Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Unit Perkebunan Tambi Pt. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O.Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI,
WONOSOBO, JAWA TENGAH

ALDI RADIFAN
A24110153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengelolaan
Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) di Unit Perkebunan
Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Hak cipta dan karya tulis saya
dengan ini saya limpahkan kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016

Aldi Radifan
NIM A24110153

ii

ABSTRAK
ALDI RADIFAN. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Dibimbing oleh SUPIJATNO.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek
pemangkasan. Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami proses kerja secara
nyata dan memberikan pengalaman manajerial pada pengelolaan tanaman

perkebunan. Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh
informasi mengenai pengelolaan pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan
Tambi. Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah pada bulan Februari sampai Juni 2015. Metode langsung dilakukan secara
aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis. Metode tidak langsung dilakukan
dengan mengumpulkan laporan manajemen. Hasil magang menyatakan bahwa
kriteria pangkasan yaitu tinggi tanaman < 120 cm dan persentase pucuk burung >
70%; jenis pangkasan yang dilakukan yaitu pangkasan bersih dan jambul; waktu
pelaksanaan pemangkasan dibagi menjadi dua semester, semester satu pada bulan
Februari - Mei dan semester dua pada bulan September - November; gilir pangkas
yang dilaksanakan 5 tahun; jumlah tenaga pemangkas dan kapasitas telah
memenuhi standar perusahaan; kriteria tersebut telah memenuhi standar Pusat
Penelitian Teh dan Kina (PPTK). Pemangkasan menggunakan sabit lebih efisien
daripada pemangkasan menggunakan mesin dinilai dari kualitas pangkasan tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan cabang yang dihasilkan.
Kata kunci :

pemangkasan, pemangkasan mesin, Unit Perkebunan Tambi, teh

ABSTRACT

ALDI RADIFAN. Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
at Plantation Unit of Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by
SUPIJATNO.
Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field
experience, and to study tea management aspect especially tea pruning. In
general internship was to improve students' skills in studying and understanding
the real work processes and provide managerial experience in the management of
plantation crops. The specific purpose of this internship is to obtain information
on the management of pruning Tambi tea plantation unit. Internship activities was
conducted at Tambi Plantation, Wonosobo, Central Java from February until
June 2015. Direct method was conducted by doing and observing. Indirect
method was conducted by collecting management report. Results showed that
pruning criteria that plant heigt is < 120 cm and percentage of dormant buds is >
70 %; type of pruning is clean prune and lung prune; prunning implementation
time is divided into two semesters, the first semester was in February – May and
the second semester in September - November; prunning round implemented 5
years; the quantity and capacity of the prunner has met the standards of the

iii


company; all of criteria were complied for Tea and Quinine Research Center
(PPTK). Manual prunning more efficien than machine prunning assessed from
quality prunning but not significant for branch damaged.
Keywords : prunning, prunning machine, Plantation Unit of Tambi, tea

iv

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI,
WONOSOBO, JAWA TENGAH

ALDI RADIFAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

v

PRAKATA
Alhamdulillah atas berkat, nikmat dan rahmat Allah SWT sehingga karya
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini berjudul “Pengelolaan
Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit
Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Karya ilmiah ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.
Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik magang yang telah
dilakukan penulis sejak Februari - Juni 2015 di Unit Perkebunan Tambi
PT.Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Ruwito dan Ibu Dartini selaku orang tua yang telah memotivasi dan
mendoakan selama pembuatan skripsi.
2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan saran dan arahan yang baik sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS dan Ibu Ir Andri Ernawati, MSc Agr selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan saat ujian sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Direksi Unit Perkebunan Tambi dan Bapak Tuyitno selaku Kepala Kebun
Unit Perkebunan Tambi yang senantiasa memberikan fasilitas, bimbingan
dan kesempatan untuk melaksanan magang di Unit Perkebunan Tambi.
5. Bapak Muhammad selaku Kasubag Kebun Unit Perkebunan Tambi
sekaligus pembimbing lapangan yang telah membimbing saya dalam
kelancaran di lapangan.
6. Kepada staf dan para mandor yang ada di Unit Perkebunan Tambi
khususnya di Blok Taman yang telah menerima baik ketika magang.

Bogor, Maret 2016

Aldi Radifan

ix


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Teh

x
xi
xi
1
1
2
2
2

Syarat Tumbuh Teh


3

Pemangkasan Teh

3

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu

5
5

Metode Pelaksanaan

5

Pengumpulan Data

6


Analisis Data

8

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah Kebun
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

9
9
10

Keadaan Iklim dan Tanah

10

Letak Geografi dan Letak Wilayah Administratif

10


Keadaan Tanaman dan Produksi

10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

12

Kesejehtaraan Karyawan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis

13
14
14

Pembibitan

14


Pemeliharaan Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM)

15

Pemupukan

16

Pengendalian Gulma

18

Pengendalian Hama dan Penyakit

20

Pemangkasan
Pengelolaan Sisa Pangkasan
Pemeliharaan Pohon Pelindung
Pemetikan
Pengolahan Teh Hitam
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN

21
28
29
30
31
34
38

x

Ketinggian Bidang Petik (Tinggi Tanaman)

38

Diameter Bidang Petik (Diameter Tanaman)

38

Persentase Pucuk Burung

38

Jenis Pangkasan

39

Tinggi dan Diameter Pangkasan

40

Gilir Pangkas

40

Waktu Pelaksanaan Pemangkasan

41

Luas Areal Pemangkasan

42

Alat Pangkas
Keterampilan Tenaga Pemangkas
Tenaga Pemangkas

42
43
43

Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan

44

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

45
45
45
46
48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
1
2

Luas areal tanaman di setiap Blok di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015
Produksi dan produktivitas pucuk di Unit Perkebunan Tambi 2010 2014
3 Kondisi tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi 2015
4 Diameter tanaman berdasarkan umur setelah pangkas
5 Rata-rata tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas di Unit
Perkebunan Tambi 2015
6 Gilir pangkas beberapa nomor kebun di Unit Perkebunan Tambi 2015
7 Pembagian waktu pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi
2015
8 Persentase kerusakan cabang berdasarkan penggunaan alat pangkas di
Unit Perkebunan Tambi 2015
9 Persentase kerusakan cabang berdasarkan usia di Unit Perkebunan
Tambi 2015
10 Persentase kerusakan cabang berdasarkan tingkat pendidikan di Unit
Perkebunan Tambi 2015
11 Persentase kerusakan cabang berdasarkan lama kerja di Unit Perkebunan
Tambi 2015
12 Kapasitas tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi 2015

11
11
13
22
24
25
25
26
27
27
28
28

xi

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Kegiatan pembibitan
Pemupukan dengan cara ditabur
Penyemprotan PPC lewat daun
Pengendalian gulma secara kimiawi
Pemasangan ferotea (Sex Feromon)
Ketinggian tanaman berdasarkan tahun setelah pangkas
Persentase pucuk burung dan pucuk peko berdasarkan tahun setelah
pangkas di Unit Perkebunan Tambi 2015
8 Jenis pangkasan
9 Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi
2015
10 Cara pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi 2015

14
17
18
19
21
22
23
24
26
31

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Unit
Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Unit
Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten/kepala blok
di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala sub bagian
kebun di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
Peta Unit Perkebunan Tambi 2015
Keadaan curah hujan bulanan di Unit Perkebunan Tambi 2005 - 2014
Penggunaan lahan di Unit Perkebunan Tambi 2015
Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi 2015

49
50
51
52
54
55
56
57

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh merupakan salah satu komoditas yang berperan penting dalam strategi
perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang menjadi
penghasil devisa bagi Indonesia, dengan nilai ekspor sebesar US$ 114.23 juta
dengan volume sebesar 5 647 juta ton pada tahun 2014 (Ditjenbun 2013).
Pada kurun waktu lima tahun terakhir dari tahun 2010 hingga 2014, areal
perkebunan, produksi dan produktivitas teh di Indonesia terus mengalami
penurunan. Luas areal semakin menurun akibat konversi kebun teh yang
dilakukan. Luas areal pada tahun 2010 adalah 122 898 ha, sedangkan pada tahun
2014 luas areal perkebunan teh di Indonesia menurun menjadi 118 899 ha.
Penurunan lahan tersebut mempengaruhi produksi dan produktivitas pada
perkebunan teh. Produksi teh pada tahun 2010 sebesar 156 604 ton dengan
produktivitas mencapai 1 553 kg ha-1, sedangkan pada tahun 2014 produksi yang
dihasilkan hanya 154 369 ton dengan produktivitas hanya 1 298 kg ha-1
(Ditjenbun 2013).
Indonesia memiliki sepuluh provinsi sebagai produsen penghasil teh, yaitu
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan
Sulawesi Selatan. Diantara sepuluh provinsi tersebut Jawa Barat menjadi
penghasil terbesar dengan nilai produksi sebesar 102 772 ton (71.49%), Sumatera
Utara sebesar 13 264 ton (9.22%), Jawa Tengah sebesar 9 680 ton (6.73%),
Sumatera Barat 7 619 ton (5.30%), dan Jawa Timur 3 958 (2.75%) ton (Ditjenbun
2013).
Budidaya tanaman teh memerlukan perhatian yang intensif. Pembudidayaan
tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun
(vegetatif). Demi mendapatkan hasil yang tinggi dan berkesinambungan maka
fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin. Semakin panjang masa
vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula masa produksi
tanaman. Peningkatan produksi harus diimbangi dengan kualitas yang baik, maka
perlu diperhatikan aspek teknis dalam pengelolaan perkebunan yaitu persiapan
lahan, pemeliharaan, pemanenan sampai ke bagian pengolahan. Aspek teknis
budidaya yang kurang tepat dan efektif dapat menurunkan produktivitas dan
kualitas tanaman teh.
Teh memiliki dua sifat genetis yang menghambat pertumbuhan pucuk yaitu
pertumbuhan kayu yang lebih besar dibandingkan daunnya dan sifat berkala dari
pertumbuhan pucuk itu sendiri (Ghani 2002). Kegiatan budidaya yang berperan
penting untuk meningkatkan produktivitas dan menghambat pertumbuhan kayu
adalah pemangkasan sedangkan untuk mengatasi sifat berkala pertumbuhan pucuk
dapat diatasi dengan pemetikan. Pemangkasan dapat mempertahankan tanaman
pada fase vegetatif, merangsang pertumbuhan tunas muda sehingga menghasilkan
pucuk lebih banyak, memperbaiki dan mempermudah percabangan tanaman
(Suwarto dan Octavianty 2010).
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi
dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan
menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan,

2

sehingga mengurangi produksi pucuk teh. Oleh karena itu pengelolaan
pemangkasan yang baik merupakan salah satu cara untuk mencapai
kesinambungan produksi pucuk teh dan mutu teh (Pusat Penelitian Teh dan Kina
2006).
Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan pada tanaman menghasilkan dan
tanaman belum menghasilkan. Pemangkasan pada tanaman menghasilkan
bertujuan untuk mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase
vegetatif, membuat bidang petik tetap rendah, membentuk bidang petik seluas
mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru dan mengatur fluktuasi
produksi harian agar stabil. Pemangkasan pada tanaman belum menghasilkan
bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan yang ideal dan
bidang petik yang luas (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006). Apabila produksi
pucuk kering yang dihasilkan suatu perkebunan teh semakin meningkat, maka
cara dan pengelolaan pemangkasan yang dilakukan sudah cukup baik, karena
tujuan utama dari pemangkasan itu sendiri yaitu agar tanaman teh menghasilkan
pucuk lebih banyak dan memudahkan dalam pemungutan hasil.
Tujuan
Secara umum kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman
kerja, keterampilan dan pengetahuan. Secara khusus kegiatan magang bertujuan
untuk mempelajari pengelolaan pemangkasan melalui analisis-analisis aspek
pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia
yang berasal dari famili Theaceae. Teh (Camelia sinensis (L.) O.Kuntze) adalah
salah satu tanaman penyegar yang sudah cukup dikenal di berbagai lapisan
masyarakat di Indonesia. Dalam spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa
varietas yang penting, seperti varietas Assam, Cina, Cambodia, dan hibrid –
hibridnya (Setyamidjaja 2000).
Camellia sinensis var Cina dapat tumbuh tinggi mencapai 2.75 m dan
perdunya berbatang banyak. Daun – daunnya lebih kecil dibandingkan dengan
daun Camellia sinensis var Assam, berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak
tumpul. Camellia sinensis var Assam memiliki batang lebih tinggi dan besar
dibandingkan Camellia sinensis var Cina, dan jika dibiarkan tumbuh dapat
mencapai 6 - 8 m. Daunnya lebar, berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan
berwarna hijau tua mengkilap, hasilnya banyak, dan kualitasnya baik
(Setyamidjaja 2000).
Akar tanaman teh umumnya dangkal, pertumbuhan akarnya ke arah lateral
dan penyebarannya akan dibatasi oleh perdu di dekatnya. Daun teh berwarna
hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Perkembangan

3

bunga mengikuti tahap perkembangan daun, bunga teh sebagian besar adalah self
steril, biji yang dihasilkan dari pembungaan yang menyerbuk sendiri akan
menghasilkan tanaman yang tidak subur (Setyamidjaja 2000).
Syarat Tumbuh Teh
Tanaman teh umumnya tumbuh di ketinggian 200 - 2 300 m di atas
permukaan laut. Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai
pegunungan. Akan tetapi perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah
pegunungan yang beriklim sejuk karena semakin tinggi daerah penanaman teh
semakin tinggi mutu produk yang dihasilkan (PPTK 2006).
Menurut Setyamidjaja (2000) tanah jenis Andosol di Pulau Jawa sangat
cocok untuk ditanami teh dan tanah jenis Podsolik yang berada di Pulau
Sumatera. Suhu udara yang baik adalah 13 – 25 oC yang diikuti oleh cahaya
matahari yang cerah serta kelembaban relatif pada siang hari sekitar 70%. Tanah
yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai
derajat kemasaman (pH) antara 4.5 - 5.6 (PPTK 2006).
Pemangkasan Teh
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam
pemeliharaan teh, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisien
sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan pemangkasan bertujuan
membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunastunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar
(Setyamidjaja 2000).
Pemangkasan dalam budidaya teh dilakukan pada tanaman menghasilkan
dan tanaman yang belum menghasilkan. Pemangkasan pada tanaman teh
menghasilkan dimaksudkan untuk mengendalikan tinggi tanaman agar mudah
dipetik, mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif dan memelihara serta
membentuk bidang petik. Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan dibagi
menjadi pangkasan produksi dan pangkasan bentuk.
Jenis pangkasan produksi menurut Sukasman (1988) terdiri atas,
pangkasan kepris (cut across prune), pangkasan jambul (lung prune), dan
pangkasan bersih (clean prune). Pangkasan kepris merupakan pemangkasan yang
dilakukan pada ketinggan 60 - 70 cm dengan tidak disertai pembuangan cabang
dan masih terdapatnya sisa-sisa daun pemeliharaan. Pangkasan bersih dilakukan
dengan ketinggian pangkasan 45 - 55 cm dengan bidang pangkas yang rata
dengan membuang semua ranting-ranting kecil untuk memperbaiki percabangan.
Menurut Sukasman (1988) pemangkasan harus dilakukan apabila bidang
petik sudah sulit dicapai oleh pemetik, karena dapat menurunkan produksi. Pada
tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal karena sebanding dengan
tinggi pemetik di Indonesia yang berkisar antara 155 - 160 cm. Apabila tinggi
tanaman lebih tinggi dari pemetik maka hasil pemetikan akan rendah karena
bidang petik di luar jangkauan pemetik.
Kriteria pemangkasan dalam suatu perkebunan disebabkan karena
produksi yang telah menurun, ketinggian bidang petik yang lebih besar dari 110
cm, presentase pucuk dorman lebih besar dari 70 % dan kandungan pati akar lebih

4

besar dari 13 % (PPTK 2006). Pada perkebunan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pemangkasan antara lain gilir pangkas, ketinggian tanaman,
persentase pucuk burung, tingkat produktivitas, kadar pati dan kebijakan kebun.
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan yaitu sabit pangkas,
batu asah dan alat ukur ketinggian pangkasan. Ketajaman alat yang digunakan
sangat mempengaruhi hasil pangkasan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemangkasan yaitu kerataan, arah kemiringan dan luka pangkas yang tidak pecah.
Hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tunas selanjutnya (PPTK 2006).
Gilir pangkas atau siklus pangkas pada perkebunan didasari oleh kondisi
tanaman, ketinggian tempat, dan produktivitas tanaman (PPTK 2006). Pangkasan
di perkebunan teh biasanya dibagi dalam dua semester yaitu semester satu pada
bulan Februari-Mei dan semester dua pada bulan Oktober-November, apabila
tanaman teh terdapat pada ketinggian 1 500 - 2 100 m dpl maka pangkasan hanya
dilakukan satu kali dalam setahun. Penentuan waktu yang tepat dalam
pemangkasan harus memperhatikan kondisi atau kesehatan tanaman.
Johan (2006) mengatakan bahwa kegiatan pemangkasan menyebabkan
cadangan pati hilang bersama-sama daun pemeliharaan yang dipangkas. Apabila
kadar pati dalam akar kurang dari 12 % saat pemangkasan, maka tanaman teh
akan mati, sehingga dalam hal menentukan tinggi rendahnya pangkasan harus
mempertimbangkan kesehatan tanaman dan ketinggian tempat (elevasi) (PPTK
2006).
Selain dari cadangan makanan (pati) yang terdapat pada batang dan akar,
energi tersebut dapat juga berasal dari sisa pangkasan yang dikembalikan lagi ke
tanaman. Pengembalian sisa pangkasan berguna pula untuk menghindari tanaman
teh dari sengatan matahari langsung. Jika sisa pangkasan dibuang maka bahan
organik dan unsur hara ini akan hilang, selain itu adanya sisa pangkasan dapat
mencegah penguapan sehingga temperatur permukaan tanah terkendali, erosi
terhambat dan penyerapan unsur hara tidak akan terganggu (Syakir 2010).

5

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai
bulan Februari hingga Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan
dengan mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pembibitan,
pemeliharaan TM dan TBM, pemangkasan, administrasi dan manajerial. Metode
tidak langsung dilaksanakan dengan mengambil data sekunder dari arsip-arsip
serta laporan-laporan yang ada di perusahaan.
Bulan pertama dilaksanakan dengan bekerja sebagai karyawan harian
lepas (KHL), kemudian pada bulan kedua dilaksanakan dengan bekerja sebagai
pendamping mandor, pada bulan ketiga dilaksanakan dengan bekerja sebagai
pendamping kepala blok dan bulan keempat dilaksanakan dengan bekerja sebagai
pendamping kepala kebun. Aspek khusus pelaksanaan magang adalah mengenai
pengelolaan pemangkasan tanaman teh, sehingga disela-sela waktu kerja penulis,
penulis harus mengkhususkan kegiatan tersebut untuk mendapatkan data primer
maupun sekunder.
Bulan pertama melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan harian lepas
(KHL) dan melakukan semua kegiatan budidaya tanaman meliputi penanaman,
pemeliharaan hingga pemetikan sesuai dengan kegiatan yang dijadwalkan oleh
perusahaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL dapat dilihat pada
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) (Lampiran
1).
Bulan kedua melaksanakan pekerjaan berdampingan dengan mandor atau
sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkoordinasian
karyawan harian lepas dengan pekerjaan yang akan dilakukan, pembagian kerja,
pengawasan kerja karyawan harian lepas, prestasi kerja dan lain sebagainya pada
setiap aspek pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping
mandor dapat dilihat pada Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping
mandor (Lampiran 2).
Bulan ketiga melakukan pekerjaan sebagai pendamping kepala blok.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkoordinasian mandor, pengawasan mandor
dan membantu mandor dalam melaksanakan tugas dari setiap aspek yang
dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping asisten /
kepala blok dapat dilihat pada Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping
asisten / kepala blok (Lampiran 3).
Bulan keempat melakukan pekerjaan berdampingan dengan kepala kebun
yang kegiatannya meliputi penyusunan rencana kerja, melaksanakan rencana
kerja, mengawasi pelaksanaan kerja, membuat anggaran tahunan maupun bulanan,
menyelenggarakan administrasi dan operasional kebun, dan mengevaluasi hasil

6

kerja. Jurnal harian dibuat setiap hari untuk memastikan kegiatan penulis selama
pelaksanaan magang. Pekerjaan sebagai pendamping kepala tidak hanya
mempelajari aspek tenis, selain itu mempelajari juga aspek manajerial di kantor
kebun. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping kepala kebun dapat
dilihat pada Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala (Lampiran
4).
Pengumpulan Data
Pengamatan yang dilakukan untuk aspek khusus dalam kegiatan magang
ini adalah pemangkasan secara langsung di lapangan. Pengamatan ini dapat
dilakukan dengan peubah primer dan peubah sekunder. Pengamatan primer
merupakan pengamatan yang dilakukan pada pemangkasan tanaman teh secara
langsung, sedangkan pengamatan sekunder bersumber dari laporan dan asrsip data
perusahaan.
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan atau mengikuti kegiatan
pemangkasan secara langsung dan wawancara dengan pekerja, sedangkan data
sekunder diperoleh dari laporan dan arsip perusahaan. Data sekunder yang
dikumpulkan dari perusahaan diantaranya data mengenai sejarah kebun, letak
wilayah administrasi kebun, kondisi tanah, luas areal dan tata guna lahan kebun,
kondisi tanaman (klon dan jenis klon), produksi kebun, peta lokasi kebun, iklim
lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas, serta hal yang berhubungan
dengan aspek khusus yang akan diamati.
Pengamatan dilakukan pada tiap blok berdasarkan umur setelah pangkas
sesuai dengan data primer yang dibutuhkan sebanyak tiga kali ulangan dengan
tanaman contoh sebanyak sepuluh tanaman. Adapun peubah yang telah diamati
sebagai berikut :
a. Data Primer
a. Pengamatan sebelum pemangkasan
1. Tinggi tanaman / tinggi bidang petik.
Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah
sampai ke puncak bidang petik.
2. Diameter bidang petik
Pegukuran dilakukan dua arah yaitu barat-timur dan selatan-utara,
kemudian dari bidang petik masing-masing diambil rata-ratanya dengan
rumus :


Diameter bidang petik =
3. Persentase pucuk burung
Persentase pucuk burung dihitung dengan rumus :
Persentase pucuk burung =



100%

Perhitungan pucuk burung dilakukan pada tanaman dengan
menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu dengan diameter 75 cm.
Bambu tersebut di letakan ke atas perdu, kemudian pucuk burung dan

7

pucuk peko yang terdapat di dalamnya dihitung jumlahnya dengan rumus
di atas.
b. Pengamatan pada saat pemangkasan
1. Tipe / jenis pangkasan
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap jenis pangkasan
yang akan dilakukan dan melalui wawancara dengan pembimbing kebun.
2. Tinggi Pangkasan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman yang
telah dipangkas dari permukaan tanah hingga luka bekas pangkasan.
3. Diameter bidang pangkas
Pengukuran dilakukan dua arah yaitu barat-timur dan selatan utara, kemudian dari bidang pangkas masing-masing diambil rata-ratanya
dengan rumus :
Diameter bidang pangkas =
4. Persentase kerusakan akibat pemangkasan
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang
pecah atau rusak setelah pangkasan. Pengamatan ini dilakukan pada
sepuluh tanaman contoh yang dipangkas dengan alat yang berbeda oleh
pekerja. Persentase kerusakan dihitung dengan rumus :
Persentase Kerusakan =





100%

5. Luas areal pangkasan / hari
Pengamatan berdasarkan luas areal pangkasan yang telah
ditetapkan kebun dengan realisasi yang akan dilakukan. Pengamatan ini
bertujuan untuk mendapatkan data luas pangkasan yang riil dilakukan di
kebun.
6. Kebutuhan tenaga pemangkas / hari
Penghitungan tenaga pemangkas dihitung berdasarkan jumlah riil
dari tenaga pemangkas per hari dengan menghitung secara langsung
maupun wawancara dengan mandor.
7. Alat pangkas
Pengamatan dilakukan terhadap alat-alat yang digunakan selama
pemangkasan berlangsung.
8. Waktu pelaksanaan pemangkasan
Pengamatan dilakukan dengan mewawancarai kesesuaian waktu
pelaksanaan pemangkasan di kebun dengan rekomendasi yang ada.
c. Pengamatan setelah pemangkasan
1. Pertumbuhan pucuk
Pertumbuhan pucuk diamati dengan mengukur tinggi tunas baru
setiap satu minggu sekali sejak dua minggu setelah pemangkasan sampai
pemetikan jendangan dilakukan. Pengamatan dilakukan pada sepuluh
tunas yang tumbuh pada sepuluh tanaman contoh yang diambil secara acak
pada blok kebun yang telah dilakukan pemangkasan. Tanaman contoh

8

yang diamati ditandai dengan memberikan ikatan kain pada perdu yang
sama dan tunas yang sama.
2. Komposisi batang
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung komposisi batang
setelah pemangkasan. Cara menghitung komposisi cabang dengan
menghitung jumlah batang yang berdiameter < 1 cm, 1 cm sampai dengan
1.99 cm, dan > 2 cm pada sepuluh tanaman contoh.
b. Data sekunder
1. Lokasi dan letak geografis
Data mengenai lokasi dan letak geografis berhubungan dengan
sejarah kebun, letak wilayah administrasi kebun, kondisi tanah, luas areal
dan tata guna lahan kebun, kondisi tanaman (klon, jenis klon, umur
tanaman), produksi kebun, dan peta lokasi kebun.
2. Data iklim selama 5 tahun terakhir
Data iklim sangat mempengaruhi kondisi tanaman dan
pertumbuhan pucuk / tunas baru yang tumbuh pada perdu tanaman teh.
Data iklim digunakan untuk membandingkan hasil produksi pada tanaman
teh yang telah dipangkas dengan pucuk yang dihasilkan.
3. Struktur organisasi
Stuktur organisasi dibutuhkan dalam pengelolaan yang baik pada
setiap perusahaan. Oleh karenanya struktur organisasi diperlukan sebagai
data pada pengamatan ini. Struktur organisasi dimulai dari penggolongan
karyawan yang menjadi staf dan non staf.
Analisis Data
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat
hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan
maupun standar baku yang berlaku pada pemangkasan teh. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %, rata-rata dan
persentase. Rumus t student yang digunakan yaitu :
t student = ∑
sp =

̅

√[

̅

]



Keterangan :
̅ ̅ = Rata – rata pengamatan 1 dan 2
= Ragam contoh 1 dan 2
= Jumlah pengamatan 1 dan 2
Sp
= Simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila
dan tidak berbeda nyata
apabila
;
diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan
derajat bebas (
- 2) (Walpole 1990).

9

KEADAAN UMUM UNIT PERKEBUNAN TAMBI
Sejarah PT Perkebunan Tambi
Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang didirikan oleh Pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1865, dikelola oleh pengusaha swasta D. Van den
Sluijs (Tanjungsari) dan W. D. Jong (Tambi dan Bedakah). Bulan Maret 1880
perkebunan tersebut kemudian dibeli oleh Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole, dan
Ed. Yacobson yang kemudian berganti nama menjadi Bagelen Thee en Kina
Maatschappij. Saat Jepang menduduki Indonesia perusahaan ini berganti nama
menjadi Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanggal 17 Agustus 1945 perusahaan
tersebut diambil alih oleh pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Pusat
Perkebunan Negara (PPN).
Tanggal 21 Mei 1952 berdasarkan keputusan Gubernur No. AGR
36/1951/6/11/24, mantan pegawai PPN mendirikan kantor bersama yang diberi
nama PT NV eks PPN Sindoro Sumbing. Tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan
di Kebun Tanjungsari yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama
mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan
modal masing-masing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT
NV Perusahaan Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13
Agustus 1957 dan pengesahan menteri kehakiman tanggal 18 April 1958 No.
JA5/30/25 yang diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus
1960 Nomor 65.
PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini lebih dikenal PT
Tambi memiliki tiga unit perkebunan beserta kantor unit perkebunan dan satu unit
kantor direksi. Kantor direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya Jalan
Tumenggung Jogonegoro No.39, Wonosobo. Pada tahun 2010 saham PT
Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP).
PT Tambi saat ini sedang mengembangkan potensi keindahan alam perkebunan
sebagai kawasan wisata agro dengan nama Wisata Agro Perkebunan Teh Tambi
(Sumber dari arsip Kantor Kebun Unit Perkebunana Tambi, PT Tambi 2012).
Visi dan misi PT Tambi sebagai berikut, visi PT Perkebunan Teh Tambi
yaitu mewujudkan perusahaan perkebunan teh yang mempunyai produktivitas
tinggi, kualitas standar, ramah lingkungan, kokoh, dan lestari. Sedangkan misinya
memiliki dua misi yaitu misi bisnis dan misi sosial. Misi bisnisnya yaitu
mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pendapatan devisa dan pajak
bagi negara. Misi sosialnya yaitu melaksanakan konservasi alam dengan
memanfaaatkan tanaman teh sebagai inti lini kedua setelah kehutanan, menyerap
tenaga kerja di lingkungan perkebunan sesuai dengan ratio kebutuhan.
Letak Geografi dan Letak Wilayah Administratif
PT Perkebunan Tambi memiliki tiga unit perkebunan yaitu Unit
Perkebunan Tambi, Unit Perkebunan Bedakah dan Unit Perkebunan Tanjungsari.
Ketiganya terletak di Wonosobo hanya berbeda lokasi perkebunan. Unit
Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten

10

Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi terletak pada ketinggian 1 200 – 2 100 m di
atas permukaan laut. Lebih lanjut peta Unit Perkebunan Tambi disajikan pada
Lampiran 5. Unit Perkebunan Tambi berjarak 16 km ke arah utara dari kota
Wonosobo dan di sebelah barat dari lereng Gunung Sindoro.
Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2005 - 2014) berkisar antara
2 385 – 4 718 mm dan hari hujan berkisar antara 113 - 238 hari. Rata-rata bulan
kering 2.8 dan rata-rata bulan basah 8.2, sehingga tipe iklim berdasarkan curah
hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe B. Suhu di Unit Perkebunan Tambi
berkisar antara 17 – 23 oC dengan kelembaban udara berkisar pada angka 80 95%. Data curah hujan di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Lampiran 6.
Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5 5.0. Tekstur tanah Unit Perkebunan Tambi adalah Andesit tua dengan kedalaman
efektif solum yaitu 40 - 70 cm. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi
adalah sedang sampai dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya datar hingga
berbukit dengan tingkat kemiringan 0 - 45%.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun
2015, luas lahan Unit Perkebunan Tambi adalah 273.17 ha. Penggunaan lahan di
Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Luas areal tanaman menghasilkan (TM) yaitu sebesar 221.89 ha dan areal
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan replanting yaitu sebesar 25.28 ha,
sedangkan sisanya seluas 26 ha digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan,
pabrik, agrowisata serta sarana dan prasarana penunjang. Unit Perkebunan Tambi
dibagi menjadi empat blok yaitu Blok Pemandangan seluas 68.32 ha, Blok Taman
seluas 53.23 ha, Blok Panama seluas 60.96 ha dan Blok Tanah Hijau dengan luas
39.38 ha, kemudian setiap luasan blok dibagi menjadi 15 nomer atau leger.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman klon teh yang di budidayakan di Unit Perkebunan Tambi adalah
Cin 143, TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Ranca
Bolang 3, Ranca Bolang 8, dan Tambi Merah (TB Merah). Klon yang
diunggulkan di Unit Perkebunan Tambi adalah Gambung 3, 4 dan 7 karena lebih
tahan penyakit cacar daun, tahan kondisi kekeringan dan produksi pucuknya yang
tinggi. Klon TRI 2024 dan TRI 2025 sangat rentan terhadap cacar daun tetapi
mempunyai cita rasa yang disukai oleh konsumen. Tanaman teh asal seedling
yang dibudidayakan adalah Assamica, Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8,
dan Hibrid. Jarak tanam untuk jenis klon yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan untuk
seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan. Populasi per hektar untuk
jenis klon sekitar 11 000 pohon dan 7 000 - 10 000 pohon per hektar untuk jenis
seedling. Data terkait luas areal tanaman disajikan pada Tabel 1.

12

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari
salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang
berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal ini terkait kepemilikan saham
yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah
daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang
diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi
bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan
mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik
serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif.
Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi Kepala Sub
bagian Kantor, Kepala Sub bagian Kebun, Kepala Sub bagian Pabrik dan Kepala
Sub bagian Agrowisata. Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat
pada Lampiran 8.
Kepala bagian kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan
mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan,
sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit
Perkebunan Tambi. Kepala bagian kebun bertugas dalam memimpin,
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang
berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun
serta administrasi kebun. Kepala bagian pabrik bertugas memimpin,
mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan
pengolahan teh di pabrik. Kepala bagian Agrowisata bertugas memimpin,
merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas
bagian agrowisata, berkewajiban atas pemeliharaan infrastruktur wisata, hotel, dan
pekarangan.
Tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi meliputi karyawan I, karyawan II
(A,B,C,D), dan karyawan borong lepas/tetap. Karyawan I meliputi pimpinan unit
perkebunan, asisten kepala sub bagian kantor, kepala sub bagian pabrik, asisten
kepala bagian kebun dan sebagian kepala blok. Karyawan II meliputi karyawan
pelaksana, karyawan tetap dan karyawan lepas. Karyawan borong tetap/lepas
biasanya meliputi para buruh pertanian yang langsung terjun ke lapang seperti
tenaga pemetik, tenaga pemeliharaan, dan lain-lain.
Sistem pengupahan/gaji yang dibayarkan kepada karyawan II dan
karyawan I ditetapkan berdasarkan upah minimal kabupaten (UMK) yang sudah
ditetapkan oleh direksi. Tahun 2015 UMK Wonosobo adalah Rp 1 200 000,00 dan
merupakan gaji pokok masing-masing karyawan. Selain itu, karyawan II juga
akan mendapatkan fasilitas serupa dengan karyawan borong ditambah dengan
tunjangan cuti, bonus dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Karyawan II dibayarkan satu bulan sekali dan biasanya pada tanggal 3.
Fasilitas yang diperoleh karyawan I sama dengan karyawan II ditambah dengan
jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), tunjangan hari raya (THR), pelayanan
kesehatan, tunjangan cuti, bonus dan Dana Pensiun (Dapen). Sistem penggajian
untuk karyawan borongan berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan
dengan besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan
harian lepas ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Jumlah dan komposisi tenaga
kerja di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3. Indeks

13

tenaga kerja (ITK) di Unit Perkebunan Teh Tambi adalah 1.197 orang/ha. Nilai
ITK di Unit Perkebunan Tambi lebih kecil dibandingkan dengan rekomendasinya
yaitu 1.5-2.0 ha hok-1 (Iskandar 1988).
Tabel 3 Kondisi tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi 2015

No

Status

1

Karyawan I
Karyawan II
E
Karyawan II
D
Karyawan II
C
Karyawan II
B
Karyawan II
A
Lepas Tetap
Jumlah :

2
3
4
5
6
7

Jenis
kelamin
L

P

11

2

Pendidikan
Jumlah
SMA

4

2

7

13

5

5

5

15

6

6

3

15

8

8

3

1

4

8

17

17

5

6

5

1

17

5
14

1

SD

Jumlah

D3

13

SMP

TT
SD

S1

60

5

65

14

20

23

8

65

49
164

155
163

204
327

10
50

38
71

112
147

44
53

204
327

4

2

Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tambi (2015)

ITK=
ITK=

=

Orang ha-1
Kesejahteraan Karyawan

Unit Perkebunan Tambi menyediakan beberapa fasilitas bagi karyawan
antara lain jamsostek, implasemen, tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan,
koperasi, pakaian kerja, gratifikasi, THR (Tunjangan Hari Raya), kendaraan
bermotor, rekreasi dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi
setiap hari senin dan kamis. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
yaitu karyawan I, II serta keluarganya (tiga orang anak), sedangkan bagi karyawan
lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Perusahaan juga memberikan cuti kerja
selama 14 hari dalam satu tahun bagi karyawan. Perusahaan memberikan satu stel
pakaian kerja setiap tahun. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan
sesuai dengan tugas dan jabatannya. Kegiatan rekreasi dilaksanakan setiap tahun.
Keberadaan koperasi karyawan ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidup karyawan.

15

Media tanam yang digunakan adalah lapisan atas (top soil) dan lapisan
bawah (sub soil) tanah. Media tanah menggunakan perbandingan 1 : 2 di setiap
polybag, tanah lapisan atas sebanyak 2/3 dan tanah lapisan bawah sebanyak 1/3.
Lapisan atas tanah dicampur dengan tawas 600 g, SP 36 600 g, KCl 300 – 500 g,
Kieserit 250 g, Dithane M-45 350 g, dan Basamid 200g. Sub soil dicampur
dengan tawas 1 000 g, Dithane M-45 300 g, Basamid 150 – 200 g.
Setelah penanaman, setek ditutupi sungkup plastik selama 3 – 4 bulan. Hal
ini bertujuan agar bibit tidak terserang penyakit dan hama. Bibit yang telah
berumur 4 bulan dibuka sungkupnya selama 2 jam, kemudian bertambah 2 jam
untuk dua minggu berikutnya hingga 6 minggu. Paranet dibuka secara bertahap
25% berselang satu minggu hingga naungan terbuka seluruhnya. Pemeliharaan
yang dilakukan pada bibit adalah pemberian pupuk daun dan fungisida setelah
sungkup terbuka hingga bibit berumur 6 – 8 bulan.
Setek yang berada di pembibitan diseleksi menjadi tiga grade antara lain
grade A, B, dan C. Setek dengan kriteria grade A sudah dapat ditanam di lahan
dengan tinggi tanaman 25 cm dan mempunyai 6 helai daun, sedangkan grade B
dan C masih dipelihara hingga memenuhi kriteria A agar dapat ditanam.
Mahasiswa mengikuti kegiatan penanaman setek sebagai KHL dengan prestasi
127 polybag hok-1.
Pemeliharaan Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM)
Sebelum memasuki tahap tanaman menghasilkan (TM) tanaman teh
melewati tahap tanaman belum menghasilkan (TBM). Tanaman belum
menghasilkan merupakan tanaman teh yang baru ditanam dan berumur kurang
dari dua tahun. Kegiatan pemeliharaan pada TBM bertujuan untuk memperpendek
masa produktif tanaman serta menjaga kesuburan tanah. Kegiatan yang dilakukan
di Unit Perkebunan Tambi adalah penyiangan gulma, pembuatan rorak dan
pembentukan bidang petik.
Tanah sekitar tanaman teh belum menghasilkan harus bersih dari gulma
supaya tidak terjadi persaingan hara antara tanaman teh dengan gulma. Unit
Perkebunan Tambi sendiri melaksanakan penyiangan gulma setiap 2 bulan sekali
dengan cara clean weeding yaitu penyiangan manual dengan menggunakan parang
hingga sekitar tanaman teh bersih dari gulma.
Rorak merupakan lubang tadah yang dibuat diantara 2 - 3 baris tanaman
yang dibuat secara selang-seling dengan ukuran panjang 2 meter dengan lebar 20
cm dan dalam 40 cm. Rorak berfungsi untuk meresap air hujan, memperbaiki
aerasi tanah dan menampung bahan organik. Pembuatan rorak pada TBM
berdasarkan elevasi tanah, sehingga rorak akan terlihat sejajar oleh tanaman.
Pemeliharaan yang terakhir untuk tanaman teh belum menghasilkan adalah
kegiatan centering dan bending untuk pembentukan bidang petik. Centering
adalah pemangkasan batang utama pada tanaman teh yang masih muda untuk
membentuk bidang petik. Centering dilakukan pada tanaman asal setek dengan
kriteria ketinggian minimal 40 cm pada tanaman yang telah berumur 4 bulan dan
telah memiliki 2 – 3 percabangan, ketinggian centering yaitu 25 – 30 cm diatas
permukaan tanah. Centering bertujuan untuk memacu pertumbuhan cabang
sekunder agar membentuk frame melebar dan merata.
Kegiatan centering yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu
centering I dan centering II. Alat yang digunakan adalah gunting stek dan alat

16

ukur. Centering I dilakukan pada saat tanaman telah berumur 3 – 4 bulan di
lapangan yaitu dipangkas setinggi ± 15 – 20 cm dengan meninggalkan minimal 5
lembar daun. Tujuan centering I adalah memotong batang utama yang tumbuh ke
atas untuk merangsang ranting yang tumbuh ke samping. Centering II dilakukan
setelah 7 bulan dari centering I dengan memotong batang yang tumbuh mengarah
ke atas setinggi 25 – 30 cm. Centering II bertujuan untuk menekan pertumbuhan
batang yang mengarah ke atas.
Kegiatan centering ini harus dilakukan secara hati-hati dan selektif.
Kondisi dari tanaman sangat mempengaruhi keberhasilan dari centering.
Keuntungan pembuatan bidang petik dengan cara centering yaitu lebih mudah
untuk dilakukan dan biaya yang relatif murah, sedangkan kelemahan dari cara ini
yaitu biaya pemeliharaan tinggi, perakaran dapat mengalami gangguan, dan
dibutuhkan tenaga ahli.
Pemupukan
Aplikasi pupuk yang dilakukan melalui dua cara yaitu melalui tanah dan
daun. Pelaksanaan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan
berdasarkan dengan prinsip 4 T yaitu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat
waktu. Pemupukan dilakukan dalam tiga semester, yaitu awal tahun pada bulan
Februari – Maret, pertengahan tahun pada bulan Mei-Juni dan akhir tahun pada
bulan Oktober – November.
Waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan adalah pada kondisi curah
hujan 60 – 200 mm minggu-1. Curah hujan yang kurang dari 60 mm minggu-1
menyebabkan pupuk tidak terurai dengan baik, sedangkan curah hujan yang lebih
dari 200 mm per minggu menyebabkan pupuk hilang tercuci aliran air (PPTK
2006).
Kebutuhan pupuk yang ada di Unit Perkebunan Tambi telah ditetapkan
oleh direksi berdasarkan produktivitas tahun sebelumnya. Apabila produktivitas
yang dihasilkan meningkat maka pupuk yang diberikan juga lebih banyak.
Perbandingan pupuk yang digunakan Unit Perkebunan Tambi adalah Urea (46%
N) : SP-36 (36% P2O5) : KCl (60% K2O) : Kieserit (27% MgO) (5 : 1 : 2 : 0,5).
Perhitungan jumlah pupuk berdasarkan perbandingan unsur N sebesar 8 % dari
produksi kering tahun sebelumnya. Jumlah pupuk rata – rata yang digunakan Unit
Perkebunan Tambi untuk TM yaitu, Urea 390 kg/ha/tahun, SP-36 99 kg/ha/tahun,
KCL 119 kg/ha/tahun dan Kieserit 66 kg/ha/tahun. Unsur N adalah unsur yang
paling banyak dibutuhkan tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk. Apabila
tanaman teh kekurangan unsur N maka pertumbuhan pucuk burungnya lebih
banyak dibandingkan pucuk peko.
Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur ke dalam lubang pupuk yang
telah dibuat satu hari sebelumnya. Lubang pupuk TBM dibuat dengan cara
ditugal, sedangkan untuk TM dengan cara dibuat lubang kecil menggunakan
kored atau cangkul. Kedalaman lubang sekitar 10 cm dan jarak dari pangkal
bawah tanaman ± 10 – 15 cm. Pupuk diberikan antar dua baris tanaman, jarak
lubang terhadap tanaman teh ± 15 cm dari tajuk hal ini diharapkan agar pupuk
dapat terserap merata oleh dua tanaman. Lubang pupuk harus segera ditutup
setelah pupuk dimasukkan untuk menghindari penguapan. Pemupukan melalui
tanah disajikan pada Gambar 2.

18

dilaksanakan pada bulan Februari hingga November. Kenyataan yang dilakukan
di lapangan penggunaan Zinksulfat dilakukan pada 2 – 3 hari setelah
dilakukannya pemetikan. Pemberian Zinksulfat bertujuan untuk mempercepat
menyembuhkan luka dan mempercepat pertumbuhan tunas.
PPC (Pupuk Pelengkap Cair) diaplikasikan sebanyak 8 kali pada musim
kemarau pada bulan Mei – Agustus, pengaplikasian di lapangan 2 kali dalam
sebulan dengan interval 15 hari. PPC yang digunakan antara lain Green Asri
(GA), Fertifort, Sanfor, Super Top Soil (STS) dan Kompeni dengan dosis yang
dianjurkan 0,5 l ha-1. PPC tersebut dicampur dengan Urea dengan dosis 500 g ha-1
dan KCl sebanyak 250 g ha-1 dan Zinksulfat sebanyak 1 kg ha-1. Pupuk dan PPC
yang telah di dicampur kemudian dilarutkan air sebanyak 250 – 300 l ha-1.
Alat yang dibutuhkan dalam penyemprotan adalah drum, gelas ukur,
ember, selang, pengaduk, mesin diesel dan power sprayer. Cara aplikasi pupuk
yang dilakukan Unit Perkebunan Tambi adalah pemupukan lewat daun
menggunakan drum plastik yang berkapasitas 1 000 l.
Penyemprotan pupuk daun yang dilaksanakan di lapangan disemprotkan
pada bagian atas daun dan mengenai pucuk. Pupuk daun tersebut diaplikasikan
pada pagi hari mulai dari pukul enam hingga pukul sepuluh, karena pada pagi hari
stomata yang terdapat pada daun terbuka sehingga pupuk dapat terserap oleh
daun. Penyemprotan PPC lewat daun dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Penyemprotan PPC lewat daun
Pengendalian Gulma
Jenis gulma dominan yang tumbuh di areal Unit Perkebunan Tambi antara
lain adalah pacar air (Impatien plathypetala), rendengan (Centela asiatica),
babadotan (Ageratum conyzoydes), kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput
teki (Paspalum conjugatum), Sida acuta, alang-alang (Imperata cylindrica) dan
kentangan (Borreria alata). Populasi gulma di Unit Perkebunan Tambi sangat
tinggi saat menjelang dilaksanakannya pemupukan dan pengendalian secara
manual merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membersihkannya. Gulma
dikendalikan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan , pengurangan inang OPT,
dan dapat meningkatkan produksi.
Pengendalian gulma yang dilakukan melalui tiga cara yaitu kultur teknis,
manual (manual weeding) dan kimiawi (chemical weeding). Pelaksanaannya

19

disesuaikan dengan kondisi gulma dan kondisi tanaman yang ada di kebun. Gulma
banyak ditemukan pada TBM dan TM yang telah dipangkas. Hal ini dikarenakan
frame tanaman yang belum rapat serta terbukanya permukaan tanah sehingga
cahaya matahari mudah masuk pada areal tersebut yang mengakibatkan
pertumbuhan gulma semakin cepat. Pengendalian gulma secara kimiawi disajikan
pada Gambar 4.

Gambar 4 Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara manual (manual weeding) adalah
mengendalikan populasi gulma dengan menggunakan tangan dan alat parang atau
sabit. Istilah yang dikenal di Unit Perkebunan Tambi untuk pengendalian gulma
secara manual adalah babad bokor. Babad bokor merupakan kegiatan
pengendalian gulma yang ada di permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah
dengan menggunakan sabit. Babad bokor dilaksanakan menjelang pemupukan,
agar populasi gulma yang ada di areal tanaman teh menurun sehingga pemupukan
yang dilakukan dapat efektif. Pengendalian gulma dilakukan secara hati – hati
agar tidak menyebabkan kerusakan pada perakaran dan pangkal batang tanaman
teh, karena pada pangkal batang yang rusak dapat menyebabkan masuknya
penyakit jamur leher akar. Pengendalian manual kurang efektif pada gulma
tahunan yang berkembang biak dengan stolon, rimpang, umbi, sehingga dapat
diantisipasi dengan pengendalian gulma secara kimiawi.
Herbisida yang digunakan berupa herbisida kontak dan sistemik. Jenis
herbisida sistemik yang digunakan