Pengaruh Probiotik Enterococcus faecium IS-27526 dan Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus) Dalam Biskuit Fungsional Yang Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele dan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea sp.) Terhadap Profil Mikrobiota Fekal Monyet Ekor Panjang (Macaca fasc

1

PENGARUH PROBIOTIK Enterococcus faecium IS-27526 DAN
MINYAK IKAN LELE (Clarias gariepinus) DALAM BISKUIT
FUNGSIONAL YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG IKAN
LELE DAN TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea sp.) TERHADAP
PROFIL MIKROBIOTA FEKAL MONYET EKOR PANJANG
(Macaca fascicularis) BETINA USIA TUA

ERWIN ANGGA SETYA NUGRAHA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengaruh Probiotik Enterococcus faecium IS-27526 dan Minyak
Ikan Lele (Clarias gariepinus) Dalam Biskuit Fungsional Yang
Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele dan Tepung Ubi Jalar
(Ipomoea sp.) Terhadap Profil Mikrobiota Fekal Monyet Ekor

Panjang (Macacafascicularis) Betina Usia Tua
: Erwin Angga Setya Nugraha
Nama
: 114090077
NIM

Disetujui oleh

Clara M. Kusharto, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Ingrid S Surono, MSc
Pembimbing II

Diketahui
oleh
,
,"

Tanggal Lulus:


1 7 OCT 'Jryn

'

2

Judul Skripsi : Pengaruh Probiotik Enterococcus faecium IS-27526 dan Minyak
Ikan Lele (Clarias gariepinus) Dalam Biskuit Fungsional Yang
Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele dan Tepung Ubi Jalar
(Ipomoea sp.) Terhadap Profil Mikrobiota Fekal Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis) Betina Usia Tua
Nama
: Erwin Angga Setya Nugraha
NIM
: I14090077

Disetujui oleh

Dr Clara

Drh Clara
M.
Prof Prof
Dr Drh
M. Kusharto,
MSc
Kusharto,
MSc I
Pembimbing
Pembimbing I

Ir. Ingrid
S Surono,
M.Sc
DrDr.
Ir Ingrid
S Surono,
MSc
Pembimbing
Pembimbing

II II

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Probiotik
Enterococcus faecium IS-27526 dan Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Dalam Biskuit Fungsional Yang Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele dan Tepung
Ubi Jalar (Ipomoea sp.) Terhadap Profil Mikrobiota Fekal Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) Betina Usia Tua adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Erwin Angga Setya Nugraha
NIM I14090077

4

ABSTRAK
ERWIN ANGGA SETYA NUGRAHA. Pengaruh Probiotik Enterococcus
faecium IS-27526 dan Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus) Dalam Biskuit
Fungsional Yang Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele dan Tepung Ubi Jalar
(Ipomoea sp) Terhadap Profil Mikrobiota Fekal Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Betina Usia Tua. Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO dan
INGRID S. SURONO
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh probiotik
Enterococcus faecium IS-27526 dan minyak ikan lele (Clarias gariepinus) dalam
biskuit fungsional ikan lele yang diperkaya dengan tepung ubi jalar (Ipomoea sp)

terhadap mikrobiota fekal monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia
tua. Terdapat 9 Macaca fascicularis betina usia tua yang telah diadaptasikan
selama satu bulan sebelum penelitian, dan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
kelompol kontrol, kelompok probiotik E. faecium IS-27526, dan kelompok
probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan. Setelah 90 hari, bakteri asam
laktat fekal pada kelompok probiotik E. faecium IS-27526 serta kelompok
probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele kelompok mengalami
peningkatan secara signifikan (p < 0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Bakteri koliform fekal pada kelompok probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak
ikan mengalami penurunan secara signifikan ( p < 0,05 ) dibandingkan dengan
kelompok kontrol dan kelompok probiotik E. faecium IS-27526 setelah 90 hari.
Kata kunci : biskuit fungsional, ubi jalar, minyak ikan lele, probiotik E. faecium IS27526, profil mikrobiota fekal.

ABSTRACT
ERWIN ANGGA SETYA NUGRAHA. Effect of Probiotic Enterococcus
faecium IS-27526 and Catfish (Clarias gariepinus) oil in Functional Biscuit
Enriched with Catfish Flour and Sweet Potato (Ipomoea sp) Flour on Fecal
Microbiota of Aged Female Macaca fascicularis. Supervised by CLARA M.
KUSHARTO and INGRID S SURONO.
This study aimed to determine the effect of probiotic Enterococcus faecium

IS-27526 and catfish ( Clarias gariepinus) oil in functional biscuit enriched with
catfish flour and sweet potato (Ipomoea sp.) flour on fecal microbiota of aged
monkey (Macaca fascicularis). There were 9 female aged Macaca fascicularis
adapted for one month before the study, and divided into 3 groups, namely:
control group, probiotic E. faecium IS-27526 group, and probiotic E. faecium IS27526 and fish oil group. After 90 days administration, the fecal lactic acid
bacteria in probiotic E. faecium IS-27526 group as well as probiotic E. faecium
IS-27526 and fish oil group increased significantly (p < 0.05) as compared to the
control group. The fecal coliform bacteria in probiotic E. faecium IS-27526 and
fish oil group decreased significantly (p < 0.05) as compared to the control as well
as probiotic E. faecium groups after 90 days.
Keywords : functional biscuits, sweet potato, catfish oil, probiotic E. feacium IS27526, profile fecal microbiota

5

PENGARUH PROBIOTIK Enterococcus faecium IS-27526 DAN
MINYAK IKAN LELE (Clarias gariepinus) DALAM BISKUIT
FUNGSIONAL YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG IKAN
LELE DAN TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea sp.) TERHADAP
PROFIL MIKROBIOTA FEKAL MONYET EKOR PANJANG
(Macaca fascicularis) BETINA USIA TUA


ERWIN ANGGA SETYA NUGRAHA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Gizi
pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

6

PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala, karena
hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini berhasil

diselesaikan.Tema yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan ialah
profil fekal mikrobiota monyet ekor panjang, dengan judul Pengaruh Probiotik
Enterococcus faecium IS-27526 dan Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Dalam Biskuit Fungsional Yang Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele dan Tepung
Ubi Jalar (Ipoemea batatas) Terhadap Profil Mikrobiota Fekal Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis) Betina Usia Tua.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr drh Clara M.Kusharto,
MSc dan Ibu Dr Ir Ingrid S Surono, MSc selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan Tami, Hanum,
Ayu, Maya, Tania, Risa, Anggar, Sutyawan, Estu, Nisa, Septian, Ilyatun, Dini S,
Habibah sertapihak terkait yang telah membantu selama penyusunan usulan
penelitian ini. Ungkapan terimakasih yang sangat besar juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Erwin Angga Setya Nugraha

7


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

VI

DAFTAR GAMBAR

VI

DAFTAR LAMPIRAN

VI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Kegunaan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat

Bahan dan Alat
Desain dan Metode Penelitian
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Utama
SIMPULAN DAN SARAN

1
1
2
2
3
7
7
7
7
9
10
10
12
17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

8

DAFTAR TABEL
1Pengelompokan monyet berdasarkan perlakuan

8

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Alir Prosedur Penelitian
2 Diagram Batang Hasil Kultivasi Biomassa E. faecium
3 Diagram Batang Uji Viabilitas Probiotik Pakan
4 Grafik Berat Badan Monyet Ekor Panjang
5 Grafik Total Bakteri Asam Laktat Fekal Monyet Ekor Panjang
5 Diagram Batang Peningkatan Bakteri Asam Laktat Monyet Ekor Panjang
6 Grafik Total Bakteri Koliform Fekal Monyet Ekor Panjang
7 Diagram Batang Penurunan Bakteri Koliform Fekal Monyet Ekor Panjang

9
10
11
12
12
13
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan
2 Metode Analisis bakteri asam laktat dan bakteri koliform fekal monyet ekor
panjang
3 Uji Sidik Ragam Total Bakteri Asam Laktat Fekal monyet ekor panjang
4 Uji Lanjut Tukey Total Bakteri Asam Laktat fekal monyet ekor panjang
5 Uji Sidik Ragam Peningkatan Bakteri Asam Laktat fekal monyet
6 Uji Lanjut Tukey Peningkatan Bakteri Asam Laktat fekal monyet
7 Uji Sidik Ragam Total Bakteri Koliform fekal monyet ekor panjang
8 Uji Lanjut Tukey Total Bakteri Koliform fekal monyet ekor panjang
9 Uji Sidik Ragam Penurunan Bakteri Koliform fekal monyet ekor panjang
10 Uji Lanjut Tukey Penurunan Bakteri Koliform fekal monyet ekor panjang
11 Hasil Uji Sidik Ragam 2 Arah (Univariate ANOVA) Total Bakteri
Asam Laktat fekal monyet ekor panjang
12 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap bakteri
asam laktat fekal monyet ekor panjang
13 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh waktu terhadap bakteri
asam laktat fekal monyet ekor panjang
14 Hasil Uji Sidik Ragam 2 Arah (Univariate ANOVA) Total Bakteri
Koliform fekal monyet ekor panjang
15 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap bakteri
koliform fekal monyet ekor panjang
16 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh waktu terhadap bakteri
koliform fekal monyet ekor panjang
17 Hasil uji Sidik Ragam 2 arah (Univariate ANOVA) Berat Badan Monyet
Ekor Panjang
18 Hasil Uji Lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap berat badan
monyet ekor panjang
19 Hasil Uji Lanjut Tukey pengaruh waktu terhadap berat badan monyet ekor
panjang

19
20
22
22
22
23
24
24
25
25
26
26
26
26
26
26
26
26
26

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Sehat tahun
2025. Program tersebut mengandung implikasi bahwa Negara Indonesia
berkomitmen menjamin hak asasi manusia dengan meningkatkan taraf kesehatan
bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia sesuai dengan dasar yang telah
ditegaskan dalam UUD 1945. Terdapat beberapa fokus target program tersebut
yang diantaranya merupakan kelompok rentan gizi seperti bayi dan balita, ibu
hamil, dan lanjut usia (lansia).
Menurut Connidis (2010), Lansia adalah seseorang yang berusia sekitar 60
sampai 65 tahun atau lebih. Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), pada
tahun 2009, jumlah penduduk berusia lanjut sebesar 19,3 juta jiwa (atau sebesar
8,37% dari total keseluruhan penduduk Indonesia). Tahun 2020 diperkirakan
menjadi sebesar 28,8 juta atau 11,34 persen dengan usia harapan hidup 71,1
tahun. Jumlah yang cukup tinggi ini menjadikan lansia sebagai kelompok
penduduk rentan gizi yang memerlukan perhatian lebih dalam hal sosial, ekonomi,
terutama kesehatan. Perubahan fisiologis dan hormonal menjadikan lansia mudah
terserang berbagai penyakit baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif
yang akan berdampak pada status gizi dan kesehatan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan
status gizi dan status kesehatan adalah dengan pengembangan produk pangan
fungsional. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
konsumsi makanan yang memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan dinilai
upaya ini lebih dapat menjangkau akses lansia terhadap gizi dan kesehatan.
Pengembangan produk pangan fungsional diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
energi, zat gizi, dan menguntungkan bagi kesehatan. Salah satu upaya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan konsumsi makanan
selingan atau camilan yang tinggi protein dan penambahan bahan prebiotik serta
probiotik yang telah teruji memiliki efek positif bagi kesehatan.
Pemilihan bahan tinggi protein, prebiotik dan probiotik ditujukan untuk
meningkatkan status gizi lansia, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, dan
meningkatkan respon imun hormonal. Dasar pemilihan dalam pengembangan
produk biskuit tinggi protein hewani dengan penambahan bahan prebiotik
probiotik dilihat dari penerimaan positif konsumen akan biskuit karena praktis dan
memiki daya simpan yang relatif panjang yakni lebih dari 6 bulan dengan
pengemasan yang baik. Selain itu, dari segi kesehatan pemilihan biskuit tinggi
protein hewani berisi krim probiotik didasarkan pada prinsip probiotik yang dapat
bertahan hidup dalam saluran cerna, mampu menempel pada epitel usus,
kolonisasi mikroba yang menguntungkan yang masuk ke saluran cerna, mencegah
perkembangan bakteri patogen, tahan terhadap asam lambung dan garam empedu
sehingga teruji secara klinis menguntungkan bagi kesehatan (Salminen et al.
2004).
Salah satu probiotik strain tradisional Indonesia berasal dari fermentasi
susu kerbau, yaitu dadih (Akuzawa & Surono 2002). Dalam proses fermentasi
terkandung bakteri asam laktat Enterococcus faecium. Probiotik asal dadih

2

E.faecium IS-27526 telah teruji mampu meningkatkan bakteri asam laktat dan
menurunkan jumlah total mikroba aerob serta anaerob pada feses lansia (Surono
2004; Rieuwpassa 2004). Manfaat lain dari probiotik adalah memperbaiki status
intoleransi laktosa, mencegah integritas brush border dan sel epitel, dan mencegah
penyakit diare (Drisko et al 2003, Collado et al 2007). E.faecium IS-27526
memiliki kemampuan bertahan terhadap kondisi asam lambung dan garam
empedu, menempel pada epitel usus, meningkatkan perkembangan bakteri
menguntungkan dan menurunkan perkembangan bakteri koliform atau bakteri
patogen. Prebiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar (Ipomoea
sp.). Ubi jalar mengandung senyawa stakiosa dan rafinosa yang berperan sebagai
prebiotik karena tahan terhadap hidrolisis, difermentasi oleh mikrobiota usus, dan
menstimulus pertumbuhan probiotik. Dalam melengkapi formula biskuit ikan lele
sebagai pangan fungsional juga ditambahkan minyak ikan lele. Minyak ikan lele
mempunyai kandungan lemak esensialyang cukup tingi yaitu 22.65% asam oleat
(C18:1), 17.79% asam lemak linoleat (C18:2) (omega 6) dan 1,21% asam lemak
linolenat (C18:3) (omega 3) (Srimiati 2011). Asam lemak esensial yang
terkandung dalam biskuit ikan lele tersebut telah teruji secara klinis mempunyai
efek anti inflamasi dan anti atherosklerosis.
Pengujian sebuah produk baru yang akan diintervensikan kepada manusia
harus dilakukan pada hewan percobaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk
menguji keamanan ataupun efek samping dari suatu bahan kimia atau alami
sebelum diujikan kepada manusia. Hewan percobaan harus memiliki kriteria
untuk dijadikan subyek penelitian, antara lain kemiripan fungsi fisiologis dan
perubahan biokimia dengan manusia. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
memiliki hubungan kekerabatan dengan manusia yang memiliki sistem saluran
pencernaan baik mekanis dan enzimatis yang mirip dengan manusia sehingga
segala sesuatu dimakan oleh manusia dapat dimakan dan dicerna oleh monyet
ekor panjang. Oleh karena itu dilakukan penelitian efek probiotik E. faecium IS27526 dan minyak ikan lele (Clarias gariepinus) dalam biskuit fungsional yang
diperkaya dengan tepung ikan lele dan tepung ubi jalar (Ipomoea sp.) terhadap
profil mikrobiota fekal monyet ekor panjang betina usia tua.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh dari
probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele (Clarias gariepinus) dalam
biskuit fungsional yang diperkaya dengan tepung ikan lele dan tepung ubi jalar
(Ipomoea sp.) terhadap profil mikrobiota fekal (bakteri asam laktat fekal dan
bakteri koliform fekal) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia
tua.

3

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:
1. Mempelajari teknik kultivasi biomasa bakteri probiotik
Enterococcus faecium IS-27526 dan uji viabilitas probiotik yang
akan diberikan dalam pakan.
2. Menganalisis pengaruh biskuit tinggi protein dengan probiotik
terhadap profil mikrobiota (bakteri asam laktat) fekal monyet ekor
panjang.
3. Menganalisis pengaruh pemberian biskuit tinggi protein dengan
probiotik terhadap profil mikrobiota (bakteri koliform) fekal
monyet ekor panjang.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini, antara lain:
1. Pemberian biskuit fungsional dengan probiotik E. faecium IS27526 tidak berpengaruh nyata terhadap profil bakteri asam laktat
fekal dan bakteri koliform fekal monyet ekor panjang.
2. Pemberian biskuit fungsional dengan probiotik E. faecium IS27526 berpengaruh nyata terhadap profil bakteri asam laktat fekal
dan bakteri koliform fekal monyet ekor panjang.
3. Kombinasi probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele
tidak berpengaruh nyata terhadap profil bakteri asam laktat fekal
dan bakteri koliform fekal monyet ekor panjang.
4. Kombinasi probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele
berpengaruh nyata terhadap profil bakteri asam laktat fekal dan
bakteri koliform fekal monyet ekor panjang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah bahwa
biskuit tinggi protein berisi krim probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan
lele merupakan makanan yang dapat memberikan manfaat kesehatan terutama
kesehatan saluran cerna yang ditunjukan dengan keseimbangan mikrobiota fekal
yang diwakili oleh bakteri asam laktat fekal dan bakteri koliform fekal.
Selanjutnya biskuit tersebut dapat diuji lebih lanjut pada lansia untuk
meningkatkan status kesehatan saluran cerna melalui mekanisme memperbaiki
keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan.

4

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan April – Juli 2013 yang merupakan bagian
dari penelitian Hibah Kompetensi berjudul: Makanan Fungsional Kaya Protein,
Mineral dan Minyak By-Product Tepung Ikan Lele Sebagai Nutritious And
Emergency Food Untuk Lansia. Penelitian ini dilakukan di Pusat Konservasi dan
Studi Primata untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan. Kultivasi biomassa
Enterococcus faecium IS-27526 dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi,
Universitas Atmajaya Jakarta.Uji viabilitas probiotik dan Profil Mikrobiota fekal
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Seafast Center, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biskuit tinggi protein
hewani dari tepung tulang dan badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus),
probiotik Enterococcus faecium IS-27526 dengan viabilitas probiotik adalah 108
cfu/g, monyet betina species Macaca fascicularis. Bahan untuk analisis
mikrobiologi, antara lain MRSA, VRBA, PCA, dan buffer fosfat.
Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan dan pemberian perlakuan
adalah kandang monyet, tempat makan, dan tempat minum. Peralatan yang
diperlukan dalam analisis mikrobiologi, antara lain: autoklaf, inkubator 370c,
water bath/inkubator 550c,cawan petri, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak
tabung, micropipet, refrigerator, hotplate, vortex, coller box, falcon tube,
anaerobic jar, dan laminar flow cabinets.
Desain dan Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah eksperimental trials dengan pemberian
perlakuan (intervensi) menggunakan hewan percobaan Macaca fascicularis yang
telah disetujui dan memenuhi prosedur penelitian oleh Komisi Kesejahteraan
Hewan Laboratorium PSSP - IPB (ACUC). Sebelum memperoleh perizinan untuk
melakukan penelitian pada hewan coba dilakukan pelatihan dasar tentang jenisjenis bahaya atau kecelakaan yang kemungkinan terjadi di dalam laboratorium
hewan percobaan, perlindungan diri dan pertolongan pertama dari bahaya
biohazard. Peneliti telah memenuhi persyaratan kaji etik untuk mendapatkan
ACUC yakni tidak memiliki penyakit infeksi paru-paru, yang ditunjukan dengan
menyertakan hasil rontgent rongga dada (thorax).
Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Kegiatan dalam penelitian pendahuluan meliputi kultivasi biomassa bakteri
probiotik E. faecium IS-27526 dan pengujian viabilitas bakteri asam laktat yang
akan diberikan dalam pakan. Kegiatan dalam penelitian utama meliputi pengujian
keseimbangan mikrobiota (bakteri asam laktat dan bakteri koliform fekal) monyet
ekor panjang betina usia tua.

5

Penelitian Pendahuluan
Sebelum dilakukan intervensi, hewan coba monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) diadaptasikan dalam kandang selama 30 hari. Hewan coba juga
mendapatkan masa adaptasi dengan pakan biskuit kontrol selama 10 hari. Selama
masa intervensi, hewan coba diberikan makanan utama berupa biskuit ikan lele
dengan formula sesuai dengan kelompok perlakuan (Tabel 2). Jumlah biskuit
yang ikan lele adalah 100 gram yang memiliki kandungan energi dan zat gizi
setara dengan kebutuhan energi dan zat gizi sehari monyet ekor panjang usia 3,5-5
tahun (420-450 kkal). Dalam masa intervensi, hewan coba juga diberikan
makanan selingan buah-buahan. Makanan selingan yang diberikan kepada hewan
coba tidak mengandung prebiotik (sebagai contoh: pisang). Hal ini dilakukan agar
hasil penelitian tidak bias sehingga perubahan-perubahan yang terjadi selama
masa intervensi yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan kepada masingmasing hewan coba. Dalam penelitian ini, berat badan hewan coba dipantau setiap
bulan (0 hari, 30 hari, 60 hari, dan 90 hari) untuk mengamati perkembangan
status gizi hewan coba selama pemberian perlakuan.
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan kultivasi biomassa E. faecium IS27526 dan uji viabilitas bakteri probiotik yang akan diberikan dalam pakan.
Kultivasi biomassa dilakukan untuk perbanyakan bakteri probiotik dan sebagai
stok kultur yang akan dicampurkan dalam pakan. Dalam kegiatan ini digunakan
media MRSBroth sebagai media aktivasi bakteri di dalam fermentor selama 22
jam. Selama masa fermentasi dilakukan pengujian viabilitas bakteri asam laktat,
bakteri koliform dan total bakteri setiap 3 jam untuk memantau pertumbuhan
bakteri. Setelah 22 jam, bakteri dibekukan di dalam freezer sebagai stok kultur.
Uji viabilitas bakteri probiotik dilakukan untuk menguji viabilitas probiotik
dan memastikan jumlah bakteri probiotik yang akan diberikan pada kisaran 108
sebelum diberikan kepada kelompok uji. Metode yang digunakan dalam uji
viabilitas adalah Pour plate yakni menumbuhkan bakteri dalam media kemudian
diinkubasi pada suhu 370c agar terbentuk koloni pada cawan petri dan jumlahnya
dapat dihitung. Perhitungan koloni dilakukan berdasarkan Standard Plate Count
dengan jumlah terbaik.
Penelitian Utama
Dalam penelitian utama dilakukan percobaan pada hewan dengan
pemberian biskuit berisi probiotik kepada monyet melalui beberapa perlakuan.
Masing-masing monyet mendapatkan biskuit sebanyak 100 gram/hari. Dasar
pemberian perlakuan tersebut adalah pertimbangan sumbangan energi dan zat gizi
dari biskuit ikan lele berisi probiotik yang akan ditujukan kepada lansia, yakni
sebesar 10-25% kebutuhan energi sehari. Penelitian ini menggunakan hewan
percobaan sebanyak 9 ekor monyet betina species Macaca fascicularis dengan
syarat sehat, tidak memiliki gangguan pencernaan dan nafsu makan, berusia 3,5-5
tahun (usia tua). Monyet ditempatkan pada kandang per individu dan telah
diadaptasikan dengan lingkungan tersebut selama satu bulan.Setiap monyet
diadaptasikan dengan 50 gram atau setengah porsi pakan kontrol selama 10 hari
sebelum titik 0 penelitian. Contoh dikelompokan secara acak ke dalam tiga
kelompok sebagai berikut:

6

Tabel 1. Pengelompokan contoh berdasarkan perlakuan
Kelompok
Perlakuan
A1
Biskuit ikan lele dengan isolat protein kedelai dan tepung ubi
jalar
A2
Biskuit ikan lele dengan isolat protein kedelai dan tepung ubi
jalar + probiotik E. faecium IS-27526
A3
Biskuit ikan lele dengan isolat protein kedelai dan tepung ubi
jalar + probiotik E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele
Sebanyak 9 ekor monyet ekor panjang, mendapatkan perlakuan sesuai
dengan kelompok perlakuan selama 90 hari. Selama perlakuan berlangsung, data
diambil setiap 30 hari sekali, yakni pada titik 0 (baseline), titik 30 hari, titik 60
hari, dan titik 90 hari intervensi. Dimana pengujian profil mikrobiota fekal yang
dianalisis adalah bakteri fekal asam laktat fekal dan bakteri koliform fekal monyet
ekor panjang.
9 ekor Macaca fascicularis
-adaptasi kandang 30 hari
-adaptasi pakan 10 hari
-baseline (titik0) analisis
BAL dan koliform
-penelitian pendahuluan

Kelompok Kontrol (A1)

Kelompok E. faecium IS27526 (A2)

Kelompok E. faecium IS27526+ minyak ikan lele
(A3)

Analisis BAL titik 30, 60, dan 90
Analisis Bakteri Koliform fekal
30,60, dan 90

Gambar 1 Diagram Alir Prosedur Penelitian
Analisis viabilitas mikrobiota fekal monyet ekor panjang dilakukan
dengan metode kultur dengan Pour Plate yaitu menghitung jumlah koloni bakteri
asam laktat fekal dan jumlah koloni bakteri koliform fekal pada masing-masing
media kultur di dalam cawan petri. Media kultur bakteri asam laktat adalah
MRSA yang diberi indikator BP (bromocresol purple) dimana bakteri akan
tumbuh dalam media tersebut dan terlihat berwarna putih-kuning setelah
diinkubasi pada suhu 370C, 48 jam. Sementara media kultur bakteri koliform
adalah VRBA dengan koloni bakteri berwarna merah-hitam setelah diinkubasi
pada suhu 370C, 48 jam.

7

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
faktorial (RAF) dengan faktor pengacakan kelompok dan lama waktu intervensi.
Model matematis dari rancangan percobaan tersebut adalah sebagai berikut:

µ

є

Yijk = + Ai+ Bj + ABij + ijk
Keterangan:
Yijk : Pengamatan Faktor A taraf ke-i , Faktor B taraf kej dan Ulangan ke-k
µ
: Rataan Umum
Ai
: Pengaruh Faktor A pada taraf ke-i
Bj
: Pengaruh Faktor B pada taraf ke-j
Abij : Interaksi antara Faktor A dengan Faktor B
Analisis Data
Analisis mikrobiologi krim ditabulasi dan disajikan secara deskriptif,
pengaruh perlakuan terhadap bakteri asam laktat fekal dan bakteri koliform fekal
monyet ekor panjang dianalisis dengan uji statistik menggunakan Analysis of
Variance (ANOVA). Analisis statistik dilakukan pada masing-masing parameter
pengamatan, yaitu total bakteri asam laktat fekal dan total bakteri koliform fekal
monyet ekor panjang sesuai dengan titik pengamatan. Jika terdapat hubungan dan
pengaruh yang nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Kultivasi Biomasa E. faecium IS-27526
Metode kultivasi merupakan metode untuk melipatgandakan jumlah
mikroba dengan membiarkan bakteri berkembang biak dalam media biakan yang
telah disiapkan di bawah kondisi laboratorium terkendali. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam kultivasi biomassa yaitu suhu, keasaman, dan zat gizi
sebagai media pertumbuhan. Sebagai media pertumbuhan bakteri membutuhkan
karbohidrat, nitrogen, mineral: belerang (sulfur), fosfor, kalium, natrium,
magnesium, mangan, dan air untuk fungsi metabolik (Pelczar & Chan 1986).

log (cfu/g)

8

16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 jam 3 jam 6 jam 9 jam

12
jam

15
jam

18
jam

21
jam

22
jam

8,54

8,65

8,7

8,74

8,77

total bakteri

8,3

8,49

8,24

bakteri laktat

9,38

9,58

9,97 10,45 10,90 11,81 12,11 13,28 13,36

0

0

bakteri koliform

0

8,6
0

0

0

0

0

0

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Kultivasi Biomassa E. faecium IS-27526
Dalam penelitian ini bakteri dikembangbiakan dalam fermentor selama 22
jam di dalam media MRS Broth. Setiap 3 jam, bakteri ditumbuhkan untuk
mengetahui jumlah bakteri yang tumbuh. Platting mikroba dilakukan terhadap
bakteri asam laktat, bakteri koliform, dan total bakteri.
Hasil platting menunjukan terdapat peningkatan koloni bakteri asam laktat
yakni 9.38 cfu/g pada titik 0 hingga 13.36 cfu/g pada titik 22 jam. Peningkatan
juga terjadi pada total bakteri dalam media PCA yakni 8.3 cfu/g pada titik 0
hingga 8.77 cfu/g pada titik 22 jam. Jumlah total bakteri yang ditumbuhkan
dengan PCA lebih sedikit daripada jumlah bakteri asam laktat yang diduga karena
bakteri asam laktat tidak dapat tumbuh dengan baik pada media PCA. Bakteri
asam laktat memerlukan media selektif dalam pertumbuhannya yakni pada media
yang mengandung zat gizi kompleks seperti asam amino, purin, pirimidin, dan
beberapa vitamin seperti thiamin, piridoksin, kobalamin, dan biotin. Dari hasil
platting, juga dapat dilihat tidak terdapat pertumbuhan bakteri koliform yang
diduga karena tidak adanya kontaminan karena prosedur dilakukan secara aseptic
(tidak memberi kesempatan untuk terjadinya kontaminasi) yakni dengan cara
bekerja di dalam ruang steril (clean bench), pembukaan media kultur seminimum
mungkin, serta selalu memperhatikan tingkat sterilisasi dan higiene personal.
Uji Viabilitas Probiotik Pakan
Uji viabilitas probiotik pakan dilakukan untuk menguji viabilitas probiotik
dan memastikan jumlah bakteri probiotik yang akan diberikan pada pakan
berkisar 108sebelum diintervensikan kepada kelompok uji. Data viabilitas diambil
sebanyak 5 kali dimulai pada tanggal 13 Mei 2013 hingga 15 Juli 2013. Data
viabilitas probiotik pakan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

9

9,95
log (cfu/g)

9,9
9,85
9,8
9,75
9,7
9,65
log bakteri (cfu/g)

1

2

3

4

5

9,85

9,89

9,82

9,76

9,91

Keterangan:
1 = 13 Mei 2013; 2 = 30 Mei 2013; 3 = 10 Juni 2013; 4 = 1 Juli 2013; dan 5 = 15 Juli
2013

Gambar 3Diagram Batang Viabilitas Kultur E. faecium IS-27526
Total bakteri asam laktat probiotik pakan diperoleh dari perhitungan
bakteri yang ditumbuhkan pada media MRSA. Berdasarkan uji yang telah
dilakukan, viabilitas probiotik pakan berada pada kisaran 9.76 cfu/g – 9.91 cfu/g.
Menurut Tannock (1997), salah satu syarat probiotik dalam pakan berkisar antara
106 – 108 cfu/g. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan tersebut, probiotik
yang diberikan ke dalam pakan sebesar ± 1/10 dari jumlah yang akan diberikan
yakni sebesar 0.1 g.
Pengamatan Berat Badan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

kg

Pengamatan berat badan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dilakukan sebanyak 4 kali pengukuran berat badan monyet, yaitu pada titik 0 hari,
30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Rata-rata berat badan monyet pada awal penelitian
berkisar antara 3.10 kg – 3.12 kg dan di akhir pengamatan cenderung mengalami
peningkatan dengan kisaran 3.31 kg – 3.57 kg. Data berat badan tikus secara
keseluruhan disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini.
3,8
3,6
3,4
3,2
3
2,8

0 hari

30 hari

60 hari

90 hari

A1

3,1

3,46

3,51

3,57

A2

3,12

3,33

3,34

3,31

A3

3,11

3,29

3,37

3,41

Keterangan:
A1 = Kelompok kontrol
A2 = Kelompok E. faecium IS-27526
A3 = Kelompok E. faecium IS-27526+ minyak ikan lele

Gambar 4 Grafik Berat Badan Monyet Ekor Panjang

10

Hasil analisa sidik ragam menunjukan berat badan monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) yang relatif sama pada tiga kelompok perlakuan pada titik 0
hari (p > 0.05). Berat badan pada ketiga kelompok perlakuan cenderung
meningkat pada titik 30 hari. Sementara pada hari titik 30 hari, peningkatan berat
badan monyet ekor panjang pada ketiga kelompok perlakuan cenderung stabil
(p>0.05).
Hasil analisa sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan
tidak berbeda nyata (p > 0.05) terhadap rata-rata berat badan monyet selama 90
hari pengamatan. Pada titik 90 hari terjadi penurunan rata-rata berat badan monyet
pada Kelompok E. faecium IS-27526. Hal ini diduga karena jumlah ransum yang
dikonsumsi oleh monyet selama masa intervensi cenderung menurun (87%) dan
relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol (92%) dan Kelompok
E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (90%).
Salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan adalah konsumsi pakan
yang diberikan dalam jumlah yang cukup dan asupan zat gizi dari makanan
tersebut. Semua kelompok mendapatkan jenis ransum yang sama, namun terdapat
perbedaan penambahan probiotik E. faecium IS-27526 pada kelompok A2 dan
penambahan probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele pada kelompok
A3. Pemberian perlakuan cenderung meningkatkan ( p > 0.05) berat badan pada
tiga kelompok perlakuan. Ransum yang diberikan pada ketiga kelompok
perlakuan memiliki kandungan energi yang relatif sama (420-450 kkal).
Pemberian probiotik E. faecium IS-27526 cenderung dapat meningkatkan berat
badan monyet ( p > 0.05) karena jumlah bakteri non patogen meningkat dan
jumlah bakteri non patogen menurun sehingga akan tercipta kondisi saluran
pencernaan yang sehat. Hal ini juga didukung dengan konsumsi pangan dan
asupan zat gizi pada ketiga kelompok selama intervensi lebih dari 85%. Dengan
kondisi saluran pencernaan yang sehat maka penyerapan zat gizi semakin optimal
yang akan memberikan kontribusi pada massa tubuh hewan coba (Harianti 2011).
Penelitian Utama
Total Bakteri Asam Laktat Fekal Monyet Ekor Panjang
Bakteri asam laktat memiliki peranan yang penting bagi kesehatan
termasuk kesehatan saluran pencernaan yang telah teruji secara klinis. Bakteri
asam laktat merupakan bakteri gram positif, tidak membentuk sitokrom,
aerotoleran, anaerobik, hingga mikroaerofilik, membutuhkan nutrisi kompleks
seperti asam amino dan vitamin, dan memproduksi asam laktat sebagai produk
akhir metaboliknya selama proses fermentasi (Surono 2004)
Rata-rata jumlah bakteri asam laktat fekal meningkat dari awal penelitian
hingga akhir proses intervensi. Pada awal penelitian log bakteri asam laktat fekal
sebesar 8.57 cfu/g – 8.66 cfu/g dan meningkat hingga 9.50 cfu/g - 10.10 cfu/g di
akhir penelitian. Secara keseluruhan total bakteri asam laktat fekal dapat dilihat
pada Gambar 5 di bawah ini.

log (cfu/g)

11

10,50
10,00
9,50
9,00
8,50
8,00
7,50

0 hari

30 hari

60 hari

90 hari

A1

8,66

9,24

9,39

9,50

A2

8,57

9,16

9,37

9,88

A3

8,62

9,41

9,59

10,10

Keterangan:
A1 = Kelompok kontrol
A2 = Kelompok E. faecium IS-27526
A3 = Kelompok E. faecium IS-27526+ minyak ikan lele

Gambar 5 Grafik Total Bakteri Asam Laktat Fekal Monyet Ekor Panjang
Hasil analisa sidik ragam menunjukan jumlah bakteri asam laktat fekal
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang relatif stabil pada tiga kelompok
perlakuan pada titik 0 hari (p > 0.05). Jumlah bakteri asam laktat fekal pada ketiga
kelompok perlakuan cenderung meningkat pada titik 30 hari. Sementara pada hari
ke 60, jumlah total bakteri asam laktat fekal cenderung stabil.
Hasil analisa sidik ragam menunjukan peningkatan yang nyata jumlah
bakteri asam laktat fekal pada ketiga kelompok perlakuan pada titik 90 hari (P <
0.05). Dari hasil uji lanjut Tukey menunjukan terdapat peningkatan yang
signifikan antara kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) (10.10
cfu/g) dengan kelompok kontrol (A1) (9.50 cfu/g). Namun tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok E. faecium IS 27526 (A2) dengan
kelompok kontrol (A1) serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) dengan kelompok E.
faecium IS-27526 (A2) berdasarkan hasil uji lanjut Tukey di titik 90 hari.
Pemberian E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) secara signifikan
meningkatkan bakteri asam laktat fekal pada titik 90 hari dibandingkan dengan
kelompok kontrol (A1). Namun jumlah total bakteri pada kelompok E. faecium
IS-27526 + minyak ikan lele (A3) relatif sama dengan kelompok E. faecium IS27526 (A2). Penambahan probiotik telah teruji meningkatkan koloni bakteri asam
laktat fekal. Hal ini sejalan dengan penelitian Harianti (2011) bahwa pemberian
probiotik E. faecium IS-27526 pada tikus selama 14 hari cenderung meningkat. E.
faecium IS-27526 juga dapat meningkatkan respon imun humoral melaui
peningkatan sIgA pada anak balita (Surono 2011).
Penambahan minyak ikan pada kelompok A3 diduga memiliki pengaruh
dalam memberikan profil gizi yang baik dalam saluran pencernaan, memberikan
energi dan gizi yang baik bagi bakteri asam laktat melalui proses metabolit zat
gizi makro. Menurut Lu dan Walker (2001) terdapat beberapa cara untuk
meningkatkan populasi bakteri non patogen dalam saluran pencernaan yakni
dengan pemberian gizi yang baik dan lingkungan yang stabil. Bakteri memerlukan
gizi dalam proses pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Gizi yang digunakan
berupa mucin dan metabolit hasil pemecahan zat gizi makro seperti karbohidrat,

12

log (cfu/g)

protein, dan lemak (Bourlioux et al 2003). Data yang lebih jelas mengenai
peningkatan bakteri Asam Laktat Fekal Monyet Ekor Panjang dapat dilihat pada
Gambar 6 di bawah ini.
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00

30 hari

60 hari

90 hari

A1

0,58

0,73

0,83

A2

0,59

0,79

1,30

A3

0,79

0,97

1,48

Keterangan:
A1 = kontrol
A2 = E. faecium IS-27526
A3 = E. faecium IS-27526+ minyak ikan lele

Gambar 6 Peningkatan Total Bakteri Asam Laktat Fekal Monyet Ekor Panjang
Peningkatan bakteri asam laktat fekal merupakan selisih antara log bakteri
fekal asam laktat titik 30 hari, 60 hari, dan 90 hari dengan log bakteri titik 0 hari.
Berdasarkan perhitungan peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal terkecil
adalah kelompok kontrol (A1), yaitu sebesar 0.58 cfu/g, 0.73 cfu/g, dan 0.83 pada
intervensi 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Peningkatan jumlah bakteri asam laktat
fekal terbesar adalah kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3),
yaitu sebesar 0.79 cfu/g, 0.97 cfu/g, dan 0.83 pada intervensi 30 hari, 60 hari, dan
90 hari. Sementara peningkatan bakteri asam laktat fekal pada kelompok E.
faecium IS-27526 (A2) pada titik 30 hari, 60 hari, dan 90 hari secara berturut-turut
adalah 0.59 cfu/g, 0.79 cfu/g, dan 1.30 cfu/g. Peningkatan bakteri asam laktat
fekal pada kelompok kontrol (A1), probiotik E. faecium IS-27526 (A2) maupun
faecium IS-27526 dan minyak ikan lele (A3) pada titik 30 hari dan 60 hari relatif
stabil (p>0.05).
Hasil uji sidik ragam titik 90 hari menunjukan perbedaan yang signifikan
(p < 0.05). Setelah dilakukan uji lanjut Tukey, kelompok E. faecium IS-27526 +
minyak ikan lele (A3) berbeda signifikan dengan kelompok kontrol (A1).
Perbedaan yang signifikan juga terjadi pada kelompok E. faecium IS-27526 (A2)
dengan kelompok kontrol (A1). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok E. faecium IS-27526 (A2) dengan kelompok E. faecium IS27526 + minyak ikan lele (A3).
Pemberian E. faecium IS-27526 (A2) (1.30 cfu/g) maupun E. faecium IS27526 + minyak ikan lele (A3) (1.48 cfu/g) secara signifikan meningkatkan
bakteri asam laktat fekal pada titik 90 hari dibandingkan dengan kelompok
kontrol (A1) (0.83 cfu/g). Hal diduga disebabkan oleh adanya efek probiotik dari
bakteri Enterococcus faecium IS-27526 yang ditambahkan dalam kedua kelompok
tersebut. Selain penambahan E. faecium IS-27526 maupun E. faecium IS-27526
dan minyak ikan lele, formula biskuit ikan lele juga ditambahkan dengan tepung
ubi jalar yang berperan sebagai prebiotik. Dengan penambahan bahan sumber
prebiotik dan probiotik dalam formula biskuit akan memberikan efek sinbiotik.

13

Sinbiotik memiliki keunggulan dalam meningkatkan daya tahan hidup bakteri
probiotiksebagai akibat dari substrat yang spesifik telah tersedia untuk proses
fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat (Harianti 2011).
Total Bakteri Koliform Fekal Monyet Ekor Panjang
Bakteri koliform adalah golongan bakteri indikator higienis dan sanitasi
bakteri patogen yang hidup didalam saluran pencernaan manusia. Bakteri
kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak
membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan
asam pada suhu 370C dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri E.coli
selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada umumnya juga dapat
menghasilkan senyawa indole di dalam air pepton yang mengandung asam amino
triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon.
Jumlah bakteri koliform dalam saluran pencernaan dapat ditekan dengan
peningkatan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat mampu bertahan dan
berkembangbiak di dalam saluran pencernaan serta berkompetisi dengan bakteri
patogen. Kondisi kolon yang sehat dengan produksi mukus yang cukup akan
mencegah melekatnya bakteri patogen, modulasi proses penyakit dan mencegah
inflamasi. (Drisko et al 2003).
Selain mekanisme pelekatan bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan,
strain probiotik bersifat antibakteri patogen atau koliform senyawa antimikroba
yang dihasilkan. Metabolit primer seperti asam laktat, asetat, dan propionat, yang
dihasilkan sebagai senyawa metabolit yang menekan pertumbuhan bakteri yang
tidak menguntungkan dan bakteri patogen.
Total bakteri koliform fekal menurun selama masa intervensi. Rata-rata
jumlah bakteri koliform fekal monyet ekor panjang sebelum intervensi berkisar
antara 6.79 cfu/g – 7.18 cfu/g, sedangkan pada akhir intervensi mengalami
penurunan yang berkisar antara 5.24 cfu/g – 6.51 cfu/g. Secara keseluruhan total
bakteri koliform fekal dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.

log (cfu/g)

8,00
6,00
4,00
2,00
0,00

0 hari

30 hari

60 hari

90 hari

A1

6,79

6,58

6,55

6,51

A2

6,50

6,42

5,98

5,94

A3

7,18

6,84

5,98

5,24

Keterangan:
A1 = Kontrol
A2 = E. faecium IS-27526
A3 = E. faecium IS-27526+ minyak ikan lele

Gambar 7 Grafik Total Bakteri Koliform Fekal Monyet Ekor Panjang

14

Hasil analisa sidik ragam menunjukan jumlah koliform fekal monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) yang relatif stabil pada tiga kelompok perlakuan
pada titik 0 hari (p > 0.05). Jumlah koliform fekal pada ketiga kelompok
perlakuan cenderung menurun pada titik 30 hari. Sementara pada hari ke 60,
jumlah total bakteri koliform fekal relatif stabil (p>0.05).
Hasil analisis sidik ragam menunjukan perbedaan yang nyata (p < 0.05)
jumlah bakteri koliform fekal pada kelompok perlakuan di titik 90 hari. Dari hasil
uji lanjut Tukey menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) (5.24 cfu/g) dengan kelompok
kontrol (A1) (6.51 cfu/g). Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok E. faecium IS-27526 (A2) dengan kelompok kontrol (A1) dan
kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) di titik 90 hari.
Pemberian E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) secara signifikan
menurunkan bakteri koliform fekal pada titik 90 hari. Penambahan minyak ikan
lele memberikan profil gizi yang baik. Menurut Lu dan Walker (2001) terdapat
beberapa cara untuk meningkatkan populasi bakteri non patogen dalam saluran
pencernaan yakni dengan pemberian gizi yang baik dan lingkungan yang stabil.
Dengan meningkatnya bakteri non-patogen, jumlah bakteri patogen atau koliform
akan menurun. Mekanisme antagonistik yang terjadi dilakukan oleh bakteri asam
laktat yang memproduksi senyawa antimikroba seperti asam laktat, asetat,
propionat, bakteriosin, asam organik dan metabolit sekunder lainnya. Data yang
lebih jelas mengenai penurunan bakteri fekal koliform monyet ekor panjang dapat
dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.
0,00
log (cfu/g)

-0,50
-1,00
-1,50
-2,00
-2,50

30 hari

60 hari

90 hari

A1

-0,22

-0,25

-0,28

A2

-0,07

-0,52

-0,55

A3

-0,34

-1,20

-1,94

Keterangan:
A1 = Kontrol
A2 = E. faecium IS-27526
A3 = E. faecium IS-27526+ minyak ikan lele

Gambar 8 Penurunan Total Bakteri Koliform Fekal Monyet Ekor Panjang
Penurunan bakteri koliform fekal merupakan selisih log bakteri fekal
koliform titik 30 hari, 60 hari, dan 90 hari dengan log bakteri titik 0 hari.
Berdasarkan perhitungan penurunan bakteri koliform fekal terkecil adalah
kelompok kontrol (A1), yaitu sebesar 0.22 cfu/g, 0.25 cfu/g, dan 0.28 pada

15

intervensi 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Penurunan bakteri koliform fekal terbesar
adalah kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3), yaitu sebesar 0.34
cfu/g, 1.20 cfu/g, dan 1.94 pada intervensi 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Sementara
penurunan bakteri koliform fekal pada kelompok E. faecium IS-27526 (A2) pada
titik 30 hari, 60 hari, dan 90 hari secara berturut-turut adalah 0.59 cfu/g, 0.79
cfu/g, dan 1.30 cfu/g.
Hasil uji sidik ragam pada titik 30 hari dan 60 hari menunjukan bakteri
koliform fekal yang cenderung menurun (p > 0.05) pada tiga kelompok perlakuan.
Hasil uji sidik ragam titik 90 hari menunjukan perbedaan yang signifikan (p <
0.05). Setelah dilakukan uji lanjut Tukey, kelompok perlakuan E. faecium IS27526 + minyak ikan lele (A3) berbeda signifikan dengan kelompok kontrol (A1)
dan kelompok E. faecium IS-27526 (A2).
Pemberian E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele (A3) secara
signifikan menurunkan bakteri koliform fekal monyet ekor panjang pada titik 90
hari dibandingkan dengan kelompok kontrol (A1) dan kelompok E. faecium IS27526 (A2). Hal diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah bakteri asam laktat
pada kelompok perlakuan A3 yang lebih tinggi dari kedua kelompok lainnya, A1
dan A2. Dengan adanya penambahan minyak ikan lele dalam ransum pakan
kelompok A3 maka memberikan profil gizi yang baik yang dapat mendukung
pertumbuhan bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan. Menurut Tahara et al.
(1996) pertumbuhan bakteri asam laktat akan menurunkan jumlah bakteri patogen
atau bakteri koliform melalui mekanisme antagonistik. Mekanisme antagonistik
yang terjadi adalah mencegah penempelan bakteri koliform pada mukosa usus
yang akan mencegah pertumbuhan bakteri koliform.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil kultivasi biomasa probiotik E. faecium IS-27526 diperoleh bakteri
probiotik dengan viabilitas bakteri asam laktat sebesar 13.36 cfu/g, bakteri
koliform 0 cfu/g, dan total bakteri sebesar 8.77 cfu/g pada titik 22 jam. Dalam
penelitian ini, bakteri probiotik E. faecium IS-27526 yang diberikan sebesar 0.1 g
berdasarkan hasil uji viabilitas bakteri probiotik pakan yang dilakukan setiap 2
minggu.
Penambahan probiotik E.faecium IS-27526 cenderung meningkatkan
bakteri asam laktat fekal pada titik 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Hasil sidik ragam
menunjukan perbedaan yang nyata peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal
pada kelompok perlakuan pada titik 90 hari ( p < 0.05). Dari hasil uji lanjut Tukey
menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan bakteri
asam laktat fekal antara kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3)
dengan kelompok kontrol (A1) dan antara kelompok E. faecium IS-27526 (A2)
dengan kelompok kontrol (A1). Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele (A3) dengan kelompok
E. faecium IS-27526 (A2).

16

Penambahan probiotik E.faecium IS-27526 cenderung menurunkan bakteri
koliform fekal pada titik 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Hasil sidik ragam
menunjukan perbedaan yang nyata (p < 0.05) penurunan jumlah bakteri koliform
fekal pada kelompok perlakuan di titik 90 hari. Dari hasil uji lanjut Tukey
menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok E. faecium IS27526 + minyak ikan lele (A3) dengan kelompok kontrol (A1) dan kelompok E.
faecium IS-27526 (A2). Kelompok perlakuan E. faecium IS-27526 + minyak ikan
lele (A3) signifikan meningkatkan bakteri asam laktat fekal dan menurunkan
bakteri koliform fekal lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pemberian probiotik E. faecium IS-27526 secara signifikan meningkatkan bakteri
asam laktat fekal. Dengan demikian fungsi probiotik E. faecium IS-27526
terbukti pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua
Saran
Pemberian biskuit fungsional yang mengandung probiotik E. faecium IS27526 dan minyak ikan lele (A3) secara signifikan meningkatkan bakteri asam
laktat fekal dan menurunkan bakteri koliform fekal. Dalam hal ini perlu dikaji
lebih lanjut lagi mengenai komponen aktif dalam minyak ikan dan mekanismenya
dalam perannya meningkatkan bakteri asam laktat fekal dan menurunkan bakteri
koliform fekal.Kelompok A2 signifikan terhadap kelompok A1 menunjukkan
fungsi probiotik E. faecium IS-27526 terbukti secara signifikan pada hewan coba
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua sehingga perlu diuji
pada manusia berusia lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Agostoni C, Axelsson I, Goulet O,Koletzko B, Michaelsen KF, Puntis J, Rieu D,
Rigo J, Shamir R, Agostoni H, dan Turck D. 2006. Soy Protein Infant
Formulae and Follow-On Formulae: A Commentary by the ESPGHAN
Committee on Nutrition. Journal of Pediatric Gastroenterology and
Nutrition 42:352-361
Aldrich-Blake. 1980. Long-tailed macaques. Plenum Press, New York.
Axelsson, L. 1998. Lactic acid bacteria: classification and physiology. In:
Salminen, S. & A. V. Wright (Eds). Lactic Acid Bacteria. Marcel
Dekker, New York.
Boulioux P. Kolletzko B, Guarner F & Braesco V. 2003. The Intestine and Its
Microflora are Partners for Protection of The Host: Report on The
Danone Symposium “The Inteligent in Intestine”, held in Paris, June 14.
2002. Am. J. Clin. Nutr. 78:675-683.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan 2005. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk
00.05.52.0685 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional.
Jakarta: BPOM. www.pom.go.id [25 Mei 2013].
Collado CM, Surono IS, Meriluoto J & Salminen S. 2007. Indigenous Dadih
Lactic Acid Bacteria: Cell-Surface Properties and Interaction with
Phatogens. Journal of Food Science. 72:3:89-93

17

Corsetti A., M. Gobbetti, & E. Smacchi. 1996. Antibacterial activity of sourdough
lactic acid bacteria: isolation of a bacteriocin-like inhibitory substance
from Lactobacillus sanfrancisco C57. Food Microbiol. 13: 447-456.
Drisko JA, Giles CK & Bischoff BJ. 2003. Probiotics in Health Maintenance and
Disease Prevention. Alternative Medicine Review. 8:2
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Health and Nutritional
Properties of Probiotics in Food Including Powder Milk With Live Lactic
Bacteria. Report of a joint FAO/WHO Expert Consultation on
Evaluation of Health and Nutritional Properties of Probiotic in Food
IncludingPowder Milkwith Live Lactic Acid Bacteria.
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Salminen S, Wright AV & Ouvvehand A. 2004. Lactid Acid Bacteria:
Microbiology and Fuctional Aspects. Revised and Expanded 3rd Edition.
New York: Marcel Dekker. Inc
Helander, I.M., A. von Wright & T.M. Mattila-Sandholm. 1997. Potential of lactic
acid bacteria and novel antimicrobial against Gram negative bacteria.
Trends Food Sci. Technol. 8: 146-150.
Jack, R.W., J.R. Tagg dan B. Ray. 1995. Bacteriocin of Gram Positive Bacteria.
Appl Environ microbial 59: 171-200.
Indratingsih W, Salasia SIO & Wahyuni E. 2004. Produksi Yoghurt Shitake
(Yoshitake) sebagai Pangan Kesehatan Berbasis Susu. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan XV,1:54-60
Kimoto H, Kurisaki J,