Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di pt perkebunan rumpun sari kemuning Karanganyar, Jawa Tengah

(1)

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN

RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR,

JAWA TENGAH

MARTINI AJI

A24070083

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

MARTINI AJI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis

(L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah, selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja di lapang. Metode yang digunakan adalah kerja aktif dengan mengikuti kegiatan–kegiatan yang dilakukan di kebun, serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Metode kerja aktif dilakukan dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan dengan melakukan kegiatan teknis budidaya sampai pengolahan hasil; sebagai pendamping mandor selama satu bulan dengan kegiatan melakukan pengawasan terhadap kinerja KHL; dan sebagai pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan dengan kegiatan mempelajari pengelolaan kebun mulai dari perencanaan sampai pengevaluasian pelaksanaan kegiatan.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk memudahkan pemetikan. Pemangkasan merupakan salah satu rangkaian pemeliharaan tanaman yang cukup penting untuk dilakukan. Pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih dengan standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari kemuning sekitar 55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang.

Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning menggunakan sabit pangkas. Sabit yang digunakan tajam agar meminimalisir kerusakan cabang. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan sudut kemiringan 45o. Gilir pangkas yang ditetapkan di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 3-4 tahun. Luas areal yang dipangkas sekitar 30% per tahun dari


(3)

total luas areal TM yang terbagi dalam dua semester, tetapi dalam pelakasanaannya target belum sepenuhnya tercapai. Tenaga pemangkas yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan. Prestasi kerja tenaga pemangkas Kebun Rumpun Sari Kemuning lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan kebun.

Produksi utama tanaman teh adalah pucuk. Pertumbuhan tunas dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kesuburan tanah, suhu, dan intensitas penyinaran. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tunas serta memperbaiki kondisi tanaman. Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan di antara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah.


(4)

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN

RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR,

JAWA TENGAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Martini Aji

A24070083

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(5)

Judul

:

PENGELOLAAN

PEMANGKASAN

TANAMAN

TEH (

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI PT

PERKEBUNAN

RUMPUN

SARI

KEMUNING

KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Nama :

MARTINI AJI

NIM

:

A24070083

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Supijatno, MSi NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003


(6)

Penulis dilahirkan di kota Kudus, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 6 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putri dari Bapak Aji Prasetyo dan Ibu Sumarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD Muhammadiyah Pasuruhan Lor pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri I Kudus dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan ke SMA Negeri I Kudus dan lulus pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Pada tahun 2010 hingga 2011 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Agronomi.


(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT atas rahmat dan karunia–Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1).

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan dukungan yang tulus baik moril maupun materiil.

2. Ir. Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik.

4. Dosen-dosen pengajar IPB yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan yang menunjang dalam pembuatan skripsi ini.

5. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di Kebun Rumpun Sari Kemuning.

6. Administrasi manajer PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar beserta staf, atas bimbingan, arahan, dan pengalaman selama pelaksanaan kegiatan magang.

7. Qori, Ami, Ira, Ima, Alfia, Anggie, rekan-rekan Departemen Agronomi dan Hortikultura Angkatan 44, serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan dukungan. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2011


(8)

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani Tanaman Teh ... 3

Syarat Tumbuh ... 3

Pemangkasan ... 4

METODE MAGANG ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Metode Pelaksanaan ... 7

Pengumpulan Data... 7

Pengolahan Data ... 10

KEADAAN UMUM ... 11

Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 11

Letak Geografis dan Administratif ... 12

Keadaan Iklim dan Jenis Tanah ... 13

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 14

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 18

Aspek Teknis ... 18

Pemeliharaan ... 18

Pemetikan... 29

Pengolahan ... 32

Aspek Manajerial... 38

Mandor Pemeliharaan ... 38

Mandor Panen ... 39

Mandor Pabrik ... 39

Asisten Kebun ... 39

PEMBAHASAN ... 41

Waktu Pangkas ... 41

Gilir Pangkas... 41

Tinggi dan Diameter Tanaman ... 42


(9)

Tingkat Produksi ... 43

Luas Areal Pemangkasan ... 44

Alat Pangkas ... 45

Jenis Pangkasan ... 46

Tinggi Pangkasan ... 47

Tenaga Pemangkas ... 47

Pertumbuhan Tunas ... 49

Pengelolaan Sisa Pangkasan ... 50

PENUTUP ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(10)

Nomor Halaman

1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2011 ...14

2. Komposisi Klon Tanaman Teh di PT Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2011 ...14

3. Produksi dan Produktivitas Teh di PT Rumpun Sari

Kemuning tahun 2008-2010 ...15

4. Jumlah Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Kemuning

Tahun 2011...17

5. Tinggi dan Diameter Hasil Pangkasan di Tiga Blok

Kebun Rumpun Sari Kemuning ...20

6. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan

pada Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning ...21

7. Persentase Pucuk Burung Dua Blok di Kebun Rumpun

Sari Kemuning ...21

8. Gilir Pangkas Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari

Kemuning ...22

9. Kapasitas Kerja Pemangkas Perkebunan Rumpun Sari

Kemuning ...23

10. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang

Berdasarkan Lama Kerja Pemangkas...23

11. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang

Berdasarkan Usia Pemangkas ...24

12. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemangkas ... 24

13. Serasah Sisa Pangkasan Tiga Blok di Kebun Rumpun

Sari Kemuning ...25

14. Luas Areal Pemangkasan di Kebun Rumpun Sari

Kemuning Tahun 1998-2010 ...45

15. Perbandingan Persentase Kerusakan Cabang pada


(11)

16. Realisasi Pelaksanaan Pemangkasan di Tiga Blok PT


(12)

Nomor Halaman

1. Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning ... 22

2. Serangan Tungau Jingga ... 26

3. Serangan Empoasca sp. ... 26

4. Serangan Ulat Penggulung Pucuk ... 27

5. Serangan Thrips (tengah) ... 27

6. Serangan Cacar Teh... 28

7. Pelaksanaan Penyemprotan HPT di PT Rumpun Sari Kemuning .. 29

8. Pelaksanaan Pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning ... 32

9. Proses Pelayuan ... 33

10. Press Roll ... 34

11. Endless Chain Presser (ECP) ... 35

12. Rotary Dryer ... 35

13. Ball Tea ... 36

14. Produksi Basah Pucuk Teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning ... 44

15. Sabit Pangkas ... 46

16. Pangkasan Bersih ... 47

17. Pertumbuhan Tunas Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning ... 50


(13)

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian di PT

Rumpun Sari Kemuning ... 57

2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT

Rumpun Sari Kemuning ... 58

3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kebun

di PT Rumpun Sari Kemuning ... 59

4. Peta Kebun PT Rumpun Sari Kemuning ... 61

5. Data Curah Hujan Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun

2001-2010 ... 62

6. Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Kemuning ... 63

7. Produksi Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2008-2010 .. 64

8. Rencana dan Realisasi Pemangkasan Kebun Rumpun Sari


(14)

Latar Belakang

Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang juga diusahakan di wilayah Indonesia. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah yang berbatasan dengan China, India, dan Burma. Meskipun tanaman ini kalah bersaing dengan produk tanaman perkebunan lain, tetapi tanaman teh juga menjadi salah satu penyumbang bagi devisa negara non-migas pada sektor perkebunan.

Luas areal perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 127 712 ha, yang terdiri dari 47.40% perkebunan rakyat, 30.49% perkebunan besar negara, dan 22.14% perkebunan besar swasta. Luas areal sementara pada tahun 2009 mencapai 127 411 ha, sedangkan estimasi tahun 2010 seluas 127 384 ha dengan masih didominasi perkebunan rakyat. Produksi teh Indonesia tahun 2008 mencapai 153 971 ton dengan produktivitas 1 206 kg/ha, produksi sementara tahun 2009 mencapai 151 520 ton dengan produktivitas 1 187 kg/ha, dan estimasi produksi tahun 2010 sebesar 149 764 ton dengan produktivitas 1 176 kg/ha. Ekspor teh Indonesia mencapai 96 209 ton dengan nilai US$ 158 958 pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009).

Daun teh muda mengandung Catechin dan Caffein. Unsur kimia inilah yang menjadikan teh sebagai minuman yang dapat menyehatkan apabila diminum secara rutin dan teratur. Prospek industri teh di pasar dunia semakin cerah dengan

digalakkannya back to nature terhadap konsumsi makanan dan minuman di berbagai negara Asia dan Eropa (Bina UKM, 2010). Potensi pasar ekspor yang

terbuka luas ini tidak berarti hanya diperoleh Indonesia saja, tetapi juga beberapa negara produsen teh dunia lainnya seperti India, Sri Lanka, dan Kenya. Menurut data FAO (2009), pada tahun 2008 Indonesia menempati peringkat ke tujuh negara produsen teh setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam. Untuk itu, Indonesia harus aktif mencari peluang ekspor dengan menembus pasar baru yang potensial seperti Negara-negara Timur Tengah dan Mesir. Produsen teh harus meningkatkan produktivitas dan mempertahankan mutu agar dapat bersaing dengan produsen teh dunia yang ada.


(15)

Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif haruslah dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin panjang masa vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula masa produksi tanaman. Pemangkasan dapat dilakukan untuk mempertahankan fase vegetatif tersebut.

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan tanaman teh dengan menjadikan bidang petik rendah untuk memudahkan pemetikan. Pemangkasan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Ada beberapa tujuan pemangkasan, antara lain untuk membentuk bidang petik seluas mungkin guna merangsang pertumbuhan tunas–tunas baru, sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak. Selain itu, juga dapat menyehatkan tanaman dengan membuang bagian– bagian yang sudah rusak, baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari aspek pengelolaan pemangkasan tanaman teh yang dilaksanakan di kebun, baik secara teknis maupun manajerial, meningkatkan keterampilan kerja, dan memperoleh pengalaman kerja di lapangan.


(16)

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia yang berasal dari famili Theaceae. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Cina, India, dan Burma (Siswoputranto, 1978). Ada dua varietas utama tanaman teh, Camellia sinensis var sinensis dan Camellia sinensis var assamica. Camellia sinensis var sinensis berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok. Varietas tersebut adalah yang pertama ditanam di Indonesia. Batang Camellia sinensis var sinensis jika dibiarkan tumbuh bisa mencapai tinggi 3–8 m. Daun–daunnya lebih kecil dibandingkan dengan daun Camellia sinensis var assamica, berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak tumpul. Hasil daun tidak terlalu tinggi, tetapi kualitasnya baik. Camellia sinensis var assamica bersal dari India, batangnya lebih tinggi dan besar dibandingkan Camellia sinensis var sinensis, dan jika dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12-20 m. Daunnya lebar, berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan berwarna hijau tua mengkilap, hasilnya banyak, dan kualitasnya baik (Adisewojo, 1982).

Bunga teh termasuk bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari (anther) kuning bersel kembar berukuran 2-3 mm ke-atas. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Awalnya buah berwarna mengkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Biji teh berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, serta berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio, akar, dan tunas (Setyamidjaja, 2000).

Syarat Tumbuh

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman ini dapat


(17)

tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 200-2 000 m dpl. Pada daerah-daerah dataran rendah umumnya tanaman teh kurang memberi hasil yang baik. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman teh tidak tahan kekeringan dan menuntut curah hujan minimal 1 200 mm yang merata sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Suhu udara yang baik untuk tanaman teh yaitu suhu harian yang berkisar antara 13-25 oC dengan kelembaban minimum 70% (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Pemangkasan

Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang sangat tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Bidang petik tanaman teh haruslah rendah untuk memudahkan pemetikan. Perdu dengan bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan. Pemangkasan antara lain bertujuan untuk membuang cabang– cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan tanaman dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya pengendalian hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tinggi pangkasan pada daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60-70 cm, pada daerah dataran sedang (800-1 200 dpl) 50-60 cm, sedangkan pada daerah dataran tinggi (> 1 200 dpl) 50-60 cm. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm (Ditjenbun, 2010).

Waktu Pemangkasan

Ada dua pengertian tentang waktu pemangkasan, yaitu gilir pangkas dan jadwal kebun untuk melakukan pemangkasan dalam satu tahun. Pemangkasan dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor yang optimum. Menurut Sukasman (1988), waktu


(18)

pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Mei-Juni (akhir musim hujan) dan bulan Oktober-November (menjelang musim hujan).

Gilir Pangkas

Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Panjang pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain letak ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan sebelumnya (Setyamidjaja, 2000). Daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini terjadi apabila produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu sama dengan produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu. Gilir pangkas yang tepat untuk suatu kebun tertentu belum tentu tepat untuk kebun yang lain (Suwardi, 1991).

Jenis Pemangkasan

Tinggi pangkasan pada kebun produktif (TM) umumnya berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk akan menjadi rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan, sedangkan apabila lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Tipe-tipe pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul, dan bersih (PPTK Gambung, 2009).

Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting, dan dilakukan pada ketinggian 60-70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengahnya

agak rendah (“ngamangkok”) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran > 1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada ketinggian 45-60 cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan ketinggian 45-60 cm, dengan meninggalkan dua cabang yang berdaun di sisi


(19)

perdu (ajir atau jambul) dengan jumlah daun 50-100 lembar, dan dilaksanakan menjelang pemetikan jendangan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Kriteria Saat Pangkas

Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila tanaman terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (PPTK Gambung, 2009). Kriteria pemangkasan antara lain produksi telah menurun, tinggi bidang petik > 120 cm, persentase pucuk dorman > 70% , dan kandungan pati akar > 13%.

Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan dorman sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Kadar pati di akar cukup tinggi saat persentase pucuk burung tinggi, karena pada saat ini tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesis di dalam akar. Semakin tinggi persentase pucuk burung menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk dipetik menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk mendapatkan fotosintat.

Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang telah mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan makanan (pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-tunas baru. Pati umumnya terdapat dalam akar, cabang, dan ranting. Cadangan zat pati dalam akar yang rendah (< 12%) menyebabkan tanaman teh akan mati apabila dipangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).


(20)

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilakukan dengan bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping kepala bagian kebun (asisten kebun) selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan dapat bersifat fleksibel sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di kebun. Selama pelaksanaan magang juga dilakukan pengambilan data baik primer maupun sekunder.

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL (Lampiran 1) adalah melaksanakan kegiatan teknis budidaya meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, dan pengolahan hasil. Kegiatan sebagai pendamping mandor (Lampiran 2) yaitu melakukan pengawasan pelaksanaan kerja KHL. Kegiatan sebagai pendamping kepala bagian kebun (Lampiran 3) adalah mempelajari cara mengelola kebun mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, serta evaluasi dalam pengelolaan kebun.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan lapang selama mengikuti pelaksanaan kegiatan di kebun dengan aspek pemangkasan serta hasil wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan dan staf, sedangkan data sekunder didapat dari hasil laporan atau arsip kebun. Data sekunder yang diperlukan berupa data mingguan dan bulanan, meliputi luas areal, topografi, organisasi dan manajemen kebun, luas pangkasan per tahun, serta kebutuhan tenaga.


(21)

Pengamatan lapangan dilakukan pada 10 tanaman contoh dengan enam kali ulangan. Data hasil pengamatan lapang difokuskan pada kegiatan pemangkasan dengan beberapa parameter yang diamati, yaitu:

a. Pengamatan Sebelum Pemangkasan

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai ke pucuk tanaman.

2. Diameter Bidang Petik

Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang petik masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan:

Diameter Bidang Petik =

3. Persentase Pucuk Burung

Pengamatan dilakukan dengan menghitung pucuk burung dan pucuk peko, kemudian dihitung persentase pucuk burung dengan rumus:

% Pucuk Burung =

Perhitungan dilakukan pada tanaman dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang berada di atas bidang petik dalam lingkaran tersebut dihitung jumlahnya.

b. Pengamatan pada Saat Pemangkasan

1. Luas Areal Pangkasan

Pengamatan dilakukan berdasarkan realisasi luas pangkasan yang riil dilakukan di kebun.

2. Tinggi Pangkasan

Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan.


(22)

3. Diameter Bidang Pangkas

Pengukuran dilakukan pada kedua arah bidang pangkas masing–masing tanaman contoh yaitu utara–selatan dan timur–barat kemudian dirata–rata. Rumus yang digunakan:

Diameter Bidang Pangkas =

4. Serasah Hasil Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang serasah sisa pangkasan. 5. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel beberapa orang tenaga kerja, masing-masing tenaga diamati 10 tanaman yang dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak dengan menggunakan rumus:

% Kerusakan =

6. Komposisi Batang

Pengamatan dilakukan dengan menghitung keragaman diameter batang pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang berdiameter > 2 cm dan < 2 cm.

7. Kebutuhan Tenaga Pangkas per Hari

Pehitungan dilakukan berdasarkan jumlah tenaga pangkas riil dengan menghitung secara langsung maupun wawancara dengan mandor. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus:

∑ Pemangkas =

Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari)

Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas

8. Jenis Pangkasan

Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung pada saat pemangkasan atau wawancara dengan pembimbing kebun.


(23)

c. Pengamatan Setelah Pemangkasan

Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pertumbuhan tunas. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai pangkal tunas sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali mulai 2 minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga hingga 4 minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh yang diambil secara acak dengan 5 tunas per tanaman. Pengamatan juga dilakukan dengan menghitung jumlah tunas yang tingginya 15 cm pada tanaman yang belum dilakukan pemetikan jendangan pertama.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t–student dengan taraf nyata 5%. Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerusakan cabang akibat pemangkasan berdasarkan keterampilan tenaga kerja. Rumus yang digunakan yaitu:

t–student =

dengan Sp =

keterangan:

= rata–rata hasil pengamatan kriteria 1 dan2 = ragam contoh Kriteria 1 dan 2

= jumlah pengamatan kriteria 1 dan 2 Sp = simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila

thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas


(24)

Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan teh hijau yang berlokasi di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning ini sebelumnya merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda yang dulu bernama NV. Cultur Maatshcapij Kemuning. Kepemilikan tanah selama masa penjajahan diatur dalam Undang-Undang Agraria Belanda pasal 62 tahun 1870 yang memutuskan bahwa pada tanggal 11 April 1925 pemerintah Belanda memberika Hak Guna Usaha (HGU) selama 50 tahun kepada Johan De John dan Vanmender Voor di Den Haag, Belanda. Lahan HGU seluas 1 051 ha yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso (812 172 ha) dan di Kecamatan Jenawi (238 828 ha) tersebut ditanami kopi dan teh. Pengelolaan tanaman perkebunan tersebut dilimpahkan pada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.

Tahun 1942-1945, setelah penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, pengelolaan perusahaan diambil alih oleh pemerintah Jepang sampai tahun 1945. Pada masa tersebut tanaman tidak terawat dan perusahaan tidak menghasilkan keuntungan komersial sehingga lahannya ditanami palawija dan jarak oleh masyarakat setempat.

Pada tahun 1945 Jepang kalah dalam perang, sehingga kepemilikan perkebunan dikelola oleh Keraton Mangkunegaran Surakarta yang dipimpin oleh Ir. Sarsito sampai tahun 1948. Tahun 1948-1950 perkebunan teh dikelola oleh Pemerintah Militer Republik Indonesia dan hasilnya digunakan untuk membiayai perang.

Perkebunan NV. Cultur Maatshcapij diserahkan kembali kepada pemiliknya yang berlangsung tanggal 19 Mei 1950 samapai 30 Desember 1052, bersamaan dengan adanya Perjanjian Meja Bundar. HGU Perusahaan Perkebunan Kemuning kemudian dicabut dari NV. Cultur Maatshcapij berdasarkan Undang-undang No. 3/52/RI tanggal 1 Januari 1953. Karyawan dari Perusahaan Perkebunan Kemuning membentuk koperasi secara intern yang bernama


(25)

“Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning”. Koperasi ini dibubarkan pada

tahun 1965 karena para pengurusnya banyak yang terlibat G 30 S/PKI dan Perkebunan Kemuning untuk sementara diambil alih oleh Kodam IV Diponegoro.

PT Rumpun dibentuk pada tanggal 3 November 1971 dengan adanya SK

Mendagri No. 17/HGU/NIA/1971 di bawah Yayasan Rumpun Diponegoro. Pada tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua yaitu:

1. PT Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, randu, dan cengkeh yang terdiri atas beberapa kebun, antara lain:

a. Kebun Carui/Kebun Darmo Kradenan di Purwokerto

b. Kebun Samudra di Banyumas

c. Kebun Carui/Rejidadi di Cilacap d. Kebun Jati di Semarang

e. Kebun Sluwak di Pati

2. PT Rumpun Teh dengan komoditi kopi dan teh yang terdiri atas tiga kebun, yaitu:

a. Kebun Kemuning di Karanganyar, Surakarta

b. Kebun Medini di kendal

c. Kebun Kaligintung di Semarang

PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra Agro Niaga pada tanggal 1 April 1990. Pengelolaan manajerialnya diserahkan kepada PT Astra Agro Niaga yang sekarang dikenal dengan nama PT Astra Agro Lestari, sedangkan PT Rumpun, yang kemudian namanya diganti menjadi PT Rumpun Sari Kemuning, mengendalikan produksinya. Pada tanggal 1 Mei 2004 terjadi pemindahan kepemilikan saham dari PT Astra Agro Lestari ke PT Sumber Abadi Tirtasentosa (SAT) hingga saat ini.

Letak Geografis dan Administratif

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perkebunan teh yang dikelola PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. PT Rumpun Sari Kemuning berada di sebelah barat Lereng Gunung Lawu, ± 40 km dari stasiun


(26)

Balapan Surakarta dan ± 8 km dari Tawangmangu. PT Rumpun Sari Kemuning terletak 7.4o-7.6o LS dan 11.1o-11.25o BT dengan ketinggian 700-1 300 m dpl.

Batas-batas wilayah perkebunan teh Rumpun Sari Kemuning yaitu sebelah timur dengan Perhutani Gunung Lawu daerah hutan Waranata, sebelah barat dengan perkebunan karet PTPN XVII, sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi, dan sebelah selatan dengan Desa Nggadungan, Kecamatan Ngargoyoso. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki kantor pusat di Jalan Pemuda No. 145 Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilannya terletak di Jalan Podang Raya Blok OR-1 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Peta lokasi Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Jenis Tanah

Jenis tanah di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah latosol dan andosol dengan pH rata-rata 6.4 di Afdeling OA dan 5.15 di afdeling OB. Iklim tropis dengan curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir (2001 – 2010) 3 649 mm per tahun dengan 151 hari hujan per tahun. Suhu rata-rata di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning 23oC dengan kelembaban rata-rata 89%. Kebun Rumpun Sari Kemuning memiliki tipe iklim B menurut Schmidth-Ferguson dengan rata-rata bulan basah 8.2, bulan lembab 1.1, dan bulan kering 2.7. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas total areal perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 437.82 ha. Luas areal terbagi dalam lahan produktif dan non-produktif. Lahan produktif merupakan areal tanaman teh, albizia, dan lahan cadangan. Lahan non-produktif meliputi jalan, jurang, makam, parit/sungai, implasemen, dan lahan yang tidak bisa ditanami. Lahan yang digunakan untuk areal tanaman teh dibagi menjadi dua afdeling yaitu Afdeling OA yang terdiri atas 13 blok dan Afdeling OB terdiri atas 14 blok. Luas areal dan tata guna lahan PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.


(27)

Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011

Penggunaan Areal Luas Areal (ha)

Afdeling OA Afdeling OB

Areal tanaman teh 207.12 176.58

Albizia 6.48 15.31

Jalan 6.22 4.47

Jurang 0.84 3.51

Makam 0.19 0.35

Parit/sungai 0.75 6.45

Implasemen 0 4.34

Lahan cadangan 0.03 0.44

Lahan yang tidak bisa ditanami 0.63 4.11

Total 222.26 215.56

Sumber : Arsip Kantor

Keadaan Tanaman dan Produksi

Teh yang ditanam di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning sebagian besar merupakan tanaman yang berasal dari stek. Klon yang ditanam adalah TRI 2025, CIN 143, dan Gambung. Klon yang banyak ditanam adalah TRI 2025. Tanaman teh yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning merupakan tanaman menghasilkan yang berumur 17-20 tahun. Komposisi masing-masing klon dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Klon Tanaman Teh di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011 Afdeling Luas Tanam (ha) Klon (ha) Jumlah Pohon Populasi (pohon/ha) TRI 2025 CIN

143 Gambung

OA 207.12 196.12 8 3 2 345 198 11 323

OB 176.58 176.58 0 0 1 925 138 10 902

Total 383.70 372.70 8 3 4 270 336

Rata-rata 11 129

Sumber : Arsip Kantor

Produksi rata-rata pucuk teh yang dihasilkan PT Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2008-2010 adalah 3 969 ton pucuk basah dan 882 ton pucuk kering dengan produktivitas rata-rata 2 284 kg/ha. Produktivitas PT Rumpun Sari


(28)

Kemuning lebih tinggi dibandingkan produktivitas nasional sebesar 1 206 kg/ha dan produktivitas perkrbunan besar swasta yaitu 1 309 kg/ha pada tahun 2008 (Ditjenbun, 2009). Produksi dan Produktivitas PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2008-2010 tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Teh di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2008-2010 Tahun Luas Areal (ha) Produksi (kg) Produktivitas (kg/ha) Rendemen (%)

Basah Kering

2008 391.97 3 912 125 869 085 2 217 22.22

2009 383.70 3 894 935 866 237 2 258 22.24

2010 383.70 4 102 126 911 783 2 376 22.23

Total 11 909 186 2 647 105 6 851 66.68

Rata-rata 3 969 729 882 368 2 284 22.23

Sumber : Arsip Kantor

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur wewenang dan kegiatan pengaturan kerja agar tujuan organisasi dapat tercapai. Pengaturan kebijakan dan kontrol menejemen berada pada direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. PT Rumpun Sari kemuning dikepalai oleh seorang administratur yang membawahi kepala tanaman, asisten tanaman, kepala pabrik, kepala tata usaha, dan Koordinator HPT. Struktur organisasi PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 6.

PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh seorang administratur yang mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan dalam bidang tanaman, pengolahan, dan administrasi perusahaan. Administratur diangkat, diberhentikan, dan bertanggung jawab langsung kepada direksi. Administratur dibantu oleh kepala tanaman, asisten tanaman, kepala pabrik, dan kepala tata usaha dalam melaksanakan tugasnya.

Kepala tata usaha bertanggung jawab terhadap pekerjaan di kantor kebun dan anggaran biaya kebun dengan melakukan pengecekan bersama administratur. Kepala tata usaha bertugas membuat laporan konsolidasi dari semua kegiatan berdasarkan realisasi dan rencana yang ditetapkan. Kepala tata usaha menjalankan


(29)

tugas dengan dibantu oleh bagian personalia, bagian umum, bagian keuangan, dan bagian tanaman.

Pelaksanaan kegiatan bagian tanaman yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning berada di bawah tanggung jawab kepala tanaman dan asisten tanaman. Kepala tanaman dan asisten tanaman bertugas mengelola dan mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan di kebun baik teknis maupun administrasi sesuai dengan kebijakan administratur sehingga kualitas dan kuantitas produksi tercapai. Asisten tanaman juga bertugas mengevaluasi pekerja di lapangan dan mengontrol kerja mandor.

Kapala pabrik mempertanggungjawabkan segala bentuk tanggung jawab yang diberikan berdasarkan SOP dan rencana kerja bulanan serta berkoordinasi dengan pihak kebun tentang hal-hal yang berhubungan dengan subtansi kerja pabrik, sepeti panen, transportasi, infrastruktur, dan lain-lain. Kepala pabrik berkoordinasi dengan administratur dalam hal yang berhubungan dengan koordinasi head office. Kepala pabrik melaksanakan tugas dengan dibantu oleh kerani pabrik, mandor pengolahan, mandor sortasi, mandor timbang, mandor pengepakan, kerani timbang, dan laboran.

Ketenagakerjaan

Penggolongan tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning terdiri atas staf, bulanan lokal, pekerja harian tetap (PHT), dan pekerja harian lepas (PHL). Karyawan staf terdiri dari administratur, kepala pabrik, kepala tata usaha, kepala tanaman, dan asisten tanaman. Karyawan bulanan lokal terdiri atas tenaga administrasi, mandor, bagian analisa, tenaga mekanik, supir, dan sebagian satpam. Karyawan PHT meliputi tenaga pengolahan, sortasi, dan pengepakan, serta sebagian satpam, sedangkan karyawan PHL meliputi tenaga panen, tenaga HPT, dan tenaga rawat. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 4.

Hari kerja karyawan yang berlaku di PT Rumpun Sari Kemuning umumnya 6 hari dengan lama kerja 7 jam per hari. Jam kerja bagi karyawan kebun adalah 5 jam per hari, untuk tenaga panen berlaku 7 hari kerja dengan lama


(30)

jam kerja 6 jam. Pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam per hari ,seperti yang dilakukan di pabrik, diberlakukan shift kerja yang dibagi dalam tiga shift.

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2011

Status Departemen Total

Umum Tanaman Pabrik

Staf 1 4 1 6

Bulanan lokal 10 23 13 46

PHT 1 0 51 52

PHL 7 536 16 559

Jumlah 19 563 81 663


(31)

Aspek Teknis

Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi dengan menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah dalam lingkungan pertumbuhan tanaman agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan meliputi pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit, serta pemangkasan. Kegiatan tersebut juga dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning agar produksi pucuk bisa optimal.

Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning diberikan melalui akar dan daun. Pemupukan dilakukan dengan sistem gang dan tuntas per blok. Pemupukan dilaksanakan tiga priode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil analisa daun dan tanah yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kadar unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui apabila terdapat kekurangan suatu unsur.

Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP dengan kandungan unsur N dan K. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman.

Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg per ha.

Pupuk daun ini diberikan untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman. Pupuk daun diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 l per tangki.

Pemupukan dilakukan pada pagi hari. Pupuk diangkut menggunakan truk dari gudang ke areal yang akan dipupuk. Pencampuran pupuk langsung di blok


(32)

yang akan dipupuk. Tenaga kerja untuk pemupukan dibagi dalam tiga pekerjaan yaitu sebagai pencampur, pelangsir, dan penabur pupuk. Pendistribusian pupuk oleh tenaga pelangsir untuk mempercepat para penabur pupuk agar kegiatan pemupukan berjalan lebih efektif.

Pencampuran pupuk biasanya dikerjakan oleh laki-laki dan kemudian langsung memasukkan pupuk ke dalam karung untuk diangkat oleh para pelangsir. Tenaga langsir biasanya juga dilakukan laki-laki, tetapi terkadang juga dilakukan oleh tenaga wanita jika jumlah penabur sudah banyak. Penabur pupuk dikerjakan oleh tenaga wanita. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemupukan antara lain ember, terpal, sekop, dan karung.

Pemupukan dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai selesai. Standar

kebutuhan tenaga pemupukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 1.5 HK per ha, dalam pelaksanaan sebagai karyawan harian lepas, prestasi kerja

yang diperoleh penulis adalah 0.013 ha.

Pengendalian gulma. Jenis gulma dominan yang terdapat di Kebun

Rumpun Sari Kemuning yaitu gulma berdaun lebar dan rumput. Gulma yang ditemukan antara lain, Melastoma malabathricum (sengganen), Clidemia hirta (harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh), Rubus rosaefolius (gucen), Comellina difusa (tali sahit), Mikania micrantha, dan Imperata cylindrica (alang-alang). Pengendalian gulma-gulma tersebut dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian secara manual meliputi pembabadan dan pendongkelan. Pembabadan dilakukan pada gulma lunak, sedangkan pendongkelan dilakukan pada gulma berkayu. Alat yang digunakan para tenaga antara lain sabit dan batu asah. Standar prestasi kerja yang ditetapkan di PT Rumpun Sari Kemuning untuk pengendalian gulma manual adalah 10 HK per ha. Pada saat bekerja menjadi karyawan harian lepas, prestasi kerja penulis rata-rata 0.01 ha sedangkan prestasi kerja karyawan 0.4 ha. Pelaksanaan pengendalian gulma manual ini dilakukan mulai pukul 06.30 WIB sampai pukul 12.00 WIB.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida purna tumbuh sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat, dengan dosis 1.5 l/ha dan konsentrasi 4 ml/l air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat


(33)

kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat 3-5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat konsentrasi, untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi penyemprotan dilakukan dua kali dalam setahun. Standar HK yang digunakan adalah 2 HK per ha. Prestasi kerja yang berhasil dicapai penulis adalah 0.01 ha, sedangkan karyawan 2.4 ha. Pelaksanaan penyemprotan dimulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB.

Pemangkasan. Pangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah pangkasan bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas rata tetapi bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok). Pangkasan dilakukan dengan membuang cabang, ranting, dan daun sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja. Standar tinggi pangkasan yang digunakan PT Rumpun Sari Kemuning sekitar 55-65 cm dengan sistem pemangkasan berjenjang. Hasil pengamatan tinggi dan diameter pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tinggi dan Diameter Hasil Pangkasan di Tiga Blok Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Pangkasan Umur Pangkas

(bulan)

Tinggi Pangkasan (cm) Diameter (cm)

Pengamatan Standar

A15 5 kali 46 56.68 60 52.69

B04 6 kali 42 59.62 65 58.77

B05 6 kali 59 63.67 65 69.67

Rata-rata 59.99 63 60.38

Sumber : Hasil Pengamatan Langsung

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dilaksanakan pemangkasan antara lain tinggi tanaman, diameter bidang petik, persentase pucuk burung, dan kondisi tanaman. Pada umumnya, semakin tua umur pangkasan tanaman teh semakin tinggi pula tinggi tanaman, diameter bidang petik, dan persentase pucuk burung. Penulis melakukan pengamatan terhadap tinggi dan diameter tanaman, serta persentase pucuk burung pada tiga blok yang akan dipangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning yang dilakukan pemangksan.


(34)

Tabel 6 merupakan hasil pengamatan lapangan tinggi dan diameter tanaman yang dilakukan pada tanaman teh sebelum dilakukan pemangkasan. Pengamatan dilakukan selama enam hari pada 10 tanaman contoh setiap harinya. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata tinggi bidang petik sebelum pemangkasan lebih kecil dibandingkan dengan standar, dengan diameter tanaman rata-rata 120.84 cm.

Tabel 6. Tinggi dan Diameter Bidang Petik Sebelum Pemangkasan pada Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Umur Pangkas (bulan) n Tinggi Tanaman (cm) Diameter

(cm) Pengamatan Standar

B04 42 6 108.45 120 124.61

B05 59 6 124.73 120 117.06

Rata-rata 116.59 120.84

Sumber : Hasil Pengamatan Langsung Ket : n = Ulangan

Tabel 7 merupakan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pucuk burung pada tanaman yang akan mengalami pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per hari selama enam hari. Rata-rata persentase pucuk burung pada dua blok tidak berbeda nyata, sehingga dapat dikatakan perbedaan umur pangkas pada Blok B04 dan B05 tidak berpengaruh terhadap persentase pucuk burung.

Tabel 7. Persentase Pucuk Burung Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Umur Pangkasan (bulan) Pucuk Burung (%)

B04 42 74.3 tn)

B05 47 76.2 tn)

Rata-rata 75.25

Sumber : Hasil Pengamatan Langsung

Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Gilir pangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar 3-4 tahun. Luas areal yang dipangkas sekitar 30% per tahun dari total luas areal TM dan dibagi dalam dua semester. Waktu pangkas semester I pada bulan Februari sampai Juni (60-75% target setahun) dan semester II bulan September sampai November


(35)

(25-40 % target setahun). Gilir pangkas terakhir pada Blok A15, B04, B05 Kebun Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Gilir Pangkas Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Areal (ha) Luas

Waktu Pemangkasan

Sebelumnya

Waktu Pangkas

Berikutnya Gilir

Pangkas

Rencana Realisasi

A15 14.87 Mei-07 Jan-11 Feb-11 45 Bulan

B04 14.15 Nov-07 Jun-11 Mei-11 42 Bulan

B05 16.05 Mei-07 Mar-11 Apr-11 47 Bulan

Sumber : Arsip Kantor

Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning menggunakan sabit pangkas. Luka pangkasan menghadap ke arah dalam dengan sudut kemiringan 45o. Kerusakan cabang akan mengakibatkan pertumbuhan tunas baru pada cabang tersebut terhambat. Oleh karena itu, sabit yang digunakan harus tajam sehingga meminimalisir kerusakan cabang akibat pemangkasan tersebut. Pelaksanaan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemangkasan di PT Rumpun Sari Kemuning

Tenaga pemangkas yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning bersifat borongan. Standar prestasi kerja tenaga pemangkas yang ditetapkan Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 0.0008 ha. Kapasitas kerja tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning seperti pada Tabel 9.


(36)

Tabel 9. Kapasitas Kerja Pemangkas Perkebunan Rumpun Sari Kemuning

Blok Luas Pangkasan (ha) Hari Kerja (HK) Prestasi Kerja (ha/HK)

Rencana Realisasi Standar Riil

A15 9.87 247 129 0.04 0.08

B04 14.15 354 168 0.04 0.08

B05 6.05 151 109 0.04 0.06

Rata-rata 0.04 0.07

Sumber : Arsip Kantor

Keterampilan tenaga pemangkas dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain lama kerja, usia, dan tingkat pendidikan pemangkas. Pengamatan dilakukan juga dengan melihat hasil kerja pemangkas yang dikelompokkan berdasarkan kriteria tersebut.

Tabel 10 menunjukkan hasil pengamatan kerusakan cabang berdasarkan lama kerja pemangkas. Pengambilan contoh pengamatan terhadap keterampilan pemangkas berdasarkan lama kerja dilakukan terhadap 10 orang yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama yaitu para pemangkas yang telah

bekerja sebagai tenaga pangkas selama ≥ 10 tahun, dan kelompok kedua < 10 tahun. Masing-masing pemangkas diambil 10 tanaman contoh. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa lama kerja tidak berpengaruh terhadap besarnya kerusakan cabang hasil pemangkasan yang dilakuakan oleh pemangkas.

Tabel 10. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Lama Kerja Pemangkas

Lama kerja ∑ Tenaga

Pemangkas % Kerusakan

Komposisi Cabang (%)

≥ 2 cm < 2 cm

≥ 10 tahun 5 12.65 tn) 28.92 tn) 71.08 tn)

< 10 tahun 5 14.94 tn) 22.62 tn) 77.58 tn)

Sumber: Hasil Pengamatan Langsung

Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil pengamatan terhadap kerusakan cabang hasil pangkasan oleh pemangkas berdasarkan usia pemangkas seperti pada Tabel 11. Pengamatan dilakukan pada 10 orang tenaga pemangkas yang dikelompokkan menjadi

pemangkas yang berusia ≥ 50 tahun dan < 50 tahun. Usia para pemangkas


(37)

Tabel 11. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Usia Pemangkas

Usia ∑ Tenaga

Pemangkas % Kerusakan

Komposisi Cabang (%)

≥ 2 cm < 2 cm

≥ 50 tahun 5 13.13 tn) 29.09 tn) 70.91 tn)

< 50 tahun 5 11.05 tn) 18.26 tn) 81.88 tn)

Sumber: Hasil Pengamatan Langsung

Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning sebagian hanya lulusan sekolah dasar (SD), namun ada juga beberapa yang menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan sebagian lagi tidak menyelesaikan pendidikan di tingkat SD. Pada pengamata keterampilan tenaga pemangkas berdasarkan latar belakang pendidikan diambil dua kelompok yaitu tenaga yang lulus SD dan tidak lulus SD. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 tenaga dan masing-masing tenaga diambil 10 tanaman contoh. Persentase kerusakan dan komposisi batang berdasarkan tingkat pendidikan tenaga pemangkas hasil pengamatan lapang tercantum pada Tabel 12. Hasil pengamatan terlihat bahwa tingkat pendidikan tenaga tidak memberikan pengaruh terhadap persentase kerusakan dan komposisi batang hasil pangkasan.

Tabel 12. Persentase Kerusakan dan Komposisi Cabang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemangkas

Pendidikan ∑ Tenaga

Pemangkas % Kerusakan

Komposisi Cabang (%)

≥ 2 cm < 2 cm

SD 5 11.93 tn) 25.43 tn) 74.57 tn)

TTSD 5 17.35 tn) 28.11 tn) 71.89 tn)

Sumber: Hasil Pengamatan Langsung

Ket : tn) = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Serasah hasil sisa pangkasan diletakkan diantara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah. Serasah sisa pangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning pada blok A15, B04, dan B05 tercantum pada Tabel 13. Semakin banyak Serasah hasil pangkasan, maka penambahan bahan organik tanah untuk kebun juga semakin tinggi. Serasah sisa pangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning rata-rata mencapai 24 160 kg per ha. Pada Tabel 12 terlihat bahwa Serasah sisa pangkasan blok A15 lebih tinggi dibandingkan blok b04, padahal luas areal pangkasan blok B04 lebih luas. Hal ini mungkin dikarenakan umur


(38)

pangkas blok A15 lebih tua dibandingkan blok B05, jadi secara umum tanamannya lebih besar sehingga jumlah serasah pengkasannya pun lebih banyak.

Tabel 13. Serasah Sisa Pangkasan Tiga Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning

Blok Luas Areal Pangkas (ha) Serasah Pangkasan (kg/ha)

A15 9.87 25 125

B04 14.15 24 230

B05 6.05 23 125

Rata-rata 24 160

Sumber : Hasil Pengamatan Langsung

Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang di Kebun Rumpun Sari Kemuning antara lain tungau jingga, Empoasca sp., ulat penggulung, dan Thrips, sedangkan penyakit yang menyerang yaitu cacar teh. Pengendalian dilakukan untuk mengurangi dan menekan pertumbuhan populasi hama dan penyakit tersebut samapai batas ambang ekonomi sehingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Pengendalian dilakukan oleh tim hama dan penyakit dengan cara menyemprot tanaman menggunakan insektisida.

Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) pada Gambar 2 merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman teh yang dapat menyebabkan daun menjadi berwarna kemerah-merahan dan kering kemudian rontok sehingga tinggal ranting-ranting perdu teh. Serangan hama ini biasanya dikenal dengan nama mithe. Pada awal serangan terdapat bercak-bercak kecil pada pangkal daun dan membentuk koloni pada pangkal daun sekitar petiolus. Hama ini menyerang tanaman sepanjang tahun dan semakin meningkat apabila kondisi memungkinkan pada musim kemarau. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan memangkas ringan atau berat perdu teh yang diserang, pengendalian gulma yang bisa menjadi inang tungau tersebut, penggunaan musuh alami seperti Ambyiseius, atau dengan menggunakan insektisida.


(39)

Gambar 2. Serangan Tungau Jingga

Empoasca sp. merupakan hama yang paling banyak menyerang tanaman teh di Kebun Rumpun Sari Kemuning dibandingkan hama lainnya. Empoasca sp. Sebenarnya merupakan hama utama pada kapas, namun sekarang hama ini juga banyak menyerang tanaman teh. Serangan ringan hama ini menyebabkan daun menjadi klorosis (perubahan warna menjadi coklat tua) yang kemudian pinggiran daun sebagian mengeriting. Pada serangan berat sebagian besar daun muda berwarna kuning kusam, mengeriting dan sebagian terjadi kematian pinggiran daun. Biasanya ditemukan banyak serangga baik yang dalam fase nimfa maupun dewasa. Penyebaran hama ini cukup cepat karena dapat terbang dari satu tanaman ke tanaman lain, selain itu juga karena terbawa angin, terbawa oleh alat petik dan pakaian pemetik, serta dari gulma yang menjadi inang. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pada perdu yang terserang dan areal sekitarnya. Gejala serangan Empoasca sp. terlihat seperti Gambar 3.

Gambar 3. Serangan Empoasca sp.

Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyebabkan pucuk daun teh menggulung sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Ulat ini menyerang tanaman sepanjang tahun terutama pada pucuk tanaman teh yang baru tumbuh.


(40)

Pengendalian hama ini dilakukan dengan pemetikan pucuk yang terserang atau bisa juga menggunakan musuh alami seperti Apanteles. Serangan ulat penggulung pucuk terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Serangan Ulat Penggulung Pucuk

Hama lain yang juga banyak menyerang di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah Thrips. Thrips menyerang pada bagian tangkai daun muda yang mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhannya tidak normal. Kerusakan hama ini dapat menurunkan hasil sebesar 30-60%. Thrips akan berkembang sangat cepat apabila suhu di sekitar tanaman meningkat. Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Alfametrin atau Alfasipermetrin. Serangan Thrips terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Serangan Thrips (tengah)

Penyakit cacar teh (Blister blight) seperti pada Gambar 6 merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan karena dapat menurunkan produksi, baik kualitas maupun kuantitas, hingga mencapai 50%. Penyakit ini menyerang pada daun dan ranting yang masih muda. Penyakit cacar teh disebabkan oleh jamur


(41)

Exobasidium vexan Massee melalui spora yang diterbangkan oleh angin maupun terbawa oleh manusia. Awalnya terbentuk bintik kecil yang kemudian menjadi bercak, lama-kelamaan bercak tersebut semakin membesar dan menonjol membentuk spora. Pusat bercak menjadi coklat dan akhirnya mati. Bercak terlepas sehingga terbentuk lubang. Spora akan berkembang dengan pesat apabila kelembaban udara relatif tinggi dan sinar matahari kurang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah ketinggian kebun serta sifat tanaman itu sendiri. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida.

Gambar 6. Serangan Cacar Teh

Pendeteksian dini (Early Warning System) terhadap serangan hama dan penyakit perlu dilakukan untuk mengetahui persentase serangan yang terjadi di kebun. Pelaksanaan deteksi dengan mengambil contoh tiga tanaman secara acak dalam tiap patok, sehingga dalam luasan 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati serangannya. Adanya deteksi tersebut akan diketahui Intensitas Serangan (IS) dan Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

IS (%) =

LS (ha) = IS (%) × Luas blok

Pendeteksian dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan hama dan penyakit. Kategori serangan dibedakan menjadi ringan, sedang, dan berat, untuk hama Empoasca sp. dan ulat penggulung pucuk masuk dalam kategori ringan apabila IS < 5%, sedang apabila IS 5-15%, dan berat apabila > 15%. Kategori serangan tungau jingga dikatakan rendah apabila IS < 10%, sedang apabila IS 10-20 %, dan berat apabila IS > 20%.


(42)

Pendeteksian ini akan mempermudah pengendalian yang akan dilakukan. Penyemprotan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit ini menggunakan alat mistblower yang memiliki kapasitas 14 l. Pestisida yang digunakan antara lain dari insektisida dengan bahan aktif Imidakloprid untuk mengendalikan Empoasca sp. dan pestisida dengan bahan aktif Bifentrin untuk mengendalikan tungau jingga. Tenaga kerja dibagi dalam tiga tugas, yaitu sebagai penyemprot, pelangsir, dan pencampur. Standar prestasi kerja yang ditetapkan kebun Rumpun Sari Kemuning adalah 2 HK/ha. Prestasi kerja yang mampu dicapai penulis adalah 2 tangki mistblower. Pelaksanaan penyemprotan dimulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan penyemprotan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pelaksanaan Penyemprotan HPT di PT Rumpun Sari Kemuning

Pemetikan

Pemetikan merupakan pengambilan pucuk teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi sebagai upaya untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan sebisa mungkin tidak merusak tanaman agar pertumbuhan pucuk selanjutnya menghasilkan kualitas yang baik. Keadaaan daun pemeliharaan perlu diperhatikan agar tunas yang akan muncul tumbuh dengan baik.

Jenis pemetikan. Pemetikan dilakukan setelah perdu dipangkas sampai periode pangkas berikutnya. Pemetikan yang dilakukan selama masa satu gilir pangkas antara lain pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan gendesan. Pemetikan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah jendangan dan pemetikan produksi.


(43)

Pemetikan jendangan merupakan pemetikan awal yang dilakukan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan sekitar tiga bulan setelah dilakukan pemangkasan. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup sehingga diharapkan akan menghasilkan potensi pucuk yang tinggi. Pemetikan jendangan akan menentukan produksi dikemudian hari sampai pangkasan selanjutnya. Apabila terjadi kesalahan dalam pemetikan jendangan akan berdampak pada kerusakan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi. Pemetikan dilakukan pada tunas yang memiliki ketinggian lebih dari 15 cm dari luka pangkasan. Alat yang digunakan yaitu salib, ani-ani, keranjang dan waring. Salib digunakan untuk mengetahui pucuk yang telah siap untuk dipetik serta untuk membantu menyesuaikan bidang petik dengan topografi tanah. Ani-ani digunakan agar kerusakan akibat pemetikan tidak terlalu parah dan tidak merusak bidang petik, sedangkan keranjang dan waring digunakan untuk menampung hasil pucuk.

Pemetikan produksi merupakan pemetikan setelah jendangan. Pemetikan produksi merupakan pemetikan biasa yang dilakukan terus-menerus dengan gilir petik tertentu sampai dilakukan pemangkasan kembali. Pemetikan dilakukan pada pucuk yang sudah manjing atau memenuhi syarat, termasuk pucuk burung yang berada di atas bidang petik.

Jenis petikan.Jenis petikan antara lain petikan halus, medium, kasar dan

petikan kepel. Petikan halus merupakan petikan pucuk peko dengan satu atau dua daun muda, ataupun petikan pucuk burung dengan satu daun muda (p+1m, p+2m, b+1m). Petikan medium yaitu pucuk peko yang dipetik dengan 2-3 daun muda, ataupun pucuk burung yang dipetik dengan 1-3 daun muda (p+2, p+3m, b+1, b+2m, b+3m). Petikan kasar bila yang dipetik pucuk peko dengan tiga daun atau lebih, ataupun pucuk burung dengan 1-3 daun tua (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t). Petikan kepel apabila yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel. Jenis petikan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah petikan medium. Sebagian besar perkebunan teh di Indonesia juga menggunakan petikan medium.

Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik merupakan jangka waktu antara pemetikan ke pemetikan berikutnya di tempat yang sama, yang dinyatakan dalam


(44)

hitungan hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh pucuk. Pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian tempat serta iklim. Gilir petik yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah ± 10 hari. Gilir petik bisa meningkat apabila pucuk belum siap untuk dipanen.

Hanca petik merupakan wilayah dalam suatu blok yang akan dipetik dalam satu hari. Ada dua sistem hanca, yaitu hanca tetap dan hanca giring. Hanca tetap dimana pemetik bertanggung jawab terhadap wilayah petiknya masing-masing, sedangkan hanca giring dimana para pemetik digiring dan diarahkan oleh mandor. Pengaturan hanca petik ini berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun dan gilir petik. Semakin pendek gilir petik, semakin luas hanca petikan, begitu pula sebaliknya. Penerapan hanca petik yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Kemuning adalah sistem hanca giring.

Pelaksanaan pemetikan. Pemetikan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dimulai sekitar pukul 06.00 WIB. Wilayah atau lokasi petik ditentukan oleh mandor. Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh dari jalan atau tempat penimbangan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengangkutan pucuk ke truk. Sistem yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Kemuning yaitu sistem nyisir. Pada sistem ini sekelompok pemetik yang dipimpin oleh mandor berjajar seperti sisir bergerak ke depan searah barisan tanaman. Sistem ini dapat mempermudah pengawasan oleh mandor dan juga meminimalisir pucuk yang terlewat untuk dipetik.

Bobot pucuk yang mampu dipetik oleh pemanen dalam satu hari kerja biasanya dikenal dengan kapasitas pemetik. Kapasitas pemetik di Kebun Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 40-60 kg per hari, sedangkan kapasitas petik penulis 5 kg per hari. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi cuaca, kondisi pucuk, keterampilan pemetik dan topografi tanah.

Hasil pucuk ditimbang untuk mengetahui perolehan masing-masing pemetik. Penimbangan di Kebun Rumpun Sari Kemuning dilakukan dua kali, pada jam 09.30 WIB dan 12.30 WIB. Penimbangan dilakukan oleh kerani timbang dan dicatat oleh mandor petik serta disaksikan oleh para pemetik. Kegiatan pemetikan di Kebun Rumpun Sari Kemuning seperti pada Gambar 8.


(45)

Gambar 8. Pelaksanaan Pemetikan di PT Rumpun Sari Kemuning

Analisis pucuk. Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan bagian muda, bagian tua, dan rusak. Pucuk dianggap rusak jika daun terlihat sobek, terlipat, atau terperam. Analisis ini dinyatakan dalam persentase. Analisis yang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan oleh satu orang tenaga. Pucuk yang dianalisis merupakan hasil pucuk yang baru tiba di pabrik. Pengambilan pucuk sebanyak 200 g dari setiap kemandoran. Pucuk dibedakan menjadi pucuk halus, kasar. dan rusak. Pengujian pucuk halus dan pucuk kasar

dengan mematahkan batang pucuk, apabila batang berbunyi „klik‟ maka bagian

atas merupakan pucuk halus dan bagian bawah pucuk kasar. Hasil setiap kriteria tersebut ditimbang dan dipersentasekan. Pucuk dikatakan memenuhi syarat jika persentase pucuk halus mencapai 40% dan dikatakan tidak memenuhi syarat bila persentase pucuk kasar dan rusak sebesar 60%. Analisis pucuk ini berfungsi untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk dan memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan.

Pengolahan

Pengolahan teh merupakan metode atau perlakuan yang diterapkan pada pucuk teh yang melibatkan beberapa tahapan hingga menjadi jenis teh yang diharapkan. Produk teh kering yang dibuat oleh PT Rumpun Sari Kemuning adalah teh hijau. Hasil produksi teh di PT Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada Lampiran 7. Proses pengolahan pucuk menjadi teh hijau dengan tahapan sebagai berikut: pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi, dan pengepakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan teh adalah alat dan lingkungan kerja harus bersih. Proses pembuatan teh hijau yaitu dengan menghentikan proses oksidasi dengan menggunakan panas.


(46)

Pelayuan. Pelayuan merupakan proses awal dalam produksi teh, oleh

karena itu pelayuan menjadi kunci utama keberhasilan proses selanjutnya. Proses pelayuan pucuk teh yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning menggunakan alat yang disebut Rotary Panner (RP). Pucuk basah dilayukan melalui Hong yang berputar secara terus-menerus. Kapasitas mesin pelayuan 350 kg per jam pucuk basah per unit. Putaran alat 45 rpm dan suhu yang digunakan 90oC-100oC. Mesin pelayuan yang dimiliki PT Rumpun Sari Kemuning ada dua unit. Gambar 9 menunjukkan proses pelayuan yang berlangsung di PT Rumpun Sari Kemuning.

Gambar 9. Proses Pelayuan

Pucuk dihamparkan sebelum masuk ke dalam mesin pelayuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sirkulasi pucuk teh sebelum diolah. Pucuk masuk ke conveyor melalui tempat pengisian (feed hopper) diratakan dengan leaf spreader agar pucuk yang masuk mesin tidak menggumpal. Blower dipasang diatas conveyor untuk meniupkan udara ke dalam silinder. Pelayuan pucuk sekitar 5-7 menit. Pucuk yang dihasilkan adalah pucuk layu dengan warna hijau dan lentur atau lemas dengan kadar air ± 70%. Aroma teh yang ditimbulkan harum dan tidak ada air yang keluar apabila diremas. Kerataan tingkat layu teh sangat menentukan kualitas teh.

Penggilingan. Pucuk dari Rotary Panner masuk ke dalam Press Roll (PR). Press Roll (Gambar 10), atau yang biasa disebut jackson merupakan alat penggilingan yang berfungsi untuk membentuk daun teh menjadi gulungan-gulungan kecil. Proses penggilingan ini akan menyebabkan daun mengeluarkan semacam cairan yang berfungsi sebagai perekat daun yang menggulung. Sebelum masuk ke dalam jackson, pucuk didinginkan dan ditimbang sesuai kapasitas alat.


(47)

Alat tersebut memiliki kapasitas hingga 80 kg. Putaran jackson 25 rpm selama 10-15 menit. Kapasitas yang dimiliki mesin 400 kg per jam.

Gambar 10. Press Roll

Alat penggiling ini juga dilengkapi dengan alat pengepres. Pengepres biasanya digunakan bila kondisi pucuk kurang baik misalnya banyak pucuk tua. Fungsi dari jackson adalah untuk mememarkan, menggulung, mengecilkan, dan meratakan daun teh sehingga nantinya akan terbentuk senyawa atau aroma teh dengan mutu baik. Setelah penggilingan, besar kemungkinan pucuk mengalami fermentasi. Oleh karena itu, pucuk harus segera dimasukkan ke alat pengeringan awal begitu proses penggilingan selesai dan tidak didiamkan. Hasil gilingan yang baik adalah daun tidak menjadi bubuk dan tidak ada air yang menetes dari alat. Bentuk gulungan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku serta tingkat kelayuan pucuk.

Pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air menjadi

3-5% sehingga meningkatkan daya simpan teh dan membantu menyempurnakan bentuk gulungan teh. Pengeringan yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu, pengeringan awal dengan Endless Chain Presser (ECP), Repeat Dryer dan Ball Tea.

Endless Chain Presser (ECP) atau Belong atau pengeringan awal merupakan alat untuk mengurangi kadar air pucuk hingga 40-45%. Hasil dari gilingan Press Roll dimasukkan ke dalam ECP dengan menaruh bahan di atas trys-trys yang berjalan. Bahan yang masuk diratakan dengan ketebalan ± 4 cm.


(48)

Alat pengering ini terdiri dari empat tingkatan bak pengering yang berbeda kadar panasnya, semakin ke bagian bawah, maka panasnya semakin menurun. Pengeringan awal menggunakan suhu 110oC-135oC. Panas yang digunakan adalah uap panas murni. Alat tersebut memiliki kapasitas 300-350 kg per jam. Mesin ECP (Gambar 11) yang dimiliki PT Rumpun Sari Kemuning berjumlah dua unit.

Gambar 11. Endless Chain Presser (ECP)

Rotary Dryer seperti pada Gambar 12 merupakan alat pengeringan yang gunanya sebagai pemanas lanjutan dari bahan yang keluar dari ECP. Bahan yang masuk ke Rotary Dryer sesuai dengan kapasitas alat yakni 100 kg per unit yang setara dengan satu troli. Alat ini menurunkan kadar air teh hingga 30%. Pengeringan dengan Rotary Dryer selama 30-40 menit. Suhu yang digunakan berkisar 85oC-70oC dengan putaran 25-30 rpm.

Gambar 12. Rotary Dryer

Ball tea merupakan alat pengeringan akhir dari bahan atau pucuk teh sehingga didapatkan pucuk teh kering dengan kadar air ± 3%. Bahan yang dihasilkan dari Rotary Dryer masuk ke Ball Tea sesuai dengan kapasitas alatnya.


(49)

Ball Tea jumbo kapasitas per unitnya 500-700 kg bahan kering, sedangkan untuk Ball Tea ukuran kecil kapasitas 250 kg bahan per unitnya. Ball Tea dioperasikan dengan putaran 16 rpm dan suhu pengeringan 125oC-175oC secara bertahap dan dilakukan selama 8-12 jam. Fungsi Ball Tea terutama untuk proses penggulungan bahan sehingga didapatkan mutu teh yang baik. Pemanasan menggunakan uap panas murni sehingga tidak ada bau asap karena dapat mempengaruhi aroma teh. Lama pengeringan juga tergantung dari kondisi bahan. Mesin Ball Tea ini juga digunakan untuk pemolesan teh kering yang sudah jadi agar lebih mengkilap dan memiliki gulungan yang sempurna. Alat Ball Tea seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. Ball Tea

Sortasi. Sortasi teh kering dilakukan dengan mesin untuk mengelompokkan teh kering menjadi beberapa jenis mutu teh hijau sesuai dengan permintaan pasar. Sortasi yang dilakukan PT Rumpun Sari Kemuning melalui beberapa tahapan. Alat yang digunakan yaitu Meksy Layer, Middle Ton, Winnower, Crusher, dan Stalk Separator. PT Rumpun Sari Kemuning menetapkan jenis mutu teh hijau menjadi dua yaitu grade 1 dan grade 2. Grade 1 terdiri dari Peko Super Besar (PSB), Peko Super Kecil (PSK), dan Cun Mee (CM). Grade 2 terdiri dari Lokal 1, Lokal 2, kempring, Tulang, dan Dust.

Meksy Layer merupakan alat pemisah bahan yang mengelompokkan teh kering menjadi beberapa bagian. Mesin ini menggunakan ayakan untuk memisahkan bahan dengan ukuran 10, 8, 6, 4, dan 2 mesh. Alat ini memisahkan bahan menjadi PSB, PSK, Lokal 1, dan dust. Middle Ton merupakan alat sortasi yang berfungsi untuk memisahkan tulang dan menyeragamkan partikel teh. Middle Ton digunakan untuk sortasi PSB dan PSK. Winnower berfungsi untuk


(50)

memisahkan teh berdasarkan berat jenis. Stalk Separator digunakan untuk memisahkan tulang-tulang kecil, sedangkan Crusher berfungsi untuk memotong teh menjadi jenis yang dibutuhkan.

Pengepakan. Pengepakan teh kering bertujuan untuk melindungi teh dari kerusakan, memudahkan transportasi dan efisiensi tempat dalam penyimpanan di-gudang. Pengemasan teh kering yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning menggunakan inner dan karung plastik. Namun, untuk produk ekspor pengemasan ditambah dengan karung goni. Pengemasan dilakukan berulang-ulang agar produk tidak mengalami kerusakan karena transportasi. Berat isi masing-masing karung yaitu 50 kg untuk PSK, CM dan dust; 45 kg untuk PSB; 35 kg untuk Lokal 1 dan Kempring; serta 25 kg untuk Lokal 2 dan tulang.

Analisis teh kering. Analisis teh kering umumnya dilakukan berdasarkan pengujian organoleptik, antara lain rasa, aroma, dan warna. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui mutu teh kering yang dihasilkan dari proses pengolahan serta memperkirakan perolehan grade hasil teh kering. Analisa yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning selain organoleptik juga dilakukan pemisahan sampel teh kering untuk memperkirakan perolehan hasil berdasarkan grade yang ada.


(51)

Aspek Manajerial

Mandor Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi semua kegiatan pekerjaan kebun yang diarahkan untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TM teh antara lain pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit tanaman, dan pemangkasan. Pengawasan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan yang telah dibuat dengan penerapan di lapang serta meminimalisir kesalahan pada saat pelaksanaan kegiatan. Mandor pemangkasan bertugas mengawasi kerja para pemangkas dan memastikan jumlah tenaga pangkas yang hadir, mengarahkan kerja para pemangkas, serta membuat laporan pelaksanaan kegiatan pangkas.

Pada saat melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor pupuk, kegiatan yang dilakukan antara lain mengawasi kerja KHL. Apabila pengawasan tidak dilakukan dengan baik, peluang terjadinya penyimpangan, misalnya pencurian pupuk maupun penebaran pupuk yang tidak merata, dapat merugikan perusahaan.

Pelaksanaan pengendalian gulma dilakukan dalam dua kegiatan yaitu dongkel anak kayu dan penyemprotan herbisida yang masing-masing kegiatan diawasi oleh mandor yang berbeda. Secara umum tugas dan tanggung jawab mandor-mandor tersebut hampir sama yakni melakukan perencanaan kegiatan, pengawasan dan pelaporan hasil kegiatan. Pada saat menjadi pendamping mandor dongkel anak kayu dan penyemprotan herbisida, kegiatan yang dilakukan antara lain, membantu mandor dalam perencanaan kegiatan dan pengawasan kerja KHL. Mandor hama dan penyakit tanaman bertugas membuat rencana pelaksanaan penyemprotan, melakukan pengarahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penyemprotan, serta melakukan koordinasi dengan petugas EWS dalam mengendalikan hama dan penyakit. Pada saat menjadi pendamping mandor hama dan penyakit, kegiatan yang dilakukan penulis antara lain melakukan pengawasan terhadap kerja karyawan.


(1)

mempermuda cabang-cabang agar bertahan pada fase vegetatif. Umumnya tunas mulai pecah setelah berumur 21 hari setelah pemangkasan.

Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan pada dua blok yaitu blok A15 dan blok B05. Kedua blok berada pada ketinggian 1 100 m dpl dengan jenis klon yang sama yaitu TRI 2025. Hasil pengamatan pertumbuhan tunas di Kebun Rumpun Sari Kemuning terlihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Pertumbuhan Tunas Dua Blok di Kebun Rumpun Sari Kemuning Pertumbuhan tunas dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain kesuburan tanah, suhu, dan intensitas penyinaran. Grafik tersebut menunjukkan bahwa perumbuhan tunas pada Blok A15 lebih cepat dibandingkan dengan Blok B05. Pada Blok A15 ada beberapa tunas yang tingginya sudah 15 cm pada minggu ke-7, sedangkan pada Blok B05 belum. Hasil tinggi pangkasan (Tabel 5) Blok BO5 lebih tinggi dibandingkan Blok A15, seharusnya pertumbuhan tunas lebih cepat karena cadangan makanan tanaman di Blok BO5 lebih banyak tetapi hasil pengamatan menunjukkan sebaliknya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan umur pangkasan. Umur pangkasan pada Blok B05 lebih lama dibandingkan Blok A15 (Tabel 8). Semakin tua umur cabang, semakin kuat tingkat dormansi tunas sehingga menyebabkan pertumbuhan tunas semakin lama (Sukasman, 1988).

Pengelolaan Sisa Pangkasan

Areal pangkasan yang terbuka akan menyebabkan peningkatan penguapan tanah sehingga kelembaban tanah akan menurun, hal ini dapat menghambat aktivitas penyerapan air dan hara. Oleh karena itu cabang/ranting dan daun

0 5 10

15

5 6 7

T in g g i T u n a s (cm )

Umur Pangkasan (MSP)

A15 B05


(2)

51 pangkasan diupayakan untuk tidak ke luar dari areall pangkasan dan dimanfaatkan untuk menambah bahan organik dan unsur hara tanah. Menurut penelitian Johan (2003), serasah pangkasan teh 23 750 kg/ha, terdiri dari 77% cabang/ranting dan 23% daun, setara dengan 235 kg urea + 48 kg TSP + 106 kg ZA/ha

Data pengamatan sisa pangkasan pada Tabel 13 terlihat bahwa serasah hasil pangkasan rata-rata blok A15 yang berumur 19 tahun, serta Blok B04 dan B05 yang berumur 20 tahun, mencapai 24 160 kg/ha. Apabila serasah-serasah pangkasan tidak diambil dari kebun maka hara yang bertambah setara dengan 239.7 kg urea + 48.96 kg TSP + 108.12 kg ZA/ha. Hal ini berarti dalam empat tahun kedepan penyediaan kebutuhan unsur-unsur hara khususnya N dan P dapat dibantu oleh sisa-sisa pengkasan yang telah terdekomposisi tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan Widayat (2008) menyebutkan bahwa sisa pangkasan yang digunakan sebagai mulsa pada takaran 10, 20, 30 ton/ha dapat meningkatkan produksi pucuk dan menekan pertumbuhan gulma. Apabila bahan pangkasan dikeluarkan dari kebun, maka produksi akan turun sebesar 11.4% (Rachmiati dan Wibowo, 1988). Kayu sisa pangkasan yang ada di Kebun Rumpun Sari Kemuning biasanya diambil oleh penduduk, padahal sebagian besar serasah merupakan kayu, tetapi hal ini bagi pihak kebun dianggap tidak terlalu merugikan karena secara tidak langsung para pengambil kayu dianggap telah membantu pihak kebun dalam kegiatan beres cabang.


(3)

Kesimpulan

Pelaksanaan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning sudah cukup baik. Melalui kegiatan magang mahasiswa dapat lebih memahami proses kerja nyata di lapang serta dapat meningkatkan kemampuan dalam hal pengelolaan tanaman teh, baik pada aspek teknis maupun manajerial.

Ketentuan yang ditetapkan kebun sudah cukup sesuai dengan pedoman umum pemangkasan meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari beberapa hal yang kurang sesuai, misalnya pergeseran gilir pangkas serta tinggi pangksan yang belum sesuai dengan ketentuan. Pergeseran gilir pangkas karena penambahan waktu pemangkasan di blok lain menyebabkan pengerjaan pemangkasan tidak sesuai rencana yang dibuat.

Pemangkasan yang dilakukan pada Blok B04 dan B05 di Kebun Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata tinggi tanaman 116.29 cm dengan diameter 120 cm. Persentase rata-rata pucukburung di Kebun Rumpun Sari Kemuning 75.25%. Kondisi pucuk burung pada perdu yang sudah lebih dari 70% menunjukkan tanaman teh telah memenuhi syarat untuk dipangkas. Pangkasan bersih yang dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning memiliki rata-rata tinggi pangkasan 59.99 cm dan diameter pangkasan rata-rata 60.38 cm.

Keterampilan tenaga pemangkas di Kebun Rumpun Sari Kemuning secara umum hampir sama dan tidak menunjukkan perbadaan yang berarti. Tingkat kerusakan cabang akibat pemangkasan di Kebun Rumpun Sari kemuning yang mencapai 13.45%, cukup tinggi dibandingkan dengan kebun lain.

Pertumbuhan tunas pada dua afdeling yang diamati menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas pada Blok A15 lebih cepat jika dibandingkan dengan Blok

B05. Serasah hasil pangkasan di Kebun Rumpun Sari Kemuning sebanyak 24 160 kg/ha yang setara dengan 239.7 kg urea + 48.96 kg TSP + 108.12 kg


(4)

53 Saran

Pelatihan kepada para pemangkas perlu dilakukan agar keahlian dan keterampilan para pemangkas dapat ditingkatkan sehingga tingkat kerusakan dapat diperkecil. Pengawasan mandor terhadap kerja para pemangkas harus ditingkatkan agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan tenaga pemangkas segera dapat diperbaiki. Mandor juga sebaiknya menanamkan tanggung jawab kepada para pemangkas agar mengerjakan pekerjaannya tepat waktu sehingga pelaksanaan rencana pangkas dapat dilakukan tepat waktu. Serasah hasil pangkasan sebaiknya tidak dikeluarkan dari kebun untuk menambah unsur hara.


(5)

Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Bina UKM. 2010. Peluang usaha perkebunan teh. http://binaukm.com. [19

September 2010].

Ditjenbun. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2008-2010: Teh. Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta. 31 hal.

Ditjenbun. 2010. Budidaya teh organik. http://ditjenbun@deptan.go.id. [19 September 2010].

FAO. 2009. Food and Agricultural commodities production: Tea. http://faostat.fao.org. [6 Juni 2011].

Johan, M.E. 2003. Pemanfaatan Serasah Pangkasan Untuk Menunjang Peningkatan Produksi Pucuk Bagi Kebun Teh Organik. Prosiding Simposium Teh Nasional. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 163-166.

PPTK Gambung. 2009. Pemangkasan pada Tanaman Teh. PPTK Gambung. Gambung. 15 hal.

Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi ketiga.Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 191 hal.

Rachmiati, Y dan Z.S Wibowo.. 1988. Pengaruh Bahan Pangkasan dan Dosis Pupuk Setelah Pemangkasan Terhadap Produksi. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung: 49-64 hal. Raharja, N. 2010. Mananjemen Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.) O.

Kuntze) di PT Tambi, Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal.

Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal.

Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh Kopi Cokelat Internasional. PT Gramedia. Jakarta. 125 hal.

Sukasman. 1988. Pemangkasan Pada Tanaman Teh Menghasilkan. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung: 49-64 hal.

Suwardi, E. 1991. Penentuan saat pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan (TM). Warta Teh dan Kina 2(3/4):32-36.


(6)

55 Titisari, A. 2010. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.)

O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hal.

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statiistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.

Widayat, W. 2008. Pengaruh penggunaan mulsa terhadap fluktuasi populasi dan intensitas serangan Empoasca. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 11 (3): 45-57.