Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Unit Perkebunan Pt Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING
KARANGANYAR, JAWA TENGAH

ALYSA INDIRA YASMINE

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan
Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit
Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016

Alysa Indira Yasmine
NIM A24100111

ABSTRAK
ALYSA INDIRA YASMINE. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning,
Karanganyar, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH
Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek
pemangkasan. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Rumpun Sari Kemuning,
Karanganyar, Jawa Tengah pada 10 Februari - 10 Juni 2014. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Gilir
pangkas di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning yaitu 4 tahun sesuai
dengan pedoman pemangkasan untuk daerah dataran tinggi (> 1 200 m dpl),
namun karena beberapa permasalahan, gilir pangkas dapat mencapai empat

hingga enam tahun. Hal ini disebabkan kondisi kebun, iklim, biaya, dan tenaga
kerja. Luas areal yang dipangkas setiap tahun adalah 25 % dari total luas lahan
produktif (437.82 ha). Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan sabit
pangkas dan mesin pemotong. Gilir pangkas berpengaruh terhadap pertumbuhan
pangkas dan jenis pangkasan pada tanaman teh.
Kata kunci: tanaman teh, pemangkasan, gilir pangkas, jenis pangkas

ABSTRACT
ALYSA INDIRA YASMINE. Purning Management of Tea (Camellia sinensis
(L.) O. Kuntze) at PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.
Supervised by ADOLF PIETER LONTOH
The objective of internship activity is to improve knowledge, technical and
managerial experiences and learn aspects of the tea pruning. Internship activity
was held in PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Central Java on 10
February to June 10, 2014. Data were collected using direct and indirect
methods. The round pruning in plantation unit of PT Rumpun Sari Kemuning . 4
years in accordance with the guidelines of the highlands pruning (> 1200 m
above sea level), but due to some problems, shift pruning can reach four to six
years. The several factors that affected are plantation areal, climate, cost, and
manpower. The pruning area is 25% per year of the total productive area (437.82

ha). Pruning was done by using a sickle pruning and cutting machines. Round
puring affect on bud growth and pruning type.
Keywords: tea, pruning, production, productivity

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING
KARANGANYAR, JAWA TENGAH

ALYSA INDIRA YASMINE

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Judul Skripsi : Pengolahan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah
Nama
: Alysa Indira Yasmine
NIM
: A24100111

Disetujui oleh

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa
Tengah.”.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis selama
kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di Unit Perkebunan PT
Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta, dan adik-adik tersayang atas kesabaran dan cinta kasih
yang tulus yang menjadi semangat utama Penulis.
2. Ir Adolf Pieter Lontoh, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi.
3. Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan yang membangun bagi penulis.
4. Dr Ir Supijatna, MS dan Dr Edi Santosa, SP MSi selaku dosen penguji atas

masukan-masukan perbaikan
5. Direksi PT Rumpun Sari Kemuning, Bapak Dwi Koranto selaku pimpinan
perusahaan yang membimbing selama magang, staff kebun dan semua
pihak yang terkait magang.
6. Teman- teman yang dengan sabar mendukung dan menyemangati saya
Auliyaa, Anto, Devi, Kania, Nuki, Putri, Widya, Yuniar, Adhita, Monica,
Ibal, Ipan, Cila dan Zikri.

Bogor, Februari 2016
Alysa Indira Yasmine

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


METODE

5

Tempat dan Waktu

5

Analisi Data dan Informasi

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum

8
8

Pelaksanaan Kegitan Magang


12

Pembahasan

31

KESIMPULAN DAN SARAN

38

Kesimpulan

38

Saran

39

DAFTAR PUSTAKA


39

LAMPIRAN

41

RIWAYAT HIDUP

55

DAFTAR TABEL
1 Produksi dan produktivitas teh PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2009-2013
2 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan jenis dan
tingkat serangan hama dan penyakit
3 Gilir petik di PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2014
4 Hanca petik di PT Rumpun Sari Kemuning pada tahun 2014
5 Hasil analisis pucuk di PT Rumpun Sari Kemuning
6 Rencana dan realisasi pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning

tahun 2010 - 2014
7 Rata-rata tinggi dan diameter bidang petik tanaman
sebelum pemangkasan
8 Presentase pucuk burung
9 Rata-rata tinggi pangkas
10 Kerusakan cabang setelah pangkas
11 Gilir pangkas
12 Kapasitas pemangkas

10
16
20
20
24
33
33
34
35
36
37
37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Pengendlian gulma pada tanaman teh
Pemupukan pada tanaman teh
Daun the yang terserang hama dan penyakit
Pangkas bersih
Jenis pangkas
Alat petik daun
Pemetik daun teh
Proses penimbangan daun teh
Proses pengolahan daun teh
Mesin Press Roll
Mesin Endless Chain Presser (ECP)
Mesin Rotary Dryer (RD)
Mesin Ball Tea
Mesin sortasi kering
Mesin pangkas
Grafik pertumbuhan tunas

13
14
16
17
18
21
22
23
25
25
27
28
28
28
36
28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas
PT Rumpun Sari Kemuning Karanganyar
43
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
PT Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar
44
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun

PT Rumpun Sari Kemuning
4 Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten kebun
PT Rumpun Sari Kemuning (Lanjutan)
5 Peta lokasi PT Rumpun Sari Kemuning
6 Struktur organisasi PT Rumpun Sari Kemuning
7 Jumlah tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning
8 Relisasi dan rencana pangkas di PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2004 - 2014
9 Curah hujan dan hari hujan di PT Rumpun Sari Kemuning
tahun 2003 - 2013
10 Luas areal per blok PT Rumpun Sari Kemuning

43
44
45
46
47
48
50
51

DAFTAR TABEL
1 Tingkat kekerasan dan kandungan gula buah pisang ambon pada suhu
simpan yang berbeda dan pemberian putresinaError! Bookmark not defined.
2 Tingkat kekerasan buah pisang raja pada suhu simpan yang berbeda dan
pemberian putresina
Error! Bookmark not defined.
3

DAFTAR GAMBAR
1 Diameter bunga krisan cv. Red Granada () dan Gold van Langen ()
pada beberapa tingkat naungan
Error! Bookmark not defined.
2 Style yang tersedia pada templat
Error! Bookmark not defined.
3 Opsi pembuatan bagian Daftar Isi
Error! Bookmark not defined.
4 Membuat text box
Error! Bookmark not defined.
5 Jendela Layout
Error! Bookmark not defined.
6 Pilih Top and Bottom pada jendela Text WrappingError! Bookmark not defined.
7 Jendela untuk memasukkan judul ilustrasi Error! Bookmark not defined.
8 Jendela pembuatan Daftar Gambar, Tabel, dan LampiranError! Bookmark not defined.
9 Menu untuk memasukkan page break
Error! Bookmark not defined.
10 Contoh gambar yang memiliki lebar kurang dari 10 cmError! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia tanah dari
78 contoh tanah di Kebun Percobaan CiheuleutError! Bookmark not defined.
2 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung yang ditanam pada
lima ketinggian tempat
Error! Bookmark not defined.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinenis (L) 0. Kuntze) merupakan tanaman tahunan
yang termasuk dalam kelas Dicotyledoneae, family Theaceae (Eden 1965).
Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah
yang berbatasan dengan Cina, India, dan Burma. Teh merupakan bahan minuman
yang dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses pengolahan. Manfaat
dari mengkonsumsi teh antara lain memberikan rasa segar dan dapat memulihkan
kesegaran badan.
Komoditas teh merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang
telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber devisa penting di sub
sektor pertanian (Setyamidjaja 2000). Indonesia hingga tahun 2012 menempati
urutan ke delapan negara penghasil teh terbesar. Peringkat pertama ditempati oleh
Cina, dibawahnya India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam (Ditjenbun 2012).
Salah satu penyebab menurunnya ekspor teh nasional adalah karena
produksi teh yang terus menurun akibat adanya konversi kebun teh. Luas areal
perkebunan teh Indonesia tahun 2005 adalah 139 121 ha sedangkan pada tahun
2011 luas perkebunan teh Indonesia menurun menjadi 123 938 ha. Produksi pada
tahun 2005 mencapai angka 166 091 ton daun kering sedangkan pada tahun 2011
produksi menurun sampai 150 776 ton daun kering. Produktivitas teh pada tahun
2005 mencapai 1.191 ton ha-1 sedangkan pada tahun 2011 produktivitas 1.221 ton
ha-1. Penurunan luasan areal perkebunan teh akan menimbulkan penurunan
produksi tanaman teh. Produksi teh dapat mempengaruhi volume ekspor teh. Pada
data ekspor impor teh terdapat penurunan volume ekspor teh pada tahun 2005 dari
102 389 ton menjadi 75 450 ton pada tahun 2011. Data impor pada tahun 2005
memiliki volume impor 5 479 ton mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai
19 812 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa produksi dan luasan areal
perkebunan teh akan mempengaruhi volume kebutuhan ekspor dan impor
perkebunan teh Indonesia (Ditjenbun 2011). Kualitas pucuk teh yang memenuhi
kriteria ekspor impor dapat ditentukan oleh budidaya tanaman teh yang baik dan
aspek pemetikan pada setiap perkebunan.
Tingkat produktivitas teh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah iklim, teknik budidaya (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan,
pengendalian hama penyakit), pemetikan, tenaga kerja dan kondisi internal dalam
perkebunan seperti manajemen perkebunan tersebut (Setyamidjaja 2000).
Produktivitas kebun sangat dipengaruhi oleh penerapan teknik budidaya yang
tepat karena permintaan masyarakat terhadap teh tidak hanya terbatas pada
kuantitas tetapi juga kualitas. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya yang tidak
hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mutu teh dan olahannya.
Salah satu upaya teknik budidaya untuk menjaga dan meningkatkan
produktivitas tanaman adalah melalui pemeliharaan tanaman dengan cara
pemangkasan. Hal ini disebabkan tanaman teh dibudidayakan untuk diambil
pucuknya sehingga pemangkasan diperlukan untuk merangsang pertumbuhan
pucuk. Apabila tanaman teh dibiarkan tumbuh secara alami tanpa dipangkas maka
ketinggiannya dapat mencapai 15 m. Tanaman teh dengan ketinggian tersebut

2
akan sedikit menghasilkan pucuk dan pemetikan akan sulit dilakukan. Untuk
dapat melakukan pemetikan dengan mudah, maka perdu atau bidang petik teh
harus rendah. Perdu atau bidang petik yang rendah dapat diperoleh dengan jalan
pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006). Pemangkasan adalah salah
satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanman teh untuk mencapai produksi
pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih pangkasan harus tepat, agar tujuan
pemangkasan yang diharapkan tercapai.
Pemangkasan dilakukan pada tanaman teh yang belum menghasilkan dan
tanaman yang menghasilkan. Pemangkasan pada tanaman belum menghasilkan
bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan yang ideal dan
bidang petik yang luas. Pemangkasan pada saat tanaman menghasilkan bertujuan
untuk mengusahakan pertumbuhan tanaman agar tetap pada fase vegetatif,
membuat bidang petik tetap rendah, membentuk bidang petik seluas mungkin,
merangsang pertumbuhan tunas baru, dan mengatur fluktuasi produksi harian agar
tetap stabil (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2009).
Hasil pemangkasan yang baik ditunjukkan oleh cara pemangkasan. Cara
pemangkasan yang harus dilakukan agar hasil pemangkasan baik yaitu bidang
pagkas harus sejajar dengan permukaan tanah, pemangkasan dilakukan dari kedua
sisi perdu untuk membentuk luka pangkas menghadap ke dalam perdu, dan untuk
satu blok sebaiknya dipangkas pada bulan yang sama. Gaet atau gergaji yang
digunakan dalam pemangasan harus tajam agar cabang atau ranting yang dipotong
tidak pecah atau rusak (Setyamidjaja 2000).
Kegiatan pemangkasan juga harus dilakukan oleh tenaga kerja terampil
untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pelaksanaannya. Pemangkasan
yang dilakukan dengan tidak baik dan hati-hati dapat menyebabkan kerusakan
bahkan kematian pada tanaman teh. Oleh karena itu, keterampilan pemangkas
diperlukan untuk memperkecil kerusakan pada tanaman.
Tujuan Magang
Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengetahuan mengenai
aspek teknis dan manajerial perkebunan teh, memahami proses kerja di lapang
serta mendapat keterampilan dan pengalaman kerja dalam pengelolaan kebun teh.
Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari pengelolaan
pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning,
Karanganyar Jawa Tengah.

TINJAUAN PUSTAKA
Ekofisiologi dan Botani Teh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 25o LU – 35o LS dan 95o
BT – 105o BT yang terletak diantara pegunungan di Asia Barat sampai
pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja 2000). Tanaman ini akan tumbuh
baik di daerah dataran tinggi meskipun tidak menutup kemungkinan tanaman teh
juga dapat tumbuh di dataran rendah tetapi dengan mutu yang kurang baik.
Teh pada umumnya berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan
cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Daunnya berwarna hijau tua dan

3
agak bergerigi, ukuran panjangnya bisa mencapai tinggi hingga 10 - 15 cm.
Bunganya berbentuk bulat, berwarna keputih-putihan menyerupai bunga yasmin
dan dilapisi lilin. Buah teh termasuk buah kotak yang umumnya terdiri atas tiga
butir biji. Biji tanaman teh mengandung minyak dengan kadar yang tinggi , yaitu
20 % berat biji (Spillane 1992).
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis dengan
menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tinggi tanaman teh
dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh
dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemangkasan secara
berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh
tunas-tunas daun teh yang cukup banyak.
Lingkungan fisik yang baik diperlukan untuk pertumbuhan tanaman teh.
Kondisi iklim yang mendukung akan mempengaruhi mutu daun teh. Tanaman teh
memerlukan curah hujan tahunan sekitar 2 000 mm – 2 500 mm dan suhu harian
berkisar 13 oC – 15 oC. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk siang dan tidak
kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006 ).
Syarat Tumbuh
Ketinggian tempat yang baik bagi pertumbuhan tanaman teh yaitu 250 –
2 000 m di atas permukaan laut (m dpl). Tanaman teh yang ada di Indonesia
umumnya ditanam pada ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl (Setyamidjaja,
2000). Berdasarkan Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), daerah perkebunan teh
di Indonesia menurut ketinggian tempat terbagi atas tiga daerah yaitu perkebunan
daerah rendah (< 800 m dpl), perkebunan daerah sedang (800 – 1 200 m dpl) dan
perkebunan daerah tinggi (> 1 200 m dpl).
Daerah pertanaman untuk tanaman teh harus memiliki curah hujan yang
cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sebesar 2 000 – 2 500 mm. Hal ini
disebabkan tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan
mempengaruhi kelembaban di suatu tempat. Kelembaban yang dibutuhkan oleh
tanaman teh berkisar 80 % dan suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar 13
– 25 ºC (Setyamidjaja, 2000). Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan semakin cepat bila sinar
matahari intensif sepanjang curah hujan mencukupi.
Areal pertanaman teh harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik.
Tanah yang baik sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah tanah yang gembur,
subur, kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas dan mempunyai derajat
keasaman (pH) 4.5 – 6.0 (Setyamidjaja 2000).
Budidaya Tanaman Teh
Tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Pada
perbanyakan generatif digunakan bahan tanaman asal biji, sedangkan perbanyakan
vegetatif digunakan bahan tanaman asal stek berupa klon. Stek yang digunakan
adalah stek daun yang diambil dari daun ke-tiga hingga ke-sembilan. Tanaman
yang digunakan adalah tanaman umur lima sampai enam bulan setelah
pemangkasan yaitu sebelum tunas-tunas di ketiak daun mulai berkembang
(Spillane, 1992). Perbanyakan tanaman teh secara vegetatif merupakan salah satu

4
cara untuk mempertahankan sifat-sifat baik tanaman induk (klon) karena tidak
terjadi perubahan sifat genotip (Setyamidjaja 2000).
Tanaman teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam sesuai dengan
kemiringan lahan. Menurut Tobroni dan Adimulyo (1997), lahan datar hingga
kemiringan 15 % berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan lahan 15 – 30 %
berjarak tanam 120 cm x 75 cm dan kemiringan lahan lebih dari 30 % berjarak
tanam 120 cm x 60 cm.
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat
dalam peningkatan produksi pucuk di kebun teh. Beberapa jenis hama penting
yang menjadi masalah yaitu Helopeltis sp., ulat jengkal, ulat penggulung daun,
ulat penggulung pucuk, ulat api dan tungau jingga. Adapun penyakit yang
berbahaya yaitu cacar daun teh (blister blight). Cara pengendalian sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi kebun teh masing-masing (Pusat Penelitian Teh
dan Kina 2006).
Pemangkasan
Menurut Setyamidjaja (2000), pemangkasan merupakan salah satu kegiatan
budidaya dalam pemeliharaan teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan
mudah, cepat, dan efisien sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak.
Kegiatan pemangkasan bertujuan untuk membentuk bidang petik seluas mungkin
dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan
pucuk dalam jumlah yang besar. Tujuan pemangkasan lainya adalah membuang
cabang-cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunastunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan
tanaman dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis
maupun serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya
pengendalian hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh
agar tetap pada fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis yang dapat
berpengaruh terhadap produksi dan dianggap efisien apabila produksi dapat
dicapai pada tingkat yang paling tinggi. Faktor yang berpengaruh terhadap
program pemangkasan antara lain: tinggi tempat dari permukaan laut, tipe
pemangkasan, kesehatan tanaman, dan waktu pemangkasan (Dalimoenthe dan
Johan 2009). Tinggi pemangkasan pada daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60 70 cm, pada dataran sedang (800 - 1 200 m dpl) 50 - 60 cm, sedangkan pada
daerah dataran tinggi
(> 1.200 m dpl) 50 - 60 cm, pada umumnya tinggi
pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40 - 70 cm (Tobroni 1988).
Pemangkasan sebaiknya dilakukan saat tanaman sedang sehat, karena mempunyai
cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali dan didukung oleh
faktor lingkungan yang baik terutama oleh suhu dan kelembaban (Sukasman
1998).
Pemangkasan harus segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit
dijangkau oleh pemetik. Tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal
untuk ukuran tinggi badan pemetik di Indonesia. Jika tinggi tanaman lebih dari
120 cm maka hasil pemetikan pucuk rendah karena bidang petik diluar jangkauan
pemetik. Ada dua pengertian tentang waktu pemangkasan, yaitu gilir
pemangkasan dan jadwal kebun untuk melakukan pemangkasan dalam satu tahun.

5
Pemangkasan dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak,
dan didukung oleh faktor pemangkasan yang optimum. Waktu pemangkasan
dapat dilaksanakan pada bulan Mei - Juni (akhir musim hujan) dan bulan OktoberNovember (awal musim hujan) (Sukasman 1998).
Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu
dengan pangkasan berikutnya. Panjang pendeknya daur pemangkasan dipengaruhi
oleh beberapa faktor letak ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman,
dan tinggi pangkas sebelumnya (Setyamidjaja 2000). Daur pangkas yang optimal
ditentukan oleh produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini
terjadi apabila produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu sama
dengan produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu (Suwardi 1991).
Pucuk burung adalah pucuk yang tunasnya dalam keadaan dorman sehingga
beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Tanaman yang sudah mendekati
gilir pangkas jumlah pucuk burung akan meningkat. Pada saat kondisi pucuk
burung tinggi maka kadar pati akar cukup banyak. Apabila presentase pucuk
burung mencapai 70% maka peangkasan pada areal tersebut dapat dilakukan
(Sukasman 1998).
Tipe-tipe pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul dan bersih.
Pemangkasan kepris adalah pemangkasan dengan bidang pangkas rata seperti
meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting dan dilakukan pada
ketinggian 60 - 70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan
dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengah agak rendah
(ngamangkok) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran >
1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada ketinggian 45 - 60
cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan ketinggian 45 - 60 cm,
dengan meninggalkan dua cabang yang berdaun di sisi perdu (ajir atau jambul)
dengan jumlah daun 50 - 100 lembar, dan dilaksanakan menjelang pemetikan
jendangan (Setyamidjaja 2000).

METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan dari 10 Februari 2014
hingga bulan 10 Juni 2014, di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning
Karanganyar Jawa Tengah.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan PT Rumpun
Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah dengan dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan dengan
mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pemeliharaan, pemetikan,
administrasi dan manajerial. Metode tidak langsung dilaksanakan dengan
mengambil data sekunder dari arsip-arsip serta laporan-laporan yang ada di
perusahaan dan wawancara dengan mandor ataupun perangkat kantor.

6
Pelaksanaan magang dibagi dalam tiga tahapan kegiatan sesuai dengan
status pekerja yang dijalankan. Kegiatan yang dilakukan selama magang
adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor,
dan pendamping asisten kebun. Aspek khusus magang yang diamati adalah
mengenai pengelolaan pemangkasan tanaman teh, sehingga disela-sela waktu
kerja harus mengkhususkan kegiatan tersebut untuk mendapatkan data primer
maupun sekunder.
Kegiatan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL)
adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan
meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan,
pemangkasan dan pemetikan. Jurnal harian dibuat saat menjadi KHL (Lampiran
1).
Kegiatan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping mandor.
Pekerjaan yang dilakukan meliputi: menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir,
membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan,
membantu membuat laporan harian serta mengsi jurnal kegiatan harian
(Lampiran 2).
Kegiatan pada bulan ketiga dan keempat adalah sebagai pendamping
asisten kebun. Kegiatan yang dilaksanakan saat menjadi pendamping asisten
kebun antara lain membantu asisten dalam mengawasi kerja mandor dan pekerja,
membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan
membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan Sebelum Pemangkasan
1. Tinggi bidang petik.
Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah sampai ke
puncak bidang petik dengan menggunakan meteran pada tanaman contoh.
2. Diameter bidang petik (DBPt).
Pengukuran dilakukan dari kedua arah timur-barat dan utara-selatan dari
bidang petik pada tanaman contoh kemudian diambil rata-rata dari kedua
luas tersebut.
i

+ i

DBPt =
3. Persentase pucuk burung.
Perhitungan pucuk burung dan pucuk peko dilakukan pada perdu tanaman
yang akan dipangkas produksi. Perhitungan pucuk burung dan pucuk peko
dilakukan dengan menggunakan lingkaran yang terbuat dari bambu
dengan diameter 75 cm, kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang
berada didalam lingkaran dihitung jumlahnya.
0

0 Pucuk

burung 

Jumlah pucuk burung
x 100 0 0
Jumlah pucuk (burung  peko)

Pengamatan pada Saat Pemangkasan
1. Tinggi pangkasan.
Pengukuran tinggi pangkasan dilakukan dari permukaan tanah sampai luka
bekas pangkasan pada tanaman yang telah dipangkas dengan
menggunakan tongkat ukur.

7

2. Luas areal pemangkasan.
Menganalisa target luas areal pangkasan yang telah ditetapkan kebun dan
realisasi pangkasan yang dilakukan di kebun.
3. Diameter bidang pangkas (DBP).
Diameter bidang pangkas diukur berdasarkan diameter bidang pangkas
dari kedua arah timur-barat dan utara-selatan dan diambil kedua rataratanya.
diameter utara − selatan + timur − barat
DBP =

4. Jenis pangkasan.
Jenis pangkasan diamati baik secara langsung maupun wawancara dengan
pembimbing asisten manajer tanaman.
5. Waktu pemangkasan.
Data waktu pemangkasan diperoleh dan wawancara dengan asisten
manajer tanaman.
6. Gilir pangkas
Data gilir pangkas diperoleh melalui wawancara dengan asisten manajer
tanaman dan mempelajari laporan tahunan.
7. Alat pangkas
Alat pangkas yang digunakan diamati pada saat pemangkasan atau
wawancara langsung dengan mandor.

Pengamatan Setelah Pemangkasan
Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pertumbuhan
tunas. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas mulai pangkal tunas
sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan dua minggu sekali mulai dua minggu
setelah pemangkasan (MSP) hingga hingga delapan minggu berikutnya.
Pengamatan dilakukan pada 20 tanaman contoh yang diambil secara acak pada
setiap blok.
Analisis Data dan Informasi
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat
hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan
maupun standar baku yang berlaku pada pemetikan teh. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %, rata-rata dan
persentase. Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
� =

�=

√ � −

�̅ + �̅

��√



+



+ � −
� +� −

8
Nilai berbeda nyata apabila t hitung > t tabel dan tidak berbeda nyata
apabila t hitung < t tabel, t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan
derajat bebas (n1+n2-2) (Walpole, 1992).

KEADAAN UMUM
Sejarah Umum PT Perkebunan Rumpun Sari Kemuning I
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dirintis oleh bangsa Belanda
pada waktu itu sedang menjajah Indonesia dengan nama NV Culture Mascave
dengan pusat pengolaan di Belanda. Pada tanggal 11 April 1852 pemerintahan
Belanda memberikan Hak Guna Usaha (HGU) dalam jangka waktu 50 tahun
kepada kakak beradik warga Belanda yang diberikan lahan di Kecamatan
Ngargoyoso dengan luas 812.127 ha dan Kecamatan Jenawi dengan luas 238.828
ha sehingga luas totalnya 1 051 ha. Lahan tersebut ditanami kopi dan teh yang
pengolahannya diserahkan ke pada Firma Watering dan Labor yang berkedudukan
di Belanda yang bernama Culture Maatschapij Kemuning.
Pada saat Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942 hingga 1945,
perkebunan teh NV Culture Maatschapij Kemuning untuk pengelolaannya
berpindah tangan ke pemerintah Jepang. Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah
pada perang dunia II, perkebunan teh tersebut dikelola oleh Mangkunegaran
Surakarta yang dipimpin oleh Ir Sarsito hingga tahun 1948. Pada tahun 1948 1950 kebun Kemuning diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan hasil produksi
digunakan untuk membiayai perjuangan Indonesia. Pada tanggal 19 Mei 1950
dengan adanya Konferensi Meja Bundar perkebunan kemuning diserahkan
kembali ke NV. Culture Maatschapij Kemuning hingga tanggal 19 Desember
1952. Pada tahun 1953 Culture Maatschapij Kemuning dicabut tanpa diserahkan
ke pihak manapun dan diserahkan Perkebunan Kemuning (KPPK).
Pada tanggal 1 April 1990 PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra
Agroniaga yang berada di Jakarta dan pengolahannya diserahkan kepada PT Astra
Agroniaga, maka terbentukah nama baru untuk perkebunan Kemuning yaitu PT
Rumpun Sari Kemuning. Pada tanggal 1 Mei 2004 PT Astra Agro Niaga melepas
PT Rumpun Sari Kemuning karena ingin lebih berkonsentrasi menangani
perkebunan kelapa sawit. PT Rumpun Sari Kemuning ini akhirnya dibeli oleh
Bapak Ketut Gede Yudantara yang berasal dari Bali dan menjadi hak perorangan.
Kemudian Bapak Ketut Gede Yudantara bekerja sama dengan PT Sumber Abadi
Tirta Sentosa (SATS).
PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS) adalah salah satu perusahaan
divisi agro dan perkebunan di bawah Yudiko Group yang merupakan perusahaan
multinasional. Dalam pengelolaannya PT Rumpun Sari Kemuning hanya
menangani masalah pengolahan produk, pengiriman produk pada konsumen,
menjadi perusahaan delivery order dan melakukan pengiriman barang
berdasarkan pesanan PT Sumber Abadi Sentosa (SATS). PT Sumber Abadi Tirta
Sentosa menangani masalah manajemen pemasaran dan hal-hal yang berkaitan
dengan keuntungan. Kerjasama ini berlangsung sampai sekarang.

9
Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning terletak di Desa Kemuning,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Karesidenan Surakarta,
Provinsi Jawa Tengah. Lokasi perkebunan pabrik teh PT Rumpun Sari Kemuning
terletak antara 11.1 - 11.25o BT dan 7.4 - 7.6o LS. PT Rumpun Sari Kemuning di
sebelah timur berbatasan dengan Perhutani Gunung Sewu, di sebelah barat
dengan kebun karet PTPN XVIII, di sebelah utara dengan Kecamatan Jenawi,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nggadungan dan Kecamatan
Ngargoyoso (Lampiran 4).
Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim
Curah hujan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning antar 2 500 3 000 mm. Pada data curah hujan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir (2003 2014) berkisar 2 678.1 - 5 157.5 mm tahun-1 dengan rata-rata 3 648.15 mm tahun-1
dan hari hujan berkisar 126 - 220 hari dengan rata-rata 152.72 hari hujan. Tipe
iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe B dengan
rata-rata 9.09 bulan basah (BB) dan 2 bulan kering (BK). Suhu harian pada tahun
2013 di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning berkisar antara 18.5 oC - 24 oC
dengan kelembaban udara (RH) berkisar antara 68 - 87% dan intensitas
penyinaran 40 - 55% dengan suhu rata-rata 21.5 oC (Lampiran 5). Jenis tanah
perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning memiliki jenis tanah latosol dengan pH
tanah 4.6 - 5.5 dengan topografi lahan yang landai bergelombang sampai berbukit
dengan tingkat kemiringan 0 - 45%. Selain itu jenis tanah lain yang ada pada
perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah :
a. Laterit, merupakan bahan andesit yang dihembuskan gunung berapi
yang terletak antra 800 m dpl
b. Tuff Liparit, adalah tanah berpasir (pasir kasar dan halus) dari bahan
yang dihembuskan gunung berapi, letaknya 100-900 m dpl
c. Andesit tua terdiri dari campuran tanah liat, abu, dan pasir. Letaknya
antara 800 - 900 m dpl
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning memiliki luas areal konsesi
seluas 437.82 ha, terdiri atas areal produktif 405.96 ha, areal cadangan 0.47 ha,
areal non tanaman (jalan, jurang, sungai, emplasemen) 27.12 ha dan sisanya
4.74 ha berupa areal yang tidak dapat ditanami (Lampiran 6). Total areal
produktif terbagi atas 2 afdeling,yaitu afdeling OA seluas 213.63 ha dan Afdeling
OB seluas 192.33 ha (Lampiran 6).
Kondisi Tanaman dan Produksi
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning mempunyai beberapa varietas
(klon) teh yang dibudidayakan antara lain : Klon TRI (Tea Research Institute of
Ceylon, Srilangka) 2024, TRI 2025, Gambung (Puslitbun Gambung, Indonesia),
dan CIN (Perkebunan Cinyiruan, Indonesia). Jarak tanam yang digunakan pada

10
Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning adalah 120 cm x 60 cm dengan populasi
rata-rata 1 143 pohon ha-1.
Produksi pucuk teh lima tahun terakhir (2009 - 2013) di PT Rumpun Sari
Kemuning memiliki rata-rata 3 584 190 kg tahun-1 dengan produksi teh hijau
kering sebesar 801 981 kg tahun-1. Rata-rata produktivitas tanaman teh basah
10 403.7 kg ha-1 dan produktivitas teh kering 2327.4 kg ha-1. Produksi dan
produktivitas selama lima tahun (2009 - 2013) di Perkebunan PT Rumpun Sari
Kemuning dapat dilihat pada Tabel 1.
Produksi tanaman teh di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 150 776 ton.
Dari data tersebut diketahui bahwa produksi perkebunan rakyat sebesar 51 507
ton, perkebunan pemerintah 65 144 ton, dan perkebunan swasta 34 125 ton.
Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning merupakan perkebunan sawasta pada
tahun 2011 menghasilkan 794.213 ton sehingga produksi teh diperkebunan
tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari produksi teh swasta di Indonesia.
Tabel 1 Produksi dan produktivitas teh PT Rumpun Sari Kemuning tahun 2009 2013
Produksi
Produktivitas
(kg)
(kg ha-1 th-1)
Basah
Kering
Basah
Kering
2009
328.23
3 894 935 866 237
11 866.5
2 639.1
2010
336.81
4 102 126 911 783
12 179.3
2 707.1
2011
349.87
3 531 519 794 213
10 093.8
2 270.1
2012
359.13
3 211 059 722 243
8 941.2
2 011.1
2013
355.94
3 181 312 715 428
8 937.8
2 009.9
Rata-rata 345.996 3 584 190 801 980.8
10 403.7
2 327.5
Sumber : Kantor Kebun dan Pabrik PT Rumpun Sari Kemuning 2014
Tahun

Luas TM
(ha)

Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dipimpin oleh Administratur
yang diangkat oleh direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS).
Administratur membawahi kepala sub bagian kebun, kepala sub bagian pabrik dan
kepala sub bagian kantor (kepala tata usaha).
Pimpinan unit perkebunan diangkat oleh Direksi Unit Perkebunan PT
Rumpun Sari Kemuning. Pimpinan Unit Perkebunan bertugas memimpin,
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai
pemimpin umum perkebunan. Beberapa tugas pemimpin umum perkebunan
adalah mengelola kebun dan kegiatan kebun, mengelola kegiatan pabrik dan
kantor serta kegiatan lain yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pemimpin
umum perkebunan. Pimpinan Unit Perkebunan membawahi secara langsung
asisten kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik dan asisten kepala bagian
kebun.
Asisten kepala bagian kantor bertugas memimpin, merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kantor perkebunan.
Kegiatan kantor meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam kegiatan

11
pengelolaan perkebunan, pembukuan, pengarsipan, sumber daya manusia dan
masalah umum perkebunan serta kegiatan kantor lainnya.
Kepala bagian pabrik bertugas memimpin, merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik. Kegiatan
bagian pabrik meliputi kegiatan pengolahan hasil kebun dan kegiatan pabrik
lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan. Kepala bagian pabrik dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan pengolahan, pembimbing
pelayuan, pembimbing penggilingan, pembimbing pengeringan, pembimbing
sortasi dan kepala gudang.
Asisten kepala bagian kebun bertugas memimpin, merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan bagian kebun. Kegiatan
bagian kebun meliputi kegiatan pengelolaan kebun, lahan dan kegiatan kebun
lainnya. Struktur organisasi di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning
ditetapkan berdasarkan SK Direksi. Struktur organisasi Unit Perkebunan PT
Rumpun Sari Kemuning dapat dilihat pada (Lampiran 7).
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning terdiri dari
karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari karyawan staf tetap dan staf
bulanan, sedangkan karyawan non staf terdiri atas pekerja borong harian tetap dan
pekerja borong harian lepas. Karyawan borong tetap adalah karyawan yang
bekerja tetap di perusahaan dan mendapatkan fasilitas jaminan sosial tenaga kerja
(jamsostek) dan asuransi kesehatan BPJS serta hadiah hari raya (HHR), sedangkan
karyawan borong lepas pekerjaannya tidak terikat dengan perusahaan sehingga
tidak mendapatkan asuransi tenaga kerja dan kesehatan. Jumlah tenaga kerja di PT
Rumpun Sari Kemuning Karanganyar tahun 2014 berjumlah 518 orang (Lampiran
8) dengan luas areal 405.96 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai
adalah 1.35 orang ha-1.
Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan untuk karyawan yang terdiri dari staff, bulok, dan
pekerja harian tetap ditentukan oleh manajemen atas persetujuan direksi. Besarnya
upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan
masing-masing dan besarnya disesuaikan dengan Upah Minimum Regional
(UMR) Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 1 060 000. Sistem pengupahan untuk
karyawan harian lepas terdiri dari pekerja harian panen, pekerja harian rawat,
pekerja harian Early Warning System (EWS), pekerja harian olah, pekerja harian
bongkar muat dan helper teknik. Besarnya upah ditetapkan berdasarkan prestasi
kerja. Upah pekerja lepas diberikan tiga kali dalam sebulan bagi karyawan borong
tetap dan harian lepas yaitu pada tanggal 10, 20, dan 30 pada setiap bulan.
Karyawan mendapatkan upah satu bulan sekali setiap tanggal 1 pada setiap bulan.
Kesejahteraan Karyawan
Unit Perkebuan PT Rumpun Sari Kemuning menyediakan berbagai fasilitas
bagi karyawan antara lain rumah dinas, asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan
BPJS, dan tunjangan keluarga. Rumah dinas digunakan untuk tempat tinggal

12
Administratur, Asisten, Kepala Tata Usaha dan Mandor. Karyawan yang
mendapatkan asuransi kesehatan penuh adalah karyawan dan pekerja harian tetap
meliputi pengobatan dan jasa rumah sakit. Tunjangan kerja diperuntukkan bagi
karyawan beserta keluarganya dengan pengelompokkan besar tunjangan keluarga
disesuaikan dengan status keluarga dan keturunan pada setiap bulan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai
karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti
apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada setiap apel pagi tersebut
dilakukan absensi kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen.
Semua kegiatan dimulai pada pukul 07.00 - 12.00 WIB dan dilanjutkan kembali
pada pukul 14.00 - 16.00 WIB. Pada hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul
07.00 - 11.30 dan dilanjutkan kembali 13.30 - 16.00. Sistem pengaturan jam
kerja untuk karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masingmasing shift 7 jam kerja. Aspek Teknis Budidaya tanaman teh di Perkebunan PT
Rumpun Sari Kemuning Karanganyar meliputi pemeliharaan tanaman,
pemanenan tanaman dan pengolahan hasil.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan merawat pokok tanaman perkebunan
teh. Pemeliharaan tanaman bertujuan menjaga tanaman tumbuh dengan baik,
menjaga kesuburan tanah serta mengawetkan tanah sehingga produksi tetap stabil
bahkan dapat ditingkatkan. Pemeliharaan tanaman di Unit Perkebunan PT
Rumpun Sari Kemuning meliputi pemeliharaan TBM dan TM yaitu pembentukan
bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pemeliharaan
saluran air dan lubang tadah serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan mengendalikan populasi gulma agar kerugian
yang ditimbulkan dapat ditekan. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak
dikehendaki karena tumbuh pada waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau
mengganggu tanaman produksi. Populasi gulma yang tidak terkendali akan
merugikan tanaman karena terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara, air,
cahaya matahari dan ruang tumbuh. Dengan menekan pertumbuhan gulma akan
memperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk
maksimal dan menekan kerugian serendah mungkin
Jenis gulma yang berada di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning
Karanganyar antara lain Melastoma malabathricum (sengganen), Clidemia hirta
(harendong), Eupatorium inulifolium (kirinyuh), Rubus rosaefolius (gucen),
Comellina diffusa (tali sahid), Mikania micrantha, dan Imperata cylindica (alang-

13
alang). Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga
memperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk
maksimal, dan kerugian yang serendah mungkin. Pengendalian gulma dilakukan
dengan dua cara yaitu secara manual (manual weeding) dan kimiawi (chemical
weeding) sesuai dengan keadaan gulma di kebun.
Pengendalian gulma secara manual menggunakan alat bantu seperti sabit.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad bokor dan
dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma
hingga akarnya. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang
pemupukan tanah, dilaksanakan 2 kali pada setiap tanaman umur pangkas I - IV.
Prestasi kerja penulis saat babad bokor (weeding manual) adalah 0.01 ha HK-1,
sedangkan prestasi kerja karyawan saat babad bokor adalah 0.125 ha HK-1.
Standar prestasi kerja karyawan pada saat weeding manual adalah 0.125 ha HK-1.
Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 1.

(a)

(b)
Gambar 1 Pengendalian gulma pada tanaman teh
(a) pengendalian gulma secara manual
(b) pengendalian gulma secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan
herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glifosat dengan dosis 1.5 l
ha-1 dan konsentrasi 4 ml l-1 air. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer
dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah
agar penyerapan herbisida ke tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan
terlihat 3 - 5 hari kemudian. Pada pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan
empat tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat konsentrasi, untuk
meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak
3 kali semprot dengan campuran hanya 1 jenis herbisida, sedangkan aplikasi
secara kimia dilakukan 4 kali semprot apabila campuran lebih dari 1 jenis
herbisida. Jenis herbisida yang digunakan antara lain Round up, Prosat dan
Gramoxone. Dosis yang digunakan adalah dosis 2 l ha-1. Prestasi kerja penulis
pada saat melakukan chemical weeding adalah 0.2 ha HK-1, sedangkan prestasi
kerja karyawan adalah 0.48 ha/HK dan standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha
HK-1.
Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan pemeliharaan tanaman dengan memberikan
unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah seimbang sesuai

14
kebutuhan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memenuhi kaidah 4 T yaitu
tepat jenis, tepat cara, tepat dosis dan tepat waktu. Pemupukan bertujuan untuk
memperbaiki sifat tanah serta meningkatkan daya dukung tanah sehingga dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar tanaman dapat tumbuh
secara optimal. Pemupukan yang dilakukan di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari
Kemuning menerapkan dua cara pemupukan yaitu melalui tanah dan daun
(Gambar 2). Pemupukan dilakukan dengan sistem gang dan tuntas per blok.
Pemupukan dilaksanakan tiga periode dalam setahun, yaitu pada bulan Februari,
Juni, dan Oktober. Pemberian jumlah pupuk didasarkan hasil analisa daun dan
tanah yang dilakukan di lapang. Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kadar
unsur yang terkandung sehingga memudahkan mengetahui apabila terdapat
kekurangan suatu unsur.

(a)

(b)

Gambar 2 Pemupukan pada tanaman teh
(a) pemupukan melalui tanah
(b) pemupukan melalui daun
Pemupukan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui
tanah dan pemupukan melalui daun. Pemupukan melalui tanah dilakukan sesuai
dengan analisis produksi kering teh dan kondisi tanaman teh di kebun teh.
Pemupukan dilakukan berdasarkan kebutuhan unsur hara pada tanaman pada
setiap bloknya. Pupuk yang diberikan melalui akar adalah pupuk Urea dan MOP
dengan kandungan unsur N dan K. Unsur-unsur ini berperan dalam pertumbuhan
vegetatif, dalam hal ini pertumbuhan pucuk. Unsur hara yang terkandung dalam
pupuk dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat karena pupuk tersebut bersifat
fast release. Jumlah kebutuhan pupuk masing-masing blok tidak sama. Pada
pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi tanaman. Pupuk daun
yang digunakan adalah ZnSO4 dengan dosis 3 kg ha-1. Pupuk daun ini diberikan
untuk menambah unsur hara mikro pada tanaman. Pupuk daun diaplikasikan
bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan
menggunakan alat mistblower dengan kapasitas 14 l tangki-1.
Waktu pemupukan pada pagi hari dimulai pukul 06.00. Areal yang akan
dipupuk harus bersih dari gulma. Pupuk diangkut menggunakan truk dari gudang
ke areal yang akan dipupuk. Pencampuran pupuk langsung di blok yang akan
dipupuk. Tenaga kerja untuk pemupukan dibagi dalam tiga pekerjaan yaitu
sebagai pencampur, pelangsir dan penabur pupuk. Pendistribusian pupuk oleh
tenaga pelangsir untuk mempercepat para penabur pupuk agar kegiatan
pemupukan berjalan lebih efektif. Pencampuran pupuk biasanya dikerjakan oleh
laki-laki dan langsung diangkat oleh para pelangsir. Penabur pupuk dikerjakan
oleh tenaga wanita. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemupukan antara lain

15
ember, terpal, sekop dan karung. Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat
pemupukan daun (bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman)
adalah 0.05 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.125 ha HK-1.
Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning menerapkan standar kerja untuk
pemupukan melalui daun sebesar 0.125 ha HK-1.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Perlindungan tanaman dari gangguan hama dan penyakit perlu diperhatikan
supaya hasil produksi perkebunan tidak terganggu. Dalam rangka proteksi
tersebut maka dilakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit dengan tujuan
menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman teh, sehingga diperoleh
pertumbuhan teh yang tinggi, produksi pucuk yang maksimal dan dapat menekan
angka kerugian yang mungkin terjadi. Hama utama yang menyerang tanaman teh
di PT Rumpun Sari Kemuning adalah Empoasca sp. ulat penggulung pucuk
(Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona cofferia), Thrips, Helopelthis
sp., motek dan Mithe. Gejala serangan yang ditimbulkan Empoasca sp. atau sering
disebut wereng hijau menyerang pada musim kemarau. Gejala hama ulat
penggulung pucuk (Cydia leucastome) menyerang pada musim hujan. Gejala
hama Thrips sp. menyerang daun tua dan daun muda. Hama Helopelthis sp.
biasanya menyerang pada blok dataran tinggi diatas 1000 mdpl. Serangga motek
menyerang tanaman teh pada dini hari pukul 04.00-05.00 dengan tanda lubang di
permukaan daun sedangkan Mith merupakan kutu jingga pada musim kemarau.
Pengendalian hama di Unit Perkebunan PT Rumpun Sari Kemuning dilakukan
dengan cara memetik daun atau pucuk yang terserang hama.
Penyakit cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur
Exobasidium vexans Massee, juga merupakan penyakit tanaman teh yang sering
menyerang di unit perkebunan ini. Bagian yang diserang yaitu daun atau ranting
muda. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban udara, sinar
matahari, angin dan ketinggian permukaan tanah. Spora berkembang pesat bila
kelembaban udara > 80 % dan intensitas sinar matahari kurang. Serangan cacar
terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada
umumnya terjadi saat musim hujan. Pengendalian penyakit ini dengan cara kultur
teknis yaitu mengurangi ranting pohon pelindung agar intensitas sinar matahari
lebih banyak, pemangkasan dilakukan sejajar dengan kemiringan tanah,
pengaturan daur petik kurang dari sembilan hari dan penanaman jenis tanaman
klon tahan penyakit cacar.
Pengendalian penyakit cacar dapat dilakukan juga secara sistemik
berdasarkan pada tingkat serangan hama dan penyakit melalui sampling EWS.
Pendeteksian dini (Early Warning System) terhadap serangan hama dan penyakit
perlu dilakukan untuk mengetahui persentase serangan yang terjadi di kebun.
Pelaksanaan deteksi dengan mengambil contoh tiga tanaman secara acak dalam
tiap patok, sehingga dalam luasan 1 ha terdapat 75 tanaman yang diamati
serangannya. Adanya deteksi tersebut akan diketahui Intensitas Serangan (IS) dan
Luas Serangan (LS). Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
�� % =

jumlah tanaman terserang

jumlah pokok sample

%

16
LS (ha) = IS (%) × Luas blok
Pengendalian penyakit secara kimia menggunakan fungisida kontak, dengan
menggunakan alat yaitu mist blower dengan penyemprotan yang dilakukan 2