Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O)
Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI
WONOSOBO, JAWA TENGAH

ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemangkasan
Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi,PT
Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembinmbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013
Rosiantim Lydia Septianingrum
A24080155

ABSTRAK
ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM. Pemangkasan Tanaman Teh
(Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan tanaman
teh terhadap aspek khusus yaitu pemangkasan dan menambah wawasan serta
pengalaman kerja nyata. Magang ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai
Mei 2012 di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Tujuan dari pengelolaan pemangkasan adalah mempelajari pemangkasan yang
baik dan tepat, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman teh.
Unit Perkebunan Tambi menggunakan jenis pangkasan produksi dan tipe
pangkasan tengah bersih. Waktu pelaksanaan kegiatan pemangkasan kurang
sesuai dengan waktu yang direncanakan karena kekurangan tenaga pemangkas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan ketepatan pemangkasan yaitu

kondisi tanaman, jenis pangkasan yang sesuai dengan kondisi tanaman, waktu
pemangkasan yang tepat, alat pangkas yang tepat dan keterampilan tenaga kerja.
Akibat dari pemangkasan yang kurang tepat yaitu kerusakan cabang pada tanaman
teh, diameter dan tinggi bidang petik yang tidak sesuai dan laju pertumbuhan
tunas menjadi lambat menyebabkan produksi menurun. Kerusakan cabang yang
cukup tinggi di Blok Taman disebabkan oleh penggunaan alat pangkas mekanis
yaitu mesin pangkas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan yang baik dan
pembinaan keterampilan tenaga pemangkas.
Kata kunci : teh, pemangkasan, Tambi, Camellia sinensis

ABSTRACT
ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM. Tea Crop Pruning (Camellia sinensis
L. (O) Kuntze) at Plantation Unit Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Central Java.
Supervised by ADOLF PIETER LONTOH.
Apprenticeship aims to analyze the management of the tea plant against
specific aspects of the cuts and add insight and real work experience. Internship
was conducted from February to May 2012 in Plantation Unit Tambi, PT Tambi,
Wonosobo, Central Java. The purpose of pruning is to study the management of a
good and proper pruning, so as to improve the quality and quantity tea plants.
Plantation Unit Tambi using pruning type of production and the type of clipping

middle clean. Less time of trimming activities in accordance with the planned
time due less of man power of trimmer. The factors that affect the success and
accuracy of trimming the plant conditions, in accordance with the type of clipping
crop conditions, while proper pruning, proper pruning tools and skills of the
workforce. As a result of the lack of proper pruning branches that damage the tea
plant, diameter and height fields are not appropriate quotation and shoot growth
rate becomes slow causing production to decline. Branch damage is quite high at
Block Park caused by the use of the machine tool mechanical pruning cut.
Therefore it is necessary for good supervision and coaching skills that are
appropriate in order to get good results and proper clipping.
Keyword : tea, pruning, Tambi, Camellia sinensis

PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O)
Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI
WONOSOBO, JAWA TENGAH

ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul skripsi : Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) di
PT Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Nama
: Rosiantim Lydia Septianingrum
NIM
: A24080155

Disetujui oleh

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur atas segala berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga dapat diselesaikannya skripsi magang ini sebagai tugas akhir. Skripsi
magang yang berjudul Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis L. (O)
Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah
merupakan salah satu syarat kelulusan. Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak
bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua (Binsar Simanjorang
dan MG. Sutarminingsih) yang tidak pernah lelah memberikan doa, dukungan dan
pendapat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, ucapan
terimakasih kepada Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, pendapat dan dukungan

selama peyusunan skripsi ini dan kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi
selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan juga kepada Bapak Ir. Bambang Jatmiko selaku Pimpinan Unit
Perkebunan Tambi dan Bapak Tuyitno, SE serta Bapak Muhammad selaku
Asisten kebun yang telah memberikan ilmu, pengarahan, pendapat, dukungan, dan
motivasi kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang ini. Tak lupa juga
penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis,
baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikannya
skripsi ini.
Dengan diselesaikannya skripsi magang ini, diharapkan dapat mendukung
kelulusan dan penyelesaian masa studi penulis, serta skripsi ini dapat bermanfaat
bagi orang lain.

Bogor, Agustus 2013
Rosiantim Lydia Septianingrum

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Teh
Syarat Tumbuh
Budidaya Tanaman Teh
Pemangkasan
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Sejarah PT Perkebunan Tambi
Letak Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Pemetikan
Pengolahan Pucuk Teh Hitam (Pabrik)
Aspek Manajerial
Kepala Sub Bagian Kebun
Kepala Blok
Asisten Pembimbing
PEMBAHASAN
Jenis dan Tipe Pangkasan
Waktu Pemangkasan
Luas Areal Pemangkasan
Alat Pangkas
Tinggi dan Diameter Pangkasan
Tinggi dan Diameter Bidang Petik
Persentase Pucuk Burung
Kerusakan Cabang pada Pemangkasan

Kebutuhan Tenaga Kerja Pemangkasan
Keterampilan Tenaga Pemangkas

vii
vii
viii
1
1
2
2
2
3
3
4
5
5
5
6
7
7

7
8
8
9
9
10
11
11
11
12
13
19
23
28
28
29
29
30
30
31

32
32
33
34
35
35
37
37

Pertumbuhan Pucuk Setelah Pemangkasan
Jenis Gulma yang Terdapat di Areal Perkebunan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

39
40
42
42
42
43
44

DAFTAR TABEL
1. Topografi tanah Unit Perkebunan Tambi 2012
2. Luas areal lahan dan tata guna lahan Unit Perkebunan
Tambi 2012
3. Produksi dan produktivitas Unit Perkebunan Tambi
Tahun 2007 – 2011
4. Jenis insektisida dan dosis yang digunakan di UP Tambi 2012
5. Jumlah tenaga kerja dan rata-rata kapasitas pemetik
berdasarkan keadaan di lapang dan hasil perhitungan rasio
pemetik di UP Tambi 2012
6. Selisih timbangan kebun dan pabrik Unit Perkebunan
Tambi 2012
7. Analisis pucuk Unit Perkebunan Tambi 2012
8. Rencana luas areal pangkasan setiap tahun pangkas
masing-masing blok kebun di Unit Perkebunan Tambi 2012
9. Rata-rata tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas
Blok Taman dan Blok Pemandangan di Unit Perkebunan Tambi
10. Rata-rata tinggi dan diameter bidang petik Blok Taman
dan Blok Pemandangan di Unit Perkebunan Tambi
11. Jumlah dan persentase pucuk burung di Unit Perkebunan Tambi
12. Jumlah dan persentase cabang rusak saat dilakukan
pemangkasan
13. Jumlah tenaga pemangkas secara teori dan riil di
Blok Taman dan Blok Pemandangan Unit Perkebunan
Tambi 2012
14. Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan usia
15. Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan lama bekerja
16. Kualifikasi tenaga pemangkas berdasarkan tingkat pendidikan
17. Rata-rata tinggi pucuk setelah pemangkasan di Blok Taman
dan Blok Pemandangan Unit Perkebunan Tambi
18. Jenis gulma di Unit Perkenunan Tambi

9
9
10
18

22
24
25
32
33
34
35
36

37
38
38
38
39
41

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pembibitan
Pengendalian gulma
Pemupukan
Alat pemetikan
Penimbangan pucuk teh di areal kebun
Penimbangan pucuk teh di pabrik
Mesin Ayakan
Alat Pangkas
Tanaman Teh setelah pemangkasan

12
14
15
22
23
24
28
33
36

10. Grafik Laju Pertumbuhan Tunas
11. Jenis Gulma

40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Unit
Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Unit Perkebunan
Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten bagian kebun di
Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
4. Peta kebun Unit Perkebunan Tambi Blok Panama dan
Blok Pemandangan
5. Peta kebun Unit Perkebunan Tambi Blok Taman dan
Blok Tanah Hijau
6. Data curah hujan Unit Perkebunan Tambi 2002 - 2011
7. Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi 2012

45
48
49
50
51
52
53

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies,
terutama di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30o sebelah utara maupun
selatan garis khatulistiwa. Selain dikonsumsi sebagai minuman, tanaman teh
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari
Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer dan ditanam
sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F.
Valentijn melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana
Gubernur Jenderal Champyus di Jakarta. Kemudian, pada tahun 1826, tanaman
teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya di Bogor (PPTK 2006).
Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan penting di
Indonesia, yang terbagi menjadi dua macam berdasarkan hasil pengolahannya
yaitu teh hitam dan teh hijau (Pusat Studi Industri dan Perdagangan 1999).
Perbedaan kedua macam teh ini disebabkan karena adanya perbedaan cara
pengolahan dan peralatan yang digunakan. Dalam proses pengolahan teh hitam
dilakukan proses fermentasi (oksidasi enzimatis) yang cukup, sedangkan
pengolahan teh hijau tidak memerlukan proses tersebut.
Produksi teh di Indonesia masih dapat ditingkatkan. Pada tahun 2011,
produksi teh Indonesia mencapai 150 776 ton dan produkstivitas 1 477 kg/ha
dengan luas areal 123 938 ha, sedangkan tahun 2012 angka sementara produksi
teh yaitu 150 949 ton dan produktivitas 1 472 kg/ha dengan luas areal 124 294 ha
(BPS 2012). Dalam rangka peningkatan produksi dan diimbangi dengan kualitas
yang baik, maka perlu diperhatikan teknis dalam pengelolaan perkebunan yaitu
persiapan lahan, pemeliharaan, pemanenan sampai ke bagian pengolahan. Aspek
teknis budidaya yang kurang tepat dan efektif, dapat menurunkan produktivitas
dan kualitas tanaman teh.
Dalam budidaya tanaman teh, pemangkasan merupakan pekerjaan yang
sangat penting. Menurut PPTK 2006, tujuan dari kegiatan pemangkasan yaitu
mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada masa vegetatif,
mengusahakan agar bidang petik tetap rendah sehingga mempermudah dan
mempercepat dalam pengumpulan hasil (panen), merangsang pertumbuhan tunastunas baru yang lebih banyak, memperbaiki bentuk tanaman, dan membuang
cabang-cabang yang tidak dikehendaki yang dapat menghambat pertumbuhan
tunas baru/muda. Hingga saat ini, belum diketahui cara pemangkasan yang paling
baik, karena suatu cara pemangkasan yang baik di kebun yang satu, belum tentu
baik di kebun yang lain (Adisewojo 1982). Apabila hasil produksi suatu
perkebunan semakin meningkat, maka cara pemangkasan yang dilakukan sudah
cukup baik, karena tujuan utama dari pemangkasan itu sendiri yaitu agar tanaman
teh mengeluarkan pucuk lebih banyak dan memudahkan dalam pemungutan hasil.
Pemangkasan yang dilakukan di perkebunan teh biasanya merupakan
pangkasan produksi, dimana jenis pangkasan produksi terdiri atas pangkasan
indung, pangkasan bentuk, pangkasan kepris, pangkasan bersih, pangkasan tengah
bersih, pangkasan ajir, pangkasan dalam dan pangkasan leher akar (PPTK 2006).

2

Keberhasilan dari kegiatan pemangkasan di samping ditentukan oleh waktu, jenis
dan daur pangkasan, serta cara pemangkasan dan keterampilan tenaga pemangkas.
Pemangkasan yang tidak baik, dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman yang
dapat menyebabkan kehilangan hasil. Oleh karena itu, tenaga kerja harus terlatih
dan terampil dalam melakukan kegiatan pemangkasan.
Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk meningkatkan
kemampuan, menambah pengalaman, dan memperluas wawasan mengenai teknik
budidaya tanaman teh dalam proses kerja secara nyata. Tujuan khusus kegiatan
magang ini yaitu mempelajari dan menganalisis aspek pemangkasan tanaman teh,
faktor yang menyebabkan kerusakan cabang saat pemangkasan, serta laju
pertumbuhan tunas.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Teh
Tanaman Teh (Camellia) berasal dari dataran subtropis dengan ketinggian
tempat lebih dari 800 m di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan tanaman
perdu dengan cabang yang banyak, sehingga jika dibiarkan tumbuh tanaman teh
dapat mencapai ketinggian 6 – 9 m. Bagi perusahaan perkebunan teh, tanaman teh
jika dibiarkan tidak akan menghasilkan produksi, sehingga dilakukan
pemangkasan. Pemangkasan dilakukan untuk menjaga agar tanaman teh tetap
dapat menghasilkan pucuk teh yang akan diolah dan mempermudah dalam
melakukan pemetikan/pemungutan pucuk daun teh. Tanaman teh yang berasal
dari stek umumnya dapat dipetik setelah berumur 1,5 – 2 tahun. Pemeliharaan
yang dilakukan dengan baik, tepat dan teratur dapat memberikan hasil pucuk daun
teh yang baik dan berkualitas (Adisewojo 1982).
Tanaman teh memiliki akar tunggang yang panjang, dengan akar cabang
disekelilingnya. Apabila akar tunggang terputus, maka akar cabang akan tumbuh
dan seolah-olah menggantikan akar tunggang (Adisewojo 1982). Akar tanaman
teh cukup peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk menembus
lapisan tanah (Setyamidjaja 2000). Daun teh merupakan daun tunggal yang
letaknya pada tangkai hampir berselingan. Helai daun berbentuk lanset dengan
ujung meruncing dan bertulang daun menyirip. Tepi daun licin dan bergerigi.
Pada bagian bawah daun-daun muda diseliputi bulu-bulu halus yang mengkilat.
Bunga tanaman teh merupakan bunga tunggal yang keluar dari ketiak
daun, mempunyai kelopak sebanyak 5 – 6 helai, berwarna putih dan berbau
harum, serta memiliki benang sari cukup banyak yaitu lebih dari 100 butir. Buah
teh dinamakan buah kotak yang jika telah masak dan kering buah akan pecah,
sehingga biji yang ada di dalamnya jatuh ke luar (Adisewojo 1982). Buah yang
masih muda berwarna hijau, bersel tiga dan berdinding tebal. Warna buah

3

semakin tua, semakin kusam. Biji teh berwarna coklat, memiliki tiga ruang, kulit
buahnya tipis, berbentuk bundar (Setyamidjaja 2000).
Syarat Tumbuh
Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu suhu udara, curah hujan,
sinar matahari, dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara
yang sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 13 – 25 0C,
diikuti sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari
70%. Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 130C dan
di atas 30 0C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006).
Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah
dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per
tahun lebih dari 2 000 mm (Muljanto dan Yudono 1998). Sinar matahari sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh, semakin banyak sinar matahari
yang diterima oleh tanaman teh, maka semakin cepat pertumbuhannya apabila
diikuti pula dengan curah hujan yang cukup. Semakin banyak sinar matahari,
semakin tinggi suhu udara. Oleh karena itu, untuk mengatasi sinar matahari yang
berlebihan, digunakan pohon pelindung (PPTK 2006).
PPTK (2006) menyatakan bahwa ketinggian tempat untuk daerah
pertanaman teh yaitu dari 400 – 2 000 m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu
dataran rendah (< 800 m dpl), dataran sedang (800 – 1 200 m dpl) dan dataran
tinggi (> 1 200 m dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan
ketinggian tempat dan berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah
dataran rendah tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon
pelindung. Komposisi tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk
tanaman teh, sebab biasanya tidak gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982).
Oleh karena itu, hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang
lebih baik dibandingan teh dari dataran rendah.
Tanah yang baik dan sesuai untuk tanaman teh yaitu memenuhi syarat
sebagai berikut yaitu tanah yang subur, gembur dan mengandung bahan organik
yang cukup ; tidak memiliki lapisan cadas yang sulit ditembus oleh akar, dengan
derajat kemasaman (pH) antara 4.5 – 5.6 ; drainase baik dengan kemiringan lahan
< 35% (landai) (PPTK 2006). Jika kemiringan antara 30% - 60%, masih dapat
diupayakan dengan melakukan perlakuan khusus seperti penanaman dalam
barisan lebih rapat dengan pola kontur. Pada umumnya tanah yang baik untuk
pertumbuhan teh terletak di lereng gunung berapi dengan jenis tanah Andosol.
Budidaya Tanaman Teh
Perkembangan teknologi perbanyakan tanaman teh telah mengalami
kemajuan yang sangat cepat. Saat ini tanaman teh dapat diperbanyak secara
vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif yaitu menggunakan biji.
Biji yang akan digunakan sebagai sumber bahan tanam, hendaknya diperoleh dari
kebun biji yang dipelihara secara khusus sebagai penghasil biji. Pemeliharaan
kebun biji yang kurang baik, dapat menurunkan kualitas biji yang dihasilkan.
Selain itu, biji teh yang telah dihasilkan umumnya tidak langsung ditanam, tetapi

4

harus disimpan terlebih dahulu. Perlu diketahui, bahwa biji teh lekas kehilangan
kekuatan tumbuhnya, jika cara menyimpannya tidak benar (Adisewojo 1982).
Ketidakseragaman sifat tanaman hasil perbanyakan dengan biji
mendorong berkembangnya teknologi perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan
stek daun. Perbanyakan dengan cara ini akan menghasilkan tanaman yang
seragam (Ghani 2002). Perbanyakan dengan stek juga merupakan cara yang
paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit di lapangan dalam jumlah banyak
dan diharapkan membawa sifat unggul dari induknya. Stek yang digunakan
didapatkan dari kebun perbanyakan yang dipelihara secara khusus. Ranting stek
(stekres) mulai dapat diambil dari kebun perbanyakan pada empat bulan setelah
dilakukan pemangkasan. Tanda stekres dapat diambil (matang) ialah apabila
pangkal stekres sepanjang ± 10 cm berwarna coklat (PPTK 2006). Stek diambil
dari ranting stek sepanjang ± 1 ruas dan mempunyai 1 helai daun. Stek yang dapat
dipakai adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan
yang berwarna coklat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak
dipakai sebagai stek.
Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang
disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani
(2002), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK
(2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 150
berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan 150 – 300 berjarak tanam 120 cm x
75 cm dan kemiringan lebih dari 300 berjarak tanam 120 cm x 60 cm.
Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk
dipetik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian
gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan,
dan pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar
tanaman teh dapat menghasilkan pucuk teh yang diharapkan. Selanjutnya, setelah
menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakukan pemeliharaan disesuaikan
dengan keadaan tanaman.
Pemangkasan
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon perdu
yang tinggi dan tidak akan menghasilkan pucuk, sehingga salah satu cara agar
tanaman teh tetap berproduksi yaitu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan
merupakan tindakan kultur teknis untuk mempertahankan tanaman tetap dalam
fase vegetatif, sehingga dapat menghasilkan pucuk yang banyak (Johan 2005).
Menurut Adisewojo (1982) dan PPTK (2006), jenis-jenis pangkasan yang
dilakukan pada tanaman teh yaitu pangkasan indung, pangkasan bentuk,
pangkasan kepris, pangkasan bersih, pangkasan ajir, pangkasan tengah bersih,
pangkasan dalam dan pangkasan leher akar.
Pada TBM dilakukan pemangkasan bentuk yang bertujuan untuk
membentuk percabangan dan bidang petik. Kemudian, pada TM dilakukan
pangkasan produksi yaitu pangkasan kepris, pangkasan ajir, pangkasan bersih dan
pangkasan tengah bersih. Jenis pangkasan produksi yang dilakukan dan dipilih,
disesuaikan dengan kondisi dari areal pertanaman teh. Daur pangkasan yang
dilakukan pada areal tanaman teh, dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Semakin

5

tinggi letak kebun dari permukaan laut, makin lambat pertumbuhan tanaman teh,
sehingga makin lama bidang petik menjadi tinggi, berarti daur pangkasan makin
panjang (PPTK 2006).
Pemangkasan menyebabkan tanaman teh kehilangan sebagian cabang dan
daun sehingga proses asimilasi yang akan membentuk bahan makanan juga
berkurang. Di samping itu, pemangkasan juga menyebabkan luka, sehingga untuk
penyembuhan luka dibutuhkan energi yang cukup. Energi tersebut didapatkan dari
cadangan makanan (pati) yang terdapat pada batang dan akar. Johan (2005)
mengatakan bahwa kegiatan pemangkasan menyebabkan cadangan pati hilang
bersama-sama daun pemeliharaan yang dipangkas. Apabila kadar pati dalam akar
kurang dari 12 % saat pemangkasan, maka tanaman teh akan mati, sehingga
dalam hal menentukan tinggi rendahnya pangkasan harus mempertimbangkan
kesehatan tanaman. Tanaman yang sehat akan lebih tahan terhadap pangkasan.
Semakin lemah kondisi tanaman teh, semakin tinggi pangkasan yang dilakukan.
Kekurangan cadangan pati pada saat pemangkasan, dapat menyebabkan
kematian pada tanaman teh, karena cadangan pati merupakan zat yang membantu
menyembuhkan luka pangkasan dan merangsang pertumbuhan tunas baru. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan zat pati dalam tanaman mempunyai peranan
besar terhadap keberhasilan pemangkasan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan magang ini berlangsung selama tiga bulan mulai dari tanggal 13
Februaru 2012 sampai 13 Mei 2012, bertempat di PT Tambi Unit Perkebunan
Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu
penulis bekerja sebagai tenaga kerja harian lepas (KHL) selama tiga minggu.
Kegiatan yang dilakukan antara lain pembibitan, penanaman, pengendalian
gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemangkasan dan pemetikan.
Tahap kedua dilakukan tiga minggu berikutnya yaitu sebagai pendamping
pembimbing (mandor). Salah satu tugas sebagai pendamping pembimbing antara
lain membantu mengawasi para pekerja dan mengerjakan laporan harian.
Tahap ketiga yaitu bekerja sebagai pendamping kepala kebun selama enam
minggu. Salah satu tugas sebagai asisten kebun antara lain mengawasi
pembimbing dalam mengerjakan tugasnya, memeriksa laporan harian dan bulanan
blok kebun dan mempelajari pengelolaan perkebunan. Keseluruhan kegiatan
magang yang dilaksanakan ditulis dalam jurnal harian pada Lampiran 1 – 3.

6

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang diamati dan dikumpulkan dalam kegiatan ini merupakan data
primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari kerja langsung di lapangan,
pengamatan di lapangan, wawancara dan diskusi langsung dengan staf dan
karyawan kebun. Data sekunder yaitu data dan informasi yang mendukung
pelaksanaan magang dan pengamatan yang dilakukan. Data sekunder yang
mendukung antara lain kondisi iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi
tanaman, produksi, struktur organisasi dan manajemen kebun, peraturan/norma
baku serta SOP perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen
kebun, arsip kebun, dan arsip kebun lainnya.
Dalam kegiatan magang ini, dilakukan pengamatan dan pengumpulan data
dari aspek khusus yaitu pemangkasan pada tanaman teh di Perkebunan Teh PT
Tambi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Pengamatan dilakukan
terhadap dua blok kebun. Data masing-masing blok kebun diambil tiga ulangan
yang masing-masing ulangan terdiri dari 15 tanaman contoh. Parameter yang
diamati adalah sebagai berikut :
Pengamatan Sebelum Pemangkasan
1.

2.

3.

Tinggi tanaman / tinggi bidang petik
Ketinggian tanaman diukur dari permukaan tanah hingga puncak bidang petik
pada setiap tanaman contoh (dalam cm).
Diameter bidang petik
Panjang diameter bidang petik diukur memanjang dari arah utara-selatan dan
timur-barat pada setiap tanaman contoh.
DBP
= Diameter utara-selatan (cm) + diameter barat-timur (cm)
2
Persentase pucuk burung
Persentase pucuk burung diukur dengan menghitung jumlah pucuk burung
dan pucuk peko dari pemetikan gendesan pada setiap tanaman contoh.
% pucuk burung = Jumlah pucuk burung x 100%
Jumlah pucuk total

Pengamatan Saat Pemangkasan
1.

2.

3.

Tinggi pangkasan
Tinggi pangkasan yaitu ketinggian bidang pangkasan dari permukaan tanah
sampai ke luka bekas pangkasan pada setiap tanaman contoh (dalam cm).
Diameter bidang pangkas
Diameter bidang pangkas diukur memanjang dari kedua arah yaitu utaraselatan dan timur-barat pada setiap tanaman contoh.
DBP
= Diameter utara-selatan (cm) + diameter timur-barat (cm)
2
Persentase kerusakan akibat pemangkasan
Persentase kerusakan cabang yaitu menghitung jumlah cabang yang rusak/
pecah akibat kesalahan pemangkasan pada setiap tanaman contoh.
% kerusakan
=Σ cabang yang rusak / pecah x 100%
Σ cabang pengkasan total

7

4.
5.
6.
7.

8.

9.

Luas areal pangkasan
Luas areal pelaksanaan pemangkasan diukur dan dicatat (dalam ha).
Tipe / jenis pangkasan
Menganalisis jenis / tipe pangkasan yang dilakukan di perkebunan.
Waktu pemangkasan
Waktu yang tepat untuk dilakukan pemangkasan.
Kebutuhan tenaga kerja pemangkas
Menghitung kebutuhan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam kegiatan pemangkasan per hari.
Σ pemangkas/hari =
Luas areal pangkas (ha)
Hari kerja efektif 1 bulan x kapasitas standar
Keterampilan tenaga pemangkas
Menganalisis beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan tenaga
pemangkas seperti usia, tingkat pendidikan dan lama bekerja.
Alat pangkas
Pengamatan terhadap alat yang digunakan selama pemangkasan berlangsung.

Pengamatan Setelah Pemangkasan
1.

2.

Pertumbuhan pucuk setelah pemangkasan
Mengukur pertumbuhan pucuk pada tanaman yang telah dipangkas dan
menghitung jumlah pucuk yang tumbuh. Pengamatan mulai dilakukan pada
minggu ketiga sampai kedelapan setelah pangkas (MSP).
Jenis gulma dominan
Mengamati jenis gulma yang dominan di areal pertanaman tanaman teh.
Analisis Data dan Informasi

Pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif
terhadap data primer. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mencari rata-rata,
presentase hasil pengamatan dan perhitungan statistik secara sederhana untuk
membandingkan pengamatan primer. Analisis kualitatif dilakukan dengan
mendeskripsikan kondisi kegiatan dan pengamatan penulis.

KEADAAN UMUM

Sejarah PT Perkebunan Tambi
PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang dimiliki Pemerintah Hindia
Belanda sekitar tahun 1865, yang pengelolaannya disewakan kepada pengusaha
swasta yaitu D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan W. D. Jong (Kebun
Tambi dan Bedakah). Pada bulan Maret 1880, seluruh kebun tersebut dibeli oleh
Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole, dan Ed. Yacobson, yang selanjutnya mereka
mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II,
Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, sehingga nama perusahaan diubah menjadi
Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanaman teh pada masa itu banyak diganti

8

dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian dan jarak. Perusahaan tersebut
kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi
pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara
(PPN) berkantor di Surakarta. Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan
militer Hindia Belanda, sehingga kebun dan pabrik dibumihanguskan oleh para
penduduk Indonesia agar tidak dikuasai oleh Belanda. Kemudian, pada tahun
1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan
penyerahan kedaulatan kepada Indonesia.
Perkebunan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Peresmian
perjanjian jual beli perusahaan terjadi pada 26 November 1954, sehingga status
Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari resmi menjadi PT NV Eks Sindoro
Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di Kebun Tanjungsari
yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama mengelola
perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal masingmasing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan
Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13 Agustus 1957
dan pengesahan menteri kehakiman tanggal 18 April 1958 No. JA5/30/25 yang
diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus 1960 Nomor 65.
PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini lebih dikenal PT
Tambi memiliki tiga unit perkebunan beserta kantor unit perkebunan dan satu unit
direksi. Kantor direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya Jalan
Tumenggung Jogonegoro No.39, Wonosobo. Pada tahun 2010 saham PT
Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP).
PT Tambi saat ini sedang mengembangkan potensi keindahan alam perkebunan
sebagai kawasan wisata agro dengan nama Wisata Agro Perkebunan Teh Tambi
(Sumber dari arsip Kantor Kebun Unit Perkebunana Tambi, PT Tambi 2012)
Letak Wilayah Administratif
Unit Perkebunan Tambi (UP Tambi) adalah salah satu unit produksi PT
Perkebunan Tambi berlokasi di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah. UP Tambi terletak 16 km dari kota Wonosobo ke arah
utara dan dekat lereng Gunung Sindoro bagian barat. UP Tambi memiliki
ketinggian tempat antara 1 200 – 2 100 m dpl. UP Tambi memiliki 4 blok yang
letaknya saling terpisah yaitu Blok Pemandangan, Blok Taman, Blok Panama dan
Blok Tanah Hijau. Blok Pemandangan berlokasi di Desa Sigedang, Kec. Kejajar
dengan ketinggian antara 1 500 – 2 100 m dpl. Blok Taman berlokasi di Desa
Tambi, Kec. Kejajar dengan ketinggian antara 1 300 – 1 500 m dpl. Blok Panama
berlokasi di Desa Tlogo, Kec. Garung dengan ketinggian antara 1 250 – 1 500 m
dpl. Blok Tanah Hijau berlokasi di Desa Jengkol, Kec. Garung dengan ketinggian
antara 1 000 – 1 250 m dpl. UP Tambi merupakan perkebunan dataran tinggi. Peta
Unit Perkebunan disajikan dalam Lampiran 4 dan 5.
Keadaan Iklim dan Tanah
UP Tambi memiliki Stasiun Meteorologi Tambi yang terletak di Blok
Taman untuk mengukur curah hujan. Berdasarkan data 10 tahun terakhir (2002 -

9

2011), UP Tambi mempunyai curah hujan antara 2 236 – 4 717 mm per tahun
dengan rata-rata 3 104.4 mm per tahun dan hari hujan berkisar 113 – 238 hari per
tahun dengan rata-rata 162.90 hari per tahun. Tipe iklim menurut Schmidt
Ferguson adalah tipe B. Data curah hujan dapat dilihat dalam Lampiran 6.
Jenis tanah di UP Tambi pada umumnya yaitu tanah Andosol, memiliki
pH 4.5 – 6.5. Topografi areal perkebunan datar hingga berbukit dengan tekstur
tanah lempung. Data topografi tanah UP Tambi tersaji dalam Tabel 1.
Tabel 1 Topografi tanah Unit Perkebunan Tambi 2012
Lereng
Bentuk
Luas (ha)
% Luas
0–8
Datar
13.06
5.00
8 – 15
Landai
125.90
48.20
15 – 25
Berombak
96.90
37.10
25 – 45
Berbukit
25.34
9.70
Total
261.20
100.00
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun
2012, luas keseluruhan UP Tambi adalah 274.07 ha. Luas areal TM yaitu sebesar
238.57 ha dan TBM/replanting yaitu sebesar 8.18 ha, sedangkan sisa keluasan
digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan, pabrik, agrowisata, serta sarana
dan prasarana penunjang. Data luas lahan dan tata guna lahan98 secara lengkap
tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2 Luas areal lahan dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi 2012
Penggunaan
TTM (Tanaman Tua Menghasilkan)
TMM (Tanaman Muda Menghasilkan)
Replanting
Pembibitan
Kebun Perbanyakan
Emplasemen / kantor
Pabrik
Agrowisata
Jalan besar
Alur / jurang
Lapangan
Total

Luas (ha)
63.54
175.03
8.18
0.90
0.60
11.29
1.66
2.05
7.88
2.25
0.69
274.07

Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman teh yang ada di UP Tambi berasal dari klonal dan seedling. Jarak
tanam yang digunakan yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan saat ini dikembangkan

10

mesin petik dengan jarak penanaman tanaman teh yaitu 100 cm x 80 cm dengan
jarak antar dua baris 140 cm sebagai jalan pemetikan dengan mesin. Populasi
tanaman teh rata-rata 10 000 pohon/ha. Jenis klon yang dibudidayakan di UP
Tambi yaitu TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Kiara,
Asam, Cin, Hibrid dan TB Merah.
Produksi basah yang dihasilkan selama lima tahun terakhir (2007 – 2011)
mencapai rata-rata 3 116 782.6 kg/tahun. Pada beberapa waktu yang lalu,
pemasaran teh UP Tambi, tidak hanya lokal dan dalam negeri tetapi juga
melakukan ekspor ke luar negeri. Negara tujuan ekspor antara lain di wilayah
Timur Tengah, Amerika dan Eropa. Seiring dengan berjalannya waktu, terjadi
perubahan pemasaran, saat ini hanya dipasarkan secara lokal dan dalam negeri.
Keluasan UP Tambi tidak berubah dari tahun 2007 hingga 2012. Data produksi
dan produktivitas tahun 2007 - 2011 tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3 Produksi dan produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2007 – 2011
Produksi pucuk
Produktivitas
Tahun
(kg)
(kg/ha/tahun)
2007
3 574 912.0
3 160
2008
3 378 798.0
2 944
2009
2 624 015.0
2 328
2010
2 849 208.0
2 625
2011
3 156 980.0
2 858
Rata-rata
3 116 782.6
2 783
Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, 2012

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
UP Tambi dipimpin oleh seorang Kepala Unit Perkebunan yang secara
langsung membawahi kepala bagian yang terdiri dari kepala bagian kebun, kantor
dan pabrik. Kepala UP diangkat langsung oleh Direksi PT Tambi. Kepala UP
memiliki tugas dan kewajiban untuk memimpin, merencanakan, mengawasi,
mengkoordinasikan dan mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan, baik dari
segi administrasi, kebun, hingga bagian pabrik. Kepala UP bertanggung jawab
langsung kepada direksi. Kepala bagian kantor, kebun dan pabrik memiliki tugas
umum yang sama yaitu bertugas untuk merencanakan, mengatur, mengawasi dan
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan masing-masing bagian.
Kegiatan kantor meliputi administrasi, keuangan, pembukuan,
pengarsipan, ketenagakerjaan dan masalah umum di perkebunan. Kegiatan yang
dilakukan di pabrik yaitu melakukan proses pengolahan, dimulai dari
penimbangan pucuk, pelayuan, penggilingan, oksidasi, pengeringan, sortasi,
pengepakan dan penggudangan. Masing-masing kegiatan dari proses pengolahan,
memiliki pembimbing yang membantu kepala bagian pabrik dalam melakukan
pelaksanaan dan pengawasan. Kegiatan bagian kebun meliputi pengelolaan lahan,
pengelolaan kebun, pembukuan data kebun dan kegiatan spesifik kebun lainnya.
Masing-masing kegiatan memiliki pembimbing untuk membantu Kepala bagian
kebun. Struktur organisasi disertakan dalam Lampiran 7.

11

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan penyediaan bahan tanaman teh. Tujuan
dari pembibitan yaitu mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria
layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru (new planting)
ataupun peremajaan (replanting). Penyediaan bibit tanaman teh dapat berasal dari
biji dan stek. Pembibitan teh asal biji, memerlukan biji yang baik dan tepat agar
menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi. Beberapa kelebihan yang
dimiliki dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji yaitu tanaman asal biji
mempunyai daya adaptabilitas yang luas, mempunyai potensi produksi yang
tinggi dan adanya keanekaragaman perdu yang terjadi secara alami sehingga
mempunyai pengaruh terhadap zat yang terkandung di dalam pucuk. Pembibitan
teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan
bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti
sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan
pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga
kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan
dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan
media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil.
UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan
berada di Blok Panama dengan luas 0.90 ha dan kebun perbanyakan dengan luas
0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu, dengan atap terbuat dari
paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik,
intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah
ke arah timur, dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang
diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik
dan tahan hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP Tambi.
Kebun perbanyakan sebagai tempat untuk menghasilkan bahan stek yang
akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun
kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan
sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan tengah bersih.
Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan ± 4 bulan, antara lain,
penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit yang
bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan.
Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah
dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil
yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g
KCl, 250 g Kieserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil
dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam
difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis 100 – 150 g/m3. Setelah selesai,
media tanam dimasukkan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah
dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang
telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm

12

dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun
berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya
mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu
lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan
ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan
tunas, selama ± 5-10 menit.
Potongan ranting stek yang telah siap ditanam ke dalam polybag dengan
arah daun menghadap sinar matahari, serta dimiringkan dengan tujuan tunas baru
dari ketiak daun akan tumbuh mengarah lurus ke atas. Polybag yang telah berisi
stek disusun di atas bedengan yang telah disiapkan sebagai tempat meletakkan
polybag, dengan lebar bedengan 90 cm dan panjang disesuaikan dengan lokasi,
biasanya ± 10 m. Kemudian masing-masing bedengan disungkup dengan plastik
bersih dibantu dengan bambu sebagai tiang penyangga. Sungkup diusahakan
tertutup rapat dan dapat dibuka setelah 3-4 bulan. Jika kondisi tertentu, misalnya
tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk membersihkan gulma secara manual.
Selama pembibitan, dilakukan kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman air
secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah karena dapat tumbuh gulma dan
jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar drainase tetap baik.
Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam ± 60% – 75%. Bibit
teh siap untuk ditanam setelah berumur ± 1-1.5 tahun dari pembibitan. Bibit yang
masih disungkup dapat dilihat pada Gambar 1.

a.

b.

Gambar 1 Pembibitan : a) lokasi pembibitan; b) bibit dalam sungkup
Penanaman
Tahapan pertama yang dilakukan sebelum penanaman yaitu persiapan
lahan. Tanah diolah sampai kedalaman ± 30 cm, agar pertumbuhan akar mengarah
ke dalam tanah, sehingga akar akan dapat menyerap air dan mineral lebih dalam.
Tanah juga dibersihkan dari sisa-sisa akar dan gulma yang bisa menjadi sumber
hama dan penyakit. Persiapan lahan dilakukan ± 2-3 bulan sebelum penanaman
agar tanah telah matang. Kegiatan persiapan selanjutnya yaitu melakukan
pencangkulan untuk menggemburkan, membalik tanah dan meratakan.
Tahapan kedua dilakukan pengukuran, pematokan dan pengajiran.
Pengajiran dilakukan dengan alat water pass, dimana titik pertama diambil dari
tempat yang telah siap, paling tinggi dan yang paling sulit. Cara kerja dari water
pass yaitu mengikuti kontur dari lahan, titik awal akan menjadi titik patokan untuk
barisan berikutnya. Alat bantu pengukuran lubang tanam yaitu menggunakan
caplak dengan jarak tanam 75 cm x 120 cm, sedangkan penanaman untuk mesin

13

petik memiliki jarak tanam yang berbeda yaitu 80 cm x 100 cm dan jarak antar
dua barisan tanaman 140 cm yang digunakan sebagai jalanan untuk mesin petik.
Tahap ketiga yaitu pembuatan lubang tanam yang dilakukan 1 – 2 minggu
sebelum tanam, dengan besar lubang tanam 20 cm x 20 cm x 40 cm. Kemudian
selanjutnya, dilakukan penanaman bibit yang telah di seleksi. Kriteria bibit yang
siap tanam yaitu umur bibit minimal 1 tahun, tinggi bibit ± 25 – 30 cm, jumlah
daun minimal 5 lembar berwarna hijau tua, tidak ada gejala-gejala hama maupun
penyakit, perakaran tunggang yang baik dan tidak ada pembengkakan kalus, serta
kenampakan visual bibit sehat, kekar, jagur dan tidak rontok.
Pada saat penanaman, untuk memacu pertumbuhan maka perlu diberikan
pupuk dasar yang dicampurkan dengan tanah yang berasal dari pembuatan lubang
tanam. Kemudian tanah tersebut dimasukkan kembali untuk menutup lubang
tanam yang telah berisi bibit tanaman teh. Cara penanaman bibit asal stek yaitu
pertama, membuka polybag secara perlahan agar tidak merusak akar tanaman dan
menghindari retaknya tanah dalam polybag. Kedua, bibit dimasukkan ke dalam
lubang tanam dengan lurus dan lubang tanam ditutup dengan tanah yang telah
dicampurkan pupuk dasar. Tanah disekitar bibit dipadatkan dengan menggunakan
tangan, bukan dengan diinjak, kemudian tanah diratakan.
Tahapan berikutnya yaitu pembuatan lubang tadah hujan secara selang
seling pada baris tanaman teh. Semakin miring lahan penanaman, maka semakin
banyak lubang tadah yang dibuat. Selanjutnya, melakukan penanaman tanaman
pelindung sementara dan tetap, untuk mendukung pertumbuhan tanaman teh.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman teh dimaksudkan agar tanaman teh dapat tumbuh
dengan baik, sehat dan kesuburannya terjaga, sehingga menghasilkan produksi
yang stabil dan maksimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman teh meliputi
pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan,
gosok lumut, porokan, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah, pengendalian
hama dan penyakit, serta pemeliharaan tanaman pelindung.
Pembentukan bidang petik. Pembentukan bidang petik adalah perlakuan
teknis terhadap TBM untuk membentuk perdu dengan percabangan ideal,
sehingga dapat menghasilakan pertumbuhan pucuk yang baik dan relatif cepat.
Pembentukan bidang petik di UP Tambi dilaksanakan dengan cara centering.
Tujuan dari centering yaitu untuk membuat bidang petik yang lebih luas dan ideal
agar dapat menghasilkan pucuk yang relatif cepat dan banyak. Centering I
dilakukan pada saat tanaman telah berumur 3 – 4 bulan di lapangan yaitu
dipangkas setinggi ± 15 – 20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50 – 60 cm yaitu kira-kira 7 – 9
bulan setelah pangkasan pertama dan telah memiliki batang yang kuat tumbuh ke
atas, maka dilakukan pemotongan (centering II) dengan ketinggian 30 cm untuk
memacu pertumbuhan ke samping. Selanjutnya, setelah 3 – 4 bulan saat
percabangan baru telah tumbuh setinggi 60 – 70 cm, dilakukan pemangkasan
selektif setinggi 45 cm dan tunas-tunas yang tumbuh setelahnya dibiarkan sampai
akhirnya siap dipetik jendangan dengan ketinggian tanaman 60 – 65 cm.
Kegiatan centering ini harus dilakukan secara hati-hati dan selektif.
Kondisi dari tanaman sangat mempengaruhi keberhasilan dari centering. Alat
untuk centering juga harus dipersiapkan dengan benar yaitu gunting centering.

14

Luka dari centering diperkirakan halus, sehingga tidak memberikan pelukaan
yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi sakit. Keuntungan pembuatan bidang
petik dengan cara centering yaitu lebih mudah untuk dilakukan dan biaya yang
relatif murah, sedangkan kelemahan dari cara ini yaitu biaya pemeliharaan tinggi,
perakaran dapat mengalami gangguan, dan dibutuhkan tenaga ahli.
Pengendalian gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada
tempatnya dan kehadirannya tidak dikehendaki bagi tanaman yang sedang
dibudidayakan. Tujuan dari pengendalian gulma adalah menekan kerugian yang
dapat ditimbulkan dengan kehadiran gulma tersebut. Kegiatan pengendalian
gulma ini perlu dilakukan menjelang pemupukan dan gulma tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai mulsa serta penambah unsur hara.
Pengendalian gulma yang dilaksanakan di UP Tambi yaitu dengan cara
manual/mekanis (manual weeding) dan kimia (chemical weeding). Pengaplikasian
yang dilakukan yaitu secara manual satu kali dan secara kimia dua kali atau secara
manual dua kali dan secara kimia satu kali selama satu tahun untuk masingmasing blok. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan dan jenis gulma yang ada
di areal tanaman teh. Pengendalian manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman teh dengan tangan, parang atau kored. Pengendalian secara
manual lebih dikenal dengan nama babad bokor. Pengendalian gulma secara
manual harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai tanaman teh.
Pengendalian secara kimia yaitu mengendalikan gulma dengan
menggunakan herbisida, dapat berupa herbisida kontak dan sistemik. Jenis
herbisida sistemik yang digunakan UP Tambi yaitu Bio up, Roundup dan Rambo,
sedangkan herbisida kontak yang digunakan yaitu Paracol dan Noxon. Dosis yang
digunakan yaitu untuk Bio up 1.25 l/ha , Roundup 1.5 l/ha , dan Rambo 3 l/ha,
sedangkan untuk dosis herbisida kontak yaitu Paracol 1 l/ha dan Noxon 1.5 l/ha,
pada setiap pengaplikasian. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma
secara kimia yaitu hand sprayer dan power sprayer. Alat tambahan lainnya yaitu
drum air, mesin diesel, selang, ember dan pengaduk herbisida.
Kegiatan pengendalian gulma dilakukan pada pagi hari dan cara
penyemprotannya yaitu menyemprot di bawah daun pemeliharaan. Penyemprotan
dilakukan dari areal yang paling sulit dan paling banyak gulma. Aplikasi
penyemprotan gulma ini perlu dilakukan secara hati-hati terutama untuk
menghindari terjadinya kontak herbisida dengan tanaman teh, sehingga perlu
dilakukan pengawasan dengan baik. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat
dalam Gambar 2.

a.

b.

Gambar 2 Pengendalian gulma : a) pencampuran obat; b) penyemprotan

15

Pemupukan. Pemupukan menjadi salah satu kegiatan penting dalam
budidaya tanaman, karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan
berupa unsur hara dan mineral, begitu pula dengan tanaman teh. Unsur hara
sesungguhnya ada di dalam tanah, tetapi ketersediaannya semakin lama semakin
berkurang karena pemakaian dan penyerapan oleh tanaman. Unsur hara dalam
tanah juga dapat berkurang karena proses pencucian air hujan dan penguapan,
sehingga perlu dilakukan pemupukan untuk menambah ketersediaan unsur hara.
Pemupukan bertujuan memenuhi kebutuhan tanaman teh akan unsur-unsur
hara, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman teh semakin meningkat.
Pelaksanaan pemupukan harus dilakukan dengan 4 tepat, yaitu tepat dosis, tepat
cara, tepat waktu dan tepat jenis. Pemupukan di UP Tambi dilaksanakan dalam
dua cara yaitu pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan
lewat tanah dilaksanakan dalam dua semester, yaitu semester I pada bulan
Februari – April dan semester II pada bulan Oktober – November.
Pemupukan lewat tanah dilakukan dengan menebar pupuk yang telah
dicampur ke dalam lubang pupuk yang telah dibuat. Pupuk diberikan antar 2 baris
tanaman yaitu setiap dua tanaman teh, diberi satu lubang pupuk dengan
kedalaman ± 10 cm dan jarak lubang dengan tanaman ± 20 cm dari tajuk. Areal
tanaman teh yang akan dipupuk, harus terbebas dari gulma agar tidak terjadi
kompetisi unsur hara antara tanaman teh dengan gulma. Pembersihan gulma
dilakukan satu minggu sebelum pemupukan.
Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan lewat tanah yaitu Urea
(46% N), SP-36 (36% P2O5), KCl (60% K2O) dan Kieserit (27% MgO) dengan
perbandingan 5 : 1 : 2 : 0.5. Jumlah pupuk yang digunakan di Unit Perkebunan
Tambi rata-rata yaitu Urea 426 kg/ha/tahun, SP-36 136 kg/ha/tahun, KCl