibu? (2) Apakah ada hubungan antara
karakteristik keluarga dan remaja, komunikasi dan kelekatan orang tua dengan
kelekatan teman sebaya dan kepuasan hidup remaja? Dan (3) Apakah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kepuasan hidup remaja?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, komunikasi
orang tua, kelekatan orang tua, kelekatan teman sebaya, dan kepuasan hidup
remaja berdasarkan perbedaan status bekerja ibu.
Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan remaja,
komunikasi dan kelekatan orang tua dengan kelekatan teman sebaya dan
kepuasan hidup remaja berdasarkan perbedaan status bekerja ibu.
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan hidup
remaja.
KERANGKA PEMIKIRAN
Interaksi keluarga dalam penelitian ini meliputi kelekatan dan komunkasi
antara orang tua dan anak. Komunikasi keluarga memiliki peranan penting dan
merupakan hal yang mendasar untuk membina hubungan yang baik antaranggota
keluarga dan masyarakat. Kelekatan yang aman antara remaja dan orang tua juga
dapat membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau
ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Interaksi yang berkualitas tersebut diduga dapat membentuk pola
perilaku anak terutama pada anak remaja yang sedang mengalami masa peralihan.
Komunikasi yang baik dan kelekatan yang sudah terjalin diantara orang tua dan
anak diduga menjadi salah satu syarat tercapainya kepuasan hidup pada diri anak.
Kepuasan hidup yang terbentuk pada diri anak merupakan modal penting untuk
proses berlangsungnya kehidupan anak di masa depan, sebab cara anak untuk bisa
beradaptasi serta berkorban demi orang lain tergantung kepuasan hidup yang
dirasakannya (Antaramian et al. 2008).
4
Kepuasan hidup yang dirasakan remaja, tidak semata hanya terbentuk dari
keluarga, tetapi juga teman sebaya. Hal ini karena kepuasan hidup yang terlibat
dalam penelitian ini terdiri dari beberapa domain yang dekat sekali dengan
kehidupan remaja, diantaranya kepuasan global, diri, keluarga, teman, sekolah,
dan lingkungan tempat tinggal. Remaja sudah mengenal lingkungan sekitarnya
termasuk teman sebaya yang secara tidak langsung juga melekat dalam kehidupan
remaja di sekolah dan lingkungan rumah. Pada masa ini, remaja dengan teman
sebayanya cenderung lebih dekat, sehingga kelekatan diantara keduanya dapat
menjadi salah satu faktor yang diduga dapat menjadi pendorong atau penentu
kepuasan hidup remaja. Peran orang tua tidak semata membangun kualitas remaja,
tetapi juga menjadi mediator remaja untuk membina hubungan yang baik dengan
orang lain yang berperan sama terhadap remaja.
Karakteristik Remaja :
- Usia
- Jenis Kelamin
- Urutan Kelahiran
- Keikutsertaan dalam
Organisasi
- Uang Saku
Karakteristik Keluarga :
- Usia Ayah
- Usia Ibu
- Pendidikan Ayah
- Pendidikan Ibu
- Pekerjaan Ayah
- Pekerjaan Ibu
- Besar Keluarga
- Tipe Keluarga
- Pendapatan Keluarga
Komunikasi Orang
Tua :
- Open Family
Communication
- Problem in Family
Communication
Kelekatan Orang Tua :
- Kepercayaan
- Komunikasi
- Alienasi
Kepuasan Hidup :
- Global
- Diri
- Keluarga
- Sekolah
- Teman Sebaya
- Lingkungan
Tempat Tinggal
Kelekatan Teman
Sebaya :
- Kepercayaan
- Komunikasi
- Alienasi
-
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan
pada interaksi antara orang tua dan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu
tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal di Kota Bogor secara
5
purposive. Kota Bogor dipilih karena memiliki persentase tenaga kerja wanita
(75.99%) kedua di Jawa Barat, sedangkan Kecamatan Tanah Sareal dipilih dengan
pertimbangan daerah tersebut memiliki jumlah keluarga pada tahap Keluarga
Sejahtera (KS-II) terbanyak se-Kota Bogor yaitu sebanyak 24 754 keluarga (BPS
2011). Kelurahan Kebon Pedes (22 329 jiwa) dan Kedung Badak (27 381 jiwa)
dipilih karena memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tanah Sareal
(BPS 2011). Oleh karena itu, kelurahan tersebut diduga memiliki populasi anak
usia remaja dengan ibu bekerja atau tidak bekerja yang lebih banyak dibandingkan
kelurahan lain. Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari sampai Mei 2013
Jumlah dan Cara Pemilihan Responden
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang masih terdiri dari ayah, ibu, dan
anak usia 12-15 tahun yang masih duduk di bangku SMP dengan ibu bekerja dan
tidak bekerja yang bertempat tinggal di lokasi penelitian. Teknik pengambilan
contoh yang digunakan adalah stratified random sampling bertahap berganda,
yaitu tahap penentuan wilayah penelitian dipilih secara purposive dan penentuan
contoh dipilih secara acak dengan jumlah sampel yang telah ditentukan dengan
pertimbangan tertentu (Gambar 2). Kerangka sampel yang diperoleh berjumlah
412 keluarga dari Kelurahan Kebon Pedes dan 230 keluarga dari Kelurahan
Kedung Badak. Jumlah contoh yang diambil adalah 50 keluarga dari Keluarga Ibu
Bekerja (KIB) dan 50 keluarga dari Keluarga Ibu Tidak Bekerja (KITB) dengan
pertimbangan jumlah tersebut telah memenuhi syarat pengolahan data secara
statistik. Responden dalam penelitian ini adalah ayah, ibu, dan remaja.
Kota Bogor
Purposive
Kecamatan Tanah Sareal
Purposive
Kelurahan
Kebon Pedes
Remaja
pada KIB
(n=25)
Remaja
pada
KITB
(n=25)
Kelurahan
Kedung Badak
Remaja
pada KIB
(n=25)
Remaja
pada
KITB
(n=25)
n = 100
Gambar 2 Skema cara pengambilan contoh
Purposive
Random
Sampling
Purposive
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Data
primer akan diperoleh langsung dari kuesioner dengan melakukan wawancara
kepada remaja dan orang tua. Data primer yang akan diperoleh meliputi
karakteristik keluarga dan remaja, komunikasi dan kelekatan orang tua, kelekatan
teman sebaya, serta kepuasan hidup remaja. Data sekunder yang diperoleh adalah
data karakteristik wilayah dan data jumlah keluarga yang memiliki anak usia
remaja awal (12-15 tahun). Jenis, skala, dan cara pengumpulan data dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Variabel, skala, jenis, dan cara pengumpulan data
Variabel
Karakteristik Remaja:
Usia
Jenis kelamin
Urutan kelahiran
Keikutsertaan dalam
organisasi
Uang saku
Karakteristik Keluarga:
Usia ayah
Usia ibu
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
Besar keluarga
Tipe keluarga
Pendapatan keluarga
Komunikasi Orang Tua
Persepsi orang tua
Persepsi remaja
Kelekatan Orang Tua
Kelekatan Teman Sebaya
Kepuasan Hidup Remaja
Jumlah keluarga dengan anak
usia remaja
Keadaan umum lokasi
penelitian
Skala Data
Rasio
Nominal
Ordinal
Nominal
Jenis Data
Cara Pengmpulan Data
Primer
Wawancara dengan
kuesioner
Primer
Wawancara dengan
kuesioner
Rasio
Rasio
Rasio
Ordinal
Ordinal
Nominal
Nominal
Rasio
Nominal
Rasio
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Primer
Rasio
Sekunder
Rasio
Sekunder
Primer
Primer
Primer
Wawancara dengan
kuesioner
Data Dasar Keluarga di
Kelurahan
Data Demografi
Kecamatan
Komunikasi diukur menggunakan instrumen yang dimodifikasi dari Olson
dan Barners (1985) yang terbagi dalam pernyataan open family communication
(komunikasi positif) dan problem in family communication (komunikasi negatif).
Data komunikasi diperoleh dari dua persepsi, yakni orang tua dan remaja yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan nilai Cronbach’s alpha untuk
komunikasi persepsi ayah sebesar 0.789, komunikasi persepsi ibu sebesar 0.714,
komunikasi persepsi remaja terhadap ayah sebesar 0.836, dan komunikasi persepsi
7
remaja terhadap ibu sebesar 0.816 dengan masing-masing berjumlah 23
pernyataan.
Kelekatan diukur menggunakan kuesioner dari Armsden dan Greenberg
(1987) yang berjudul “Inventory of Parent and Peer Attachment” (IPPA) dengan
melihat persepsi remaja mengenai kelekatan remaja dengan ayah, ibu, dan teman
sebaya. Kelekatan yang diukur terdiri dari tiga dimensi, yaitu kepercayaan,
komunikasi, dan alienasi dengan nilai Cronbach’s alpha untuk kelekatan ayah
sebesar 0.829, kelekatan ibu sebesar 0.810, dan kelekatan teman sebaya sebesar
0.821 dengan masing-masing berjumlah 20 pernyataan.
Kepuasan hidup remaja diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dirumuskan oleh Huebner (1991; 2001) yang berjudul “Student Lide Satisfaction
Scale” untuk kepuasan global dan “Multidimensional Student Life Satisfaction
Scale” untuk kepuasan pada dimensi diri, keluarga, teman, sekolah, dan
lingkungan tempat tinggal. Instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya
dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.809 dengan total 36 pernyataan.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Analisis statistika yang
digunakan yaitu deskriptif dan inferensia. Analisis inferensia yang digunakan
meliputi uji beda t-test untuk data parametrik dan uji beda rata-rata untuk data
non-parametrik, serta uji Regresi Linier Berganda. Sistem skor akan dibuat
konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya.
Setelah itu dijumlahkan dan selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan
teknik skoring secara normatif dengan menggunakan interval kelas yang diperoleh
dengan cara berikut:
Pengolahan Data
Pengelompokkan data dilakukan setelah data penelitian diperoleh dan
dikategorikan (Tabel 2). Data karakteristik remaja meliputi usia, jenis kelamin,
urutan kelahiran, keikutsertaan dalam kegiatan sekolah, dan uang saku per bulan.
Data karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jenis keluarga, dan besar keluarga.
Komunikasi keluarga berjumlah 23 pernyataan yang terdiri dari 12
pernyataan komunikasi positif dan 11 pernyataan komunikasi negatif. Skor aktual
dibagi dengan nilai maksimum ideal, kemudian dikalikan 100 persen untuk
menentukan posisi persentase untuk dimasukan ke dalam kategori yang ditentuan
berdasarkan cut off point. Skor yang diuji inferensia adalah skor hasil komposit
skor total dibagi 2 dari komunikasi persepsi orang tua dengan persepsi remaja,
yang kemudian skor tersebut dikurangi skor minimum ideal dibagi nilai
maksimum ideal dikurangi nilai minimum ideal.
Pengelompokkan IPPA berdasarkan sistem skor Vivona (2000) dalam Reese
(2008), setiap subskala dalam IPPA dibagi menjadi tinggi, rendah, dan sedang
menggunakan cut off point. Berdasarkan sistem tersebut, Vivona mengidentifikasikan kombinasi spesifik dari subskala tersebut menjadi:
8
1. Secure, diindikasikan dari nilai kepercayaan tinggi, komunikasi tinggi/sedang,
dan pengasingan yang rendah.
2. Ambivalent, diindikasikan dari nilai kepercayaan tinggi/sedang, komunikasi
sedang/rendah, dan pengasingan sedang/rendah.
3. Avoidant, diindikasikan dari nilai kepercayaan dan komunikasi sedang/rendah,
serta pengasingan tinggi
Data kepuasan hidup diolah seperti halnya pada komunikasi dan kelekatan.
Pemberian skor berdasarkan cut off point dengan nilai persentase yang diperoleh
dari skor total aktual dibagi skor maksimum ideal dikalikan 100 persen.
Tabel 2 Variabel dan kategori data karakteristik
Variabel
Karakteristik Remaja:
Usia
Jenis kelamin
Urutan kelahiran
Keikutsertaan dalam
organisasi
Uang saku (Rp)
Karakteristik Keluarga:
Usia ayah (tahun)
Usia ibu (tahun)
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
Besar keluarga (orang)
Tipe keluarga
Pendapatan keluarga per
kapita (Rp)
Komunikasi Orang Tua
Persepsi orang tua
Persepsi remaja
Kelekatan Orang Tua
Kelekatan Teman Sebaya
Kepuasan Hidup Remaja
Kategori Data
Remaja usia 12-15 tahun (Hurlock 1980)
[1]Laki-laki, [2]Perempuan
[1]Anak sulung, [2]Anak tengah, [3]Anak Bungsu
[1]Ikut, [2]Tidak ikut
[1]75 000-260 000, [2]260 001-445000, [3]445 001-625 000
Hurlock (1980) :
[1]Dewasa awal (18-40), [2]Dewasa madya (41-60), [3]Dewasa tua
(>60)
Pendidikan terakhir :
[1]Tidak sekolah, [2]Tamat SD/sederajat, [3]Tamat SMP/
sederajat, [4]Tamat SMA/sederajat, [5]Tamat PT
Pekerjaan utama :
[1] Tidak bekerja/pensiunan/IRT, [2]Karyawan swasta, [3]Buruh,
[4]Wiraswasta/pedagang, [5]PNS, [6]Lainnya, seperti jasa,
honorer, supir
BKKBN:
[1]Keluarga kecil (1-4), [2]Keluarga sedang (5-7), [3]Keluarga
Besar (>8)
[1]Keluarga inti, [2]Keluarga luas
Garis Kemiskinan Kota Bogor (2010) :
[1]≤278 530, [2]>278 530
Kecenderungan berkomunikasi :
[1]Komunikasi positif, [2]Komunikasi negatif
Vivona (2000) dalam Reese (2008) :
[1]Secure, [2]Ambivalent, [3]Avoidant
Vivona (2000) dalam Reese (2008) :
[1]Secure, [2]Ambivalent, [3]Avoidant
Cut off point:
[1]Rendah (80%)
Analisis Data
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan
inferensia. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji beda independent sample
t-test, uji beda rata-rata, uji Korelasi Pearson dan Spearman, serta uji Regresi
Linier Berganda. Uji Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh karakteristik keluarga dan remaja, komunikasi dan kelekatan orang tua
9
dan kelekatan teman sebaya terhadap kepuasan hidup remaja. Uji korelasi Pearson
dilakukan untuk menganalsis hubungan antarvariabel dengan skala data interval
dan rasio, sedangkan Spearman untuk variabel dengan skala nominal dan ordinal.
Perbedaan komunikasi dan kelekatan orang tua dan remaja, kelekatan remaja
dengan teman sebaya, dan kepuasan hidup remaja berdasarkan status ibu bekerja
digunakan uji beda independent sample t-test dan uji beda rata-rata untuk melihat
perbedaan persepsi komunikasi menurut persepsi orang tua dengan remaja.
Definisi Operasional
Komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara remaja dan orang tua
dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan ketika berinteraksi yang
meliputi komunikasi positif dan komunikasi negatif.
Komunikasi Orang tua adalah persepsi orang tua mengenai pola hubungan
antara remaja dan orang tua dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan
ketika berinteraksi dengan anaknya.
Komunikasi Remaja adalah persepsi anak mengenai pola hubungan antara
remaja dan orang tua dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan ketika
berinteraksi dengan orang tuanya.
Kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh remaja terhadap orang
tuanya dan dikembangkan melalui interaksi antara orang tua dan remaja
yang meliputi tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi dan alienasi.
Kelekatan Anak dengan Orang Tua adalah persepsi anak mengenai ikatan
emosional yang dibentuk remaja dengan orang tuanya.
Kelekatan Anak dengan Teman Sebaya adalah persepsi anak mengenai ikatan
emosional yang dibentuk remaja dengan teman sebayanya.
Kepuasan Hidup Remaja adalah persepsi remaja mengenaikeadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dirasakan oleh remaja
terhadap dirinya, keluarga, teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat
tinggal, serta kepuasan global.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan
Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Secara
Geografis, luas wilayah Kelurahan Kebon Pedes yaitu 1.04 km2 dengan ketinggian
±250M, sedangkan luas wilayah Kelurahan Kedung Badak yaitu 1.95 km2dengan
ketinggian ±350-450M. Dari segi demografi, jumlah penduduk Kelurahan Kebon
Pedes sebanyak 22 329 jiwa dengan 5 961 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari
13 Rukun Warga (RW) dan 74 Rukun Tetangga (RT). Sedangkan, Kelurahan
Kedung Badak memiliki jumlah penduduk sebanyak 27 381 jiwa dan 6 996 KK
yang terdiri dari 14 RW dan 99 RT.
10
Karakteristik Keluarga dan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata usia remaja pada Keluarga Ibu
Bekerja (KIB) adalah 13.74 tahun dan pada Keluarga Ibu Tidak Bekerja (KITB)
adalah 13.54 tahun. Lebih dari separuh remaja pada KIB (56.00%) dan KITB
(52.00%) berjenis kelamin perempuan. Lebih dari separuh remaja pada KIB
(58.00%) tidak mengikuti kegiatan sekolah, sedangkan pada KITB (54.00%)
mengikuti kegiatan sekolah. Lebih dari separuh remaja pada KIB (72.00%) dan
KITB (70.00%) menerima uang saku dari orang tua pada rentang Rp75 000 –
Rp267 000 setiap bulan dengan rata-rata Rp267 000 pada KIB dan Rp 250 000
pada KITB.
Tabel 3 Sebaran keluarga remaja berdasarkan usia, pendapatan keluarga per
kapita, besar keluarga, uang saku, tingkat pendidikan orang tua dan status
bekerja ibu
Variabel
Usia Remaja (Tahun)
Uang Saku (Rp 000)
Usia ayah (Tahun)
Usia ibu (Tahun)
Besar keluarga (Orang)
Pendapatan per kapita (Rp
000)***a)
Tingkat pendidikan orang
tua
Tidak sekolah
Tamat SD/sederajat
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Tamat PT
Min
12
75
32
29
3
100
KIB
Max
Rataan±SD
15
13.74±0.96
625
267±125
67
45.36±6.96
59
41.80±6.14
8
5±1.11
Min
12
75
36
30
3
257±125
75
2 000
KITB
Max
Rataan±SD
15
13.54±1.05
500
250±101
60
44.52±5.56
56
40.30±5.42
9
5±1.31
*b)
Ayah (%)
KIB
2.00
16.00
26.00
40.00
16.00
Ibu
KITB
0.00
26.00
22.00
44.00
8.00
250±101
500
KIB
0.00
22.00
22.00
30.00
26.00
(%)
KITB
2.00
26.00
28.00
38.00
6.00
Keterangan : *)signifikan pada p