Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
SUPRIADI
A24070140
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at
Medini Estate, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java
Abstract
The internship was conducted at Medini Estate, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central
Java from February until June 2011. Activities performed during the internship is a field worker
for one month, as assistant foreman for one month, as assistant chief of the estate for two month.
The purpose of the internship is improve knowledge, gain work experience and studying the
management aspects of pruning tea, both technical and managerial aspects. Pruning is
maintenance activities to rejuvenate the tea plant for increase the production of shoots. Pruning
activity of tea in Medini Estate, PT Rumpun Sari Medini, Central Java was good enough.
Keywords: Tea, pruning management
RINGKASAN
SUPRIADI. Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR).
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
memperoleh pengalaman kerja di suatu perusahaan perkebunan teh. Secara
khusus, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan
pemangkasan teh, baik aspek teknis maupun manajemennya, serta melihat potensi
sumber daya dan mencari solusi dari masalah pengelolaan perkebunan teh
khususnya mengenai pengelolaan pemangkasan. Kegiatan magang dilaksanakan
selama 4 bulan, mulai bulan Februari sampai Juni 2011 di Perkebunan Medini, PT
Rumpun Sari Medini.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu dengan
melaksanakan kegiatan yang sedang berlangsung di kebun serta melakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer melalui
pengamatan, bekerja langsung di lapangan, dan wawancara dengan karyawan,
sedangkan pengumpulan data sekunder melalui laporan manajemen perkebunan
dan studi pustaka. Selama kegiatan magang, penulis bekerja langsung menjadi
karyawan harian lepas, pendamping supervisor, dan pendamping asisten manajer
tanaman.
Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi karyawan harian lepas,
yaitu pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan
penyakit, dan pemetikan. Kegiatan yang dilakukan penulis ketika menjadi
pendamping supervisor dan pendamping asisten manajer tanaman adalah
kegiatan-kegiatan manajerial seperti menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir,
membantu mengawasi kegiatan pekerja di lapangan, mengisi jurnal harian,
melakukan kontrol terhadap kerja para supervisor, membuat estimasi produksi
panen harian, mengevaluasi kerja para pekerja di lapangan bersama supervisor,
dan membantu membuat laporan rekapan rencana kerja bulanan.
Kegiatan pemangkasan yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Medini
dilakukan dalam dua semester. Pemangkasan pada semester I dilakukan pada
bulan Januari sampai dengan bulan Juni dan pada semester II dilakukan pada
bulan September sampai dengan bulan Oktober. Luas areal pangkasan di
Perkebunan Rumpun Sari Medini setiap tahunnya adalah 25 % per tahun atau
sekitar 77.33 ha per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan. Luas areal
yang dipangkas pada semester I yaitu 60 % dan pada semester II yaitu 40 % dari
total luas areal pangkasan.
Pemangkasan dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit. Prestasi
kerja pemangkas 0.042 ha/HK atau lebih besar daripada standar hari kerja yang
telah ditetapkan yaitu 0.04 ha/HK. Jenis pangkasan yang dilakukan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini adalah pangkasan produksi setengah bersih dengan gilir
pangkas 4 tahun. Tinggi pangkasan yang digunakan adalah 55 cm. Sistem upah
untuk pemangkasan yaitu menggunakan sistem borongan, pekerja mendapat upah
Rp.19 300,-/patok.
Perbedaan usia para tenaga pemangkas tidak mempengaruhi kerusakan
cabang dan keterampilan pemangkas. Tenaga pemangkas berusia ≥ 60 dan tenaga
pemangkas berusia < 60 tahun tidak berbeda dalam hal kerusakan cabang dan
ranting.
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Supriadi
A24070140
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis
:
(L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN
SARI MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
Nama
: SUPRIADI
NRP
: A24070140
Menyetujui,
Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS
NIP. 19550109 198003 1 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 19 Februari 1989. Penulis adalah
anak keempat dari empat bersaudara, anak dari pasangan Bapak Suparman dan
Ibu Sopiah.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di SD Negeri Batutulis 3
Bogor. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 9 Bogor dan lulus
pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
Negeri 4 Bogor.
Pada tahun 2007, penulis diterima di Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa
Tengah” dengan baik dan lancar.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pertanian di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ayah, Ibu dan kakak-kakak tercinta yang selalu mendukung dan
memberikan dorongan kepada penulis secara moril maupun materil.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis.
3. Ibu Dr Ir Faiza C. Suwarno, MS selaku pembimbing akademik atas
nasihat, saran dan bimbingannya.
4. Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Bapak Dr Ir Sudradjat, MS atas
masukan dan saran selama menguji penulis.
5. Direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa.
6. Bapak Purwadi dan Bapak Sumarno (Manajer Rumpun Sari Medini),
Bapak Teguh (Asisten Manajer Keungan), Bapak Sugeng (Asisten
Manajer Tanaman), Bapak Marsono (Asisten Manajer Pabrik), dan seluruh
staf serta karyawan di Perkebunan Medini atas bimbingan dan arahannya
selama penulis melaksanakan magang.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Bogor, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
ix
PENDAHULUAN.....................................................................................
Latar Belakang.................................................................................
Tujuan...............................................................................................
1
1
3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
Botani Tanaman Teh.........................................................................
Syarat Tumbuh..................................................................................
Pemangkasan.....................................................................................
4
4
4
5
METODE MAGANG................................................................................
Tempat dan Waktu............................................................................
Metode Pelaksanaan..........................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data.................................................
Analisis Data dan Informasi.............................................................
8
8
8
8
11
KONDISI UMUM PERKEBUNAN.........................................................
Sejarah Perkebunan..........................................................................
Letak Wilayah Administratif............................................................
Keadaan Tanah dan Iklim.................................................................
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan.......................................
Keadaan Tanaman dan Produksi......................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan........................................
12
12
13
13
14
14
15
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.............................................
Aspek Teknis....................................................................................
Aspek Manajerial..............................................................................
17
17
39
PEMBAHASAN........................................................................................
Tinggi dan Diameter Bidang Petik...................................................
Persentase Pucuk Burung.................................................................
Tinggi dan Diameter Bidang Pangkas.............................................
Luas Areal Pangkasan......................................................................
Kualitas Pangkasan..........................................................................
Kebutuhan Tenaga Pemangkas........................................................
Jenis Pemangkasan...........................................................................
Waktu Pemangkasan........................................................................
Gilir Pangkas....................................................................................
Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan......................................
43
43
43
44
45
45
46
46
47
47
48
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................
Kesimpulan......................................................................................
49
49
Saran.................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
50
LAMPIRAN..............................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini Tahun 2010....................................................
14
Produksi dan Produktivitas Teh di Perkebunan Rumpun Sari
Medini Tahun 2006 – 2010...............................................................
15
Jumlah Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari Medini
Tahun 2011........................................................................................
16
4.
Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan..............
20
5.
Persentase Pucuk Burung Sebelum Pemangkasan............................
20
6.
Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Rumpun Sari
Medini Tahun 2006 – 2010................................................................
21
Kapasitas Tenaga Pemangkas di Dua Blok Perkebunan Medini
Tahun 2011.........................................................................................
22
8.
Tinggi dan Diameter Bidang Pangkas pada Saat Pemangkasan........
22
9.
Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Usia Pemangkas...........
23
10. Gilir Pangkas dari 5 Blok di Perkebunan Rumpun Sari Medini........
24
11. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini Tahun 2010.....................................................................
24
2.
3.
7.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Pengendalian Gulma Secara Manual...............................................
18
2.
Pengendalian Gulma Secara Kimia...................................................
19
3.
Pemangkasan Tanaman Teh..............................................................
19
4.
Hasil Pangkasan di Kebun Medini: (a) Pangkasan Setengah Bersih,
(b) Pangkasan Bersih........................................................................
23
5.
Pertumbuhan Tinggi Tunas Setelah Pemangkasan...........................
25
6.
Pemupukan Tanaman Teh Melalui Tanah........................................
27
7.
Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Teh.....................
29
8.
Pemetikan Jendangan.......................................................................
30
9.
Pemetikan Produksi...........................................................................
31
10. Penimbangan Pucuk di Kebun.........................................................
32
11. Proses Pelayuan Pucuk Teh Hijau....................................................
33
12. Mesin Penggilingan Jacson Roller: (a) Tipe Single Action, (b) Tipe
Double Action....................................................................................
34
13. Mesin Endless Chain Pressure (ECP) Dryer....................................
35
14. Mesin Repeat Dryer..........................................................................
36
15. Mesin Ball Tea...................................................................................
36
16. Sortasi Teh Kering Secara Manual...................................................
37
17. Beberapa Mesin Sortasi di Perkebunan Medini: (a) Suction
Winnower, (b) Stalk Separator, (c) Stalk Ekstraktor, (d) Leaf
Shifter................................................................................................
38
18. Proses Pengepakan Teh Kering.........................................................
39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas
di Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa
Tengah..................................................................................................
52
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Supervisor di
Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ..
53
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Manajer Tanaman di Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah.............................................................................
54
4.
Peta Kebun Teh Medini.........................................................................
56
5.
Peta Kebun Teh Kaligintung.................................................................. 57
6.
Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini Tahun 2001 – 2010.............................................
58
Struktur Organisasi di Perkebunan Rumpun Sari Medini.....................
59
2.
3.
7.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dikenal sebagai salah satu jenis
minuman non alkohol yang disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Teh sebagai
bahan minuman, dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses
pengolahan tertentu. Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh adalah
memberikan rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan, dan terbukti tidak
menimbulkan dampak negatif. Komoditas teh merupakan salah satu komoditas
ekspor non migas yang telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber
devisa penting di sub sektor perkebunan (Setyamidjaja, 2000).
Indonesia menempati peringkat ketujuh sebagai negara produsen teh
terbesar di dunia setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam
(Food and Agriculture Organization, 2011). Keunggulan teh Indonesia
dibandingkan dengan negara lain yaitu teh Indonesia lebih menyehatkan karena
teh Indonesia mengandung kadar katekin yang lebih tinggi dibandingkan produk
negara-negara lain. Tipe teh Indonesia hampir seluruhnya adalah assamica,
sedangkan China adalah sinensis (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Kadar
katekin pada tipe assamica lebih tinggi daripada sinensis. Katekin merupakan
antioksidan yang sangat efektif untuk menetralkan radikal bebas dalam tubuh
(Harmandini, 2009).
Luas areal tanaman teh yang ada di Indonesia pada tahun 2009 adalah
123 506 ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan 156 901 ton. Menurut status
pengusahaan tanaman teh, luas areal perkebunan teh pada tahun 2009 adalah
Perkebunan Rakyat 57 126 ha, Perkebunan Besar Negara 38 564 ha, dan
Perkebunan Besar Swasta 27 816 ha. Pada tahun 2009, produksi teh Indonesia
mencapai 156 901 ton dengan volume ekspor sebesar 92 305 ton. Produksi teh
mengalami peningkatan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2008 produksi teh nasional sebesar 153 971 ton (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2010).
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang
tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak
2
akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan.
Untuk dapat melakukan pemetikan dengan mudah, maka perdu atau bidang petik
teh harus rendah. Perdu atau bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan
pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Menurut Johan (2006)
pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanaman teh
untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe
pangkasan harus tepat, jika tidak maka tujuan dari pemangkasan yang diharapkan
tidak akan tercapai.
Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan pada tanaman menghasilkan dan
tanaman belum menghasilkan. Pemangkasan pada tanaman menghasilkan
bertujuan untuk mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase
vegetatif, membuat bidang petik tetap rendah, membentuk bidang petik seluas
mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru dan mengatur fluktuasi
produksi harian agar stabil. Pemangkasan pada tanaman belum menghasilkan
bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan yang ideal dan
bidang petik yang luas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Semakin tinggi letak kebun dari permukaan laut, maka semakin lambat
pertumbuhan tanaman teh sehingga siklus pangkasan akan menjadi lebih panjang.
Dalam menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu
memperhatikan kondisi tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat
dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar patinya kurang dari 12 %,
pemangkasan dapat
mengakibatkan tanaman merana atau bahkan mati
(Setyamidjaja, 2000).
Hasil pemangkasan yang baik ditentukan oleh cara pemangkasan. Cara
pemangkasan yang harus dilakukan yaitu memotong cabang atau ranting yang
berukuran lebih kecil dari ibu jari (diameter < 2 cm) menggunakan gaet pangkas,
sedangkan yang berukuran lebih besar (diameter > 2 cm) digunakan gergaji
pangkas dan luka pangkas pada cabang atau ranting harus rata membentuk sudut
45° menghadap ke dalam perdu. Gaet atau gergaji yang digunakan dalam
pemangkasan harus tajam agar cabang atau ranting yang dipotong tidak pecah
atau rusak (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
3
Cara pemangkasan yang harus dilakukan agar hasil pemangkasan baik yaitu
bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah, pemangkasan dilakukan
dari kedua sisi perdu untuk membentuk luka pangkas menghadap ke dalam perdu,
para tukang pangkas dilengkapi dengan alat untuk mengukur tinggi pangkasan,
dan untuk satu blok sebaiknya dipangkas pada bulan yang sama (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006).
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan dan
memperoleh pengalaman kerja di suatu perusahaan perkebunan teh. Sedangkan
tujuan khusus untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan teh, baik aspek
teknis maupun manajemennya. Kegiatan magang juga bertujuan untuk melihat
potensi sumber daya dan mencari solusi dari masalah pengelolaan perkebunan teh
khususnya mengenai pengelolaan pemangkasan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Teh
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal
dalam peradaban manusia. Tanaman teh termasuk genus Camellia dari famili
Theaceae (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh merupakan tanaman tahunan, para
ahli tanaman memberi nama antara lain Camellia theifera, Thea sinensis,
Camellia thea dan terakhir dikenal dengan sebutan Camellia sinensis (L) O.
Kuntze. Tanaman teh mempunyai lebih dari 82 spesies, terutama tersebar di
kawasan Asia Tenggara hingga India, baik pada garis lintang 30° sebelah utara
maupun selatan khatulistiwa (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Daun teh berupa daun tunggal yang berbentuk lanset dengan ujung
meruncing, berwarna hijau, dan tepinya bergerigi. Daun tua bertekstur seperti
kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam. Bunga teh termasuk
bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5 sampai 7 mahkota
(sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih
halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari
(anther) kuning bersel kembar, menonjol 2 mm sampai dengan 3 mm ke atas
(Setyamidjaja, 2000).
Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal,
mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya
berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan
datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah akan
secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas (Setyamidjaja, 2000).
Syarat Tumbuh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropik yang terletak pada 25 - 35°
Lintang Utara dan 95 - 105° Bujur Timur, terutama terpusat pada kawasan antara
29° Lintang Utara dan 98° Bujur Timur. Daerah teh berada pada daerah miring
berbentuk kipas, terletak di antara Pegunungan-pegunungan Naga, Manipuri, dan
Lushai di sepanjang perbatasan Assam-Birma di ujung barat, membentang melalui
wilayah China sampai Provinsi Chekiang di ujung timur, dan ke selatan melalui
5
pegunungan-pegunungan di Birma (sekarang Myanmar), Thailand, terus ke
Vietnam (Setyamidjaja, 2000).
Kebun teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi yang cukup luas,
yaitu dari 400 – 2 000 m atau lebih di atas permukaan laut. Berdasarkan elevasi,
daerah kebun teh di Indonesia terbagi menjadi 3 daerah, yaitu perkebunan daerah
rendah dengan ketinggian kurang dari 800 m di atas permukaan laut, perkebunan
daerah sedang dengan ketinggian berkisar 800 – 1 200 m di atas permukaan laut,
dan perkebunan daerah tinggi dengan ketinggian lebih dari 1 200 m di atas
permukaan laut (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Tanah yang serasi atau yang memenuhi syarat untuk tanaman teh ialah tanah
yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai
derajat keasaman (pH) antara 4.5 – 5.6. Umumnya tanah yang baik untuk
pertumbuhan teh terletak di lereng gunung-gunung berapi yang biasa dinamakan
tanah Andisol (vulkanis muda). Jenis tanah lain yang serasi bersyarat untuk
ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan tanah Podzolik. Kedua jenis tanah tersebut
umumnya terdapat di daerah yang lebih rendah yang terletak di bawah 800 m dari
permukaan laut (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi
dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan
menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan (Pusat
Penelitian Teh dan Kina, 2006). Agar teh dapat dipetik dengan mudah dan
diperoleh jumlah daun muda atau pucuk yang banyak, tanaman teh harus dibentuk
menjadi perdu yang memiliki bidang petik yang luas. Pembentukan bidang petik
ini dilakukan dengan jalan pemangkasan (Setyamidjaja, 2000).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan
teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisien
sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan pemangkasan bertujuan
membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunastunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar
(Setyamidjaja, 2000).
6
Pemangkasan menyebabkan tanaman kehilangan sebagian cabang dan daun
sehingga proses asimilasi yang akan membentuk bahan makanan juga hilang atau
berkurang. Pemangkasan juga menyebabkan luka pada cabang atau ranting.
Penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas baru pada tanaman teh yang dipangkas
memerlukan energi yang cukup. Energi tersebut diambil dari makanan cadangan
(pati) tanaman itu sendiri yang terdapat dalam akar, cabang dan ranting. Makanan
cadangan yang terbesar terdapat di dalam akar, sehingga peranannya sangat besar
terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-tunas baru (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan merupakan salah satu kultur teknis yang dapat berpengaruh
terhadap produksi dan dianggap efisien apabila produksi dapat dicapai pada
tingkat yang paling tinggi. Faktor yang berpengaruh terhadap program
pemangkasan antara lain: tinggi tempat dari permukaan laut, tipe pangkasan,
kesehatan tanaman, dan saat pemangkasan (Suwardi, 1991). Pemangkasan
sebaiknya dilakukan pada waktu tanaman sedang sehat, karena mempunyai
cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali dan didukung oleh
faktor lingkungan yang baik terutama oleh suhu dan kelembaban (Sukasman,
1988).
Pemangkasan harus segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit
dijangkau oleh pemetik. Tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal
untuk ukuran tinggi badan pemetik di Indonesia (155 - 165 cm). Jika tinggi
tanaman lebih dari 120 cm maka hasil pemetikan pucuk rendah karena bidang
petik di luar jangkauan pemetik (Sukasman, 1988).
Pucuk burung adalah pucuk yang tunasnya dalam keadaan dorman sehingga
beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Tanaman yang sudah mendekati
gilir pangkas jumlah pucuk burungnya akan meningkat. Pada saat kondisi pucuk
burung tinggi maka kadar pati di akar semakin banyak karena pada saat tersebut
tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesisnya di dalam akar. Apabila
persentase pucuk burung mencapai 70 % maka pemangkasan pada areal tersebut
dapat dilakukan (Sukasman, 1988).
Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif (TM) berkisar antara
40 - 70 cm, bergantung pada sasaran yang ingin dicapai. Tinggi pangkasan yang
7
lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi
terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan
pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam
pelaksanaan pemangkasan, tunas baru yang tumbuh cepat menjadi pucuk burung
dan berukuran kecil, serta bidang petik cepat menjadi tinggi sehingga sulit
dilakukan pemetikan dengan baik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan biasanya dilakukan pada dua periode, yaitu pada semester I
pada
bulan
September
Februari
–
– November.
Mei
Agar
dan
pada
semester
II
pada
bulan
pelaksanaan pemangkasan tidak terlalu
mengganggu kestabilan produksi, perlu diatur areal pangkasan yang tepat.
Pemangkasan pada akhir musim hujan (semester 1) dilakukan pada areal yang
lebih luas sekitar 60 – 70 % dari total luas areal tanaman yang akan dipangkas,
sedangkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau (semester II),
pemangkasan dilakukan pada areal seluas 30 – 40 %. Dalam pelaksanaannya,
areal pangkasan diatur menurut blok-blok yang berdekatan secara berturut-turut
(Setyamidjaja, 2000).
Bidang pangkasan selalu dinaikkan pada setiap melakukan pemangkasan,
dengan tujuan menyiapkan cabang atau ranting yang tertinggal pada perdu yang
relatif lebih muda agar lebih cepat menumbuhkan tunas baru sehingga akan lebih
cepat dilakukan pemetikan lagi (Tobroni dan Adimulyo, 1997)
Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti
meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting. Pangkasan kepris
akan menghasilkan pertumbuhan tunas lebih awal (lebih cepat) dan lebih banyak
daripada pangkasan bersih. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang
pangkas rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (Pusat Penelitian Teh dan
Kina, 2006).
Cadangan hara pada cabang-cabang yang ditinggalkan dipengaruhi oleh
besarnya cabang atau luas permukaan kulit kulit cabang yang ditinggalkan.
Semakin besar cabang semakin banyak cadangan haranya. Selain itu,
pertumbuhan tunas baru juga dipengaruhi oleh umur cabang. Semakin tua umur
cabang tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan
tunasnya (Sukasman, 1988).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Magang dilakukan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, mulai bulan Februari sampai Juni 2011.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan penulis selama magang adalah kegiatan teknis di
lapangan dan kegiatan manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan
waktu dan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak perkebunan.
Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai pendamping supevisor
selama satu bulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping asisten manajer tanaman
selama dua bulan (Lampiran 3).
Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL, yaitu kegiatan pengendalian
gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, serta
pemetikan. Setelah selesai menjadi KHL, kemudian dilanjutkan menjadi
pendamping supervisor. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping
supervisor, yaitu menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu
mengawasi kegiatan pekerja di lapangan, dan mengisi jurnal harian. Sebagai
pendamping asisten manajer tanaman, penulis mempelajari kegiatan manajerial,
yaitu melakukan kontrol terhadap kerja para supervisor, membuat estimasi
produksi panen harian, mengevaluasi kerja para pekerja di lapangan bersama
supervisor, dan membantu membuat laporan rekapan rencana kerja bulanan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang meliputi
pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui
pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan dan melalui diskusi
langsung dengan KHL, supervisor dan asisten manajer tanaman. Sedangkan data
sekunder didapatkan dengan mempelajari laporan manajemen perkebunan
9
(bulanan dan tahunan) dan studi pustaka. Peubah-peubah yang diamati dalam
kegiatan magang dengan aspek pemangkasan terbagi ke dalam tiga fase, yaitu
sebelum pemangkasan, saat pemangkasan, dan setelah pemangkasan.
Pengamatan Sebelum Pemangkasan
1. Tinggi bidang petik.
Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah sampai ke
puncak bidang petik dengan menggunakan meteran pada 5 tanaman
contoh.
2. Diameter bidang petik (DBPt).
Pengukuran bidang petik dilakukan dari kedua arah timur – barat dan
utara – selatan dari bidang petik pada 5 tanaman contoh kemudian diambil
rata-rata dari kedua luas tersebut dengan rumus:
DBPt =
diameter ( utara − selatan ) + diameter ( timur − barat )
2
3. Persentase pucuk burung.
Penghitungan jumlah pucuk burung dan pucuk peko dilakukan pada perdu
tanaman yang akan dipangkas produksi. Penghitungan jumlah pucuk
burung dan pucuk peko dilakukan pada 5 tanaman contoh.
% Pucuk bur ung =
Jumlah pucuk bur ung
× 100 %
Jumlah pucuk ( burung + peko)
Penghitungan pucuk burung dan pucuk peko dilakukan pada tanaman
dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter
75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang berada di dalam
lingkaran tersebut dihitung jumlahnya.
Pengamatan pada Saat Pemangkasan
1. Tinggi pangkasan.
Pengukuran tinggi pangkasan dilakukan dari permukaan tanah sampai luka
bekas
pangkasan
pada
tanaman
yang
telah
dipangkas
dengan
menggunakan tongkat ukur pada 5 tanaman contoh.
2. Luas areal pangkasan.
Perhitungan berdasarkan target luas areal pangkasan yang telah ditetapkan
oleh kebun dan realisasi pangkasan yang dilakukan di kebun
10
3.
Persentase kerusakan cabang atau ranting akibat pemangkasan.
Kualitas pangkasan dapat diukur dari persentase kerusakan cabang atau
ranting akibat pemangkasan. Persentase kerusakan cabang atau ranting
dihitung berdasarkan jumlah cabang atau ranting bekas pemangkasan yang
pecah atau rusak pada 5 tanaman contoh dari setiap tenaga pemangkas
yang dibedakan berdasarkan usia ≥ 60 tahun dan < 60 tahun. Persentase
kerusakan cabang atau ranting dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
% Ker usakan =
∑ Cabang pangkasan yang r usak atau pecah
× 100 %
∑ Cabang pangkasan total
4. Diameter bidang pangkas (DBPk).
Diameter bidang pangkas diukur berdasarkan diameter bidang pangkas
dari kedua arah timur – barat dan utara – selatan dari 5 tanaman contoh
dan diambil kedua rata-rata keduanya dengan rumus:
DBPk =
diameter ( utara − selatan ) + diameter ( timur − barat )
2
5. Kebutuhan tenaga pemangkas per hari.
Dihitung berdasarkan jumlah tenaga pemangkas yang riil dengan
menghitung
langsung
atau
wawancara
dengan
supervisor.
Hasil
pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus sebagai
berikut:
∑ Pemangkas/ har i =
Luas areal pangkasan ( ha)
HKE 1 bulan × kapasitas standar
HKE = Hari Kerja Efektif (hari).
Kapasitas standar = kemampuan yang harus dicapai seorang pemangkas.
6. Jenis pangkasan.
Jenis pangkasan diamati baik secara langsung maupun wawancara dengan
pembimbing asisten manajer tanaman.
7. Waktu pemangkasan.
Data waktu pemangkasan diperoleh melalui wawancara dengan asisten
manajer tanaman.
11
8. Gilir pangkas.
Data gilir pangkas diperoleh melalui wawancara dengan asisten manajer
tanaman dan mempelajari laporan tahunan.
Pengamatan Setelah Pemangkasan
Tinggi tunas baru.
Mengukur tunas mulai dari pangkal tunas sampai titik tumbuh.
Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali mulai 2 minggu setelah
pemangkasan (MSP) hingga 8 minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan
terhadap 10 buah tunas pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak
pada blok kebun.
Analisis Data dan Informasi
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t–student pada taraf
0.05 untuk mengetahui pengaruh kerusakan cabang akibat pemangkasan
berdasarkan keterampilan tenaga pemangkas. Rumus t – student yang digunakan
yaitu:
t − student =
Sp =
(x + x )
Sp
1 1
+
n n
( n − 1) S + ( n − 1) S
n + n −2
Keterangan:
x1 , x2
= Rata-rata pengamatan 1 dan 2
S12 , S22 = Ragam contoh 1 dan 2
n1 , n2
= Jumlah pengamatan 1 dan 2
Sp
= Simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thitung < ttabel ; ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat bebas
(n1 + n2 – 2) (Walpole, 1993).
KEADAAN UMUM PERKEBUNAN
Sejarah Perkebunan
Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina
milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini
menjadi tidak terawat sehingga diganti dengan tanaman pangan. Pada tahun 1958
tanaman pangan tersebut diganti dengan komoditas teh karena dinilai kurang
menguntungkan. Pada tahun 1961 kebun teh tersebut dijual oleh pemiliknya
kepada NV Kencana Wati Corporate.
Terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1963 membuat keadaan
Kebun Teh Medini menjadi terlantar, sehingga oleh pemiliknya diserahkan
kepada Departemen Perkebunan di Jakarta yang pelaksanaannya diserahkan
kepada Inspektorat Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dalam pemulihan
keamanan, PEPERDA Jawa Tengah merasa perlu mengambil alih Perkebunan
Teh Medini karena pimpinan dan sebagian karyawannya secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam G 30 S/PKI. Pada tahun 1967 terbentuk PT Rumpun
sehingga semua kebun di Wilayah DATI I Jawa Tengah diambil alih oleh
PEPERDA dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Rumpun.
Tahun 1980, PT Rumpun dipecah menjadi dua PT yaitu PT Rumpun Teh
dan PT Rumpun Antan (Aneka Tanaman) yang keduanya berpusat di Semarang.
Kebun-kebun PT Rumpun Teh dengan komoditas kopi dan teh terdiri atas Kebun
Teh Medini di Boja Kabupaten Kendal, Kebun Teh Kemuning di Karang Anyar
Kabupaten Surakarta dan Kebun Teh Kaligintung di Kaloran Kabupaten
Temanggung. PT Rumpun dengan komoditas karet, kopi, kelapa, randu, dan
cengkeh yang terdiri atas lima kebun yaitu Kebun Carui di Cilacap, Kebun Darma
Kradenan di Purwokerto, Kebun Samudra di Banyumas, Kebun Jati Pablengan di
Kendal dan Kebun Ciluwak di Pati.
Pada bulan Februari tahun 1990 PT Rumpun dan PT Astra Agro Niaga
mengadakan kerja sama dalam mengelola kebun sampai dengan bulan April tahun
2004. Kepemilikan PT Rumpun Sari Medini yang semula di bawah manajemen
PT Astra Agro Lestari Tbk di Jakarta, mulai tanggal 1 Mei 2004 dipegang oleh
PT Sumber Abadi Tirta Sentosa yang beralamat di Jalan Boulevard Raya, Wisma
13
Gading Permai Blok AR-1 No.9-10A Kelapa Gading Jakarta Selatan 14240.
PT Rumpun bekerja sama lagi dengan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS)
hingga sekarang.
Letak Wilayah Administratif
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini (RSM) terletak di Lereng Gunung
Ungaran, di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal,
Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini berjarak ± 10 km
dari kota Boja, ± 50 km dari Semarang dan ± 60 dari kota Kendal. Batas-batas
Perkebunan Rumpun Sari Medini adalah sebagai berikut : sebelah utara Desa
Ngesrep Balong, sebelah selatan Lereng Gunung Ungaran, sebelah timur Lereng
Gunung Nglimut, sebelah barat Kecamatan Limbangan.
Perkebunan
Teh
Rumpun
Sari
Medini
berada
pada
ketinggian
950 – 1 775 meter di atas permukaan laut (dpl). Terdapat tiga dusun di lingkungan
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini, yaitu Dusun Gunung Sari yang merupakan
dusun asli dan dusun emplasemen yaitu Dusun Promasan dan Dusun Medini.
Kantor pusat dan pabrik pengolahan Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini berada
di lokasi kebun. Peta lokasi Kebun Teh Medini dan Kebun Teh Kaligintung dapat
dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
Keadaan Tanah dan Iklim
Jenis tanah di Kebun Rumpun Sari Medini adalah Andosol, sebagian
Regosol dan Latosol. Kemiringan lahan 15° sampai 80°, dan pH rata-rata 6.7.
Rumpun Sari Medini berada pada ketinggian 950 – 1 775 meter di atas permukaan
laut (dpl). Keadaan topografi lahan landai hingga bergelombang.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth - Ferguson, Kebun Rumpun Sari
Medini termasuk kedalam tipe iklim B dengan curah hujan 10 tahun terakhir
(2001 - 2010) adalah 4 060 mm dengan 191 hari hujan. Rata-rata bulan basah
adalah 8.8 bulan dan bulan kering 2.4 bulan. Suhu rata-rata di Kebun Rumpun
Sari Medini adalah 26 °C dengan kelembaban berkisar 92%. Data curah hujan dan
hari hujan 10 tahun terakhir tercantum pada Lampiran 6.
14
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Luas areal konsesi Perkebunan PT Rumpun Sari Medini pada tahun 2010
adalah 534.91 ha. Luas areal dibagi menjadi dua kebun yaitu Kebun Teh Medini
(Blok 1 – 18) dan Kebun Teh Kaligintung (Blok C1 – C10). Luas Kebun Teh
Medini adalah 386.82 ha, yang terdiri atas areal tanaman teh 286.32 ha, areal
cadangan atau konservasi 54.93 ha, dan areal non efektif 45.57 ha yang meliputi
emplasemen 8.37 ha, jalan 20.23 ha, sungai atau jurang 16.97 ha.
Luas Kebun Teh Kaligintung yaitu 148.09 ha, dengan luas areal efektif
125.42 ha, yang terdiri atas areal teh 23.00 ha, tanaman belum menghasilkan I
(TBM I) 7.00 ha, TBM II sebesar 4.68 ha, areal tanaman selain teh (albazia, jati,
dan petai) yaitu 47.79 ha, dan areal konservasi 42.95 ha. Luas areal konsesi
(HGU) dan tata guna lahan di PT Rumpun Sari Medini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini Tahun 2010
Luas (ha)
Total
Blok 1 - 8 Blok 9 - 18 Blok C1 – C10
Teh (TM)
115.78
170.54
23.00
309.32
TBM I
7.00
7.00
TBM II
4.68
4.68
Albazia, jati, duren, petai
47.79
47.79
Areal Cadangan
36.82
18.11
42.95
97.88
Sub Total Areal Efektif
152.60
188.65
125.42
466.67
Emplasemen
6.37
2.00
3.05
11.42
Jalan
12.71
7.52
3.52
23.75
Sungai
13.77
3.20
16.10
33.07
Sub Total Areal Non Efektif
32.85
12.72
22.67
68.24
Total
185.45
201.37
148.09
534.91
Sumber: Arsip Kantor
Status Tanaman
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman teh di PT Rumpun Sari Medini sebagian besar merupakan
tanaman yang berasal dari klonal (stek). Klon yang ditanam di Perkebunan PT
Rumpun Sari Medini yaitu TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon TRI 2025
merupakan klon yang paling banyak ditanam di PT Rumpun Sari Medini. Jarak
tanam yang digunakan adalah 120 cm x 60 cm, dengan populasi standar yaitu
15
13 888 pokok/ha. Populasi rata-rata di Perkebunan Medini yaitu 8 993 pokok/ha.
Banyaknya areal kosong yang belum ditanami dan banyak areal yang berbatu
menjadi penyebab rendahnya populasi tanaman teh di Perkebunan Medini.
Rata-rata produksi pucuk teh lima tahun terakhir (2006 – 2010) di
Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu 2 934 355 kg/tahun dan produksi teh
kering sebesar 659 951 kg/tahun, dengan rata-rata produktivitas basah mencapai
9 487 kg/ha dan produktivitas teh kering 2 133 kg/ha. Produktivitas teh di PT
Rumpun Sari Medini pada tahun 2009 yaitu 2 082 kg/ha, lebih besar
dibandingkan dengan produktivitas teh perkebunan besar swasta (PBS) yaitu
1 302 kg/ha. Produksi dan produktivitas teh tahun 2006 - 2010 di Perkebunan PT
Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Teh di Perkebunan Rumpun Sari Medini
Tahun 2006 – 2010
Tahun
Luas
Areal TM
(ha)
2006
309.32
2007
309.32
2008
309.32
2009
309.32
2010
309.32
Jumlah
Rata-rata 309.32
Sumber : Arsip Kantor
Produksi
Basah
Produktivitas
Kering
Basah
.............. (kg)...................
2 526 209
567 951
3 223 316
725 453
3 034 394
682 967
2 865 524
644 172
3 022 332
679 213
14 671 775
3 299 756
2 934 355
659 951
Kering
........ (kg/ha)........
8 167
1 836
10 421
2 345
9 810
2 208
9 264
2 082
9 771
2 196
9 487
2 133
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perkebunan Rumpun Sari Medini dipimpin oleh seorang manajer. Manajer
bertanggung jawab langsung kepada Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa.
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang manajer membawahi asisten manajer
tanaman, asisten manajer keuangan dan asisten manajer pabrik.
Bagian tanaman dipimpin oleh seorang asisten manajer tanaman yang
bertugas mengkoordinasikan antar blok untuk menentukan prioritas kerja dan
menginstruksikan kegiatan yang akan dilakukan di lapangan. Asisten manajer
tanaman
bertanggung
jawab
terhadap
semua
kegiatan
kebun.
Dalam
16
melaksanakan tugasnya, asisten manajer tanaman dibantu oleh kerani tanaman,
supervisor panen, dan supervisor rawat.
Bagian pabrik dipimpin oleh asisten manajer pabrik yang bertanggung
jawab kepada manajer. Asisten manajer pabrik bertugas mengkoordinasikan
bagian pabrik dengan pihak kebun tentang hal yang berhubungan dengan
substansi kerja pabrik, seperti panen, transportasi, dan pengolahan hasil kebun
sampai hasil teh kering yang dihasilkan. Asisten manajer pabrik dibantu oleh
kerani pabrik, supervisor pabrik dan supervisor teknik.
Bagian administrasi dipimpin oleh asisten manajer keuangan. Asisten
manajer keuangan bertugas mengatur pemasukan dan pengeluaran yang
berhubungan dengan kegiatan produksi serta bertanggung jawab terhadap
pekerjaan di kantor dan administrasi. Dalam melaksanakan tugasnya asisten
keuangan dibantu oleh krani keuangan, krani umum, dan krani gudang. Struktur
organisasi di Perkebunan Rumpun Sari Medini tercantum pada Lampiran 7.
Tenaga kerja di Perkebunan Rumpun Sari Medini terdiri atas karyawan staf
dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri atas asisten manajer tanaman dan
administratur. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan lokal, karyawan
harian tetap, dan karyawan harian lepas. Total karyawan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini berjumlah 506 orang dengan luas areal adalah 534.91 ha, maka
indeks tenaga kerja yang dapat dicapai adalah 1.06 orang/ha. Jumlah karyawan
seluruhnya di Perkebunan Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari Medini Tahun
2011
Bulanan
Karyawan
Karyawan
Jumlah
Lokal
Harian Tetap Harian Lepas
.........................................(orang)................................................
Adm. Umum
2
7
8
8
25
Kebun
2
8
10
388
408
Pabrik
1
8
31
25
65
Teknik
2
2
4
8
Total
5
25
51
425
506
Sumber : Arsip Kantor Rumpun Sari Medini, 2011
Bagian
Staf
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dengan mengikuti
semua kegiatan yang ada di lapangan baik aspek teknis maupun manajerial.
Semua pekerjaan dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM). Penulis tidak
melakukan kegiatan pembibitan karena kegiatan pembibitan di Perkebunan
Medini sudah tidak. Aspek teknis yang dilakukan yaitu kegiatan pengendalian
gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan,
dan pengolahan.
Pengendalian Gulma
Kegiatan pengendalian gulma dilakukan untuk menekan populasi gulma
yang tumbuh dan akan merugikan tanaman teh karena persaingan dalam
mendapatkan cahaya matahari, air, ruang tumbuh, dan air. Perkebunan Rumpun
Sari Medini malakukan dua kegiatan pengendalian gulma yaitu pengendalian
gulma secara manual (manual weeding) dan pengendalian gulma kimiawi
(chemical weeding). Pengendalian gulma dilakukan dua kali untuk kimiawi dan
dua kali untuk manual dalam setahun, yaitu pada bulan Januari – Maret (semester
1) dan bulan Agustus – Oktober (semester 2). Pelaksanaan pengendalian gulma
secara kimia dan manual dilakukan sesuai dengan kondisi gulma di lapangan,
biaya yang tersedia dan ketersediaan tenaga kerja.
Jenis gulma dominan yang terdapat di Perkebunan Rumpun Sari Medini,
antara lain Ageratum conyzoides (babadotan), Borerria alata (ketoprakan),
Cyperus rotundus (teki), Imperata cylindrica (alang-alang), Impatiens platypatala
(pacar banyu), Clidemia hirta (catakan), Lantana camara (trembelekan),
Melastoma malabathricum (harendong), Glicenia linearis (pakis andan) dan
Setaria plicata (cowekan).
Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara mendongkel anak
kayu (DAK), dengan mencabut gulma yang berada di bawah dan di atas bidang
petik. Pendongkelan gulma berkayu dilakukan hingga akar gulma tercabut, baik
18
menggunakan tangan maupun alat. Kegiatan DAK dilakukan untuk gulma-gulma
yang tidak mati setelah dilakukan pengendalian kimiawi. Gulma yang berhasil
didongkel ditaruh di atas tanaman teh agar gulma tidak tumbuh kembali. Kegiatan
pengendalian gulma secara manual dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Manual
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida
sistemik berbahan aktif glifosat dengan dosis 1.5 l/ha. Alat semprot yang
digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter dengan nozel
kuning, biru dan hitam. Alat bantunya berupa dirigen plastik untuk menyimpan air
dengan kapasitas 20 liter dan gelas ukur plastik 150 ml. Pelaksanaan
penyemprotan dilakukan dari tempat tinggi ke tempat yang rendah untuk
menghemat tenaga penyemprot. Sebelum dilakukan penyemprotan alat semprot di
pompa sebannyak 10 kali untuk mencapai tekanan konstan. Penyemprotan
dilakukan pada gawangan antar barisan tanaman teh. Posisi nozel kurang lebih 30
cm di atas permukaan tanah.
Pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia dilakukan di bawah
pengawasan seorang supervisor dengan 5 orang pekerja (penyemprot). Areal yang
bisa dikendalikan dengan 1 knapsack berkapasitas 15 liter adalah seluas 600 m2.
Standar kerja pengendalian gulma secara kimia adalah 10 knapsack per hari untuk
areal seluas 0.6 ha (15 patok)/HK. Selama kegiatan magang, penulis mengikuti
kegiatan chemical weeding selama 2 hari di Blok 6 dan Blok 15. Prestasi kerja
19
penulis untuk pengendalian secara kimia yaitu sebesar 0.04 ha/HK. Kegiatan
pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimia
Pemangkasan
Pemangkasan adalah kegiatan untuk meningkatkan produktivitas teh dengan
cara mempertahankan bidang petik tetap rendah dan dilakukan pada tanaman yang
sudah
mencapai
ketinggian
tertentu
dengan
cara
dipangkas.
Kegiatan
pemangkasan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pemangkasan Tanaman Teh
20
Tinggi dan diameter bidang petik. Tanaman teh yang tumbuh semakin
tinggi maka akan menyulitkan kegiatan pemetikan. Pemangkasan biasanya
dilakukan pada saat tanaman mencapai ketinggian 120 cm. Pengamatan tinggi dan
diameter bidang petik dilakukan pada 5 tanaman contoh. Tinggi dan diameter
bidang petik sebelum pemangkasan tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan
Tanaman Contoh
1
2
3
4
5
Rata-rata
Sumber: Hasil pengamatan
Tinggi Bidang Petik
Diameter Bidang Petik
...................................(cm)......................................
106
108
112
111
103
104.5
115
99
101
111
107.4
106.7
Berdasarkan Tabel 4, tinggi bidang petik hasil pengamatan belum
memenuhi syarat untuk dipangkas yaitu 120 cm. Kondisi pucuk yang kurang
produktif menjadi alasan pangkasan tetap dilaksanakan.
Persentase pucuk burung. Pucuk burung yaitu pucuk yang tunasnya dalam
keadaan dorman. Jumlah pucuk burung akan meningkat menjelang waktu
pemangkasan. Penghitungan jumlah pucuk burung dan pucuk peko dilakukan
terhadap 5 tanaman contoh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Blok 4 sudah
memasuki waktu pangkas, dengan persentase pucuk burung mencapai 89.4 %.
Persentase pucuk burung hasil pengamatan tercantum pada Tabe
O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
SUPRIADI
A24070140
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at
Medini Estate, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java
Abstract
The internship was conducted at Medini Estate, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central
Java from February until June 2011. Activities performed during the internship is a field worker
for one month, as assistant foreman for one month, as assistant chief of the estate for two month.
The purpose of the internship is improve knowledge, gain work experience and studying the
management aspects of pruning tea, both technical and managerial aspects. Pruning is
maintenance activities to rejuvenate the tea plant for increase the production of shoots. Pruning
activity of tea in Medini Estate, PT Rumpun Sari Medini, Central Java was good enough.
Keywords: Tea, pruning management
RINGKASAN
SUPRIADI. Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR).
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
memperoleh pengalaman kerja di suatu perusahaan perkebunan teh. Secara
khusus, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan
pemangkasan teh, baik aspek teknis maupun manajemennya, serta melihat potensi
sumber daya dan mencari solusi dari masalah pengelolaan perkebunan teh
khususnya mengenai pengelolaan pemangkasan. Kegiatan magang dilaksanakan
selama 4 bulan, mulai bulan Februari sampai Juni 2011 di Perkebunan Medini, PT
Rumpun Sari Medini.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu dengan
melaksanakan kegiatan yang sedang berlangsung di kebun serta melakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer melalui
pengamatan, bekerja langsung di lapangan, dan wawancara dengan karyawan,
sedangkan pengumpulan data sekunder melalui laporan manajemen perkebunan
dan studi pustaka. Selama kegiatan magang, penulis bekerja langsung menjadi
karyawan harian lepas, pendamping supervisor, dan pendamping asisten manajer
tanaman.
Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi karyawan harian lepas,
yaitu pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan
penyakit, dan pemetikan. Kegiatan yang dilakukan penulis ketika menjadi
pendamping supervisor dan pendamping asisten manajer tanaman adalah
kegiatan-kegiatan manajerial seperti menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir,
membantu mengawasi kegiatan pekerja di lapangan, mengisi jurnal harian,
melakukan kontrol terhadap kerja para supervisor, membuat estimasi produksi
panen harian, mengevaluasi kerja para pekerja di lapangan bersama supervisor,
dan membantu membuat laporan rekapan rencana kerja bulanan.
Kegiatan pemangkasan yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Medini
dilakukan dalam dua semester. Pemangkasan pada semester I dilakukan pada
bulan Januari sampai dengan bulan Juni dan pada semester II dilakukan pada
bulan September sampai dengan bulan Oktober. Luas areal pangkasan di
Perkebunan Rumpun Sari Medini setiap tahunnya adalah 25 % per tahun atau
sekitar 77.33 ha per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan. Luas areal
yang dipangkas pada semester I yaitu 60 % dan pada semester II yaitu 40 % dari
total luas areal pangkasan.
Pemangkasan dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit. Prestasi
kerja pemangkas 0.042 ha/HK atau lebih besar daripada standar hari kerja yang
telah ditetapkan yaitu 0.04 ha/HK. Jenis pangkasan yang dilakukan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini adalah pangkasan produksi setengah bersih dengan gilir
pangkas 4 tahun. Tinggi pangkasan yang digunakan adalah 55 cm. Sistem upah
untuk pemangkasan yaitu menggunakan sistem borongan, pekerja mendapat upah
Rp.19 300,-/patok.
Perbedaan usia para tenaga pemangkas tidak mempengaruhi kerusakan
cabang dan keterampilan pemangkas. Tenaga pemangkas berusia ≥ 60 dan tenaga
pemangkas berusia < 60 tahun tidak berbeda dalam hal kerusakan cabang dan
ranting.
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Supriadi
A24070140
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TEH (Camellia sinensis
:
(L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN
SARI MEDINI, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
Nama
: SUPRIADI
NRP
: A24070140
Menyetujui,
Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS
NIP. 19550109 198003 1 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 19 Februari 1989. Penulis adalah
anak keempat dari empat bersaudara, anak dari pasangan Bapak Suparman dan
Ibu Sopiah.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di SD Negeri Batutulis 3
Bogor. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 9 Bogor dan lulus
pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
Negeri 4 Bogor.
Pada tahun 2007, penulis diterima di Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa
Tengah” dengan baik dan lancar.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pertanian di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ayah, Ibu dan kakak-kakak tercinta yang selalu mendukung dan
memberikan dorongan kepada penulis secara moril maupun materil.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis.
3. Ibu Dr Ir Faiza C. Suwarno, MS selaku pembimbing akademik atas
nasihat, saran dan bimbingannya.
4. Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Bapak Dr Ir Sudradjat, MS atas
masukan dan saran selama menguji penulis.
5. Direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa.
6. Bapak Purwadi dan Bapak Sumarno (Manajer Rumpun Sari Medini),
Bapak Teguh (Asisten Manajer Keungan), Bapak Sugeng (Asisten
Manajer Tanaman), Bapak Marsono (Asisten Manajer Pabrik), dan seluruh
staf serta karyawan di Perkebunan Medini atas bimbingan dan arahannya
selama penulis melaksanakan magang.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Bogor, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
ix
PENDAHULUAN.....................................................................................
Latar Belakang.................................................................................
Tujuan...............................................................................................
1
1
3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
Botani Tanaman Teh.........................................................................
Syarat Tumbuh..................................................................................
Pemangkasan.....................................................................................
4
4
4
5
METODE MAGANG................................................................................
Tempat dan Waktu............................................................................
Metode Pelaksanaan..........................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data.................................................
Analisis Data dan Informasi.............................................................
8
8
8
8
11
KONDISI UMUM PERKEBUNAN.........................................................
Sejarah Perkebunan..........................................................................
Letak Wilayah Administratif............................................................
Keadaan Tanah dan Iklim.................................................................
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan.......................................
Keadaan Tanaman dan Produksi......................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan........................................
12
12
13
13
14
14
15
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.............................................
Aspek Teknis....................................................................................
Aspek Manajerial..............................................................................
17
17
39
PEMBAHASAN........................................................................................
Tinggi dan Diameter Bidang Petik...................................................
Persentase Pucuk Burung.................................................................
Tinggi dan Diameter Bidang Pangkas.............................................
Luas Areal Pangkasan......................................................................
Kualitas Pangkasan..........................................................................
Kebutuhan Tenaga Pemangkas........................................................
Jenis Pemangkasan...........................................................................
Waktu Pemangkasan........................................................................
Gilir Pangkas....................................................................................
Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan......................................
43
43
43
44
45
45
46
46
47
47
48
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................
Kesimpulan......................................................................................
49
49
Saran.................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
50
LAMPIRAN..............................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini Tahun 2010....................................................
14
Produksi dan Produktivitas Teh di Perkebunan Rumpun Sari
Medini Tahun 2006 – 2010...............................................................
15
Jumlah Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari Medini
Tahun 2011........................................................................................
16
4.
Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan..............
20
5.
Persentase Pucuk Burung Sebelum Pemangkasan............................
20
6.
Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Rumpun Sari
Medini Tahun 2006 – 2010................................................................
21
Kapasitas Tenaga Pemangkas di Dua Blok Perkebunan Medini
Tahun 2011.........................................................................................
22
8.
Tinggi dan Diameter Bidang Pangkas pada Saat Pemangkasan........
22
9.
Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Usia Pemangkas...........
23
10. Gilir Pangkas dari 5 Blok di Perkebunan Rumpun Sari Medini........
24
11. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini Tahun 2010.....................................................................
24
2.
3.
7.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Pengendalian Gulma Secara Manual...............................................
18
2.
Pengendalian Gulma Secara Kimia...................................................
19
3.
Pemangkasan Tanaman Teh..............................................................
19
4.
Hasil Pangkasan di Kebun Medini: (a) Pangkasan Setengah Bersih,
(b) Pangkasan Bersih........................................................................
23
5.
Pertumbuhan Tinggi Tunas Setelah Pemangkasan...........................
25
6.
Pemupukan Tanaman Teh Melalui Tanah........................................
27
7.
Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Teh.....................
29
8.
Pemetikan Jendangan.......................................................................
30
9.
Pemetikan Produksi...........................................................................
31
10. Penimbangan Pucuk di Kebun.........................................................
32
11. Proses Pelayuan Pucuk Teh Hijau....................................................
33
12. Mesin Penggilingan Jacson Roller: (a) Tipe Single Action, (b) Tipe
Double Action....................................................................................
34
13. Mesin Endless Chain Pressure (ECP) Dryer....................................
35
14. Mesin Repeat Dryer..........................................................................
36
15. Mesin Ball Tea...................................................................................
36
16. Sortasi Teh Kering Secara Manual...................................................
37
17. Beberapa Mesin Sortasi di Perkebunan Medini: (a) Suction
Winnower, (b) Stalk Separator, (c) Stalk Ekstraktor, (d) Leaf
Shifter................................................................................................
38
18. Proses Pengepakan Teh Kering.........................................................
39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas
di Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa
Tengah..................................................................................................
52
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Supervisor di
Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ..
53
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Manajer Tanaman di Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah.............................................................................
54
4.
Peta Kebun Teh Medini.........................................................................
56
5.
Peta Kebun Teh Kaligintung.................................................................. 57
6.
Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini Tahun 2001 – 2010.............................................
58
Struktur Organisasi di Perkebunan Rumpun Sari Medini.....................
59
2.
3.
7.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dikenal sebagai salah satu jenis
minuman non alkohol yang disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Teh sebagai
bahan minuman, dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses
pengolahan tertentu. Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh adalah
memberikan rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan, dan terbukti tidak
menimbulkan dampak negatif. Komoditas teh merupakan salah satu komoditas
ekspor non migas yang telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber
devisa penting di sub sektor perkebunan (Setyamidjaja, 2000).
Indonesia menempati peringkat ketujuh sebagai negara produsen teh
terbesar di dunia setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam
(Food and Agriculture Organization, 2011). Keunggulan teh Indonesia
dibandingkan dengan negara lain yaitu teh Indonesia lebih menyehatkan karena
teh Indonesia mengandung kadar katekin yang lebih tinggi dibandingkan produk
negara-negara lain. Tipe teh Indonesia hampir seluruhnya adalah assamica,
sedangkan China adalah sinensis (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Kadar
katekin pada tipe assamica lebih tinggi daripada sinensis. Katekin merupakan
antioksidan yang sangat efektif untuk menetralkan radikal bebas dalam tubuh
(Harmandini, 2009).
Luas areal tanaman teh yang ada di Indonesia pada tahun 2009 adalah
123 506 ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan 156 901 ton. Menurut status
pengusahaan tanaman teh, luas areal perkebunan teh pada tahun 2009 adalah
Perkebunan Rakyat 57 126 ha, Perkebunan Besar Negara 38 564 ha, dan
Perkebunan Besar Swasta 27 816 ha. Pada tahun 2009, produksi teh Indonesia
mencapai 156 901 ton dengan volume ekspor sebesar 92 305 ton. Produksi teh
mengalami peningkatan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2008 produksi teh nasional sebesar 153 971 ton (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2010).
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang
tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak
2
akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan.
Untuk dapat melakukan pemetikan dengan mudah, maka perdu atau bidang petik
teh harus rendah. Perdu atau bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan
pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Menurut Johan (2006)
pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanaman teh
untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe
pangkasan harus tepat, jika tidak maka tujuan dari pemangkasan yang diharapkan
tidak akan tercapai.
Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan pada tanaman menghasilkan dan
tanaman belum menghasilkan. Pemangkasan pada tanaman menghasilkan
bertujuan untuk mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase
vegetatif, membuat bidang petik tetap rendah, membentuk bidang petik seluas
mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru dan mengatur fluktuasi
produksi harian agar stabil. Pemangkasan pada tanaman belum menghasilkan
bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan yang ideal dan
bidang petik yang luas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Semakin tinggi letak kebun dari permukaan laut, maka semakin lambat
pertumbuhan tanaman teh sehingga siklus pangkasan akan menjadi lebih panjang.
Dalam menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu
memperhatikan kondisi tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat
dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar patinya kurang dari 12 %,
pemangkasan dapat
mengakibatkan tanaman merana atau bahkan mati
(Setyamidjaja, 2000).
Hasil pemangkasan yang baik ditentukan oleh cara pemangkasan. Cara
pemangkasan yang harus dilakukan yaitu memotong cabang atau ranting yang
berukuran lebih kecil dari ibu jari (diameter < 2 cm) menggunakan gaet pangkas,
sedangkan yang berukuran lebih besar (diameter > 2 cm) digunakan gergaji
pangkas dan luka pangkas pada cabang atau ranting harus rata membentuk sudut
45° menghadap ke dalam perdu. Gaet atau gergaji yang digunakan dalam
pemangkasan harus tajam agar cabang atau ranting yang dipotong tidak pecah
atau rusak (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
3
Cara pemangkasan yang harus dilakukan agar hasil pemangkasan baik yaitu
bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah, pemangkasan dilakukan
dari kedua sisi perdu untuk membentuk luka pangkas menghadap ke dalam perdu,
para tukang pangkas dilengkapi dengan alat untuk mengukur tinggi pangkasan,
dan untuk satu blok sebaiknya dipangkas pada bulan yang sama (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006).
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan dan
memperoleh pengalaman kerja di suatu perusahaan perkebunan teh. Sedangkan
tujuan khusus untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan teh, baik aspek
teknis maupun manajemennya. Kegiatan magang juga bertujuan untuk melihat
potensi sumber daya dan mencari solusi dari masalah pengelolaan perkebunan teh
khususnya mengenai pengelolaan pemangkasan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Teh
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal
dalam peradaban manusia. Tanaman teh termasuk genus Camellia dari famili
Theaceae (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh merupakan tanaman tahunan, para
ahli tanaman memberi nama antara lain Camellia theifera, Thea sinensis,
Camellia thea dan terakhir dikenal dengan sebutan Camellia sinensis (L) O.
Kuntze. Tanaman teh mempunyai lebih dari 82 spesies, terutama tersebar di
kawasan Asia Tenggara hingga India, baik pada garis lintang 30° sebelah utara
maupun selatan khatulistiwa (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Daun teh berupa daun tunggal yang berbentuk lanset dengan ujung
meruncing, berwarna hijau, dan tepinya bergerigi. Daun tua bertekstur seperti
kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam. Bunga teh termasuk
bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5 sampai 7 mahkota
(sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih
halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari
(anther) kuning bersel kembar, menonjol 2 mm sampai dengan 3 mm ke atas
(Setyamidjaja, 2000).
Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal,
mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya
berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan
datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah akan
secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas (Setyamidjaja, 2000).
Syarat Tumbuh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropik yang terletak pada 25 - 35°
Lintang Utara dan 95 - 105° Bujur Timur, terutama terpusat pada kawasan antara
29° Lintang Utara dan 98° Bujur Timur. Daerah teh berada pada daerah miring
berbentuk kipas, terletak di antara Pegunungan-pegunungan Naga, Manipuri, dan
Lushai di sepanjang perbatasan Assam-Birma di ujung barat, membentang melalui
wilayah China sampai Provinsi Chekiang di ujung timur, dan ke selatan melalui
5
pegunungan-pegunungan di Birma (sekarang Myanmar), Thailand, terus ke
Vietnam (Setyamidjaja, 2000).
Kebun teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi yang cukup luas,
yaitu dari 400 – 2 000 m atau lebih di atas permukaan laut. Berdasarkan elevasi,
daerah kebun teh di Indonesia terbagi menjadi 3 daerah, yaitu perkebunan daerah
rendah dengan ketinggian kurang dari 800 m di atas permukaan laut, perkebunan
daerah sedang dengan ketinggian berkisar 800 – 1 200 m di atas permukaan laut,
dan perkebunan daerah tinggi dengan ketinggian lebih dari 1 200 m di atas
permukaan laut (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Tanah yang serasi atau yang memenuhi syarat untuk tanaman teh ialah tanah
yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai
derajat keasaman (pH) antara 4.5 – 5.6. Umumnya tanah yang baik untuk
pertumbuhan teh terletak di lereng gunung-gunung berapi yang biasa dinamakan
tanah Andisol (vulkanis muda). Jenis tanah lain yang serasi bersyarat untuk
ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan tanah Podzolik. Kedua jenis tanah tersebut
umumnya terdapat di daerah yang lebih rendah yang terletak di bawah 800 m dari
permukaan laut (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi
dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan
menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan (Pusat
Penelitian Teh dan Kina, 2006). Agar teh dapat dipetik dengan mudah dan
diperoleh jumlah daun muda atau pucuk yang banyak, tanaman teh harus dibentuk
menjadi perdu yang memiliki bidang petik yang luas. Pembentukan bidang petik
ini dilakukan dengan jalan pemangkasan (Setyamidjaja, 2000).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan
teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisien
sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan pemangkasan bertujuan
membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunastunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar
(Setyamidjaja, 2000).
6
Pemangkasan menyebabkan tanaman kehilangan sebagian cabang dan daun
sehingga proses asimilasi yang akan membentuk bahan makanan juga hilang atau
berkurang. Pemangkasan juga menyebabkan luka pada cabang atau ranting.
Penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas baru pada tanaman teh yang dipangkas
memerlukan energi yang cukup. Energi tersebut diambil dari makanan cadangan
(pati) tanaman itu sendiri yang terdapat dalam akar, cabang dan ranting. Makanan
cadangan yang terbesar terdapat di dalam akar, sehingga peranannya sangat besar
terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-tunas baru (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan merupakan salah satu kultur teknis yang dapat berpengaruh
terhadap produksi dan dianggap efisien apabila produksi dapat dicapai pada
tingkat yang paling tinggi. Faktor yang berpengaruh terhadap program
pemangkasan antara lain: tinggi tempat dari permukaan laut, tipe pangkasan,
kesehatan tanaman, dan saat pemangkasan (Suwardi, 1991). Pemangkasan
sebaiknya dilakukan pada waktu tanaman sedang sehat, karena mempunyai
cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali dan didukung oleh
faktor lingkungan yang baik terutama oleh suhu dan kelembaban (Sukasman,
1988).
Pemangkasan harus segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit
dijangkau oleh pemetik. Tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal
untuk ukuran tinggi badan pemetik di Indonesia (155 - 165 cm). Jika tinggi
tanaman lebih dari 120 cm maka hasil pemetikan pucuk rendah karena bidang
petik di luar jangkauan pemetik (Sukasman, 1988).
Pucuk burung adalah pucuk yang tunasnya dalam keadaan dorman sehingga
beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Tanaman yang sudah mendekati
gilir pangkas jumlah pucuk burungnya akan meningkat. Pada saat kondisi pucuk
burung tinggi maka kadar pati di akar semakin banyak karena pada saat tersebut
tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesisnya di dalam akar. Apabila
persentase pucuk burung mencapai 70 % maka pemangkasan pada areal tersebut
dapat dilakukan (Sukasman, 1988).
Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif (TM) berkisar antara
40 - 70 cm, bergantung pada sasaran yang ingin dicapai. Tinggi pangkasan yang
7
lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi
terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan
pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam
pelaksanaan pemangkasan, tunas baru yang tumbuh cepat menjadi pucuk burung
dan berukuran kecil, serta bidang petik cepat menjadi tinggi sehingga sulit
dilakukan pemetikan dengan baik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemangkasan biasanya dilakukan pada dua periode, yaitu pada semester I
pada
bulan
September
Februari
–
– November.
Mei
Agar
dan
pada
semester
II
pada
bulan
pelaksanaan pemangkasan tidak terlalu
mengganggu kestabilan produksi, perlu diatur areal pangkasan yang tepat.
Pemangkasan pada akhir musim hujan (semester 1) dilakukan pada areal yang
lebih luas sekitar 60 – 70 % dari total luas areal tanaman yang akan dipangkas,
sedangkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau (semester II),
pemangkasan dilakukan pada areal seluas 30 – 40 %. Dalam pelaksanaannya,
areal pangkasan diatur menurut blok-blok yang berdekatan secara berturut-turut
(Setyamidjaja, 2000).
Bidang pangkasan selalu dinaikkan pada setiap melakukan pemangkasan,
dengan tujuan menyiapkan cabang atau ranting yang tertinggal pada perdu yang
relatif lebih muda agar lebih cepat menumbuhkan tunas baru sehingga akan lebih
cepat dilakukan pemetikan lagi (Tobroni dan Adimulyo, 1997)
Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti
meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting. Pangkasan kepris
akan menghasilkan pertumbuhan tunas lebih awal (lebih cepat) dan lebih banyak
daripada pangkasan bersih. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang
pangkas rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (Pusat Penelitian Teh dan
Kina, 2006).
Cadangan hara pada cabang-cabang yang ditinggalkan dipengaruhi oleh
besarnya cabang atau luas permukaan kulit kulit cabang yang ditinggalkan.
Semakin besar cabang semakin banyak cadangan haranya. Selain itu,
pertumbuhan tunas baru juga dipengaruhi oleh umur cabang. Semakin tua umur
cabang tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan
tunasnya (Sukasman, 1988).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Magang dilakukan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, mulai bulan Februari sampai Juni 2011.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan penulis selama magang adalah kegiatan teknis di
lapangan dan kegiatan manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan
waktu dan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak perkebunan.
Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan (Lampiran 1), kemudian sebagai pendamping supevisor
selama satu bulan (Lampiran 2) dan sebagai pendamping asisten manajer tanaman
selama dua bulan (Lampiran 3).
Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL, yaitu kegiatan pengendalian
gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, serta
pemetikan. Setelah selesai menjadi KHL, kemudian dilanjutkan menjadi
pendamping supervisor. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping
supervisor, yaitu menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu
mengawasi kegiatan pekerja di lapangan, dan mengisi jurnal harian. Sebagai
pendamping asisten manajer tanaman, penulis mempelajari kegiatan manajerial,
yaitu melakukan kontrol terhadap kerja para supervisor, membuat estimasi
produksi panen harian, mengevaluasi kerja para pekerja di lapangan bersama
supervisor, dan membantu membuat laporan rekapan rencana kerja bulanan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang meliputi
pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui
pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan dan melalui diskusi
langsung dengan KHL, supervisor dan asisten manajer tanaman. Sedangkan data
sekunder didapatkan dengan mempelajari laporan manajemen perkebunan
9
(bulanan dan tahunan) dan studi pustaka. Peubah-peubah yang diamati dalam
kegiatan magang dengan aspek pemangkasan terbagi ke dalam tiga fase, yaitu
sebelum pemangkasan, saat pemangkasan, dan setelah pemangkasan.
Pengamatan Sebelum Pemangkasan
1. Tinggi bidang petik.
Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah sampai ke
puncak bidang petik dengan menggunakan meteran pada 5 tanaman
contoh.
2. Diameter bidang petik (DBPt).
Pengukuran bidang petik dilakukan dari kedua arah timur – barat dan
utara – selatan dari bidang petik pada 5 tanaman contoh kemudian diambil
rata-rata dari kedua luas tersebut dengan rumus:
DBPt =
diameter ( utara − selatan ) + diameter ( timur − barat )
2
3. Persentase pucuk burung.
Penghitungan jumlah pucuk burung dan pucuk peko dilakukan pada perdu
tanaman yang akan dipangkas produksi. Penghitungan jumlah pucuk
burung dan pucuk peko dilakukan pada 5 tanaman contoh.
% Pucuk bur ung =
Jumlah pucuk bur ung
× 100 %
Jumlah pucuk ( burung + peko)
Penghitungan pucuk burung dan pucuk peko dilakukan pada tanaman
dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter
75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang berada di dalam
lingkaran tersebut dihitung jumlahnya.
Pengamatan pada Saat Pemangkasan
1. Tinggi pangkasan.
Pengukuran tinggi pangkasan dilakukan dari permukaan tanah sampai luka
bekas
pangkasan
pada
tanaman
yang
telah
dipangkas
dengan
menggunakan tongkat ukur pada 5 tanaman contoh.
2. Luas areal pangkasan.
Perhitungan berdasarkan target luas areal pangkasan yang telah ditetapkan
oleh kebun dan realisasi pangkasan yang dilakukan di kebun
10
3.
Persentase kerusakan cabang atau ranting akibat pemangkasan.
Kualitas pangkasan dapat diukur dari persentase kerusakan cabang atau
ranting akibat pemangkasan. Persentase kerusakan cabang atau ranting
dihitung berdasarkan jumlah cabang atau ranting bekas pemangkasan yang
pecah atau rusak pada 5 tanaman contoh dari setiap tenaga pemangkas
yang dibedakan berdasarkan usia ≥ 60 tahun dan < 60 tahun. Persentase
kerusakan cabang atau ranting dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
% Ker usakan =
∑ Cabang pangkasan yang r usak atau pecah
× 100 %
∑ Cabang pangkasan total
4. Diameter bidang pangkas (DBPk).
Diameter bidang pangkas diukur berdasarkan diameter bidang pangkas
dari kedua arah timur – barat dan utara – selatan dari 5 tanaman contoh
dan diambil kedua rata-rata keduanya dengan rumus:
DBPk =
diameter ( utara − selatan ) + diameter ( timur − barat )
2
5. Kebutuhan tenaga pemangkas per hari.
Dihitung berdasarkan jumlah tenaga pemangkas yang riil dengan
menghitung
langsung
atau
wawancara
dengan
supervisor.
Hasil
pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus sebagai
berikut:
∑ Pemangkas/ har i =
Luas areal pangkasan ( ha)
HKE 1 bulan × kapasitas standar
HKE = Hari Kerja Efektif (hari).
Kapasitas standar = kemampuan yang harus dicapai seorang pemangkas.
6. Jenis pangkasan.
Jenis pangkasan diamati baik secara langsung maupun wawancara dengan
pembimbing asisten manajer tanaman.
7. Waktu pemangkasan.
Data waktu pemangkasan diperoleh melalui wawancara dengan asisten
manajer tanaman.
11
8. Gilir pangkas.
Data gilir pangkas diperoleh melalui wawancara dengan asisten manajer
tanaman dan mempelajari laporan tahunan.
Pengamatan Setelah Pemangkasan
Tinggi tunas baru.
Mengukur tunas mulai dari pangkal tunas sampai titik tumbuh.
Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali mulai 2 minggu setelah
pemangkasan (MSP) hingga 8 minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan
terhadap 10 buah tunas pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak
pada blok kebun.
Analisis Data dan Informasi
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t–student pada taraf
0.05 untuk mengetahui pengaruh kerusakan cabang akibat pemangkasan
berdasarkan keterampilan tenaga pemangkas. Rumus t – student yang digunakan
yaitu:
t − student =
Sp =
(x + x )
Sp
1 1
+
n n
( n − 1) S + ( n − 1) S
n + n −2
Keterangan:
x1 , x2
= Rata-rata pengamatan 1 dan 2
S12 , S22 = Ragam contoh 1 dan 2
n1 , n2
= Jumlah pengamatan 1 dan 2
Sp
= Simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thitung < ttabel ; ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat bebas
(n1 + n2 – 2) (Walpole, 1993).
KEADAAN UMUM PERKEBUNAN
Sejarah Perkebunan
Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina
milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini
menjadi tidak terawat sehingga diganti dengan tanaman pangan. Pada tahun 1958
tanaman pangan tersebut diganti dengan komoditas teh karena dinilai kurang
menguntungkan. Pada tahun 1961 kebun teh tersebut dijual oleh pemiliknya
kepada NV Kencana Wati Corporate.
Terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1963 membuat keadaan
Kebun Teh Medini menjadi terlantar, sehingga oleh pemiliknya diserahkan
kepada Departemen Perkebunan di Jakarta yang pelaksanaannya diserahkan
kepada Inspektorat Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dalam pemulihan
keamanan, PEPERDA Jawa Tengah merasa perlu mengambil alih Perkebunan
Teh Medini karena pimpinan dan sebagian karyawannya secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam G 30 S/PKI. Pada tahun 1967 terbentuk PT Rumpun
sehingga semua kebun di Wilayah DATI I Jawa Tengah diambil alih oleh
PEPERDA dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Rumpun.
Tahun 1980, PT Rumpun dipecah menjadi dua PT yaitu PT Rumpun Teh
dan PT Rumpun Antan (Aneka Tanaman) yang keduanya berpusat di Semarang.
Kebun-kebun PT Rumpun Teh dengan komoditas kopi dan teh terdiri atas Kebun
Teh Medini di Boja Kabupaten Kendal, Kebun Teh Kemuning di Karang Anyar
Kabupaten Surakarta dan Kebun Teh Kaligintung di Kaloran Kabupaten
Temanggung. PT Rumpun dengan komoditas karet, kopi, kelapa, randu, dan
cengkeh yang terdiri atas lima kebun yaitu Kebun Carui di Cilacap, Kebun Darma
Kradenan di Purwokerto, Kebun Samudra di Banyumas, Kebun Jati Pablengan di
Kendal dan Kebun Ciluwak di Pati.
Pada bulan Februari tahun 1990 PT Rumpun dan PT Astra Agro Niaga
mengadakan kerja sama dalam mengelola kebun sampai dengan bulan April tahun
2004. Kepemilikan PT Rumpun Sari Medini yang semula di bawah manajemen
PT Astra Agro Lestari Tbk di Jakarta, mulai tanggal 1 Mei 2004 dipegang oleh
PT Sumber Abadi Tirta Sentosa yang beralamat di Jalan Boulevard Raya, Wisma
13
Gading Permai Blok AR-1 No.9-10A Kelapa Gading Jakarta Selatan 14240.
PT Rumpun bekerja sama lagi dengan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS)
hingga sekarang.
Letak Wilayah Administratif
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini (RSM) terletak di Lereng Gunung
Ungaran, di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal,
Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini berjarak ± 10 km
dari kota Boja, ± 50 km dari Semarang dan ± 60 dari kota Kendal. Batas-batas
Perkebunan Rumpun Sari Medini adalah sebagai berikut : sebelah utara Desa
Ngesrep Balong, sebelah selatan Lereng Gunung Ungaran, sebelah timur Lereng
Gunung Nglimut, sebelah barat Kecamatan Limbangan.
Perkebunan
Teh
Rumpun
Sari
Medini
berada
pada
ketinggian
950 – 1 775 meter di atas permukaan laut (dpl). Terdapat tiga dusun di lingkungan
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini, yaitu Dusun Gunung Sari yang merupakan
dusun asli dan dusun emplasemen yaitu Dusun Promasan dan Dusun Medini.
Kantor pusat dan pabrik pengolahan Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini berada
di lokasi kebun. Peta lokasi Kebun Teh Medini dan Kebun Teh Kaligintung dapat
dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
Keadaan Tanah dan Iklim
Jenis tanah di Kebun Rumpun Sari Medini adalah Andosol, sebagian
Regosol dan Latosol. Kemiringan lahan 15° sampai 80°, dan pH rata-rata 6.7.
Rumpun Sari Medini berada pada ketinggian 950 – 1 775 meter di atas permukaan
laut (dpl). Keadaan topografi lahan landai hingga bergelombang.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth - Ferguson, Kebun Rumpun Sari
Medini termasuk kedalam tipe iklim B dengan curah hujan 10 tahun terakhir
(2001 - 2010) adalah 4 060 mm dengan 191 hari hujan. Rata-rata bulan basah
adalah 8.8 bulan dan bulan kering 2.4 bulan. Suhu rata-rata di Kebun Rumpun
Sari Medini adalah 26 °C dengan kelembaban berkisar 92%. Data curah hujan dan
hari hujan 10 tahun terakhir tercantum pada Lampiran 6.
14
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Luas areal konsesi Perkebunan PT Rumpun Sari Medini pada tahun 2010
adalah 534.91 ha. Luas areal dibagi menjadi dua kebun yaitu Kebun Teh Medini
(Blok 1 – 18) dan Kebun Teh Kaligintung (Blok C1 – C10). Luas Kebun Teh
Medini adalah 386.82 ha, yang terdiri atas areal tanaman teh 286.32 ha, areal
cadangan atau konservasi 54.93 ha, dan areal non efektif 45.57 ha yang meliputi
emplasemen 8.37 ha, jalan 20.23 ha, sungai atau jurang 16.97 ha.
Luas Kebun Teh Kaligintung yaitu 148.09 ha, dengan luas areal efektif
125.42 ha, yang terdiri atas areal teh 23.00 ha, tanaman belum menghasilkan I
(TBM I) 7.00 ha, TBM II sebesar 4.68 ha, areal tanaman selain teh (albazia, jati,
dan petai) yaitu 47.79 ha, dan areal konservasi 42.95 ha. Luas areal konsesi
(HGU) dan tata guna lahan di PT Rumpun Sari Medini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini Tahun 2010
Luas (ha)
Total
Blok 1 - 8 Blok 9 - 18 Blok C1 – C10
Teh (TM)
115.78
170.54
23.00
309.32
TBM I
7.00
7.00
TBM II
4.68
4.68
Albazia, jati, duren, petai
47.79
47.79
Areal Cadangan
36.82
18.11
42.95
97.88
Sub Total Areal Efektif
152.60
188.65
125.42
466.67
Emplasemen
6.37
2.00
3.05
11.42
Jalan
12.71
7.52
3.52
23.75
Sungai
13.77
3.20
16.10
33.07
Sub Total Areal Non Efektif
32.85
12.72
22.67
68.24
Total
185.45
201.37
148.09
534.91
Sumber: Arsip Kantor
Status Tanaman
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman teh di PT Rumpun Sari Medini sebagian besar merupakan
tanaman yang berasal dari klonal (stek). Klon yang ditanam di Perkebunan PT
Rumpun Sari Medini yaitu TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon TRI 2025
merupakan klon yang paling banyak ditanam di PT Rumpun Sari Medini. Jarak
tanam yang digunakan adalah 120 cm x 60 cm, dengan populasi standar yaitu
15
13 888 pokok/ha. Populasi rata-rata di Perkebunan Medini yaitu 8 993 pokok/ha.
Banyaknya areal kosong yang belum ditanami dan banyak areal yang berbatu
menjadi penyebab rendahnya populasi tanaman teh di Perkebunan Medini.
Rata-rata produksi pucuk teh lima tahun terakhir (2006 – 2010) di
Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu 2 934 355 kg/tahun dan produksi teh
kering sebesar 659 951 kg/tahun, dengan rata-rata produktivitas basah mencapai
9 487 kg/ha dan produktivitas teh kering 2 133 kg/ha. Produktivitas teh di PT
Rumpun Sari Medini pada tahun 2009 yaitu 2 082 kg/ha, lebih besar
dibandingkan dengan produktivitas teh perkebunan besar swasta (PBS) yaitu
1 302 kg/ha. Produksi dan produktivitas teh tahun 2006 - 2010 di Perkebunan PT
Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Teh di Perkebunan Rumpun Sari Medini
Tahun 2006 – 2010
Tahun
Luas
Areal TM
(ha)
2006
309.32
2007
309.32
2008
309.32
2009
309.32
2010
309.32
Jumlah
Rata-rata 309.32
Sumber : Arsip Kantor
Produksi
Basah
Produktivitas
Kering
Basah
.............. (kg)...................
2 526 209
567 951
3 223 316
725 453
3 034 394
682 967
2 865 524
644 172
3 022 332
679 213
14 671 775
3 299 756
2 934 355
659 951
Kering
........ (kg/ha)........
8 167
1 836
10 421
2 345
9 810
2 208
9 264
2 082
9 771
2 196
9 487
2 133
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perkebunan Rumpun Sari Medini dipimpin oleh seorang manajer. Manajer
bertanggung jawab langsung kepada Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa.
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang manajer membawahi asisten manajer
tanaman, asisten manajer keuangan dan asisten manajer pabrik.
Bagian tanaman dipimpin oleh seorang asisten manajer tanaman yang
bertugas mengkoordinasikan antar blok untuk menentukan prioritas kerja dan
menginstruksikan kegiatan yang akan dilakukan di lapangan. Asisten manajer
tanaman
bertanggung
jawab
terhadap
semua
kegiatan
kebun.
Dalam
16
melaksanakan tugasnya, asisten manajer tanaman dibantu oleh kerani tanaman,
supervisor panen, dan supervisor rawat.
Bagian pabrik dipimpin oleh asisten manajer pabrik yang bertanggung
jawab kepada manajer. Asisten manajer pabrik bertugas mengkoordinasikan
bagian pabrik dengan pihak kebun tentang hal yang berhubungan dengan
substansi kerja pabrik, seperti panen, transportasi, dan pengolahan hasil kebun
sampai hasil teh kering yang dihasilkan. Asisten manajer pabrik dibantu oleh
kerani pabrik, supervisor pabrik dan supervisor teknik.
Bagian administrasi dipimpin oleh asisten manajer keuangan. Asisten
manajer keuangan bertugas mengatur pemasukan dan pengeluaran yang
berhubungan dengan kegiatan produksi serta bertanggung jawab terhadap
pekerjaan di kantor dan administrasi. Dalam melaksanakan tugasnya asisten
keuangan dibantu oleh krani keuangan, krani umum, dan krani gudang. Struktur
organisasi di Perkebunan Rumpun Sari Medini tercantum pada Lampiran 7.
Tenaga kerja di Perkebunan Rumpun Sari Medini terdiri atas karyawan staf
dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri atas asisten manajer tanaman dan
administratur. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan lokal, karyawan
harian tetap, dan karyawan harian lepas. Total karyawan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini berjumlah 506 orang dengan luas areal adalah 534.91 ha, maka
indeks tenaga kerja yang dapat dicapai adalah 1.06 orang/ha. Jumlah karyawan
seluruhnya di Perkebunan Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja di Perkebunan Rumpun Sari Medini Tahun
2011
Bulanan
Karyawan
Karyawan
Jumlah
Lokal
Harian Tetap Harian Lepas
.........................................(orang)................................................
Adm. Umum
2
7
8
8
25
Kebun
2
8
10
388
408
Pabrik
1
8
31
25
65
Teknik
2
2
4
8
Total
5
25
51
425
506
Sumber : Arsip Kantor Rumpun Sari Medini, 2011
Bagian
Staf
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dengan mengikuti
semua kegiatan yang ada di lapangan baik aspek teknis maupun manajerial.
Semua pekerjaan dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM). Penulis tidak
melakukan kegiatan pembibitan karena kegiatan pembibitan di Perkebunan
Medini sudah tidak. Aspek teknis yang dilakukan yaitu kegiatan pengendalian
gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan,
dan pengolahan.
Pengendalian Gulma
Kegiatan pengendalian gulma dilakukan untuk menekan populasi gulma
yang tumbuh dan akan merugikan tanaman teh karena persaingan dalam
mendapatkan cahaya matahari, air, ruang tumbuh, dan air. Perkebunan Rumpun
Sari Medini malakukan dua kegiatan pengendalian gulma yaitu pengendalian
gulma secara manual (manual weeding) dan pengendalian gulma kimiawi
(chemical weeding). Pengendalian gulma dilakukan dua kali untuk kimiawi dan
dua kali untuk manual dalam setahun, yaitu pada bulan Januari – Maret (semester
1) dan bulan Agustus – Oktober (semester 2). Pelaksanaan pengendalian gulma
secara kimia dan manual dilakukan sesuai dengan kondisi gulma di lapangan,
biaya yang tersedia dan ketersediaan tenaga kerja.
Jenis gulma dominan yang terdapat di Perkebunan Rumpun Sari Medini,
antara lain Ageratum conyzoides (babadotan), Borerria alata (ketoprakan),
Cyperus rotundus (teki), Imperata cylindrica (alang-alang), Impatiens platypatala
(pacar banyu), Clidemia hirta (catakan), Lantana camara (trembelekan),
Melastoma malabathricum (harendong), Glicenia linearis (pakis andan) dan
Setaria plicata (cowekan).
Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara mendongkel anak
kayu (DAK), dengan mencabut gulma yang berada di bawah dan di atas bidang
petik. Pendongkelan gulma berkayu dilakukan hingga akar gulma tercabut, baik
18
menggunakan tangan maupun alat. Kegiatan DAK dilakukan untuk gulma-gulma
yang tidak mati setelah dilakukan pengendalian kimiawi. Gulma yang berhasil
didongkel ditaruh di atas tanaman teh agar gulma tidak tumbuh kembali. Kegiatan
pengendalian gulma secara manual dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Manual
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida
sistemik berbahan aktif glifosat dengan dosis 1.5 l/ha. Alat semprot yang
digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter dengan nozel
kuning, biru dan hitam. Alat bantunya berupa dirigen plastik untuk menyimpan air
dengan kapasitas 20 liter dan gelas ukur plastik 150 ml. Pelaksanaan
penyemprotan dilakukan dari tempat tinggi ke tempat yang rendah untuk
menghemat tenaga penyemprot. Sebelum dilakukan penyemprotan alat semprot di
pompa sebannyak 10 kali untuk mencapai tekanan konstan. Penyemprotan
dilakukan pada gawangan antar barisan tanaman teh. Posisi nozel kurang lebih 30
cm di atas permukaan tanah.
Pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia dilakukan di bawah
pengawasan seorang supervisor dengan 5 orang pekerja (penyemprot). Areal yang
bisa dikendalikan dengan 1 knapsack berkapasitas 15 liter adalah seluas 600 m2.
Standar kerja pengendalian gulma secara kimia adalah 10 knapsack per hari untuk
areal seluas 0.6 ha (15 patok)/HK. Selama kegiatan magang, penulis mengikuti
kegiatan chemical weeding selama 2 hari di Blok 6 dan Blok 15. Prestasi kerja
19
penulis untuk pengendalian secara kimia yaitu sebesar 0.04 ha/HK. Kegiatan
pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimia
Pemangkasan
Pemangkasan adalah kegiatan untuk meningkatkan produktivitas teh dengan
cara mempertahankan bidang petik tetap rendah dan dilakukan pada tanaman yang
sudah
mencapai
ketinggian
tertentu
dengan
cara
dipangkas.
Kegiatan
pemangkasan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pemangkasan Tanaman Teh
20
Tinggi dan diameter bidang petik. Tanaman teh yang tumbuh semakin
tinggi maka akan menyulitkan kegiatan pemetikan. Pemangkasan biasanya
dilakukan pada saat tanaman mencapai ketinggian 120 cm. Pengamatan tinggi dan
diameter bidang petik dilakukan pada 5 tanaman contoh. Tinggi dan diameter
bidang petik sebelum pemangkasan tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan
Tanaman Contoh
1
2
3
4
5
Rata-rata
Sumber: Hasil pengamatan
Tinggi Bidang Petik
Diameter Bidang Petik
...................................(cm)......................................
106
108
112
111
103
104.5
115
99
101
111
107.4
106.7
Berdasarkan Tabel 4, tinggi bidang petik hasil pengamatan belum
memenuhi syarat untuk dipangkas yaitu 120 cm. Kondisi pucuk yang kurang
produktif menjadi alasan pangkasan tetap dilaksanakan.
Persentase pucuk burung. Pucuk burung yaitu pucuk yang tunasnya dalam
keadaan dorman. Jumlah pucuk burung akan meningkat menjelang waktu
pemangkasan. Penghitungan jumlah pucuk burung dan pucuk peko dilakukan
terhadap 5 tanaman contoh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Blok 4 sudah
memasuki waktu pangkas, dengan persentase pucuk burung mencapai 89.4 %.
Persentase pucuk burung hasil pengamatan tercantum pada Tabe